BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagian besar tumbuhan yang kita jumpai dewasa ini termasuk dalam Angiospermae yang merupakan kelompok tumbuhan yang mendominasi daratan lebih dari 100 juta tahun yang lalu meliputi 235.000 spesies tumbuhan berbunga. Sebagian besar makanan yang kita konsumsi berasal dari tumbuhan berbunga dapat berupa akar misalnya wortel, kangkung, buah-buahan misalnya apel, mangga, pisang, pepaya; buah dan biji Leguminosae, buah kariopsis dari Graminae misalnya padi dan jagung. Angiospermae dibedakan ke dalam dua kelas berdasarkan jumlah kotiledonnya, yakni monokotil dan dikotil.
Monokotil meliputi sekitar 65.000 spesies, termasuk di dalamnya tumbuhan Graminae, anggrek, palem, bambu dan lain-lain. Daun, batang, bunga dan akar monokotil bersifat spesifik. Sebagian besar monokotil memiliki pertulangan daun sejajar, batang dengan berkas pembuluh tersebar; daun mahkota bunga 3 atau kelipatannya, dan memiliki akar serabut. Sebagian besar Angiospermae yakni sekitar 170.000 spesies adalah tumbuhan dikotil. Kelompok tumbuhan ini meliputi tumbuhan semak, pohon serta banyak tumbuhan penghasil makanan. Ciri-ciri dikotil adalah memiliki 2 kotiledon pada biji; pertulangan daun menjari, berkas pembuluh pada batang tersusun melingkar, daun mahkota bunga 4, 5 atau kelipatannya, memiliki sistem akar tunggang.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
Apa pengertian mikrosporangium dan mikrosporagenesis ?
Apa pengertian megasporangium dn megasporagenesis ?
Bagaimana polinasi dan fertilisasi pada angiospermae ?
Bagaimana proses embriogenesis pada angiospermae ?
Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui tentang mikrosporangium dan mikrosporagenesis.
Untuk mengetahui megasporangium dn megasporagenesis.
Untuk mengetahui tentang proses polinasi dan fertilisasi pada angiospermae.
Untuk mengetahui tentang embriogenesis pada angiospermae.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Mikrosporangium dan Mikrosporagenesis
2.1.1 Sejarah Angiospermae
Sejarah penemuan Angiospermae tidak terlepas dari penemuan Robert Brown pada tahun 1827 karena, Pada awalnya, nama Angiospermae dimaksudkan oleh Paul Hermann (1690) bagi seluruh tumbuhan berbunga dengan biji yang terbungkus dalam kapsula, dan dipertentangkan dengan Gymnospermae sebagai tumbuhan berbunga dengan buah achene atau berkarpela terbelah. Dalam pengertiannya, keseluruhan buah atau bagiannya dianggap sebagai biji dan "terbuka". Kedua istilah ini dipakai oleh Carolus Linnaeus dengan pengertian yang sama tetapi digunakan sebagai nama-nama dari kelas Didynamia. Ketika Robert Brown pada tahun 1827 menemukan bakal biji yang benar-benar terbuka (tak terlindung) pada sikas dan tumbuhan runjung, ia memberikan nama Gymnospermae bagi kedua kelompok tumbuhan ini.
Tahun 1851 Wilhelm Hofmeister menemukan perubahan-perubahan yang terjadi pada kantung embrio dari tumbuhan berbunga (penyerbukan berganda). Hasil penemuan ini menjadikan Gymnospermae sebagai kelas yang benar-benar berbeda dari dikotil, dan istilah Angiospermae mulai diterapkan untuk semua tumbuhan berbiji yang bukan kedua kelompok yang disebutkan Robert Brown. Pengertian terakhir inilah yang masih bertahan hingga sekarang.
2.2.2 Pengertian Angiospermae
Tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) berasal dari kata angio yang berarti bunga dan spermae yang berarti tumbuhan berbiji, jadi Angiospermae adalah tumbuhan berbiji yang tertutup tertutup. Mengapa dikatakan tumbuhan berbiji tertutup, karena bijinya selalu diselubungi oleh suatu badan yang berasal dari daun-daun buah yang disebut dengan bakal buah. Kemudian bakal buah beserta bagian-bagian lain dari bunga akan tumbuh menjadi buah dan bakal biji yang telah menjadi biji tetap terdapat di dalamnya. Tumbuhan biji tertutup memiliki jumlah spesies lebih banyak dibandingkan dengan tumbuhan berbiji terbuka, karena anggota Angiospermae mencakup sekitar 300 famili dan lebih dari 250.000 spesies. Tumbuhan ini banyak ditemukan di semua daratan dunia ini. Ada banyak faktor yang menentukan sehingga angiospermae terdapat di mana-mana. Di antaranya adalah,
Mampu beadaptasi dan bereproduksi di segala lingkungan.
Membentuk buah, bunga dan biji.
Angiospermae terdiri atas satu divisi yaitu Anthophyta (tumbuhan berbunga) yang merupakan 80% tumbuhan saat ini. Divisi ini dibedakan atas 2 kelas yaitu tumbuhan monokotil/ magnoliopsida (sekitar 65.000 spesies) dan tumbuhan dikotil/ liliopsida (sekitar 170.000 spesies). Tumbuhan dikotil dan monokotil dibedakan atas beberapa hal, antara lain: struktur biji (jumlah kotiledon), struktur bunga, distribusi berkas pembuluh pada batang, dan struktur akar.
Secara umum, tumbuhan berbiji tertutup memiliki ciri yang sama dengan tumbuhan berbiji terbuka. Keunikan tumbuhan berbiji tertutup terletak pada bijinya yang tersusun oleh keping lembaga (kotyledon). Keping lembaga pada tumbuhan berbiji tertutup membentuk dua kelompok tumbuhan, yaitu tumbuhan berbiji tunggal (Monocotyledonae) dan tumbuhan berbiji berkeping dua (Dicotyledonae).
2.2.3 Ciri-ciri Angiospermae
Angiospermae memiliki ciri utama yaitu, bakal bijinya berada di dalam megasporofil yang termodifikasi menjadi daun buah ( karpel) sehingga serbuk sari harus menembus jaringan daun buah untuk mencapai bakal biji dan membuahi ovum. Pada umumnya daun dan buah berdaging tebal, misalnya pada manga, jeruk, dan semangka. Pada kacang-kacangan, misalnya buncis, kapri, kacang panjang daun buah berupa kulit polong yang tipis. Daun buah berfungsi melindungi biji agar tidak kekeringan pada saat mengalami dormansi (tidak aktif). Dormansi yang dimaksud di sini adalah, Dormansi yaitu peristiwa dimana benih mengalami masa istirahat (Dorman). Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya (Elisa, 2009).
Tubuh dan ukuran angiospermae memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi. Ada yang berupa tumbuhan berbunga terkecil berdiameter sekitar 2 mm, misalnya wolffia, hingga pohon raksasa dengan tinggi lebih dari 100 m, misalnya pohon gom. Tubuh Angiospermae terdiri dari akar, batang, daun dan bunga. Akarnya ada yang serabut dan ada pula yang tunggang, ada batang yang berkambium serta ada pula yang tidak memiliki kambium. Angiospermae memiliki pembuluh xilem yang diperkuat oleh serat dengan dinding sel tebal dan berlignin. Sedangkan daunnya juga mempunyai beberapa tipe daun antara lain, lurus, menyirip dan menjari.
Ciri Khusus Angiospermae
Tumbuhan berbunga dibedakan dari kelompok lain berdasarkan apomorfi (ciri-ciri terwariskan) yang khas dikembangkan oleh kelompok ini. Kebanyakan ciri-ciri ini terletak pada bagian reproduktif. Berikut adalah ciri-ciri tersebut:
Bunga
Disebut sebagai tumbuhan berbiji tertutup dikarenakan bakal biji yang dimiliki tumbuhan ini dilindungi oleh daun buah. Pada tumbuhan ini juga telah memiliki bunga yang sesungguhnya, memiliki bentuk dan susunan urat daun yang beranekaragam. Ada daun yang pipih, sempit, ataupun lebar, dan susunan urat daunnya ada yang menyirip, menjari, melengkung, ataupun sejajar seperti pita. Alat perkembangbiakan secara generatif berupa bunga. Macam-macam bunga:
1) Bunga lengkap
Merupakan bunga yang memiliki semua bagian bunga tanpa terkecuali, yaitu tangkai bunga, kelopak bunga, mahkota bunga, benang sari, dan putik. Contohnya adalah bunga mawar, melati (Jasminum sambac), dan bunga sepatu.
2) Bunga tidak lengkap
Merupakan bunga yang tidak memiliki salah satu bagian bunga. Contohnya adalah bunga tanaman rumput-rumputan yang tidak memiliki mahkota bunga.
3) Bunga sempurna
Merupakan bunga yang memiliki benang sari dan putik sekaligus, selain itu juga memiliki bagian-bagian bunga yang lain. Contohnya adalah bunga sepatu.
4) Bunga tidak sempurna
Merupakan bunga yang hanya memiliki benang sari atau hanya memiliki putik saja, selain itu juga memiliki bagian-bagian bunga yang lain. Contohnya adalah bunga salak, bunga kelapa, jagung, dan melinjo. Bunga yang hanya memiliki benang sari biasa disebut juga sebagai bunga jantan dan bunga yang hanya memiliki putik saja biasa disebut sebagai bunga betina.
Gambar 2.1 Struktur bunga
Benang sari
Stamen atau benang sari jauh lebih ringan daripada organ dengan fungsi serupa pada tumbuhan berbiji terbuka (yaitu strobilus). Benang sari telah berevolusi untuk dapat beradaptasi denganpenyerbuk dan untuk mencegah pembuahan sendiri. Adaptasi ke arah ini juga memperluas jangkauan ruang hidupnya.
Ukuran gametofit jantan sangat tereduksi
Gametofit jantan yang sangat tereduksi (berada dalam serbuk sari dan hanya terdiri dari tiga sel) sangat membantu mengurangi waktu antara penyerbukan, di saat serbuk sari mencapai organ betina, dan pembuahan. Selang waktu normal antara kedua tahap tersebut biasanya 12-24 jam. Pada Gymnospermae waktu yang diperlukan untuk hal tersebut dapat mencapai setahun.
Karpela menutup rapat bakal biji
Karpela atau daun buah rapat membungkus bakal biji atau ovulum, sehingga mencegah pembuahan yang tidak diinginkan. Sel sperma akan dikontrol oleh putik untuk membuahi sel telur (ovum). Setelah pembuahan, karpela dan beberapa jaringan di sekitarnya juga akan berkembang menjadi buah. Buah berfungsi adaptif dengan melindungi biji dari perkecambahan yang tidak diinginkan dan membantu proses penyebaran ke wilayah yang lebih luas.
Ukuran gametofit betina sangat tereduksi
Sebagaimana pada gametofit jantan, ukuran gametofit betina juga sangat berkurang menjadi hanya tujuh sel dan terlindung dalam bakal biji. Ukuran yang mengecil ini membantu mempercepat perkembangan hidup tumbuhan. Hanya kelompok Angiospermae yang memiliki perilaku semusim dalam proses kehidupannya. Perilaku ini membuatnya sangat mudah menjelajah lungkang yang jauh lebih luas.
Endosperma
Pembentukan endosperma pada biji adalah ciri khas Angiospermae yang sangat mendukung adaptasi karena melengkapi embrio atau kecambah dengan cadangan makanan dalam perkembangannya. Endosperma secara fisiologis juga memperkuat daya serap biji akan hara yang diperlukan tumbuhan muda dalam perkembangannya.
Daur Hidup Angiospermae
Tumbuhan berbunga yang sering kita temui sehari-hari merupakan generasi gametofit (2n) yang dominan. Seperti pada gymnospermae, generasi gametofit pada Angiospermae juga mengalami reduksi. Angiospermae bersifat herospora. Bunga sporofit akan menghasilkan megaspore dan mikrospora.
Siklus hidup Angiospermae adalah sebagai berikut,
Bunga pada sporofit (2n) memiliki kepala sari yang di dalamnya terdapat sel induk mikrospora (2n)
Sel induk mikrospora (2n) mengalami pembelahan secara meiosismenghasilkan mikrospora yang haploid (n)
Mikrospora (n) mengalami pembelahan mitosis menghasilkan gametofit jantan berupa butir serbuk sari yang haploid (n)
Pada bakal biji terdapat sel induk megaspore (2n). sel induk megaspore membelah secara meiosis menghasilkan empat sel megaspore (n). namun, hanya satu sel megaspore yang hidup, sedangkan tiga lainnya mengalami degenerasi (mati)
Megaspore yang hidup akan membentuk gametofit betina (sel kandung lembaga atau sel kantung embrio). Inti kandung lembaga membelah secata mitosis tiga kali berturut-turut. Pembelahan inti tersebut tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma, disebut kariokinesis. Dari kariokinesis dihasilkan delapan inti (nucleus) yang akan tumbuh menjadi satu ovum (n), dua sinergid (n), tiga antipoda (n), dan dua inti polar yang bersatu disebut Inti Kandung Lembaga Sekunder (2n).
Bila terjadi penyerbukan, serbuk sari (n) akan berkecambah membentuk buluh (tabung) serbuk sari yang intinya akan mengalami kariokinesis dan menghasilkan dua inti, yaitu satu inti generatif (n) dan satu inti vegetatif (n) membelah lagi secara kariokinesis sehingga ;menghasilkan dua inti, yaitu sati inti sperma I (n) dan satu inti sperma II (n).
Gambar 2.2 Siklus hidup Angiospermae
Setelah pembuluh serbuk sari sampai di mikropil, inti vegetatif mengalami degenerasi. Inti sperma I (n) membuahi ovum (n) dan menghasilkan zygot (2n). Inti sperma II (n) membuahi inti kandung lembaga sekunder (2n) dan menghasilkan endosperma (3n). pembuahan dada Angiospermae disebut pembuahan ganda.
Zygot (2n) akan tumbuh menjadi embrio (2n). Endosperma (3n) berfungsi sebagai cadangan makanan bagi embrio. Endosperma (3n) berfungsi sebagai cadangan makanan bagi embrio. Struktur yang meliputi embrio, endosperma dan selaput biji, disebut biji. Ketika biji tumbuh menjadi biji, ovarium akan berkembang menjadi buah yang melindungi biji dan membantu pemencarannya. Bila biji jatuh ke tempat yang sesuai maka akan timbuh menjadi sporofit baru.
Jenis Reproduksi Angiospermae
1. Reproduksi Generatif
Dalam siklus hidupnya ada beberapa tahapan, antara lain :
a) Gametogenesis
Yaitu pembentukan gamet (sel kelamin). Terjadi di bagian bunga.
Gambar 2.3 Struktur Bunga
Gambar 2.4 Pembentukan Gametofit jantan
Gambar 2.5 Pembentukan Gametofit Betina
Mikrosporogenesis adalah proses pembentukan gamet jantan (sperma) yang berlangsung pada bunga yaitu di dalam serbuk sari bagian dari kepalasari (antenna) yang di dalamnya terdapat kantong serbuk sari atau mikrosporangium. Proses mikrosporogenesis berlangsung sebagai berikut: Sebuah sel induk mikrospora diploid (mikrosporosit) dalam antenna membelah secara meiosis I dan menghasilkan sepasang sel haploid. Padameiosis II menghasilkan 4 mikrospora haploid (n) yang berkelompok membentuk tetrad. Setiap mikrospora akan mengalami kariokinesis (pembelahan inti), sehingga menghasilkan 2 inti yang haploid yaitu satu inti dinamakan inti saluran serbuk sari dan satu inti generatif. Inti generatif membelah secaramitosis tanpa disertai sitokinesis dan terbentuklah 2 inti sperma (n)dan inti serbuk sari tidak membelah. Dengan demikian maka sebutir serbuksari yang telah masak mengandung 3 inti yang haploid, yaitu serbuk intisaluran serbuk sari dan 2 buah inti sperma. Pada antena yang sedang berkembang mikrosporangium terdiri dari sel sporogen yang ada didalam rongga kantung polen dan sejumlah lapisan khusus disebelah luarnya. Jaringan sporogen juga berasal dari sel parietal primer yang ditemukan pada awal pembentukan antena. Meiosis terjadi dalam sel induk mikrosopra menghasilkan tetradyang terdiri dari empat sel mikrospora yang haploid
2.2 Megasporangium dan Megasporagenesis
Megasporogenesis adalah proses pembentukan megaspora atau bakal biji pada tumbuhan angiosperma. Sedangkan megagametogenesis adalah proses pembentukan ovum dan inti sel lain yang terdapat pada bakal biji tersebut. Kedua proses tersebut terjadi pada bakal buah dari organ reproduksi betina tumbuhan. Proses tersebut diperlukan dalam reproduksi tumbuhan tersebut untuk menghasilkan biji.
Proses ini terjadi di dalam bakal biji tumbuhan. Pada bakal biji awalnya hanya terdapat 1 sel induk megaspora. Sel tersebut kemudian akan membelah secara meiosis (melalui meiosis 1 dan 2) hingga menghasilkan 4 megaspora anakan. Tiga megaspora yang terbentuk akan mereduksi dan mati, sedangkan 1 tetap berkembang hingga akan tumbuh menjadi bakal biji yang sempurna. Dalam megaspora tersebut terdapat 1 inti sel yang nantinya akan menjalani proses megagametogenesis.
Proses ini merupakan serangkaian pembelahan inti sel megaspora tanpa disertai dengan pembelahan selnya. Pembelahan tersebut terjadi secara mitosis dan berlangsung 3 kali berturut-turut. Dari awalnya 1 inti sel, membelah secara mitosis 3 kali hingga menghasilkan 8 inti sel. Delapan inti sel tersebut akan bergerak menuju tempatnya masing-masing dan berkembang menjadi bagian yang berbeda-beda. Tiga inti akan bergerak menuju arah mikrofil (bagian bawah) dan berkembang menjadi ovum (tengah) dan 2 sinergid di kanan kirinya. Dua inti sel akan berada di tengah-tengah dan berkembang menjadi inti kandung lembaga sekunder. Tiga inti sel akan bergerak ke arah khalaza (bagian atas) dan berkembang menjadi antipoda.
Gambar di bawah ini adalah proses megasporogenesis dan megagametogenesis dalam satu siklus.
Setelah 8 inti sel tersebut menempati tempatnya masing-masing, akan mulai terbentuk dinding sel yang memisahkannya dengan inti sel yang lain. Dinding sel ini akan memisahkan masing-masing inti sel kecuali pada inti kandung lembaga sekunder yang tetap berdua tidak terpisahkan. Hasil akhir proses ini adalah 7 sel dengan 8 inti sel gamet betina.
Pada pembuahan ganda, terjadi dua pembuahan pada bakal biji angiosperma. Pembuahan pertama terjadi antara avum dengan inti generatif 1 menghasilkan zigot, sedangkan pembuahan kedua terjadi antara inti kandung lembaga sekunder dan inti generatif 2 menghasilkan endosperma atau cadangan makanan. Sinergid dan antipoda yang terbentuk pada bakal biji belum diketahui fungsinya oleh ahli biologi.
Dalam megasporagenesis sel sporogen primer dapat langsung atau melalui beberapa kali meitosis menjadi sel induk megaspora. Sel itu mengalami meiosis yang terdiri dari dua kali pembelahan berturut-turut menghasilkan empat megaspora.
2.3 Penyerbukan (Polinasi) dan Fertilisasi
2.3.1 Polinasi (penyerbukan/ persarian)
Polinasi berasal dari kata “pollen” artinya serbuk sari, istilah polinasi digunakan untuk menunjukkan suatu peristiwa tranfser serbuk sari ke kepala putik (stigma) pada spesies angiospermae.
Suatu reproduksi akan didahului dengan terjadinya penyerbukan dan kemudian disusul dengan pembuahan. Sehingga penyerbukan merupakan peristiwa penting dalam reproduksi, dapat juga dikatakan penyerbukan adalah pintu gerbang dari reproduksi tanaman tersebut. Karena tanpa terjadinya pernyerbukan maka biji takkan terbentuk.
Peristiwa polinasi ini tentu tak lepas dari organ reproduksi (bunga). Bunga terdiri atas bagian vegetatif yaitu daun kelopak dan daun mahkota , dan bagian generatif yaitu benang sari dan putik. Benang sari merupakan alat kelamin jantan, terdiri atas kepala sari (antera) dan tangkai putik (filamen). Di dalam antera inilah serbuk sari dibentuk. Putik (pistilus) merupakan alat kelamin betina terdiri atas kepala putik (stigma), tangkai putik (stilus), dan ovarium, di dalam ovarium inilah akan terbentuk biji apabila terjadi pembuahan setelah terjadi penyerbukan.
Selanjutnya akan dibahas keterkaitan antara penyerbukan dengan proses metabolisme yang meliputi respirasi dan fotosintesis, pertumbuhan dan perkembangan, hormone tumbuhan, gen dan gerak pada tumbuhan.
Keterkaitan antara penyerbukan dengan respirasi dan fotosintesis
Proses penyerbukan tidak berhenti sampai polen mencapai stigma. Ketika polen sampai di stigma yang sudah matang, akan terjadi reaksi antara keduanya. Sel-sel permukaan stigma mensekresikan cairan lengket untuk menjerat polen serta memberi nutrisi untuk perkecambahan polen yang diterimanya.Cairan lengket ini merupakan campuran glukosa dengan senyawa organik lainnya.
Dengan adanya cairan ini, memungkinkan polen untuk berkecambah membentuk tabung polen. Dengan demikian pemasokan nutrisi (makanan) dan energy sangat dibutuhkan saat penyerbukan. Untuk memenuhi kebutuhan akan nutrisi dan energy tersebut, hanya dapat diperoleh dari aktivitas metabolisme, yaitu fotosintesis dan respirasi.
Melalui fotosintesis, tumbuhan akan mengubah senyawa anorganik, CO2 dan H2O dengan bantuan energy cahaya menjadi senyawa organik berupa karbohidrat (makanan). Pembentukan karbohidrat ini yang menjadi tujuan utama dari fotosintesis. Fotosintesis hanya dapat berlangsung pada bagian tumbuhan yang memiliki klorofil misalnya pada daun, batang tanaman muda, kelopak bunga, dan tulang-tulang daun, klorofil akan menangkap energi dari cahaya yang datang. Bunga tidak melakukan fotosintesis.. Hasil fotosintesis akan ditransfer ke seluruh bagian tubuh tumbuhan melalui jaringan pengangkut. Pada tangkai putik (stilus) terdapat jaringan yang berfungsi menyalurkan nutrisi yang dibutuhkan. Maka dapat dikatakan cairan lengket yang disekresikan oleh stigma yang berupa gula (karbohidrat) merupakan hasil dari fotosintesis. Kemudian untuk menghasilkan energy, gula tersebut akan dirombak melalui reaksi respirasi sel. Gula sebagaimana hasil fotosintesis yang disekresikan oleh stigma ini digunakan oleh polen untuk melakukan respirasi. Respirasi merupakan reaksi kebalikan dari fotosintesis, dalam respirasi gula akan dirombak menjadi CO2 dan H2O dengan bantuan oksigen dan dari reaksi ini akan dibebaskan sejumlah energy dalam bentuk ATP beserta air yang akan digunakan oleh serbuk sari dalam rangka perkecambahan polen.
Keterkaitan antara penyerbukan dengan pertumbuhan dan perkembangan
Perkecambahan polen saat polinasi mengindikasi aktivitas pertumbuhan dan perkembangan. Polen terlindungi oleh dua lapis kulit, kulit luar dan kulit dalam. Cairan lengket yang disekresikan oleh stigma mengakibatkan lapisan luar polen mengalami dehidrasi , sehingga lapisan ini akan melebur. Kemudian kulit dalam polen akan tumbuh ke luar melalui lubang kecambah membentuk tabung polen. Dalam hal ini, terjadi pertambahan ukuran sel-sel yang mengakibatkan pertumbuhan tabung polen. Selain itu, sel-sel generative polen juga mengalami perkembangan. Dengan menempelnya polen di stigma, akan merangsang pertumbuhan dan perkembangan pada ovariumnya (bakal buah).
Keterkaitan antara penyerbukan dengan hormone tumbuhan
Segala aktivitas kehidupan tak lepas dari peran hormone, hormone disebut sebagai zat pengatur tumbuh. Hormone merupakan suatu senyawa organic yang disintesis oleh tumbuhan dan akan ditransfer ke bagian organ yang membutuhkan. Dalam tubuh tumbuhan terdapat lima hormone utama yang berperan dalam aktivitas tumbuhan. Kelimanya saling bekerja sama dalam komposisi yang berbeda untuk melakukan suatu pengontrolan aktivitas tumbuhan. Kelimanya dibedakan menjadi hormone pemacu pertumbuhan (auksin, giberelin, & sitokinin) dan hormone penghambat pertumbuhan (etilen & asam absisat). Meskipun kudua kelompok ini menjalankan fungsi yang antagonis, namun keduanya turut andil dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Hormone juga mempengaruhi aktivitas penyerbukan.
Terjadinya perkecambahan polen terjadi karena aktifitas dari kerja hormone auksin. Polen merupakn sumber auksin, sehingga saat polen berkecambah, polen akan mengalami pemanjangan membentuk tabung polen yang merupakan aktivitas kerja hormone auksin. Selain itu, hormone ini juga yang akan merangsang pembuahan pada bakal buahnya. Meskipun keberadaan auksin ini mempengaruhi perkecambahan polen, namun aktivitas hormone yang lain juga mendukung kerja hormone auksin untuk melakukan perkecambahan polen.
Keterkaitan antara penyerbukan dengan gen
Telah dikatakan, bahwa pada peristiwa penyerbukan akan terjadi interaksi antara polen dengan stigma. Interaksi ini dapat penerimaan polen atau penolakan polen oleh stigma. Diterima atau ditolaknya polen ini dipengaruhi oleh suatu gen S yang terdapat pada stigma maupun polen. Gen S mengatur agar tidak terjadi perkawinan antara sperma dan ovum yang memiliki gen S yang sama (self-inkompatibiltas). Polen merupakan haploid dan bakal buah diploid, sehingga apabila gen S yang dimiliki oleh polen sama dengan salah satu alel gen S yang dimiliki oleh bakal buah, maka polen akan ditolak oleh stigma dan polen akan dihambat untuk membentuk tabung polen. Sebaliknya, bila gen S yang dimiliki polen berbeda , polen dapat diteima oleh stigma, dan pertumbuhan tabung polen terus berjalan sampai menuju bakal buah.
Polen memberikan sinyal berupa senyawa kimia yang akan dikeluarkan, kemudian sinyal tersebut akan ditangkap oleh reseptor pada permukaan stigma. Selanjutnya stigma akan mengenali sinyal tersebut dan yang akan menentukkan polen tersebut akan diterima atau ditolak. Stigma akan menolak polen-polen yang berasal dari diri sendiri, hal ini berdasarkan sinyal yang diterima oleh stigma. Apabila alel gen yang terdapat pada polen dan stigma sama, maka stigma akan menolak polen tersebut (stigma mengenali polen diri sendiri). Sehingga terjadi “inkompatibilitas-sendiri”, pada polen-polen yang memiliki alel yag sama dengan bakal buah.
Keterkaitan antara penyerbukan dengan gerak pada tumbuhan
Tibanya polen ke stigma tak lepas dari keberadaan polinator (perantara), yaitu dapat berupa angin, hewan, manusia, dan lain-lain. Pollinator setiap bunga akan berbeda-beda tergantung karakteristik dari serbuk sari maupun bunga itu sendiri. Berpindahnya serbuk sari ke kepala putik yang dibawa oleh pollinator ini akibat dari gerak pollinator itu sendiri. Gerak didefinisikan sebagai perpindahan dari titik acuan karena adanya rangsangan. Ada dua macam gerak pada tumbuhan, tropisme dan nasti. Tropisme adalah gerak tumbuhan mendekati / menjauhi rangsang. Nasty adalah gerakan tumbuhan karena suatu rangsang. Ketika polen sampai pada stigma, polen akan berkecambah membentuk tabung polen menuju ovarium. Gerak yang mempengaruhi tabung polen menuju bakal buah adalah gerak kemotropisme yaitu gerak yang diakibatkan adanya rangsangan berupa senyawa kimia. Bakal buah mengeluarkan semacam senyawa kimia berupa karbohidrat, senyawa ini yang akan menuntun tabung polen sampai pada bakal buah.
Macam Penyerbukan :
1) Berdasarkan asal serbuk sari
Autogami (penyerbukan sendiri) yaitu bila serbuk sari berasal dari bunga yang sama (satu bunga). Bila bunga belum mekar disebut kleistogami.
Geitonogami (penyerbukan tetangga) bila serbuk sari berasal dari bunga lain tapi masih satu individu.
Alogami ( xerogami ) atau penyerbukan silang, yaitu bila serbuk sari berasal dari individu lain tapi masih dalam satu jenis.
Bastar ( hibridogami) , yaitu bila serbuk sari berasal dari yang lain jenis.
2) Berdasar faktor yang membantu :
Anemogami, yaitu penyerbukan dengan bantuan angin. Ciri bunga : serbuk sari kering, lembut, banyak, tidak memiliki mahkota bunga.
Hidrogami, yaitu penyerbukan dengan bantuan air.
Zoidiogami, yaitu penyeerbukan dengan bantuan hewan.
Kiropterogami , yaitu penyerbukan dengan bantuan kelelawar. Ciri : bunga yang mekar di malam hari.
Entomogami, yaitu penyerbukan dengan bantuan serangga. Ciri : bunga yang menghasilkan nektar / polen / madu.
Ornitogami, yaitu penyerbukan dengan bantuan burung.
Malakogami, yaitu penyerbukan dengan bantuan siput (molusca).
Antropogami, yaitu penyerbukan dengan bantuan manusia. Ciri : bunga yang tidak mampu melakukan penyerbukan sendiri. Hal ini disebabkan benang sari atau putik tidak matang bersamaan.
Protandri, yaitu bila benang sari masak lebih dahulu daripada putik.
Protogeni, yaitu bila putik masak lebih dahulu daripada benang sari.
2.3.2 Pembuahan (fertilisasi)
Yaitu proses peleburan gamet jantan (sperma) dengan gamet betina (ovum). Setelah penyerbukan, sperma bergerak ke arah sel telur melalui buluh serbuk sari, selanjutnya terjadi peleburan inti sel telur dan inti sperma di dalam ovula. Ovula adalah struktur sporofit yang mengandung megasporangium dan gametofit betina. Pembuahan antara gamet jantan dan betina akan menghasilkan embrio (lembaga). Berdasarkan peristiwa itu, tumbuhan biji disebut juga embriophyta siphonogama, yaitu tumbuhan yang memiliki embrio dan perkawinannya terjadi melalui pembentukan suatu bulu. Embrio pada tumbuhan biji bersifat bipolar (dwipolar), karena pada satu kutubnya akan tumbuh dan berkembang membentuk batang dan daun, sedangkan kutub lain membentuk sistem perakaran.
Ada 2 macam pembuahan pada tumbuhan berbiji :
Pembuahan Tunggal (pembuahan yang terjadi satu kali pembuahan), yaitu peleburan gamet jantan dan gamet betina yang menghasilkan embrio. Terjadi pada tumbuhan Gymnospermae.
Pembuahan Ganda (pembuahan yang terjadi dua kali pembuahan), yaitu:
peleburan inti sperma >< ovum , menghasilkan zygot (embrio).
peleburan inti sperma >< kandung lembaga skunder , menghasilkan endosperm (untuk cadangan makanan).
Terjadi pada tumbuhan Angiospermae.
Gambar 2.6 Pembuahan Ganda
.
Reproduksi Vegetatif yaitu cara reproduksi tanpa melalui perkawinan (fertilisasi) gamet jantan dan betina. Sifat dari reproduksi vegetatif adalah menghasilkan keturunan yang identik (sifat sama) dengan induknya.
Reproduksi Vegetatif dapat terjadi secara :
a. Alami cara perbanyakan yang dilakukan oleh organ vegetatif tumbuhan tanpa bantuan manusia.
Organ vegetatif yang berperan antara lain :
Rhizoma (rimpang/akar tinggal); batang yang menjalar secara horisontal dalam tanah menyerupai akar. Misal : bunga tasbih, kunyit, jahe, alang-alang.
Stolon (geragih); batang yang menjalar di atas tanah. Misal : arbei (stroberi), daun kaki kuda (Centela asiatica)
Umbi Lapis (Bulbus); batang berukuran pendek yang dikelilingi daun berlapis-lapis. Misal: bawang merah (Allium cepa).
Umbi Batang ; batang yang membengkak di dalam tanah. Misal : ubi jalar, kentang.
Tunas ; bagian batang yang memiliki bakal tunas. Misal : bambu, kelapa, dan sebagainya.
Daun ; bagian tepi daun yang memiliki jaringan meristem. Misal : Cocor Bebek.
Kormus ; pangkal batang yang membesar dan memiliki beberapa kuncup. Misal : bunga tasbih, gladiol.
b. Buatan; cara perbanyakan yang dilakukan oleh tumbuhan dengan bantuan manusia.
Macam reproduksi vegetatif secara buatan :
- Mencangkok
- Menempel (okulasi)
- Menyambung
- Menyetek
- Merunduk
- Kultur Jaringan
Kultur jaringan merupakan usaha perbanyakan tanaman dengan memanfaatkan sifat totipotensi . Totipotensi adalah kemampuan beberapa sel tanaman yang dapat tumbuh menjadi individu baru.
2.5 Klasifikasi Angiospermae
Angiospermae dibagi menjadi dua kelas yaitu dikotil dan monokotil. Perbedaan dua kelas ini adalah :
1. Bentuk akar
Monokotil : Memiliki sistem akar serabut
Dikotil : Memiliki sistem akar tunggang
2. Bentuk sumsum atau pola tulang daun
Monokotil : Melengkung atau sejajar
Dikotil : Menyirip atau menjari.
Gambar 2.7 Dikotil dan Monokotil
Embriogenesis pada Angiospermae
Embrio merupakan bagian yang mengawali organisasi tumbuhan yang strukturnya terdiri dari jaringan meristematis yang mampu berdiferensiasi, karena terdiri dari protoderm, prokambium, dan meristem dasar. Hasil perkembangan zigot adalah embrio.
Embrio dikotil terdiri dari :
Sumbu embrio dengan kotiledon
Epikotil di atas kotiledon
Hipokotil di bawah
Plumula ( embriogenik shoot ) ujung epikotil
Radikula ( embriogenik root ) tumbuh dari ujung hipokotil
Embriogenesis adalah tahapan perkembangan zigot / sel / jaringan / organ menjadi tanaman lengkap. Jadi, selain dari zigot dapat melalui sel – sel somatik, hasilnya disebut embrio somatik dapat alami atau melalui teknik in vitro (kultur jaringan).
Perkembangan Embrio
Kutub kalaza merupakan tempat utama yang mampu melanjutkan pertumbuhan.
Kutub mikrofil berfungsi vegetatif yang akan menghasilkan suspensor yang dapat mengalirkan nutrisi.
Stadium Diferensiasi Awal ( Proembrio )
Zigot yang bersel satu terbagi dua,umunya diawali pada dinding horisontal yang akan diikuti oleh dinding vertikal atau dinding yang miring.
Klasifikasi Embrio
Hasil penelitian embriogeni yang dihubungkan dengan ontogeni pada tipe – tipe embrio yang berbeda, yaitu pada :
Bahan – bahan seluler dalam pembentukan embrio sehingga dapat dibedakan bentuk suspensornya.
Awal pembentukan dari sel apek dan sel basal atau hanya dari bagian apek saja.
Posisi dinding pemisah tegak atau horizontal
Embriogeni Dikotiledone
1. Tipe onagrad atau tipe crusifer, ranunculaceae, annonaceae, onagraceae, cruciferae, pedaliaceae, schrophulariaceae.
2. Tipe asterad, balsaminaceae, vitaceae, violaceae, dan compositae.
3. Tipe caryophyllad, crassulaceae, haloragaceae, dan caryophyllaceae.
4. Tipe sotanad, campanulaceae, theaceae, linaceae, dan solanaceae.
5. Tipe chenopodiad, baraginaceae, chenopodiaceae.
Pada kebanyakan embrio angiospermae zigot membelah secara melintang yang menghasilkan sel apikal ( ca ). Akan tetapi, pada zigot Lorantaceae membelah vertical dan pada Triticum sp obliq ( miring ).
Perkembangan embrio dari dua sel, pembentukan organ dari embrio disebut proembrio. Pada proembrio dua sel, basal sel tetap belum membelah atau mengalami pembelahan melintang menjadi dua sel m dan c1. Pada kasus berikutnya apakah pembelahan sel apikal melintang atau vertikal empat sel proembrio adalah linier atau bentuk T ( 12 – A – C ).
Pada proembrio yang linier dua sel anak dari ca, dua pembelahan vertikal terdapat bentuk T. Bentuk proembrio T dapat membentuk oktan dari suatu konfigurasi yang berbeda, dimana semua sel terdapat dalam baris yang sama ( q ). Suatu quadran aksial dikelilingi oleh 4 sel perifer ( 12 – 2C ). Jadi, pada angiospermae terdapat dua tipe konfigurasi, yaitu :
Komponen – komponen sel disusun dalam dua baris masing – masing empat sel ( beta, capsela, poa, sagitaria ).
8 sel terdapat dalam satu baris ( lactuca, muscari ).
Berdasarkan pada pembelahan sel apikal ( ca ) pada proembrio 2 sel dan kontribusi sel basal ( cb ) dan sel apikal ( ca ) pada pembentukan embrio dikenal 5 tipe embriogeni :
1. Sel apikal dari proembrio 2 sel membelah memanjang.
Sel basal memegang peranan kecil atau tidak ada pada perkembangan embrio disebut tipe crucifer atau tipe onagrad.
Sel basal dan sel apikal memberi sumbangan pada perkembangan embrio disebut tipe asterad.
Contoh : Balsaminaceae, Vitaceae, Compositae
2. Sel apikal dari proembrio 2 sel membelah melintang.
a. Sel basal memegang peranan yang sedikit atau tidak ada pada perkembangan embrio.
b. Sel basal biasanya membentuk suspensor disebut tipe solanad ( Campanulaceae, Theaceae, Solanaceae )
c. Sel basal tidak lagi mengalami pembelahan dan suspensor jika ada selalu berasal dari apikal disebut tipe caryophyllad.
Contoh : Crassulaceae, Caryophyllaceae
d. Sel basal dan sel terminal memberi sumbangan turut serta pada perkembangan embrio disebut tipe chenopodial.
Contoh : Boraginaceae, Chenopodiaceae
Kelima tipe embriogeni terdapat pada tanaman dimana pembelahan pertama dari zigot adalah melintang. Dengan demikian, sel apikal dan sel basal dibentuk.
Perkembangan dari embrio dikotil pada ( Ranunculaceae ) tipe embrio onagrad.
Zigot membelah
ca-sel apikal ( kecil )
cb-sel basal ( besar )
Sel cb membelah menjadi c1 dan m, sel ca membelah menjadi 2 sel bentuk T, yaitu proembrio 4 sel terbentuk.
Dari sel cb, sel c1 membelah lagi menjadi sel n dan n1
Kedua sel tersebut kemudian membelah lagi membentuk barisan linier terdiri dari 3 atau 4 sel suspensor. Sel m dn turunannya membelah oleh pembelahan vertikal membentuk 4 sampai 6 sel.
Kelas dikotil
Tumbuhan dikotil adalah tumbuhan yang memiliki biji yang berkeping dua. Beberapa Famili tumbuhan dicotyledoneae :
1. Euphorbiaceae
Euphorbiaceae (tumbuhan jarak-jarakan) contohnya yakni tanaman patah tulang, ubi kayu, dan karet. Euphorbiaceae, suku kastuba-kastubaan adalah keluarga besar tumbuhan berbunga dengan 300 marga dan sekitar 7.500 spesies. Sebagian besar tumbuhan, tetapi beberapa, terutama di daerah tropis, juga semak belukar atau pepohonan. Ada yang lezat dan menyerupai kaktus.
Suku ini terdapat terutama di daerah tropis, dengan mayoritas spesies di wilayah Indo-Malaya dan Amerika tropis. Ada sebagian besar di Afrika tropis, tetapi tidak banyak atau beragam seperti di kedua daerah tropis lainnya. Namun, Euphorbia juga memiliki banyak spesies di daerah non-tropis seperti Basin Mediterania, Timur Tengah, Afrika Selatan, dan Amerika Serikat selatan.
2. Moraceae
Moraceae, contohnya beringin dan keluwih
Suku ara-araan atau Moraceae adalah salah satu suku anggota tumbuhan berbunga. Menurut Sistem klasifikasi APG II suku ini dimasukkan ke dalambangsa Rosales, suku ini termasuk beringin, ara, tin, pohon bodhi, dan murbei. Ciri khas suku ini dapat dilihat dari daunnya yang relatif tebal, agak berdaging (sukulen), serta dari buahnya yang bukan merupakan buah sejati karena terbentuk dari dasar bunga yang membesar lalu menutup sehingga membentuk bulatan seperti buah. Bunganya tersembunyi di dalam "buah" dan diserbuki oleh serangga tertentu (biasanya dari anggota Hymenoptera).
3. Papilionaceae
Papilionaceae, contohnya tanaman kacang panjang
Papilionaceae merupakan nama suku untuk tumbuhan yang berbunga kupu-kupu (papilon= kupu-kupu). Semua bunga dalam kelompok ini berbentuk seperti kupu-kupu yang sedang terbang. Sebagian besar dari jenis ini dapat dikonsumsi dan merupakan komoditas penting dalam kehidupan manusia. Keisimewaan dari suku ini adalah pada bagian akarnya yang bersimbiosis dengan sejenis bakteri yang dapat menghisap nitrogen bebas dari udara. Bakteri ini adalah Rhizobium javanicum , Rhizobium leguminoserum (rhizo=akar). Oleh karena itu, kelompok tumbuhan ini dikenal sebagai tanaman pupuk hijau.
4. Caesalpiniaceae
Caesalpiniaceae, contohnya kembang merak dan asam
Nama suku Caesalpiniaceae merupakan nama suku untuk flamboyan-flamboyanan yang namanya diambil dari salah satu ahli botani Italia bernama Andrea Caesalpini (1519-1603). Caesalpiniaceae juga merupakan bagian dari kelompok polong-polongan yang serbuk sarinya berjumlah 10, namun susunannya tersebar atau melingkar. Susunan perbungaannya adalah majemuk tidak terbatas. Kelompok tumbuhan ini sering dimanfaatkan sebagai tanaman hias peneduh, atau penghijauan.
5. Mimosaceae
Mimosaceae, contohnya tanaman sikecut Mimosoideae adalah upafamili dari keluarga tumbuhan berbunga Fabaceae (Leguminosae) yang memiliki ciri-ciri bunga berkelopak kecil dan sejumlah stamen mencolok. Upafamili ini terbagi lagi menjadi empat tribus: Acacieae, Ingeae, Mimoseae, and Mimozygantheae.
Sejumlah sistem klasifikasi seperti sistem Cronquist memasukkan Fabaceae dalam cakupan sempit, sehingga menjadikan Mimisoideae sebuah famili seperti Mimosaceae. Angiosperm Phylogeny Group memasukkan Fabaceae dalam cakupan luas.
6. Malvaceae
Malvaceae contohnya kapas dan waru
Suku kapas-kapasan atau Malvaceae merupakan kelompok tumbuhan dikotil yang anggota-anggotanya mencakup sejumlah tanaman budidaya penting, khususnya sebagai penghasil serat tekstil dan minyak. Manfaat lainnya adalah sebagai tanaman hias dan farmasetika. Beberapa Malvaceae merupakan penghasil kayu perdagangan.
Bentuknya dapat berupa perdu atau pohon. Bunganya menjadi ciri khasnya yang penting karena biasanya besar dan membentuk corong. Kelopak bunganya bersatu (tidak terpisah-pisah). Mahkota bunganya lima, tersambung di bagian pangkal sehingga bila gugur selalu bersama-sama, tidak luruh sendiri-sendiri. Benang sari biasanya banyak dan tersambung dengan putik.
7. Bombacaceae
Bombacaceae contohnya durian
Bombacaceae adalah keluarga dari tanaman berbunga atau Angiospermae termasuk dalam Malvales. Ciri-ciri dari Bombacaceae ialah:
Berupa pohon (merupakan pohon yang dapat menjadi tinggi besar), mempunyai sisik dan rambut-rambut bintang, daun tunggal atau majemuk menjari (palmatus), duduk tersebar dengan daun penumpu, bunga kadang-kadang besar dengan warna yang menarik, hermafrodit (bisexual) atau banci, aktinomorf. Terdapat 5 Sepal (5 helai kelopak), biasanya berlekatan, dalam kuncup berlekatan seperti katup. Terdapat 5 daun mahkota (petalae) tersusun seperti genting, dan dalam kuncup seperti terpilin ke satu arah. Benang sari sama banyaknya dengan jumlah daun mahkota dan duduk berhadapan dengan daun-daun mahkota, kebanyakan lebih banyak , dapat sampai banyak sekali. Bila jumlahnya besar seringkali berlekatan membentuk buluh atau tersusun dalam berkas-berkas. Kepala sari beruang 1 sampai 2 atau lebih, serbuk sari dengan permukaan yang licin. Bakal buah menumpang sampai setengah tenggelam (semi inferus), beruang 2 samapi 5 , tiap ruang berisi 2 sampai banyak bakal biji. Buahnya buah kendaga, seringkali pecah dengan membelah ruang, sisi dalam kulitnya sering berambut. Biji dengan atau tanpa endosperm, sering bersalut.
Rutaceae
Rutaceae contohnya jeruk keprok
Rutaceae (Rutaceae) adalah angiosperma, Dicotyledoneae, Sapindaceae tujuan cabang. Bagian 180 marga dan 1.300 sampai 1.600 spesies, didistribusikan di seluruh dunia, terutama di daerah tropis dan subtropis, siswa minoritas sedang. Cina memiliki 29 genera dan 150 spesies di seluruh bagian utara dan selatan, yang memproduksi Southwest utama dan Selatan. Gunung Ephedra dan Poncirus endemik ke China.
Myrtaceae
Myrtaceae contohnya cengkih
Suku jambu-jambuan atau Myrtaceae merupakan kelompok besar tumbuh-tumbuhan yang anggota-anggotanya banyak dikenal dan dimanfaatkan manusia. Di dalamnya termasuk sejumlah tanaman buah-buahan, tanaman hias, tanaman obat, serta tanaman industri.
Suku jambu-jambuan dicirikan dengan bunganya yang memiliki banyak kelopak dengan cacah dasar lima, namun ada juga yang tidak memilikinya, dan banyak benang sari. Bakal buahnya juga memiliki banyak bakal biji. Anggotanya yang berbentuk pohon mudah dikenal dari kulit luar batangnya yang seperti kulit mengering tipis dan terlepas-lepas.
Kelas Monokotil
Tumbuhan berkeping biji tunggal (monokotil) adalah salah satu dari dua kelompok besar tumbuhan berbunga yang bijinya tidak membelah karena hanya memiliki satu daun lembaga. Kelompok ini diakui sebagai takson dalam berbagai sistem klasifikasi tumbuhan dan mendapat berbagai nama, seperti Monocotyledoneae, Liliopsida, dan Liliidae.
Kelompok tumbuhan ini mencakup berbagai tumbuhan paling berguna dalam kehidupan manusia.Sebagai sumber pangan, sumber energi nabati, sumber bahan baku industri, perumahan, dekorasi, pakaian, media penulisan, zat pewarna, dan sebagainya
1. Poaceae
Suku padi-padian, Poaceae, Glumiflorae, atau Graminae adalah salah satu suku anggota tumbuhan berbunga. Menurut sistem klasifikasi APG IIsuku ini termasuk ke dalam bangsa Poales, klad commelinids (eumonocots).
Anggota suku ini adalah yang paling tinggi populasinya di dunia karena banyak tanaman budidaya yang menjadi anggotanya dan ditanam luas sebagai bahan pangan utama. Didalamnya termasuk tumbuhan seperti padi, gandum, jagung, jelai, jewawut, serta sorgum (cantel).
Selain itu, bambu dan tebujuga termasuk di dalamnya. Bahan pakan ternak juga banyak memanfaatkan anggota suku ini, seperti rumput gajah dan rumput raja. Anggota suku ini beberapa di antaranya merupakan tumbuhan pengganggu (gulma) yang penting,seperti alang-alang dan rumput bandotan. Ada anggotanya yang merupakansumberwangi-wangian, yaitu rumput akar wangi dan serai (termasuk sitronela).
2. Dioscoreaceae
Gadung (Dioscorea hispida Dennst., suku gadung-gadungan atau Dioscoreaceae) tergolong tanaman umbi-umbian yang cukup populer walaupun kurang mendapat perhatian. Gadung menghasilkan umbi yang dapat dimakan, namun mengandung racun yang dapat mengakibatkan pusing dan muntah apabila kurang benar pengolahannya. Produk gadung yang paling dikenal adalah dalam bentuk keripik meskipun rebusan gadung juga dapat dimakan. Umbinya dapat pula dijadikan arak (difermentasi) sehingga di Malaysia dikenal pula sebagai ubi arak, selain taring pelandok.
3. Bromelia
Bromelia adalah kelompok tanaman yang bernaung di bawah keluarga Bromeliaceae yang terdiri atas sekitar 3000 spesies dan ratusan hingga ribuan hibrida. Asal muasal tanaman yang salah satunya adalah nanas yang berasal dari Amerika. Tercatat hanya satu yang habitat nya di Afrika, yaitu Pitcairnia Feliciana.
4. Orchidaceae
Suku anggrek-anggrekan atau Orchidaceae merupakan satu suku tumbuhan berbunga dengan anggota jenis terbanyak.
Jenis-jenisnya tersebar luas dari daerah tropika basah hingga wilayah sirkumpolar, meskipun sebagian besar anggotanya ditemukan di daerah tropika. Kebanyakan anggota suku ini hidup sebagai epifit, terutama yang berasal dari daerah tropika. Anggrek di daerah beriklim sedang biasanya hidup di tanah dan membentuk umbi sebagai cara beradaptasi terhadap musim dingin. Organ-organnya yang cenderung tebal dan "berdaging" (sukulen) membuatnya tahan menghadapi tekanan ketersediaan air. Anggrek epifit dapat hidup dari embun dan udara lembap. Orchidaceae adalah sumber inspirasi dari nama kereta api Argo Anggrek, kereta api eksekutif yang melayani Surabaya Pasar Turi-Gambir.
5. Araceae
Suku talas talasan atau Araceae mencakup berbagaimacam tumbuhan monokotil dengan ciri khas bunga majemuk bertipe "tongkol" yang berseludang(spatha). Jenis-jenisnya banyak dikenal orang: sebagian karena dapat dimakan umbinya, terutama dari genus Alocasia, Colocasia (talas bogor), sertaAmorphophallus (suweg); sebagian karena keindahannya sebagai tanaman hias, seperti Dieffenbachia, Aglaonema (sri rejeki), dan Anthurium (kuping gajah); dan salah satu anggotanya memegang rekor sebagai bunga majemuk tunggal terbesar sedunia (bunga bangkai raksasa, Amorphophallus titanum).
6. Liliaceae
Tanaman Liliaceae adalah angiosperma, adalah kelas monokotil. Sekitar 230 marga dan 3500 jenis, distribusi di seluruh dunia, tetapi paling melimpah di hangat dan subtropis. Cina 60 genera dan 560 spesies, di seluruh negeri. Liliaceae baik di bunga, obat-obatan lain. Beberapa juga bisa dimakan. Allium genus utama, Smilax, Lilium, Ophiopogon, Polygonatum, aspartat genus Fritillaria spp. Anemarrhena genus Cymbidium kuntul, paku bunga putih yang endemik ke Cina dan sebagainya. Sekitar 230 marga dan 3500 jenis, distribusi di seluruh dunia, tetapi paling melimpah di hangat dan subtropis.
Liliaceae baik di bunga, obat-obatan lain. Beberapa juga bisa dimakan. Allium genus utama, Smilax, Lilium, Ophiopogon, Polygonatum, aspartat genus Fritillaria spp. Anemarrhena genus Cymbidium kuntul, paku bunga putih yang endemik ke Cina dan sebagainya.
Sebagian besar herbal. Dengan lampu bawah tanah atau rimpang, batang tegak atau memanjat seperti, atau pangkal daun cauline, batang daun biasanya alternatif, jarang yang berlawanan atau whorled. Bunga soliter atau berkumpul menjadi berbagai macam perbungaan, bunga biasanya biseksual, actinomorfik, kementerian untuk khas tiga angka tepal 6, petal-seperti, dua, gratis atau bawaan. Benang sari 6, filamen pemisahan atau bahkan bersama-sama. Ovarium unggul, sering tiga kamar, kapsul atau berry. Diproduksi dalam hangat dan subtropis.
7. Amaryllidaceae
Suku bakung-bakungan atau Amaryllidaceae adalah nama botani suatu suku tumbuhan berbunga. Tumbuhan ini dapat hidup sepanjang tahun dan memiliki umbi serta biasanya bunga yang bentuknya khas. Suku ini memiliki sekitar 60 genus, dengan sekitar 800 spesies. Beberapa genus yang umumnya ditemukan di kebun adalah, Amaryllis, Caliphruria, Clivia, Crinum, Eucharis,Galanthus, Habranthus, Hippeastrum.
Amaryllidaceae telah dikenal melalui beberapa sistem klasifikasi sejak abad ke-20. Walaupun sistem Cronquist meliputkannya dalam suku bawang-bawangan yang sangat luas. Sistem APG II pada tahun 2003 memasukkan Amaryllidaceae dalam Alliaceae, bangsa Asparagales yang merupakan tumbuhan berkeping biji tunggal.
Fay dan Chase (1996) menggolongkan Agapanthus dalam Amaryllidaceae sebagai anaksuku Agapanthoideae, sedangkan sistem APG II menggolongkan Agapanthus ke dalam Alliaceae, dengan penggolongan yang mungkin sebagai keluarga tersendiri yaitu Agapanthaceae. Agapanthusberbeda dari Amaryllidaceae karena letak bakal buahnya.
8. Cannaceae
Suku kana-kanaan atau Cannaceae adalah salah satu suku anggota tumbuhan berbunga. Menurut sistem klasifikasi APG II suku ini termasuk ke dalam bangsa Zingiberales, klad commelinids (core monocots). Anggotanya ada yang menjadi tanaman hias populer, yaitu kana hias (Canna hybrida). Ada pula yang rimpangnya dimakan orang, yaitu ganyong (Canna edulis).
9. Marantaceae
Suku patat-patatan atau Marantaceae adalah salah satu suku anggota tumbuhan berbunga. Menurut sistem klasifikasi APG II suku ini termasuk ke dalambangsa Zingiberales, klad commelinids (core monocots). Hingga saat ini sekitar 31 marga yang meliputi lebih kurang 550 jenis tumbuhan Marantaceae yang sudah diketahui dan umumnya ditemukan di sepanjang daerah tropik, kecuali Australia. Kira-kira setengah marga dan kira-kira 450 jenis di Neotropical sedangkan marga sisanya dengan kira-kira 100 jenis terdapat di Paleotropic (Clausager & Borchsenius 2003).
Marantaceae merupakan tumbuhan herba berizoma, sebagian besar tidak memiliki batang, atau batang bersifat sub-teranean (tertutup dalam tanah). Hanya satu spesis yang memiliki batang yaitu Donax canniformis yang ditemukan tersebar luas di Tanah Papua.
Marantaceae dapat ditemukan dengan perawakan kecil hingga herba raksasa yang dapat mencapai ketinggian 6 meter. Secara morfologi, Marantaceae sangat mirip dengan Zingiberaceae (kelompok tumbuhan temu-temuan/lengkuas-lengkuasan) dan ada juga yang memiliki daun sebesar daun pisang yang dijumpai di Prafi (pengamatan pribadi).
Walaupun menunjukan kedekatan dengan Zingiberaceae, Marantaceae mudah dikenali karena mempunyai ‘pulvinus’ yaitu bagian tangkai daun yang mengembung di bagian apikal (bagian peralihan antara tangkai daun dan daun). Sifat pembeda lain antara Marantaceae dan Zingiberaceae adalah sifat non-aromatik yang dimiliki Marantaceae.
Marga-marga Marantaceae yang ditemukan di New Guinea adalah Cominsia, Donax, Phacelophrynium dan Phrynium. Beberapa jenis yang memiliki daun cukup lebar dari marga Cominsia dan Phrynium, biasanya digunakan oleh masyarakat asli Papua di daerah pesisir untuk membungkus 'papeda' sehingga sering ditanam di pekarangan masyarakat untuk keperluan tersebut. Dari keempat marga tersebut, Cominsia dan Donax merupakan marga tumbuhan Marantaceae yang ditemukan menyebar hampir di seluruh pesisir wilayah Tanah Papua.
10. Musaceae
Ciri – ciri dari famili pisang-pisangan adalah :
Batangnya bercabang semu karena tersusun oleh beberapa pelepah daun yang saling membungkus,
bertulangan daun sejajar sehingga mudah sobek, dan
Memiliki barisan bunga yang banyak.
Contohnya, pisang (Musa paradisiaca) dan pisang kipas (Musa madagaskariensis)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Angiospermae adalah tumbuhan brbiji tertutup yang paling dominan dijumpai di dunia.
Dalam siklus hidupnya Angiospermae mengalami pembuahan ganda atau lebuh lazim disebut dengan pergiliran keturunan antra pembuahan (perkembangbikan secara generative dan vegetative).
Ciri utama tumbuhan ini dalah memiliki bunga. Sel kelamin jantan dari angiospermae adalah benang sari sedangkan sel kelamin betina adalah putik.
Angiospermae dibedakan menjadi dikotil dan monokotil
Keduanya memiliki beberapa bentuk fisik yang dapat membedakan antara satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut adalah, betuk daun, bentuk batang, kambium pada batang, berkas pembuluh, kotiledon biji, bentuk bunga, dll.\
Angiospermae ini memiliki beberapa ordo dan kelas yang hamper seluruhnya mudah untuk dijumpai.
3.2 Saran
Mohon kritik atau saran dari pembaca demi perbaikan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina,Putri.2011.Caesalpiniaceae Beautiful Flower Famili
(online) http://princesssaccharifera.blogspot.com/2011/05/caesalpiniaceae-beautifull-flower.html. Diakses 20 Januari 2014
Agustina,Putri.2011.Euphorbiaceae
(online) http://princesssaccharifera.blogspot.com/2011/04/euphorbiaceaespurge-family-plants.html. Diakses 19 Januari 2014
Agustina,Putri.2011.Papilionaceae
(online) http://princesssaccharifera.blogspot.com/2011/05/papilionaceae-si-bunga-kupu-kupu.html. Diakses 18 Januari 2014
Alfiansyah, Muhammad. 2011.Spermatophyta (Tumbuhan Berbiji)
(online) http://www.sentra-edukasi.com/2010/04/spermathophyta-tumbuhan
berbiji.html#.UtzAANL-LVQ. Diakses 20 Januari 2014
A,Nadia. 2013. Angiospermae
(online) http://bloggerndesonet.blogspot.com/2013/03/pengertian-tumbuhan-dikotil-dan.html. Diakses 20 Januari 2014
Ani. 2012. Tumbuhan Dikotil dan Monokotil
(online) http://titlebarr.blogspot.com/2012/11/monokotil-a.html. Diakses 20 Januari 2014
Struktur Tumbuhan 1 “Alat Reproduksi Angiospermae”Page 35