Vol. 1, No. 1 (Jan-Juni 2019): 1-11
ISSN: 2623-2065
PENDIDIKAN DAN KEARIFAN LOKAL ERA PERSPEKTIF GLOBAL
Agus Susilo, Yadri Irwansyah
Dosen Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Lubuklinggau
Alamat korespondensi:
[email protected]
Diterima: 6 Desember 2018; Direvisi: 18 Januari 2019; Disetujui: 20 Januari 2019
Abstract
Education and local wisdom in the era of global perspective is how the role of a teacher in guiding students
without leaving the values of local wisdom in the community. A teacher is a change actor who is able to
make students better, more advanced in thinking and have a wise nature. The teacher is basically an
education fighter who continues to devote his knowledge to the progress of a nation through the world of
education. In this case the teacher must also understand the environment in his community. The values of
local wisdom that are often forgotten, continue to be taught by a teacher so as not to forget. The
community has a broad role in helping the world of education in introducing local wisdom in the lives of
their students. It is hoped that the young generation that will be produced will be the younger generation
who are ready to compete in the world order of the era of 4.0. The Ulak Lebar site which is a local site for
the people of Lubuklinggau City which has a very high characteristic of the local community of the city of
Lubuklinggau. The remaining and well-maintained evidence will be the subject of study of Local History.
In school learning, especially history lessons, the introduction of local history in Lubuklinggau City
should be actualized to students. The value in the Ulak Lebar Site will be the identity of the people of
Lubuklinggau City who are rich in the values of the nation's character with global insight.
Keywords: Education; Local Wisdom; Global Perspective
Abstrak
Pendidikan dan kearifan lokal era perspektif global adalah bagaimana peran seorang guru
dalam membimbing peserta didik tanpa meninggalkan nilai-nilai kearifan lokal yang ada dalam
masyarakat. Seorang guru merupakan pelaku perubahan yang mampu membuat peserta didik
lebih baik, lebih maju dalam pemikiran dan mempunyai sifat yang bijaksana. Guru pada
dasarnya adalah seorang pejuang pendidikan yang terus mengabdikan ilmunya demi kemajuan
sebuah bangsa melalui dunia pendidikan. Dalam hal ini guru juga harus memahami lingkungan
dalam masyarakatnya. Nilai-nilai kearifan lokal yang seringkali dilupakan, terus diajarkan oleh
seorang guru agar tidak lupa. Masyarakat memiliki peran yang luas dalam membantu dunia
pendidikan dalam mengenalkan kearifan lokal dalam hidup anak didiknya. Diharapkan
generasi muda yang dihasilkan kelak adalah generasi muda yang siap bersaing dalam tatanan
dunia era 4.0. Situs Ulak Lebar yang merupakan situs lokal masyarakat Kota Lubuklinggau
yang memiliki ciri khas masyarakat lokal kota Lubuklinggau yang sangat tinggi. Bukti-bukti
peninggalannya yang masih ada dan terawat dengan baik akan menjadi bahan kajian Sejarah
Lokal. Dalam pembelajaran di Sekolah, khususnya pelajaran sejarah, sudah seharusnya
pengenalan sejarah lokal di Kota Lubuklinggau diaktualisasikan ke pada siswanya. Nilai yang
ada dalam Situs Ulak Lebar akan menjadi identitas masyarakat Kota Lubuklinggau yang kaya
akan nilai karakter bangsa berwawasan global.
Kata Kunci: Pendidikan; Kearifan Lokal; Perspektif Global
A. Pendahuluan
Latar belakang penelitia Pada
dewasa ini, pendidikan merupakan
suatu hal yang sangat penting, setiap
orang berhak mendapatkan pendidikan.
Pendidikan seperti suatu kebutuhan
pokok yang urgensinya harus dipenuhi
di era yang semakin modern ini.
http://ojs.stkippgri-lubuklinggau.ac.id/index.php/JS/index
Pendidikan pada zaman sekarang
bukanlah sesuatu yang langka atau
sifatnya yang terbatas untuk kalangan
tertentu, karena Pemerintah sudah
menyediakan berbagai fasilitas baik dari
segi sarana prasarana maupun beasiswa
bagi masyarakat yang kurang mampu
secara finansial. Dalam meningkatkan
1
Agus Susilo dan Yadri Irwansyah. Pendidikan dan Kearifan Lokal Era Perspektif Global
adanya generasi perantara yang sudah
mampu melakukan pemahaman dari
generasi
tua
dan
mampu
mengkomunikasikan ke dalam bahasa
yang ringan dan mudah dimengerti
oleh generasi selanjutnya (Nadlir, 2014:
1-3).
Saat ini mutu guru di tanah air
dipandang sangat rendah baik dari
kompetensi
pedagogis
maupun
kompetensi keilmuannya. Pada masa
lalu, yaitu masa penjajahan dan pasca
kemerdekaan sampai tahun 1960-an,
mutu guru relatif baik. Banyak faktor
yang menyebabkan rendahnya mutu
guru ini. Diantaranya seperti mereka
yang memasuki lembaga pendidikan
guru pada umumnya bukanlah mereka
yang memiliki jabatan guru sebagai
pilihan pertama, melainkan karena
banyak di antara mereka yang
memasuki pendidikan guru disebabkan
takut tidak diterima dan/ atau tidak
diterima di lembaga pendidikan lainnya
(Suyatno, dkk, 2009: 357).
Sebagai wahana utama dalam
pembangunan bangsa dan watak (nation
and charakter building), pendidikan
dituntut untuk memberikan perhatian
yang
sungguh-sungguh
terhadap
pengembangan diri manusia Indonesia
dalam
keseluruhan
dimensinya.
Dimensi yang dimaksud adalah sejalan
dengan hakikat kodrat manusia, yaitu
manusia sebagai makhluk monodualis,
dilihat dari aspek susunan kodrat
(makhluk berjiwa-raga), bersifat kodrat
(makhluk individu/berpribadi dan
makhluk sosial), kedudukan kodrat
(makhluk
otonom/mandiri
dan
sekaligus
makhluk
ber-Tuhan).
Perspektif membangun pendidikan
sudah seyogyanya dilakukan dengan
penuh
keseriusan
dalam
mengembangkan inovasi dalam dunia
pendidikan di era globalisasi saat ini
mutu pendidikan, pemerintah telah dan
sedang mengadakan pengembangan
yang meliputi segi fisik dan non fisik
(Sanjaya, Wina, 2016: 4).
Pembelajaran pada dasarnya sebuah
proses untuk menata kehidupan yang
lebih
baik dan
teratur. Belajar
diperlukan oleh individu manusia akan
tetapi belajar juga harus dipahami
sebagai sesuatu kegiatan dalam mencari
dan membuktikan kebenaran. Dalam
praktek
proses
belajar
atau
pembelajaran akan menghasilkan suatu
kondisi di mana individu dalam hal ini
siswa dan guru, siswa dengan siswa
atau interaksi yang kompleks yang akan
ditemukan suatu proses komunikasi.
Landasan sosiologis ini sangat penting
dalam
mengiringi
perkembangan
inovasi pembelajaran yang banyak
terimbas oleh perubahan zaman yang
semakin hedonistik. Maka pemahaman
akan belajar yang ditinjau dari aspek
sosiologis
inilah
yang
sangat
dibutuhkan dewasa ini (Daryanto &
Rahardjo, Muljo, 2012: 17-18).
Arus globalisasi, modernisasi dan
ketatnya puritanisme dikhawatirkan
dapat mengakibatkan terkikisnya rasa
kecintaan terhadap budaya lokal.
Sehingga kebudayaan lokal yang
merupakan warisan leluhur terlupakan
oleh budaya asing, tereliminasi di
kandangnya sendiri dan seakan tidak
dipedulikan oleh para pewarisnya.
Mereka cenderung lebih bangga dengan
karya-karya asing, dan gaya hidup yang
ke Barat-Baratan dibandingkan dengan
kebudayaan lokal di daerah mereka. Di
dalam jati diri terkandung kearifan lokal
(local wisdow) yang merupakan dari
berbagai suku bangsa, kearifan lokal
inilah harusnya dirajut dalam satu
kesatuan kebudayaan (culture) untuk
mewujudkan suatu bangsa, yaitu
Bangsa Indonesia. Dalam pergiliran
budaya antar generasi ini dibutuhkan
2
SINDANG: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Kajian Sejarah, Vol. 1, No. 1 (Jan-Juni 2019): 1-11.
budaya masyarakat (Ghufronudin, dkk,
2017: 31).
Menurut Wahab dalam (Rukiyati &
Purwastuti, L. Andriani, 2016: 132),
yaitu masyarakat pendukung nilai-nilai
budaya dan beberapa diantaranya dapat
dikategorikan sebagai local genius atau
local knowledge dapat menjadi sumber
nilai bagi masyarakat pendukungnya.
Nilai-nilai budaya yang sudah dianggap
baik berupa kearifan lokal dijadikan
materi atau sumber materi pelajaran.
Pendidikan karakter untuk anak usia
Sekolah
dasar
ditekankan
untuk
mengunakan
konsep
pembelajaran
tematik-integratif dalam praktiknya.
Berdasarkan fenomena pendidikan
di Indonesia yang sudah dipaparkan
diatas, hal tersebut mendorong penulis
untuk memberikan suatu inovasi yang
dapat memberi dampak positif bagi
sistem pendidikan di Indonesia yakni
Pendidikan Berbasis Nilai-Nilai Kearifan
Lokal Dalam Perspektif Global.
(Rukiyati & Purwastuti, L. Andriani,
2016: 131).
Ilmu
pendidikan
berkembang
dengan pesat yang disertai kemajuan
teknologi digital berdampak besar
terhadap segala bidang, termasuk
pendidikan.
Dampak
kemajuan
teknologi digital yang semakin pesat
tersebut juga berpengaruh terhadap
pendidikan dan pembelajaran yang
cepat karena kemunculan teknologi
digital dan jaringan global. Untuk itu,
teknologi pembelajaran mengadopsi dan
mengadaptasikan temuan mutakhir ini
dalam
proses
belajar.
Teknologi
pembelajaran bertujuan untuk memacu
dan memicu proses belajar. Melalui
sumber
yang
tepat,
teknologi
pembelajaran memacu proses belajar
seseorang menjadi lebih cepat, lebih
ringkas, serta mudah diakses. Belajar
dalam teknologi pembelajaran dapat
diselenggarakan
melalui
beragam
pendekatan. Asas komunikasi masih
dominan dalam menentukan proses
belajar seseorang. Peranan media
pembelajaran dan pemanfaatan sumber
belajar kembali menjadi bukti yang jelas
(Prawiradiliga, Dewi Salma, 2012: 48).
Pendidikan karakter sangat penting
dalam mengembangan karakteristik
anak dalam menjalankan kehidupannya
didunia pendidikan dan masyarakat.
Namun seorang guru tetap tidak boleh
lepas tangan dalam membimbing anak
untuk tetap mengenal karekteristik anak
tersebut.
Sebagaimana
pentingnya
karakter itu dalam dunia yang akan
datang.
Kearifan
lokal
sangat
diperlukan dalam pendidikan, karena
mengandung nilai-nilai kebaikan yang
abadi dalam hubungannya dengan
relasi
keluarga,
tetangga
dan
masyarakat lain. Peran kearifan lokal
secara kritis mengubah dan membentuk
budaya lokal menjadi bermakna dan
sesuai dengan kehidupan sosial dan
B. Metode Penelitian
Sistematika
Metode
dalam
penulisan ini adalah metode penelitian
kualitatif yaitu suatu penelitian yang
dilakukan didasarkan pada mutu dan
kualitas yang terkandung didalamnya.
Metode
penelitian
kualitatif
ini
berlandaskan
pada
filsafat
pos
postivisme. Metode ini juga disebut
metode artistic, karena proses penelitian
lebih bersifat seni (kurang terpola), dan
disebut juga sebagai metode interpretive
karena data hasil penelitian lebih
berkenaan denagn interpretasi terhadap
data yang ditemukan di lapangan.
Metode penelitian kualitatif sering
disebut metode penelitian naturalistik
karena penelitiannya dilakukan pada
kondisi yang alamiah (natural setting)
disebut sebagai metode kualitatif,
karena data yang terkumpul dan
analisisnya lebih bersifat kualitatif.
3
Agus Susilo dan Yadri Irwansyah. Pendidikan dan Kearifan Lokal Era Perspektif Global
d. Proses suatu tindakan seseorang
pada prinsipnya merupakan
produk atau hasil proses sosial
ketika orang tersebut berinteraksi
dengan orang lain. Dalam
memberikan interpretasi gejala,
peneliti
harus
tepat
mempertimbangkan
hasil
interaksi
yang
mempengaruhinya.
e. Manusia bertindak dipengaruhi
oleh fenomena lain yang muncul
lebih dulu atau bersamaan. Oleh
karena
itu
peneliti
perlu
memperhatikan fenomena atau
gejala yang
berkaitan dan
mempengaruhi munculnya gejala
tersebut.
f. Kebudayaan sebagai sesuatu
uyang merupakan hasil budi
daya manusia yang mewujud
dalam tingkah laku atau benda,
bahasa, simbol, dan lain-lain.
Kebudayaan
tersebut
melingkungi manusia hingga
berpengaruh terhadap perilaku
dan tindakan manusia. Oleh
karena itu jika peneliti ingin
memperoleh data yang akurat
dan
rinci
perlu
sekali
mempelajari
latar
belakang
kebudayaan responden, dan lebih
baik
lagi
jika
sanggup
meluangkan
waktu
hidup
bersama mereka beberapa lama.
g. Antropologi yaitu dasar filosofis
yang
fokus
pembahasannya
berkaitan erat dengan kegiatan
manusia, baik secara normatif
maupun historis. Itulah sebabnya
peneliti perlu sekali peduli
terhadap tindakan manusia di
masa lalu dan kelanjutannya.
Untuk menghasilkan gambaran
yang tepat tentang fenomena
antropologis
peneliti
menggunakan
pendekatan
Objek ilmiah atau alamiah adalah objek
yang berkembang apa adanya, tidak
dimanipulasi
oleh
peneliti
dan
kehadirannya tidak mempengaruhi
dinamika objek tersebut (Sugiyono,
2015: 2).
Dasar filosofis dari penelitian
kualitatif
sekurang-kurangnya
ada
empat dasar filosofis yang berpengaruh
dalam penelitian kualitatif, yaitu sebagai
berikut (Arikunto, 2002: 12-13) :
a. Fenomenologis,
yang
berpendapat bahwa kebenaran
sesuatu itu dapat diperoleh
dengan
cara
menangkap
fenomena atau gejala yang
memancar dari objek yang
diteliti.
Apabila
peneliti
melakukan penangkapan secara
profesional,
maksimal,
dan
bertanggung jawab maka akan
dapat diperoleh variasi refleksi
dari objek. Bagi objek manusia,
gejala dapat berupa mimik,
pantomimik, ucapan, tingkah
laku, perbuatan, dan lain-lain.
b. Interaksi
simbolik,
yang
merupakan dasar kajian sosial
yang sangat berpengaruh dan
digunakan
dalam
penelitian
kualitatif. Beberapa ahli yang
terkenal antara lain John Dewey
dan Blumer H. Ahli yang kedua
ini
telah
menyempurnakan
pandangan interaksi simbolik
dengan membagi tiga prinsip arti
simbol yang diberikan oleh
responden. Ketiga prinsip atau
premis dimaksud adalah berikut
ini :
c. Dasar manusia bertindak adalah
untuk
memenuhi
kepentingannya.
Dalam
memberikan
interpretasi
tindakan atau fenomena, peneliti
perlu sekali mengetahui proses
atau sekuensi dari tindakannya.
4
SINDANG: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Kajian Sejarah, Vol. 1, No. 1 (Jan-Juni 2019): 1-11.
diperoleh. Dalam menganalisis data,
peneliti akan melakukan analisis data
di lapangan. Salah satu analisis data di
lapangan yang akan dipakai yaitu
analisis data dari Miles and Huberman,
yang telah dikutip oleh Sugiyono
(2013). Dalam penelitian ini penulis
menggunakan analisis data kualitatif,
yaitu dengan melakukan sintesis secara
langsung terhadap metode dalam artikel
penelitian ini melalui proses, yaitu: (1)
Data reduction, yaitu penulis memilih
dan memilah-milah data yang akan
dianalisis berupa kata, kalimat, atau
ungkapan sesuai dengan metode
penelitian kualitatif, yaitu metode
langsung dan metode tidak langsung;
(2) Data display, yaitu penulis
menampilkan data yang telah dipilih
dan dipilah-pilah dan menganalisis jenis
metode penelitiannya; (3) Verification,
yaitu penulis menyimpulkan hasil
analisis terhadap penggunaan metode
penelitian kualitatif yang dipakai
(Muchtar, 2013: 135).
induktif, dalam lingkup yang
tidak terlalu luas, fleksibel, dan
kontekstual. Dengan demikian
peneliti dapat mendiskripsikan
data secara tuntas berbentuk
thick description, atas dasar
fenomena yang ia jumpai di
lapangan. Perumpamaan yang
sederhana bagi data penelitian
kualitatif adalah bahwa data
tersebut berlapis-lapis seperti
“umbi
bawang”.
Peneliti
mengupas lapisan umbi satu
persatu untuk ditarik sebuah
interpretasi yang komprehensif
dan solid.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik pustaka (library research), simak
dan catat. Sebagai instrumen utamanya
adalah peneliti sendiri, dalam hal ini
peneliti akan membaca buku yang
berkaitan dengan dunia pendidikan di
era modern dan juga buku-buku yang
berkaitan dengan kearifan lokal serta
tidak lupa peneliti mengaitkan dengan
peninggalan sejarah lokal yang memiliki
nilai kearifan lokal dengan cermat dan
menyesuaikan dengan tujuan penelitian.
Adapun langkah-langkah pengumpulan
data penelitian, penulis mengacu pada
pendapat Rafiek (2013: 4), yaitu (1)
Membaca buku pendidikan terkait
pendidikan
era
globalisasi,
(2)
Menguasai teori, (3) Menguasai metode,
(4) Mencari data dan menemukan data,
(5) Menganalisis data yang ditemukan
secara mendalam, (6) Melakukan
perbaikan secara menyeluruh, (7)
Membuat simpulan penelitian.
C. Pembahasan
Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal
Dalam Perspektif Global
Mutu
pendidikan
dengan
sendirinya akan tercermin dari mutu
sumber daya manusia, dimana sumber
daya manusia kita pada umumnya
masih rendah, berarti mutu pendidikan
saat ini mayoritas masih rendah.
Pemahaman tentang perilaku siswa
dalam proses belajar merupakan yang
sangat penting terutama bagi guru. Ada
kecenderungan saat ini untuk kembali
pada pemikiran bahwa anak akan lebih
baik jika lingkungan diciptakan alamiah.
Belajar akan lebih bermakna jika anak
mengalami apa yang dipelajarinya,
bukan mengetahuinya. Pembelajaran
berorientasi pada penguasaan materi
yang bertujuan memotivasi siswa untuk
memahami makna materi pelajaran
yang dipelajarinya dengan mengaitkan
Teknik Analisis Data
Pendekatan kualitatif merupakan
data yang berwujud kata-kata dan
bukan rangkaian kata serta dimulai dari
fakta, realita, gejala, dan masalah yang
5
Agus Susilo dan Yadri Irwansyah. Pendidikan dan Kearifan Lokal Era Perspektif Global
Arti nilai itu sendiri yaitu sesuatu
yang memiliki nilai guna (memiliki
keindahan), kebenaran atau kebaikan
(Chotib, 2006: 153). Nilai juga memiliki
arti lain yaitu kumpulan sikap atau
perasaan atau anggapan tentang sesuatu
hal mengenai baik atau buruk,benar
atau salah, patut atau tidak patut, mulia
atau hina, dan penting atau tidak
penting. Nilai juga dianggap sebagai
sesuatu yang selalu diinginkan, dicitacitakan, dan dianggap penting oleh
seluruh manusia sebagai anggota
masyarakat.
Kearifan itu sendiri merujuk pada
sebuah nilai universal tentang keadilan
sosial, kesejahteraan masyarakat dan
kelestraian sumberdaya penghidupan
masyarakat yang melandasi pola
hubungan antar warga maupun dengan
komunitas yang lain. Tidak disebut
kearifan bilamana yang terjadi adalah
sebuah
ketidakadilan,
kemiskinan,
kelaparan, kerusakan ekositem dan
penindasan (Widjajaputra, 2008: 2-3).
Dengan demikian hal tersebut menjadi
sangat penting untuk meninjau kembali
keberadaan sistem lokal serta dinamika
perubahannya untuk dapat dikatakan
sebagai suatu kearifan (Haris, 2010).
Kearifan Lokal terdapat dalam
semua aspek kehidupan karena berasal
dari unsur budaya yang ada pada suatu
daerah tertentu. Oleh karena itu,
kearifan lokal dapat digunakan sebagai
solusi alternatif dalam menangani
permasalahan kehidupan. Kearifan lokal
yang berasal dari unsur budaya daerah
yang memiliki kemampuan untuk
bertahan hidup, yaitu (1) mampu
bertahan terhadap budaya luar, (2)
memiliki kemampuan mengakomodasi
unsur-unsur
budaya
luar,
(3)
mempunyai
kemampuan
mengintegrasikan unsur budaya luar ke
dalam budaya asli, (4) mempunyai
kemampuan mengendalikan, dan (5)
materi tersebut dengan konnteks
kehidupan mereka sehari-hari (konteks
pribadi, sosial, dan kultural) sehingga
siswa
memiliki
pengetahuan/keterampilan yang secara
fleksibel dapat diterapkan (ditransfer)
dari satu permasalahan/konteks ke
permasalahan/konteks
lainnya
(Daryanto & Rahardjo, Muljo, 2012: 156).
Guru tidak dapat menanamkan
nilai, memberikan pengetahuan dan
menyebarkan kebijaksanaan dalam diri
siswa kalau ia sendiri berhenti belajar.
Situasi
kerja
guru
yang
telah
menghabiskan waktu untuk kegiatan
rutin
tidak
memngkinkan
guru
menambah informasi untuk membaca
buku
yang
relevan
dengan
pengajarannya,
atau
merefleksikan
hakikat perubahan nilai yang terjadi
dalam masyarakat. Guru menjadi
pendidik
karakter
karena
ia
memberikan diri dan hidupnya secara
total kepada para siswanya. Ia
memberikan ilmu pengetahuan yang
dimilikinya, ia menawarkan nilai-nilai,
kekayaan
rohani,
keprihatinan,
kegembiraan, kegairahan, dan lain-lain,
yang dimilikinya kepada para siswa.
Guru
mengajar
dan
mendidik
membaktikan
profesinya
untuk
mengubah dirinya sendiri dan hidup
orang
lain.
Sebab
apa
hakikat
pendidikan karakter, yaitu mengubah
individu agar tumbuh menjadi manusia
yang semakin utuh. Melalui ajaran dan
didikannya guru mengubah anak
didiknya
menjadi
manusia
yang
berkembang dan tumbuh sebagai
manusia secara utuh dan semakin baik,
mengantar mereka ke sebuah masa
depan yang penuh tantangan agar
mereka dapat terlibat secara aktif
membentuk dan menata masyarakat
menjadi lebih baik (Koesoema A, Doni,
2015: 148).
6
SINDANG: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Kajian Sejarah, Vol. 1, No. 1 (Jan-Juni 2019): 1-11.
pemberdayaan ketrampilan dan potensi
lokal di masing-masing daerah, Dalam
model
pendidikan
ini,
materi
pembelajaran harus memiliki makna
dan
relevansi
tinggi
terhadap
pemberdayaan hidup mereka secara
nyata, berdasarkan realitas yang mereka
hadapi.
Kurikulum
yang
harus
disiapkan adalah kurikulum yang sesuai
dengan kondisi lingkungan hidup,
minat, dan kondisi psikis peserta didik
juga harus memerhatikan kendalakendala sosiologis dan kultural yang
mereka hadapi. Dalam pembelajaran,
harus ditanamkan pada pikiran anakanak, bahwa manusia tidak sekedar
hidup (to live), namun juga bereksistensi
untuk berusaha mengatasi situasi serba
terbatasnya (Nadlir, 2014: 306).
Lubuklinggau adalah kota setingkat
Kabupaten paling Barat Propinsi
Sumatera Selatan yang merupakan kota
hasil pemekaran dari Kabupaten Musi
Rawas. Pada tanggal 17 Oktober 2001
Kota Lubuklinggau diresmikan menjadi
daerah otonom. Di Kota Lubuklinggau
yang merupakan kota penghubung
antara Propinsi Sumatera Selatan, Jambi
dan Bengkulu, kota ini memiliki sejarah
yang panjang. Salah satu peninggalan
sejarahnya adalah sebuah situs sejarah
yang jumlahnya ada 9 sektor, yaitu Situs
Ulak Lebar. Dimana Situs Ulak Lebar
merupakan situs sejarah yang berupa
makam Islam di masa Kesultanan
Palembang Darussalam yang berada di
Kota Lubuklinggau. Perlu kita pahami,
rangkaian masyarakat, adat istiadat dan
budaya
asli
Kota
Lubuklinggau
semuanya berasal dari Situs Ulak Lebar.
Situs Ulak Lebar merupakan
peninggalan
bersejarah
di
Kota
Lubuklinggau
pada
awal
dan
perkembangan
Islam
klasik
di
Lubuklinggau yang berada di pinggir
Kota Lubuklinggau saat ini tepatnya di
kaki Bukit Sulap Kelurahan Sidorejo
mampu
memberi
arah
pada
perkembangan budaya (Anggrayni,
Novi Trisna, 2013: 4).
Kuntoro (2012: 6), mengatakan
bahwa kearifan lokal digunakan untuk
mengindikasikan adanya suatu konsep
bahwa dalam kehidupan sosial-budaya
lokal
terdapat
suatu
keluhuran,
ketinggian
nilai-nilai,
kebenaran,
kebaikan dan keindahan yang dihargai
oleh warga masyarakat sehingga
digunakan sebagai panduan atau
pedoman untuk membangun pola
hubungan di antara warga atau sebagai
dasar
untuk
membangun
pola
hubungan di antara warga atau sebagai
dasar untuk membangun tujuan hidup
mereka yang ingin direalisasikan. Nilainilai kearifan lokal dapat dijadikan
sebagai basis bagi pendidikan karakter
di Sekolah. Harapan dari sebuah
kearifan lokal yang tertuang dalam
pendidikan
karakter
akan
memperkokoh rasa kecintaan terhadap
budaya
bangsa
sendiri
ditengah
maraknya
budaya
Barat
yang
berkembang pada saat ini. Pendidikan
berbasis kearifan lokal atau keunggulan
lokal
dapat
terlaksana
dengan
memanfaatkan keunggulan lokal dan
global dalam aspek ekonomi, seni
budaya, sumber daya manusia, bahasa,
teknologi informasi dan komunikasi ke
dalam
kurikulum
Sekolah
yang
akhirnya
bermanfaat
bagi
pengembangan kompetensi peserta
didik
yang
dimanfaatkan
untuk
persainngan global.
Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal
Dalam Perspektif Global Dalam
Menjaga Kelestarian Situs Ulak Lebar
di Kota Lubuklinggau
Model pendidikan berbasis kearifan
lokal merupakan model pendidikan
yang memiliki relevansi tinggi bagi
pengembangan kecakapan hidup (life
skills)
dengan
bertumpu
pada
7
Agus Susilo dan Yadri Irwansyah. Pendidikan dan Kearifan Lokal Era Perspektif Global
generasi muda dan kalangan terpelajar,
serta masyarakat luas secara umum.
Pendidikan berbasis kearifan lokal
adalah pendidikan yang mengajarkan
peserta didik untuk selalu dekat dengan
situasi konkret yang mereka hadapi
sehari-hari. Model pendidikan kearifan
lokal
merupakan
sebuah
contoh
pendidikan yang mempunyai relevansi
tinggi bagi kecakapan pengembangan
hidup,
dengan
berpijak
pada
pemberdayaan
keterampilan
serta
potensi pada setiap daerah. Pendidikan
berbasis kearifan lokal dapat digunakan
sebagai media untuk melestarikan
potensi masing-masing daerah. Kearifan
lokal harus dikembangkan dari potensi
daerah. Potensi daerah merupakan
potensi sumber daya spesifik yang
dimiliki suatu daerah tertentu. Oleh
karena itu, pendidikan harus sedapat
mungkin memberikan independensi
kepada peserta didik untuk menghargai
dan
mengembangkan
potensinya.
Mengenalkan
kembali
nilai-nilai
kearifan lokal di Sekolah-Sekolah
setidaknya dapat terus menguatkan
budaya lokal agar tidak hilang dan
ditinggalkan oleh masyarakat (Nadlir,
2014: 308).
Implementasi pendidikan berbasis
kearifan lokal terhadap situs Ulak Lebar
di Kota Lubuklinggau, antara lain
melalui integrasi mata pelajaran dengan
nilai karakter dalam pembelajaran dan
teladan di lingkungan Sekolah dan
sekitarnya. Manfaat dari pendidikan
karakter berbasis kearifan lokal situs
Ulak
Lebar
dapat
memberikan
pengalaman
secara
utuh
dalam
menanamkan,
menumbuhkan,
membangun, dan mengembangkan
karakter atau kepribadian bangsa
Indonesia yang berbudi luhur dan
bermartabat,
sebagai
salah
satu
pembentuk identitas dan keterlibatan
emosional
masyarakat
dalam
Kecamatan Lubuklinggau Barat II. Perlu
diketahui pada masa kekuasaan Hindia
Belanda di Kesultanan Palembang tahun
1821, Belanda meneruskan sistem yang
telah ada sejak masa kesultanan seperti
sistem pemerintahan Marga. Marga
Sindang Kelingi Ilir ini beribu kota di
Lubuklinggau.
Sebelumnya,
Lubuklinggau hanyalah sebuah dusun
kecil dengan masyarakatnya berasal dari
Negeri Ulak Lebar. Mereka dipindahkan
secara paksa oleh Pemerintah Hindia
Belanda, mengingat lokasi Negeri Ulak
Lebar yang tidak strategis untuk
perkembangan pemerintah ke depan.
Sistem pemerintahan Marga diatur
dalam Undang-Undang Simbur Cahaya.
Undang-undang ini pertama kali
disusun di Istana Kesultanan Palembang
tahun 1630 dan digunakan di seluruh
wilayah Kesultanan Palembang sebagai
hukum adat tertulis (Suwandi, 1996: 8).
Keadaan Situs Ulak Lebar saat ini,
sebagian kurang terurus dengan baik.
Banyak yang tertutupi oleh rumput dan
tumbuhan liar sehingga beberapa sektor
situs ini sulit untuk ditemukan oleh
pengunjung. Begitu juga dengan
sebagain aktivitas ekonomi masyarakat
setempat, seperti penambangan atau
pengerukan pasir dan batu di sekitar
Situs Ulak Lebar juga rawan terhadap
kerusakan situs. Masyarakat di sekitar
situs belum begitu memahami tentang
pentingnya arti situs tersebut bagi
sejarah Lubuklinggau. Situs Ulak Lebar
yang jumlahnya ada sembilan (9) sektor
letaknya antar satu sama lain tidak
berada dalam satu kompleks. Akses
menuju situs Ulak Lebar juga belum
memadai dan sebagian sektor tidak
dapat dijangkau dengan kendaraan
bermotor. Untuk itu pengabdian pada
masyarakat mengenai arti penting situs
Ulak Lebar ini sangat diperlukan dalam
memberikan
pemahaman
kepada
masyarakat
khususnya
terhadap
8
SINDANG: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Kajian Sejarah, Vol. 1, No. 1 (Jan-Juni 2019): 1-11.
karenanya, nilai-nilai yang terkandung
selalu digali dan diyakini memberikan
sumbangan pada generasi muda. Hal ini
yang memberikan dorongan kuat bagi
para peneliti sejarah lokal untuk
menyakinkan, bahwa nilai-nilai kearifan
lokal Situs Ulak Lebar memiliki nilainilai historis dan norma-norma kebaikan
dalam kehidupan masyarakat yang
sangat perlu dilestarikan keberadaannya
(Rosala, Dedi, 2016: 22).
menghayatan kearifan lokal yang kuat
(Anggrayni, Novi Trisna, 2013: 5).
Sistem
sosial
terbangun
dari
hubungan
antar
manusia
dan
lingkungan tempat tinggal hidupnya.
Penguasaan,
pengelolaan
dan
pemanfaatan sumber daya lingkungan
oleh manusia adalah sebuah interaksi
dan
adaptasi
manusia
dengan
lingkungannya.
Lingkungan
akan
berubah akibat perilaku manusia, tetapi
lingkungan juga akan mempengaruhi
perilaku manusia. Alam dapat hidup
tanpa manusia, manusia tidak dapat
hidup tanpa alam. Bentuk kearifan lokal
akan lebih mudah diidentifikasi melalui
proses pendidikan tentang sehari-hari
yang dikembangkan oleh komunitas
baik proses/cara/metodenya maupun
isinya. Adat-istiadat, tembang, dogeng,
permainan-permainan,
teknik-teknik
bercocok tanam, teknik mengolah hasil
bumi,
berbagai
peraturan
dan
kesepatakan
lokal,
dan
lain-lain
merupakan salah satu wujud sistem
pendidikan lokal (Nadlir, 2014: 304).
Pembelajaran berbasis kearifan lokal
merupakan
pembelajaran
yang
menempatkan siswa
sebagai pusat
pembelajaran
student centered dari
pada teacher centered. Belajar bukan
sekedar kegiatan pasif menerima materi
dari guru, melainkan proses aktif
menggali pengalaman lama, mencari
dan menemukan pengalaman baru
serta
mengasimilasi
dan
menghubungkan
antara
keduanya
sehingga membentuk makna. Makna
terlihat dari apa yang siswa lihat,
dengar, rasakan, dan alami. Untuk guru,
mengajar adalah kegiatan memfasilitasi
siswa dalam mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya lewat keterlibatannya.
Kearifan lokal yang terkandung dalam
Situs Ulak Lebar memiliki fungsi
pondamental, yaitu membentuk mental
sosial
dari
komunitasnya.
Oleh
D. Kesimpulan
Kesimpulan Di era globalisasi saat
ini, dengan maraknya produksi budaya
asing yang bebas masuk ke wilayah
Indonesia
dengan
mudah
mempengaruhi karakter anak bangsa,
tentu perlu dicegah keberadaannya.
Dunia pendidikan juga terkena dampak
globalisasi, anak bangsa lebih suka yang
instan, meninggalkan budaya lama yang
dianggap sudah usang.
Keinginan
untuk belajar budaya sendiri sangat
berkurang, padahal ciri khas bangsa
Indonesia adalah keanekaragamannya
di dunia. Karakter generasi muda yang
sangat
memprihatinkan
tentunya
membutuhkan sebuah perhatian yang
lebih untuk mengurangi dampak negatif
globalisasi. Untuk mengembangkan
karakter
anak
bangsa
tentunya
membutuhkan
perjuangan
dan
kerjasama yang lebih erat. Pengenalan
budaya lokal bagi generasi muda sangat
baik untuk mengenalkan sekaligus
membentuk generasi muda lebih
mencintai budaya bangsanya sendiri.
Pendidikan berbasis kearifan lokal
dalam perspektif global, dapat menjadi
sarana
dalam
penanaman
dan
implementasi karakter bangsa Indonesia
yang baik dan benar dengan mendidik
dan mengajarkan nilai-nilai kearifan
lokal yang terdapat dalam Situs Ulak
Lebar
di
Kota
Lubuklinggau.
Implementasi
pendidikan
berbasis
9
Agus Susilo dan Yadri Irwansyah. Pendidikan dan Kearifan Lokal Era Perspektif Global
Sanjaya, Wina, 2016. Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan. Jakarta:
Prenadamedia Group.
kearifan lokal yang terdapat dalam Situs
Ulak Lebar dapat diintegrasikan dalam
mata pelajaran, kegiatan pembelajaran,
dan teladan dalam kehidupan seharihari di lingkungan masyarakat luas.
Pendidikan berbasis kearifan lokal Situs
Ulak Lebar bermanfaat memberikan
pengalaman
secara
utuh
dalam
menanamkan,
menumbuhkan,
membangun, dan mengembangkan
karakter atau kepribadian bangsa
Indonesia yang berbudi luhur dan
bermartabat,
sebagai
salah
satu
pembentukan identitas, dan keterlibatan
emosional
masyarakat
dalam
penghayatan kearifan lokal yang
terkandung dalam Situs Ulak Lebar.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
Suyatno, dkk, 2009. Pengembangan
Profesionalisme Guru. Jakarta Selatan:
Uhamka Press.
Suwandi, 1996. Laporan Kegiatan Survey
Investigasi Cagar Budaya dan Budaya
Benda Purbakala Daerah Tingkat I
Musi Rawas Tahun Anggaran
1995/1996. Musi Rawas.
Jurnal:
Anggrayni, Novi Trisna, 2013.
Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan
Lokal Budaya
Jawa. Yogyakarta: PGSD Universitas
PGRI.
Daftar Referensi
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur
Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek).
Jakarta:Rineka Cipta.
Daryanto & Rahardjo, Muljo, 2012.
Model Pembelajaran Inovatif.
Yogyakarta: Gava Media.
Ghufronudin, dkk, 2017. Representasi
Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan
Lokal Melalui Pembelajaran Membatik.
Jurnal Analisis Sosiologi Volume 6
Nomor 2 Tahun 2017. UNS.
Surakarta.
Chotib, 2006. Kewarganegaraan I: Menuju
Masyarakat Madani. Jakarta: PT
Ghalia Indonesia.
Koesoema A, Doni, 2015. Pendidikan
Karakter di Zaman Keblinger. Jakarta:
PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Haris, Abd. 2010. Strategi Pengembangan
Perguruan Tinggi Islam Berbasis
Kearifan Lokal di Tengah Tantangan
Globalisasi, Makalah tidak Publikasi.
Lickona, T. 1992. Educating For Character
How Our Schools Can Touch Respect
and Respinsibility. New York-Toronto
London-Sydney-Auckland: Bantam
Books.
Kuntoro, Sodiq A, 2012. “Konsep
Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal
sebagai Dasar Pembentukan
Karakter Bangsa”. Prosiding Seminar
Nasional Ilmu Pendidikan. Program
Studi Ilmu Pendidikan Program
Pascasarjana Universitas Negeri
Makasar.
Muchtar, 2013. Metode Penelitian
Deskriptif Kualitatif. Jakarta: GP Press
Group.
Prawiradilaga, Dewi Salma, 2012.
Wawasan Teknologi Pendidikan.
Jakarta: Prenadamedia Group.
10
SINDANG: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Kajian Sejarah, Vol. 1, No. 1 (Jan-Juni 2019): 1-11.
Nadlir, 2014. Urgensi Pembelajaran
Berbasis Kearifan Lokal. Jurnal
Pendidikan Islam Volume 02 Nomor
02 Tahun 2014. Jurusan Pendidikan
Agama Islam. UIN Sunan Ampel.
Surabaya.
Rosala, Dedi, 2016. Pembelajaran Seni
Budaya Berbasis Kearifan Lokal Dalam
Upaya Membangun Pendidika
Karakter Siswa di Sekolah Dasar.
Jurnal Pendidikan Seni Tari Volume
2 Nomor 1 Februari 2016. UPI.
Bandung.
Rukiyati & Purwastuti, L. Andriani,
2016. Model Pendidikan Karakter
Berbasis Kearifan Lokal Pada Sekolah
Dasar di Bantul Yogyakarta. Jurnal
Pendidikan Karakter, Tahun VI,
Nomor 1, April 2016. UNY.
Yogyakarta.
Widjajaputra, Bima. 2008.
Penyelenggaraan Pendidikan Berbasis
Kearifan Lokal dan Hak-hak Anak
Dalam Rambu-Rambu Pendidikan
Berbasis Kearifan Lokal dan Hak-hak
Anak. Yogyakarta: SD Sendangsari.
11