Academia.eduAcademia.edu

KIAT MENINGKATKAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI

2021, SITI JULAEHA, S.Pd, Dkk

Bahasa merupakan alat berkomunikasi, dapat digunakan untuk berpikir,dan mengekspresikan perasaan. Melalui bahasa dapat menerima pikiran dan perasaan orang lain. Perkembangan bahasa dimulai sejak bayi dan mengandalkan perannya pada pengalaman ,penguasaan, dan pertumbuhan bahasa. Kemampuan berbahasa bagi Anak Usia Dini bertujuan agar anak mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya.Konteks pengembangan bahasa meliputi: mendengarkan,berbicara,membaca,dan menulis dini Cara komunikasi dan kemampuan anak dalam menyampaikan dan memahami bahasa, berbeda-beda disetiap fase usia. Seiring dengan bertambahnya usia anak, perkembangan yang dinamis juga terjadi pada kemampuan mereka berkomunikasi dan berbahasa. Perkembangan kemampuan berbahasa bagi anak usia dini merupakan hal yang penting bagi anak, karena kemampuan berbahasa sangat berpengaruh terhadap perkembangan lainnya. Setiap anak memiliki kemampuan berbahasa yang berbeda, tidak semua anak mampu berbahasa sesuai kriteria usia yang sudah ditentukan dalam tahapan perkembangan bahasa anak. Komunikasi efektif dengan anak merupakan hal penting yang harus dipahami orang tua ataupun guru. Beberapa alternative metode yang cocok digunakan untuk pengenalan bahasa pada anak usia dini diantaranya adalah sebagai berikut: Bantu dengan gerakan tubuh, bercerita, bercakap-cakap, bernyanyi, bermain telpon-telponan, hentikan bicara dengan bahasa bayi.

KIAT MENINGKATKAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI SITI JULAEHA, S.Pd TENI KANIAWATI, S.Pd INA LASDIANA, S.Pd.I Penerbit KIAT MENINGKATKAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI SITI JULAEHA, S.Pd, Dkk Copyright © 2021 by Nurani Hati Institute Diterbitkan oleh: Yayasan Nurani Hati Institute Alamat: Jl Duren No 5 - Depok ig: @Penerbitnhi Penyunting: Rober Bastian Layout: Jaka Sandara Desain Cover: Jaka Sandara Pendamping dari Nurani Hati Institute: Ade E Sumengkar, Abdul Khlos, Indah Sulistyowati Terbit:2021 ISBN: 978-623-933-219-8 Hak Cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dengan bentuk dan cara apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit. ii | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk Kata Pengantar Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena buku ini telah selesai disusun. Buku ini disusun agar dapat membantu orang tua atau guru dalam meningkatkan kemampuan bahasa anak usia dini. Kami sampaikan terimakasih kepada: 1. NURANI HATI INSTITUTE dan KEMENDIKBUD RISTEK yang telah menyelenggarakan Program Organisasi Penggerak (POP) Tahun 2021. 2. BAPAK DR (C) ADE ENGKAR SUMENGKAR S.PD., MM., selaku Ketua Yayasan NURANI HATI INSTITUTE. 3. IBU INDAH SULISTYOWATI CHt, CH sebagai pembimbing peserta dalam cara pengendalian pikiran. 4. BAPAK ABDUL KHOLIS sebagai pembimbing dalam penyusunan Buku sebagai tugas literasi Program Organisasi Penggerak (POP) Tahun 2021. Nurani Hati Institute | iii 5. Rekan-rekan Peserta Program Organisasi Penggerak (POP) Tahun 2021 yang selalu saling mendukung dalam kegiatan ini. Penulis pun menyadari jika didalam penyusunan buku ini mempunyai kekurangan, namun penulis meyakini sepenuhnya bahwa sekecil apapun buku ini tetap akan memberikan sebuah manfaat bagi pembaca. Akhir kata untuk menyempurnakan buku ini, maka kritik dan saran dari pembaca sangatlah berguna untuk penulis kedepannya. Garut, November 2021 Penulis iv | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk DAFTAR ISI KATA PENGANTAR - iii BAB I PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI - 1 A. Pengertian Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini --1 B. Pengertian Perkembangan Bahasa Menurut Para Ahli-- 2 C. Hakikat Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini --- 8 D. Karakteristik Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini -- 13 E. Ciri-ciri dan Tahapan Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini --- 18 BAB II FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI - 24 A. Gangguan Pendengaran / Tuna rungu --- 26 B. Pola Asuh Orang Tua --- 29 C. Masalah Ekonomi Keluarga --- 34 D. Tidak Pandai Dalam Bersosialisasi --- 35 E. Gangguan Psikologis --- 36 BAB III MEDIA DAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE) UNTUK MERANGSANG PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI - 39 A. Pengertian Media dan Alat Permainan Edukatif --39 B. Macam-macam Permainan Edukatif Untuk Melatih perkembangan Bahasa Anak Usia dini --- 43 BAB IV METODE UNTUK MENONGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA ANAK USIA DINI - 69 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN - 94 A. Kesimpulan --- 94 B. Saran --- 96 DAFTAR PUSTAKA - 99 Nurani Hati Institute | v BAB I PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI A. PENGERTIAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI Perkembangan bahasa anak usia dini adalah salah satu aspek dari tahapan perkembangan anak yang di ekspresikan melalui pemikiran anak dengan menggunakan kata-kata yang ditandai meningkatnya kemampuan dan kreativitas anak sesuai tahap perkembangannya. Bahasa dapat merupakan digunakan alat berkomunikasi, untuk berpikir,dan mengekspresikan perasaan. Melalui bahasa dapat menerima pikiran dan perasaan orang lain. Perkembangan bahasa dimulai sejak bayi dan mengandalkan perannya pada pengalaman, penguasaan, dan pertumbuhan bahasa. Nurani Hati Institute | 1 Kemampuan berbahasa bagi Anak Usia Dini bertujuan agar anak mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya. Konteks pengembangan bahasa meliputi: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis dini. B. PENGERTIAN PERKEMBANGAN BAHASA MENURUT PARA AHLI Kita semua menyadari bahwa bahasa merupakan suatu hal yang penting. Tanpa Bahasa seseorang tidak akan dapat berkomunikasi dengan orang lain. Berkomunikasi sebagai kebutuhan dasar bagi setiap anak karena merupakan makhluk sosial yang berhubungan dengan orang lain, anak selalu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial. Anak dapat mengekspresikan pikirannya menggunakan bahasa, sehingga orang lain dapat menangkap apa yang dipikirkan oleh anak. Melalui berbahasa, komunikasi antar anak dapat terjalin dengan baik sehingga anak dapat membangun hubungan. 2 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk Sebelum anak belajar pengetahuan- pengetahuan lain, dia perlu menggunakan bahasa agar dapat memahami dengan baik. Anak dapat mengembangkan kemampuannya dalam bidang pengucapan bunyi, menulis, membaca yang sangat mendukung kemampuan keaksaraan di tingkat yang lebih tinggi. Berikut ini merupakanteori perkembangan Bahasa menurut para ahli. a. Teori Nativis Teori ini berpandangan bahwa ada unsur keterkaitan yang erat antara faktor biologis kemampuan bawaan sejak lahir, selanjutnya belajar bahasa tidak dipengaruhi oleh intelegensi maupun pengalaman individu. Perkembangan Bahasa menurut Noam Chomsky (1974), Ia berpendapat bahwa penguasaan bahasa pada anak-anak bersifat alamiah atau nature. pandangan ini tidak berpendapat bahwa lingkungan punya pengaruh dalam pemerolehan bahasa, melainkan menganggap bahwa bahasa merupakan Nurani Hati Institute | 3 pemberian biologis, sejalan dengan terbukanya kemampuan lingual yang secara genetis telah di programkan. Menurut Lenneberg, mengemukakan bahwa kemampuan bahasa adalah kemampuan yang dimiliki pengetahuan seseorang berdasarkan awal yang diperoleh secara biologis (Yusuf,2016). Mc. Neil (Brown,1980:22) mendeskripsikan bahwa Linguage Acquisition Device (LAD) itu terdiri atas empat bakat bahasa,yakni 1) Kemampuan untuk membedakan bunyi bahasa dengan bunyi-bunyi yang lain. 2) Kemampuan mengorganisasikan peristiwa bahasa ke dalam variasi yang beragam. 3) Pengetahuan adanya sistem bahasa tertentu yang mungkin dan sistem yang lain yang tidak mungkin. 4) Kemampuan untuk mengevaluasi sistem perkembangan bahasa yang membentuk sistem yang mungkin dengan cara yang 4 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk paling sederhana dari data kebahahasaan yang diperoleh. b. Teori Kognitivisme Teori ini beranggapan bahwa berpikir sebagai prasyarat berbahasa, terus berkembang sebagai hasil dari pengalaman dan penalaran.Menurut aliran ini kita belajar disebabkan oleh kemampuan kita menafsirkan peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam lingkungan. Berikut pendapat dari tokoh yang menganut teori kognitif : Vygotsky bahwa (Hidayat,2014)berpendapat adanya satu tahap perkembangan bahasa sebelum adanya pikiran, dan satu tahap perkembangan berpikir sebelum adanya bahasa. Kemudian, tahap tersebut bertemu dan terjadilah secara serentak pikiran berbahasa dan bahasa berpikir. Piaget, mengemukakan bahwa perkembangan bahasa adalah hasil hubungan yang erat antara anak dan lingkungannya Nurani Hati Institute | 5 ditambah dengan interaksi komplementer antara perkembangan kapasitas kognitif dan bahwa anak pengalaman bahasa anak. Brunner, menyatakan belajar dari yang konkret ke abstrak melalui tiga tahapan yaitu; 1) Anactive: anak berinteraksi dengan objek berupa benda-benda,orang dan kejadian, dari kejadian itu anak belajar nama dan merekam symbol dan kejadian. 2) Iconic: anak mulai belajar mengembang symbol dengan benda. 3) Symbolic:anak mengembangkan konsep. Pada tahap ini anak mulai belajar berpikir abstrak, anak mampu menghubungkan berkaitan antara benda, orang atau objek dalam suatu urutan kejadian.Khadijah (2006). Laughlin dalam Elizabeth menyatakan (1983:54), berpendapat bahwa dalam belajar Bahasa seorang anak perlu proses pengendalian dan lingkungan. Pendekatan kognitif dalam belajar Bahasa lebih 6 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk menekankan pemahaman, dan memandang anak sebagai seseorang yang berperan aktif dalam proses belajar bahasa. c. Teori Behavioristik Teori behavioristik mengatakan bahwa pemerolehan bahasa melalui perilaku verbal, yaitu dengan adanya stimulus lalu kemudian direspon dan kemudian pada akhirnya menimbulkan bahasa. Jadi seseorang berdasar output Bahasa,lalu memprosesnya dengan memberi makna dan pada akhirnya melahirkan Bahasa sebagai output. Berikut pendapat mengenai perkembangan bahasa anak menurut para tokoh yang beraliran teori behavioristik : Skinner (1904-1990) mengungkapkan bahwa manusia pertama kali memperoleh bahasanya melalui 3 hal ( Stimulus, Respon, Reward). Berbicara dan memahami bahasa diperoleh melalui rangsangan lingkungan.Skinner yakin bahwa perilaku verbal Nurani Hati Institute | 7 adalah perilaku yang dikehendaki adalah perilaku yang dikendalikan oleh akibatnya. Bandura, menyatakan perkembangan bahasa dapat dikembangkan melalui tiruan atau imitasi dari orang lain. Bandura juga berpendapat bahwa anak belajar bahasa dengan menirukan dengan melakukan imitasi atau menirukan suatu model. C. HAKIKAT PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI Hakikat perkembangan Bahasa pada anak usia dini adalah perubahan sistem lambang bunyi yang berpengaruh terhadap kemampuan berbicara anak usia dini. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan seseorang dalam pergaulannya sehari-hari. Pada kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) bahasa diartikan sebagai sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Bahasa juga diartikan sebagai percakapan atau perkataan yang baik. 8 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk Penggunaan bahasa menjadi efektif sejak seorang individu memerlukan berkomunikasi dengan orang lain. Sejalan dengan hal tersebut, Sunarto dan Hartono (2008:136) menyatakan bahwa sejak seorang bayi mulai berkomuniksai dengan orang lain, maka sejak itu pula bahasa diperlukan. Semakin bayi itu tumbuh dan berkembang serta mulai mampu memahami lingkungan, maka bahasa mulai berkembang dari tingkat yang sangat sederhana menuju ke bahasa yang kompleks. Melalui kemampuan berbicara, anak usia dini bisa mengidentifikasi dirinya, serta berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain. Menurut Wiyani (2014:97) setidaknya ada tiga fungsi bahasa bagi anak usia dini sebagai berikut. 1) Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan anak Bahasa merupakan simbol yang digunakan oleh anak untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Hasil dari aktivitas berfikir anak akan diekspresikan dengan bahasa, dan berbagai perasaan yang melingkupi anak akan ditampilkan Nurani Hati Institute | 9 dengan kemampuan berbahasanya pula. Hal itu menegaskan jika aspek berbahasa pada anak usia dini juga berhubungan dengan aspek kognitif dan aspek emosi. 2) Bahasa merupakan alat untuk menjalin komunikasi anak dengan orang lain Sejak berkomunikasi dilahirkan dengan anak orang sudah lain bisa meskipun dengan bahasa yang sangat sederhana, yaitu berupa tangisan. Pada saat bayi merasa lapar, ia akan menangis agar ibunya menyusuinya. Pada saat bayi merasa takut atau tidak nyaman, ia juga akan menangis agar ibunya menggendongnya. 3) Bahasa merupakan alat yang digunakan oleh anak untuk hidup bersama dengan orang lain di sekitarnya. Tidak ada seorang manusiapun yang bisa hidup sendirian. Selain sebagai makhlukindividu, manusia merupakan makhluk sosial yang sering diistilahkan dengan makhluk mono-dualis. Seorang individu membutuhkan bantuan individu lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan 10 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk hidupnya. Anak juga membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk kepentingan tersebut, maka anak harus hidup bersama dengan orang lain di sekitarnya. Dalam kebersamaan tersebut anak menjalin kerjasama di mana sukses atau tidaknya kerjasama diantara mereka dipengaruhi oleh bahasa yang digunakannya. Tentu dapatlah dibayangkan apa yang akan terjadi jika seorang individu tidak pandai dalam berbahasa, khususnya dalam berbicara. Menurut penelitian (dalam Wiyani, 2014:98) terdapat empat aspek bahasa yang harus dikuasai untuk dapat berkomunikasi dengan efektif, yaitu fonologi, semantik, sintaksis Fonologi merupakan dan pragmatik. pengetahuan mengenai sistem suara yang dipergunakan dalam bahasa dan merupakan aturan untuk mengkombinasikan suara-suara tersebut. Semantik adalah pemahaman tentang unit dasar bahasa (morfem) yang merepresentasikan arti kata dan arti kalimat. Sintaksis merupakan aturan untuk mengkombinasikan kata-kata menjadi frasa Nurani Hati Institute | 11 atau kalimat yang berarti. Sedangkan pragmatik merupakan prinsip bagaimana bahasa dipergunakan dalam situasi sosial yang berbedabeda. Sebelum dapat berbicara umumnya seorang anak memiliki perilaku untuk mengeluarkan suarasuara yang bersifat sederhana lalu berkembang secara kompleks dan mengandung arti. Misalnya seorang anak menangis (crying), mendengkur (cooing), mengoceh (babling), lalu ia akan dapat menirukan berbagai kata yang didengar dari orang tua (lingkungannya) seperti kata mama, papa, makan, minum, dan sebagainya. Kemampuan mengeluarkan suara seperti menangis, mendengkur, mengoceh, meniru kata-kata sebelum anak dapat berbicara dengan jelas artinya disebut dengan pre-linguistic speech. Seiring dengan bertambahnya usia anak, kemampuan berbicara mereka akan berkembang. Untuk mengoptimalkan perkembangan bahasa tersebut maka diperlukan pemberian stimulas berupa pembelajaran bahasa bagi anak usia dini, 12 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk terlebih lagi belajar bahasa yang sangat krusial terjadi sebelum anak berusia 6 tahun. D. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI Cara komunikasi dan kemampuan anak dalam menyampaikan dan memahami bahasa, berbedabeda disetiap fase usia. Seiring dengan bertambahnya usia anak, perkembangan yang dinamis juga terjadi pada kemampuan mereka berkomunikasi dan berbahasa. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memahami hal ini agar tidak terjadi miskomunikasi dengan buah hati. Meskipun begitu, komunikasi dengan anak usia dini lebih mudah daripada ketika mereka sudah beranjak remaja. Namun,hal ini tidak mengurangi urgensi mengenali karakteristik bahasa anak agar orang tua bisa mengefektifkan interaksinya dengan si kecil. Komunikasi efektif dengan anak merupakan hal penting yang harus dipahami orang tua.Tak jarang kita mendengar masalah hubungan orang tua dan anak berpangkal dari miskomunikasi.Kendati Nurani Hati Institute | 13 orang tua pada umumnya mengharapkan hal yang terbaik bagi anaknya, niat yang tulus saja belum cukup.Sebab, orang tua perlu mengomunikasikan pesan itu secara tepat pula. Dilansir dari laman Sahabat Keluarga Kemendikbud, berikut ini kategorisasi karakteristik bahasa anak usia dini. 1) Bayi Usia 0-1 Tahun Pada rentang usia 0-1 tahun, bayi masih mengeluarkan suara atau bunyi-bunyian yang belum berbentuk bahasa dan tidak bisa dipahami orang dewasa. Kendati demikian, anak usia 0-1 tahun amat senang meniru suara atau bunyi-bunyian dari orang yang mengajaknya bicara. Kerap kali, ia akan tersenyum atau matanya melebar bila diajak bicara. Di rentang usia usia 0-1 tahun juga, ia mulai dapat melafalkan kata-kata sederhana seperti: "ibu", "mama", "bapa", dan lain sebagainya. Menjelang berusia satu tahun, anak biasanya mulai mengetahui sedikitnya 20 kata sederhana, dan terus meningkat seiring dengan bertambahnya usia si kecil. 14 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk 2) Balita Usia 1-3 Tahun Setelah melewati usia satu tahun, cara bicara anak sudah berkembang. Meskipun belum jelas, tapi ia sudah bisa ditangkap maknanya. Balita bisa saja menyebut "susu" menjadi "tutu" atau "mobil" menjadi "mbil", dan lain sebagainya. Anak juga mulai menggunakan mimik wajah dan gerakan tubuh saat berbicara, misalnya melotot saat marah atau menunjuk barang yang diinginkan. Anak usia 1-3 tahun juga biasa menggunakan gerakan tubuh untuk menjelaskan keinginannya. Di rentang usia 1-3 tahun, anak pun mulai menanyakan namanama benda, misalnya dengan cara mengatakan: “Apa itu?” Ketika bertemu hal-hal baru, ia akan menanyakan: "Apa ini?" Anak juga akan mulai mengetahui nama-nama benda di sekitarnya dan menguasai beberapa kata kerja yang sederhana. 3) Anak Usia 3-6 Tahun Ketika beranjak ke usia tiga tahun, cara berbicara anak sudah semakin jelas dan dapat dipahami orang lain. Anak usia 3-6 tahun pun bisa menyampaikan maksud, keinginan, dan mengutarakan perasaannya Nurani Hati Institute | 15 kepada orang lain. Di usia ini, anak mulai lancar pula berbicara dalam kalimat terdiri dari tiga kata, misalnya: “Adek mau minum” atau "Dede pengen pipis", dan terus berkembang seiring bertambahnya usia. Kosa kata anak juga sudah bertambah banyak.Jika demikian, anak mulai banyak bertanya sebab-akibat atau kausalitas. Misalnya, pertanyaan: “Kenapa daun warnanya hijau?” dan lain sebagainya. Jika ia merasa mengetahui sesuatu, ia pun akan menjawab pertanyaan sederhana yang diajukan komunikasi dengan kepadanya. Bagaimana cara anak usia dini? Dikutip dari Komunikasi Efektif dengan Anak Usia Dini (2018: 17-19) yang diterbitkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, orang tua dapat menerapkan tipstips sebagaimana diperinci di bawah ini. Pertama, bagi bayi usia 0-3 tahun, orang tua mesti sering mengajak anak berbicara untuk menstimulasi kemampuan bahasanya. Orang tua juga dapat membangun kedekatan dengan menatap mata anak saat berbicara 16 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk dengannya.Kemudian, lakukan pengulangan kalimat agar anak dapat memahami atau menirukan kosa kata baru yang ia dengar. Orang tua juga sebaiknya tersenyum dan menampilkan mimik menyenangkan ketika berbicara dengan anak. Kedua, bagi balita usia 1-3 tahun, orang tua mesti menyimak dengan baik saat anak berbicara. Jangan potong kalimat anak, serta beri ia kesempatan untuk menyelesaikan bicaranya. Jika orang tua ingin mengoreksi dan mengajari anak, contohkan kata dan kalimat dengan benar, terutama saat mengenalkan nama-nama benda, situasi, dan keterangan di lingkungan anak. Ketiga, bagi anak usia 3-6 tahun, orang tua perlu menstimulasi kemampuan bahasa anak dengan memberi kesempatan si kecil untuk bercerita. Di rentang usia ini, orang tua juga dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan agar cerita yang disampaikan oleh menjadi jelas, lengkap, dan bisa dipahami. Jika anak bertanya, jawab pertanyaan-pertanyaan mereka.Bila tidak Nurani Hati Institute | 17 tahu, orang tua dan anak dapat saling mencari tahu jawabannya di buku dan kamudian menerangkannya kepada anak. E. CIRI-CIRI DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI Perkembangan bahasa pada anak biasanya terjadi melalui beberapa tahapan, sangat jarang yang terjadi sekaligus.Adapun tahapan tersebut terjadi dengan sekuensial.Pada urutan yang dasarnya, konsisten anak tidak atau butuh pembelajaran bahasa secara eksplisit.Artinya Anda tidak perlu mengajarkan anak mengatakan ibu seperti guru mengajari muridnya. Mengutip dari Children Development, ada 4 bagian dalam bahasa yaitu 1) Fonologi: Bunyi atau nada pada Bahasa. 2) Semantik: mengandung kata kerja dan mampu menggambarkan konsep melalui kata-kata. 2) Tata Bahasa, aturan subjek, predikat, dan objek di posisikan ke dalam suatu kalimat. 3) Pragmatis: aturan untuk komunikasi yang efektif dan sopan. 18 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk Pembelajaran mengenai bahasa terutama di awal kehidupan anak terjadi secara natural.Hal inilah yang membuat perkembangan bahasa pada anak sangat mengesankan.Lalu dari mana anak akan belajar bahasanya? Biasanya anak akan belajar bahasa dari orang-orang di sekitarnya yang bicara atau mengajak mereka berkomunikasi. Meski bisa belajar dengan natural, akan tetapi tetap ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan bicara pada anak baik faktor internal maupun faktor eksternal. Artinya, secara genetik anak memiliki cara sendiri untuk mempelajari dan memahami sebanyak mungkin bahasa yang didengar dari lingkungannya. Ketika seorang anak tumbuh di lingkungan dengan interaksi sosial yang tinggi, maka kemungkinan perkembangan bahasa anak usia dini berjalan lancar dan baik. Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai tahapan perkembangan bahasa pada anak, mari kita coba mencari tahu terlebih dahulu mengenai ciri perkembangan bahasa pada anak. Nurani Hati Institute | 19 Anak yang mengalami perkembangan bahasa akan dimulai dari kemampuan untuk mengucapkan kalimat sederhana hingga kalimat yang kompleks.Selain itu, proses perkembangan bahasa yang baik ditandai dengan kemampuan anak mengucapkan dan menggunakan bahasa tepat sasaran.Bukan hanya itu, mereka juga bisa menggunakan gestur serta ekspresi yang tepat dalam pengelolaan bahasanya. Pada tahap selanjutnya, anak-anak memiliki setidaknya 2500 kata untuk berkomunikasi seharihari dengan orang di sekitar.Ini merupakan pertanda bahwasanya mereka sudah berkembang dengan maksimal, bentuk komunikasi yang ditunjukkan juga sudah mirip orang dewasa.Selain itu, ciri-ciri lain dari kemampuan bahasa anak yang berkembang maksimal adalah mampu menggunakan kata sesuai situasinya. Kebanyakan orang tua cenderung tidak sabar ketika menunggu momen dimana anak bisa berkomunikasi.Nah, supaya tidak salah menilai perkembangan mereka sebaiknya pahami terlebih dahulu tahapan-tahapan bahasa pada anak. 20 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk Secara umum, perkembangan bahasa anak dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap pralinguistik dan linguistik. Tahap pralinguistik, akan dialami pada fase bayi. Pada tahapan ini, Bahasa bayi berupa simbol-simbol ekspresi tertentu seperti, menangis, menjerit, dan juga tertawa.Berbagai ekspresi tersebut merupakan bentuk komunikasi bayi dalam menyampaikan perasaannya mulai dari senang, sedih, nyaman, atau takut. Seiring berjalannya waktu, tahapan tersebut akan meningkat perlahan menjadi komunikasi ke arah verbal. Komunikasi verbal pada tahapan ini masih dalam bentuk sederhana seperti mengoceh dengan kalimat yang belum begitu jelas. Tahap linguistik, Pada tahapan ini anak sudah dapat melakukan komunikasi verbaldalam bentuk kata-kata yang dapat dimengerti.Pada tahapan ini pula, anak-anak dapat menyusn kata dan menyampaikan komunikasinya dalam sebuah kalimat seperti orang dewasa. Nurani Hati Institute | 21 Secara lebih rinci, tahapan perkembangan bahasa anak usia dini dapat dikategorikan sebagai berikut: 1) Tahapan usia 0 –12 bulan Pada usia ini, sebagian besar bayi berada pada tahap pralinguistik. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pada tahapan ini bayi akan lebih banyak menunjukan komunikasinya dalam bentuk simbol-simbol ekspresi. Pada fase ini pula, bayi sudah mampu merespon suara, babbling (mengulang konsonan dan vocal), memahami perintah verbal, serta menunjuk arah. 2) Tahapan usia 1 – 3 tahun Pada usia ini, anak sudah mulai menunjukkan peningkatan Bahasa. Jika pada tahun pertama anak sudah dapat mulai memahamu intruksi dan mengucap satu kata, maka di tahuh kedua dan ketiga. Anak sudah mulai mengenal dan belajar mengucapkan kata-kata sederhana meskipun pengucapannya belum begitu sempurna. 22 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk 3) Tahapan usia 3 – 5 tahun Pada tahapan usia ini, anak sudah mampu menyusun kata dan menyampaikan komunikasinya dalam sebuah kalimat seperti orang dewasa. Ia sudah mampu mengenalkata kerja dan kata ganti, ia juga dapat menyampaikan keinginannya dalam bentuk kalimat. Tak hanya bisa menyampaikan keinginannya, pada tahap usia ini anak juga sudah mampu melontarkan pertanyaan, protes, penolakan, ataupun menyampaikan perasaan. Nurani Hati Institute | 23 BAB II FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI P erkembangan kemampuan berbahasa bagi anak usia dini merupakan hal yang penting bagi anak, karena kemampuan berbahasa sangat berpengaruh perkembangan lainnya. terhadap Setiap anak memiliki kemampuan berbahasa yang berbeda, tidak semua anak mampu berbahasa sesuai kriteria usia yang sudah ditentukan dalam tahapan perkembangan bahasa anak. Beberapa anak bahkan mengalami hambatan dalam mengembangkan perkembangan bahasanya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor dari pengaruh luar atau bahkan dari diri anak itu sendiri. Bila terjadi gangguan yang menyebabkan anak terlambat perkembangan bahasanya maka orang tua 24 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk perlu mendeteksinya sejak dini. Sebab bila terlambat akan mengakibatkan gangguan yang yang lebih berat “Untuk itu kita perlu mengetahui, di usia berapa anak mulai bisa bergumam, merespon, mengucapkan kata, dan seterusnya,” ujar dr Widodo Judarwanto,SpA di acara hasil kerjasama dengan nakita dengan PT Endrass Perdana Film. (Kompas.com sabtu,20 februari 2020 08:29). Penyebab keterlambatan berbahasa pada anak sangat beragam dengan factor penyebab yang berbeda pula, hal ini bisa disebabkan oleh faktor dari dalam diri anak itu sendiri yang sebagian besar diakibatkan karena gangguan pendengaran, stimulus yang kurang, retardasi mental atau bisa juga adanya gangguan saat kehamilan ibu. Selain dari faktor bawaan anak, bisa juga diakibatkan karena pengaruh dari pola asuh dan lingkungan, baik dari lingkungan awal anak yaitu keluarga atau pola asuh orang tua maupun dari lingkungan sekitar. Berikut ini merupakan faktor-faktor yang menghambat perkembangan Bahasa anak usia dini, yaitu: Nurani Hati Institute | 25 A. GANGGUAN PENDENGARAN / TUNA RUNGU Anak tuna mengalami rungu gangguan mengakibatkan adalah pada anak yang pendengarannya, ketidakmampuan mendengar. Sehingga mengalami hambatan dalam memproses informasi bahasa melalui pendengarannya. Gangguan pada organ pendengaran bisa terjadi pada telinga luar, telinga tengah maupun bagian dalam. Letak gangguan secara anatomis tersebut mengklasifikasikan tunarungu menjadi tipe konduktif, sensorineural, dan campuran. Tuna rungu tipe konduktif, diakibatkan adanya gangguan pada telinga luar dan tengah, sedangkan tuna rungu sensorineural diakibatkan gangguan pada telinga bagian dalam serta syaraf pendengaran. Adapun tunarungu campuran merupakan perpaduan antara konduktid dan sensorineural. Ketunarunguan dapat terjadi pada masa prabahasa dan paska bahasa. Ketunarunguan prabahasa (prelingual deafness), merupakan kehilangan pendengaran yang terjadi sebelum kemampuan bicara dan Bahasa berkembang. Sedangkan ketunarunguan pasca Bahasa (post 26 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk lingual deafness) merupakan kehilangan pendengaran yang terjadi setelah berkembangnya kemampuan bicara dan Bahasa secara spontan (Kirk & Gallagrer,1989:301-302). Dampak langsung dari ketunarunguan adalah terhambatnya komunikasi verbal / lisan, baik secara eksprensif (berbicara) maupun reseptif (memahami pembicaraan orang lain), sehingga sulit berkomunikasi dengan lingkungan orang mendengar yang lazim menggunakan Bahasa verbal sebagai alat komunikasi. Hambatan dalam berkomunikasi hambatan tersebut, dalam berakibat proses juga pada pendidikan dan pembelajaran anak tuna rungu. Namun demikian anak tuna rungu memiliki potensi untuk belajar berbicara dengan berbahasa. Oleh karena itu anak tuna rungu memerlukan layanan khusus untuk mengembangkan kemampuan berbahasa dan berbicara, sehingga dapat meminimalisasi dampak dari ketunarunguan yang alaminya. Ketunarunguan bukan hanya mengakibatkan tidak berkembangnya kemampuan berbicara, lebih dari itu dampak paling besar adalah terbatasnya Nurani Hati Institute | 27 kemampuan berbahasa Uden;1977;Meadow,1980), Leigh (Van (1994;dalam Bunawan,2004) mengemukakan bahwa masalah utama kaum tuna rungu bukan terletak pada tidak dikuasainya sarana komunikasi lisan, melainkan akibat hal tersebut terhadap perkembangan kemampuan berbahasanya secara keseluruhan yaitu mereka tidak atau kurang mampu dalam memahami lambing dan aturan bahasa. Secara lebih spesifik, mereka tidak mengenal atau mengerti lambing / kode atau ‘nama’ yang digunakan lingkungan guna mewakili benda-benda, peristiwa kegiatan, dan perasaan serta tidak memahami aturan / system / tatabahasa. Keadaan ini terutama dialami anak tunarungu yang mengalami ketulian sejak lahir atau usia dini (tuli prabahasa). Terhambatnya kemampuan berbahasa yang dialami anak tunarungu, berimplikasi pada kebutuhan khusus mereka untuk mengembangkan kemampuan berbahasa dengan metode khusus, yang merupakan dasarnya setiap anak tunarungu dapat dikembangkan kemampuan berbahasa dan 28 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk berbicaranya melalui berbagai layanan khusus dan fasilitas khusus yang sesuai dengan kebutuhannya. B. POLA ASUH ORANG TUA Sebelum membahas pola asuh orang tua yang dapat mempengaruhi perkembangan bahasa anak usia dini, terlebih dahulu kita bahas mengenai macam-macam pola asuh orang tua. Setiap orang tua memiliki pola asuh yang berbeda-beda, dengan cara bagaimanapun didikannya, menginginkan orang tujuannya anak tua tetap tumbuh dan memberikan sama yakni berkembang dengan baik. Berikut ini merupakan macam-macam pola asuh orang tua yang dilansir dari artikel (Kompas.com-24/03/2020), yaitu: 1) Pola Asuh Permisif Pola asuh permisif dapat disebut sebagai pola asuh yang toleran atau penuh kesabaran. Ciri-ciri gaya pengasuhan ini adalah memiliki beberapa aturan atau standar perilaku, aturan bisa tidak konsisten, jangan berharap terlalu banyak dari anak, dan terus mengasuh dan Nurani Hati Institute | 29 mencintai anak-anak. Efek dari gaya pengasuhan ini adalah bahwa anak-anak akan kekurangan disiplin diri, memiliki keterampilan sosial yang buruk, akan sangat menuntut dan merasa tidak aman. 2) Pola asuh otoritatif Gaya pengasuhan ini dikenal juga dengan pola asuh demokratis, di mana orangtua dan anak selalu bicara bersama untuk mendapatkan sebuah solusi bagi kedua pihak. Pola asuh seperti ini mendorong anak untuk berani berpendapat dan percaya diri. Anak merasa dihargai, karena orangtua terbuka mendengarkan pendapat anak.Ini juga yang kemudian merekatkan hubungan anak dan orangtua. Orangtua juga bisa mendorong anak untuk disiplin dan mandiri, serta mendidik anak bagaimana membuat pilihan terbaik. Banyak penelitian yang menyebutkan, bahwa tipe pengasuhan otoritatif adalah yang terbaik untuk diterapkan pada anak. 30 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk 3) Pola Asuh Otoriter Gaya pengasuhan ini ditandai dengan aturan orangtua yang kaku dan harapan tinggi untuk diikuti anak tanpa syarat. Karakteristik gaya pengasuhan seperti ini umumnya orangtua memiliki aturan yang ketat, sangat menuntut tetapi tidak responsif, dan tidak memberi anakanak pilihan. Hati-hati, efek dari pola asuh ini dapat membuat anak-anak memiliki perilaku yang lebih agresif di luar rumah, mengalami kesulitan dalam situasi sosial, dan tidak percaya diri di sekitar orang lain. Bahkan, anak-anak yang terpapar gaya pengasuhan beresiko tidak berprestasi disekolah 4) Pola Asuh yang Tidak Terlibat Pola asuh yang tidak terlibat atau pola asuh yang tidak diperhatikan, adalah gaya pengasuhan yang paling berbahaya. Dalam gaya pengasuhan seperti ini, orangtua abai dan tidak memenuhi kebutuhan anak-anak mereka, baik fisik maupun psikis. Orangtua berharap anak-anak bisa membesarkan diri mereka sendiri. Orangtua dengan pola asuh ini Nurani Hati Institute | 31 cenderung hanya sedikit atau sama sekali tidak mengetahui apa yang dilakukan atau diinginkan anak-anak mereka. Sebagian besar kasus ini terjadi, karena kondisi kesehatan mental orangtua atau penyalahgunaan zat. Anak-anak yang terpapar gaya pengasuhan seperti ini tentu tidak merasa bahagia dalam hidup mereka, cenderung tidak berprestasi baik di bidang akademik, dan tidak percaya diri. Pola asuh orang tua dapat mempengaruhi perkembangan bahasa anak, orang tua hendaknya memperhatikan dengan baik. Orang tua harus memberikan pola asuh yang baik pada anak, karena apa yang dilihat anak dalam kehidupan sehari-hari orang tuanya akan menjadi contoh. Perkembangan bahasa anak dimulai dari menyimak, dari menyimak akan berdampak pada keterampilan berbicara. (https://www.kompasiana.com 4 juli 2021). Orang tua adalah tempat pertama anak belajar bahasa. Melalui komunikasi yang terjalin dari semenjak dalam kandungan yaitu melalui rangsangan dengan mengajak bicara janin 32 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk dalam kandungan ibu dengan bahasa kasih dan ketulusan hati, mendengarkan sholawat maupun lagu bersama, membacakan buku cerita, mengajaknya membaca doa, menceritakan kegiatan yang sedang Mama lakukan. Semua kegiatan tersebut dapat mempengaruhi perkembangan bahasa anak setelah lahir ke dunia. Sebaliknya, jika orangtua sering mengabaikan anak dengan tidak mengajaknya berkomunikasi ketika masih dalam kandungan dan tidak memberikan perhatian serta selalu mengabaikan anak yang sedang berbicara maka dapat dipastikan anak akan mengalami keterlambatan dalam kemampuan berbicara dan memahami bahasa. Jarangnya komunikasi orang tua bersama anak berakibat anak kurang mengenal kosakata. Sebagai contoh: Ketika anak membutuhkan sesuatu, orang tua tidak mengerti atau malah menghindari celotehan anak yang menginginkan sesuatu sehingga anak tidak mendapatkan pemahaman mengenai apa yang Nurani Hati Institute | 33 ada disekitarnya. Hal ini akan berdampak pada keterlambatan pengembangan bahasa anak. Selain hal tersebut, ada juga kasus keterlambatan bahasa anak diakibatkan karena kesibukan orang tua yang bekerja sehingga pengasuhan sementara kurang diberikan kepada pengasuh, kecakapan bahasa pengasuh bisa mengembangkan kemampuan bahasa anak yang diasuhnya. C. MASALAH EKONOMI KELUARGA Keadaan ekonomi yang kurang baik membuat setiap keluarga di Indonesia harus membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga tapi istri juga banyak yang bekerja. Perempuan yang pada jaman dahulu hanya berperan sebagai seorang ibu yang mengurus rumah tangga dan anak-anak saja kini mempunyai peran kedua yaitu wanita bekerja. Peningkatan terutama peran karena perempuan peningkatan ini latar pendidikan perempuan sehingga terjadi 34 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk disebabkan belakang peningkatan aspirasi perempuan untuk berperan tidak hanya di rumah tangga tetapi juga di masyarakat. Kondisi seperti diatas sering memicu terjadinya konflik-konflik. Tidak hanya konflik di dalam pekerjaan tetapi juga konflik didalam pribadi dan jika tidak ditangani secara tepat dan bijaksana dapat menimbulkan tekanan jiwa atau stress. Hal itu dapat menimbulkan perhatian dan komunikasi ibu terhadap anak berkurang atau bahkan hilang, sehingga mengakibatkan perkembangan bahasa anak menjadi terhambat. D. TIDAK PANDAI DALAM BERSOSIALISASI Setiap anak tentunya memiliki kepribadian yang berbeda-beda, ada anak yang dengan mudahnya bergaul dengan yang baru, ada juga anak yang cenderung pemalu dan tertutup sehingga sulit bersosialisasi dengan teman sebayanya. Kemampuan bersosialisasi tidak datang secara alami pada semua anak. Butuh beberapa hal yang dapat memicu anak dalam membangun ini. Dalam bersosialisasi atau bergaul, kemampuan yang paling Nurani Hati Institute | 35 penting adalah kemampuan berbahasa agar mampu berkomunikasi baik dalam hal berbicara maupun memahami. Bagi anak yang kemampuan bahasanya belum optimal maka akan menyulitkan dalam menjalin komunikasi ketika bersosialisai bersama. Pengalaman sosial atau pergaulan anak dalam belajar bersosialisasi sangat penting dalam kemampuan seorang anak dalam memahami bahasa, dengan berinteraksi secara langsung dapat membuat anak memahami bahasa lebih cepat. Anak biasanya memerlukan pemicu untuk berani berkomunikasi dengan orang-orang disekelilingnya. Misalnya, dengan dihampiri terlebih dahulu lalu ditanya secara pelan-pelan dan disertai ajakan maka dengan begitu anak akan lebih mudah untuk berbaur dan berkomunikasi dengan baik. E. GANGGUAN PSIKOLOGIS Beberapa gangguan psikologis akan membatasi kemampuan anak untuk berbicara dan memahami Bahasa. Tidak hanya anak yang menderita autisme saja, anak yang terlalu pemalu juga berpotensi memiliki masalah dalam Bahasa. 36 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk Anak-anak tersebut akan sulit menangkap ekspresi dalam berbahasa. Pemerolehan bahasa pada anak autis lebih lambat perkembangannya dibanding dengan anak normal pada umumnya. Anak-anak autistik memiliki kesulitan untuk mengekspresikan perasaan, hasrat, keinginan dalam berbahasa signifikan dalam bahasa reseptif dan ekspresif anak. Bahasa reseptif menyangkut penerimaan dan pemahaman Bahasa. Anak-anak yang memiliki gangguan reseptif melakukan sedikit kesalahan dalam cara mereka menerima informasi. Informasi masuk tetapi otak anak mengalami kesulitan dalam memprosesnya secara efektif, yang dapat menyebabkan anak tersebut tampak tidak tertarik atau menyendiri. (Santrock sebagaimana dikutip Danuatmaja). Gejala autisme pada umumnya mengalami gangguan yang disebabkan oleh kelainan dalam sistem pencernaan yang akhirnya bersinggungan dengan kelainan saraf di otak. Sebab anak autis tidak dapat mencerna makanan yang sulit dicerna seperti bahan makanan yang terbuat dari terigu, Nurani Hati Institute | 37 susu, dan juga makanan yang memiliki ikatan yang rumit bagi proses pencernaan. Sehingga apabila belum selesainya makanan-makanan tersebut berproses di pencernaan kemudian terbawalah ke dalam darah dan terbawa ke saraf. Sehingga makanan yang tidak sempurna dalam pencernaan tersebutlah yang memberikan efek mengganggu seperti morfin. saraf Yang hingga pada akhirnya penderita autisme ini pun menjadi semakin hiperaktif seperti lari-larian, lompat-lompat, pukul kepala, tertawa-tawa hingga tidak merespon panggilan orang lain. Hal ini termasuk merusak dan memberikan gangguan pada kelainan saraf dalam hal kemampuan berbahasa. (Rakhmanita 2020). 38 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk BAB III MEDIA DAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE) UNTUK MERANGSANG PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI A. PENGERTIAN MEDIA DAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF Setiap manusia memiliki tugas perkembangan yang harus dicapai pada setiap periode orang perkembangannya, begitupun dengan anak usia dini. Bagi orang dewasa perkembangan tidak akan mengalami masalah yang signifikan karena mereka sudah mampu berpikir secara konkret dan abstrak. Lain halnya dengan anak usia dini, yang kemampuan berpikirnya masih dalam tahap konkret yaitu anak akan mudah dirangsang perkembangannya dengan dibantu oleh orang dewasa menggunakan benda nyata untuk menjelaskan pengetahuan barunya. Nurani Hati Institute | 39 Secara umun Alat permainan edukatif (APE)adalah merupakan alat-alat permainan yang diancang dan dibuat untuk menjadi sumber belajar anak usia dini agar mendapatkan pengalaman belajar. Melalui pengalaman ini berguna untuk meningkatkan aspek-aspek perkembangan anak usia dini. Permainan edukatif berbasis media adalah aktivitas anak menggunakan benda, bahan ataupun instruksi dan teknik yang dapat merangsang anak untuk belajar. Alat permainan edukatif (APE) tidak harus bagus dan dibeli dari toko, hasil buatan sendiripun dapat digunakan sebagai Alat permainan edukatif (APE)asalkan memenuhi syarat untuk mengembangkan perkembangan anak usia, berbagai menarik, aspek dapat dimainkan berbagai variasi, tidak mudah rusak, dan dapat diterima oleh semua kebudayaan. Tujuan alat permainan edukatif (APE) dalam proses belajar anak usia dini adalah sebagai alat bantu orang tua dan pendidik untuk : a) Memberikan motivasi dan merangsang anak untuk melakukan berbagai kegiatan guna 40 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk menemukan pengalaman baru yang bermanfaat untuk eksplorasi dan bereksperimen dalam peletakan dasar kea rah pertumbuhan dan pengembangan yang meliputi aspek-aspek perkembangannya. b) Memperjelas materi yang diberikan kepada anak karena anak dapat melihatnya secara konkret. c) Memberikan kesenangan kepada anak dalam belajar karena dengan menggunakan alat permainan edukatif (APE) anak tidak akan merasa bosan dan akan lebih mudah untuk memahami. Alat permainan edukatif (APE) memberikan banyak manfaat terhadap tumbuh kembang anak usia dini, juga dapat memberikan kesempatan dalam proses bersosialisasi kepada anak untuk mendapatkan dengan dan memperkaya menggunakan berbagai pengetahuan alat, buku, narasumber, atau tempat. Bentuk dan jenis alat permainan edukatif (APE) tidak terbatas, namun perlu diperhatikan bahwa dalam memilih alat permainan edukatif (APE) orang Nurani Hati Institute | 41 tua maupun guru perlu mempertimbangkan hal-hal berikut: 1) Usia dan minat anak. Agar bermain benar-benar berfungsi bagi tumbuh kembang anak. 2) Mudah membuatnya, mudah memperoleh bahan dan alat, serta mudah digunakan anak. 3) Murah, yaitu dalam pengadaan biaya dengan serendah mungkin. 4) Keamanan dari permainan tersebut (tidak tajam, tidak ada bagian-bagian yang dapat melukai anak dan tidak mengandung zat yang berbahaya). 5) Pentingnya keterlibatan orang tua atau anggota keluarga maupun guru ketika disekolah, agar dapat melindungi mereka dari hal-hal yang mematikan kreativitas atau minat anak terhadap lingkungan. 6) Lebih edukatif sederhana akan dengan tetapi permainan mudah diikuti yang dan dipahami anak. 7) Mudah dibongkar dan dipasang. 8) Dapat mengembangkan daya fantasi anak. Dalam melatih bahasa dan wawasan, permainan edukatif sangat baik bila diikuti dengan 42 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk penuturan cerita. Hal ini akan memberikan manfaat meningkatkan kemampuan bahasa juga keluasan wawasan anak. Dibawah ini akan dijelaskan mengenai media dan alat permainan edukatif (APE) yang bisa digunakan untuk merangsang perkembangan bahasa anak usia dini. B. MACAM-MACAM PERMAINAN EDUKATIF UNTUK MELATIH PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI a. Kartu Kata Kartu kata adalah suatu cara memperkenalkan benda atau objek kepada anak sekaligus mengasah keterampilan membacanya. Kartu kata, diperkenalkan setelah anak memiliki kemampuan dasar membaca atau mengeja, sehingga mudah dalam mengaplikasikannya. Kartu kata bergambar adalah kertas tebal yang tertulis unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. Sedangkan media kartu Nurani Hati Institute | 43 gambar merupakan jenis media visual yang dapat ditangkap melalui penglihatan. Media kartu gambar merupakan media yang menyajikan gambar yang dilengkapi kata, pada setiap gambar mempunyai arti, uraian dan tafsiran tersendiri, dapat memperlancar dan memperkuat ingatan anak, menambah wawasan dan kecakapan, menarik minat anak dalam kegiatan mengenal huruf, membaca huruf dan kata. Anak dapat menanggapi makna dari gambar sebagai pendukung imajinasi mereka memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata melalui perumapamaan gambar, sehingga kemampuan membaca permulaan anak dapat berkembang tanpa mengurangi kesenangan anak (Dhieni,2011:10.3). Cara membuat kartu kata bergambar tidak susah, karena dapat menggunakan bahan bekas yang ada dirumah. ➢ Alat dan bahan untuk mem buat kartu kata yaitu: • Karton dupleks • Penggaris 44 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk • Pensil • Penghapus • Lem kertas / perekat • Majalah, brosur, Koran,dll (Boleh baru / boleh juga bekas) ➢ Cara membuatnya: • Buat pola pada karton duplek dengan ukuran 24 x 8 cm, kemudian gunting. • Untuk membuat satu kartu, rekatkan dua pola karton menggunakan yang sudah lem, sehingga digunting ukuran kartunya tebal. • Gunting gambar yang akan ditempel pada bagian depan kartu, yang sudah diambil dari majalah, Koran, brosur dll. • Pola sisi berikutnya, tuliskan nama gambar tersebut. • Rapikan setiap sudut kartu agar tidak terlalu lancip menggunakan gunting. • Ulangi langkah itu, sebanyak kartu yang ingin dibuat. Nurani Hati Institute | 45 Gambar kartu kataSumber:rifanfajrin.com ➢ Cara bermain kartu kata: • Kartu ditumpuk, bagian gambar diletakan diatas. • Anak diminta untuk mengambil satu kartu. • Mintalah untuk membuka bagian belakang dan membaca atau bantu anak untuk mengeja huruf-hurufnya. 46 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk Gambar anak sedang bermain kartu huruf bergambar Sumber: Ayo Guru Berbagi-Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ➢ Manfaat bermain kartu kata bergambar Permainan kartu kata bergambar merupakan pembelajaran yang sangat menyenangkan dan juga membuat anak kreatif dan mudah membaca. Melalui permainan kartu kata bergambar, terbukti dapat meningkatkan membaca anak meningkatkan kemampuan sehingga dapat perkembangan bahasa anak usia dini. Menurut Samekto S. Sastrosudirjo Sutaryono,1999:26 menyatakan beberapa manfaat yang diambil dari penerapan permainan kartu huruf yaitu: Nurani Hati Institute | 47 • Merangsang anak belajar secara aktif. Permainan kartu huruf merupakan pembelajaran yang menggunakan kartu huruf untuk meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal huruf. Melalui permainan kartu huruf, anak-anak distimulasi untuk belajar secara aktif dalam mengenal huruf dengan cara yang menyenangkan. • Melatih siswa memecahkan persoalan. Melalui permaian kartu huruf, anak-anak persoalan mampu yang memecahkan terkait dengan kemampuan mengenal huruf, karena dengan permainan kartu huruf anakanak dapat belajar dengan mudah tentang bentuk-bentuk huruf. Anakanak juga dapat memaknai symbol huruf dengan cara melihat gambar yang disertai tulisan dari nama gambar yang tertera pada kartu huruf tersebut. • Timbul persaingan yang sehat antara anak. 48 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk Penerapan permainan kartu huruf juga dapat menumbuhkan rasa disiplin dan menumbuhkan jiwa sprotif pada diri anak-anak, sehingga dapat membangun persaingan yang sehat antara anak-anak. • Menumbuhkan sikap percaya diri pada anak. Permainan kartu huruf juga memupuk sikap percaya diri pada anakanak, karena anak-anak distimulasi untuk berani belajar sendiri saat mencoba bermain kartu huruf. Menurut Maimunah Hasan 2009:66 menyatakan bahwa beberapa manfaat yang dapat diambil dari permainan kartu huruf yaitu, • Dapat membaca dengan mudah. Permainan kartu huruf dapat membantu anak untuk mengenal huruf dengan mudah, sehingga membantu anak-anak dalam kemampuan membacanya. Nurani Hati Institute | 49 • Mengembangkan kanan daya karena ingat dapat otak melatih kecerdasan emosi, kreatif, dan intuitif. • Memperbanyak perbendaraharaan kata. Permainan kartu huruf terdapat gambar dan tulisan dari makna gambar yang tertera pada kartu, sehingga dapat memperbanyak perbendaharaan kata yang dimiliki anak-anak. Berdasarkan pendapat tersebut dapat ditegaskan bahwa, manfaat dan kelebihan permainan kartu huruf adalah dapat membantu anak untuk belajar mengenal huruf dengan mudah sehingga memperlancar kemampuan membaca anak. Permainan kartu huruf juga dapat menumbuhkan motivasi belajar anak secara aktif dan penuh percaya diri. b. Cerita Bergambar Media cerita bergambar merupakan rangkaian kegiatan/cerita yang disajikan secara 50 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk berurutan kemudian anak dilatih mengungkapkan adegan dan kegiatan tersebut yang apabila dirangkaikan akan menjadi suatu cerita. Gambar dalam cerita akan lebih menarik lagi jika disampaikan pada kegiatan anak. Peningkatan kemampuan bahasa anak usia dini dapat dilakukan dengan metode cerita bergambar, karena dengan menggunakan metode cerita bergambar dapat memperbanyak perbendaharaan bahasa anak dengan cara yang menyenangkan dan tidak membuat anak merasa bosan. Cerita bergambar merupakan suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk suatu jalinan cerita. Cerita bergambar juga merupakan media cerita berbentuk buku bergambar yang dipilih untuk diperbesar yang memiliki kualitas khusus. Manfaat cerita bergambar terutama dalam mengembangkan aspek keterampilan bahasa yaitu anak dapat mengembangkan keterampilan bicaranya saat guru merangsang anak Nurani Hati Institute | 51 berkomentar tentang isi cerita, selain itu juga ada pengenalan berbagai kosa kata pada anak. Penggunaan media cerita bergambar dapat mengembangkan kemampuan dasar anak dalam semua aspek bahasa, khususnya pada aspek perkembangan bicara anak, misalnya dengan cara guru merangsang komentar anak tentang isi gambar atau cerita bergambar, selain itu juga ada kegiatan berdiskusi dan meceritakan kembali cerita bergambar sehingga dapat mengasah perkembangan bahasa anak khususnya dalam bicara. Gambar contoh cerita bergambar Sumber: hilustrasi, blogspot.com 52 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk Bercerita dengan alat peraga buku cerita bergambar dikategorikan sebagai reading aloud (membaca nyaring), bercerita menggunakan buku bergambar dipilih apabila guru memiliki keterbatasan dalam bercerita, atau kurang berpengalaman dalam menyampaikan cerita karena takut akan lupa isi alur cerita dan bahasa yang kurang enak didengar oleh anak. Ada beberapa tehnik-tehnik dalam bercerita menggunakan buku cerita bergambar yaitu : • Pencerita hendaknya membaca terlebih dahulu cerita yang akan disampaikan oleh anak. • Pencerita tidak terpaku pada buku, sebaiknya pencerita juga memperhatikan reaksi anak pada saat dibacakan cerita. • Pencerita kalimat membacakan yang lambat cerita dengan (slowly), dengan bahasa yang dramatik. • Pada bagian-bagian tertentu hendaknya pencerita berhenti sejenak untuk memberikan komentar, atau sebaiknya anak- Nurani Hati Institute | 53 anak berkomentar tentang cerita yang dibacakan. • Pencerita memperhatikan semua anak dan menjalin kontak mata. • Pencerita sebaiknya sering berhenti untuk menunjukkan gambar-gambar didalam buku dan pastikan semua anak dapat melihat gambar-gambar dibuku cerita yang sedang dibacakan. • Pastikan jari selalu siap dibuku untuk membuka halaman yang selanjutnya. • Pencerita sebaiknya membacakan cerita sesuai dengan rentang waktu anak, sebaiknya tidak lebih dari sepuluh menit. • Pencerita sebaiknya memegang buku dibahu sebelah kanan pada saat akan bercerita. • Saat tangan kanan menunjukkan gambar sebaiknya arah perhatian disesuaikan dengan urutan cerita. • Pencerita memposisikan tempat duduk ditengah agar pencerita dapat dilihat dari berbagai arah sehingga anak dapat melihat gambar keseluruhan. 54 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk • Pencerita melibatkan anak dalam bercerita agar terjalin komunikasi multi arah, dimana anak dapat menambahkan kosa kata baru pada saat mendengarkan cerita dan itu sebagai dasar anak untuk menjadi pencerita. • Pencerita sebaiknya menyebutkan identitas buku, seperti judul buku, dan pengarangnya. Bercerita menggunakan alat peraga sangat menyenangkan apalagi buku ceritanya dibuat oleh anak-anak sendiri, karena dengan membuat buku cerita sendiri akan meningkatkan kemampuan membaca anak dengan cara menyusun huruf menjadi kata, dimana kata tersebut didapat dari gambar yang dilihat anak. c. Media Bermain Peran Ketika masih kecil, anak suka bermain. Ini karena dunia anak adalah bermain. Melalui bermain anak kemampuannya, mengekspresikan baik minat kemampuan dan efektif, kognitif, maupun motorik. Dengan bermain, anak dapat mengasah imajinasinya sehingga nantinya akan menjadi Nurani Hati Institute | 55 pribadi yang kreatif. Untuk itu dibutuhkan dorongan agar anak mau bermain. Namun ketika usia 3 tahun, anak mengalami perkembangan otak, dimana pada anak usia dini memory anak menyimpan banyak rekaman setiap pengalaman pribadinya. Pada usia ini anak sudah dapat diberi pemahaman dan pengetahuan. Dalam penyampaian materi pemahaman dan pengetahuan itu harus menyenangkan, sehingga anak akan menikmati proses belajar, menyukai proses belajar dan akhirnya akan terus belajar sepanjang hayatnya. Hal yang harus dilakukan orang tua adalah melakukan pendampingan kepada anak. Diselasela kesibukan orang tua, terutama ibu, harus mendampingi atau menemani anak bermain minimal 1-2 jam dalam sehari. Dalam arti benarbenar bermain dengan anak, bukan hanya menemani anak bermain, sementara orang tuanya sibuk dengan pekerjaan yang lain, atau sibuk dengan hp, atau menonton televisi. Orang tua harus benar-benar masuk dalam dunia anak, sambil memahami pikiran anak. 56 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk Berikut ini 8 contoh bermain bermakna bersama anak yang dilansir dari laman Sahabat Keluarga Kemendikbud (Minggu, 27/12/2020),yaitu: 1) Bermain peran bersama anak Bermain peran baik dengan menggunakan media permainan atau tanpa media permainan. Contoh bermain peran, misalnya: - Bermain masak-masakan, anak berperan sebagai koki dan orang tua sebagai pembeli makanan. - Bermain mobil-mobilan, anak berperan sebagai sopir dan orang tua sebagai polisi. - Bermain dokter-dokteran, anak berperan sebagai dokter dan orang tua sebagai pasien. Gambar anak sedang bermain peran masak-masakan Sumber: KB TK AL Hikmah Surabaya Nurani Hati Institute | 57 Manfaat bermain peran adalah dapat menstimulasi daya imajinasi anak. Daya imajinasi penting bagi anak untuk menjadi kreatif baik dalam berpikir maupun bertindak. Manfaat lainnya yaitu dapat meningkatkan kemampuan efektifnya, belajar, misalnya meningkatkan meningkatkan motivasi kemampuan berkomunikasi, berinteraksi dan bersosialisasi. 2) Bermain dengan benda yang disusun Misalnya bermain puzzle, lego, balok kayu, menyusun gelas plastik, dan lain-lain. Ketika bermain menyusun benda, hendaknya orang tua memberi contohdan kemudian memberikan anak mengeksplor sendiri apa yang dilihat dan dipahaminya. Jika susunan belum benar atau anak menyusun dengan sesuka hatinya, orang tua sebaiknya terus memotivasi dan tidak mengatakan bahwa pekerjaan nya salah. Dengan demikian secara efektif, anak akan dilatih untuk berani mencoba dan percaya 58 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk diri. Secara kognitif, anak dilatih untuk menganalisa sesuatu dan mencobanya. ➢ Bermain balok Saat anak bermain balok, maka ada banyak hal-hal yang bias diperolehnya. Orang tua bias membandingkan, menjelaskan, lalu mengembangkan kemampuan kosa kata yang berkaitan dengan berbagai bentuk. Mulai bentuk bangunan, menara, jembatan atau struktur alam seperti pohon, batu dan gunung. Ini untuk belajar kosa kata tentang struktur. Bermain mengembangkan bahasa ketika anak-anak berbicara bersama membandingkan, menjelaskan, dan member nama pada strukturstruktur yang telah diciptakan oleh anak. Gambar anak sedang bermain balok Sumber: Anggun PAUD-Ruang Guru dalam jaringan Nurani Hati Institute | 59 ➢ Bermain puzzle Puzzle adalah alat permainan yang terdiri dari kepingan-kepingan gambar yang terpotongpotong terdiri dari 4-6 potong yang terbuat dari bahan karton, kayu, spon tebal dan apabila disusun akan menjadi sebuah gambar yang utuh. Permainan puzzle adalah konsep permainan menyusun gambar secara benar, dengan melihat bentuk, warna dan juga ukuran. Permainan puzzle ini mengandalkan insting atau kecerdasan. Permainan dilakukan dengan cara membongkar dan memasang ulang dalam kesesuaian bentuk, pola atau warna. Dengan permainan ini anak diharapkan dapat berlatih menemukan, menata ulang dan menjadikan sesuatu yang tampaknya tidak berhubungan menjadi suatu bentuk kesatuan yang bermakna. Dalam pemilihan permainan untuk anak usia dini, orang tua harus memperhatikan jenis permainan yang akan digunakan oleh anak. Berikut adalah jenis permainan puzzle yang baik untuk anak sesuai dengan usianya: 60 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk • Usia 2-3 tahun, Potongan puzzle nya tidak kurang dari 4 biji; • Usia 3-4 tahun, Potongan puzzlenya tidak lebih dari 5 biji, untuk anak TK (4-5 tahun) potongan puzzlenya tidak lebih dari 6 biji dan untuk SD ke atas potongan puzzlenya tidak lebih dari 7 biji. Bagi anak usia dini bermain puzzle dapat melatih anak berpikir sesuai logika. Anak-anak secara tidak langsung sedang bermain melatih logika mereka. Contoh, “Ada puzzle kendaraan yang terdiri dari 6 kepingan bentuk. Saat bermain puzzle anak akan dilatih berpikir sesuai logika, dimana letak ban pada gambar kendaraan, bagaimana anak harus meletakkan gambar posisinya. bagian-bagian Ban kendaraan tentunya harus sesuai diletakkan dibagian bawah, kaca atau jendelanya bus disebelah atas, dan lain sebagainya.” Nurani Hati Institute | 61 Berdasarkan contoh diatas, orang tua hendaknya selalu memberikan motivasi kepada anak untuk dapat menyelesaikan kepingankepingan puzzle. Tentunya sebelum memerintahkan anak untuk bermain puzzle, orang tua sebaiknya mengetahui cara mengembalikan potongan-potongan puzzle itu menjadi bentuk yang utuh. Puzzle merupakan permainan yang mengasyikkan sekaligus mendidik, dan orang tua harus memperluas wawasannya sehingga mampu memilihkan jenis permainan yang mendidik bagi anak. Gambar anak sedang bermain puzzle Sumber: Duniabelajar.Id 62 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk d. Bermain dengan gambar Misalnya bermain dengan kartu bergambar, mewarnai gambar, menggambar/melukis, bermain dengan buku aktifitas, dan lain-lain. Bermain dengan gambar secara aktif akan melatih minat dan motivasi anak untuk belajar. Pemahaman dan pengetahuan dapat dikenalkan dengan bermain dengan menggunakan gambar, misalnya mengenal warna, mengenal nama benda, mengenal nama-nama dalam keluarga, dan sebagainya sesuai dengan tema gambar. Gambar Mengenal nama benda Sumber: Pinterest Nurani Hati Institute | 63 e. Bermain dengan kertas Gambar anak sedang menggunting kertas Sumber: P2M KEMAKOM – Wordpress.com Misalnya melipat, menjiplak, menggunting, menempel, atau melinting kertas, dan lain-lain. Pada kegiatan ini, anak akan melatih motorik halusnya. Anak juga dilatih untuk kreatif secara kognitif anak akan distimulasi untuk menganalisa. Ketika bermain dengan kertas, orang tua harus mengamati, terutama untuk penggunaan benda tajam atau benda yang biasa membahayakan anak, misalnya penggunaan gunting dan lem. Pengenalan huruf dan angka pun dapat dilakukan dengan permainan ini. 64 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk f. Memakai benda yang bisa digerakkan Misalnya bermain dengan mobil-mobilan, gasing, bola, dan lain-lain. Manfaat bermain dengan benda yang digerakkan adalah dapat melatih motorik anak. Secara kognitif, orang tua dapat memberikan pengetahuan pada anak, misalnya yang berhubungan dengan arah atau lawan kata. Misalnya saat bermian mobil- mobilan, orang tua mengenalkan kata majumundur, depan-belakang, kanan-kiri. Gambar anak sedang bermain mobil-mobilan Sumber: InfoPublik g. Permainan sederhana Misalnya bermain lempar bola, sepak bola, bowling, kelereng, bulu tangkis, dan lainlain. Permainan sederhana dapat melatih motorik kasar maupun motorik halus anak. Nurani Hati Institute | 65 Gambar anak sedang bermain kelereng Sumber: Okezone Nasional Dalam permainan ini orang tua dapat melatih keterampilan dan ketangkasan anak. Dalam permainan sederhana ada peraturanperaturan sederhana, yang secara aktif dapat melatih anak untuk berinteraksi, bersosialisasi dan bekerja sama. Orang tua dapat mengenalkan aturan kalah dan menang dalam permainan, untuk melatih sportifitas anak. Ada kalanya anak diposisikan sebagian pihak yang menang dan juga diposisikan sebagai pihak yang kalah. Dengan demikian anak akan termotivasi untuk berusaha. 66 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk h. Permainan utamakan motorik kasar Misalnya bermain lompat tali, engklek/sunda manda, menirukan gerakan binatang, tebak gerak, dan lain-lain. permainan ini Selain melatih dapat melatih motorik kasar, imajinasi dan kreatifitas anak. Orang tua dapat menemani anak bermain motorik kasar sambil mengenalkan pengetahuan tertentu sesuai tema permainan. Gambar anak bermain engklek, rumahbacabuku.wordpress.com Sumber: m id.theasianparent.com Nurani Hati Institute | 67 i. Improvisasi pakai alat baru Misalnya bermain mobil-mobilan dari kulit jeruk bali, bermain boneka dari kertas, bermain bola dari gulungan kertas, bermain drum dari kaleng, bermain uang-uangan dari daun, menyusun jepitan jemuran menjadi pesawat, dan lain-lain. Disini dibutuhkan kreatifitas orang tua untuk mengarahkan anak, agar anak menggunakan benda-benda yang tidak berbahaya dan tidak merusak benda yang masih bisa digunakan. Kegiatan ini dapat menstimulasi imajinasi dan kreatifitas anak. Dapat pula melatih anak untuk mencoba sesuatu dan berpikir untuk memecahkan masalah. Gambar anak membuat mainan pesawat dari barang bekas Sumber: Mongabay 68 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk BAB IV METODE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA ANAK USIA DINI P emilihan metode pengenalan bahasa anak usia dini perlu memperhatikan berbagai hal terkait perkembangan anak berdasarkan materi yang dipresentasikan dalam Pelatihan Mendongeng dan Bercerita sebagai Metode Pengenalan Bahasa untuk Anak Usia Dini bagi Guru PAUD dan TK Kecamatan Kalasan Sleman Yogyakarta pada tanggal 4-6 september 2014. Hal-hal yang harus diperhatikan diantaranya adalah sebagai berikut. • Berorientasi pada kebutuhan anak • Belajar melalui kegiatan bermain • Kreatif dan inovatif • Lingkungan yang kondusif • Menggunakan pembelajaran terpadu • Mengembangkan keterampilan hidup Nurani Hati Institute | 69 • Stimulasi terpadu Beberapa alternative metode yang cocok digunakan untuk pengenalan bahasa pada anak usia dini diantaranya adalah sebagai berikut: • Bantu dengan gerakan tubuh • Bercerita • Bercakap-cakap • Bernyanyi • Bermain telpon-telponan • Hentikan bicara dengan bahasa bayi Kemampuan bahasa anak dapat dilatih dan dikembangkan dengan berbagai cara, tidak selalu anak mesti memperhatikan keadaan sekitarnya untuk meniru ucapan orang lain. Orang tua harus proaktif membantu perkembangan bahasa anak dengan berbagai cara. Membantu mengembangkan kemampuan bahasa anak bukan hal yang sulit, orang tua bisa mengenakan dan memahami lebih banyak kosa kata dengan cara yang mudah dan menyenangkan. Ada berbagai cara yang bisa disampaikan untuk melatih perkembangan bahasa anak usia dini, diantaranya: 70 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk 1. Bantu Dengan Gerakan Tubuh Gerakan tubuh orang tua memiliki peran penting dalam menjalin interaksi dengan anak, karena saat berbicara dengan anak, orang tua bisa menambahkan bahasa tubuh dan ekspresi. Misalnya, saat orang tua mengajak anak tidur ‘ayo kita tidur’ dapat disertai ekspresi memejamkan mata dan kedua tangan disamping kepala. Hal ini dilakukan untuk membantu anak mengasosiasikan ekspresi dan bahasa tubuh ke dalam tindakan, sebelum mengenal kata-kata. Tidak semua kosakata sudah bisa dimengerti oleh anak usia 2-3 tahun. Kadang-kadang orang tua mesti membantunya dengan gerakan tangan yang menggambarkan apa yang hendak orang katakan. Sebagai contoh, ketika hendak berpisah, orang tua bisa mengucapkan kata “dadah” sambil melambaikan tangan. Bisa juga ketika anak hendak menunjuk satu-satu memilih mainannya, orang tua membantu menawarkan dengan permainan dan menyebut jenis permainan tersebut. Nurani Hati Institute | 71 Gambar Ibu sedang mengajak bayi bicara disertai ekspresi bahasa tubuh Sumber : www.alodokter.com 2. Bercakap-cakap Bercakap-cakap dalam pengembangan bahasa anak usia dini adalah sebuah interaksi antara anak dengan orang tua atau guru, atau bisa juga antara anak dengan anak dan bersifat menyenangkan berupa dialog yang tidak kaku. Topik percakapan dapat bebas ataupun ditentukan. Dalam percakapan tersebut orang tua atau guru bertindak sebagai fasilitator, artinya orang tua atau guru lebih banyak memotivasi anak dengan harapan anak lebih 72 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk aktif mengemukakan pendapatnya atau mengekspresikan secara lisan. Menurut Dra. Moeslikhton R. MPd (1999:92) menuliskan bahwa bercakap-cakap dapat berarti komunikasi lisan antara anak dan guru atau antara anak dengan anak melalui kegiatan monolog dan dialog. Kegiatan monolog dilaksanakan dikelas dengan cara anak berdiri dan berbicara di depan kelas atau di tempat duduknya, mengungkapkan segala sesuatu yang diketahui, dimiliki dan dialami, atau menyatakan keinginan untuk memiliki atau bertindak sesuatu. Kegiatan dialog berbentuk percakapan yang dilakukan dua orang atau lebih yang masing-masing mendapat kesempatan untuk berbicara secara bergantian. Moeslikhton melanjutkan, bercakap-cakap merupakan salah satu bentuk komunikasi antar pribadi. Berkomunikasi merupakan proses dua arah. Untuk terjadinya komunikasi dalam percakapan diperlukan keterampilan mendengarkan dan belajar berbicara. Untuk bercakap-cakap secara efektif, belajar mendengarkan dan belajar berbicara sama pentingnya. Sebagai pendengar dalam Nurani Hati Institute | 73 berkomunikasi antar pribadi sedikitnya tiga hal yang harus dilakukan, yaitu ; • Mengukur pemahaman yang didengarnya secara pasti • Bila mengetahui bahwa pesan yang disampaikan itu tidak jelas, ia dapat memberitahukan kepada si pembicara. • Ia dapat menentukan informasi tambahan yang dibutuhkan agar dapat menerima pesan tersebut. Sementara itu, pengertian metode bercakap-cakap dari Depdikbud (1998:22 adalah suatu cara penyampaian bahan pengembangan yang dilaksanakan melalui bercakap-cakap dalam bentuk Tanya jawab antara anak dengan guru atau anak dengan anak. Dengan demikian, maka kesimpulan pengertian metode bercakap-cakap adalah suatu cara penyampaian bahan pengembangan bahasa yang dilaksanakan melalui bercakap-cakap dalam bentuk Tanya jawab antara anak dengan guru atau anak dengan anak, yang dikomunikasikan secara lisan dan merupakan salah satu bentuk komunikasi 74 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk antar pribadi, dimana satu dengan yang lainnya saling mewujudkan bahasa reseftif dan ekspresif dalam suatu dialog yang terjadi dalam suatu situasi. Gambar Guru sedang mengajak anak bercakap-cakap Sumber: http//paud-anakbermain,blogspot.com/ Nurani Hati Institute | 75 a. Manfaat Metode Bercakap-cakap Manfaat menurut metode Dra. bercakap-cakap Moeslichatom (199;95) menyatakan: • Meningkatkan keberanian mengaktualisasikan menggunakan anak untuk diri dengan kemampuan berbahasa secara ekspresif, menyataka pendapat, menyatakan perasaan, menyatakan keinginan dan kebutuhan secara lisan. • Meningkatkan keberanian anak untuk menyatakan secara lisan apa yang harus dilakukan oleh diri sendiri dan anak lain. • Meningkatkan keberanian anak untuk mengadakan hubungan dengan anak lain atau dengan gurunya agar terjalin hubungan social yang menyenangkan. Dengan seringnya anak mendapat kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya, perasaannya, dan keinginannya maka hal ini akan semakin meningkatkan kemampuan membangun jati dirinya dan semakin banyak 76 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk anak informasi baru yang diperoleh anak yang bersumber dari guru atau anak lain. Penyebaran informasi ini dapat memperluas pengetahuan dan wawasan ana tentang tujuan dan tema yang ditetapkan guru. b. Tujuan Metode Bercakap-cakap Tujuan yang dicapai dengan menggunakan metode bercakap-cakap antara lain : • Mengembangkan kecakapan dan keberanian anak dalam menyampaikan pendapatnya kepada siapapun. • Memberi kesempatan kepada anak untuk berekspresi secara lisan. • Memperbaiki ucapan dan lafal anak. • Menambah perbendaharaan kosa kata • Melatih daya tangkap anak • Menambah pengetahuan dan pengalaman anak • Memberi kesenangan pada anak • Merangsang anak untuk belajar membaca dan menulis. Nurani Hati Institute | 77 Bernyanyi Bersama Dengan melalui metode bernyanyi dalam melatih perkembangan bahasa anak usia dini, dirasa akan lebih efektif karena bernyanyi merupakan kegiatan yang menyenangkan dan digemari anakanak. Kesannya memang seperti tidak sedang mengajari, tetapi membantu anak belajar berbahasa juga dapat orang tua lakukan dengan bernyanyi bersama anak. Pilihlah lagu dengan kosa kata yang tidak terlalu sulit dan nyanyikan bersama anak, melalui nada mampu membantu anak untuk mengingat tiap kata yang ada dalam lagu. Metode bernyanyi merupakan metode yang menggunakan unsur seni yang digemari oleh anak usia dini. Metode ini bukan termasuk metode baru dalam pembelajaran anak usia dini. Dalam kegiatan pembelajaran pada anak usia dini bernyanyi merupakan kegiatan yang harus ada disetiap kegiatan pembelajaran, bahkan bernyanyi seolah-olah menjadi kegiatan yang wajib dilakukan setiap hari. Sedangkan bahasa perlu dilatih sejak usia dini karena bahasa merupakan alat utama yang dibutuhkan untuk berkomunikasi dan bersosialisasi dengan orang lain. 78 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk Dengan kegiatan bernyanyi, suasana belajar dapat menjadi lebih menggairahkan, menyenangkan, menggembirakan, menghilangkan rasa sedih, dan menghibur anak-anak agar lebih bersemangat. Gambar guru sedang menerapkan metode bernyanyi kepada anak Sumber: paud-anakbermainbelajar.blogspot.com Kegiatan bernyanyi dapat mengoptimalkan fungsi otak kanan yang bertugas untuk menyimpan pesan-pesan dan input yang diterima dari luar ke dalam memory jangka panjang (long term memory) anak. Dengan demikian, anak akan selalu mengingat bahasa dan pesan-pesan yang diterimanya dalam jangka waktu yang lama. Nurani Hati Institute | 79 Anak memiliki kecenderungan alami bawaan untuk bernyanyi dan bermain karena kedua aktifitas ini menyenangkan dan berperan perkembangan mereka. penting Belajar dalam dengan cara bernyanyi dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik, hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan koordinasi pada tumbuh kembang anak, kelincahan dan kegembiraan ( Widhianawati,2011). Penerapan metode bernyanyi dalam meningkatkan kecerdasan bahasa pada pendidikan anak usia dini menurut para ahli : • Menurut Jamalus (1998) menyebutkan bahwa; kegiatan bernyanyi merupakan kegiatan dimana kita mengeluarkan suara secara beraturan dan berirama baik diiringi oleh iringan musik ataupun tanpa diiringi musik. Bernyanyi Bernyanyi berbeda memerlukan dengan teknik-teknik berbicara. tertentu, sementara berbicara tidak memerlukan teknik khusus melainkan hanya menyampaikan maksud, gagasan atau informasi bagi anak. Kegiatan bernyanyi merupakan kegiatan yang menyenangkan dan ada kepuasan tersendiri yang didapat dari kegiatan bernyanyi. Selain memiliki fungsi untuk 80 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk menyalurkan ide dan maksud seperti kegiatan berbicara, bernyanyi juga sebagai sarana bagi anak untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. • Menurut Honig dalam Masitoh dkk (2005) menyatakan bahwa bernyanyi memiliki banyak manfaat untuk praktik pendidikan anak dan pengembangan pribadinya secara luas dikarenakan beberapa hal, antara lain: Bersifat menyenangkan, dapat digunakan untuk mengatasi kecemasan, merupakan media untuk mengekspresikan perasaan, membantu daya ingat, dapat membantu membangun rasa percaya diri anak, dapat mengembangkanrasahumor,membantu pengembangan keterampilan berpikir dan kemampuan motorik anak, dan dapat meningkatkan keeratan dalam sebuah kelompok. • Menurut Tatranuardi (2018) mengungkapkan bahwa metode bernyanyi merupakan suatu metode yang melafadzkan satu kata/kalimat yang dinyanyikan. Beberapa manfaat metode bernyanyi diantaranya yaitu membantu mencapai kemampuan dalam pengembangan daya pikir, membantu menyalurkan emosi seperti senang atau sedih Nurani Hati Institute | 81 melalui isi syair lagu / nyanyian dan membantu menambah perbendaharaan kata baru melalui syair lagu / nyanyian (Supriadi 2003). Proses pembelajaran melalui metode bernyanyi telah mampu mengembangkan aspek kebahasaan anak didik artikulasi dalam atau mengungkapkan kata-kata yang bunyi-bunyi bertujuan untuk berkomunikasi. Kondisi seperti ini berarti bagi anak didik yang memerlukan keterampilan berbicara / berkomunikasi bertindak sebagai komunikator sebagaimana diungkapkan oleh Rabjane dalam Setiawati (2014) bahwa Komunikator credible harus memiliki keahlian dan dipercaya dalam komunikasi. Rabjanen lebih jauh menyebutkan tentang prinsip SMILE yaitu Komunikator harus santun, menarik, impressive, loyal, dan enjoy. 3. Bermain Telpon-telponan Media telpon-telponan adalah sebuah alat, bahan atau benda-benda yang digunakan sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran. Dimana media yang dimaksudkan disini adalah alat pembelajaran yang dibuat dari dua buah kaleng susu yang dibentuk sedemikian rupa kemudian kedua 82 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk kaleng tersebut dihubungkan dengan seutas benang berbentuk seperti sebuah alat komunikasi dua arah. Alat tersebut sejatinya digunakan sebagai alat bermain dan belajar mengucapkan kata-kata dan mendengarkan informasi dari lawan bicaranya. Sebagaimana disebutkan diatas, sebagai media pembelajaran berupa alat permainan edukatif (APE), media telpon-telponan dapat menjadi salah satu media yang penting dalam pengembangan bahasa. Meski harus tetap dibawah pengawasan orang tua/guru, permainan ini merangsang syaraf motorik halus maupun kasar serta indera pendengaran dan tentu saja indera pengucap. Karena indera ini sangat berkaitan dengan kemampuan bahasa. Coba ajari anak belajar berbahasa sambil bermain telepon-teleponan. Orang tua bisa menggunakan telepon mainan atau dengan telapak tangan. Mulailah dengan suara dering dan ajak anak menjawab dengan “hai” atau “hallo”. Mulailah bertanya hal-hal mudah kepada anak. Pertanyaanpertanyaan tersebut akan melatih anak untuk mn mengolah dan mengembangkan kosakat kata. Nurani Hati Institute | 83 Gambar anak sedang bermain telpon-telponan dari kaleng Sumber : anakastinastanti.com 4. Membaca cerita / Dongeng Dijaman sekarang ini, bercerita atau mendongeng sudah jarang dilakukan oleh orang tua ketika dirumah atau menjelang tidur, padahal mendengarkan cerita atau dongeng juga merupakan kegiatan yang sangat disukai oleh anak-anak, juga dapat meningkatkan kemampuan bahasa anak. Bercerita adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang kepada orang lain secara lisan dengan atau tanpa alat bentuk pesan atau informasi, yang 84 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk didengarkan dengan rasa menyenangkan dan disampaikan dengan cara yang menarik. Aktivitas membacakan cerita pada anak usia dini, bercerita merupakan salah satu metode pengembangan bahasa yang dapat mengembangkan aspek fisik dan psikologis anak. Melalui cerita, anak dapat mengetahui banyak kosa kata baru, anak juga dapat lebih mengenal struktur kalimat melalui cerita yang orang tua bacakan. Lebih bagus lagi jika orang tua membacakan buku cerita bergambar untuk anak. Orang tua bisa menunjukkan situasi gambar cerita kepada anak sehingga anak bisa lebih memahami kisah yang didengarnya. Metode cerita sering kali diberikan pada anak ketika ditanamkan nilai-nilai moral terhadap anak, setelah mendengar cerita diharapkan anak mampu memahami dan menceritakan kembali isi cerita. Bagi faktor psikologisnya diharapkan anak dapat menangkap pesan moral yang terdapat dalam isi cerita tersebut. Nurani Hati Institute | 85 Gambar Guru sedang menerapkan metode bercerita dengan gambar / mendongeng Sumber: Republika.co.id a. Peranan Cerita/Dongeng bagi Perkembangan Anak Usia Dini Berikut ini adalah peranan cerita atau dongeng bagi perkembangan anak adalah sebagai berikut: • Bercerita atau mendongeng merupakan alat pendidikan budi pekerti yang paling mudah dicerna anak disamping teladan yang dilihat anak setiap hari. • Bercerita atau mendongeng merupakan metode dan materi yang dapat diintegrasikan dengan 86 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk dasar keterampilan lain, yakni menulis, membaca, berbicara dan menyimak. • Bercerita atau mendongeng member ruang lingkup yang bebas untuk mengembangkan kemampuan bersimpati dan berempati terhadap peristiwa yang menimpa orang lain. • Bercerita atau mendongeng member contoh pada anak bagaimana menyikapi suatu permasalahan dengan baik dan bagaimana melakukan pembicaraan yang baik. • Bercerita atau mendongeng memberikan barometer social pada anak, nilai-nilai apa saja yang diterima oleh masyarakat sekitar. • Bercerita pelajaran atau budaya mendongeng dan budi memberikan pekerti yang memiliki resistensi lebih kuat daripada pelajaran budi pekerti yang diberikan melalui penuturan dan perintah langsung. • Bercerita atau mendongeng memberikan ruang gerak pada anak, kapan nilai yang berhasil ditangkap atau dipublikasikan. • Bercerita atau mendongeng memberikan efek psikologis yang positif bagi anak dan guru Nurani Hati Institute | 87 sebagai pencerita, seperti kedekatan emosional sebagai figure orang tua. • Bercerita atau mendongeng membangkitkan rasa tahu anak akan peristiwa atau cerita, alur, plot dan yang demikian itu menumbuhkan kemampuan merangkai hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa. b. Tujuan bercerita Tujuan bercerita untuk anak usia dini yaitu agar anak mampu mendengarkan apa yang disampaikan orang lain, anak dapat bertanya dan menjawab tentang isi cerita yang didengarnya, sehingga amanat/isi cerita dapat dipahami dan lambat laun dilaksanakannya. Selain daripada itu, tujuan bercerita juga untuk melatih daya tangkap anak, daya piker, daya konsentrasi, membantu perkembangan imajinasi, menciptakan menyenangkan, dan perbendaharaan kosakata anak. c. Bentuk-bentuk metode bercerita 1) Bercerita dengan alat 88 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk suasana menambah Yaitu orang tua/guru ketika bercerita menggunakan alat peraga, syaratnya orang tua/guru harus hafal isi cerita, memiliki vocal atau suara yang jelas, intonasi yang menarik, mimic dan gerak tubuh yang menarik pula sehingga mendorong anak untuk mendengarkan dan memahami cerita. Contoh alat yang digunakan untuk bercerita: Boneka jari, panggung boneka, dan sebagainya. 2) Bercerita tanpa alat Yaitu orang tua/guru menyampaikan cerita dengan menggunakan berbagai media yang menarik dan aman bagi anak, baik itu asli atau tiruan. 5. Hentikan berbicara dengan bahasa bayi Sebelum belajar berbicara dalam bahasa ibu, atau bahasa apapun yang pertama kali diperkenalkan, bayi lebih banyak mengoceh tak jelas dan bermain dengan suara. Ini yang disebut dengan bahasa bayi, yang kedengaran serupa pada semua bayi. Nurani Hati Institute | 89 Biasanya anak mulai bisa berkomunikasi dengan bahasa bayi pada bulan ketiga. Anak mendengarkan suara ibu, mengawasi wajah ibu saat ibu sedang berbicara, dan berusaha membuat suara random untuk merespon. Mereka juga memperhatikan suara musik atau suara lainnya di sekitar. Gambar Ibu sedang membacakan buku bersama bayi Sumber: hellosehat.com Berikut tahapan bayi mulai belajar bahasa : a. Usia 6 Bulan, Bayi Mulai Bicara Random Pada usia 6 bulan, bayi akan mulai mengoceh dengan suara yang berbeda-beda, mereka mulai bisa mengatakan dua suku kata yang diulang. Seperti, ’ba-ba atau da-da’, bayi 90 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk mulai mengungkapkan sesuatu melalui gumamannya, ocehan bayi pada usia ini biasanya masih terdiri dari suku kata acak tanpa makna. b. Usia 7 Bulan, Bayi mengekspresikan Bahagiadan Sedih Pada usis ini, bayi mulai merespon nama mereka sendiri, mereka tahu saat dipanggil dan sudah mulai mengenali bahasa ibu. Bayi juga mulai menggunakan nada suara untuk member tahu ibu ketika mereka sedang bahagia atau sedih. c. Usia 9 Bulan, Bayi Belajar Kata-kata Pendek Memasuki usia 9 bulan, bayi mulai bisa memahami beberapa kata dasar pendek seperti ‘selamat tinggal’ yang biasanya disebut orang tus ‘da-da’. Mereka sering mengucapkan kata-kata pendek yang dipelajarinya di usia ini. Anak juga mulai bisa menggunakan rentang konsonan dan nada suara yang lebih luas, dan dapat diajak berkomunikasi dengan bahasa ibu meski ucapannya masih kurang jelas. Nurani Hati Institute | 91 d. Usia 12 Bulan, Bayi Mulai mengerti Perintah Memasuki usia 12 bulan, kebanyakan bayi sudah mulai memahami bahasa yang mereka dengar sehari-hari. Mereka mulai mengerti jika dimintai tolong atau dilarang, walau tak selalu melakukan apa yang orang tua minta atau berhenti melalukan apa yang orang tua larang. Pada fase ini, bayi baru sampai pada tahap mengerti, mengetahui arti kata, dan merespons dengan melakukan apa yang orang tua minta, atau mungkin menolak permintaan orang tua. Orang tua bisa mulai mengajarkan konsep minta tolong dan mengucapkan maaf juga. (https:www.popmama.com,25 juni2019) Berdasarkan tahapan bahasa anak mulai belajar bahasa diatas, kemampuan berbicara anak memang masih terbatas sehingga sering mengeluarkan kata-kata yang terdengar kurang jelas. Kemampuan mengucapkan kata yang belum sempurna ini sering dikenal sebagai bahasa bayi. Banyak orang tua pada akhirnya mencoba mengikuti bahasa bayi yang diucapkan anak. Sebenarnya cara tersebut justru bisa menghambat 92 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk proses perkembangan bahasanya. Lebih baik orang tua mulai berbicara dengan mengucapkan yang sebenarnya sehingga anak lebih cepat meniru dan memahami yang orang tua lapalkan. Nurani Hati Institute | 93 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan data yang telah dipaparkan diatas, maka penulis menyimpulkan jika perkembangan bahasa akan sangat berpengaruh dalam kemampuan perkembangan anak selanjutnya terutama terhadap perkembangan kognitif anak usia dini. Melalui bahasa anak dapat berkomunikasi untuk menyampaikan hasil dari pemikirannya sehingga anak yang kemampuan bahasa yang bagus memiliki maka kemampuan kognitif anak juga akan berkembang dengan baik seiring meningkatnya kemampuan dan kreativitas anak lainnya. Bahasa merupakan alat berkomunikasi, dapat digunakan untuk berpikir, dan mengekspresikan perasaan. Melalui bahasa dapat menerima pikiran dan perasaan orang lain. 94 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk Perkembangan bahasa dimulai sejak bayi dan mengandalkan perannya pada pengalaman, penguasaan, dan pertumbuhan Kemampuan berbahasa bagi Anak bahasa. Usia Dini bertujuan agar anak mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya. Konteks pengembangan bahasa meliputi: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis dini. Mengutip dari Children Development, ada 4 bagian dalam bahasa yaitu 1) Fonologi: Bunyi atau nada pada Bahasa. 2) Semantik: mengandung kata kerja dan mampu menggambarkan konsep melalui kata-kata. 3) Tata Bahasa, aturan subjek, predikat, dan objek di posisikan ke dalam suatu kalimat. 4) Pragmatis: aturan untuk komunikasi yang efektif dan sopan. Cara komunikasi dan kemampuan anak dalam menyampaikan dan memahami bahasa, berbeda-beda disetiap fase usia. Seiring dengan bertambahnya usia anak, perkembangan yang dinamis juga terjadi pada kemampuan mereka berkomunikasi dan berbahasa. Nurani Hati Institute | 95 Perkembangan kemampuan berbahasa bagi anak usia dini merupakan hal yang penting bagi anak, karena kemampuan berbahasa sangat berpengaruh terhadap perkembangan lainnya. Setiap anak memiliki kemampuan berbahasa yang berbeda, tidak semua anak mampu berbahasa sesuai kriteria usia yang sudah ditentukan dalam tahapan perkembangan bahasa anak. Komunikasi efektif dengan anak merupakan hal penting yang harus dipahami orang tua ataupun guru. Beberapa alternative metode yang cocok digunakan untuk pengenalan bahasa pada anak usia dini diantaranya adalah sebagai berikut: Bantu dengan gerakan tubuh, bercerita, bercakapcakap, bernyanyi, bermain telpon-telponan, hentikan bicara dengan bahasa bayi. B. SARAN Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak usia dini untuk belajar bahasa karena pada tahap usia 0-6 tahun merupakan masa golden age dimana pada masa ini merupakan masa keemasan perkembangan anak. 96 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk Pada masa ini pula, orang tua memiliki peranan penting dalam mengembangkan keterampilan berbahasa anak usia dini karena anak pertama belajar dari menirukan bahasa orang tua atau orang dewasa disekitar anak. Penulis menyarankan agar orang tua atau orang dewasa yang berada dilingkungan sekitar anak hendaknya menjadi contoh teladan yang baik dalam mengajarkan bahasa terhadap anak. Ketika dalam masa perkembangannya ada perkembangan bahasa anak bermasalah atau terlambat maka hendaknya orang tua dapat mendeteksinya sejak dini agar dapat segera dicarikan solusi sehingga permasalahan yang menyebabkan terhambatnya perkembangan bahasa anak dapat segera diatasi. Dalam penyusunan buku ini sangatlah sangat jauh keterbatasan dari ilmu kata dan sempurna, karena pengetahuan penulis sehingga penyusunan buku ini diakui sangatlah banyak kekurangannya maka diharapkan agar pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang Nurani Hati Institute | 97 membangun sebagai bahan evaluasi penulis untuk penyususan buku kedepannya. 98 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk DAFTAR PUSTAKA 1. http://repository.radenitas.ac.id 2. http://www.ejournal.stainupwr.ac.id 3. http://dijilib.line.-Palangkaraya.ac.id 4. http://3syamsijulianto.blogspot.com 5. https://tirto.id>karakteristib (https://tirto.id/FRFA) 6. https://www.gramedia.com 7. https://kompas.com Nurani Hati Institute | 99 BIOADATARIWAYAT HIDUP PENULIS BUKU 1) Siti Julaeha, S.Pd. Lahir di Garut, 06 september 1983, merupakan anak kedua dari 3 bersaudara dari pasangan Bapak Ade Rahayu dan ibu Rukayah. Sekarang beralamat di Kampung Pasir Ipis RT 03 RW 05 Desa Cisewu Kecamatan Cisewu Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Penulis pertama kali menempuh pendidikan di SDN Sukamaju Desa Cisewu Kecamatan Cisewu Kabupaten Garut pada tahun (1989) dan pindah sekolah pada kelas 5 ke SDN Sumber Sari Indah 2 Kecamatan Babakan Ciparay Kotamadya Bandung lulus pada tahun (1995), melanjutkan ke SMPN 1 Talegong - Garut lulus pada tahun (1998), selanjutnya melanjutkan ke SMUN 1 Cisewu – Garut lulus pada tahun (2001). Pada tahun 2010 melanjutkan ke Perguruan Tinggi (STKIP) Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu 100 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk Pendidikan Panca Sakti – Bekasi dan lulus pada tahun 2014. Penulis menjadi pengajar di (KOBER) Kelompok Bermain AL-Fadilah pada tahun 20092013, di (SPS) Satuan Pendidikan Sejenis Harapan Ibupada tahun 2011-2013, dan pada tahun 2013 menetap mengajar di Taman Kanakkanak (TK) Pertiwi – Cisewu Kabupaten Garut sampai sekarang. 2) Ina Lasdiana, S.Pd. Lahir di Garut, 06 April 1981, merupakan anak kedua dari 5 bersaudara dari pasangan Bapak Jajang ( Alm ) dan ibu Ai Karsih. Sekarang beralamat di Kampung Cisewu RT 004 RW 001 Desa Cisewu Kecamatan Cisewu Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Penulis pertama kali menempuh pendidikan mulai di SDN Cikarang 1, Desa Cikarang - Garut ( Lulus tahun 1994 ) melanjutkan ke MTS Al Fajar Desa Cikarang – Nurani Hati Institute | 101 Garut ( Lulus tahun 1997 ) dan selanjutnya melanjutkan ke MAN 4 Cisewu – Garut ( Lulus tahun 2000 ), kemudian menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi STAI (Sekolah Tinggi Agama Islam ) Siliwangi - Garut, lulus pada tahun 2004. Sejak tahun 2002, penulis menjadi tenaga pengajar honorer di Taman Kanak-kanak ( TK ) Pertiwi – Cisewu sampai dengan sekarang. 3) Teni Kaniawati, S.Pd, Lahir di Garut pada tanggal 23 juni 1971 dari ibu bernama Euis Darmini dan ayah bernama Abdul Komar, beralamat di Kampung Datar Kadu RT 02 RW 05 Desa Cisewu Kecamatan Cisewu Kabupaten Garut. Bersuami Yuyus Setianandika S.Pd dan memiliki 3 orang putri dan 1 orang putra beserta 2 orang cucu. Pendidikan yang pernah ditempuh di SDN Cisewu 1 lulus pada tahun 1984, dilanjutkan ke SMPN 1 Cisewu lulus pada tahun 1987, 102 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk selanjutnya melanjutkan ke SPGN 2 Bandung lulus pada tahun 1990, kemudian melanjutkan ke Perguruan Tinggi ( STKIP ) Sekolah Tinggi Ilmu Pendidikan Bale Bandung jurusan IPS. Menjadi guru sukwan dari bulan agustus tahun 1990, menjadi guru bantu pada tahun 2003 dan CPNS 2006 menjadi PNS tahun 2007, lulus sertifikasi Guru dalam jabatan pada tahun 2014. Nurani Hati Institute | 103 Catatan ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… 104 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… Nurani Hati Institute | 105 ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… 106 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………………………………… Nurani Hati Institute | 107
Loading...

Loading Preview

Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.