LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PASCA PANEN
ACARA III
TEKNOLOGI PENYINARAN RADIOAKTIF
Oleh:
Nama
NIM
Kelompok
Asisten Praktikum
: Emil Rahim
: A1D019163
:4
: Varadita Anggraeni Pramesti
KEMENTERIAN TEKNOLOGI, RISET, PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2021
I.PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pengembangan teknologi nuklir dalam bidang pangan (iradiasi pangan)
sudah terbukti dapat membantu memecahkan berbagai masalah sanitasi pada
bahan pangan. Contoh aplikasi iradiasi nuklir pada pangan antara lain untuk
peningkatan daya awet, keamanan pangan, dan sterilisasi bahan pangan tertentu.
Penggunaan iradiasi sebagai teknik pelestarian tidak akan menyelesaikan semua
masalah kerugian makanan pascapanen, tetapi dapat memberikan peran penting
dalam mengurangi kerugian dan mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia.
Iradiasi pangan adalah proses penyinaran makanan dengan mengendalikan sumber
radiasi pengion. Salah satu contoh adalah pemanfaatan emisi sinar gamma yang
dipancarkan oleh radioisotop kobalt-60 dan cesium-137 atau, elektron energi
tinggi dan sinar-X yang dihasilkan oleh mesin sumber.
Menurut Sukasih et al. (2019), Kerusakan pada buah sehingga menurunkan
kualitas buah terjadi karena proses metabolisme yang terus berlangsung serta oleh
perlakuan fisis dan biologis. Iradiasi merupakan salah satu teknologi alternatif
untuk memperpanjang daya simpan bahan pangan Bergantung pada dosis radiasi
yang diserap, berbagai efek dapat dicapai seperti kerugian penyimpanan
berkurang, umur simpan semakin panjang dan juga keamanan makanan dari
mikrobiologi serta parasitologi ditingkatkan. Radiasi sinar gamma yang diberikan
akan melewati buah dengan kecepatan dan dosis terkontrol. Dan ketika radiasi
dihentikan, maka tidak ada energi sisa dalam buah tersebut. Dengan kata lain,
iradiasi tidak mengakibatkan buah menjadi radioaktif atau terkontaminasi oleh
radiasi. Bahkan secara umum, kualitas dari makronutrisi tidak berubah oleh
radiasi dan begitu pula pada mineral juga terbukti tetap stabil (Diehl, 1995).
Radiasi sinar gamma terkontrol pada dosis di bawah 1 kGy yang ditembakkan
dapat memperlambat proses fisiologis buah, sehingga dapat memperlambat
pengurangan massa buah dibandingkan dengan buah tanpa diradiasi.(Yadav,2014)
B.Tujuan penulisan
Tujuan Dari penulisan Makalah ini adalah
1.
Agar
dapat
mengetahui
dan
memahami
Manfaat
Teknologi
Penyinaran produk Pasca panen.
2.
Agar dapat mengetahui dan memahami Metode/teknik Teknologi
Penyinaran produk Pasca panen.
3.
Agar dapat mengetahui dan memahami Kelebihan dan kekurangan
Teknologi Penyinaran produk Pasca panen.
4.
Agar
dapat
mengetahui
dan
memahami
Dampak
Teknologi
Penyinaran produk pasca panen bagi kesehatan
C.Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dari Praktikum ini adalah
1.
Apakah Manfaat dari Teknologi Penyinaran produk Pasca Panen ?
2.
Bagaimanakah Metode/Teknik Teknologi Penyinaran produk radioaktif ?
3.
Apakah Kelebihan dan kekurangan teknologi Penyinaran produk pasca
panen ?
4.
Apakah Dampak Teknologi Penyinaran produk pasca panen bagi
kesehatan ?
II.PEMBAHASAN
A.Teknik Penyinaran Radioaktif
Teknologi
iradiasi
merupakan
salah
satu
teknologi
nuklir
yang
memanfaatkan sinar radiasi, dalam hal ini sinar gamma, yang dipancarkan oleh 60
0
C pada dosis serap tertentu untuk pengawetan bahan pangan. Sinar gamma yang
menembus bahan pangan dapat mematikan kuman yang tidak dikehendaki seperti
bakteri patogen, kapang dan khamir dengan tetap mempertahankan kualitas gizi
yang dikehendaki. (Akrom, 2019).
B.Metode/teknik Penyinaran Radioaktif
1. Iridiasi bahan pangan dengan sinar GAMMA
Jenis radionuklida yang lazim digunakan pada saat ini adalah Cobalt-60
yang bukan hasil fisi melainkan hasil penembakan Cobalt-59 dengan netron
selama 1.5 tahun (Morrison,1989). Cobalt-60 di dalam aplikasinya dilindungi oleh
pembungkus stainless steel dan disimpan di dalam kolam air deionisasi pada
kedalaman 6 meter yang terletak di dalam ruangan berlapis tebal (emisi sinar
gamma 1.17 dan β 1.33 MeV, radiasi β 0.31 MeV) dengan waktu paruh 5.2 tahun
dan meluruh dalam bentuk nikel yang stabil dan tidak bersifat radioaktif. Sumber
lain yang dapat digunakan adalah Cesium-137 yang memiliki beberapa sifat yang
sedikit berbeda dengan Cobalt-60 ( emisi radiasi gamma 0.66 MeV, radiasi 0.51
MeV dan 1.18 MeV) dengan waktu paruh 30 tahun. Meskipun demikian, Cesium137 akan meluruh pula dalam bentuk Barium yang stabil dan tidak mengandung
radioaktif (Diehl,1990).
Sinar gamma memiliki daya tembus yang tinggi dengan panjang gelombang
yang sangat pendek yaitu berada di dalam rentang 10-7–10-10 cm atau energi
foton antara 103-106 eV. Ditinjau dari waktu paruh dan persyaratan ramah
lingkungan serta efisiensi biaya, maka cobalt-60 lebih banyak digunakan untuk
mengiradiasi bahan pangan baik dalam skala laboratorium maupun skala industri.
Sumber radiasi Cobalt-60 dengan kapasitas 3 MCi dengan efisiensi penyerapan
dosis 100% maka dapat diasumsikan bahwa fasilitas tersebut mampu mengiradiasi
bahan pangan 4.44 ton/detik pada dosis 10 Gy atau 10 kGy untuk mengiradiasi 16
ton/jam. Apabila efisiensi paparan 25%, maka iradiator tersebut mampu
mengiradiasi 4 ton/jam untuk dosis 10 kGy (Diehl,1990). Di dalam prakteknya,
apabila kapasitas sumber iradiator cukup besar, maka ada 2 hal pokok yang perlu
dipertimbangkan yaitu kecepatan konveyor dan kecepatan sistim transportasi
produk ke dalam dan keluar dari iradiator (loading dan unloading). Komersial
iradiator gamma yang beroperasi saat ini diseluruh dunia sudah lebih dari 150
fasilitas dan diantaranya telah berjalan sejak 20 tahun lalu.
2. Iridiasi Bahan pangan dengan Mesin Berkas Elektron (MBE)
Seperti halnya cobalt-60, pengawetan bahan pangan dengan mesin berkas
elektron (MBE) juga merupakan salah satu teknik pasteurisasi dingin. Teknik
tersebut mampu mengeliminasi mikroba patogen penyebab penyakit yang diderita
oleh 76 juta orang penduduk Amerika Serikat dan akibat penyakit ini, sekitar
5200 orang meninggal setiap tahunnya (Gregory,2005).
Berkas elektron (electron beam) adalah arus elektron berenergi, dimana
elektron mendapatkan energi kinetik melalui medan elektrik. Berkas elektron
dihambat oleh elektron diluar inti akibat muatan negatif akan memberikan
sebagian energinya kepada atom dan selanjutnya memberikan pancaran elektron
sekunder sebagai hasil dari suatu reaksi. Elektron tersebut akan berinteraksi
dengan atom lain, menghasilkan semburan elektron yang lebih banyak dan
energinya akan diserap oleh bahan yang diiradiasi. Energi yang diserap tersebut
akan menghasilkan radikal bebas, sehingga dapat menimbulkan reaksi kimia pada
bahan yang dilaluinya. Oleh karena elektron merupakan salah satu komponen
atom, maka elektron bersifat mutlak pembawa energi .
Mekanisme kerja dari MBE pada prinsipnya adalah menyinari bahan pangan
yang dilewatkan melalui elektron yang dihasilkan oleh mesin pemercepat
elektron. Elektron yang dihasilkan tersebut meningkatkan kecepatan energi pada
gelombang mikro yang mendekati kecepatan cahaya (186,000 mil/detik). Elektron
yang dipercepat tersebut kemudian melepaskan energinya dan merusak mikroba
perusak yang terbawa di dalam bahan pangan.
Proses tersebut berlangsung sangat cepat, sehingga tidak meningkatkan suhu
dan tidak meninggalkan residu pada bahan yang diproses dengan teknik tersebut
(Gregory,2005). Agar proses iradiasi bahan pangan dengan MBE tidak timbul bau
(radiation odour) akibat produksi ozon yang sebagian terserap ke dalam bahan
tersebut, maka proses kontrol terhadap produksi ozon akibat penyinaran dapat
dicegah baik dengan cara dihisap keluar maupun dibuang dengan teknik lain.
Sekitar 1000 mesin berkas elektron telah dioperasikan diseluruh dunia baik
untuk mengiradiasi bahan pangan maupun non pangan seperti polimer, produk
kesehatan, pengamanan lingkungan dengan berbagai tujuan aplikasi yang berbeda.
Iradiasi pada bahan pangan dengan MBE ditujukan untuk menekan proses
pembusukan akibat kontaminasi mikroba, meningkatkan keamanan pangan dan
mempertahankan
kualitas
serta
mencegah
kerusakan
berlanjut
selama
penyimpanan (Kashiwagi, 2003).
Iradiasi menggunakan elektron dipercepat (linear accelerator) dengan
energi sebesar 10 MeV, dan kekuatan (power) sebesar 10 kW telah diaplikasikan
dalam skala komersial di Perancis sejak tahun 1990 untuk tujuan dekontaminasi
bakteri Salmonella dan Staphylococcus pada daging unggas. Odessa di Ukrania
memanfaatkan MBE 1.2-1.5 MeV, 40 kW dengan disain curah digunakan untuk
disinfestasi biji-bijian pasca panen. Daging segar dan produk olahannya dalam
bentuk beku diiradiasi di Amerika menggunakan MBE berenergi tinggi (10 MeV,
4 kW) (ITO,2003).
Berdasarkan tingkat energi yang dimiliki, MBE dapat digolongkan ke dalam
3 kategori yaitu : elektron energi rendah (low energy accelerators /soft electrons :
150 KeV–2 MeV), elektron energi sedang (medium energy accelerators : 2.5 – 8
MeV) dan energi tinggi (high energy accelerators : > 9 MeV).
Sistim yang akan diterapkan di dalam proses iradiasi bahan pangan dengan
MBE harus memperhatikan beberapa faktor yaitu : perbandingan antara dosis
maximum dan dosis minimum (Dose uniformity : Dmax/Dmin),
pemanfaatan efisiensi yang merupakan fraksi dari energi elektron yang
diserap sebagai dosis yang bermanfaat untuk produk yang akan diiradiasi (Machi,
2002), berat, volume dan jenis produk dan kemasan, ketebalan, ukuran/lebar,
dosis yang diinginkan, teknik penanganannya dan kondisi iradiasi (dosimetri,
suhu bahan pangan, oksigen). Parameter lain yang perlu diperhatikan pada alat
MBE adalah tegangan pemercepat, arus berkas (beam current) dan lebar berkas
paparan iradiasi (irradiation width).
C.Kelebihan dan Kekurangan
Teknik iradiasi sebagai salah satu perlakuan karantina mulai dilirik untuk
tujuan disinfestasi serangga hama. Bahkan di beberapa negara sudah mulai
diterapkan. Keunggulan utama dari iradiasi adalah tidak ada perubahan dalam
sensor karakteristik makanan; dapat dilakukan pada makanan kemasan dan
makanan beku, segar melalui satu kali proses; membutuhkan sedikit energi; dan
proses otomatis terkontrol dan memiliki biaya operasi rendah.
Menurut Hermana (1991) dalam Rokhani (2011), dosis iradiasi adalah
jumlah energi iradiasi yang diserap ke dalam bahan pangan dan merupakan faktor
kritis pada iradiasi pangan. Seringkali untuk tiap jenis pangan diperlukan dosis
khusus untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Kalau jumlah radiasi yang
digunakan kurang dari dosis yang diperlukan, efek yang diinginkan tidak akan
tercapai. Sebaliknya jika dosis berlebihan, pangan mungkin akan rusak sehingga
tidak dapat diterima konsumen. Besarnya dosis radiasi yang dipakai dalam
pengawetan makanan tergantung pada jenis bahan makanan dan tujuan iradiasi.
Penerapan dosis dalam berbagai penerapan iradiasi pangan sudah
ditentukan. Dosis 0,25 – 1 kGy dapat memperlambat proses fisiologi buah dan
sayur segar dan dapat serangga dan parasit dengan dosis 0,15 – 0,50 kGy pada
serealia, kacang-kacangan, buah segar dan kering, dan ikan.mengenai efek kimia
iradiasi pada berbagai macam bahan pangan hasil iradiasi (1–5 kGy) belum
pernah ditemukan adanya senyawa yang toksik.
Dalam Idrus (2019), Pengaruh iradiasi pada bahan pangan dibedakan atas
dua hal yaitu pengaruh langsung (direct effect) dan tidak langsung (indirect
effect). Pada pengaruh langsung, penyinaran dengan radiasi pengion dapat
menyebabkan kerusakan sel jaringan baik pada mikroba terutama yang bersifat
patogen dan pembusuk (Morrison,1989) maupun pada bahan pangan. Hal tersebut
disebabkan adanya energi deposisi pada komponen kritis sel yang disebut asam
deoksiribonukleat (DNA) di dalam khromosom yang membawa informasi genetik
sel dan membran sel.
Pengaruh iradiasi secara tidak langsung disebabkan adanya hasil tumbukan
sinar dengan sel atau molekul tertentu sehingga terbentuk molekul dan radikal
bebas yang sangat reaktif antara lain hidrogen peroksida dan radikal hidroksil
bersifat oksidator kuat yang dapat bereaksi dengan bahan pangan yang disinari.
Prinsip ini yang dimanfaatkan untuk membunuh serangga dengan berbagai stadia
dan mikroba patogen termasuk bakteri berspora yang terbawa sejak awal
(indigenous contamination) di dalam bahan pangan.
Menurut Sugianti (2012), Efektivitas dan efisiensi proses radiasi pada bahan
pangan bergantung pada beberapa faktor antara lain adalah tingkat sensitivitas
serangga dan mikroba, sifat intrinsik bahan seperti gizi makro (protein,
karbohidrat, dan lemak), dan gizi mikro (vitamin dan mineral) (Darwis, 2006),
pH, kadar air, suhu (Murray,1983), aktivitas air, dan sifat produk lain
(Basson,1983), serta kondisi lingkungan radiasi (jenis sumber, dosimetri, dosis,
oksigen, dan suhu) (Basson,1983). Paparan radiasi pengion pada dosis rendah (≤ 1
kGy) dapat dimanfaatkan untuk menunda pematangan buah dan menghambat
pertunasan; dosis sedang (2 -10 kGy) untuk membasmi serangga dan parasit,
mikroba patogen, dan kapang / khamir, dosis tinggi ( > 10 kGy) untuk membasmi
seluruh mikroba patogen termasuk mikroba pembentuk spora.
Beberapa keunggulan yang dimiliki oleh sumber radiasi pengion yang
berasal dari MBE diantaranya adalah bahwa MBE memiliki kemampuan
mengiradiasi yang tinggi, ekonomis dalam hal proses, dapat dengan mudah
dinyalakan dan dimatikan, tidak meluruh dan sumbernya tidak meninggalkan
sampah, lebih mudah diterima oleh masyarakat sebagai fasilitas iradiator. Akan
tetapi MBE memiliki beberapa kelemahan diantaranya adalah memilki parameter
proses yang rumit yaitu tegangan pemercepat (acceleration voltage), arus berkas
elektron (electron beam current), lebar scan (scan width), kecepatan konveyor
(conveyor speed), bulk flow rate, distribusi produk (product distribution) dan
densitas produk (bulk density). Efisiensi proses dan distribusi dosis sangat
bergantung pada seleksi parameter tersebut dan kombinasinya serta disesuaikan
dengan konfigurasi produk atau bahan pangan di dalam kemasan yang umum
digunakan adalah karton. MBE energi tinggi (> 9 MeV), hanya memiliki
kemampuan penetrasi ke dalam produk yang diiradiasi sebesar 4 g/ cm2 (Diehl,
2001). Konversi berkas elektron ke dalam sinar X melalui Bremsstrahlung sesuai
dengan batasan yang diperbolehkan, dapat meningkatkan kemampuan daya
tembus sehingga kelak dapat digunakan untuk mengiradiasi bahan pangan dalam
kapasitas dan skala kemasan yang lebih besar (Takehisa,1990).
D.Dampak Bagi Kesehatan
Iradiasi secara ilmiah dapat diterima sebagai metode pengawetan yang
baik dan diterima di berbagai negara.Namun teknologi ini memerlukan biaya yang
tinggi
danjuga
mengalami
penolakan
oleh
beberapa
konsumen,
halini
menghambat perkembangan teknologi iradiasi pangan(Ornellaset al. 2006).
Berbagai penelitian menunjukkanpenolakan produk makanan iradiasi oleh
banyakkonsumen (Gunes and Tekin 2006; Junqueira-Gonçalveset al. 2011;
Thomas 2012; Eustice and Bruhn 2013). Namun,penolakan konsumen telah
menurun sejak beberapatahun yang lalu (Johnsonet al. 2004; Martinset al. 2012).
Akhir-akhir ini, iradiasi pada produk pangan telah mendapatkan perhatian
lebih, dan dapat menjadi solusiuntuk meningkatkan umur simpan buahbuahan
dansayuran segar yang bebas dari mikroorganisme patogentanpa
mengubah penampilan produk (Kadir et al. 2020)
Pengawetan makanan dengan menggunakan iradiasi sudah terjamin
keamanannya jika tidak melebihi dosis yang sudah ditetapkan, sebagaimana yang
telah direkomendasikan oleh FAO-WHO-IAEA pada bulan November 1980.
Rekomendasi tersebut menyatakan bahwa semua bahan yang diiradiasi tidak
melebihi dosis 10 kGy aman untuk dikonsumsi manusia. Ditinjau dari aspek kimia
dan nutrisi, bahan pangan yang mengalami pengolahan iradiasi mengalami
perubahan yang lebih sedikit. Perubahan karakteristik kimia karena pengaruh
radiasi dapat meningkat apabila terjadi peningkatan dosis yang juga bergantung
pada jumlah dan komposisi bahan. Pada dosis rendah (sampai 1 kGy) kehilangan
zat gizi dari pangan tidak bermakna. Pada dosis sedang (1-10 kGy) kehilangan
vitamin dapat terjadi pada pangan yang terkena udara selama iradiasi atau
penyimpanan. Pada dosis tinggi (10-50 kGy) kehilangan vitamin dapat dikurangi
dengan upaya perlindungan iradiasi pada suhu rendah dan menghilangkan oksigen
selama proses pengolahan dan penyimpanan.(Putri et al.2014)
Beberapa vitamin yaitu riboflavin, niasin, dan vitamin D, tidak begitu peka
terhadap iradiasi. Vitamin lain, yaitu vitamin A, B, B1, E, dan K, mudah rusak
Pengaruh radiasi bervariasi, iradiasi dapat menyebabkan denaturasi protein pada
pemberian dosis iradiasi tinggi. Ionisasi menyebabkan suatu pembentangan
molekulmolekul protein dan menjadikan tempat-tempat tertentu lebih mudah
diserang oleh enzim.
Enzim dapat diinaktivasikan baik dengan pengaruh langsung maupun tidak
langsung dengan radiasi pengion.Radiasi juga dapat mengubah sifat fisika dan
kimia dari bahan pangan berkarbohidrat tinggi namun tindakan ini tidak nyata
mempengaruhi gizinya. Sedangkan pengaruh radiasi terhadap lipid sangat
bergantung pada susunan asam lemak dan asam lemak tak jenuh yang lebih
mudah dioksidasi dibandingkan yang jenuh. Perubahan kimia berkurang apabila
radiasi produk dilakukan pada suhu rendah dan tidak ada cahaya serta oksigen.
III.KESIMPULAN
Berdasarkan Pembahasan pada Makalah mengenai Teknologi penyinaran
Radioaktif, Maka Dapat disimpulakan Bahwa
1. Teknologi iradiasi merupakan salah satu teknologi nuklir yang
memanfaatkan sinar radiasi, dalam hal ini sinar gamma, yang dipancarkan
oleh 60 0C pada dosis serap tertentu untuk pengawetan bahan pangan.
Sinar gamma yang menembus bahan pangan dapat mematikan kuman
yang tidak dikehendaki seperti bakteri patogen, kapang dan khamir dengan
tetap mempertahankan kualitas gizi yang dikehendaki.
2. Iradiasi pada bahan pangan dengan MBE (Mesin Berkas Elektron)
ditujukan untuk menekan proses pembusukan akibat kontaminasi mikroba,
meningkatkan keamanan pangan dan mempertahankan kualitas serta
mencegah kerusakan berlanjut selama penyimpanan.
3. Beberapa keunggulan yang dimiliki oleh sumber radiasi pengion yang
berasal dari MBE diantaranya adalah memiliki kemampuan mengiradiasi
yang tinggi, ekonomis dalam hal proses, dapat dengan mudah dinyalakan
dan dimatikan, tidak meluruh dan sumbernya tidak meninggalkan sampah,
lebih mudah diterima oleh masyarakat sebagai fasilitas iradiator. Akan
tetapi MBE memiliki beberapa kelemahan diantaranya adalah memilki
parameter proses yang rumit yaitu tegangan pemercepat (acceleration
voltage), arus berkas elektron (electron beam current), lebar scan (scan
width), kecepatan konveyor (conveyor speed), bulk flow rate, distribusi
produk (product distribution) dan densitas produk (bulk density).
4. Pengawetan makanan dengan menggunakan iradiasi sudah terjamin
keamanannya jika tidak melebihi dosis yang sudah ditetapkan,
sebagaimana yang telah direkomendasikan oleh FAO-WHO-IAEA pada
bulan November 1980.
DAFTAR PUSTAKA
Akrom, M., & Hidayanto, E. (2014). Kajian Pengaruh Radiasi Sinar Gamma
Terhadap Susut Bobot Pada Buah Jambu Biji Merah Selama Masa
Penyimpanan. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 10(1).
Darussalam, M. 1996. Radiasi dan Radioisotop Prinsip Kegunaannya Dalam
Biologi, Kedokteran, dan Pertanian.Tarsito. Bandung.
Idrus, K. (2019). Effects of gamma irradiation to physico-chemical and microbial
properties of mushrooms processed food. Jurnal Iptek Nuklir Ganendra,
22(2), 95-102.
Ikmalia. 2008. Analisa Profil Protein Isolat Escherichia coli S1 Hasil Iradiasi
Sinar Gamma. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Jakarta.
Irawati, Z. (2008). Development and Prospect of Food Radiation Processing in
Indonesia. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, 19(2), 170-170.
Kadir, I., & Darwis, D. (2020). PENGARUH IRADIASI TERHADAP
KUALITAS FUNGSIONAL ANEKA SAYUR KERING SKALA
SEMI-PILOT. GANENDRA Majalah IPTEK Nuklir, 23(1), 1-7.
Putri, F. N. A., Wardani, A. K., & Harsojo, H. (2014). APLIKASI TEKNOLOGI
IRADIASI GAMMA DAN PENYIMPANAN BEKU SEBAGAI
UPAYA PENURUNAN BAKTERI PATOGEN PADA SEAFOOD:
KAJIAN PUSTAKA [IN PRESS APRIL 2015]. Jurnal Pangan dan
Agroindustri, 3(2), 345-352.
Sugianti, C., Hasbullah, R., Purwanto, Y. A., & Setyabudi, D. A. (2012). Kajian
Pengaruh Iradiasi Sinar Gamma Terhadap Mortalitas Lalat Buah dan
Mutu Buah Mangga Gedong (Mangifera indica L) Selama Penyimpanan.
Jurnal Keteknikan Pertanian, 26(1).
Sukasih, E., & Setyadjit, S. (2019). TEKNOLOGI PENANGANAN BUAH
SEGAR STROBERI UNTUK MEMPERTAHANKAN MUTU/Fresh
Handling Techniques for Strawberry to Maintain its Quality. Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 38(1), 47-54.
Surindro, T.S. 2013. Seminar Produk Teknologi Nuklir Dalam Bidang Pertanian
Dan Pangan. Pusat Diseminasi IPTEK Nuklir Badan Tenaga Nuklir
Nasional. Jakarta.
Yadav, M. K. and patel, N. L., 2014, Optimization of irradiation and storage
temperature for delaying ripening process and maintaining quality of
Alphonso mango fruit (Mangifera indica L.), African Journal of
Agricultural Research, Vol. 9(5), pp. 562-571.
Yanping Ma, Xingang Lu, Xinghua Liu, Huiling Ma, 2013, Effect of 60Coγirradiation doses on nutrients and sensory quality of fresh walnuts
during storage, Postharvest Biology and Technology, Vol. 84, pg. 36-42.