Academia.eduAcademia.edu

GEREJA ANGLIKAN (EPISKOPAL)

Materi kuliah ini disajikan dalam beberapa pokok bahasan. Pertama, latar belakang dan konteks kemunculan Gereja Anglikan/Episkopal. Gereja Anglikan merupakan saah satu aliran kekristenan yang muncul dan berkembang di Inggris. Pada abad ke 16 gereja Anglikan memisahkan diri dari Gereja Katolik Roma (GKR). Walaupun demikian gereja-gereja yang ada di Inggris memiliki hubungan erat dengan GKR dalam hal ajaran dan praktek sehari-hari. Perkemangan Gereja Anglikan yang sebenarnya terjadi pada masa pemerintahan Raja Henry VIII (1509-1547). Hal ini terjadi ketika Raja Henry VIII Inggris ingin menceraikan isterinya Catharina (1527) dan menikah lagi dengan Anne Boleyn untuk mendapatkan keturunan laki-laki. Tindakan ini tidak dibenarkan oleh paus. Dengan tidak diperbolehkannya menikah lagi, Henry merasa diperlakukan tidak adil oleh GKR, dan tidak mau mengakui kekuasaan Paus terhadap Katolik di Inggris (1534) dan menyatakan bahwa Henry-lah yang mengepalai Gereja Nasional (Gereja Anglikan). Henry menganggap negaranya sudah mampu berdiri sendiri dalam melakukan pembangunan dan membiayai perang. Ratu Mary (1588 - anak Henry dengan Catharina) berusaha memperbaiki hubungan antara kerajaan Inggris dengan GKR. Tetapi usahanya itu, Ratu Mary mendapat hambatan dari saudari tirinya Ratu Elisabet (1603) yang mendukung Gereja Inggris sebagai gereja yang secara hierarkis bebas dari Paus. Melihat itu Paus memerintahkan agar warga dilarang mematuhi Ratu Elisabet, dan ia pun diekskomunikasi serta dipecat sebagai ratu (1570).

KULIAH AKTUALITA PROGRAM STUDI PASCASARJANA MAGISTER THEOLOGIAE OLEH : RAMLI SN HARAHAP N I M : 242106 DOSEN : Pdt.Dr.JAN SIHAR ARITONANG,Ph.D 27 APRIL 2009 GEREJA ANGLIKAN (EPISKOPAL) Kuliah ini merupakan bagian dari kuliah Berbagai Aliran Gerejea yang diampu oleh Pdt.Dr.Jan S.Aritonang. Kuliah ini dipresentasikan oleh Frengki Napitupulu dan Suhardy Saleh di Gereja Anglikan Jakarta pada 16 Maret 2008. Kuliah ini juga dihadiri oleh Dale Appleby narasumber dari Gereja Anglikan. Nara Sumber : Dale Appleby I. MATERI KULIAH Materi kuliah ini disajikan dalam beberapa pokok bahasan. Pertama, latar belakang dan konteks kemunculan Gereja Anglikan/Episkopal. Gereja Anglikan merupakan saah satu aliran kekristenan yang muncul dan berkembang di Inggris. Pada abad ke 16 gereja Anglikan memisahkan diri dari Gereja Katolik Roma (GKR). Walaupun demikian gereja-gereja yang ada di Inggris memiliki hubungan erat dengan GKR dalam hal ajaran dan praktek sehari-hari. Jan S.Aritonang, Berbagai Aliran di Sekitar dan di Dalam Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005), hlm. 82-83. Perkemangan Gereja Anglikan yang sebenarnya terjadi pada masa pemerintahan Raja Henry VIII (1509-1547). Hal ini terjadi ketika Raja Henry VIII Inggris ingin menceraikan isterinya Catharina (1527) dan menikah lagi dengan Anne Boleyn untuk mendapatkan keturunan laki-laki. Tindakan ini tidak dibenarkan oleh paus. Adolf Heuken S, Ensiklopedi Gereja, (Jakarta: Cipta Loka Caraka, jilid 2, 2004), hlm. 99-100. Dengan tidak diperbolehkannya menikah lagi, Henry merasa diperlakukan tidak adil oleh GKR, dan tidak mau mengakui kekuasaan Paus terhadap Katolik di Inggris (1534) dan menyatakan bahwa Henry-lah yang mengepalai Gereja Nasional (Gereja Anglikan). Henry menganggap negaranya sudah mampu berdiri sendiri dalam melakukan pembangunan dan membiayai perang. Ratu Mary (1588 - anak Henry dengan Catharina) berusaha memperbaiki hubungan antara kerajaan Inggris dengan GKR. Tetapi usahanya itu, Ratu Mary mendapat hambatan dari saudari tirinya Ratu Elisabet (1603) yang mendukung Gereja Inggris sebagai gereja yang secara hierarkis bebas dari Paus. Melihat itu Paus memerintahkan agar warga dilarang mematuhi Ratu Elisabet, dan ia pun diekskomunikasi serta dipecat sebagai ratu (1570). Bnd. David L.Holmes, A Brief History of the Episcopal Church, (Pennsylvania: Trinity Press), hlm.8-9. Kedua, perkembangan Gereja Anglikan. Perkembangan Gereja Anglikan ini dimulai dari Inggris dan menyebar ke seluruh penjuru dunia. Gereja Anglikan ini hadir di Amerika yang dibawa oleh penakluk atau pun imigran dari Inggris. Di Amerika aliran ini dikenal dengan nama baru Episkopal. Bukan hanya itu, di Filipina dan Korea, sebagai negara yang sempat dikuasai oleh Amerika, aliran ini juga berkembang. Jan S.Aritonang, Op.Cit., hlm. 81. Gerja Anglikan ini juga berkembang di daerah Afrika dan Asia. Di dalam memperluas daerah pelayanannya Gereja Anglikan menetapkan ciri-ciri kebersamaan mereka, antara lain: Adolf Heuken, Op.Cit., hlm. 253. (a) Menegakkan dan menyebarkan iman serta tata tertib yang Katolik dan Apostolik seperti yang dinyatakan dalam Book of Common Prayer sebagai dasar pengakuan mereka. (b) Gereja Anglikan merupakan Gereja Nasional atau partikular. (c) Gereja Anglikan terikat pada Gereja-gereja lain bukan oleh suatu kekuasaan eksekutif dan legislatif sentral, melainkan oleh kesetiaan satu sama yang lain yang dipelihara melalui sidang umum para uskup dalam konperensi. Di Indonesia, Gereja Anglikan ini dikenal dengan sebutan “Gereja Inggris”. Gereja ini bertempat di Menteng sejak 1822 yang dirintis oleh Sir. Stamford Raffles yang ikut mendirikan Java Auxiliary of the British and Foreign Bible Society (BFBS) 1814. Gereja tersebut didirikan oleh tiga pendeta, yakni: Robert Morrison, William Milne, dan Walter Medhurt. Ketiga, beberapa pokok ajaran/tradisi Gereja Anglikan/Episkopal. Gereja Anglikan dengan tegas menolak unsur ajaran dalam GKR seperti: paham transubstansiasi di dalam Perjamuan Kudus, api penyucian/pulgatorium, penghapusan siksa, pemujaan terhadap patung-patung dan relikwi orang-orang suci. Untuk itu dalam pengajarannya, Gereja Anglikan mendasari ajarannya pada Tiga Puluh Sembilan Pasal tentang Agama. Menurut mereka sakramen merupakan lencana atau tanda yang menyatakan bahwa seseorang beragam Kristen. Sakramen ini juga merupakan saksi yang dapat dipercaya akan kehendak baik Allah kepada kita, dan tanda yang membawa kasih karunia-Nya kepada kita. Gereja Anglikan mengakui dua sakramen, yakni: Baptisan dan Perjamuan Kudus. Gereja Anglikan menerima baptisan anak dan baptisan dewasa. Sistem pemerintahan dan Tata Gereja Anglikan tidak mengikuti sistem hierarki GKR. Jabatan dan sistem pemerintahan Gereja Anglikan terdiri dari: Dale Appleby, “Peraturan Anglikan”, dalam www.allsaintsjakarta.org. Tingkat paling tinggi/universal. Archbishop of Canterbury: Pemimpin di antara persekutuan bishop-bishop Anglikan. Tingkat Diosis. Diosis dibentuk oleh paroki-paroki tertentu. Dipimpin oleh Bishop Diosis yang memiliki pengawasan umum untuk: Tingkat provinsi atau gereja nasional. Archbishop: Bishop dari suatu provinsi yang juga bertindak sebagai pemimpin provinsi semua kependetaan dan juga atas semua anggota lain gereja di diosis. Sinode Diosis. Sinode Diosis terdiri dari Bishop, semua kependetaan dan diaken-diaken wanita yang memiliki surat izin bishop, dan wakil-wakil awam yang dipilih dari setiap paroki dari setiap paroki dari Diosis. Katedral. Katedral dianggap sebagai induk dari Diosis, yang dipimpin oleh dewan. Archdeacony dipimpin oleh Archdeacon. Archdeacon adalah pendeta yang bertugas membantu bishop dalam mengurus beberapa utusan gereja dalam wilayahnya. Deanery merupakan bagian Archdeacony, dan terdiri dari beberapa paroki. Tingkat Paroki. Paroki adalah jemaat di dalam Diosis, yang terdiri dari: vikar pendeta bertugas (Priest in Charge), Church Wardens, dewan gereja, wakil-wakil awam sinode, pekerja lain (pembaca awam, pekerjaan paroki, staff administrasi). Gereja dan Negara saling berhubungan, keduanya menyakini bahwa Tuhan dapat memakai politik dalam pencapaian tujuan. Otoritas gereja merupakan asosiasi dari Kitab Suci, tradisi dan pemikiran. Hal ini disesuaikan dengan pemikiran Thomas Aquinas dan Augustinus. Kekuasaan gereja juga dibatasi oleh Kitab Suci. Gereja mempunyai kekuasaan memerintahkan ritus atau upacara, dan kewenangan dalam perselisihan iman. II. TANGGAPAN Setelah membaca pemaparan mengenai sejarah berdiri dan perkembangan Gereja Anglikan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa reformasi yang terjadi dalam tubuh Gereja Anglikan memiliki kesamaan dengan reformasi Gereja Protestan. Berbeda dengan Protestan, Gereja Anglikan masih memelihara beberapa tradisi Katolik dalam perkembangannya. Perbedaan penafsiran dan cara pandang mengenai ajaran agama dan aturan di dalamnya merupakan pemicu utama terjadinya pemindahan dalam gereja. Hal ini terlihat jelas dalam kasus yang dialami oleh Raja Henry VIII, mengenai hal perkawinan. Alasan lain melatarbelakangi reformasi ini adalah semangat untuk memunculkan corak khas Inggris dalam gerejanya. Terlepas dari berbagai alasan tersebut, kehadiran Gereja Anglikan tetap bertujuan kepada kemuliaan Tuhan, meski sistem yang berjalan di dalamnya berbeda dengan gereja-gereja lainnya. Hubungan yang begitu erat dengan negara juga menjadi nilai yang penting yang dapat kita peroleh dari Gereja Anglikan ini. Relasi di antara keduanya memungkinkan perhatian yang sangat maksimal terhadap masyarakat. Meski hal ini sulit diwujudkan di dalam negara Indonesia, setidaknya kita yang sudah menyadari nilai positif relasi baik antara gereja dan negara mulai menunjukkan perhatian terhadap keadaan di sekitar negara. Gereja Anglikan menjadi penting dan sangat terkenal di dunia karena gereja ini menjadi gereja negara di Inggris. Pemberitaan dan aktivitas ratu Inggris ataupun banyak hal yang terjadi di lingkungan keluarga kerajaan Inggris, sering kali menyebut-nyebut atau melibatkan gereja Anglikan karena statusnya sebagai gereja negara. Di samping itu aktivitas sejumlah tokohnya, seperti misalnya Uskup Desmon Tutu dari Afrika Selatan, yang sangat gigih memperjuangkan hak dan status bagi masyarkat kulit hitam dan menentang politik apatheid di sana, ikut membuat nama Gereja Anglikan terkenal. Gereja Anglikan ini juga sebenarnya tidak sepenuhnya bercorak Protestan; paling tidak Gereja ini punya keunikan tersendiri, karena banyak dari tradisi GKR yang tetap dipelihara di dalam kehidupan gereja ini. 1 Sekolah Tinggi Teologi Jakarta 6 Kuliah Aktualita