Jombang, 2016
Ns. Fahruddin Kurdi, S.Kep., M.Kep
Al-Hijrah
Al- H ij r a h Indonesia:
I n don e sia : Jombang, 2016
PENDAHULUAN
Perubahan pola pikir, serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi akan
berdampak pada tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan
yang lebih berkualitas termasuk pelayanan keperawatan. Teori praktik
keperawatan
didasarkan
pada
pengetahuan
keperawatan.
Perkembangan
pengetahuan memiliki bukti dalam menghubungkan antara tingkat abstraksi
dengan jenis teori keperawatan (Fawcett, 2005). Teori keperawatan menyediakan
sebuah perspektif tentang cara mendefinisikan perawatan, menggambarkan siapa
yang diberikan perawatan, kapan perawatan akan di butuhkan, serta
mengidentifikasi batas dan tujuan kegiatan terapeutik dalam perawatan.Falsafah
keperawatan merupakan keyakinan terhadap nilai nilai keperawatan yang menjadi
pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan kepada indnividu, keluarga,
kelompok, masyarakat. Keyakinan terhadap nilai keperawatan harus menjadi
pedoman bagi setiap perawat. Falsafah keperawatan menjadi pedoman dalam
menjalankan profesinya. Falsafah keperawatan memiliki keyakinan tentang
manusia yang holistik. Kebutuhan klien yang holistik dan unik menuntut
kemampuan perawat yang tepat dalam menganalisis kebutuhan klien. Untuk
melakukan hal ini, maka perawat harus memiliki pengetahuan yang dalam tentang
aspek manusia yang meliputi aspek biologis, sosial, spiritual, psikologis dan
kultural secara keseluruhan . sehingga dalam memberikan asuhan keperawatan
pada klien tidak hanya fokus pada aspek biologis saja. Perkembangan teori
keperawatan di awali pada tahun 1950 an, saat perawat mulai menyadari bahwa
ilmu pengetahuan keperawatan perlu disusun dalam suatu kerangka kerja yang
sistematis, meskipun setiap teori umumnya merujuk pada suatu fenomena yang
spesifik, tetapi dapat digunakan pada lingkup yang lebih luas. Berdasarkan pada
lingkup teori nya, teori keperawatan dibedakan menjadi 4 yaitu philosophical
teori, grand theory, middle range theory dan practice theory. Dalam makalah ini
kami akan menjelaskan dan menganalisa filosofi keperawatan.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian
Metaparadigma
Metaparadigma merupakan kumpulan abstrak yang masih umum dalam konsep
inti ilmu keperawatan ( manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan).
Konsep ini terbagi dalam setiap model konseptual berdasarkan filosofi dari model
tersebut.
Filosofi keperawatan
Alligood( 2005) menyatakan bahwa filosofi keperawatan merupakan makna
umum dari keperawatan dan juga menjelaskan fenomena keperawatan melalui
penalaran dan logika.
Model konseptual (disebut juga paradigma atau kerangka kerja)
Adalah framework atau kerangka yang strukturnya dapat dikembangkan menjadi
sebuah teori.
Grand Teori
Adalah abtrak generalisasi yang merepresentasikan eksplorasi sistematik tentang
hubungan suatu fenomena
Teori
Teori adalah sesuatu yang spesifik, mampu mengenalin dan menjelaskan
fenomena tetapi tidak sespesifik middle range teory
Middle range teory
Dapat didefinisikan sebagai serangkaian ide atau gagasan yang saling
berhubungan dan berfokus pada suatu dimensi terbatas yaitu pada realitas
keperawatan ( Smith& Lihar, 2008). Teori ini dapat dikembangkan pada tatanan
praktek dan riset untuk menyediakan pedoman dalam praktik dan riset/ penelitian
yang berbasis pada disiplin ilmu keperawatan.
Hubungan Filosofi dengan paradigma, konsep, model dan teori keperawatan
Paradigma merupakan pola atau skema yang mencoba mengorganisasikan atau
menerangkan suatu proses. Paradigma juga disebut sebagai tahap kedua
perkembangan ilmu pengetahuan (Kuhn, 1962) dimana pada tahap ini pencarian
jalan keluar permasalahan yang rasional dilakukan berdasarkan asumsi
metodologis dan metafisik untuk memahami bagaimana bagian-bagian dari alam
semesta melakukan kegiatan dan bagaimana cara mempelajari hal tersebut.
Paradigma memiliki arti pengetahuan umum dimana didalamnya terdapat proses
ilmiah umum yang secara historis mencerminkan berbagai keberhasilan dalam
suatu disiplin. Para ilmuwan ini berpendapat bahwa paradigma menyajikan
kesepakatan bersama antar ilmuwan dalam suatu disiplin tentang konsep atau
beberapa konsep yang akanmendasari perkembangan ilmu pengetahuan dalam
disiplin tersebut. Paradigma ini terdiri dari empat komponen yaitu anusia, sehat
dan kesehatan, masyarakat dan lingkungan, serta komponen keperawatan.
Manusia
Keperawatan meyakini dan menekankan dalam setiap kegiatan pelayanan
keperawatannya bahwa manusia merupakan individu yang layak diperlakukan
secara terhormat, dihargai keunikannya berdasarkan individualitas, dalam
berbagai situasi, kondisi, dan sistem yang dapat mengancam kehormatan dan sifat
kemanusiaannya. Perspektif keperawatan menjelaskan bahwa manusia merupakan
pribadi-pribadi dan bukan obyek. Konseptualitas keperawatan tentang manusia
dapat dibuktikan melalui model-model keperawatan tentang kemanusiaan,
penghargaan terhadap manusia, dan perasaan sebagai manusia, yang telah berlaku
sejak lama. Meskipun demikian, mengkonseptualisasikan manusia sebagai suatu
sumber energi atau beberapa set sistem perilaku, atau memperlakukan pikiran dan
perasaan manusia sebagai lingkungan internal dapat menimbulkan keraguan
keperawatan untuk menerangkan tentang manusia secara jelas.
Sehat dan Kesehatan
Definisi sehat & kesehatan telah berubah dari kondisi seseorang yang bebas
penyakit menjadi kondisi yang mampu mempertahankan individu untuk berfungsi
secara konsisten, stabil dan seimbang dalam menjalani kehidupan sehari-hari
melalui interaksi positif dengan lingkungan. Kesehatan dipandang juga sebagai
sebuah kisaran antara sehat dan sakit dimana individu memiliki suatu nilai yang
berharga tentang kesehatan dan bukan semata-mata suatu fenomena empiris
tentang kondisi seseorang. Komponen paradigma tentang sehat & kesehatan dapat
berkembang menjadi suatu pemahaman tentang “terciptanya suatu kondisi fisik
dan psikologis seseorang yang bebas dari tanda dan keluhan akibat terjadinya
masalah kesehatan, dimana orang tersebut dapat tetap memperlihatkan kinerja
aktif, dinamis, dan efektif serta kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap
setiap tantangan dan ancaman yang datang baik dari dalam dirinya sendiri
maupun lingkungannya, dan berkemampuan untuk mempertahankan tingkat
kesejahteraan fisik, psikologis, sosial dan spiritualnya secara seimbang melalui
upaya aktualisasi diri yang positif.
Masyarakat dan Lingkungan
Masyarakat dan lingkungan merupakan komponen dalam paradigma keperawatan
dimana setiap individu berinteraksi. Masyarakat dan lingkungan juga dianggap
sebagai sumber terjadinya keadaan sakit (tidak sehat) dan merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap kesehatan atau kondisi sakit seseorang. Orem (MarrinerTomey,
1994) mengidentifikasi
bahwa hubungan
antara individu dan
lingkungannya serta kemampuan individu untuk mempertahankan kesehatan
dirinya dapat dipenagruhi oleh lingkungan dimana individu itu berada. Individu
selalu berada pada lingkungan fisik, psikologis, dan sosial. Fokus perhatian
terhadap interaksi manusia dan lingkungannya dalam teori keperawatan dapat
dikategorikan menjadi dua bagian yaitu teori keperawatan yang berfokus parsial
dan teori keperawatan yang berfokus total. Pada fokus parsial, perawat berperan
sebagai pengganti, dimana peran perawat diperlukan pada saat klien tidak mampu
melakukan kegiatannya. Teori ini beranggapan bahwa perawat bertanggung
jawab terhadap kesehatan dan kebutuhan harian klien sampai mereka dapat pulih
kembali dan mampu bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup selanjutnya
(Marriner-Tomey, 1994).
Aplikasi teori ini dapat dilihat dalam teori Orem, Henderson, dan Orlando,
dimana ketiga ahli teori ini sepakat bahwa peran perawat merupakan peran
pengganti ketika klien tidak mampu, tidak mau atau tidak tahu merawat diri
dalam menjalankan fungsi interaksinya yang seimbang dengan lingkungan, yang
dapat disebabkan oleh faktor perkembangan, faktor ketidak mampuan, faktor
keterbatasan lingkungan, faktor respons berlawanan terhadap interaksi lingkungan
dan faktor ketidakmampuan berkomunikasi. Teori yang berfokus total
dikemukakan melalui dukungan beberapa ahli teori keperawatan yaitu
Nightingale, Levine, Rogers, Roy, Neuman, dan Johnson (Marriner-Tomey,
1994) yang memandang bahwa lingkungan merupakan kondisi eksternal sebagai
sumber ventilasi, kehangatan, kebisingan, dan pencahayaan dimana perawat dapat
mengatur dan memanipulasinya dalam rangka membantu klien memulihkan diri.
Dengan demikian, kegiatan keperawatan meliputi antara lain menciptakan
lingkungan yang memungkinkan terjadinya penyembuhan dan pemulihan
kesehatan seorang klien. Teori ini juga menekankan bahwa keperawatan
seyogyanya berperan aktif dalam memfasilitasi interaksi antara individu dan
lingkungannya melalui upayamenciptakan lingkungan fisik yang kondusif agar
kondisi kesehatan dapat tercapai. Selain itu, berperan aktif melalui hubungan
interaksi klien dan lingkungan yang tidak terpisahkan dan amat ekstensif
(komplementer, helisi, dan resonansi). Juga, melalui upaya mempertahankan dan
meningkatkan kemampuan proses adaptasi klien terhadap berbagai stimulus.
Disamping itu, melalui kemampuan meningkatkan sistem terbuka klien secara
intrapersonal, interpersonal, dan ekstrapersonal, dan memfasilitasi sistem perilaku
yang positif rnelalui peningkatan fungsi – fungsi interrelasi dan interdependensi
subsistem yang terdapat dalam setiap individu.
Keperawatan
Menurut Henderson, keperawatan merupakan upaya bantuan yang diberikan
kepada individu baik sehat maupun sakit, yang dibutuhkan sampai pulih kembali
atau menjelang ajal, dimana individu tidak mampu melaksanakan kegiatan
kehidupannya akibat ketidak mampuan, ketidak mauan, dan ketidak-tahuan
(Marriner-Tomey, 1994). Asuhan keperawatan adalah pelayanan yang diberikan
kepada klien (individu atau kelompok) yang sedang mengalami stress kesehatan -
stress penyakit dimana situasi kehidupan yang seimbang menjadi terganggu dan
menghasilkan tekanan (biologis, psikologis, dan sosial) serta ketidak-nyamanan.
Keperawatan dapat dipandang sebagi suatu proses kegiatan dan juga sebagai
suatu keluaran kegiatan, tergantung dari cara memandang dan perspektif
pandangan. Sebagai proses serangkaian kegiatan, maka keperawatan perlu
mengorganisasikan, mengatur, mengkoordinasikan serta mengarahkan berbagai
sumber (termasuk klien didalamnya) untuk digunakan seefektif dan efisien
mungkin dalam rangka memenuhi kebutuhan klien. Selain itu, untuk mengatasi
masalah-masalah aktual dan potensial klien melalui suatu bentuk pelayanan
keperawatan yang menekankan pada pengadaan fasilitasi interaksi klien dan
lingkungannya. Keperawatan sering diartikan pula sebagai serangkaian kegiatan
atau fungsi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Akan tetapi, banyak
pihak yang merasa belum jelas, apakah fungsi-fungsi, proses dan tujuan
keperawatan ini, apakah keperawatan hanya memberikan perawatan, ataukah
sejenis penyembuhan, apa indikasi keperawatan, apakah keperawatan berfokus
pada orang atau lingkungan atau interaksi antara orang dan lingkungan? Untuk
menjawab hal – hal ini telah banyak diperkenalkan model-model keperawatan.
Dan banyak tujuan keperawatan terkait dengan upaya mempertahankan
keseimbangan, upaya adaptasi, merancang pola kehidupan kembali dimana
kesemuanya dilakukan dalam rangka pulihnya situasi sehat dan kesehatan.
Teori filosofikal menurut beberapa tokoh keperawatan
Florence Nightingale
Teori Nightingale mengutamakan fokus pada lingkungan dalam penerapannya.
Walaupun secara pernyataan tidak pernah menyebutkan lingkungan, ia
menggambarkan
lingkungan
dengan
mendefinisikan
tentang
ventilasi,
kehangatan, cahaya / penerangan, makanan, kebersihan dan suara. Nightingale
tidak secara khusus membedakan lingkungan pasien dengan aspek fisik,
psikologis dan sosial, tetapi dari tulisan-tulisan yang ada, ia memberi penekanan
pada lingkungan fisik. Lingkungan sehat dilihat dalam situasi rumah sakit, rumah
tinggal dan kondisi fisik pemukiman. Lima komponen penting lingkungan yang
sehat menurut Nightingale meliputi udara bersih, air bersih, pembuangan air yang
efisien, kebersihan ruangan dan pencahayaan. Nightingale menekankan pada
pemberian ventilasi yang baik bagi proses penyembuhan pasien. Perawat
diingatkan untuk "mempertahankan pemberian udara pada pasien sebersih udara
eksternal, tanpa membuatnya kedinginan" (Nightingale, 1969 ). Pencahayaan
diidentifikasi sebagai pemberian cahaya matahari secara langsung yang
merupakan kebutuhan penting bagi pasien. Ia mengatakan "cahaya memiliki
pengaruh yang cukup nyata dan dapat dirasakan pada tubuh manusia"
(Nightingale, 1969 ).
Untuk memperoleh keuntungan dari sinar matahari,
perawat diminta untuk memindahkan dan memposisikan pasien agar terkena
cahaya matahari. Dalam pemberian ventilasi yang baik, perawat perlu mengkaji
suhu tubuh pasien dengan cara mempalpasi ekstremitas, agar jangan sampai
pasien kedinginan atau kepanasan. Perawat disarankan untuk memanipulasi
lingkungan secara berkelanjutan untuk mempertahankan ventilasi dan kehangatan
pada pasien dengan pemberian pemanas, membuka jendela dan pemberian posisi
yang tepat pada pasien. Kebersihan ditujukan kepada pasien, perawat dan
lingkungan fisik. Lingkungan yang kotor (pada lantai, karpet, dinding dan bed
linen) adalah sumber infeksi. Walaupun ruangan memiliki ventilasi yang baik,
materi organik dapat membuat lingkungan menjadi kotor. Oleh karena itu,
dibutuhkan pembuang ekskresi dan kotoran tubuh yang baik untuk mencegah
kontaminasi terhadap lingkungan. Selain itu, pasien perlu dimandikan secara
teratur setiap hari. Perawat juga harus mandi setiap hari, mengenakan pakaian
yang bersih dan sering mencuci tangan. Konsep ini bukan hanya ditujukan pada
perawatan individual pasien, tetapi ditujukan juga bagi perbaikan status kesehatan
di pemukiman kumuh yang padat dimana pembuangan kotoran tidak adekuat dan
akses mendapatkan air bersih terbatas (Nightingale, 1969). Kebutuhan akan
lingkungan yang tenang juga perlu dikaji dan diintervesi oleh perawat. Suara
berisik yang dihasilkan oleh aktifitas fisik di ruangan perlu dihindari karena dapat
mengganggu pasien. Selain itu, perawat juga perlu memperhatikan nutrisi /
makanan pasien. Perawat perlu mengkaji pemasukan makanan, jadwal makan dan
pengaruhnya terhadap pasien. Nightingale percaya bahwa pasien dengan penyakit
kronis membutuhkan nutrisi yang lebih banyak dan perawat yang pintar adalah
perawat yang berhasil memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
Selanjutnya, komponen lainnya yang didefinisikan oleh teori Nightingale adalah
petty management (Nightingale, 1969), dimana perawat memiliki kendali
terhadap lingkungan secara fisik dan administratif. Perawat perlu mengontrol
lingkungan untuk melindungi pasien dari ancaman fisik dan psikologis.
Nightingale juga yakin bahwa perawat akan tetap bertanggung jawab terhadap
lingkungan walaupun ia tidak ada di ruangan, karena
ia telah menyerahkan
tanggung jawab kepada orang lain yang bekerja disana saat ia tidak ada di tempat,
hal ini menunjukkan sebenarnya proses pendelegasian sudah ada pada jaman
Nightingale.
Jean Watson
Watson (1979) melakukan pendekatan yang unik dalam filosofi keperawatan
untuk pertama kalinya, yaitu dalam karyanya “Nursing: The Philosophy and
Science of Caring”. Dalam karyanya, yang dikenal sebagai ilmu manusia, ia telah
menyatakan untuk kembali ke nilai keperawatan sebelumnya, yang menekankan
pada aspek kepedulian (Watson, 1988). Dalam filsafat keilmuan menurut Watson,
dia menetapkan posisi keilmuan bagi manusia dalam hubungan antar manusia dari
sudut pandang keperawatan dan menentukan sepuluh faktor kreatif untuk
memandu penerapannya dalam praktek keperawatan. Caring antar personal
adalah pendekatan yang diusulkan untuk mencapai keterhubungan di mana
perawat dan pasien berubah secara bersama- sama. Penekanan pada harmoni dari
kesatuan dalam tubuh, pikiran dan jiwa, serta penyakit dipandang sebagai
ketidakharmonisan, sehingga perawat dan pasien harus berpartisipasi secara
bersama-sama sampai tercapai keharmonisan antara tubuh, pikiran dan jiwa.
Teori Watson telah digunakan untuk mendukung konseptualisasi praktek umum
(Chambers, 1998) dan praktik keperawatan jiwa (Tilley, 1995) dan yang terkini
adalah untuk memenuhi kebutuhan pasien dengan rheumatoid arthritis (Nyman &
Lutzen, 1999).
Banner
Benner (1984) memberikan pandangan filosofis mengenai praktek keperawatan
yang berfokus pada bagaimana pengetahuan praktek diperoleh dan bagaimana
perkembangannya dari waktu ke waktu. Dalam hal ini, karya Benner dapat
dipandang sebagai personal knowing (pembelajaran pribadi) menggunakan pola
Carper (1978). Penelitian interpretatif beliau mengarah pada gambaran kemajuan
perawat dari orang baru menjadi ahli keperawatan dan kesadaran pentingnya
caring dalam keperawatan. Karya Benner telah digunakan untuk menuntun
pengujian inovasi dan perubahan praktek keperawatan. Sebagai contoh, filosofi
Benner dipakai untuk menguji ancaman terhadap kelangsungan keperawatan pada
individual yang kritis (Walsh, 1997). Sementara itu Alcock (1996) menggunakan
karya Benner untuk mempelajari praktek keperawatan tingkat lanjut dari sudut
pandang administratif. Hal serupa dilakukan oleh Dunn (1997) yang
menggunakan karya Benner untuk menguji praktek keperawatan lanjut di literatur
keperawatan. Baru-baru ini, Benner, Hooper-Kyriakidis, dan Stannard (1999)
mempublikasikan buku dengan judul Clinical Wisdom and Intervention in
Critical Care
: A Thinking in Action Approach.
Katie Erikson
Konsep dasar teori :
1. Caritas
Mengandung makna cinta dan kemurahan hati,merupakan motif dasar dari ilmu
caring, artinya bahwa keyakinan, harapan dan cinta dicapai dengan perantaraan
caring melalui tindakan pemeliharaan, pelaksanaan dan pembelajaran
Caring Communion Mengandung konteks pengertian dari caring dan menjadi
struktur yang menentukan realitas caring, yang terdiri dari intensitas dan vitalitas
yaitu kehangatan, keakraban, ketenangan, ketanggapan, kejujuran dan toleransi.
Caring communion adalah apa yang menyatukan dan mengikat individu/manusia
tersebut sehingga membuat caring itu berarti.
2. Tindakan caring
Merupakan suatu seni/cara menjadikan sesuatu yang kurang special menjadi
sangat special
3. Etika Caritative Caring
Etika caring menitik beratkan pada hubungan dasar antara pasien dan perawat
dimana saat perawat menemui pasien memenuhi batasan-batasan etika yang jelas.
Sikap yang ditampakkan dilakukan melalui pendekatan pendekatan yaitu tanpa
ada prasangka dan tetap melihat manusia sebagai makhluk yang bermartabat.
4. Martabat
Dalam berinteraksi dengan pasien perlu diperhatikan martabatpasien.Ada dua
jenis martabat, yaitu martabat yang mutlak dan martabat yang relatif. Martabat
yang relative dipengaruhi/ dapat diperoleh dari budaya.
5. Menerima panggilan/undangan/invitasi
Perawat dating mengunjungi pasien dan memberikan tindakan perawatan atas
permintaan atau undangan dari pasien/keluarga sendiri.
6. Penderitaan
Penderitaan ada yang dihubungkan dengan kondisi sakit, perawatan, dan
kehidupan.
Penderitaan yang dihubungkan dengan kondisi sakit dimana pasien mengalami
penderitaan karena kondisi sakitnya tersebut.
Penderitaan yang dihubungkan dengan perawatan, dimana kadang pasien
mengalami penderitaan akibat pada saat diberi tindakan perawatan, kurang
dipertimbangkan masalah martabat pasien, kurangnya keramahan petugas,
adanya kesalahan tindakan, dan terapi latihan yang menyiksa.
7. Penderitaan manusia
Keadaan yang digambarkan oleh pasien saat dia mengalami sakit dimana pada
saat itu ia memikul penderitaan
8. Rekonsiliasi
Merupakan suatu bentuk drama dari penderitaan dimana seseorang yang
menderita ingin memastikan penderitaan yang dialaminya dan diberi kesempatan
untuk mencapai rekonsoliasi/kedamaian
9. Budaya caring
Merupakan konsep dimana Erikson menggunakan lingkungan berdasar pada
elemen budaya sebagai tradisi, ritual dan nilai-nilai dasar. Budaya yang berbeda
memiliki dasar perubahan nilai etos. Bila suatu communion muncul berdasarkan
etos, budaya menjadi lebih menarik. Budaya caring menunjukkan sikap tanggap
terhadap manusia, martabat dan kesuciannya dalam membentuk tujuan
communion.
ANALISIS
Filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia dan philoshophos. Menurut
bentuk kata, philosophia diambil dari kata philos dan shopia atau philos dan
sophos. Philos berarti cinta dan shopia atau shopos berarti kebijaksanaan,
pengetahuan, dan hikmah.
Ontologi berdasarkan kajian ontologi dalam keperawatan membahas tentang apa
itu filosofi keperawatan, apa itu model konseptual keperawatan, apa itu grand
teori, teori, dan apa itu middle range theory.
Epistemologi berdasarkan epistemologi dikembangkan bagaimana pengetahuan
keperawatan itu diperoleh dari pengalaman yang ditangkap oleh pancaindra
Aksiologi berdasarkan kajian aksiologi nilai nilai keperawatan dikembangkan
dalam
praktik
asuhan
keperawatan,
bagaimana
penerapan
pengetahuan
keperawatan didalam memberikan asuhan keperawatan pada klien.
Berdasarkan tinjauan teori, teori yang dikemukakan oleh Florence, Jean Watson,
Banner, Erickson. Theori Florence Nightingale termasuk Filosofikal theory
karena menurut Florence lingkungan memegang peranan penting dalam menjaga
status kesehatan individu dan Florence tidak secara khusus membedakan
lingkungan klien dengan aspek fisik, psikologis dan sosial, tetapi lebih
menekankan pada lingkungan fisik.
Teori Jean Watson .
Teori Watson termasuk dalam Philosophical Theory karena lebih menekankan
pada aspek kepedulian (caring), sedangkan asuhan keperawatan pada klien juga
harus memperhatikan aspek biologis dan fisik, sehingga diperlukan penelitian
lebih lanjut untuk mengaplikasikan teori Watson dalam praktik keperawatan.
Teori Banner
Teori yang dikemukakan Banner memberikan pandangan yang berfokus pada
pengetahuan praktek dan telah digunakan untuk menuntun pengujian inovasi dan
perubahan praktek keperawatan. Teori Banner dapat termasuk teori filosofis
karena menekankan level praktek keperawatan yang dimulai dari pemula, pemula
lanjutan, kompeten, asisten ahli dan benar-benar ahli. Pengelompokan menurut
Banner inilah yang kemudian menjadi acuan untuk pengembangan teori
selanjutnya. Selain itu, teori Banner juga hanya membahas pada aspek perawat
saja, belum membahas ke aspek yang lebih luas seperti lingkungan dan pasien.
Teori Erikson
Teori Erikson lebih menekankan pada caritative caring dimana perawat dituntut
mampu membina hubungan yang saling percaya dengan pasien sehingga tindakan
yang dilakukan oleh perawat mudah diterima oleh pasien. Berdasarkan
keterangan diatas teori dari Erikson ini masih tergolong ke dalam phylosophical
teory karena masih bersifat umum, artinya hanya menggambarkan hubungan
antara perawat dengan pasien. Berbeda dengan Grand Theory yang menuju ke
arah lebih spesifik seperti pada Teori Orem yang mengarah pada kemandirian
pasien.
KESIMPULAN
Filosofi keperawatan merupakan makna umum dari keperawatan dan juga
menjelaskan fenomena keperawatan melalui penalaran dan logika.
Teori yang termasuk dalam teori filosofi adalah teori dari florence nigtingale, jean
watson, patricia banner, dan katie eriksen.
Teori yang mereka kemukakan termasuk filosofi teori karena masih bersifat
umum dan perlu pengembangan lebih lanjut untuk diterapkan pada praktek
keperawatan.
REFERENSI
Ali Zainal. 2002. Dasar-dasar Keperawatan Professional. Jakarta: Widya
Medika
Potter A. Patricia, dkk. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Widyawati sukma nolo. 2012. Konsep Dsar Keperawatan. Jakarta: Prestasi
Pustaka