Academia.eduAcademia.edu

MELALUI MODEL EXPLICIT INSTRUCTION Sulistiyaningsih

2013

Kualitas pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) khususnya pada materi pokok karya topeng nusantara di kelas V SD Negeri Kambangan 02 tergolong rendah, pembelajaran cenderung berpusat pada aspek kognitif saja tanpa adanya pemberian kesempatan kepada siswa untuk dapat menciptakan suatu karya melalui pengalaman langsung, sehingga aspek psikomotor dan aspek afektif siswa belum berkembang secara optimal. Faktor inilah yang kemudian mempengaruhi hasil daya serap siswa pada mata pelajaran SBK materi pokok karya topeng nusantara tahun 2011/2012 dari sejumlah 21 siswa masih terdapat 8 siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM ≥71. Karena itu, diperlukan suatu upaya untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan menerapkan model pembelajaran explicit instruction. Tujuan penelitian ini yaitu untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran SBK pada materi pokok karya topeng nusantara di kelas V SD Negeri Kambangan 02 Kabupaten Tegal melalui penerapan model pembelajaran explicit instruction. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan dengan tahapan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Berdasarkan analisis data penelitian, diperoleh persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I mencapai 71,00% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 75,23. Sedangkan pada siklus II ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 91,67% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 78,20. Demikian pula persentase aktivitas siswa pada saat pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 62,17% menjadi 88,65% pada siklus II. Peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa tidak terlepas dari peningkatan performansi guru dalam menerapkan model pembelajaran explicit instruction sehingga kualitas pembelajaran menjadi lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan terhadap performansi guru pada siklus I mencapai 80,82 yang meningkat menjadi 88,46 pada siklus II. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran explicit instruction dapat meningkatkan kualitas pembelajaran SBK materi pokok karya topeng nusantara pada siswa kelas V SD Negeri Kambangan 02 Kabupaten Tegal.

JEE 2 (2) (2013) Journal of Elementary Education http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jee PENINGKATAN HASIL BELAJAR KARYA TOPENG NUSANTARA MELALUI MODEL EXPLICIT INSTRUCTION Sulistiyaningsih Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia Info Artikel Abstrak ________________ ___________________________________________________________________ Sejarah Artikel: Diterima Mei 2013 Disetujui Juni 2013 Dipublikasikan Juli 2013 Kualitas pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) khususnya pada materi pokok karya topeng nusantara di kelas V SD Negeri Kambangan 02 tergolong rendah, pembelajaran cenderung berpusat pada aspek kognitif saja tanpa adanya pemberian kesempatan kepada siswa untuk dapat menciptakan suatu karya melalui pengalaman langsung, sehingga aspek psikomotor dan aspek afektif siswa belum berkembang secara optimal. Faktor inilah yang kemudian mempengaruhi hasil daya serap siswa pada mata pelajaran SBK materi pokok karya topeng nusantara tahun 2011/2012 dari sejumlah 21 siswa masih terdapat 8 siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM ≥71. Karena itu, diperlukan suatu upaya untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan menerapkan model pembelajaran explicit instruction. Tujuan penelitian ini yaitu untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran SBK pada materi pokok karya topeng nusantara di kelas V SD Negeri Kambangan 02 Kabupaten Tegal melalui penerapan model pembelajaran explicit instruction. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan dengan tahapan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Berdasarkan analisis data penelitian, diperoleh persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I mencapai 71,00% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 75,23. Sedangkan pada siklus II ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 91,67% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 78,20. Demikian pula persentase aktivitas siswa pada saat pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 62,17% menjadi 88,65% pada siklus II. Peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa tidak terlepas dari peningkatan performansi guru dalam menerapkan model pembelajaran explicit instruction sehingga kualitas pembelajaran menjadi lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan terhadap performansi guru pada siklus I mencapai 80,82 yang meningkat menjadi 88,46 pada siklus II. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran explicit instruction dapat meningkatkan kualitas pembelajaran SBK materi pokok karya topeng nusantara pada siswa kelas V SD Negeri Kambangan 02 Kabupaten Tegal. ________________ Keywords: archipelago’s mask; explicit instruction; learning SBK._________________ ___ Abstract ___________________________________________________________________ Quality of SBK learning particularly in the main subject the creation of archipelago’s mask in 5 th grade State Elementary School Kambangan 02 is low, learning tends to be centered on the cognitive aspect without giving an opportunity to the students to be able to create a masterpiece through direct experience, so that aspect of psychomotor and affective aspect of students undeveloped optimally. This factor that then affect the absorptive capacity of students on SBK lesson in the main subject the creation of archipelago’s mask in 2011/2012 from 21 students there are 8 students who received value below KKM ≥ 71. Therefore, it required an effort to develop and improve the quality of learning, one of the efforts made by implementing the explicit instruction learning model. The purpose of this research is to improve and increase the quality of SBK learning in the main subject the creation of archipelago’s mask in 5 th grade State Elementary School Kambangan 02 Tegal through the implementation of explicit instruction learning model. The method used in this research is class action research. This research implemented in two cycles. Each cycle consist of two meetings with the stages of planning, actuating, observation and reflection. Based on the analysis of research data, obtained the exhaustiveness percentage of students learning outcome in the 1st cycle reached 71.00% with the average value of class 75,23. While in the 2nd cycle exhaustiveness of students learning was increase become to 91.67% with the average value of class 78,20. Likewise percentage of student’s learning activity in the 1st cycle increased by 62.17% to 88.65% in the 2nd cycle. Increased learning outcome and activity of students is not separated from the increased performance of teacher in implemention of explicit instruction learning model so that the quality of learning become better. It can be seen from the observation to the teacher’s performance in the 1st cycle achieve 80,82 increase to 88.46 in the 2 nd cycle. Based on these results, it can be concluded that through the implementation of explicit instruction learning model can increase the quality of SBK learning in the main subject of creation of archipelago’s mask in 5 th grade State Elementary School students Kambangan 02 Tegal. © 2013 Universitas Negeri Semarang  Alamat korespondensi: Kampus Tegal, Jalan Kompol Suprapto No. 4 Tegal Jawa Tengah 52114 E-mail: journal.unnes.ac.id ISSN 2252-9047 51 Sulistiyaningsih / Journal of Elementary Education 2 (2) (2013) PENDAHULUAN khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedur yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah (Trianto, 2011). Kegiatan pokok dalam model pembelajaran explicit instruction ialah: (1) pemberian wawasan pengetahuan; (2) mempraktikkan suatu keterampilan oleh guru bersama dengan siswa; dan (3) bimbingan dan umpan balik. Model pembelajaran ini memiliki kelebihan antara lain siswa benar-benar mengetahui materi pelajaran yang diberikan dan semua siswa aktif terlibat dalam pembelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman langsung bagi siswa. Dari hasil refleksi yang dilakukan, peneliti menyadari kualitas pembelajaran SBK di SD Negeri Kambangan 02 saat ini masih terkolong rendah. Hal ini terjadi karena kegiatan pembelajaran SBK pada materi pokok karya topeng nusantara selama ini belum dapat memberikan kesempatan kepada siswa secara optimal untuk dapat memperoleh wawasan tentang topeng, membuat topeng dan mengapresiasi topeng yang telah dibuat baik oleh siswa sendiri maupun oleh siswa lainnya. Pembelajaran SBK pada materi pokok karya topeng nusantara belum menerapkan model pembelajaran yang dapat merealisasikan ketiga kegiatan pokok tersebut, sehingga menyebabkan hasil belajar siswa pada materi ini masih rendah. Faktor inilah yang mempengaruhi hasil belajar siswa menjadi kurang optimal. Hal ini diketahui dari hasil pembelajaran SBK pada materi pokok karya topeng nusantara di kelas V Tahun Pelajaran 2011/2012, dengan jumlah 21 siswa, masih terdapat 8 siswa yang mendapat nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) 71. Kenyataan yang terjadi di SD Negeri Kambangan 02 diketahui bahwa penerapan pembelajaran SBK belum dapat mengembangkan aspek kognisi seni, apresiasi seni, dan pengalaman kreatif sehingga mempengaruhi hasil belajar menjadi kurang optimal maka diperlukan suatu upaya dari guru untuk merancang pembelajaran dengan model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan dapat mengoptimalkan perkembangan kognisi seni, apresiasi seni dan pengalaman kreatif siswa. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Materi Pokok Karya Topeng Nusantara Melalui Model Explicit Instruction Mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) termasuk dalam kelompok mata pelajaran yang berbasis pelatihan rasa (Pamadhi, 2009). Kelompok mata pelajaran pelatihan pengembangan rasa dikemas dengan melatih rasa sosial, rasa ke-Tuhan-an, dan rasa keindahan. Selanjutnya, menurut Pamadhi (2009) mata pelajaran SBK dalam kurikulum pendidikan berusaha mengembangkan rasa keindahan yang berguna bagi siswa, karena melalui mata pelajaran ini kemampuan kreasi siswa dapat dikembangkan. Misalnya dalam proses berkarya (berproduksi) siswa akan dapat menggerakkan seluruh indera rasa, pikir dan karsa. Sedangkan Ki Hajar Dewantara dalam Pamadhi (2009) menyatakan seni yaitu segala perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah, hingga dapat menggerakkan jiwa dan perasaan manusia. Terdapat tiga ruang lingkup pendidikan seni, yaitu: (1) pengetahuan seni yang berupa: kognisi seni (pengetahuan keilmuan); (2) apresiasi seni; dan (3) pengalaman kreatif (Pamadhi, 2009). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa konsep pembelajaran SBK yang ideal hendaknya dapat mengembangkan aspek kognisi seni, apresiasi seni, dan pengalaman kreatif dengan seimbang. Hal ini sangat diperlukan dalam pembelajaran SBK, apalagi jika dikaitkan dengan kemampuan anak untuk dapat menggunakan daya pikir, cipta, rasa, dan kreativitas siswa agar tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai secara optimal. Upaya untuk memberikan pelayanan pembelajaran yang ideal bagi siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dapat ditempuh melalui berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut yaitu dengan melakukan inovasi pembelajaran, misalnya inovasi dalam metode, pendekatan, strategi, maupun model pembelajaran yang dapat membuat siswa dapat lebih mengembangkan aspek kognisi seni, apresiasi seni, dan pengalaman kreatif secara optimal. Hal ini sangat penting, sebab dengan mengembangkan ketiga aspek tersebut maka akan diperoleh keseimbangan dalam diri siswa sebagai individu yang utuh (jasmani dan rohani). Dalam penelitian ini, peneliti akan mengkaji tentang penggunaan suatu model pembelajaran untuk mata pelajaran SBK khususnya pada materi pokok karya topeng nusantara. Model pembelajaran explicit instruction merupakan model pembelajaran yang 52 Sulistiyaningsih / Journal of Elementary Education 2 (2) (2013) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kambangan 02 Kabupaten Tegal. keantusiasan siswa dalam pembelajaran; (2) keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan; (3) keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan; (4) ketekunan siswa dalam mengerjakan tugas; dan (5) kerjasama siswa dalam kelompok. Sedangkan aktivitas praktik yang diamati dalam penelitian ini antara lain: (1) tahap awal/persiapan; (2) tahap produksi; dan (3) tahap akhir/pasca produksi. Dokumen digunakan sebagai bukti pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian. Data dokumen mencakup Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), daftar nama siswa kelas V, daftar hadir siswa kelas V, daftar nilai kelas V, foto-foto dan video yang menggambarkan aktivitas dalam pembelajaran. Teknik analisis data yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis data hasil belajar, aktivitas siswa, dan performansi guru adalah sebagai berikut: METODE PENELITIAN Sesuai dengan judul yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran SBK pada materi pokok karya topeng nusantara di kelas V SD Negeri Kambangan 02 Kabupaten Tegal melalui model pembelajaran explicit instruction, maka jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek yang diteliti adalah guru dan siswa pada pembelajaran SBK materi karya topeng nusantara di kelas V SD Negeri Kambangan 02 Kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2012/2013, dengan jumlah siswa sebanyak 24 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu hasil belajar siswa, aktivitas siswa, dan performansi guru. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik tes, non-tes, dan dokumen. Tes akan digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa setelah pelaksanaan tindakan pada akhir siklus I dan siklus II. Jenis tes yang digunakan yaitu tes tertulis dengan bentuk tes pilihan ganda dan tes praktik serta penilaian produk. Observasi digunakan untuk memperoleh data tentang performansi guru dan aktivitas siswa, baik aktivitas belajar maupun aktivitas praktik di kelas V SD Negeri Kambangan 02. Observasi yang dilakukan menggunakan instrumen berupa lembar observasi aktivitas siswa dan lembar observasi performansi guru yang dilakukan pada tiap pembelajaran. Observer yang menilai aktivitas siswa adalah peneliti, sedangkan observer yang menilai performansi guru adalah guru kelas V SD Negeri Kambangan 02. Pengukuran terhadap performansi guru dapat diamati melalui Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG) yang terdiri dari APKG 1 untuk menilai kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran dan APKG 2 untuk menilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran explicit instruction. Data aktivitas siswa diperoleh melalui pengamatan (observasi) terhadap aspek-aspek yang dilakukan pada setiap pelaksanaan pembelajaran. Aspek-aspek belajar siswa yang diamati dalam penelitian ini antara lain: (1) Hasil Belajar Siswa Hal-hal yang dianalisis terkait dengan hasil belajar siswa adalah nilai hasil belajar, rata-rata kelas, dan persentase tuntas belajar klasikal. (1) Nilai Hasil Belajar Untuk menghitung nilai hasil belajar siswa menggunakan rumus sebagai berikut: Keterangan: NA = Nilai Akhir Sp = Skor Perolehan Sm = Skor Maksimal Bobot soal = Bobot soal keseluruhan (Mudjito, 2007: 25) (2) Nillai Rata-rata Siswa Untuk menghitung nilai rata-rata kelas menggunakan rumus sebagai berikut: ∑ Keterangan: ∑X = Jumlah nilai yang diperoleh siswa N = Jumlah siswa M = Nilai Rata-rata kelas (Sudjana, 2010: 109) (3) Persentase Tuntas Belajar Klasikal Untuk menghitung persentase tuntas belajar klasikal menggunakan rumus sebagai berikut (Aqib 2008: 41): ∑ ∑ Aktivitas Belajar Siswa 53 Sulistiyaningsih / Journal of Elementary Education 2 (2) (2013) V= Untuk menghitung persentase aktivitas belajar siswa digunakan rumus sebagai berikut (Yonny 2010: 177): Kesan umum kinerja guru. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh peneliti, pembelajaran SBK pada materi pokok karya topeng nusantara melalui penerapan model explicit instruction yang dilakukan telah mencapai keberhasilan. Keberhasilan dari penelitian ini dapat dilihat dari tercapainya semua indikator keberhasilan dari hasil belajar siswa, aktivitas siswa dan performansi guru yang menjadi tolak ukur dalam penelitian. Hasil belajar siswa pada materi karya topeng nusantara mengalami peningkatan sebesar 20,67% pada aspek ketuntasan belajar klasikal. Persentase ketuntasan belajar klasikal pada siklus I sebesar 71,00% dan pada siklus II meningkat menjadi 91,67%. Presentase ketuntasan belajar klasikal ini telah mencapai indikator keberhasilan ≥75%. Sedangkan rata-rata hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan. Peningkatan rata-rata hasil belajar siswa sebesar 2,97. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 75,23 dan pada siklus II meningkat menjadi 78,20. Supaya pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan berhasil, maka guru harus dapat merancang kegiatan pembelajaran secara baik dengan mempertimbangkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, materi pembelajaran serta yang tidak kalah penting adalah karakteristik siswa. Lowenfeld dan Brittain dalam Pamadhi (2009) mengklasifikasikan periodisasi seni rupa anak: Masa coreng moreng (2-4 tahun), pra bagan (4-7 tahun), bagan (7-9 tahun), awal realism (9-12 tahun), naturalisme/pseudo naturalistic (12-14 tahun), dan masa dewasa/the periode of dececion (14-17 tahun). Jika dilihat dari klasifikasi tersebut, maka siswa kelas V termasuk dalam periode realisme awal. Periode ini ditandai dengan adanya kesadaran perspektif, sehingga karya seni yang dibuat oleh siswa mulai mendekati kenyataan dengan latar yang tepat. Objek yang dibuat sudah mulai memperlihatkan rincian dan detail-detail namum belum memperhatikan gerak atau aktivitas objek yang dibuat. Siswa mulai menggunakan konsep berpikir abstak dan mengenali objek secara keseluruhan dan tidak terpisah-pisah. Sementara itu Herbert Read dalam Pamadhi (2009) menyatakan bahwa “art is most simply and most usually defined as attempt to create a pleasing form.” Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan seni memberikan andil dalam meningkatkan kreativitas siswa. Pendidikan seni adalah pendidikan yang integratif Performansi Guru Ada dua kategori yang diamati selama penelitian dalam kaitannya dengan performansi guru, yaitu pengamatan dalam perencanaan pembelajaran (APKG 1) dan pelaksanaan pembelajaran (APKG 2) yang telah disesuaikan dengan model pembelajaran explicit instruction. Dalam penilaian perencanaan pembelajaran oleh guru terdapat 6 aspek yang dinilai dengan skor maksimal 4. Sedangkan pada pengamatan pelaksanaan pembelajaran ada 7 aspek dengan skor maksimal 4. Teknik analisis data yang digunakan untuk menilai performansi guru adalah sebagai berikut: (1) Alat Penilaian Kemampuan Guru dalam perencanaan pembelajaran (APKG 1). Keterangan: A= Merumuskan tujuan/indikator pembelajaran. B = Mengembangkan dan mengorganisasikan materi, media pembelajaran dan sumber belajar. C= Merencanakan skenario kegiatan pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran explicit instruction. D= Merancang pengelolaan kelas. E= Merencanakan prosedur, jenis dan menyiapkan alat penilaian. F= Tampilan dokumen rencana pembelajaran. (2) Alat Penilaian Kemampuan Guru dalam pelaksanaan pembelajaran (APKG 2). Keterangan: P= Mengelola ruang dan fasilitas pembelajaran. Q = Melaksanakan kegiatan pembelajaran. R = Mengelola interaksi kelas. S = Bersikap terbuka dan luwes serta membantu mengembangkan sikap positif siswa terhadap belajar. T= Mendemonstrasikan kemampuan khusus mata pelajaran SBK. U= Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar. 54 Sulistiyaningsih / Journal of Elementary Education 2 (2) (2013) Aktivitas-aktivitas tersebut telah dilaksanakan dengan baik, sehingga persentase aktivitas belajar siswa meningkat. Berdasarkan analisis data, diketahui bahwa nilai performansi guru pada siklus I mencapai 80,82. Sedangkan nilai performansi guru pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 7,64 sehingga nilai performansi pada siklus II menjadi 88,46. Nilai akhir performansi tersebut telah melampaui indikator keberhasilan yaitu ≥70. Peningkatan nilai performansi pada siklus II ini tidak terlepas dari upaya perbaikan dalam penerapan model pembelajaran explicit instruction pada siklus II sehingga dapat terealisasi dengan baik. Guru merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran. Salah satu peran penting guru dalam kegiatan pembelajaran yaitu sebagai perencana dan pelaksana pembelajaran. Oleh karena itu, performansi dan kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran sangat menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan. Berdasarkan analisis dari hasil pengamatan performansi guru, aktivitas belajar siswa dan analisis hasil belajar siswa, dapat disimpulkan bahwa semakin baik performansi guru dalam merancang pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran, maka akan semakin meningkat pula aktivitas dan keterlibatan siswa dalam belajar sehingga hal ini berpengaruh pula pada hasil belajar siswa. Gambaran visual mengenai peningkatan performansi guru, aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa, dan ketuntasan belajar klasikal dapat dilihat pada bagan berikut ini: karena kegiatan berseni membutuhkan kerja otak (kognitif), kerja rasa (emosional artistik), serta psikomotor yang tinggi melalui pelatihan keterampilan Pemilihan model pembelajaran explicit instruction dalam pembelajaran SBK materi karya topeng nusantara sangat sesuai dengan karakteristik yang telah diuraikan, karena model pembelajaran explicit instruction merupakan model pembelajaran yang dirancang khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah melalui demonstrasi dan praktik sehingga siswa tidak hanya mengasah kemampuan kognitifnya saja tetapi juga dapat mengembangkan kemampuan afektif serta psikomotornya melalui pengalaman langsung meciptakan suatu karya seni. Persentase aktivitas belajar siswa dari seluruh aspek yang diamati mengalami peningkatan sebesar 26,48%. Persentase aktivitas pada siklus I diperoleh nilai sebesar 62,17% dan pada siklus II meningkat menjadi 88,65%. Persentase keterlibatan siswa tersebut sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu ≥75. Melalui kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran explicit instruction ini, siswa dituntut untuk aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran seperti: (1) mengamati demonstrasi langkah-langkah membuat topeng mulai dari tahap persiapan hingga tahap akhir; (2) bekerjasama dengan anggota kelompok pada kegiatan praktik membuat topeng; (3) mengerjakan LKS baik secara individu maupun kelompok; serta (4) mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan tentang materi pembelajaran baik kepada guru maupun kepada teman sebaya. 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Performansi Guru Aktivitas Siswa (%) Hasil Belajar Siswa Tuntas Belajar Klasikal (%) Siklus I 80,82 62,17 75,23 71,00 Siklus II 88,46 88,65 78,20 91,67 Bagan 4.1 Peningkatan Pelaksanaan Pembelajaran 55 Sulistiyaningsih / Journal of Elementary Education 2 (2) (2013) Tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Garha, Oho. 1998. Pokok-Pokok Pengajaran Kerajinan Tangan Dan Kesenian. Jakarta: Depdikbud. Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hatta, Muhammad dan Sumarna Surapranata. 2004. Penilaian Berbasis Kelas Penilaian Potofolio Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Mudjito. 2007. Pedoman Penilaian Hasil Belajar Di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas. Muslich, Masnur. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: PT Bumi Aksara Pamadhi, Hadjar. 2009. Pendidikan Seni di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Paryanto, Joko dkk. 2010. Seni Budaya dan Keterampilan. Surakarta: CV Mediatama. Purwanto, M. Ngalim. 2010. Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya. Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Sudiyanto, dkk. 2007. Kreasi Seni Budaya dan Keterampilan Untuk Sekolah Dasar Kelas 5. Semarang: Penerbit Erlangga. Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sukarya, Zakarias dkk. 2008. Pendidikan Seni. Jakarta: Dirjen Dikti Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Wiriaatmadja. Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Yoni, Acep dkk. 2010. Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Familia SIMPULAN Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran explicit instruction dapat meningkatkan hasil belajar siswa, aktivitas belajar siswa, dan performansi guru pada pembelajaran SBK materi pokok karya topeng nusantara di kelas V SD Negeri Kambangan 02 Kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal. UCAPAN TERIMAKASIH Untuk Bapak Sudarjo dan Ibu Sri Rahayu tercinta, Dek Elisa, dan Dek Eza yang telah memberikan dukungan, baik secara moril maupun materiil. Untuk teman-teman 3D & AP1 yang selalu memberi semangat. Untuk teman-teman mahasiswa PGSD UPP Tegal FIP UNNES angkatan 2009 yang selalu saling mendukung dan memotivasi. DAFTAR PUSTAKA Alter, F., Hays, T., & O’Hara, R. 2009. Creative arts teaching and practice: Critical reflections of primary school teachers in Australia. Online. Available at www.ijea.org/v10n9/ [accesed 06/02/2013]. Andayani, dkk. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Universitas Terbuka Arifin. Toto S, dan A.A.K. Suryahadi. 2002. Seni Rupa Panduan Guru SLTP. Yogyakarta: PPPG Kesenian Yogyakarta. Barmin dan Eko Wijiono. 2004. Bermain dan Berkarya Kerajinan Tangan dan Kesenian. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Barrett, Janet R. 2006. Culture and The Arts In Education: A Review Essay. Online. Available at http://ijea.asu.edu/v7r5/ [accesed 06/02/2013 BSNP. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 56