JEE 2 (2) (2013)
Journal of Elementary Education
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jee
PENINGKATAN HASIL BELAJAR
KARYA TOPENG NUSANTARA
MELALUI MODEL EXPLICIT INSTRUCTION
Sulistiyaningsih
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia
Info Artikel
Abstrak
________________
___________________________________________________________________
Sejarah Artikel:
Diterima Mei 2013
Disetujui Juni 2013
Dipublikasikan Juli 2013
Kualitas pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) khususnya pada materi pokok karya topeng nusantara di kelas V SD Negeri Kambangan 02
tergolong rendah, pembelajaran cenderung berpusat pada aspek kognitif saja tanpa adanya pemberian kesempatan kepada siswa untuk dapat menciptakan
suatu karya melalui pengalaman langsung, sehingga aspek psikomotor dan aspek afektif siswa belum berkembang secara optimal. Faktor inilah yang
kemudian mempengaruhi hasil daya serap siswa pada mata pelajaran SBK materi pokok karya topeng nusantara tahun 2011/2012 dari sejumlah 21 siswa
masih terdapat 8 siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM ≥71. Karena itu, diperlukan suatu upaya untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas
pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan menerapkan model pembelajaran explicit instruction. Tujuan penelitian ini yaitu untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran SBK pada materi pokok karya topeng nusantara di kelas V SD Negeri Kambangan 02 Kabupaten
Tegal melalui penerapan model pembelajaran explicit instruction. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas.
Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan dengan tahapan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
Berdasarkan analisis data penelitian, diperoleh persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I mencapai 71,00% dengan nilai rata-rata kelas sebesar
75,23. Sedangkan pada siklus II ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 91,67% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 78,20. Demikian pula persentase
aktivitas siswa pada saat pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 62,17% menjadi 88,65% pada siklus II. Peningkatan hasil belajar dan
aktivitas siswa tidak terlepas dari peningkatan performansi guru dalam menerapkan model pembelajaran explicit instruction sehingga kualitas pembelajaran
menjadi lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan terhadap performansi guru pada siklus I mencapai 80,82 yang meningkat menjadi 88,46 pada
siklus II. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran explicit instruction dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran SBK materi pokok karya topeng nusantara pada siswa kelas V SD Negeri Kambangan 02 Kabupaten Tegal.
________________
Keywords:
archipelago’s mask; explicit
instruction; learning
SBK._________________
___
Abstract
___________________________________________________________________
Quality of SBK learning particularly in the main subject the creation of archipelago’s mask in 5 th grade State Elementary School Kambangan 02 is low, learning tends to be
centered on the cognitive aspect without giving an opportunity to the students to be able to create a masterpiece through direct experience, so that aspect of psychomotor and
affective aspect of students undeveloped optimally. This factor that then affect the absorptive capacity of students on SBK lesson in the main subject the creation of archipelago’s
mask in 2011/2012 from 21 students there are 8 students who received value below KKM ≥ 71. Therefore, it required an effort to develop and improve the quality of learning, one
of the efforts made by implementing the explicit instruction learning model. The purpose of this research is to improve and increase the quality of SBK learning in the main subject
the creation of archipelago’s mask in 5 th grade State Elementary School Kambangan 02 Tegal through the implementation of explicit instruction learning model. The method
used in this research is class action research. This research implemented in two cycles. Each cycle consist of two meetings with the stages of planning, actuating, observation and
reflection. Based on the analysis of research data, obtained the exhaustiveness percentage of students learning outcome in the 1st cycle reached 71.00% with the average value of
class 75,23. While in the 2nd cycle exhaustiveness of students learning was increase become to 91.67% with the average value of class 78,20. Likewise percentage of student’s
learning activity in the 1st cycle increased by 62.17% to 88.65% in the 2nd cycle. Increased learning outcome and activity of students is not separated from the increased
performance of teacher in implemention of explicit instruction learning model so that the quality of learning become better. It can be seen from the observation to the teacher’s
performance in the 1st cycle achieve 80,82 increase to 88.46 in the 2 nd cycle. Based on these results, it can be concluded that through the implementation of explicit instruction
learning model can increase the quality of SBK learning in the main subject of creation of archipelago’s mask in 5 th grade State Elementary School students Kambangan 02
Tegal.
© 2013 Universitas Negeri Semarang
Alamat korespondensi:
Kampus Tegal, Jalan Kompol Suprapto No. 4
Tegal Jawa Tengah 52114
E-mail: journal.unnes.ac.id
ISSN 2252-9047
51
Sulistiyaningsih / Journal of Elementary Education 2 (2) (2013)
PENDAHULUAN
khusus dirancang untuk mengembangkan belajar
siswa tentang pengetahuan prosedur yang dapat
diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah
(Trianto, 2011). Kegiatan pokok dalam model
pembelajaran explicit instruction ialah: (1) pemberian
wawasan pengetahuan; (2) mempraktikkan suatu
keterampilan oleh guru bersama dengan siswa; dan
(3) bimbingan dan umpan balik. Model pembelajaran
ini memiliki kelebihan antara lain siswa benar-benar
mengetahui materi pelajaran yang diberikan dan
semua siswa aktif terlibat dalam pembelajaran
sehingga dapat memberikan pengalaman langsung
bagi siswa.
Dari hasil refleksi yang dilakukan, peneliti
menyadari kualitas pembelajaran SBK di SD Negeri
Kambangan 02 saat ini masih terkolong rendah. Hal
ini terjadi karena kegiatan pembelajaran SBK pada
materi pokok karya topeng nusantara selama ini
belum dapat memberikan kesempatan kepada siswa
secara optimal untuk dapat memperoleh wawasan
tentang topeng, membuat topeng dan mengapresiasi
topeng yang telah dibuat baik oleh siswa sendiri
maupun oleh siswa lainnya. Pembelajaran SBK pada
materi pokok karya topeng nusantara belum
menerapkan model pembelajaran yang dapat
merealisasikan ketiga kegiatan pokok tersebut,
sehingga menyebabkan hasil belajar siswa pada
materi ini masih rendah. Faktor inilah yang
mempengaruhi hasil belajar siswa menjadi kurang
optimal. Hal ini diketahui dari hasil pembelajaran
SBK pada materi pokok karya topeng nusantara di
kelas V Tahun Pelajaran 2011/2012, dengan jumlah
21 siswa, masih terdapat 8 siswa yang mendapat nilai
di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) 71.
Kenyataan yang terjadi di SD Negeri
Kambangan 02 diketahui bahwa penerapan
pembelajaran SBK belum dapat mengembangkan
aspek kognisi seni, apresiasi seni, dan pengalaman
kreatif sehingga mempengaruhi hasil belajar menjadi
kurang optimal maka diperlukan suatu upaya dari
guru untuk merancang pembelajaran dengan model
pembelajaran yang dapat menciptakan suasana
pembelajaran
yang
menarik
dan
dapat
mengoptimalkan
perkembangan
kognisi
seni,
apresiasi seni dan pengalaman kreatif siswa.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti
tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul
“Peningkatan Hasil Belajar Materi Pokok Karya
Topeng Nusantara Melalui Model Explicit Instruction
Mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan
(SBK) termasuk dalam kelompok mata pelajaran yang
berbasis pelatihan rasa (Pamadhi, 2009). Kelompok
mata pelajaran pelatihan pengembangan rasa dikemas
dengan melatih rasa sosial, rasa ke-Tuhan-an, dan
rasa keindahan. Selanjutnya, menurut Pamadhi
(2009) mata pelajaran SBK dalam kurikulum
pendidikan berusaha mengembangkan rasa keindahan
yang berguna bagi siswa, karena melalui mata
pelajaran ini kemampuan kreasi siswa dapat
dikembangkan. Misalnya dalam proses berkarya
(berproduksi) siswa akan dapat menggerakkan seluruh
indera rasa, pikir dan karsa. Sedangkan Ki Hajar
Dewantara dalam Pamadhi (2009) menyatakan seni
yaitu segala perbuatan manusia yang timbul dari
hidup perasaannya dan bersifat indah, hingga dapat
menggerakkan jiwa dan perasaan manusia. Terdapat
tiga ruang lingkup pendidikan seni, yaitu: (1)
pengetahuan seni yang berupa: kognisi seni
(pengetahuan keilmuan); (2) apresiasi seni; dan (3)
pengalaman kreatif (Pamadhi, 2009).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
konsep pembelajaran SBK yang ideal hendaknya
dapat mengembangkan aspek kognisi seni, apresiasi
seni, dan pengalaman kreatif dengan seimbang. Hal
ini sangat diperlukan dalam pembelajaran SBK,
apalagi jika dikaitkan dengan kemampuan anak untuk
dapat menggunakan daya pikir, cipta, rasa, dan
kreativitas siswa agar tujuan pembelajaran yang
diharapkan dapat tercapai secara optimal. Upaya
untuk memberikan pelayanan pembelajaran yang
ideal bagi siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran
dapat ditempuh melalui berbagai upaya. Salah satu
upaya tersebut yaitu dengan melakukan inovasi
pembelajaran, misalnya inovasi dalam metode,
pendekatan, strategi, maupun model pembelajaran
yang
dapat
membuat
siswa
dapat
lebih
mengembangkan aspek kognisi seni, apresiasi seni,
dan pengalaman kreatif secara optimal. Hal ini sangat
penting, sebab dengan mengembangkan ketiga aspek
tersebut maka akan diperoleh keseimbangan dalam
diri siswa sebagai individu yang utuh (jasmani dan
rohani).
Dalam penelitian ini, peneliti akan mengkaji
tentang penggunaan suatu model pembelajaran untuk
mata pelajaran SBK khususnya pada materi pokok
karya topeng nusantara. Model pembelajaran explicit
instruction merupakan model pembelajaran yang
52
Sulistiyaningsih / Journal of Elementary Education 2 (2) (2013)
pada Siswa Kelas V SD Negeri Kambangan 02
Kabupaten Tegal.
keantusiasan siswa dalam pembelajaran; (2)
keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan; (3)
keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan; (4)
ketekunan siswa dalam mengerjakan tugas; dan (5)
kerjasama siswa dalam kelompok. Sedangkan
aktivitas praktik yang diamati dalam penelitian ini
antara lain: (1) tahap awal/persiapan; (2) tahap
produksi; dan (3) tahap akhir/pasca produksi.
Dokumen digunakan sebagai bukti pelaksanaan
pembelajaran dalam penelitian. Data dokumen
mencakup Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), daftar nama siswa kelas V, daftar hadir siswa
kelas V, daftar nilai kelas V, foto-foto dan video yang
menggambarkan aktivitas dalam pembelajaran.
Teknik analisis data yang digunakan untuk
mengolah dan menganalisis data hasil belajar,
aktivitas siswa, dan performansi guru adalah sebagai
berikut:
METODE PENELITIAN
Sesuai dengan judul yang ingin dicapai dalam
penelitian ini yaitu untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran SBK pada materi pokok karya topeng
nusantara di kelas V SD Negeri Kambangan 02
Kabupaten Tegal melalui model pembelajaran explicit
instruction, maka jenis penelitian yang digunakan ialah
penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan
dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari
tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Subjek yang diteliti adalah guru dan siswa
pada pembelajaran SBK materi karya topeng
nusantara di kelas V SD Negeri Kambangan 02
Kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal Tahun
Pelajaran 2012/2013, dengan jumlah siswa sebanyak
24 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 12 siswa
perempuan. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini
yaitu hasil belajar siswa, aktivitas siswa, dan
performansi guru.
Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu teknik tes, non-tes, dan
dokumen. Tes akan digunakan untuk mengukur hasil
belajar siswa setelah pelaksanaan tindakan pada akhir
siklus I dan siklus II. Jenis tes yang digunakan yaitu
tes tertulis dengan bentuk tes pilihan ganda dan tes
praktik serta penilaian produk.
Observasi digunakan untuk memperoleh
data tentang performansi guru dan aktivitas siswa,
baik aktivitas belajar maupun aktivitas praktik di kelas
V SD Negeri Kambangan 02. Observasi yang
dilakukan menggunakan instrumen berupa lembar
observasi aktivitas siswa dan lembar observasi
performansi guru yang dilakukan pada tiap
pembelajaran. Observer yang menilai aktivitas siswa
adalah peneliti, sedangkan observer yang menilai
performansi guru adalah guru kelas V SD Negeri
Kambangan 02. Pengukuran terhadap performansi
guru dapat diamati melalui Alat Penilaian
Kemampuan Guru (APKG) yang terdiri dari APKG
1 untuk menilai kemampuan guru dalam
merencanakan pembelajaran dan APKG 2 untuk
menilai kemampuan guru dalam melaksanakan
pembelajaran
dengan
menerapkan
model
pembelajaran explicit instruction. Data aktivitas siswa
diperoleh melalui pengamatan (observasi) terhadap
aspek-aspek yang dilakukan pada setiap pelaksanaan
pembelajaran. Aspek-aspek belajar siswa yang
diamati dalam penelitian ini antara lain: (1)
Hasil Belajar Siswa
Hal-hal yang dianalisis terkait dengan hasil
belajar siswa adalah nilai hasil belajar, rata-rata kelas,
dan persentase tuntas belajar klasikal.
(1) Nilai Hasil Belajar
Untuk menghitung nilai hasil belajar siswa
menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
NA
= Nilai Akhir
Sp
= Skor Perolehan
Sm
= Skor Maksimal
Bobot soal =
Bobot
soal
keseluruhan
(Mudjito, 2007: 25)
(2) Nillai Rata-rata Siswa
Untuk menghitung nilai rata-rata kelas
menggunakan rumus sebagai berikut:
∑
Keterangan:
∑X
= Jumlah nilai yang diperoleh
siswa
N
= Jumlah siswa
M
= Nilai Rata-rata kelas (Sudjana,
2010: 109)
(3) Persentase Tuntas Belajar Klasikal
Untuk menghitung persentase tuntas belajar
klasikal menggunakan rumus sebagai berikut (Aqib
2008: 41):
∑
∑
Aktivitas Belajar Siswa
53
Sulistiyaningsih / Journal of Elementary Education 2 (2) (2013)
V=
Untuk menghitung persentase aktivitas belajar
siswa digunakan rumus sebagai berikut (Yonny 2010:
177):
Kesan umum kinerja guru.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh
peneliti, pembelajaran SBK pada materi pokok karya
topeng nusantara melalui penerapan model explicit
instruction
yang
dilakukan
telah
mencapai
keberhasilan. Keberhasilan dari penelitian ini dapat
dilihat dari tercapainya semua indikator keberhasilan
dari hasil belajar siswa, aktivitas siswa dan
performansi guru yang menjadi tolak ukur dalam
penelitian.
Hasil belajar siswa pada materi karya topeng
nusantara mengalami peningkatan sebesar 20,67%
pada aspek ketuntasan belajar klasikal. Persentase
ketuntasan belajar klasikal pada siklus I sebesar
71,00% dan pada siklus II meningkat menjadi
91,67%. Presentase ketuntasan belajar klasikal ini
telah mencapai indikator keberhasilan ≥75%.
Sedangkan rata-rata hasil belajar siswa juga
mengalami peningkatan. Peningkatan rata-rata hasil
belajar siswa sebesar 2,97. Rata-rata hasil belajar
siswa pada siklus I sebesar 75,23 dan pada siklus II
meningkat menjadi 78,20.
Supaya pembelajaran dapat berlangsung
dengan baik dan berhasil, maka guru harus dapat
merancang kegiatan pembelajaran secara baik dengan
mempertimbangkan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai, materi pembelajaran serta yang tidak kalah
penting adalah karakteristik siswa. Lowenfeld dan
Brittain dalam Pamadhi (2009) mengklasifikasikan
periodisasi seni rupa anak: Masa coreng moreng (2-4
tahun), pra bagan (4-7 tahun), bagan (7-9 tahun), awal
realism (9-12 tahun), naturalisme/pseudo naturalistic
(12-14 tahun), dan masa dewasa/the periode of dececion
(14-17 tahun). Jika dilihat dari klasifikasi tersebut,
maka siswa kelas V termasuk dalam periode realisme
awal. Periode ini ditandai dengan adanya kesadaran
perspektif, sehingga karya seni yang dibuat oleh siswa
mulai mendekati kenyataan dengan latar yang tepat.
Objek yang dibuat sudah mulai memperlihatkan
rincian
dan
detail-detail
namum
belum
memperhatikan gerak atau aktivitas objek yang
dibuat. Siswa mulai menggunakan konsep berpikir
abstak dan mengenali objek secara keseluruhan dan
tidak terpisah-pisah. Sementara itu Herbert Read
dalam Pamadhi (2009) menyatakan bahwa “art is most
simply and most usually defined as attempt to create a
pleasing form.” Dari pernyataan tersebut dapat
disimpulkan bahwa pendidikan seni memberikan
andil dalam meningkatkan kreativitas siswa.
Pendidikan seni adalah pendidikan yang integratif
Performansi Guru
Ada dua kategori yang diamati selama
penelitian dalam kaitannya dengan performansi guru,
yaitu pengamatan dalam perencanaan pembelajaran
(APKG 1) dan pelaksanaan pembelajaran (APKG 2)
yang telah disesuaikan dengan model pembelajaran
explicit instruction. Dalam penilaian perencanaan
pembelajaran oleh guru terdapat 6 aspek yang dinilai
dengan skor maksimal 4. Sedangkan pada
pengamatan pelaksanaan pembelajaran ada 7 aspek
dengan skor maksimal 4. Teknik analisis data yang
digunakan untuk menilai performansi guru adalah
sebagai berikut:
(1) Alat Penilaian Kemampuan Guru dalam
perencanaan pembelajaran (APKG 1).
Keterangan:
A=
Merumuskan
tujuan/indikator
pembelajaran.
B = Mengembangkan dan mengorganisasikan
materi, media pembelajaran dan sumber belajar.
C=
Merencanakan skenario kegiatan
pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran
explicit instruction.
D=
Merancang pengelolaan kelas.
E=
Merencanakan prosedur, jenis dan
menyiapkan alat penilaian.
F=
Tampilan
dokumen
rencana
pembelajaran.
(2) Alat Penilaian Kemampuan Guru dalam
pelaksanaan pembelajaran (APKG 2).
Keterangan:
P=
Mengelola ruang dan fasilitas
pembelajaran.
Q = Melaksanakan kegiatan pembelajaran.
R = Mengelola interaksi kelas.
S = Bersikap terbuka dan luwes serta
membantu mengembangkan sikap positif siswa
terhadap belajar.
T=
Mendemonstrasikan kemampuan
khusus mata pelajaran SBK.
U=
Melakukan evaluasi proses dan
hasil belajar.
54
Sulistiyaningsih / Journal of Elementary Education 2 (2) (2013)
Aktivitas-aktivitas tersebut telah dilaksanakan dengan
baik, sehingga persentase aktivitas belajar siswa
meningkat.
Berdasarkan analisis data, diketahui bahwa
nilai performansi guru pada siklus I mencapai 80,82.
Sedangkan nilai performansi guru pada siklus II
mengalami peningkatan sebesar 7,64 sehingga nilai
performansi pada siklus II menjadi 88,46. Nilai akhir
performansi tersebut telah melampaui indikator
keberhasilan yaitu ≥70. Peningkatan nilai performansi
pada siklus II ini tidak terlepas dari upaya perbaikan
dalam penerapan model pembelajaran explicit
instruction pada siklus II sehingga dapat terealisasi
dengan baik.
Guru merupakan salah satu komponen
penting dalam pembelajaran. Salah satu peran penting
guru dalam kegiatan pembelajaran yaitu sebagai
perencana dan pelaksana pembelajaran. Oleh karena
itu, performansi dan kemampuan guru dalam
merencanakan pembelajaran dan melaksanakan
pembelajaran sangat menentukan keberhasilan siswa
dalam mencapai tujuan.
Berdasarkan analisis dari hasil pengamatan
performansi guru, aktivitas belajar siswa dan analisis
hasil belajar siswa, dapat disimpulkan bahwa semakin
baik
performansi
guru
dalam
merancang
pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran, maka
akan semakin meningkat pula aktivitas dan
keterlibatan siswa dalam belajar sehingga hal ini
berpengaruh pula pada hasil belajar siswa.
Gambaran visual mengenai peningkatan
performansi guru, aktivitas belajar siswa, hasil belajar
siswa, dan ketuntasan belajar klasikal dapat dilihat
pada bagan berikut ini:
karena kegiatan berseni membutuhkan kerja otak
(kognitif), kerja rasa (emosional artistik), serta
psikomotor
yang
tinggi
melalui
pelatihan
keterampilan
Pemilihan model pembelajaran explicit
instruction dalam pembelajaran SBK materi karya
topeng nusantara sangat sesuai dengan karakteristik
yang telah diuraikan, karena model pembelajaran
explicit instruction merupakan model pembelajaran
yang dirancang khusus untuk mengembangkan
belajar siswa tentang pengetahuan prosedural yang
dapat diajarkan selangkah demi selangkah melalui
demonstrasi dan praktik sehingga siswa tidak hanya
mengasah kemampuan kognitifnya saja tetapi juga
dapat mengembangkan kemampuan afektif serta
psikomotornya melalui pengalaman langsung
meciptakan suatu karya seni.
Persentase aktivitas belajar siswa dari
seluruh aspek yang diamati mengalami peningkatan
sebesar 26,48%. Persentase aktivitas pada siklus I
diperoleh nilai sebesar 62,17% dan pada siklus II
meningkat menjadi 88,65%. Persentase keterlibatan
siswa tersebut sudah mencapai indikator keberhasilan
yang ditetapkan yaitu ≥75. Melalui kegiatan
pembelajaran
dengan
menerapkan
model
pembelajaran explicit instruction ini, siswa dituntut
untuk aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
seperti: (1) mengamati demonstrasi langkah-langkah
membuat topeng mulai dari tahap persiapan hingga
tahap akhir; (2) bekerjasama dengan anggota
kelompok pada kegiatan praktik membuat topeng; (3)
mengerjakan LKS baik secara individu maupun
kelompok; serta (4) mengajukan pertanyaan dan
menjawab pertanyaan tentang materi pembelajaran
baik kepada guru maupun kepada teman sebaya.
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Performansi
Guru
Aktivitas Siswa
(%)
Hasil Belajar
Siswa
Tuntas Belajar
Klasikal (%)
Siklus I
80,82
62,17
75,23
71,00
Siklus II
88,46
88,65
78,20
91,67
Bagan 4.1 Peningkatan Pelaksanaan Pembelajaran
55
Sulistiyaningsih / Journal of Elementary Education 2 (2) (2013)
Tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010.
Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Garha, Oho. 1998. Pokok-Pokok Pengajaran Kerajinan
Tangan Dan Kesenian. Jakarta: Depdikbud.
Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Hatta, Muhammad dan Sumarna Surapranata. 2004.
Penilaian Berbasis Kelas Penilaian Potofolio
Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Mudjito. 2007. Pedoman Penilaian Hasil Belajar Di
Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.
Muslich, Masnur. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis
Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: PT Bumi
Aksara
Pamadhi, Hadjar. 2009. Pendidikan Seni di SD.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Paryanto, Joko dkk. 2010. Seni Budaya dan
Keterampilan. Surakarta: CV Mediatama.
Purwanto, M. Ngalim. 2010. Prinsip-Prinsip Dan
Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Sudiyanto, dkk. 2007. Kreasi Seni Budaya dan
Keterampilan Untuk Sekolah Dasar Kelas 5.
Semarang: Penerbit Erlangga.
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar
Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sukarya, Zakarias dkk. 2008. Pendidikan Seni. Jakarta:
Dirjen Dikti
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher.
Wiriaatmadja. Rochiati. 2006. Metode Penelitian
Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Yoni, Acep dkk. 2010. Menyusun Penelitian Tindakan
Kelas. Yogyakarta: Familia
SIMPULAN
Dari hasil analisis data dan pembahasan yang
telah dikemukakan tersebut, peneliti menyimpulkan
bahwa penggunaan model pembelajaran explicit
instruction dapat meningkatkan hasil belajar siswa,
aktivitas belajar siswa, dan performansi guru pada
pembelajaran SBK materi pokok karya topeng
nusantara di kelas V SD Negeri Kambangan 02
Kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal.
UCAPAN TERIMAKASIH
Untuk Bapak Sudarjo dan Ibu Sri Rahayu
tercinta, Dek Elisa, dan Dek Eza yang telah
memberikan dukungan, baik secara moril maupun
materiil.
Untuk teman-teman 3D & AP1 yang selalu
memberi semangat.
Untuk teman-teman mahasiswa PGSD UPP
Tegal FIP UNNES angkatan 2009 yang selalu saling
mendukung dan memotivasi.
DAFTAR PUSTAKA
Alter, F., Hays, T., & O’Hara, R. 2009. Creative arts
teaching and practice: Critical reflections of
primary school teachers in Australia. Online.
Available at www.ijea.org/v10n9/ [accesed
06/02/2013].
Andayani, dkk. 2009. Pemantapan Kemampuan
Profesional. Jakarta: Universitas Terbuka
Arifin. Toto S, dan A.A.K. Suryahadi. 2002. Seni
Rupa Panduan Guru SLTP. Yogyakarta: PPPG
Kesenian Yogyakarta.
Barmin dan Eko Wijiono. 2004. Bermain dan Berkarya
Kerajinan Tangan dan Kesenian. Solo: Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.
Barrett, Janet R. 2006. Culture and The Arts In
Education: A Review Essay. Online.
Available at http://ijea.asu.edu/v7r5/ [accesed
06/02/2013
BSNP. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007
56