LAPORAN PRAKTIKUM
LEACHING
Oleh:
KELOMPOK 14 (EMPAT BELAS)
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
RIKA PIDIA
1909066022
MUHAMMAD RIZKY
1909066027
LABORATORIUM REKAYASA KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
202
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau
cairan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi juga merupakan proses pemisahan satu
atau lebih komponen dari suatu campuran homogen menggunakan pelarut cair
(solvent) sebagai separating agen. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut
yang berbeda dari komponen-komponen dalam campuran.berdasarkan fase yang
terlibat, terdapat dua jenis ekstraksi, yaitu ekstraksi cair-cair dan ekstraksi padatcair.
Pada ekstraksi padat-cair, satu atau beberapa komponen yang dapat larut
dipisahkan dari bahan padat dengan bantuan pelarut. Pada ekstraksi, yaitu ketika
bahan ekstraksi dicampur dengan pelarut, maka pelarut menembus kapiler-kapiler
dalam bahan padat dan melarutkan ekstrak. Larutan ekstrak dengan konsentrasi
yang tinggi terbentuk di bagian dalam bahan ekstraksi. Dengan cara difusi akan
terjadi kesetimbangan konsentrasi antara larutan tersebut dengan larutan di luar
bahan padat.
Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran
dipisahkan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi cair-cair terutama digunakan, bila
pemisahan campuran dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya
karena pembentukan azeotrop atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak
ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri dari
sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan
pelarut dan pemisahan kedua fase cair itu sesempurna mungkin.
Ekstraksi padat-cair (leaching) adalah suatu proses pemisahan zat padat yang
solute dari suatu campurannya dengan padatan lain yang tidak larut (inert) dengan
menggunakan pelarut (solvent). Hingga kini teori tentang leaching masih kurang,
misalnya mengenai laju operasi yang belum banyak diketahui, sehingga untuk
merancang peralatannya sering hanya didasarkan pada hasil percobaan. Jadi
dilakukan percobaan ini untuk mengetahui cara penyelenggaraan leaching
(penyeduhan) dan menunjukkan pengaruh beberapa variabel operasi terhadap
kerja sistem operasi
Leaching ialah suatu perlakuan istimewa dalam satu atau lebih komponen padatan
yang terdapat dalam larutan. Dalam unit operasi, leaching merupakan salah satu
cara tertua dalm industri kimia, yang pemberian namanya tergantung dari cara
yang digunakan. Industri metalurgi ialah pengguna terbesar operasi leaching ini.
Dalam penggunaan campuran mineral dalam jumlah besar dan tak terhingga,
leaching dipakai sebagai pemisah. Contoh, tembaga yang terkandung dalam biji
besi di leaching dengan asam sulfat atau amoniak, dan emas dipisahkan dengan
larutan sodium sianida. Leaching memainkan peranan penting dalam proses
metalurgi aluminium, cobalt, mangan, nikel dan timah
Oleh karena itu, perlu dilakukan praktik mengenai proses leaching, agar praktikan
lebih memahami dan dapat mengaplikasikan proses sedimentasi ini baik dalam
proses ajar mengajar, penelitian serta dunia kerja.
1.2
Tujuan Praktikum
a. Untuk mengetahui berat rafinat CaCO3 yang diperoleh pada stage 7, 8, dan 9.
b. Untuk mengetahui konsentrasi dan fraksi NaOH yang diperoleh pada stage 6.
c. Untuk mengetahui jumlah tahap yang terbentuk agar terjadi titik kesetimbangan
BAB II
LANDASAN TEORI
Leaching merupakan suatu metode yang tepat untuk memisahkan padatan campuran
yang terkontak dengan pelarut cair. Proses ini dilakukan untuk mengambil /
mendapatkan bagian dari padatan tersebut (lebih berharga dari padatannya) dengan
larutan yang hanya larut pada bagian yang ingin diambil. Leaching banyak digunakan
pada industri metalurgi, yaitu digunakan untuk memisahkan suatu mineral dari suatu
batuan. Leaching dapat dikerjakan secara batch, semi batch atau secara kontinyu
(Brown, 1978)
Banyak proses biologi, inorganik dan substansi organik terjadi dalam campuran dengan
komponen yang berbeda dalam solid. Tujuannya adalah untuk memisahkan campuran
solute atau menghilangkan komponen solute yang tidak diinginkan fase solid, solid
dikontakkan dengan fase cair. Dua fase ini dikontakkan dengan intim dan solute dapat
mendifusi dari fase solid ke fase cair yang mana menyebabkan pemisahan original
komponen dalam solid. Proses ini disebut liquid-solid leaching atau leaching sederhana.
Istilah ekstraksi juga digunakan untuk mendeskripsikan unit operasi, meskipun itu juga
mengarah pada liquid-liquid. Dalam leaching ketika komponen yang tidak diinginkan
dihilangkan dari solid dengan menggunakan air, proses ini disebut washing (pencucian)
(Geankoplis, 1997)
Jika suatu komponen dari suatu campuran merupakan padatan yang sangat larut dalam
pelarut tertentu,dan komponen yang lain secara khusus tidak larut, maka di ikuti dengan
proses penyaringan. Akan tetapi apabila komponen sangat lambat, maka perlu
dilakukan pemisahan dengan ektraksi soklet. Prinsip dasar dari ekstraksi pelarut ini
adalah distribusi zat terlarut kedalam pelarut yang bercampur. Kesetimbangan fasa
dalam sistem padatan solute pelarut ini mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut :
a.
Pada
kondisi
termodinamika
tertentu
(P,T
tertentu)
terdapat
hubungan
kesetimbangan yang dapat digambarkan dalam bentuk kurva kesetimbangan.
b.
Pada sistem yang telah setimbang tidak terjadi difusi netto komponen-komponen
diantara kedua fasa. Ini berarti laju difusi dari fasa padatan ke fasa pelarut sama
dengan laju difusi dari fasa pelarut ke fasa padatan.
c.
Untuk sistem yang belum tercapai kesetimbangannya, difusi komponen-komponen
mendorong sistem menuju kesetimbangan.
(Coulson, 1955)
Ada beberapa macam ekstraksi padat-cair, yaitu :
1.
Ekstraksi padat-cair tak kontinyu
Dalam hal yang paling sederhana bahan ekstraksi padat dicampur beberapa kali
dengan pelarut segar di dalam sebuah tangki pengaduk. Larutan ekstrak yang
terbentuk setiap kali dipisahkan dengan cara penjernihan (pengaruh gaya berat) atau
penyaringan (dalam sebuah alat yang dihubungkan dengan ekstraktor). Proses ini
tidak begitu ekonomis,digunakan misalnya di tempat yang tidak tersedia ekstraktor
khusus atau bahan ekstraksi tersedia dalam bentuk serbuk sangat halus,sehingga
karena bahaya penyumbatan,ekstraktor lain tidak mungkin digunakan. Ekstraktor
yang sebenamya adalah tangki-tangki dengan pelat ayak yang dipasang di
dalamnya. Pada alat ini bahan ekstraksi diletakkan diatas pelat ayak horisontal.
Dengan bantuan suatu distributor, pelarut dialirkan dari atas ke bawah. Dengan
perkakas pengaduk (di atas pelat ayak) yang dapat dinaik-turunkan, pencampuran
seringkali dapat disempurnakan,atau rafinat dapat dikeluarkan dari tangki setelah
berakhirnya ekstraksi. Ekstraktor semacarn ini hanya sesuai untuk bahan padat
dengan partikel yang tidak terlalu halus. Terlebih ekonomis lagi adalah
penggabungan beberapa ekstraktor yang dipasang seri dan aliran bahan ekstraksi
berlawanan dengan aliran pelarut.Dalam hal ini pelarut dimasukkan kedalam
ekstraktor yang berisi campuran yang telah mengalami proses ekstraksi paling
banyak. Pada setiap ekstraktor yang dilewati, pelarut semakin diperkaya oleh
ekstrak. Pelarut akan dikeluarkan dalam konsentrasi tinggi dari ekstraktor yang
berisi campuran yang mengalami proses ekstraksi paling sedikit. Dengan operasi ini
pemakaian pelarut lebih sedikit dan konsentrasi akhir dari larutan ekstrak lebih
tinggi.
2.
Ekstraksi padat-cair kontinyu
Cara kedua ekstraktor ini serupa dengan ekstraktor-ekstraktor yang dipasang seri,
tetapi pengisian, pengumpanan pelarut dan juga pengosongan berlangsung secara
otomatik penuh dan terjadi dalam sebuah alat yang sama. Oleh Pengumpanan
karena itu dapat diperoleh output yang lebih besar dengan jumlah kerepotan yang
lebih sedikit. Tetapi karena biaya untuk peralatannya besar, ekstraktor semacam itu
kebanyakan hanya digunakan untuk bahan ekstraksi yang tersedia dalam kuantitas
besar (misalnya biji-bijian minyak, tumbuhan). Dari beraneka ragam konstruksi alat
ini, berikut akan di bahas ekstraktor keranjang (bucket-wheel extractor) dan
ekstraktor sabuk (belt extractor).
(Cabe, 1989)
Menurut Treybal (1981), ada beberapa jenis metode operasi leaching, yaitu:
1.
Operasi dengan sistem bertahap tunggal Dalam metode ini, pengontakan antara
padatan dan pelarut dilakukan sekaligus dan kemudian disusul dengan pemisahan
larutan dari padatan sisa. Cara ini jarang ditemui dalam operasi industri, karena
perolehan solute yang rendah.
2.
Operasi sistem bertahap banyak aliran silang (cross current) Operasi ini dimulai
dengan pencampuran umpan padatan dan pelarut dalam tahap pertama. Kemudian
aliran bawah dari tahap ini di kontakkan dengan pelarut baru pada tahap berikutnya.
Perhitungan untuk penambahan stages merupakan pengulangan dari prosedur untuk
single stage, dengan leached solids dari stage sebelumnya menjadi umpan padat
untuk stage berikutnya.
3.
Operasi kontinu dengan sistem bertahap banyak dengan aliran berlawanan
(countercurrent) Dalam sistem ini aliran bawah dan atas mengalir secara
berlawanan. Operasi ini dimulai pada tahap pertama dengan mengontakkan larutan
pekat, yang merupakan aliran atas tahap kedua, dan padatan baru, operasi berakhir
pada tahap ke-n (tahap terakhir), dimana terjadi pencampuran antara pelarut baru
dan padatan yang berasal dari tahap ke-n (n-1). Sistem ini memungkinkan
didapatkannya perolehan solute yang tinggi, sehingga banyak digunakan di dalam
industri.
Ada empat faktor penting yang harus diperhatikan dalam operasi ekstraksi :
1.
Ukuran partikel
Ukuran partikel mempengaruhi kecepatan ekstraksi. Semakin kecil ukuran partikel
maka areal terbesar antara padatan terhadap cairan memungkinkan terjadi kontak
secara tepat. Semakin besar partikel, maka cairan yang akan mendifusi akan
memerlukan waktu yang relatif lama. Pengecilan ukuran ini juga bertujuan
menghancurkan matriks inert pengotor yang melingkupi solute atau juga untuk
memberikan bentuk irisan yang memungkinkan bahan padatan bersifat permeabel
pada ekstraksi secara tapisan. Namun demikian tidak dikehendaki ukuran yang
terlalu halus karena semakin halus partikel padatan.
2.
Faktor pengaduk
Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan pengaduk, seperti ukuran, jenis dan
posisi pengaduk. Namun yang lebih berpengaruh dalam operasi leaching adalah
laju putar dan lama pengadukan. Semakin cepat laju putar, partikel semakin
terdistribusi dalam pelarut sehingga permukaan kontak meluas dan dapat
memberikan kontak dengan pelarut yang diperbaharui terus. Begitu pula semakin
lama waktu pengadukan berarti difusi dapat berlangsung terus dan lama
pengadukan harus dibatasi pada harga optimum agar konsumsi energi tak terlalu
besar.
3.
Temperatur
Pengaruh temperatur terhadap operasi leaching dapat dikatakan dengan kelarutan
dan laju pelarut. Pengaruh temperatur terhadap kelarutan dapat ditunjukkan dengan
d ln x ln K ∆H
= 2
dt
RT
H adalah panas pelarut yang dapat berharga positif maupun negatif. Untuk
pelarutan endoterm, harga K semakin besar pula bila temperatur naik sehingga
pelarutan membesar. Hal yang sebaliknya berlaku untuk pelarutan eksoterm.
Hubungan kecepatan pelarutan dengan temperatur ditunjukkan dengan rumus
berikut :
K = A.e-Ea/R
Harga Ea, energi aktifasi pelarutan selain positif sehingga kecepatan pelarutan
selalu bertambah dengan menaiknya temperatur. Pengaruh temperatur juga dapat
dihubungkan dengan sifat-sifat pelarut seperti densiti, viskositas dan difusivitas.
4. Kelarutan
Pada banyak kasus, kelarutan material akan diekstraksi akan meningkat dengan
temperatur dan akan menambah kecepatan ekstraksi.
5. Pelarut
Pemilihan pelarut yang baik adalah pelarut yang sesuai dengan viskositas yang
cukup rendah agar sirkulasinya bebas. Umumnya pelarut murni akan digunakan
meskipun dalam operasi ekstraksi konsentrasi dari solute akan meningkat dan
kecepatan reaksi akan melambat, karena gradien konsentrasi akan hilang dan cairan
akan semakin viskos pada umum
(Brown, 1978)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1
Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
a. Gelas Kimia 500 mL
b. Buret 50 mL
c. Pengaduk
d. Statif dan Klem
e. Piknometer 25 mL
f. Gelas ukur 10, 100 dan 250 mL
g. Pipet tetes
h. Pipet volume 10 mL
i. Bulb
j. Erlenmeyer 100 mL
k. Neraca analitik
l. Cawan Petri
m. Cawan Porselain
n. Botol semprot
o. Stopwatch
p. Labu ukur 250 mL
q. Oven
3.1.2 Bahan
a. Natrium Karbonat (Na2CO3)
b.
Kalsium Oksida (CaO)
c.
Asam klorida (HCl) 0,5 N
d. Indikator Phenolphthelein (C20H14O4 )
e. Aquadest
3.2
Mekanisme Percobaan Ekstraksi Padar-Cair (Leaching)
Gambar 3.1 Mekanisme Percobaan Ekstraksi Padat Cair (Leaching)
3.3
Prosedur Percobaan
3.3.1 Membuat larutan HCl 0,5 N sebanyak 500 mL
a. Dimasukkan sedikit aqudest ke dalam labu ukur 500 mL. Diaduk hingga
homogen selama 10 menit
b. Diambil larutan HCl pekat (37 %) sebanyak 20,7245 mL, memasukkannya ke
dalam labu ukur 500 mL.
c. Ditambahkan akuades sampai tanda batas.
d. Di homogenkan larutan.
3.3.2 Proses Ekstraksi
a. Ditimbang gelas piala, cawan porselen, dan piknometer dalam keadaan kosong.
b. Ditimbang Na2CO3 sebanyak 13 gram, memasukkan ke dalam gelas kimia.
c. Ditimbang CaO sebanyak 6,8656 gram, mencampurnya dengan Na2CO3 dan
menambahkan aquadest sebanyak 2,2068 mL ke dalam gelas kimia yang sama.
d. Ditambahkan pelarut (air) sebanyak 300 mL.
e. Diaduk larutan tersebut selama 10 menit.
f. Didiamkan selama 10 menit.
g. Dipisahkan ekstrak dan rafinatnya.
3.3.3 Proses Analisa Ekstrak
a. Diukur
volume
ekstrak
dan
mengambilnya
sebanyak
25
mL
memasukkannya ke dalam piknometer.
b. Ditimbang piknometer + ekstrak.
c. Dihitung densitas ekstrak.
d. Diambil 10 mL ekstrak kemudian memasukkannya ke dalam erlenmeyer.
e. Ditambahkan 2 tetes indikator PP.
f. Dititrasi dengan HCl 0,5 N sampai terjadi perubahan warna dari merah muda
menjadi bening dan dicatat volume titrasi
3.3.4 Proses Analisa Rafinat
a. Ditimbang berat rafinat dalam gelas piala.
b. Diambil sedikit rafinat dan memasukkannya ke dalam cawan porselin.
c. Dikeringkan ke dalam oven pada suhu 100° C selama 10 menit.
d. Didinginkan rafinat di dalam desikator kemudian ditimbang rafinat tersebut.
e. Pada stage berikutnya, percobaan dilakukan sesuai gambar 3.1
dan
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
4.1
Data Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Data Hasil Pengamatan
Stage
1
2
3
Data Hasil Pengamatan
= 13,5
V1
= 0,5
N1
= 10
V2
= 300
Vp
Volume Ekstrak
= 290
ρ Ekstrak
= 1,0223
= 13,1600
R1
R basah
= 0,9500
R kering
= 0,8100
= 0,1400
Massa H2O dalam Rafinat
= 2,2075
F (H2O)
= 0,9944
ρ (H2O)
= 300
Vp
= 14,32
R2
R basah
= 1,2000
R kering
= 0,8700
= 0,3300
Massa H2O dlm Rafinat
= 2,2075
F (H2O)
= 0,9944
ρ (H2O)
= 12
V1
= 0,5
N1
= 10
V2
Volume Ekstrak
= 280
ρ Ekstrak
= 1,0350
= 16,08
R3
mL
N
mL
mL
mL
g/mL
gram
gram
gram
gram
gram
g/mL
mL
gram
gram
gram
gram
gram
g/mL
mL
N
mL
mL
g/mL
gram
4
5
6
R basah
= 1,2700
gram
R kering
= 1,1400
gram
Massa H2O dalam Rafinat
= 0,1300
gram
F (H2O)
= 2,2075
gram
ρ H2O
= 0,9944
g/mL
E2 (H2O)
= 296,3214
gram
Vp
R4
= 300
= 12,6319
mL
gram
R basah
= 1,2600
gram
R kering
= 0,8500
gram
Massa H2O dlm Rafinat
= 0,4100
gram
F (H2O)
= 2,2075
gram
ρ (H2O)
= 0,9944
g/mL
E4(H2O)
R5
= 298,1476
= 8,6219
mL
gram
R basah
= 1,0100
gram
R kering
= 0,9900
gram
Massa H2O dlm Rafinat
= 0,0200
gram
F (H2O)
= 2,2075
gram
ρ (H2O)
= 0,9944
g/mL
V1
N1
= 11
= 0,5
mL
N
V2
= 10
mL
Vp
= 300
mL
Volume Ekstrak
= 315
mL
ρ Ekstrak
R6
= 1,0272
= 16,31
g/mL
gram
R basah
= 1,1500
gram
R kering
= 0,9400
gram
Massa H2O dalam Rafinat
= 0,2100
gram
7
8
9
F (H2O)
= 2,2075
gram
ρ (H2O)
= 0,9944
g/mL
E5 (H2O)
= 299,6229
gram
Vp
= 300
mL
R7
= 11,16
gram
R basah
= 1,2427
gram
R kering
Massa H2O dlm Rafinat
F (H2O)
= 1,0882
= 0,1545
= 2,2075
gram
gram
gram
R5 (H2O)
= 0,1707
gram
ρ (H2O)
= 0,9944
g/mL
R8
= 16,7
gram
R basah
= 1,0211
gram
R kering
= 0,7525
gram
Massa H2O dalam Rafinat
F (H2O)
E7 (H2O)
= 0,2686
= 2,2075
= 297,1033
gram
gram
gram
R6 (H2O)
= 2,9783
gram
ρ (H2O)
= 0,9944
g/mL
V1
= 13,8
mL
N1
= 0,5
N
V2
= 10
mL
Volume Ekstrak
= 280
mL
ρ Ekstrak
= 1,0348
g/mL
R9
R basah
= 17,98
= 1,1039
gram
gram
R Kering
= 0,8224
gram
Massa H2O dalam Rafinat
= 0,2815
gram
F (H2O)
= 2,2075
gram
ρ H2O
= 0,9944
g/mL
E8 (H2O)
= 295,6887
gram
Tabel 4.2 Data Hasil Perhitungan
Hasil Perhitungan
Stage
1
2
3
4
Konsentrasi NaOH
= 0,675
N
E1
= 296,4612
gram
P1 (H2O)
= 298,32
gram
R1 (H2O)
= 1,9394
gram
NM E1 (H2O)
= 298,5881
gram
E1 (NaOH)
= -2,1269
gram
X1 (NaOH)
= -0,0072
R1(CaCO3)
= 11,2206
X2 (CaCO3)
= 0,8526
% recovery CaCO3
= 85,2632
%
P2 (H2O)
= 298,32
gram
R2 (H2O)
= 3,9380
gram
NM E2 (H2O)
= 296,3214
gram
R2 (CaCO3)
= 10,3820
gram
X2 (CaCO3)
= 0,7250
% recovery CaCO3
= 72,5000
%
Konsentrasi NaOH
= 0,6
N
Berat ekstrak (E3)
= 289,8034
gram
R3 (H2O)
= 1,6460
gram
NM E3 (H2O)
= 296,8829
gram
E3 (NaOH)
= -7,0795
gram
X3 (NaOH)
= -0,0244
R3 (CaCO3)
= 14,4340
X3 (CaCO3)
= 0,8976
% recovery CaCO3
= 89,7638
%
P4 (H2O)
= 298,32
gram
R4 (H2O)
= 4,1104
gram
NM E4 (H2O)
= 298,1476
gram
gram
gram
5
6
7
8
R4 (CaCO3)
= 8,5215
gram
X4 (CaCO3)
= 0,6746
R5 (H2O)
= 0,1707
gram
NM E5 (H2O)
= 299,6229
gram
R5 (CaCO3)
= 8,4511
gram
X5 (CaCO3)
= 0,9801
% recovery CaCO3
= 98,0198
%
Konsentrasi NaOH
= 0,55
N
Berat ekstrak E6
= 323,57934
gram
R6 (H2O)
= 2,9783
gram
NM E6 (H2O)
= 298,8520
gram
E6 (NaOH)
= 1,0827
gram
X6 (NaOH)
= 0,0033
R6 (CaCO3)
= 13,3316
X6 (CaCO3)
= 0,8173
% recovery CaCO3
=81,7391
%
P7 (H2O)
= 298,32
gram
R7 (H2O)
= 1,3875
gram
NM E7 (H2O)
= 297,1033
gram
R7 (CaCO3)
= 9,7725
gram
X7 (CaCO3)
= 0,8757
% recovery CaCO3
= 87,5674
%
R8 (H2O)
= 4,4205
gram
NM E8 (H2O)
= 295,6610
gram
R8 (CaCO3)
= 12,2794
gram
X8 (CaCO3)
= 0,7352
% recovery CaCO3
= 73,5294
%
Konsentrasi NaOH
= 0,69
N
Berat ekstrak E9
= 289,7362
gram
gram
9
R9 (H2O)
= 4,6132
gram
NM E9 (H2O)
= 293,2553
gram
E9 (NaOH)
= -3,5192
gram
X9 (NaOH)
= -0,0121
R9 (CaCO3)
= 13,3668
gram
X9 (CaCO3)
= 0,7434
gram
% recovery CaCO3
= 74,3427
%
Pembahasan
Pada percobaan leaching dilakukan untuk mengambil suatu kandungan kimia
yang dapat larut menggunakan akuades. Dalam percobaan ini digunakan bahan
CaCO3 dan CaO serta akuades sebagai pelarutnya dengan melakukan proses
ekstraksi sebanyak 9 stage untuk mendapatkan kesetimbangan pada proses titrasi
hasil ekstraknya. Dimana, pada masing-masing stage menghasilkan komponen
ekstrak yang mengandung NaOH dan rafinat yang mengandung CaCO3 dengan
jumlah yang massa dan volume berbeda pada setiap stage. Kandungan NaOH
pada ekstrak di dapat dari reaksi antara CaCO3, CaO, dan H2O. Adapun
konsentrasi NaOH yang di dapat dari perhitungan pada stage 1, 3, 6, dan 9 secara
berturut turut adalah 0,675 N, 0,6 N, 0,55 N, dan 0,69 N. Untuk analisis ekstrak
yang dimana volume titrasi yang dibutuhkan untuk stage 1, 3, 6, dan 9 secara
berturut turut adalah 13,5 mL, 12 ml. 11 ml dan 13,8 ml.
Fraksi NaOH Setiap Stage
0,0050
0,0000
0
2
4
6
8
10
-0,0050
X (NaOH)
4.2
-0,0100
-0,0150
-0,0200
-0,0250
-0,0300
Stage
Gambar 4.1 Grafik Fraksi NaOH Setiap Stage
Berdasarkan gambar, dapat diketahui bahwa fraksi NaOH di dalam ekstrak
mengalami penurunan dari stage 1 ke stage 3 kemudian mengalami kenaikan
pada puncak nya yaitu di stage 6 dan mengalami penurunan kembali pada stage 9.
Hal ini tentunya bertentangan dengan teori ekstraksi. Secara teoritis, fraksi NaOH
pada ekstraksi multistage seharusnya meningkat pada setiap stage dan menjadi
konstan setelah kesetimbangan tercapai. Hal ini karena pada beberapa stage,
umpan berasal dari rafinat dari stage sebelumnya serta adanya penambahan feed
fresh. Kesalahan saat mengumpankan feed fresh tentunya membuat analisa data
yang diperoleh juga tidak seusai dengan yang diinginkan dan berpengaruh pada
perhitungan di stage berikutnya dimana stage pada proses leaching saling
berhubungan. Stage yang dilakukan setiap leaching saling berhubungan karena
adanya penggunaan kembali ekstrak dan rafinat yang digunakan sebagai pelarut
dan feed fresh pada stage berikutnya. Pada stage sebelumnya, rafinat yang
digunakan masih mengandung ekstrak, sehingga mempengaruhi perhitungan
fraksi NaOH yang tidak sesuai dengan yang seharusnya
Fraksi CaCO3 Setiap Stage
1,2000
X (CaCO3)
1,0000
0,8000
0,6000
0,4000
0,2000
0,0000
0
2
4
6
8
10
Stage
Gambar 4.2 Grafik Fraksi CaCO3 pada Setiap Stage
Dari gambar dapat dilihat fraksi CaCO3 tertinggi pada stage 5 dan yang terendah
berada pada stage 4. hal ini diduga karena pada stage 4 menggunakan rafinat dari
stage 2 yang dimana pada stage 2 nya tidak ada fresh feed yang di tambahkan
yang berarti pada stage 2 menggunakan feed rafinat dari stage 1 dengan ini berarti
secara tidak langsung fraksi rafinat pada stage 2 telah berkurang karena telah
bereaksi di stage 1 sehingga feed rafinat yang masuk ke stage 4 bereaksi dengan
pelarut sehingga menghasilkan fraksi CaC03 yang lebih rendah dibandingkan
dengan stage 5. dimana rafinat yang diumpankan pada stage 5 berasal pada stage
3, pada stage 3 ini ada penambahan fresh feed sehingga fraksi CaCO3 pada stage
bertambah yang secara tidak langsung membuat rafinat yang dihasilkan memiliki
fraksi yang lebih besar. meskipun pada stage selanjutnya terjadi penurunan fraksi
akan tetapi dapat dilihat pada grafik dimana pada stage 8 dan stage 9 nilai fraksi
CaCO3 nya hampir seragam yaitu 0,7353 dan 0,7434 yang berarti pada stage 8
dan 9 ini sudah mulai mengalami kesetimbangan.
% Recovery CaCO3 Setiap Stage
120,0000
100,0000
% CaCO3
80,0000
60,0000
40,0000
20,0000
0,0000
0
2
4
6
8
10
Stage
Gambar 4.3 Grafik % Recovery CaCO3 Setiap Stage
Hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat didapatkan % recovery CaCO3
yang didapatkan dari hasil pembagian antara berat rafinat kering dan basah
yang dapat dilihat pada Gambar 4.3 di atas. % recovery CaCO3 merupakan nilai
persentase dari fraksi CaCO3 yang diperoleh. Sama seperti fraksi CaCO3 dapat
dilihat pada Gambar 4.3 bahwa titik maksimum % recovery CaCO3 berada pada
stage 5 dan titik minimumnya berada pada stage 4. Faktor yang mempengaruhi
sama seperti pada nilai fraksi CaCO3 dimana saat % recovery CaCO3 berada
pada titik maksimum artinya feed fresh yaitu Na2CO3 dan CaO habis bereaksi
dengan pelarut dan membentuk CaCO3. Sebaliknya saat % recovery CaCO3
berada pada titik minimum artinya reaksi antara feed fresh dan pelarut belum
megalami kesetimbangan sehingga tidak habis bereaksi. Dapat dilihat pada
stage 8 dan 9 nilai % recovery CaCO3 hampir seragam yaitu 73,52% dan
74,34% yang merupakan pertanda bahwa ektraksi mulai mengalami
kesetimbangan pada stage tersebut.
Faktor kesalahan yang terjadi pada praktikum kali ini adalah pengambilan data
yang tidak tepat pada saat praktikum sehingga menyebabkan pada saat proses
perhitungan nilai yang dihasilkan tidak sesuai dengan nilai yang diharapkan.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
a. Dapat diketahui berdasarkan perhitungan di dapatkan data berat rafinat pada stage
7, 8 dan 9 secara berturut turut adalah 11, 16 gram, 16,7 gram dan 17, 98 gram.
berdasarkan data dapat di simpulkan pada stage 8 dan 9 berat rafinat yang
dihasilkan berbeda sedikit saja yang berarti pada stage ini mulai terjadi
kesetimbangan.
b. Dapat diketahui bahwa konsentrasi NaOH yang diperoleh pada stage 6 sebesar
0,55 N. Konsentrasi NaOH diperoleh dari hasil titrasi dengan volume titrasi yaitu
11 mL. Didapatkan pula fraksi NaOH pada stage 6 yaitu 0,0033 yang diperoleh
dari hasil pembagian ekstrak NaOH dengan konsentrasi NaOH,
c. Dapat diketahui bahwa jumlah tahap yang dibutuhkan untuk mencapai
kesetimbangan adalah 9 tahap lebih, berdasarkan data dan grafik yang telah di
jelaskan pada stage ke 8 dan stage ke 9 perbedaan fraksi CaCO3, Perbedaan berat
rafinat, perbedaan % recovery hampir sama yang berarti dapat disimpulkan jika di
tahap ke 10 atau lebih akan mencapai titik kesetimbangan
5.2
Saran
Dari praktikum yang telah dilaksanakan sebaiknya pada praktikum selanjutnya
dilakukan proses leaching hingga proses leaching konstan agar praktikan dapat
mengetahui titik kesetimbangan pada proses. Sebaiknya juga dilakukan duplo
atau triplo saat melakukan titrasi untuk menentukan konsentrasi NaOH agar
hasil yang diperoleh lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Brown, G.G. 1978. Unit Operations. New York: John Wiley and sons, Inc.
Coulson, Richardson. 1955. Chemical Engineering, Vol. 2nd. Butterworth- Heinemann:
Boston.
Cabe, Mc. 1989. Operasi Teknik Kimia Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Geankoplis, C.J. 1983. Transport Process and Unit Operation. Third Edition. New
Delhi: Prentice-Hall of India.
Robert E.Treybal. 1980. Mass-Transfer Operasions. 3th Edition. Mc Graw Hill,
Inc. New York, p.194-215
LAMPIRAN
1
Perhitungan Jumlah Umpan (Feed Fresh)
Diketahui : m Na2CO3
= 13 gram
BM Na2CO3
= 106 g/mol
BM CaO
= 56 g/mol
BM H2O
= 18 g/mol
ρ H2O
= 0,9944 g/mL
Ditanya
: Massa CaO dan volume H2O yang digunakan?
Jawab
:
Reaksi
:Na2CO3+ CaO + H2O → 2NaOH + CaCO3
m Na CO3
mol Na2SO4 = BM Na2
2 CO3
=
13 g
106 g/mol
= 0,12264 mol
mol CaO
1
= × mol Na2 CO3
1
1
= × 0,12264 mol
1
= 0,12264 mol
massa CaO = mol CaO × BM CaO
= 0,12264 mol × 56 g/mol
= 6,86792 g
mol H2O
1
= ×mol Na2 CO3
1
1
= ×0,12264 mol
1
= 0,12264 mol
massa H2O = mol H2O × BM H2O
= 0,12264 mol × 18 g/mol
= 2,20754 g
Volume H2O =
=
massa H2 O
ρH2 O
2,20752 g
1 g/mL
= 2,20754 mL
2
Perhitungan Volume HCl
Diketahui
: % HCl
= 37%
N2
= 0,5 N
V2
= 500 mL
ρ HCl
= 1,8 g/mL
BM HCl
= 3,5 g/mol
Ditanya
: Volume HCl yang digunakan (V1)?
Jawab
:
N1
=
=
ρHCl x %HCl x 1000mL
BM HCl
g
mL
1,18
× 37% × 1000mL
36,5 g/mol
= 11,9616 N
V1 ×N1 = V2 ×N2
V1 =
=
V2 ×N2
N1
500 mL × 0,5 N
11,96164 N
= 20,9001 mL
1
Analisa ekstrak dan rafinat pada setiap stage
Stage 1:
Diketahui :
Vp
= 300
mL
V2
= 10 mL
N1
= 0,5 N
V1
= 13,5 mL
ρH2O
= 0,9944 g/mL
Vekstrak
= 290 mL
Berat H2O
= Rbasah -Rkering
= 0,9500 g – 0,8100 g
= 0,1400 g
A.
ρekstrak
= 1,0223 g/mL
R1
= 13,1600 g
Rbasah
= 0,9500 g
Rkering
= 0,8100 g
F H2O
= 2,2075 g
Analisa Ekstrak
Perhitungan Konsentrasi NaOH
Konsentrasi NaOH (N2) =
=
V1 ×N1
V2
13,5 mL×0,5N
10 mL
= 0,675 N
Berat Ekstrak (E1)
= Vekstrak ×ρekstrak
= 290 mL × 1,0223 g/mL
= 296,4612 g
P1 (H2O)
= VP ×ρH
2O
= 300 mL × 0,9944 g/mL
= 298,32 g
R1(H2O)
=
=
R1
Rbasah
× Berat H2 O dalam rafinat
13,1600 g
0,9500 g
×0,1400 g
= 1,9394 g
Neraca Massa
P1 (H2O) + F (H2O)
= E1 (H2O) + R1(H2O)
E1 (H2O)
= P1 (H2O) + F (H2O) - R1(H2O)
= 298,32 g + 2,2075 g – 1,9394 g
= 298,5881 g
Berat NaOH dalam Ekstrak
E1 (NaOH)
= E1 - E1(H2O)
= 296.4612 g – 298,5881 g
= -2,1269 g
Fraksi Berat NaOH dalam Ekstrak
X1 (NaOH)
=
=
E1 (NaOH)
E1
-2,1269g
296,4612 g
= -0,0072
B. Analisa dalam Rafinat
Berat CaCO3 dalam Rafinat
R1(CaCO3)
= R1 - R1(H2O)
= 13,16 g – 1,9394 g
= 11,2206 g
Fraksi Berat CaCO3 dalam Rafinat
X1 (CaCO3)
=
=
R1 (CaCO3)
R1
11,2206 g
13,6 g
= 0,8526
C. % Recovery CaCO3
% Recovery CaCO3
=
=
Rker ing
Rbasah
0,81 g
0.95 g
×100%
×100%
= 85.2632%
Stage 2:
Diketahui :
Vp
= 300 mL
ρH2O
= 0,9944 g/mL
R2
= 14,32 g
Rbasah
= 1,2000 g
Rkering
= 0,8700 g
Berat H2O = 0,3300 g
A. Analisa Ekstrak
P2 (H2O)
= Vp ×ρH2 O
= 300 mL × 0,9944 g/mL
= 298,32 g
R2 (H2O)
=R
R2
basah
=
× Berat H2 O dalam rafinat
14,32 g
× 0,3300 g
1,2000 g
= 3,9380 g
Neraca Massa
P2 (H2O) + R1 (H2O)
= E2 (H2O) + R2 (H2O)
E2 (H2O)
= P2 (H2O) + R1 (H2O) – R2(H2O)
= 298,32 g + 1,9394 g – 3,9380 g
= 296,3214 g
B. Analisa Rafinat
Berat CaCO3 dalam Rafinat
R2 (CaCO3)
= R2 – R2(H2O)
= 14,32 g – 3,9380 g
= 10,3820 g
Fraksi Berat CaCO3 dalam Rafinat
X2 (CaCO3)
=
=
R2 (CaCO3)
R2
10,3820 g
14,32 g
= 0.7250
C. % Recovery CaCO3
% Recovery CaCO3
=
=
Rker ing
Rbasah
×100%
0,8700 g
1,2000 g
= 72,5%
×100%
Stage 3:
Diketahui :
V2
= 10 mL
N1
= 0,5 N
V1
= 12 mL
ρH2O
= 0,9944 g/mL
V ekstrak
= 280 mL
Berat H2O
= Rbasah – Rkering
= 1,2700 – 1,1400
= 0,1300
ρekstrak
= 1,0350 g/mL
R3
= 16,08 g
Rbasah
= 1,2700 g
Rkering
= 1,1400 g
F H2O
= 2,2075 g
E2 H2O
= 296,3214 g
A. Analisa Ekstrak
Perhitungan Konsentrasi NaOH
Konsentrasi NaOH (N2)
=
V1 ×N1
=
V2
12 mL×0,5 N
10 mL
= 0,6 N
Berat Ekstrak (E3)
= Vekstrak ×ρekstrak
= 280 mL × 1,0350 g/mL
= 289,8034 g
R3(H2O)
=R
R3
basah
=
×Berat H2 O dalam Rafinat
16,08 g
1,,2700 g
×0,1300
= 1,6460 g
Neraca Massa
E2 (H2O) + F (H2O) = E3(H2O) + R3(H2O)
E3(H2O)
= E2 (H2O) + F (H2O) – R3(H2O)
= 296,3214 g + 2,2075 g – 1,6460 g
= 296,8829 g
Berat NaOH dalam Ekstrak
E3(NaOH)
= E3 - E3(H2O)
= 289.8034 g – 296,8829 g
= -7,0795 g
Fraksi Berat NaOH dalam Ekstrak
X3 (NaOH)
=
=
E3 (NaOH)
E3
-7,0795g
289,8034 g
= -0,0244
B.
Analisa Rafinat
Berat CaCO3 dalam Rafinat
R3(CaCO3)
= R3 – R3(H2O)
= 16,08 g – 1,6460 g
= 14,4340 g
Fraksi Berat CaCO3 dalam Rafinat
X3 (CaCO3)
=
R3 (CaCO3)
R3
=
14,4340 g
16,08 g
= 0,8976
C.
% Recovery CaCO3
% Recovery CaCO3
=
=
Rker ing
Rbasah
×100%
1,1400 g
1,2700 g
×100%
= 89,7638 %
Stage 4:
Diketahui :
Vp
= 300 mL
ρH2O
= 0,9944 g/mL
Berat H2O
= 0,4100 g
R4
= 12,6319 g
Rbasah
= 1,2600 g
Rkering
= 0,8500 g
R2 H2O
= 3,9380 g
A. Analisa Ekstrak
P4 (H2O)
= Vp ×ρH2 O
= 300 mL × 0,9944 g/mL
= 298,32 g
R4(H2O)
=R
R4
basah
×BeratH2 OdalamRafinat
12,6319 g
=
1,2600 g
×0,4100 g
= 4,1104 g
Neraca Massa
P4 (H2O) + R2 (H2O) = E4(H2O) + R4(H2O)
= P4 (H2O) + R2 (H2O) – R4(H2O)
E4(H2O)
= 298,32 g + 3,9380 g – 4,1104 g
= 298,1476 g
B. Analisa Rafinat
Berat CaCO3 dalam Rafinat
R4(CaCO3)
= R4 – R4(H2O)
= 12,6319 g – 4,1104 g
= 8,5215 g
Fraksi Berat CaCO3 dalam Rafinat
X4 (CaCO3)
=
=
R4 (CaCO3)
R4
8,5215 g
12,6319 g
= 0,6749
C. % Recovery CaCO3
% Recovery CaCO3
=
=
Rker ing
Rbasah
0,8500 g
1,2600 g
×100%
×100%
= 67,4603 %
Stage 5:
Diketahui :
E4 H2O
= 298,1476g
R5
= 8,6219 g
Berat H2O
= 0,0200 g
Rbasah
= 1,0100 g
Rkering
= 0,9900 g
R3 H2O
= 1,6460 g
A. Analisa Ekstrak
R5(H2O)
=
R5
Rbasah
× BeratH2 OdalamRafinat
8,6219 g
=
1,0100 g
×0,0200 g
= 0,1707 g
Neraca Massa
E5 (H2O) + R5 (H2O) = R3(H2O) + E4(H2O)
= R3(H2O) + E4(H2O) – R5(H2O)
E5(H2O)
= 1,6460 g + 298,1476 g – 0,1707 g
= 299,6229 g
B. Analisa Rafinat
Berat CaCO3dalam Rafinat
R5(CaCO3) = R5 – R5(H2O)
= 8,6219 g – 0,1707 g
= 8,4511 g
Fraksi Berat CaCO3 dalam Rafinat
X5 (CaCO3)
=
=
R5 (CaCO3)
R5
8,4511 g
8,6219 g
= 0,9801
C. % Recovery CaCO3
% Recovery CaCO3
=
=
Rker ing
Rbasah
×100%
0,9900 g
1,0100 g
×100%
= 98,0198 %
Stage 6:
Diketahui
: V2
= 10 mL
N1
= 0,5 N
V1
= 11 mL
E5(H2O)
= 299,6229 g
ρH2O
= 0.9944 g/mL
Vekstrak
= 315 mL
ρekstrak
= 1,0272 g/mL
R6
= 16,31 g
Rbasah
= 1,1500 g
Rkering
= 0,9400 g
Berat (H2O)
= 0,2100 g
F(H2O)
= 2,2075 g
A. Analisa Ekstrak
Perhitungan Konsentrasi NaOH
Konsentrasi NaOH (N2)
=
=
V1 ×N1
V2
11 mL×0,5 N
10 mL
= 0,55 N
Berat Ekstrak (E6)
= Vekstrak × ρekstrak
= 315 mL × 1,0272 g/mL
= 323,5793 g
R6(H2O)
=R
R6
basah
=
× Berat H2O dalam rafinat
16,31 g
1,1500 g
× 0,2100 g
= 2,9783 g
Neraca Massa
E5(H2O) + F(H2O)
= E6(H2O) + R6(H2O)
E6(H2O)
= E5(H2O) + F(H2O) – R6(H2O)
= 299,6229 g + 2,2075 g – 2,9783 g
= 298,8520 g
Berat NaOH dalam Ekstrak
E6(NaOH)
= E6 - E6(H2O)
= 323,5793 g – 298,8520 g
= 24,7273 g
Fraksi Berat NaOH dalam Ekstrak
X6 (NaOH)
=
=
E6 (NaOH)
E6
24,7273g
323,5793 g
= 0,0764
B. Analisa Rafinat
Berat CaCO3 dalam Rafinat
R6(CaCO3)
= R6 – R6(H2O)
= 16,31 g – 2,9783 g
= 13,3316 g
Fraksi Berat CaCO3dalam Rafinat
X6 (CaCO3)
=
=
R6 (CaCO3)
R6
13,3316 g
16,31 g
= 0,8173
C. % Recovery CaCO3
=
% Recovery CaCO3
=
Rkering
Rbasah
×100%
0,9400 g
×100%
1,1500 g
= 81,7391 %
Stage 7:
R5
P7
7
E7
R7
Diketahui
: Vp
= 300 mL
ρH2O
= 0,9944 g/mL
R7
= 11,16 g
Rbasah
= 1,2427 g
Rkering
= 1,0882 g
Berat (H2O)
= 0,1545 g
R5(H2O)
= 0,1707 g
A. Analisa Ekstrak
P7 (H2O)
= Vp × ρH2 O
= 300 mL × 0,9944 g/mL
= 298,32 g
R7(H2O)
=
=
R7
Rbasah
× Berat H2 O dalam rafinat
11,16 g
× 0,1545 g
1,2427 g
= 1,3874 g
Neraca Massa
P7 (H2O) + R5 (H2O) = E7(H2O) + R7(H2O)
E7(H2O)
= P7 (H2O) + R5 (H2O) – R7(H2O)
= 298,32 g + 0,1707 g – 1,3874 g
= 297,1033 g
B. Analisa Rafinat
Berat CaCO3dalam Rafinat
R7(CaCO3)
= R7 – R7(H2O)
= 11,16 g – 1,3847 g
= 9,7753 g
Fraksi Berat CaCO3dalam Rafinat
X7 (CaCO3)
=
=
R7 (CaCO3)
R7
9,7753 g
11,16 g
= 0,8759
C. % Recovery CaCO3
% Recovery CaCO3
=
=
Rkering
Rbasah
×100%
1,0822 g
1,2427 g
×100%
= 87,0845 %
Stage 8 :
R6
E7(H2O)
8
E8
R8
Diketahui
: E7(H2O)
= 297,1033 g
R8
= 16,7 g
Rbasah
= 1,0211 g
Rkering
= 0,7525 g
Berat (H2O)
= 0,2686 g
R6(H2O)
= 2,9783 g
A. Analisa Ekstrak
R8(H2O)
=R
R8
basah
=
×Berat H2 Odalam rafinat
16,7 g
1,0211 g
× 0,2686 g
= 4,3929 g
Neraca Massa
E8 (H2O) + R8 (H2O) = R6(H2O) + E7(H2O)
E8(H2O)
= R6(H2O) + E7(H2O) – R8(H2O)
= 2,9783 g + 297,1033 g – 4,3929 g
= 295,6887 g
B. Analisa Rafinat
Berat CaCO3 dalam Rafinat
R8(CaCO3)
= R8 – R8(H2O)
= 16,7 g – 4,3929 g
= 12,3071 g
Fraksi Berat CaCO3 dalam Rafinat
X8 (CaCO3)
=
=
R8 (CaCO3)
R8
12,3071 g
16,7 g
= 0,7369
C. % Recovery CaCO3
% Recovery CaCO3
=
=
Rkering
Rbasah
×100%
0,7525 g
1,0211 g
×100%
= 73,6950 %
Stage 9:
F
9
E8(H2O)
E9
R9
Diketahui :
V2
: 10 ml
V1
: 13,8 ml
N1
: 0,5 N
ρH2O
: 0,9944 g/mL
v ekstrak
: 280 mL
berat H2O
: 0,2815 g
ρekstrak
: 1,0348 g/mL
R9
: 17,98 g
R basah
: 1,1039 g
R kering
: 0,8224 g
F (H2O)
: 2,2075 g
E8 (H2O)
: 295,6887 g
Dijawab
A. Analisa Ekstrak
Perhitungan Konsentrasi NaOH
=
Konsentrasi NaOH (N2)
=
V1 ×N1
V2
13,8 mL ×0,5 N
10 mL
= 0,69 N
Berat Ekstrak (E9)
= Vekstrak × ρekstrak
= 280 mL × 1,0348 g/mL
= 289,7362 g
R9(H2O)
=R
R9
basah
=
× Berat H2 O dalam rafinat
17,98 g
1,1039 g
× 0,2815 g
= 4,5849 g
Neraca Massa
E8(H2O) + F(H2O)
= E9(H2O) + R9(H2O)
E9(H2O)
= E8(H2O) + F(H2O) – R9(H2O)
= 295,6887 g + 2,2075 g – 4,5849 g
= 293,3113 g
Berat NaOH dalam Ekstrak
E9(NaOH)
= E9 - E9(H2O)
= 289,7362 g – 293,3113 g
= -3,5751 g
Fraksi Berat NaOH dalam Ekstrak
X9 (NaOH)
=
=
E9 (NaOH)
E9
-3,5751g
289,7362 g
= -0,0123
B. Analisa Rafinat
Berat CaCO3 dalam Rafinat
R9(CaCO3)
= R9 – R9(H2O)
= 17,98 g – 4,5849 g
= 13,3951 g
Fraksi Berat CaCO3dalam Ekstrak
X9 (CaCO3)
=
=
R9 (CaCO3)
R9
13,3951 g
17,98 g
= 0,7449
C. % Recovery CaCO3
% Recovery CaCO3
=
=
Rkering
Rbasah
×100%
0,8224 g
1,1039 g
×100%
= 74,4995 %