Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sulit dibayangkan bagaimana proses pembelajaran akan berlangsung
secara logis dan sistematis serta dapat memperoleh hasil yang maksimal apabila
para guru atau instruktur yang akan melaksanakan tugas kegiatan mengajar atau
memberikan suatu pelatihan tidak memiliki perencanaan mengajar atau
pelatihan. Tanpa adanya perencanaan, kegiatan pembelajaran mungkin saja bisa
dilaksanakan, akan tetapi karena tanpa adanya perencanaan yang akan berfungsi
sebagai pedoman operasionalnya, maka pembelajaran akan banyak terjadi
spontanitas (situasional) didasarkan pada apa yang diingat oleh guru/ instruktur
pada saat terjadinya proses pembelajaran. Dengan kata lain, jika mengajar tanpa
adanya perencanaan, guru akan mengadapi kesulitan untuk mengontrol dan
mengendalikan pencapaian sasaran pembelajaran atau kompetensi yang yang
harus dicapai, materi apa yang harus disampaikan yang sesuai dengan upaya
pencapaian kompetensi, bagaimana proses pembelajaran harus dilakukan,
sarana dan fasilitas pembelajaran apa yang harus disediakan, serta bagaimana
kegiatan evaluasi harus dilakukan.
Oleh karena itu bagi guru dan para instruktur yang bertugas melaksanakan
pembelajaran, perencanaan atau satuan pembelajaran sangat penting dan mutlak
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari tugas profesionalnya sebagai
fasilitator pembelajaran, salah satunya bagaimana mengukur (evaluasi) tingkat
keberhasilan penguasaan siswa menjadi jelas dan sistematis”.
Melalui tugas ini diharapkan mahasiswa dapat menyelaraskan antara
berbagai konsep teori dengan kondisi objektif. Demikian pentingnya kegiatan
perkuliaan ini, maka tugas rangkuman ini disusun guna melengkapi salah satu
tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran.
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 2
B. Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan tugas rangkuman ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk lebih memantapkan dan menguasai pemahaman isi materi evaluasi
pembelajaran
2. Untuk menambah pengetahuan mengenai evaluasi pembelajaran.
3. Untuk memahami proses pembelajaran.
C. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tugas rangkuman adalah sebagai berikut :
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Mengemukakan tentang latar belakang, tujuan, dan sistematika
penulisan laporan.
BAB II
KONSEP DASAR EVALUASI
Pembahasan konsep dasar evaluasi pembelajaran yang berisi
tentang definisi evaluasi pendidikan serta hubungan antara
pengukuran, penilaian, dan evaluasi,
BAB III
TUJUAN DAN KEGUNAAN EVALUASI
Pembahasan mengenai tujuan atau fungsi evaluasi dalam kaitannya
dengan proses pembelajaran.
BAB IV
SASARAN POKOK EVALUASI
Pembahasan mengenai subjek dan sasaran pokok evaluasi dalam
hubungannya dengan tujuan daripada pembelajaran itu sendiri.
BAB V
PROSEDUR EVALUASI
Pembahasan mengenai berbagai tahapan/langkah-langkah dam
prosedur evaluasi pembelajaran.
BAB VI
PENDEKATAN EVALUASI
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 3
Pembahasan mengenai pendekatan yang digunakan dalam
prosedur evaluasi pembelajaran.
BAB VII
PELAKSANAAN EVALUASI
Pembahasan
mengenai
penerapan
konsep
evaluasi
yang
direalisasikan dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran.
BAB VIII BENTUK DAN ALAT EVALUASI
Pembahasan mengenai berbagai bentuk dan alat evaluasi yang akan
digunakan dalam proses pembelajaran.
BAB IX
PENGOLAHAN SKOR TES HASIL BELAJAR
Pembahasan mengenai berbagai macam teknik pengolahan skor tes
hasil belajar.
BAB X
MENILAI KUALITAS ALAT EVALUASI
Pembahasan mengenai bagaimana menilai kualitas suatu alat
evaluasi yang digunakan.
BAB XI
PENUTUP
Pembahasan mengenai kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 4
BAB II
KONSEP DASAR EVALUASI
A. Hubungan Antara Pengukuran, Penilaian, Dan Evaluasi
Dalam setiap melakukan pekerjaan evaluasi, terdapat beberapa istilah yang
seringkali kita jumpai yaitu evaluasi, pengukuran, dan penilaian. Sementara
orang lebih cenderung mengartikan ketiga kata tersebut sebagai suatu pengertian
yang sama. Akan tetapi ada juga yang membedakan istilah tersebut. Untuk dapat
mengadakan penilaian, kita mengadakan pengukuran terlebih dahulu, sedangkan
evaluasi mencakup kedua langkah tersebut.
-
Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran yang
lebih cenderung bersifat kuantitatif.
-
Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan
kriteria tertentu yang lebih cenderung bersifat kualitatif.
-
Kegiatan evaluasi mencakup kedua langkah diatas, yakni mengukur dan
menilai.
B. Definisi Evaluasi Pendidikan
-
Ralph Tyler (Arikunto, S. 2003: 3) menyatakan bahwa “evaluasi
merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh
mana keberhasilan tujuan pendidikan sudah tercapai”.
-
Cronbach dan Stufflebeam (Arikunto, S. 2003: 3) menyatakan bahwa
“evaluasi merupakan proses yang bukan sekadar mengukur sejauh mana
tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan”.
-
Wand dan Brown (Nurkancana, W. 1986: 1) menyatakan bahwa
“evaluasi merupakan suatu tindakan atau suatu proses untuk
menentukan nilai segala sesuatu dalam dunia pendidikan atau segala
sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan”.
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 5
C. Pola Diagram Evaluasi Pendidikan Di Sekolah
Apabila sekolah diumpamakan sebagai tempat mengolah sesuatu dan calon
siswa diumpamakan sebagai bahan mentah, maka lulusan dari sekolah itu dapat
disamakan dengan hasil olahan yang sudah siap digunakan. Dalam istilah
inovasi yang menggunakan teknologi, maka tempat pengolahan ini disebut
transformasi.
Jika digambarkan dalam bentuk diagram akan terlihat sebagai berikut:
input
transformasi
output
Umpan balik
Keterangan :
-
Input
= bahan mentah (calon siswa) yang dimasukkan ke dalam
transformasi.
-
Output
= bahan jadi (siswa lulusan sekolah) yang dihasilkan oleh
transfortasi.
-
Transformasi = mesin yang bertugas mengubah bahan mentah menjadi
bahan jadi. Terdiri dari berbagai unsur, diantaranya: siswa, guru dan
personal lainnya, bahan pelajaran, metode mengajar dan sistem evaluasi,
sarana penunjang, dan sistem administrasi.
-
Umpan balik = segala informasi baik yang menyangkut output maupun
transformasi. Intinya adalah untuk memperbaiki input maupun
transformasi.
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 6
BAB III
TUJUAN DAN KEGUNAAN EVALUASI
A. Tujuan dan Fungsi Penilaian
1. Penilaian berfungsi selektif
Memiliki beberapa tujuan:
a. Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu
b. Untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya
c. Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa
d. Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah dan
sebagainya.
2. Penilaian berfungsi diagnosik
Diagnosa bertujuan adalah untuk mengetahui kebaikan dan sebab-musabab
kelemahan yang terjadi, sehingga akan lebih mudah mencari solusinya.
3. Penilaian berfungsi sebagai penempatan
Pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaan kemampuan, adalah
pengajaran secara kelompok. Tujuan sudah jelas yaitu untuk menentukan dengan
pasti dikelompok mana seorang siswa harus ditempatkan, digunakan suatu
penilaian.
4. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan
Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil
diterapkan. Keberhasilan suatu program ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu
faktor guru, metode mengajar, kurikulum, sarana dan sistem administrasi.
B. Kegunaan Evaluasi Pendidikan
Diantara kegunaan yang dapat dipetik dari kegiatan evaluasi dalam bidang
pendidikan adalah:
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 7
1. Terbukanya kemungkinan bagi evaluator guna memperoleh informasi tentang
hasil-hasil yang telah dicapai dalam rangka pelaksanaan program pendidikan.
2. Terbukanya kemungkinan untuk dapat diketahuinya relevansi antara program
pendidikan yang telah dirumuskan, dengan tujuan yang hendak dicapai.
3. Terbukanya kemungkinan untuk dapat dilakukannya usaha perbaikan,
penyesuaian, dan penyempurnaan program pendidikan yang dipandang lebih
berdaya guna dan berhasil guna, sehingga tujuan yang dicita-citakan akan dapat
dicapai dengan hasil yang sebaik-baiknya.
C. Bagan Tentang Fungsi Evaluasi Pendidikan
Mengukur kemajuan
Menunjang penyusunan rencana
Secara
umum
Memperbaiki/menyempurnakan kembali
Secara
psikologis
Fungsi
Evaluasi
Pendidikan
Bagi
peserta
didik
Mengenal kapasitas
dan status dirinya
Bagi
pendidik
Kepastian tentang
hasil usahanya
Bagi
peserta
didik
Secara
didaktik
Fungsi diagnostik
Bagi
pendidik
Secara
khusus
Dorongan perbaikan
dan peningkatan
prestasi
Fungsi penempatan
Fungsi selektif
Fungsi bimbingan
Fungsi instruksional
Secara
administratif
Memberikan laporan
Memberikan data
Memberikan gambaran
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 8
BAB IV
SUBJEK DAN SASARAN POKOK EVALUASI
A. Subjek Evaluasi Pendidikan
Subjek evaluasi adalah orang yang melakukan pekerjaan evaluasi, dalam hal
ini evaluasi pendidikan. Siapa yang dapat disebut sebagai subjek evaluasi untuk
setiap tes, ditentukan oleh suatu aturan pembagian tugas atau ketentuan yang
berlaku. Suharsimi Arikunto (2003 : 20) mengkategorikan pelaksana evaluasi
sebagai subjek evaluasi. Terdapat pandangan lain yang disebut subjek evaluasi
adalah siswa, yaitu orang yang dievaluasi. Dalam hal ini yang dipandang sebagai
objek misalnya: prestasi matematika, kemampuan membaca, kecepatan lari, dan
sebagainya. Pandangan lain lagi mengklasifikasikan siswa sebagai objek
evaluasi dan guru sebagai subjeknya.
Dalam kegiatan evaluasi pendidikan dimana evaluasinya adalah kepribadian
peserta didik, dimana pengukuran tentang kepribadian itu dilakukan dengan
menggunakan instrumen berupa tes yang sifatnya baku (standarized test). Alatalat evaluasi yang digunakan untuk mengukur kepribadian itu seseorang itu
sifatnya rahasia, juga hasil-hasil pengukuran yang diperoleh dari tes kepribadian
itu, hanya dapat diinterpretasi dan disimpulkan oleh para psikolog tersebut, tidak
mungkin dapat dikerjakan oleh orang lain.
B. Objek/Sasaran Evaluasi Pendidikan
Objek/sasaran penilaian adalah segala sesuatu yang menjadi titik pusat
pengamatan karena penilai menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut.
Dengan menggunakan diagram tentang transformasi maka sasaran penilaian
untuk unsur-unsurnya meliputi: input, transformasi, dan output.
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 9
1.
Input
Attitude test
Kemampuan
Kepribadian
Personality test
Input
Sikap-sikap
Attitude scale
Intelegensi
Intelligence quotient
2. Transformasi
Kurikulum/materi
Metode dan cara penilaian
transformasi
Sarana pendidikan/media
Sistem administrasi
Guru dan personal lainnya
3. Output
Alat yang digunakan untuk mengukur pencapaian terhadap lulusan suatu
sekolah disebut tes pencapaian atau achievement test. Kecenderungan yang ada
sampai saat ini di sekolah adalah bahwa guru hanya menilai prestasi belajar
aspek kognitif atau kecerdasan saja. Aspek psikomotorik, apalagi afektif, sangat
langka dijamah oleh guru. Akibatnya dapat kita saksikan, yakni bahwa para
lulusan hanya menguasai teori tetapi tidak terampil melakukan pekerjaan
keterampilan, juga tidak mampu mengaplikasikan pengetahuan yang sudah
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 10
mereka kuasai. Lemahnya pembejaran dan evaluasi terhadap aspek afektif ini,
jika kita mau instrospeksi, telah berakibat merosotnya akhlak para lulusan, yang
selanjutnya berdampak luas pada merosotnya akhlak bangsa.
1 2 3 4 5 6
Kepercayaan
Sikap-sikap
Nilai-nilai
Kepribadian
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 11
BAB V
PROSEDUR EVALUASI PENDIDIKAN
Menurut Yulien Stanley (Nurkancana, W. 1986: 6-7), langkah-langkah
evaluasi itu terdiri atas:
1. Menetapkan tujuan program
2. Memilih alat yang layak
3. Pelaksanaan pengukuran
4. Memberikan skor
5. Menganalisa dan menginterpretasikan skor
6. Membuat catatan yang baik, dan
7. Menggunakan hasil-hasil pengukuran
Menurut Mochtar Buchari (Nurkancana, W. 1986: 7) langkah-langkah
pokok dalam evaluasi terdiri dari:
1. Perencanaan
2. Pengumpulan data
-
tujuan evaluasi
aspek-aspek penilaian
metode evaluasi
alat evaluasi
kriteria penilaian
frekuensi evaluasi
- Pelaksanaan evaluasi
- Pemerikasaan hasil evaluasi
- Pemberian kode/skor
3. Verifikasi data (Pemeriksaan data-data yang akan diolah)
4. Analisa data
5. Penafsiran data
- Pengolahan secara statistic
(statistical analisis)
- Pengolahan bukan secara statistic
(non statistical analisis)
- Memberikan interpretasi hasilpengolahan data
- Penggunaan hasil-hasil evaluasi
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 12
Pada umumnya Langkah-langkah pokok dalam evaluasi hasil belajar terdiri dari:
(Anas Sudijono, 2003 : 59-62)
1. Menyusun rencana evaluasi hasil belajar
Tujuan evaluasi
Aspek-aspek evaluasi
Teknik/metode evaluasi
Perencanaan Evaluasi
Alat-alat ukur evaluasi
Standar/Kriteria evaluasi
Frekuensi evaluasi
2. Menghimpun data
Soal pertama yang kita hadapi dalam melakukan langkah ini ialah
menentukan data apa saja yang kita butuhkan untuk melakukan tugas evaluasi
yang kita hadapi dengan baik, Seperti telah disinggung di muka dan
kemudian disinggung kembali dalam uraian kita tentang langkah
perencanaan di atas, soal penentuan data yang harus dikumpulkan untuk
keperluan suatu tugas evaluasi ini berhubungan erat dengan rumusan
tentang tugas kita dalam suatu usaha pendidikan.
3. Melakukan verifikasi data
Data yang telah terkumpul harus disaring lebih dahulu sebelum
diolah lebih lanjut. Proses penyaringan ini kita sebut penelitian data atau
verifikasi data dan maksudnya ialah untuk memisahkan data yang
"baik" yang akan dapat memperjelas gambaran yang akan k i t a peroleh
mengenai individu atau sekelompok individu yang sedang kita evaluasi,
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 13
dari data yang kurang baik yang hanya akan merusak atau mengaburkan
gambaran yang akan k ita peroleh apabila turut kita olah juga.
4. Mengolah dan menganalisis data
Langkah pengolahan data dilakukan untuk memberikan "makna"
terhadap data yang ada pada kita. Jadi hal ini berarti bahwa tanpa kita dan diatur
lebih dulu data itu sebenarnya tidak dapat menceritakan suatu apa pun
kepada kita.
5. Memberikan interpretasi dan menarik kesimpulan
Dalam pekerjaan merumuskan tafsiran yang sedang kita bicarakan ini
kesukaran yang sering dihadapi oleh para petugas evaluasi biasanya ialah
kesukaran kata-kata yang tepat. Tetapi kesukaran yang lebih lazim lebih
sering terletak dalam penyusunan kalimat yang tepat sehingga apa yang
kemudian dinyatakan oleh kalimat itu tidak melampaui atau mengurangi batas
kebenaran yang terdapat dalam data yang telah diolah tadi.
6. Tindak lanjut (Follow Up) hasil evaluasi
Menindaklanjuti dan melakukan perbaikan terhadap evaluasi yang telah
dilakukan.
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 14
BAB VI
PENDEKATAN EVALUASI
Istilah pendekatan evaluasi ini diartikan sebagai beberapa pendapat tentang
apa tugas evaluasi dan bagaimana dilakukan, dengan kata lain tujuan dan prosedur
evaluasi. Berikut ini ada beberapa pendekatan evaluasi dan setiap pendekatan
memberikan petunjuk bagaimana memperoleh informasi yang berguna dalam
beberapa kondisi. Semua pendekatan paling tidak mempunyai tujuan yang sama
yaitu bagaimana memperoleh informasi yang berarti atau tepat untuk klien atau
pemakai. Namun masing-masing dalam usahanya berbeda penekanan pada aspek
tertentu dalam tahap pengumpulan data, analisis, dan laporannya.
A. Beberapa Bentuk Pendekatan Evaluasi
Berikut ini beberapa pendekatan yang biasa digunakan dalam merancang
suatu program evaluasi
1. Pendekatan Experimental
Pendekatan ini berasal dari kontrol eksperimen yang biasanya dilakukan
dalam penelitian akademik. Tujuan evaluator yaitu untuk memperoleh
kesimpulan yang bersifat umum tentang dampak suatu program tertentu yang
mengontrol sebanyak-banyaknya faktor dan mengisolasi pengaruh program.
Evaluator berusaha sekuat tenaga menggunakan metode saintifik sebanyak
mungkin.
2. Pendekatan yang Berorientasi pada Tujuan (Goal Oriented Approach)
Kelebihan pendekatan yang berorientasi pada tujuan ini ialah terletak
pada hubungan antara tujuan dan kegiatan dan penekanan pada elemen yang
penting dalam program yang melibatkan individu pada elemen khusus bagi
mereka. Namun keterbatasan pendekatan ini yaitu kemungkinan evaluasi ini
melewati konsekuensi yang tak diharapkan terjadi.
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 15
3. Pendekatan yang Berfokus kepada Keputusan (The Decision Pocused
Approach)
Keunggulan pendekatan ini ialah perhatiannya terhadap kebutuhan
pembuat keputusan yang khusus dan pengaruh yang makin besar pada
keputusan program yang relevan. Keterbatasan pendekatan ini yaitu banyak
keputusan penting dibuat tidak pada waktu yang tepat, tapi dibuat pada waktu
yang kurang tepat. Sering kali banyak keputusan tidak dibuat berdasarkan
data, tapi tergantung pada impresi perorangan, politik, perasaan, kebutuhan
pribadi, dan lain-lain.
4. Pendekatan yang Berorientasi kepada Pemakai (The User Oriented
Approach).
Kelebihan pendekatan ini ialah perhatiannya terhadap individu yang
berurusan dengan program dan perhatiannya terhadap informasi yang berguna
untuk individu tersebut. Keterbatasan pendekatan ini, yaitu ketergantungan
terhadap kelompok yang sama dan kelemahan ini bertambah besar
pengaruhnya sehingga hal-hal lain diluar itu kurang mendapat perhatian.
5. Pendekatan yang Responsif (The Responsive Approach)
Kelebihan responsif ini ialah kepekaannya terhadap berbagai titik
pandangan, dan kemampuannya mengakomodasi pendapat yang ambigis dan
tidak fokus. Keterbatasan pendekatan responsif ialah membuat prioritas atau
penyederhanaan informasi untuk pemegang keputusan dan kenyataan yang
praktis tidak mungkin menampung semua sudut pandang dari berbagai
kelompok.
6. Goal Free Evaluation
Alasan mengemukakan evaluasi goal free evaluation (Evaluasi Bebas
Tujuan), dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut: pertama, tujuan,
pendidikan tidak dapat dikatakan sebagai pemberian, seperti tujuan lain, ia
harus dievaluasi. Lebih jauh lagi, tujuan biasanya atau umumnya hanya
formalitas, dan jarang menunjukan tujuan yang sebenarnya. Dampak negatif
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 16
yang tak pernah termasuk dalam evaluasi yang berorientasi pada tujuan atau
goal based evaluation. Berikut ini merupakan ciri-ciri evaluasi bebas tujuan.
a) Evaluator sengaja menghindar untuk mengetahui tujuan program.
b) Tujuan yang telah dirumuskan terlebih dahulu tidak dibenarkan
menyempitkan fokus evaluasi.
c) Evalusi bebas tujuan berfokus pada hasil yang sebenarnya, bukan
pada hasil yang direncanakan.
d) Hubungan evaluator dan manajer atau dengan karyawan proyek
dibuat seminimal mungkin.
e) Evaluasi menambah kemungkinan ditemukannya dampak yang tak
diramalkan.
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 17
BAB VII
PELAKSANAAN EVALUASI
Dalam prakteknya, pelaksanaan evaluasi pembelajaran dapat diselenggarakan
secara tertulis (tes tertulis), dengan secara lisan (tes lisan), dan dengan tes
perbuatan. Pada tes tertulis, soal-soal tes dituangkan dalam bentuk tertulis dan
jawaban tes juga tertulis. Pada tes lisan, soal-soal tes diajukan secara lisan dan
dijawab secara lisan pula. Namun demikian, dapat juga soal-soal tes diajukan
secara lisan dan dalam waktu yang ditentukan, jawaban harus dibuat secara
tertulis. Adapun pada tes perbuatan, wujud harus dilaksanakan oleh testee, dan
cara penilaiannya dilakukan terhadap proses penyelesaian tugas dan hasil akhir
yang dicapai.
A. Teknik Pelaksanaan Tes Tertulis
Dalam proses pelaksanaan tes tertulis ini terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan:
1. Tempat/ruangan
dimana
testee
mengerjakan
soal-soal,
seyogyanya
dialokasikan tempat yang tenang, yang jauh dari keramaian, kebisingan,
suara hiruk-pikuk dan lalu-lalangnya orang.
2. Ruangan tes harus cukup longgar, tidak berdesak-desakkan, tempat duduk
diatur dengan jarak tertentu yang memungkinkan tercegahnya kerjasama
yang tidak sehat di antara testee.
3. Ruangan tes sebaiknya memiliki sistem pencahayaan dan pertukaran udara
yang baik.
4. Ruangan yang akan digunakan tes, sudah harus dipersiapkan sarana dan
prasarana pendukung yang dibutuhkan.
5. Agar peserta tes dapat mengerjakan soal secara bersamaan, maka perlu
dilakukan pengaturan lembar soal-soal. Lembaran soal-soal tersebut
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 18
diletakkan terbalik, sehingga tidak memungkinkan bagi testee untuk
membaca dan mengerjakan soal lebih awal daripada teman-temannya.
6. Selama mengawasi jalannya tes, pengawas hendaknya berlaku wajar.
Artinya jangan terlalu banyak bergerak, terlalu sering berjalan-jalan dalam
ruangan tes, sehingga mengganggu konsentrasi testee. Sebaliknya,
pengawas juga jangan selalu duduk di kursi sehingga dapat membuka
peluang bagi testee yang tidak jujur untuk bertindak curang.
7. Sebelum berlangsungnya tes, sebaiknya pengawas menginformasikan aturan
main yang sudah ditentukan.
8. Sebagai bukti mengikuti tes, harus dipersiapkan daftar hadir yang harus
ditandatangani oleh seluruh peserta tes. Dengan catatan pelaksanannya tidak
boleh mengganggu ketenangan jalannya tes.
9. Jika
waktu
yang
ditentukan
telah
habis,
hendaknya
pengawas
mengintruksikan kepada testee untuk segera menghentikan pekerjaannya
dan segera mengumpulkan lembaran pekerjaannya tersebut, serta jumlahnya
diperiksa dan disesuaikan dengan jumlah testee yang tertera dalam daftar
hadir.
10. Pengawas sebaiknya mengisi berita acara pelaksanaan tes secara lengkap,
yang mencakup daftar hadir testee, identitas testee, serta hal-hal yang terjadi
selama kegiatan tes berlangsung.
B. Teknik Pelaksanaan Tes Lisan
Dalam proses pelaksanaan tes tertulis ini terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan:
1. Sebelum tes lisan dilaksanakan, seyogyanya tester sudah melakukan
inventarisasi berbagai jenis soal yang akan diajukan kepada testee dalam tes
lisan tersebut, sehingga diharapkan memiliki validitas yang tinggi.
2. Setiap butir soal yang telah ditetapkan untuk dalam tes lisan itu, juga harus
disiapkan sekaligus pedoman atau ancar-ancar jawaban betulnya.
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 19
3. Jangan sekali-kali menentukan skor atau nilai hasil tes lisan setelah seluruh
testee menjalanites lisan.
4. Tes hasil belajar yang dilaksanakan secara lisan hendaknya jangan sampai
menyimpang atau berubah arah dari evaluasi menjadi diskusi.
5. Dalam rangka menegakkan obyektivias dan prinsip keadilan, dalam tes
yang dilaksanakan secara lisan itu, tester hendaknya jangan memberikan
peluang untuk menaruh simpati terhadap testee.
6. Tes lisan harus berlangsung secara wajar, jangan sampai menimbulkan rasa
takut, gugup, atau panik di kalangan testee.
7. Sekalipun acapkali sulit untuk dapat diwujudkan, namun sebaiknya tester
mempunyai pedoman atau ancar-ancar yang pasti, berapa lama soal atau
pertanyaan-pertanyaan dalam tes lisan tersebut.
8. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam tes lisan hendaknya bervariasi.
9. Sebisa mungkin tes dilakukan secara individual.
C. Teknik Pelaksanaan Tes Perbuataan
1. Tester harus mengamati dengan teliti cara yang ditempuh oleh testee dalam
menyelesaikan tugas yang telah ditentukan.
2. Agar dapat dicapai kadar obyektivitas setinggi mungkin, hendaknya tester
jangan berbicara atau berbuat sesuatu yang dapat mempengaruhi testee yang
sedang mengerjakan tugas tersebut.
3. Dalam mengamati testee yang sedang mengerjakan tugas itu, hendaknya
tester telah menyiapkan instrumen berupa lembar penilaian yang di
dalamnya telah ditentukan hal-hal apa sajakah yang harus diamati dan
diberikan penilaian.
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 20
BAB VII
BENTUK DAN ALAT EVALUASI
Terdapat dua metode yang dipergunakan dalam penilaian proses evaluasi,
yaitu metode test dan metode non tes.
A. Tes
Definisi tes menurut Ejaan Yang Disempurnakan dalam bahasa Indonesia,
yaitu alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur
sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.
Dalam hal ini Wayan Nurkancana (1986 :25) mendefinisikan tes sebagai suatu
cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian
tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga
menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang
dapat dibandingkan dengan nilai standar yang ditetapkan.
Berdasarkan definisi diatas, bila dinalisa lebih jauh terdapat beberapa unsur
yang terkandung didalamnya, antara lain:
1. Tes berbentuk tugas yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan atau
perintah-perintah.
2. Tes diberikan kepada seorang anak atau sekelompok anak untuk
dikerjakan
3. Respon anak atau sekelompok anak tersebut dinilai
Bentuk tes
Unsur-unsur Tes
Sasaran/objek tes
Respon/hasil tes
Tes hasil belajar dapat dibedakan atas beberapa jenis. Pembagian jenis-jenis tes
ini dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 21
Klasifikasi Jenis-Jenis Tes
Berdasarkan jumlah
peserta tes
Tes individual
Tes kelompok
Tes buatan guru
Berdasarkan segi
penyusunan tes
Tes buatan orang lain yang tidak
distandarisasikan
Tes standard atau yang telah
distandarisasikan
TES
Berdasarkan bentuk
jawaban/respon
Tes tindakan
Tes verbal
Berdasarkan
pertanyaan tes
Tes obyektif
Tes essay
B. Non Tes
Ada beberapa teknis non tes yaitu:
1. Skala bertingkat (rating scale)
Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap suatu
hasil pertimbangan. Sebagai contoh adalah skor yang diberikan oleh seorang
guru di sekolah untuk menggambarkan tingkat prestasi belajar siswa. Siswa
yang mendapat skor 9, digambarkan ditempat yang lebih kanan dalam skala,
dibandingkan dengan siswa lain yang mendapat skor 5.
Biasanya angka-angka yang digunakan diterangkan pada skala dengan
jarak yang sama. Meletakannya secara bertingkat dari yang rendah ke yang
tinggi. Dengan demikian maka skala ini disebut skala bertingkat.
2. Kuesioner (questionaire)
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 22
Kuesioner juga sering dikenal sebagai angket. Terdapat beberapa macam
kuesioner diantaranya:
1) ditinjau dari segi siapa yang menjawab maka:
kuesioner langsung
kuesioner tidak langsung
2) ditinjau dari segi cara menjawab maka:
kuesioner tertutup
kuesioner terbuka
3. Daftar cocok (chack-list)
Deretan
pernyataan
dimana
responden
yang
dievaluasi
tinggal
membubuhkan tanda cocok (check list)ditempat yang sudah disediakan.
4. Wawancara (interview)
Suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden
dengan jalan Tanya jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara
ini responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan
pertanyaan. Terdapat dua cara:
a) interview bebas, dan
b) interview terpimpin
5. Pengamatan (observation)
Suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara
teliti serta pencatatan secara sistematis. Ada tiga macam observasi diantaranya:
a) observasi partisipan.
b) observasi sistematik.
c) observasi eksperimantal.
6. Riwayat hidup
Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam
masa kehidupannya, dengan mempelajari riwayat hidup maka subjek evaluasi
akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan dan sikap
dari objek yang diteliti.
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 23
BAB VIII
PENGOLAHAN SKOR TES HASIL BELAJAR
A. Pendekatan Acuan Penilaian
Woodworth (Suherman, E. 2003: 200) mengemukakan bahwa ada dua jenis
pedoman yang bisa digunakan untuk menentukan nilai (mengubah skor menjadi
nilai) sebagai hasil evaluasi, yaitu:
1. Dengan cara membandingkan skor yang diperoleh seorang individu dengan
suatu standar yang sifatnya mutlak (PAP).
2. Dengan cara membandingkan skor yang diperoleh seorang siswa dengan
yang diperoleh siswa lainnya dalam kelompok tes tersebut (PAN).
Cara pertama disebut dengan Penilaian Acuan Patokan (PAP), terjemahan dari
Criterion Referenced Test (CRT) atau Criterion Referenced Evaluation (CRE),
sedangkan cara kedua disebut Penilaian Acuan Normatif (PAN), terjemahan dari
Normative Referenced Test (NRT) atau Criterion Referenced Evaluation (NRE).
Perbandingan PAP dan PAN
Pendekatan Penilaian
Keterangan
PAP
PAN
tingkat penguasaan siswa kedudukan siswa dalam
Orientasi
terhadap seluruh materi kelompok
yang diteskan.
didasarkan
pada
SMI didasarkan
(Skor Maksimal Ideal), aktual
Dasar pengolahan skor
atas
dan
skor
tidak
dimana skor aktual yang memperhatikan lagi SMI
diperoleh
siswa
dikonversikan pada SMI.
Keunggulan
kualitas
hasil
belajar kedudukan relatif siswa
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 24
dapat terkontrol.
dalam
kelompoknya
dapat diketahui, sesuai
dengan sifat dari nilai
tersebut
yang
tidak
mutlak
kurang
memperhatikan tingkat penguasaan siswa
bahwa pada hakekatnya terhadap materi tes tidak
Kelemahan
setiap
penilaian
itu dapat diketahui, sehingga
bersifai relatif
kualitas
hasil
belajar
siswa
tidak
dapat
terkontrol
1. Rerata
dan sistem PAN, dan
kombinasi dari sistem
PAP dan sistem PAN.
dari hasil perhitungan sistem PAP
2. Batas lulus (passing grade) untuk menjaga
kualitas
lulusan,
kemudian
dilakukan
perhitungan dengan sistem PAN.
B. Teknik Pengolahan Skor
1. Mengolah Skor Mentah Menjadi Nilai Huruf
a. Mengolah skor mentah menjadi nilai huruf dengan menggunakan mean
dan deviasi rata-rata (DR).
Penggunaan mean dan Deviasi Rata-rata (DR) dalam penjabaran
skor mentah menjadi nilai huruf, terutama diperlukan jika data atau skor
mentah yang akan dijabarkan itu jumlahnya kecil (kurang dari 30),
sehingga untuk menghitung Mean daan DR dari data tersebut kita tidak
perlu menyusun tabel distribusi frekuensi. Berikut ini sebuah contoh:
Misalkan seorang Dosen memperoleh skor mentah dari hasil tes
yang telah diberikan kepada 20 orang mahasiswanya, sebagai berikut:
73, 69, 68, 68, 67, 67, 65, 64, 62, 61, 60, 59, 59, 57, 54, 53, 51, 48, 47, 40
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 25
Skor mentah tersebut akan dijabarkan menjadi nilai huruf, A, B, C, D,
TL, dengan menggunakan mean dan DR serta sekaligus penentuan nilai
hurufnya, kita membuat tabel seperti berikut:
Skor Mentah
(X)
73
69
68
Deviasi skor dari
Mean ( X - M )
13
9
8
68
67
67
8
7
7
Penentuan Nilai
Huruf
73
69
68
B
68
67
67
65
64
62
61
5
4
2
1
65
64
62
61
60
59
59
57
54
53
0
1
1
3
6
7
60
59
59
57
54
53
C
D
51
48
47
9
12
13
51
48
47
40
1192
(∑ X)
20
136
(∑ [ X – M ])
40
TL
Langkah-langkah penyusunan table:
1) Masukan skor mentah kedalam kolom 1 menurut urutan besarnya
(rangking), kemudian jumlahkan.
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 26
2) Hitunglah Mean dengan membagi jumlah skor mentah itu dengan
N (banyaknya mahasiswa yang dites).
Rumus Mean =
X
N
=
1.192
= 59,6 dibulatkan = 60
20
3) Isilah kolom dua dengan selisih (deviasi) tiap-tiap skor dari Mean,
kemudian jumlahkan pula (dalam menjumlahkan, tanda ( - ) pada
kolom dan dihilangkan).
4) Hitunglah Deviasi Rata-ratanya (DR) dengan membagi
(X – M)
dengan N = 136 : 20 = 6,8.
Dengan demikian sekarang kita telah mendapatkan dari skor
mentah tersebut
Mean (M) = 60
DR
= 6,8
Penjabaran nilai huruf:
1) Pertama-tama kita tentukan besarnya Skala Unit Deviasi (SUD).
Misalnya dalam penjabaran ini kita pergunakan seluruh jarak
Range – 3DS s/d + 3 DS = 6 DS. Karena nilai huruf yang berarti =
4 unit, maka dalam hal ini kita tentukan besarnya SUD =
6DS
=
4
1,5 DS
Oleh karena dalam penjabaran ini kita menggunakan DR
sebagai pengganti DS, jadi SUD = 1,5 DR = 1,5 x 6,8 = 10,25 ;
dibulatkan = 10.
2) Titik-tengah C terletak pada Mean = 60, karena C merupakan nilai
tengah pada skala penilaian A – B – C – D – TL. Untuk lebih
jelasnya, perhatikan gambar berikut:
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 27
= 6 DS
-3 -2 -1
+3
1
2
0
+1 +2 +3
N
3
D
C
TL
4
= 4 Unit
B
A
Oleh karena itu SUD = 6 DS : 4 =1,5 DS
Titik tengah C terletak pada Mean = 60.
3) Langkah selanjutnya kita menentukan batas-bawah (lower limit)
dan batas-atas (upper limit) dari masing-masing nilai huruf.
Dari langkah b di atas sudah diketahui bahwa:
Titik tengah
C = M = 60. Dengan demikian maka:
Batas-bawah
C = M – 0,5 SUD
= 60 – 0,5 X 10 = 55
Batas-atas
C = M + 0,5 SUD
= 60 + 0,5 X 10 = 65
Batas bawah
D = M – 1,5 SUD
= 60 – 1,5 X 10 = 45
Skor dibawah 45 = TL
Batas-atas
B = M + 1,5 SUD
= 60 + 1,5 X 10 = 75
Skor di atas
75 = A.
4) Berdasarkan hasil perhitungan pada langkah c tadi di atas, kita
mentransfer skor-skor mentah tersebut kedalam nilai huruf, seperti
terlihat dalam kolom tiga pada table yang telah kita buat terdahulu:
a) Skor 76 ke atas
=A
= tidak ada
b) Skor 66 – 75
=B
= 6 orang
c) Skor 55 – 65
=C
= 8 orang
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 28
d) Skor 45 – 54
=D
e) Skor 44 – ke bawah
= TL = 1 orang.
= 5 orang
Cara penjabaran seperti tersebut diatas ternyata bahwa hasilnya
lebih baik. Kita melihat bahwa yang tidak lulus (TL) hanya satu
orang, meskipun yang memperoleh A ternyata tidak ada. Hal ini
dimungkinkan karena dalam penjabaran tersebut kita menggunakan
seluruh Range antara – 3 DS sampai dengan + 3 DS, sehingga titik
tengah C = M dan batas-lulus (batas-bawah D) terletak jauh
dibawah Mean (M – 1,5 SUD atau – 2,25 DS).
b. Mengolah Skor Mentah Menjadi Nilai Huruf Dengan Batasan Lulus =
Mean
Misalkan seorang dosen memperoleh skor dari hasil ujian semester
dari 50 orang mahasiswanya sebagai berikut:
97, 93, 92, 90, 87, 86, 86, 83, 81, 80,
80, 78, 76, 76, 75, 74, 73, 72, 72, 71,
69, 67, 67, 67, 64, 63, 63, 62, 62, 60,
58, 57, 57, 56, 56, 54, 52, 50, 47, 45,
43, 39, 36, 36, 32, 29, 27, 26, 20, 16.
Skor mentah ini akan kita olah menjadi nilai huruf A, B, C, D, dan TL.
Untuk mencari Mean dan DS kita susun skor mentah tersebut ke dalam
tabel frekuensi. Kita cari dulu range untuk menentukan besarnya
interval dan kelas interval.
Range = 97 – 16 = 81
Kelas interval = R/i + 1 = 81/10 + 1 = 9
Jadi, dengan menentukan besarnya interval = 10, kita peroleh kelas
interval = 9
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 29
Kelas
Interval
f
d
fd
fd²
1
96 – 105
1
+4
+4
16
2
86 – 95
6
+3
+ 18
54
3
76 – 85
7
+2
+ 14
28
4
66 – 75
10
+1
+ 10
10
5
56 – 65
11
0
0
0
6
46 – 55
4
-1
-4
4
7
36 – 45
5
-2
- 10
20
8
26 – 35
3
-3
-9
27
9
16 – 25
3
-4
- 12
48
50
+ 11
207
(N)
( Σfd )
( Σfd² )
Jumlah
= 60,5 + 2,2 = 62,7 dibulatkan 63
= 10
= 10
= 10 x 1,9 = 19
Selanjutnya, jika kita akan mengubah skor mentah yang diperoleh
dosen itu menjadi nilai huruf A, B, C, D, dan TL dengan batas lulus =
mean. Caranya adalah sebagai berikut:
Telah ditentukan bahwa batas lulus = mean = 63. Jadi, skor mentah
dari 63 keatas kita bagi menjadi nilai huruf A, B, C, D, dan skor
dibawah 63 dinyatakan Tidak Lulus (TL). Perhatikan gambar berikut :
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 30
-3 -2 -1
+3
TL
0
+1 +2 +3
0,75 1,5 2,25
D C B
A
Bahwa :
SUD = 0,75; DS = 0,75 x 19 = 14,25
Dengan demikian, selanjutnya kita dapat menghitung dengan mudah
batas atas dan batas bawah dari masing-masing nilai huruf itu sebagai
berikut:
Batas bawah D atau batas lulus = mean = 63
Skor di bawah 63 = TL
Batas atas D = M + 1 SUD = M + 0,75 DS =
= 63 + 14,25 = 77 (dibulatkan)
Batas atas C = M + 2 SUD = M + 1,5 DS =
= 63 + 28,5 = 92 (dibulatkan)
Batas atas B = M + 3 SUD = M + 2,25 DS =
= 63 + 42,75 = 106 (dibulatkan)
Skor di atas 106 = A
Dengan perhitungan tersebut maka hasil kelulusan dari 50 mahasiswa itu
adalah sebagai berikut:
Yang tidak lulus (TL), skor di bawah 63
= 23 orang
Yang mendapat nilai D, skor 63 – 77
= 15 orang
Yang mendapat nilai C, skor 78 – 92
= 10 orang
Yang mendapat nilai B, skor 93 – 106
= 2 orang
Yang mendapat nilai A, skor di atas 106
= tidak ada
Jika skor mentah yang diperoleh 50 orang mahasiswa itu kita
jabarkan menjadi nilai 1 – 10 dengan menggunakan mean dan DS aktual
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 31
dengan batas-lulus M + 0,25 DS = 63 + 4,75 = 68 (dibulatkan), maka
yang dapat dinyatakan lulus = 21 orang, dan yang tidak lulus = 29 orang.
c. Mengolah skor mentah menjadi nilai huruf dengan menggunakan Mean
Ideal dan DS Ideal
Berikut ini akan penulis uraikan bagaimana mengolah skor mentah
menjadi nilai huruf A, B, C, D, TL, dengan menggunakan Mean Ideal
dan DS Ideal. Dibandingkan dengan cara seperti yang telah diuraikan
pada pasal B di muka, cara berikut lebih mudah karena tidak perlu
menyusun tabel distribusi frekuensi. Jika skor maksimum ideal dari tes
yang diberikan kepada 50 orang mahasiswa tersebut = 120, maka Mean
Ideal
=
1
3
1
2
x skor max. Ideal =
1
2
x 120 = 60. Dan DS Ideal dari tes tersebut
x 60 = 20.
Dengan cara penjabaran yang diuraikan dalam pasal B, yakni
dengan ketentuan titik-tengah C = Mean, dan SUD = 1,5 DS, maka kita
peroleh perhitungan sebagai berikut:
Mean = 60. DS = 20. SUD = 1,5 DS = 1,5 x 20 = 30.
Titik tengah
C = Mean = 60
Batas-bawah C = M – 0,5 SUD = 60 – 15 = 45
Batas-atas
C = M + 0,5 SUD = 60 + 15 = 75
Batas-bawah D = M – 1,5 SUD = 60 – 45 = 15
Batas-atas
B = M + 1,5 SUD = 60 +45 = 105
Skor di bawah 15 = TL, dan
Skor di atas 105 = A.
Untuk lebih jelasnya lihat gambar di bawah ini:
Jika skor mentah yang diperoleh 50 orang mahasiswa itu kita
transfer ke dalam nilai huruf sesuai dengan perhitungan di atas, kita
peroleh hasil seperti berikut:
Yang tidak lulus (TL), skor di bawah 15 = tidak ada.
Yang mendapat nilai D, skor 15 – 44
= 10 orang.
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 32
Yang mendapat nilai C, skor 45 – 75
= 26 orang.
Yang mendapat nilai B, skor 76 – 105
= 14 orang.
Yang mendapat nilai A, skor di atas 105 = tidak ada.
Bandingkan hasil tersebut di atas dengan hasil perhitungan yang
diperoleh pada pasal B di muka.
2. Mengolah skor mentah menjadi nilai 1 – 10
Untuk mengolah skor mentah menjadi nilai 1 – 10, kita perlu
mencari mean (angka rata-rata) dan DS. Untuk itu skor mentah tersebut
kita susun
ke dalam tabel distribusi frekuensi. Langkah-langkah
menyusun tabel frekuensi adalah sebagai berikut:
a. Kita tentukan dulu banyaknya kelas interval dengan jalan:
1) Mencari range (R), dengan mengurangi skor maksimum dengan
skor minimum (range = selisih antara skor maksimum dan skor
minimum).
2) Bagian range kedalam interval-interval yang sama sedemikian
rupa sehingga jumlah kelas interval antara 6 – 15 atau 11 – 19.
Rumus untuk mencari kelas interval:
3) Cara lain untuk mencari atau menentukan besarnya kelas interval
dapat juga menggunakan rumus Sturges sebagai berikut:
K = 1 + 3,3 log n
K = banyaknya kelas yang dihendaki atau dicari.
1 = merupakan bilangan tetap.
N = banyaknya skor (jumlah siswa yang dites).
b. Mengisi kolom dua (kolom interval) didalam tabel yang telah
tersedia, mulailah dari skor minimum berturut-turut dari interval yang
telah ditemukan dan sejumlah kelas yang ditentukan pada langkah
pertama.
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 33
c. Membuat tally pada kolom 3 (menabulasikan tipa-tiap skor kedalam
kelasnya).
d. Mengisikan angka (jumlah) tally kedalam kolom 4 (lajur frekuensi =
f).
e. Menentukan deviasi pada lajur d dengan menetapkan letak mean
dugaan (M') dengan angka nol pada kelas tertentu. Untuk menduga
letak nol tersebut dapat kita pilih kelas yang mengandung frekuansi
yang paling tinggi. Selanjutnya kita letakan angka-angka deviasi itu
dari nol keatas dan kebawah. Angka-angka diatas nol kita beri tanda
+ (plus) dan angka-angka dibawah nol kita beri tanda – (minus).
f. Mengisi lajur fd dengan mengalikan angka-angka pada lajur f dan d,
kemudian hasilnya dijumlahkan pada bagian bawah dari tabel ( = fd).
Sampai dengan kolom 6 ini (lajur fd) kita telah dapat menghitung
besarnya mean yang sebenarnya dari tabel tersebut. Akan tetapi,
karena kita masih memerlukan mencari DS (Deviasi Standard), kita
perlu menambah satu kolom lagi untuk mencari fd².
g. Mengisi lajur fd², kemudian dijumlahkan pula pada bagian bawah
dari tabel sehingga kita peroleh Σfd² yang diperlukan dalam rumus
untuk mencari DS.
Contoh:
Umpamakan seorang guru memperoleh skor mentah dari hasil
ulangan sejarah di kelas III SMK yang berjumlah 50 orang siswa
sebagai berikut:
16 64 87 36 65 42 43 45 47 51
77 55 68 42 40 47 42 46 45 50
20 57 28 7
44 51 40 39 39 57
28 39 21 48 46 37 41 43 49 71
29 44 34 50 45 35 44 52 56 45
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 34
Untuk mengolah skor mentah di atas menjadi nilai 1 – 10, kita perlu
mencari mean dan DS. Untuk itu skor mentah tersebut kita susun ke
dalam tabel distribusi frekuensi.
Skor maksimum = 87
Skor minimum
=7
Range
= 87 – 7 = 80
Banyaknya kelas interval: +
Jadi, interval (i) = 8, kelas interval = 11
Kelas
Interval
f
d
fd
Fd²
1
87 - 94
1
+6
6
36
2
79 – 86
0
+5
0
0
3
71 – 78
2
+4
8
32
4
63 – 70
3
+3
9
27
5
55 – 62
4
+2
8
16
6
47 – 54
11
+1
11
11
7
39 – 46
18
0
0
0
8
31 – 38
4
-1
-4
4
9
23 – 30
3
-2
-6
12
10
15 – 22
3
-4
-9
27
11
7 – 14
1
-4
-4
16
+ 19
181
( ∑fd )
(∑fd² )
Jumlah
N = 50
Dengan melihat pada tabel distribusi frekuensi maka:
Dari tabel tersebut juga kita sekarang mencari DS:
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 35
=
=
= 8 X 1,89 = 15,12 dibulatkan = 15
3. Mengolah skor mentah menjadi skor standar Z
Yang dimaksud dengan skor Z adalah skor yang penjabarannya
didasarkan atas unit deviasi standar dari mean. Dalam hal ini mean
dinyatakan = 0 (Nol). Oleh karena itu, dengan penjabaran skor-skor mentah
manjadi skor standar Z itu kita dapat melihat bagaimana kedudukan skorskor tersebut dibandingkan dengan rata-rata skor kelompoknya, apakah ia
terletak di atas rata-rata kelompok (mean) atau dibawahnya. Pengolahan
skor mentah menjadi skor Z ini seringkali dirasakan perlunya karena dengan
hanya melihat skor mentah saja kita belum dapat memberikan tafsiran yang
baik dan tepat. Atau dengan kata lain, dengan hanya mengetahui skor
mentah saja dapat menimbulkan tafsiran yang salah mengenai kecakapan
seseorang.
Contoh:
Misalkan kita melihat hasil tes dari dua orang anak bernama umar dan basir.
Hasil tes Umar sebagai berikut:
Bahasa Indonesia
= 65
Matematika
= 55
IPS
= 70
Hasil tes Basir sebagai berikut:
Bahasa Indonesia
= 70
Matematika
= 60
IPS
= 60
Pertanyaan yang timbul ialah: siapa diantara kedua anak tersebut yag
sebenarnya lebih baik prestasinya? Umar atau Basir?. Dengan menggunakan
skor standar (skor Z) kita dapat mengetahui siapa yang sebenarnya lebih
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 36
baik atau lebih tinggi prestasinya. Dalam hal ini perlu diingat bahwa mean
dan DS untuk tiap mata pelajaran yang dicapai oleh kedua anak itu sama.
Skor Z Umar:
Bahasa Indonesia:
Matematika:
IPS:
Jumlah
= + 2,75
Skor Z Basir:
Jumlah
= + 3,25
Dengan melihat hasil tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
prestasi Basir ternyata lebih baik daripada Umar.
4. Mengolah skor mentah menjadi skor standar T
Dengan bersumber pada skor Z seperti telah dibicarakan dimuka,
banyak pula dikembangkan skor-skor standar lainnya yang dikenal orang
sebagai angka skala. Jenis skor standar yang meupakan angka skala yang
telah banyak dikenal orang antara lain ialah skor T. Yang dimaksud dengan
skor T ialah angka skala yang menggunakan dasar mean = 50 dan jarak tiap
deviasi standar (DS) = 10, didalam range – 3 DS sampai dengan + 3 DS, T
tersebar dari 20 s.d. 80, tanpa bilangan-bilangan minus.
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 37
Penjabaran skor mentah kedalam skor T ini pun sering kali kita
perlukan untuk mengetahui bagaimana kedudukan seorang anak yang
memperoleh skor tersebut dibandingkan dengan kelompoknya didalam
suatu hasil tes. Selain itu dengan penjabaran kedalam skor T ini, hasil-hasil
tes (skor mentah) yang diperoleh dari beberapa mata pelajaran yang
memiliki mean dan DS yang berbeda-beda dapat di ubah menjadi skor-skor
standar dengan satu skala unit deviasi. Dengan demikian, suatu panitia
tujuan sekolah, misalnya dapat menentukan “Batas lulus” dari berbagai mata
pelajaran dengan kedudukan nilai skor yang sama setelah setiap skor dari
mata pelajaran-mata pelajaran tersebut dijabarkan kedalam skor T.
Rumusnya:
Contoh:
Jika skor-skor yang diperoleh Umar tadi kita jabarkan ke dalam skor T,
maka akan kita peroleh data sebagai berikut:
Bahasa Indonesia :
=
65 60
4
10 50
( 1,25 ) 10 50
62 ,5
10 50
( 2,5) 10 50
75,0
10 50
( 1,0) 10 50 )
40 ,0
Matematika:
=
55 45
4
IPS:
=
70 75
5
Dengan melihat hasil penjabaran ke dalam skor T tersebut di atas, secara
cepat kita dapat mengatakan bahwa Umar memiliki prestasi yang cukup
baik
dalam
matematika
dibandingkan
dengan
teman-teman
sekelompoknya, dan kurang baik prestasinya dalam IPS. Ingat bahwa
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 38
dengan menjabarkan ke dalam skor T itu, kita telah menyamakan
besarnya Mean dari ketiga mata pelajaran tersebut, yaitu Mean = 50.
-1,0
+1,25
+2
+2,5
,0 +3
60
64 65 68
72
41
45
49
53 55 57
65
70
75
80
85
90
30
40
50
60
70
70
Skor Z
-3
-2
-1
0
B. Indo
48
52
56
Matematika
33
37
IPS
60
Skor T
20
+1
Jika skor-skor yang diperoleh umar tadi kita letakkan dalam skala
skor T yang disejajarkan dengan skor Z, akan kita lihat seperti terlukis
pada gambar di atas. Gambar di atas menjelaskan bagaimana kedudukan
skor-skor yang diperoleh Umar dibandingkan dengan rata-rata
kelompoknya. Perhatikan skor-skor yang dicetak miring pada gambar,
dan skor Z-nya yang terletak di atas dasar kurva.
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 39
BAB IX
MENILAI KUALITAS ALAT EVALUASI
A. Teknik Analisis Tes
Teknik analisis tes dilakukan untuk mengetahui kelayakan perangkat tes
dalam pengambilan data. Analisis yang dilakukan meliputi uji validitas, tingkat
kesukaran, daya pembeda dan reliabilitas instrumen.
1.
Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui ukuran kesahihan butir soal yang
digunakan sebagai instrumen untuk mengambil data pada saat penelitian. Uji ini
sangat penting agar diperoleh data yang valid pada saat penelitian. Menurut
Arikunto (2006:168) validitas tes adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Untuk mengetahui
validitas item dari tes, digunakan teknik kolerasi “Pearson’s Product Moment”.
Adapun perumusannya sebagai berikut:
r xy
n
n
x2
xy
x
x
n
y
y2
y
2
(Arikunto, S. 2006 : 170)
dengan :
r xy = koefisien kolerasi antara variabel x dan y
x = skor siswa pada butir item yang diuji validitasnya
y = skor total yang diperoleh siswa
Untuk menginterpretasikan koefisien korelasi yang telah diperoleh
digunakan tabel nilai r product moment. Untuk menginterpretasikan tingkat
validitasnya, maka koefisien kolerasinya dikategorikan pada kriteria seperti
dalam tabel berikut ini.
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 40
Tabel 9.1
Interpretasi Validitas
Koefisien Korelasi
Kriteria validitas
0,80 < r11
1,00
sangat tinggi
0,60 < r11
0,80
tinggi
0,40 < r11
0,60
cukup
0,20 < r11
0,40
rendah
0,00 < r11
0,20
sangat rendah
2. Reliabilitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat keajegan suatu perangkat
tes yang digunakan sebagai instrumen pada suatu penelitian. Suatu perangkat
tes yang baik merupakan perangkat yang menghasilkan skor yang tidak
berubah-ubah atau ajeg. Menurut Syambasri (Dahlan, 1990:) “reliabilitas adalah
tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat
dipercaya untuk menghasilkan skor yang
konsisten (tidak berubah-ubah)”.
Dalam beberapa penelitian, untuk menentukan reliabilitas tes uraian digunakan
rumus alpha sebagai berikut :
r11
n
n 1
2
i
1
2
t
(Arikunto, S. 2003 : 109)
dengan :
r11
= koefisien reliabilitas perangkat tes
2
i
2
t
n
= jumlah varians skor tiap-tiap item
= varians total
= jumlah siswa
Rumus varians yang digunakan yaitu :
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 41
X
X
N
2
2
b
t
2
N
2
Y2
N
( Varians skor tiap butir soal)
Y2
N
( Varians total)
(Arikunto, S. 2003:110)
Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen
yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 9.2
Interpretasi Reliabilitas
r11
Interpretasi
0,80 < r11
1,00
Sangat tinggi
0,60 < r11
0,80
Tinggi
0,40 < r11
0,60
Sedang
0,20 < r11
0,40
Rendah
0,00 < r11
0,02
Sangat rendah
3. Daya Pembeda
Uji daya pembeda dilakuan untuk mengetahui kemampuan suatu soal
untuk membedakan antara kemampuan siswa pada kelompok atas (siswa
berkemampuan tinggi) dan kemampuan siswa pada kelompok bawah (siswa
berkemampuan rendah). Suharsimi Arikunto (1991 : 213) mengemukakan
bahwa daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa
yang
pandai
(berkemampuan
tinggi)
dan
siswa
yang
bodoh
(berkemampuan rendah). Untuk menghitung daya pembeda tiap item soal,
menggunakan rumus:
DP
SA
SB
IA
x 100 %
(Karno To, 1996 : 15)
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 42
dengan :
DP = indek daya pembeda item satu butir soal tertentu
SA = jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah
SB = jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang
diolah
IA = jumlah skor ideal salah satu kelompok atas atau bawah
Nilai daya pembeda (DP) yang diperoleh, kemudian diinterpretasikan pada
kategori berikut ini .
Tabel 9.3
Interpretasi Daya Pembeda
Koefisien Korelasi
Kriteria validitas
negatif - 9 %
sangat buruk
10 % - 19 %
buruk
20 % - 29 %
Agak baik
30 % - 49 %
baik
50 % - keatas
sangat baik
4. Tingkat Kesukaran
Uji tingkat kesukaran dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaran suatu
soal, uji ini penting agar dalam suatu perangkat soal tidak didominasi oleh soal
mudah atau sukar saja. Suharsimi (1991:210) menyatakan bahwa bilangan yang
menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran
(difficulty index). Selanjutnya Karno To (1999) menjelaskan untuk menghitung
taraf kemudahan dipergunakan rumus :
TK
dengan :
SA
IA
SB
x100 %
IB
(Karno To, 1996 : 16)
St = jumlah skor kelompok atas
St = jumlah skor kelompok bawah
IA = jumlah skor ideal kelompok atas
IB = jumlah skor ideal kelompok bawah
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 43
Untuk menginterpretasikan tingkat kesukaran tiap item soal tiap tahap
dilakukan dengan interpretasi pada tabel berikut
Tabel 9.4
Interpretasi Tingkat Kesukaran
Koefisien Korelasi
Kriteria validitas
0 % - 15 %
sangat buruk
16 % - 30 %
buruk
21 % - 70 %
cukup
71 % - 85 %
baik
86 % - 100 %
sangat baik
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 44
BAB X
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peran sekolah dan guru-guru yang pokok adalah menyediakan dan
memberikan fasilitas untuk memudahkan dan melancarkan cara belajar siswa.
Guru harus dapat membangkitkan kegiatan-kegiatan yang membantu siswa
untuk meningkatkan cara dan hasil belajarnya. Namun, di samping itu kadangkadang guru merasa bahwa evaluasi itu merupakan sesuatu yang bertentangan
dengan pengajaran. Hal ini timbul karena sering kali terlihat bahwa adanya
kegiatan evaluasi justru merisaukan dan menurunkan gairah belajar pada siswa.
Jadi seolah-olah kegiatan evaluasi bertentangan dengan kegiatan pengajaran.
Pendapat demikian itu pada hakekatnya tidak benar. Memang, evaluasi yang
dilakuakan secara tidak benar dapat mematikan semangat siswa dalam belajar.
Sebaliknya, evaluasi yang dilakukan dengan baik dan benar, seharusnya dapat
meningkatkan mutu dan hasil belajar, karena kegiatan evaluasi itu membantu
guru untuk memperbaiki cara mengajar dan membantu siswa dalam
meningkatkan cara belajarnya. Bahkan dapat dikatakan bahwa evaluasi tidak
dapat dilepaskan dari pengajaran.
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pengajaran. Kegiatan
evaluasi merupakan suatu cara yang paling efektif untuk mengetahui sejauh
mana keberhasilan penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan, sekaligus
mengukur keberhasilan guru dalam mengajar. Oleh karena itu, sudah selayaknya
bagi seorang guru/pendidik untuk terus meningkatkan kinerjanya dalam
melayani dan memfasilitasi para peserta didik dalam setiap proses pembelajaran.
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 45
B. Saran
Evaluasi Pembelajaran merupakan kelompok Mata Kuliah Keahlian
Profesi (MKKP) pada program studi Pendidikan Teknik Mesin/S1, khususnya
dalam hal ini ditujukan bagi mahasiswa konsentrasi Otimotif. Dengan metode
pendekatan pembelajaran bersifat ekspositori, penugasan, tanya jawab, dan drill,
merupakan metode yang sangat tepat bagi tercapainya proses pembelajaran
efektif, sehingga tujuan pembelajaran pun akan tepat sasaran. Satu hal yang
mungkin bisa dijadikan bahan evaluasi perkuliahan ke depan, yaitu masalah
alokasi waktu perkuliahan yang dirasakan sangat minim sekali untuk berdiskusi.
Oleh karena itu, untuk perkuliahan selanjutnya diusahakan untuk lebih
memaksimalkan waktu yang ada. Pada umumnya penulis sangat mendukung
sekali terhadap metode pembelajaran yang diterapkan, karena dengan melalui
metode ini mahasiswa akan lebih terlatih terhadap peka terhadap penggalian
ilmu secara mandiri. Oleh karena itu, untuk proses pembelajaran kedepannya
mudah-mudahan terdapat hubungan komunikasi yang baik antara pengajar
(dosen) dan peserta didik (mahasiswa) demi tercapainya tujuan pembelajaran
bersama.
Evaluasi Pembelajaran Teknik Otomotif 46
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. (2003). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta :
Bumi Aksara.
Dahlan. (1990). Model-model mengajar. Bandung: Dipenogoro
Karno To. (1996). Mengenal Analisis Tes (Pengenalan Ke Program
Komputer ANATES). Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan:
FIP IKIP Bandung
Nurkancana & Sumartana, W (1983). Evaluasi Pendidikan. Surabaya :
Usaha Nasional.
Purwanto, Ngalim (1994). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung : PT Remaja Rosda Karya
Sudijono, Anas (2003). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Suherman, Erman (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung :
JICA FPMIPA UPI.