KIAT MENINGKATKAN PERKEMBANGAN
BAHASA ANAK USIA DINI
SITI JULAEHA, S.Pd TENI KANIAWATI,
S.Pd INA LASDIANA, S.Pd.I
Penerbit
KIAT MENINGKATKAN PERKEMBANGAN BAHASA
ANAK USIA DINI
SITI JULAEHA, S.Pd, Dkk
Copyright © 2021 by Nurani Hati Institute
Diterbitkan oleh:
Yayasan Nurani Hati Institute
Alamat: Jl Duren No 5 - Depok
ig: @Penerbitnhi
Penyunting: Rober Bastian
Layout: Jaka Sandara
Desain Cover: Jaka Sandara
Pendamping dari Nurani Hati Institute:
Ade E Sumengkar, Abdul Khlos, Indah Sulistyowati
Terbit:2021
ISBN: 978-623-933-219-8
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dengan
bentuk dan cara apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit.
ii | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
Kata Pengantar
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT karena buku ini telah
selesai
disusun.
Buku
ini
disusun
agar
dapat
membantu orang tua atau guru dalam meningkatkan
kemampuan bahasa anak usia dini.
Kami sampaikan terimakasih kepada:
1. NURANI HATI INSTITUTE dan KEMENDIKBUD
RISTEK yang telah menyelenggarakan Program
Organisasi Penggerak (POP) Tahun 2021.
2. BAPAK DR (C) ADE ENGKAR SUMENGKAR
S.PD., MM., selaku Ketua Yayasan NURANI
HATI INSTITUTE.
3. IBU INDAH SULISTYOWATI CHt, CH sebagai
pembimbing peserta dalam cara pengendalian
pikiran.
4. BAPAK ABDUL KHOLIS sebagai pembimbing
dalam penyusunan Buku sebagai tugas literasi
Program Organisasi Penggerak (POP) Tahun
2021.
Nurani Hati Institute | iii
5. Rekan-rekan
Peserta
Program
Organisasi
Penggerak (POP) Tahun 2021 yang selalu
saling mendukung dalam kegiatan ini.
Penulis pun menyadari jika didalam penyusunan
buku ini mempunyai kekurangan, namun penulis
meyakini sepenuhnya bahwa sekecil apapun buku ini
tetap
akan
memberikan
sebuah
manfaat
bagi
pembaca.
Akhir kata untuk menyempurnakan buku ini,
maka kritik dan saran dari pembaca sangatlah
berguna untuk penulis kedepannya.
Garut, November 2021
Penulis
iv | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR - iii
BAB I PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI - 1
A. Pengertian Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini --1
B. Pengertian Perkembangan Bahasa Menurut Para Ahli-- 2
C. Hakikat Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini --- 8
D. Karakteristik Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini -- 13
E. Ciri-ciri dan Tahapan Perkembangan Bahasa Anak
Usia Dini --- 18
BAB II FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT
PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI - 24
A. Gangguan Pendengaran / Tuna rungu --- 26
B. Pola Asuh Orang Tua --- 29
C. Masalah Ekonomi Keluarga --- 34
D. Tidak Pandai Dalam Bersosialisasi --- 35
E. Gangguan Psikologis --- 36
BAB III MEDIA DAN ALAT PERMAINAN
EDUKATIF (APE) UNTUK MERANGSANG
PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI - 39
A. Pengertian Media dan Alat Permainan Edukatif --39
B. Macam-macam Permainan Edukatif Untuk Melatih
perkembangan Bahasa Anak Usia dini --- 43
BAB IV METODE UNTUK MENONGKATKAN
KEMAMPUAN BAHASA ANAK USIA DINI - 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN - 94
A. Kesimpulan --- 94
B. Saran --- 96
DAFTAR PUSTAKA - 99
Nurani Hati Institute | v
BAB I
PERKEMBANGAN BAHASA
ANAK USIA DINI
A. PENGERTIAN PERKEMBANGAN BAHASA
ANAK USIA DINI
Perkembangan bahasa anak usia dini adalah
salah satu aspek dari tahapan perkembangan anak
yang di ekspresikan melalui pemikiran anak dengan
menggunakan
kata-kata
yang
ditandai
meningkatnya kemampuan dan kreativitas anak
sesuai tahap perkembangannya.
Bahasa
dapat
merupakan
digunakan
alat
berkomunikasi,
untuk
berpikir,dan
mengekspresikan perasaan. Melalui bahasa dapat
menerima pikiran dan perasaan orang lain.
Perkembangan bahasa dimulai sejak bayi
dan mengandalkan perannya pada pengalaman,
penguasaan,
dan
pertumbuhan
bahasa.
Nurani Hati Institute | 1
Kemampuan berbahasa bagi Anak Usia Dini
bertujuan agar anak mampu berkomunikasi secara
lisan
dengan
lingkungannya.
Konteks
pengembangan bahasa meliputi: mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis dini.
B. PENGERTIAN PERKEMBANGAN BAHASA
MENURUT PARA AHLI
Kita
semua
menyadari
bahwa
bahasa
merupakan suatu hal yang penting. Tanpa Bahasa
seseorang tidak akan dapat berkomunikasi dengan
orang lain. Berkomunikasi sebagai kebutuhan dasar
bagi setiap anak karena merupakan makhluk sosial
yang berhubungan dengan orang lain, anak selalu
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial.
Anak dapat mengekspresikan pikirannya
menggunakan bahasa, sehingga orang lain dapat
menangkap apa yang dipikirkan oleh anak. Melalui
berbahasa, komunikasi antar anak dapat terjalin
dengan baik sehingga anak dapat membangun
hubungan.
2 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
Sebelum
anak
belajar
pengetahuan-
pengetahuan lain, dia perlu menggunakan bahasa
agar dapat memahami dengan baik. Anak dapat
mengembangkan kemampuannya dalam bidang
pengucapan bunyi, menulis, membaca yang sangat
mendukung kemampuan keaksaraan di tingkat
yang lebih tinggi.
Berikut ini merupakanteori perkembangan
Bahasa menurut para ahli.
a. Teori Nativis
Teori ini berpandangan bahwa ada unsur
keterkaitan yang erat antara faktor biologis
kemampuan bawaan sejak lahir, selanjutnya
belajar
bahasa
tidak
dipengaruhi
oleh
intelegensi maupun pengalaman individu.
Perkembangan Bahasa menurut Noam
Chomsky
(1974),
Ia
berpendapat
bahwa
penguasaan bahasa pada anak-anak bersifat
alamiah
atau
nature.
pandangan
ini
tidak
berpendapat bahwa lingkungan punya pengaruh
dalam
pemerolehan
bahasa,
melainkan
menganggap bahwa bahasa merupakan
Nurani Hati Institute | 3
pemberian biologis, sejalan dengan terbukanya
kemampuan lingual yang secara genetis telah
di programkan.
Menurut
Lenneberg,
mengemukakan
bahwa kemampuan bahasa adalah kemampuan
yang
dimiliki
pengetahuan
seseorang
berdasarkan
awal yang diperoleh
secara
biologis (Yusuf,2016).
Mc.
Neil
(Brown,1980:22)
mendeskripsikan bahwa Linguage Acquisition
Device (LAD) itu terdiri atas empat bakat
bahasa,yakni
1) Kemampuan untuk membedakan bunyi
bahasa dengan bunyi-bunyi yang lain.
2) Kemampuan mengorganisasikan peristiwa
bahasa ke dalam variasi yang beragam.
3) Pengetahuan adanya sistem bahasa tertentu
yang mungkin dan sistem yang lain yang
tidak mungkin.
4) Kemampuan untuk mengevaluasi sistem
perkembangan bahasa yang membentuk
sistem yang mungkin dengan cara yang
4 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
paling sederhana dari data kebahahasaan
yang diperoleh.
b. Teori Kognitivisme
Teori ini beranggapan bahwa berpikir
sebagai
prasyarat
berbahasa,
terus
berkembang sebagai hasil dari pengalaman
dan penalaran.Menurut aliran ini kita belajar
disebabkan oleh kemampuan kita menafsirkan
peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam
lingkungan.
Berikut
pendapat
dari
tokoh
yang
menganut teori kognitif :
Vygotsky
bahwa
(Hidayat,2014)berpendapat
adanya satu tahap
perkembangan
bahasa sebelum adanya pikiran, dan satu
tahap perkembangan berpikir sebelum adanya
bahasa. Kemudian, tahap tersebut bertemu dan
terjadilah secara serentak pikiran berbahasa
dan bahasa berpikir.
Piaget,
mengemukakan
bahwa
perkembangan bahasa adalah hasil hubungan
yang erat antara anak dan lingkungannya
Nurani Hati Institute | 5
ditambah dengan interaksi komplementer antara
perkembangan
kapasitas
kognitif
dan
bahwa
anak
pengalaman bahasa anak.
Brunner,
menyatakan
belajar dari yang konkret ke abstrak melalui
tiga tahapan yaitu;
1) Anactive: anak berinteraksi dengan objek
berupa benda-benda,orang dan kejadian,
dari kejadian itu anak belajar nama dan
merekam symbol dan kejadian.
2) Iconic: anak mulai belajar mengembang
symbol dengan benda.
3) Symbolic:anak mengembangkan konsep.
Pada tahap ini anak mulai belajar berpikir
abstrak,
anak
mampu
menghubungkan
berkaitan antara benda, orang atau objek
dalam
suatu
urutan
kejadian.Khadijah
(2006).
Laughlin dalam Elizabeth menyatakan
(1983:54),
berpendapat
bahwa
dalam
belajar Bahasa seorang anak perlu proses
pengendalian dan lingkungan. Pendekatan
kognitif dalam belajar Bahasa lebih
6 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
menekankan pemahaman, dan memandang
anak sebagai seseorang yang berperan aktif
dalam proses belajar bahasa.
c. Teori Behavioristik
Teori behavioristik mengatakan bahwa
pemerolehan bahasa melalui perilaku verbal,
yaitu dengan adanya stimulus lalu kemudian
direspon
dan
kemudian
pada
akhirnya
menimbulkan bahasa. Jadi seseorang berdasar
output
Bahasa,lalu
memprosesnya
dengan
memberi makna dan pada akhirnya melahirkan
Bahasa sebagai output.
Berikut
pendapat
mengenai
perkembangan bahasa anak menurut para
tokoh yang beraliran teori behavioristik :
Skinner (1904-1990)
mengungkapkan
bahwa manusia pertama kali memperoleh
bahasanya melalui 3 hal ( Stimulus, Respon,
Reward). Berbicara dan memahami bahasa
diperoleh
melalui
rangsangan
lingkungan.Skinner yakin bahwa perilaku verbal
Nurani Hati Institute | 7
adalah
perilaku
yang
dikehendaki
adalah
perilaku yang dikendalikan oleh akibatnya.
Bandura,
menyatakan perkembangan
bahasa dapat dikembangkan melalui tiruan
atau imitasi dari orang lain. Bandura juga
berpendapat
bahwa
anak
belajar
bahasa
dengan menirukan dengan melakukan imitasi
atau menirukan suatu model.
C. HAKIKAT PERKEMBANGAN BAHASA ANAK
USIA DINI
Hakikat perkembangan Bahasa pada anak
usia dini adalah perubahan sistem lambang bunyi
yang berpengaruh terhadap kemampuan berbicara
anak usia dini. Bahasa merupakan alat komunikasi
yang digunakan seseorang dalam pergaulannya
sehari-hari. Pada kamus besar bahasa Indonesia
(KBBI) bahasa diartikan sebagai sistem lambang
bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota
suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi,
dan mengidentifikasi diri. Bahasa juga diartikan
sebagai percakapan atau perkataan yang baik.
8 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
Penggunaan bahasa menjadi efektif sejak
seorang individu memerlukan berkomunikasi dengan
orang lain. Sejalan dengan hal tersebut, Sunarto dan
Hartono
(2008:136)
menyatakan
bahwa
sejak
seorang bayi mulai berkomuniksai dengan orang lain,
maka sejak itu pula bahasa diperlukan. Semakin bayi
itu tumbuh dan berkembang serta mulai mampu
memahami
lingkungan,
maka
bahasa
mulai
berkembang dari tingkat yang sangat sederhana
menuju ke bahasa yang kompleks.
Melalui kemampuan berbicara, anak usia dini
bisa mengidentifikasi dirinya, serta berinteraksi dan
bekerja sama dengan orang lain. Menurut Wiyani
(2014:97) setidaknya ada tiga fungsi bahasa bagi
anak usia dini sebagai berikut.
1) Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan
pikiran dan perasaan anak
Bahasa merupakan simbol yang digunakan
oleh anak untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaannya. Hasil dari aktivitas berfikir anak akan
diekspresikan
dengan
bahasa,
dan
berbagai
perasaan yang melingkupi anak akan ditampilkan
Nurani Hati Institute | 9
dengan kemampuan berbahasanya pula. Hal itu
menegaskan jika aspek berbahasa pada anak
usia dini juga berhubungan dengan aspek
kognitif dan aspek emosi.
2) Bahasa merupakan alat untuk menjalin
komunikasi anak dengan orang lain
Sejak
berkomunikasi
dilahirkan
dengan
anak
orang
sudah
lain
bisa
meskipun
dengan bahasa yang sangat sederhana, yaitu
berupa tangisan. Pada saat bayi merasa lapar, ia
akan menangis agar ibunya menyusuinya. Pada
saat bayi merasa takut atau tidak nyaman, ia juga
akan menangis agar ibunya menggendongnya.
3) Bahasa merupakan alat yang digunakan oleh
anak untuk hidup bersama dengan orang lain di
sekitarnya.
Tidak ada seorang manusiapun yang bisa
hidup sendirian. Selain sebagai makhlukindividu,
manusia merupakan makhluk sosial yang sering
diistilahkan dengan makhluk mono-dualis.
Seorang individu membutuhkan bantuan
individu lainnya baik secara langsung maupun
tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan
10 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
hidupnya. Anak juga membutuhkan orang lain
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk
kepentingan tersebut, maka anak harus hidup
bersama dengan orang lain di sekitarnya. Dalam
kebersamaan tersebut anak menjalin kerjasama
di
mana
sukses
atau
tidaknya
kerjasama
diantara mereka dipengaruhi oleh bahasa yang
digunakannya. Tentu dapatlah dibayangkan apa
yang akan terjadi jika seorang individu tidak
pandai dalam berbahasa, khususnya dalam
berbicara.
Menurut penelitian (dalam Wiyani, 2014:98)
terdapat empat aspek bahasa yang harus dikuasai
untuk dapat berkomunikasi dengan efektif, yaitu
fonologi,
semantik,
sintaksis
Fonologi
merupakan
dan
pragmatik.
pengetahuan
mengenai
sistem suara yang dipergunakan dalam bahasa
dan merupakan aturan untuk
mengkombinasikan suara-suara tersebut. Semantik
adalah pemahaman tentang unit dasar bahasa
(morfem) yang merepresentasikan arti kata dan arti
kalimat.
Sintaksis
merupakan
aturan
untuk
mengkombinasikan kata-kata menjadi frasa
Nurani Hati Institute | 11
atau kalimat yang berarti. Sedangkan pragmatik
merupakan
prinsip
bagaimana
bahasa
dipergunakan dalam situasi sosial yang berbedabeda. Sebelum dapat berbicara umumnya seorang
anak memiliki perilaku untuk mengeluarkan suarasuara yang bersifat sederhana lalu berkembang
secara kompleks dan mengandung arti. Misalnya
seorang anak menangis (crying), mendengkur
(cooing), mengoceh (babling), lalu ia akan dapat
menirukan berbagai kata yang didengar dari orang
tua (lingkungannya) seperti kata mama, papa,
makan, minum, dan sebagainya. Kemampuan
mengeluarkan
suara
seperti
menangis,
mendengkur, mengoceh, meniru kata-kata sebelum
anak dapat berbicara dengan jelas artinya disebut
dengan pre-linguistic speech. Seiring dengan
bertambahnya usia anak, kemampuan berbicara
mereka akan berkembang. Untuk mengoptimalkan
perkembangan bahasa tersebut maka diperlukan
pemberian stimulas berupa pembelajaran bahasa
bagi anak usia dini,
12 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
terlebih lagi belajar bahasa yang sangat krusial
terjadi sebelum anak berusia 6 tahun.
D. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ANAK USIA
DINI
Cara komunikasi dan kemampuan anak dalam
menyampaikan dan memahami bahasa, berbedabeda
disetiap
fase
usia.
Seiring
dengan
bertambahnya usia anak, perkembangan yang
dinamis juga terjadi pada kemampuan mereka
berkomunikasi dan berbahasa.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk
memahami hal ini agar tidak terjadi miskomunikasi
dengan buah hati. Meskipun begitu, komunikasi
dengan anak usia dini lebih mudah daripada ketika
mereka sudah beranjak remaja. Namun,hal ini tidak
mengurangi urgensi mengenali karakteristik bahasa
anak
agar
orang
tua
bisa
mengefektifkan
interaksinya dengan si kecil.
Komunikasi efektif dengan anak merupakan hal
penting yang harus dipahami orang tua.Tak jarang
kita mendengar masalah hubungan orang tua dan
anak berpangkal dari miskomunikasi.Kendati
Nurani Hati Institute | 13
orang tua pada umumnya mengharapkan hal yang
terbaik bagi anaknya, niat yang tulus saja belum
cukup.Sebab, orang tua perlu mengomunikasikan
pesan itu secara tepat pula.
Dilansir
dari
laman
Sahabat
Keluarga
Kemendikbud, berikut ini kategorisasi karakteristik
bahasa anak usia dini.
1) Bayi Usia 0-1 Tahun Pada rentang usia 0-1
tahun, bayi masih mengeluarkan suara atau
bunyi-bunyian yang belum berbentuk bahasa
dan tidak bisa dipahami orang dewasa. Kendati
demikian, anak usia 0-1 tahun amat senang
meniru suara atau bunyi-bunyian dari orang
yang mengajaknya bicara. Kerap kali, ia akan
tersenyum atau matanya melebar bila diajak
bicara. Di rentang usia usia 0-1 tahun juga, ia
mulai dapat melafalkan kata-kata sederhana
seperti: "ibu", "mama", "bapa", dan lain
sebagainya. Menjelang berusia satu tahun,
anak biasanya mulai mengetahui sedikitnya 20
kata sederhana, dan terus meningkat seiring
dengan bertambahnya usia si kecil.
14 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
2) Balita Usia 1-3 Tahun Setelah melewati usia satu
tahun, cara bicara anak sudah berkembang.
Meskipun belum jelas, tapi ia sudah bisa
ditangkap maknanya. Balita bisa saja menyebut
"susu" menjadi "tutu" atau "mobil" menjadi "mbil",
dan
lain
sebagainya.
Anak
juga
mulai
menggunakan mimik wajah dan gerakan tubuh
saat berbicara, misalnya melotot saat marah atau
menunjuk barang yang diinginkan. Anak usia 1-3
tahun juga biasa menggunakan gerakan tubuh
untuk menjelaskan keinginannya. Di rentang usia
1-3 tahun, anak pun mulai menanyakan namanama benda, misalnya dengan cara mengatakan:
“Apa itu?” Ketika bertemu hal-hal baru, ia akan
menanyakan: "Apa ini?" Anak juga akan mulai
mengetahui nama-nama benda di sekitarnya dan
menguasai beberapa kata kerja yang sederhana.
3) Anak Usia 3-6 Tahun Ketika beranjak ke usia
tiga tahun, cara berbicara anak sudah semakin
jelas dan dapat dipahami orang lain. Anak usia
3-6 tahun pun bisa menyampaikan maksud,
keinginan, dan mengutarakan perasaannya
Nurani Hati Institute | 15
kepada orang lain. Di usia ini, anak mulai lancar
pula berbicara dalam kalimat terdiri dari tiga
kata, misalnya: “Adek mau minum” atau "Dede
pengen pipis", dan terus berkembang seiring
bertambahnya usia. Kosa kata anak juga sudah
bertambah banyak.Jika demikian, anak mulai
banyak bertanya sebab-akibat atau kausalitas.
Misalnya, pertanyaan: “Kenapa daun warnanya
hijau?” dan lain sebagainya. Jika ia merasa
mengetahui sesuatu, ia pun akan menjawab
pertanyaan
sederhana
yang
diajukan
komunikasi
dengan
kepadanya.
Bagaimana
cara
anak usia dini? Dikutip dari Komunikasi Efektif
dengan Anak Usia Dini (2018: 17-19) yang
diterbitkan
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan, orang tua dapat menerapkan tipstips sebagaimana diperinci di bawah ini.
Pertama, bagi bayi usia 0-3 tahun, orang
tua mesti sering mengajak anak berbicara untuk
menstimulasi kemampuan bahasanya. Orang
tua juga dapat membangun kedekatan dengan
menatap mata anak saat berbicara
16 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
dengannya.Kemudian,
lakukan
pengulangan
kalimat agar anak dapat memahami atau
menirukan kosa kata baru yang ia dengar.
Orang tua juga sebaiknya tersenyum dan
menampilkan
mimik
menyenangkan
ketika
berbicara dengan anak.
Kedua, bagi balita usia 1-3 tahun, orang
tua mesti menyimak dengan baik saat anak
berbicara. Jangan potong kalimat anak, serta
beri
ia
kesempatan
untuk
menyelesaikan
bicaranya. Jika orang tua ingin mengoreksi dan
mengajari anak, contohkan kata dan kalimat
dengan benar, terutama saat mengenalkan
nama-nama benda, situasi, dan keterangan di
lingkungan anak.
Ketiga, bagi anak usia 3-6 tahun, orang tua
perlu menstimulasi kemampuan bahasa anak
dengan memberi kesempatan si kecil untuk
bercerita. Di rentang usia ini, orang tua juga dapat
mengajukan pertanyaan-pertanyaan agar cerita
yang disampaikan oleh menjadi jelas, lengkap,
dan bisa dipahami. Jika anak bertanya, jawab
pertanyaan-pertanyaan mereka.Bila tidak
Nurani Hati Institute | 17
tahu, orang tua dan anak dapat saling mencari
tahu
jawabannya
di
buku
dan
kamudian
menerangkannya kepada anak.
E. CIRI-CIRI DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN
BAHASA ANAK USIA DINI
Perkembangan bahasa pada anak biasanya
terjadi melalui beberapa tahapan, sangat jarang
yang terjadi sekaligus.Adapun tahapan tersebut
terjadi
dengan
sekuensial.Pada
urutan
yang
dasarnya,
konsisten
anak
tidak
atau
butuh
pembelajaran bahasa secara eksplisit.Artinya Anda
tidak perlu mengajarkan anak mengatakan ibu
seperti guru mengajari muridnya.
Mengutip dari Children Development, ada 4
bagian dalam bahasa yaitu
1) Fonologi: Bunyi atau nada pada Bahasa.
2) Semantik: mengandung kata kerja dan mampu
menggambarkan konsep melalui kata-kata.
2) Tata Bahasa, aturan subjek, predikat, dan objek
di posisikan ke dalam suatu kalimat.
3) Pragmatis: aturan untuk komunikasi yang efektif
dan sopan.
18 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
Pembelajaran mengenai bahasa terutama
di awal kehidupan anak terjadi secara natural.Hal
inilah yang membuat perkembangan bahasa pada
anak sangat mengesankan.Lalu dari mana anak
akan belajar bahasanya? Biasanya anak akan
belajar bahasa dari orang-orang di sekitarnya
yang
bicara
atau
mengajak
mereka
berkomunikasi. Meski bisa belajar dengan natural,
akan tetapi tetap ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kemampuan bicara pada anak
baik faktor internal maupun faktor eksternal.
Artinya, secara genetik anak memiliki cara
sendiri
untuk
mempelajari
dan
memahami
sebanyak mungkin bahasa yang didengar dari
lingkungannya. Ketika seorang anak tumbuh di
lingkungan dengan interaksi sosial yang tinggi,
maka kemungkinan perkembangan bahasa anak
usia dini berjalan lancar dan baik.
Sebelum
kita
membahas
lebih
lanjut
mengenai tahapan perkembangan bahasa pada
anak, mari kita coba mencari tahu terlebih dahulu
mengenai ciri perkembangan bahasa pada anak.
Nurani Hati Institute | 19
Anak
yang
mengalami
perkembangan
bahasa akan dimulai dari kemampuan untuk
mengucapkan kalimat sederhana hingga kalimat
yang kompleks.Selain itu, proses perkembangan
bahasa yang baik ditandai dengan kemampuan
anak mengucapkan dan menggunakan bahasa
tepat sasaran.Bukan hanya itu, mereka juga bisa
menggunakan gestur serta ekspresi yang tepat
dalam pengelolaan bahasanya.
Pada tahap selanjutnya, anak-anak memiliki
setidaknya 2500 kata untuk berkomunikasi seharihari dengan orang di sekitar.Ini merupakan pertanda
bahwasanya mereka sudah berkembang dengan
maksimal, bentuk komunikasi yang ditunjukkan juga
sudah mirip orang dewasa.Selain itu, ciri-ciri lain dari
kemampuan bahasa anak yang
berkembang
maksimal
adalah
mampu
menggunakan kata sesuai situasinya.
Kebanyakan orang tua cenderung tidak
sabar ketika menunggu momen dimana anak bisa
berkomunikasi.Nah, supaya tidak salah menilai
perkembangan mereka sebaiknya pahami terlebih
dahulu tahapan-tahapan bahasa pada anak.
20 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
Secara umum, perkembangan bahasa anak
dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap pralinguistik
dan linguistik.
Tahap pralinguistik, akan dialami pada fase
bayi. Pada tahapan ini, Bahasa bayi berupa
simbol-simbol ekspresi tertentu seperti, menangis,
menjerit, dan juga tertawa.Berbagai ekspresi
tersebut
merupakan
bentuk komunikasi
bayi
dalam menyampaikan perasaannya mulai dari
senang, sedih, nyaman, atau takut. Seiring
berjalannya
waktu,
tahapan
tersebut
akan
meningkat perlahan menjadi komunikasi ke arah
verbal. Komunikasi verbal pada tahapan ini masih
dalam
bentuk
sederhana
seperti
mengoceh
dengan kalimat yang belum begitu jelas.
Tahap linguistik, Pada tahapan ini anak
sudah dapat melakukan komunikasi verbaldalam
bentuk kata-kata yang dapat dimengerti.Pada
tahapan ini pula, anak-anak dapat menyusn kata
dan menyampaikan komunikasinya dalam sebuah
kalimat seperti orang dewasa.
Nurani Hati Institute | 21
Secara lebih rinci, tahapan perkembangan
bahasa
anak
usia
dini
dapat
dikategorikan
sebagai berikut:
1) Tahapan usia 0 –12 bulan
Pada usia ini, sebagian besar bayi berada pada
tahap
pralinguistik.
Seperti
yang
sudah
dijelaskan sebelumnya, pada tahapan ini bayi
akan lebih banyak menunjukan komunikasinya
dalam bentuk simbol-simbol ekspresi. Pada
fase ini pula, bayi sudah mampu merespon
suara, babbling (mengulang konsonan dan
vocal),
memahami
perintah
verbal,
serta
menunjuk arah.
2) Tahapan usia 1 – 3 tahun
Pada usia ini, anak sudah mulai menunjukkan
peningkatan Bahasa. Jika pada tahun pertama
anak sudah dapat mulai memahamu intruksi
dan mengucap satu kata, maka di tahuh kedua
dan ketiga.
Anak sudah mulai mengenal dan belajar
mengucapkan kata-kata sederhana meskipun
pengucapannya belum begitu sempurna.
22 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
3) Tahapan usia 3 – 5 tahun
Pada tahapan usia ini, anak sudah mampu
menyusun
kata
dan
menyampaikan
komunikasinya dalam sebuah kalimat seperti
orang dewasa. Ia sudah mampu mengenalkata
kerja
dan
kata
ganti,
ia
juga
dapat
menyampaikan keinginannya dalam bentuk
kalimat.
Tak
hanya
bisa
menyampaikan
keinginannya, pada tahap usia ini anak juga
sudah mampu melontarkan pertanyaan, protes,
penolakan, ataupun menyampaikan perasaan.
Nurani Hati Institute | 23
BAB II
FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT
PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA
DINI
P
erkembangan kemampuan berbahasa bagi
anak usia
dini merupakan hal yang penting bagi anak, karena
kemampuan berbahasa
sangat
berpengaruh
perkembangan
lainnya.
terhadap
Setiap
anak
memiliki kemampuan berbahasa yang
berbeda, tidak semua anak mampu berbahasa sesuai
kriteria usia yang sudah ditentukan dalam tahapan
perkembangan bahasa anak. Beberapa anak bahkan
mengalami
hambatan
dalam
mengembangkan
perkembangan bahasanya. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor dari pengaruh luar atau bahkan dari
diri anak itu sendiri.
Bila terjadi gangguan yang menyebabkan anak
terlambat perkembangan bahasanya maka orang tua
24 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
perlu mendeteksinya sejak dini. Sebab bila terlambat
akan mengakibatkan gangguan yang yang lebih berat
“Untuk itu kita perlu mengetahui, di usia berapa anak
mulai bisa bergumam, merespon, mengucapkan kata,
dan seterusnya,” ujar dr Widodo Judarwanto,SpA di
acara hasil kerjasama dengan nakita dengan PT
Endrass
Perdana
Film.
(Kompas.com
sabtu,20
februari 2020 08:29).
Penyebab keterlambatan berbahasa pada anak
sangat beragam dengan factor penyebab yang
berbeda pula, hal ini bisa disebabkan oleh faktor dari
dalam diri anak itu sendiri yang sebagian besar
diakibatkan karena gangguan pendengaran, stimulus
yang kurang, retardasi mental atau bisa juga adanya
gangguan saat kehamilan ibu. Selain dari faktor
bawaan anak, bisa juga diakibatkan karena pengaruh
dari pola asuh dan lingkungan, baik dari lingkungan
awal anak yaitu keluarga atau pola asuh orang tua
maupun dari lingkungan sekitar.
Berikut
ini
merupakan
faktor-faktor
yang
menghambat perkembangan Bahasa anak usia dini,
yaitu:
Nurani Hati Institute | 25
A. GANGGUAN PENDENGARAN / TUNA RUNGU
Anak
tuna
mengalami
rungu
gangguan
mengakibatkan
adalah
pada
anak
yang
pendengarannya,
ketidakmampuan
mendengar.
Sehingga mengalami hambatan dalam memproses
informasi bahasa melalui pendengarannya.
Gangguan pada organ pendengaran bisa
terjadi pada telinga luar, telinga tengah maupun
bagian dalam. Letak gangguan secara anatomis
tersebut mengklasifikasikan tunarungu menjadi tipe
konduktif, sensorineural, dan campuran. Tuna
rungu tipe konduktif, diakibatkan adanya gangguan
pada telinga luar dan tengah, sedangkan tuna
rungu sensorineural diakibatkan gangguan pada
telinga bagian dalam serta syaraf pendengaran.
Adapun
tunarungu
campuran
merupakan
perpaduan antara konduktid dan sensorineural.
Ketunarunguan dapat terjadi pada masa
prabahasa dan paska bahasa. Ketunarunguan
prabahasa
(prelingual
deafness),
merupakan
kehilangan pendengaran yang terjadi sebelum
kemampuan
bicara dan Bahasa berkembang.
Sedangkan ketunarunguan pasca Bahasa (post
26 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
lingual
deafness)
merupakan
kehilangan
pendengaran yang terjadi setelah berkembangnya
kemampuan bicara dan Bahasa secara spontan
(Kirk & Gallagrer,1989:301-302).
Dampak
langsung
dari
ketunarunguan
adalah terhambatnya komunikasi verbal / lisan, baik
secara eksprensif (berbicara) maupun reseptif
(memahami pembicaraan orang lain), sehingga sulit
berkomunikasi
dengan
lingkungan
orang
mendengar yang lazim menggunakan Bahasa
verbal sebagai alat komunikasi. Hambatan dalam
berkomunikasi
hambatan
tersebut,
dalam
berakibat
proses
juga
pada
pendidikan
dan
pembelajaran anak tuna rungu. Namun demikian
anak tuna rungu memiliki potensi untuk belajar
berbicara dengan berbahasa. Oleh karena itu anak
tuna rungu memerlukan layanan khusus untuk
mengembangkan
kemampuan
berbahasa
dan
berbicara, sehingga dapat meminimalisasi dampak
dari ketunarunguan yang alaminya.
Ketunarunguan bukan hanya mengakibatkan
tidak berkembangnya kemampuan berbicara, lebih
dari itu dampak paling besar adalah terbatasnya
Nurani Hati Institute | 27
kemampuan
berbahasa
Uden;1977;Meadow,1980),
Leigh
(Van
(1994;dalam
Bunawan,2004) mengemukakan bahwa masalah
utama kaum tuna rungu bukan terletak pada tidak
dikuasainya sarana komunikasi lisan, melainkan
akibat
hal
tersebut
terhadap
perkembangan
kemampuan berbahasanya secara keseluruhan
yaitu mereka tidak atau kurang mampu dalam
memahami lambing dan aturan bahasa.
Secara lebih spesifik, mereka tidak mengenal
atau mengerti lambing / kode atau ‘nama’ yang
digunakan lingkungan guna mewakili benda-benda,
peristiwa kegiatan, dan perasaan serta tidak
memahami aturan / system / tatabahasa. Keadaan
ini
terutama
dialami
anak
tunarungu
yang
mengalami ketulian sejak lahir atau usia dini (tuli
prabahasa).
Terhambatnya kemampuan berbahasa yang
dialami
anak
tunarungu,
berimplikasi
pada
kebutuhan khusus mereka untuk mengembangkan
kemampuan berbahasa dengan metode khusus,
yang merupakan dasarnya setiap anak tunarungu
dapat dikembangkan kemampuan berbahasa dan
28 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
berbicaranya melalui berbagai layanan khusus dan
fasilitas khusus yang sesuai dengan kebutuhannya.
B. POLA ASUH ORANG TUA
Sebelum membahas pola asuh orang tua
yang dapat mempengaruhi perkembangan bahasa
anak usia dini, terlebih dahulu kita bahas mengenai
macam-macam pola asuh orang tua. Setiap orang
tua memiliki pola asuh yang berbeda-beda, dengan
cara
bagaimanapun
didikannya,
menginginkan
orang
tujuannya
anak
tua
tetap
tumbuh
dan
memberikan
sama
yakni
berkembang
dengan baik.
Berikut ini merupakan macam-macam pola
asuh
orang
tua
yang
dilansir
dari
artikel
(Kompas.com-24/03/2020), yaitu:
1) Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif dapat disebut sebagai
pola asuh yang toleran atau penuh kesabaran.
Ciri-ciri gaya pengasuhan ini adalah memiliki
beberapa aturan atau standar perilaku, aturan
bisa tidak konsisten, jangan berharap terlalu
banyak dari anak, dan terus mengasuh dan
Nurani Hati Institute | 29
mencintai
anak-anak.
Efek
dari
gaya
pengasuhan ini adalah bahwa anak-anak akan
kekurangan disiplin diri, memiliki keterampilan
sosial yang buruk, akan sangat menuntut dan
merasa tidak aman.
2) Pola asuh otoritatif
Gaya pengasuhan ini dikenal juga dengan
pola asuh demokratis, di mana orangtua dan
anak selalu bicara bersama untuk mendapatkan
sebuah solusi bagi kedua pihak. Pola asuh
seperti ini mendorong anak untuk berani
berpendapat dan percaya diri. Anak merasa
dihargai,
karena
orangtua
terbuka
mendengarkan pendapat anak.Ini juga yang
kemudian merekatkan hubungan anak dan
orangtua. Orangtua juga bisa mendorong anak
untuk disiplin dan mandiri, serta mendidik anak
bagaimana membuat pilihan terbaik. Banyak
penelitian
yang
menyebutkan,
bahwa
tipe
pengasuhan otoritatif adalah yang terbaik untuk
diterapkan pada anak.
30 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
3) Pola Asuh Otoriter
Gaya pengasuhan ini ditandai dengan
aturan orangtua yang kaku dan harapan tinggi
untuk diikuti anak tanpa syarat. Karakteristik gaya
pengasuhan
seperti
ini
umumnya
orangtua
memiliki aturan yang ketat, sangat menuntut
tetapi tidak responsif, dan tidak memberi anakanak pilihan. Hati-hati, efek dari pola asuh ini
dapat membuat anak-anak memiliki perilaku yang
lebih agresif di luar rumah, mengalami kesulitan
dalam situasi sosial, dan tidak percaya diri di
sekitar orang lain. Bahkan, anak-anak yang
terpapar
gaya
pengasuhan
beresiko
tidak
berprestasi disekolah
4) Pola Asuh yang Tidak Terlibat
Pola asuh yang tidak terlibat atau pola
asuh yang tidak diperhatikan, adalah gaya
pengasuhan yang paling berbahaya. Dalam
gaya pengasuhan seperti ini, orangtua abai dan
tidak memenuhi kebutuhan anak-anak mereka,
baik fisik maupun psikis. Orangtua berharap
anak-anak bisa membesarkan diri mereka
sendiri. Orangtua dengan pola asuh ini
Nurani Hati Institute | 31
cenderung hanya sedikit atau sama sekali tidak
mengetahui apa yang dilakukan atau diinginkan
anak-anak mereka. Sebagian besar kasus ini
terjadi,
karena
kondisi
kesehatan
mental
orangtua atau penyalahgunaan zat. Anak-anak
yang terpapar gaya pengasuhan seperti ini
tentu tidak merasa bahagia dalam hidup
mereka, cenderung tidak berprestasi baik di
bidang akademik, dan tidak percaya diri.
Pola
asuh
orang
tua
dapat
mempengaruhi perkembangan bahasa anak,
orang tua hendaknya memperhatikan dengan
baik. Orang tua harus memberikan pola asuh
yang baik pada anak, karena apa yang dilihat
anak dalam kehidupan sehari-hari orang tuanya
akan menjadi contoh. Perkembangan bahasa
anak dimulai dari menyimak, dari menyimak
akan berdampak pada keterampilan berbicara.
(https://www.kompasiana.com 4 juli 2021).
Orang tua adalah tempat pertama anak
belajar bahasa. Melalui komunikasi yang terjalin
dari semenjak dalam kandungan yaitu melalui
rangsangan dengan mengajak bicara janin
32 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
dalam kandungan ibu dengan bahasa kasih dan
ketulusan
hati,
mendengarkan
sholawat
maupun lagu bersama, membacakan buku
cerita,
mengajaknya
membaca
doa,
menceritakan kegiatan yang sedang Mama
lakukan.
Semua
kegiatan
tersebut
dapat
mempengaruhi perkembangan bahasa anak
setelah lahir ke dunia.
Sebaliknya,
jika
orangtua
sering
mengabaikan anak dengan tidak mengajaknya
berkomunikasi ketika masih dalam kandungan
dan tidak memberikan perhatian serta selalu
mengabaikan anak yang sedang berbicara
maka dapat dipastikan anak akan mengalami
keterlambatan dalam kemampuan berbicara
dan memahami bahasa.
Jarangnya komunikasi orang tua bersama
anak berakibat anak kurang mengenal kosakata.
Sebagai contoh: Ketika
anak membutuhkan
sesuatu, orang tua tidak mengerti atau malah
menghindari celotehan anak yang menginginkan
sesuatu
sehingga
anak
tidak
mendapatkan
pemahaman mengenai apa yang
Nurani Hati Institute | 33
ada disekitarnya. Hal ini akan berdampak pada
keterlambatan pengembangan bahasa anak.
Selain
hal
tersebut,
ada
juga
kasus
keterlambatan bahasa anak diakibatkan karena
kesibukan orang tua yang bekerja sehingga
pengasuhan
sementara
kurang
diberikan
kepada
pengasuh,
kecakapan
bahasa
pengasuh
bisa
mengembangkan
kemampuan
bahasa anak yang diasuhnya.
C. MASALAH EKONOMI KELUARGA
Keadaan ekonomi yang kurang baik membuat
setiap keluarga di Indonesia harus membanting tulang
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pada
saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja
untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga tapi istri
juga banyak yang bekerja. Perempuan yang pada
jaman dahulu hanya berperan sebagai seorang ibu
yang mengurus rumah tangga dan anak-anak saja
kini mempunyai peran kedua yaitu wanita bekerja.
Peningkatan
terutama
peran
karena
perempuan
peningkatan
ini
latar
pendidikan perempuan sehingga terjadi
34 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
disebabkan
belakang
peningkatan aspirasi perempuan untuk berperan
tidak hanya di rumah tangga tetapi juga di
masyarakat.
Kondisi
seperti
diatas
sering
memicu
terjadinya konflik-konflik. Tidak hanya konflik di
dalam pekerjaan tetapi juga konflik didalam pribadi
dan jika tidak ditangani secara tepat dan bijaksana
dapat menimbulkan tekanan jiwa atau stress. Hal
itu dapat menimbulkan perhatian dan komunikasi
ibu terhadap anak berkurang atau bahkan hilang,
sehingga mengakibatkan perkembangan bahasa
anak menjadi terhambat.
D. TIDAK PANDAI DALAM BERSOSIALISASI
Setiap anak tentunya memiliki kepribadian yang
berbeda-beda, ada anak yang dengan mudahnya
bergaul dengan yang baru, ada juga anak yang
cenderung
pemalu
dan
tertutup
sehingga
sulit
bersosialisasi dengan teman sebayanya.
Kemampuan bersosialisasi tidak datang secara
alami pada semua anak. Butuh beberapa hal yang
dapat memicu anak dalam membangun ini. Dalam
bersosialisasi atau bergaul, kemampuan yang paling
Nurani Hati Institute | 35
penting adalah kemampuan berbahasa agar mampu
berkomunikasi baik dalam hal berbicara maupun
memahami. Bagi anak yang kemampuan bahasanya
belum
optimal
maka
akan
menyulitkan
dalam
menjalin komunikasi ketika bersosialisai bersama.
Pengalaman sosial atau pergaulan anak
dalam belajar bersosialisasi sangat penting dalam
kemampuan seorang anak dalam memahami bahasa,
dengan berinteraksi secara langsung dapat membuat
anak memahami bahasa lebih cepat.
Anak biasanya memerlukan pemicu untuk
berani
berkomunikasi
dengan
orang-orang
disekelilingnya. Misalnya, dengan dihampiri terlebih
dahulu lalu ditanya secara pelan-pelan dan disertai
ajakan maka dengan begitu anak akan lebih mudah
untuk berbaur dan berkomunikasi dengan baik.
E. GANGGUAN PSIKOLOGIS
Beberapa
gangguan
psikologis
akan
membatasi kemampuan anak untuk berbicara dan
memahami
Bahasa. Tidak hanya anak yang
menderita autisme saja, anak yang terlalu pemalu
juga berpotensi memiliki masalah dalam Bahasa.
36 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
Anak-anak tersebut akan sulit menangkap ekspresi
dalam berbahasa.
Pemerolehan bahasa pada anak autis lebih
lambat perkembangannya dibanding dengan anak
normal pada umumnya. Anak-anak autistik memiliki
kesulitan untuk mengekspresikan perasaan, hasrat,
keinginan
dalam
berbahasa
signifikan
dalam
bahasa reseptif dan ekspresif anak.
Bahasa reseptif menyangkut penerimaan
dan pemahaman Bahasa. Anak-anak yang memiliki
gangguan reseptif melakukan sedikit kesalahan
dalam cara mereka menerima informasi. Informasi
masuk tetapi otak anak mengalami kesulitan dalam
memprosesnya
secara
efektif,
yang
dapat
menyebabkan anak tersebut tampak tidak tertarik
atau menyendiri. (Santrock sebagaimana dikutip
Danuatmaja).
Gejala autisme pada umumnya mengalami
gangguan yang disebabkan oleh kelainan dalam
sistem pencernaan yang akhirnya bersinggungan
dengan kelainan saraf di otak. Sebab anak autis
tidak dapat mencerna makanan yang sulit dicerna
seperti bahan makanan yang terbuat dari terigu,
Nurani Hati Institute | 37
susu, dan juga makanan yang memiliki ikatan yang
rumit bagi proses pencernaan. Sehingga apabila
belum
selesainya
makanan-makanan
tersebut
berproses di pencernaan kemudian terbawalah ke
dalam darah dan terbawa ke saraf. Sehingga
makanan yang tidak sempurna dalam pencernaan
tersebutlah
yang
memberikan
efek
mengganggu
seperti
morfin.
saraf
Yang
hingga
pada
akhirnya penderita autisme ini pun menjadi semakin
hiperaktif seperti lari-larian, lompat-lompat, pukul
kepala,
tertawa-tawa
hingga
tidak
merespon
panggilan orang lain. Hal ini termasuk merusak dan
memberikan gangguan pada kelainan saraf dalam
hal kemampuan berbahasa. (Rakhmanita 2020).
38 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
BAB III
MEDIA DAN ALAT PERMAINAN
EDUKATIF (APE) UNTUK MERANGSANG
PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI
A. PENGERTIAN MEDIA DAN ALAT PERMAINAN
EDUKATIF
Setiap manusia memiliki tugas perkembangan
yang harus dicapai pada setiap periode orang
perkembangannya, begitupun dengan anak usia
dini. Bagi orang dewasa perkembangan tidak akan
mengalami masalah yang signifikan karena mereka
sudah mampu berpikir secara konkret dan abstrak.
Lain
halnya
dengan
anak
usia
dini,
yang
kemampuan berpikirnya masih dalam tahap konkret
yaitu
anak
akan
mudah
dirangsang
perkembangannya dengan dibantu oleh orang
dewasa
menggunakan
benda
nyata
untuk
menjelaskan pengetahuan barunya.
Nurani Hati Institute | 39
Secara
umun
Alat
permainan
edukatif
(APE)adalah merupakan alat-alat permainan yang
diancang dan dibuat untuk menjadi sumber belajar
anak usia dini agar mendapatkan pengalaman
belajar. Melalui pengalaman ini berguna untuk
meningkatkan aspek-aspek perkembangan anak
usia dini.
Permainan edukatif berbasis media adalah
aktivitas anak menggunakan benda, bahan ataupun
instruksi dan teknik yang dapat merangsang anak
untuk belajar. Alat permainan edukatif (APE) tidak
harus bagus dan dibeli dari toko, hasil buatan
sendiripun
dapat
digunakan
sebagai
Alat
permainan edukatif (APE)asalkan memenuhi syarat
untuk
mengembangkan
perkembangan
anak
usia,
berbagai
menarik,
aspek
dapat
dimainkan berbagai variasi, tidak mudah rusak, dan
dapat diterima oleh semua kebudayaan.
Tujuan alat permainan edukatif (APE) dalam
proses belajar anak usia dini adalah sebagai alat
bantu orang tua dan pendidik untuk :
a) Memberikan motivasi dan merangsang anak
untuk melakukan berbagai kegiatan guna
40 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
menemukan
pengalaman
baru
yang
bermanfaat
untuk
eksplorasi
dan
bereksperimen dalam peletakan dasar kea rah
pertumbuhan dan pengembangan yang meliputi
aspek-aspek perkembangannya.
b) Memperjelas materi yang diberikan kepada anak
karena anak dapat melihatnya secara konkret.
c) Memberikan kesenangan kepada anak dalam
belajar
karena dengan
menggunakan
alat
permainan edukatif (APE) anak tidak akan
merasa bosan dan akan lebih mudah untuk
memahami.
Alat permainan edukatif (APE) memberikan
banyak manfaat terhadap tumbuh kembang anak
usia dini, juga dapat memberikan kesempatan
dalam proses bersosialisasi kepada anak untuk
mendapatkan
dengan
dan
memperkaya
menggunakan
berbagai
pengetahuan
alat,
buku,
narasumber, atau tempat.
Bentuk dan jenis alat permainan edukatif (APE)
tidak terbatas, namun perlu diperhatikan bahwa dalam
memilih alat permainan edukatif (APE) orang
Nurani Hati Institute | 41
tua maupun guru perlu mempertimbangkan hal-hal
berikut:
1) Usia dan minat anak. Agar bermain benar-benar
berfungsi bagi tumbuh kembang anak.
2) Mudah membuatnya, mudah memperoleh bahan
dan alat, serta mudah digunakan anak.
3) Murah, yaitu dalam pengadaan biaya dengan
serendah mungkin.
4) Keamanan dari permainan tersebut (tidak tajam,
tidak ada bagian-bagian yang dapat melukai anak
dan tidak mengandung zat yang berbahaya).
5) Pentingnya keterlibatan orang tua atau anggota
keluarga maupun guru ketika disekolah, agar
dapat melindungi mereka dari hal-hal yang
mematikan kreativitas atau minat anak terhadap
lingkungan.
6) Lebih
edukatif
sederhana
akan
dengan
tetapi
permainan
mudah
diikuti
yang
dan
dipahami anak.
7) Mudah dibongkar dan dipasang.
8) Dapat mengembangkan daya fantasi anak.
Dalam melatih bahasa dan wawasan,
permainan edukatif sangat baik bila diikuti dengan
42 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
penuturan cerita. Hal ini akan memberikan manfaat
meningkatkan kemampuan bahasa juga keluasan
wawasan anak.
Dibawah ini akan dijelaskan mengenai media
dan alat permainan edukatif (APE) yang bisa
digunakan
untuk
merangsang
perkembangan
bahasa anak usia dini.
B.
MACAM-MACAM PERMAINAN EDUKATIF
UNTUK MELATIH PERKEMBANGAN BAHASA
ANAK USIA DINI
a. Kartu Kata
Kartu
kata
adalah
suatu
cara
memperkenalkan benda atau objek kepada anak
sekaligus mengasah keterampilan membacanya.
Kartu kata, diperkenalkan setelah anak memiliki
kemampuan dasar membaca atau mengeja,
sehingga mudah dalam mengaplikasikannya.
Kartu kata bergambar adalah kertas tebal
yang tertulis unsur bahasa yang diucapkan atau
dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan
perasaan dan pikiran yang dapat digunakan
dalam berbahasa. Sedangkan media kartu
Nurani Hati Institute | 43
gambar merupakan jenis media visual yang
dapat ditangkap melalui penglihatan.
Media kartu gambar merupakan media yang
menyajikan gambar yang dilengkapi kata, pada
setiap gambar mempunyai arti, uraian dan tafsiran
tersendiri, dapat memperlancar dan memperkuat
ingatan
anak,
menambah
wawasan
dan
kecakapan, menarik minat anak dalam kegiatan
mengenal huruf, membaca huruf dan kata. Anak
dapat menanggapi makna dari gambar sebagai
pendukung
imajinasi
mereka
memberikan
hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia
nyata melalui perumapamaan gambar, sehingga
kemampuan membaca permulaan anak
dapat
berkembang
tanpa
mengurangi
kesenangan anak (Dhieni,2011:10.3).
Cara membuat kartu kata bergambar
tidak susah, karena dapat menggunakan bahan
bekas yang ada dirumah.
➢
Alat dan bahan untuk mem buat kartu kata
yaitu:
• Karton dupleks
• Penggaris
44 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
• Pensil
• Penghapus
• Lem kertas / perekat
• Majalah, brosur, Koran,dll (Boleh baru /
boleh juga bekas)
➢
Cara membuatnya:
• Buat pola pada karton duplek dengan
ukuran 24 x 8 cm, kemudian gunting.
• Untuk membuat satu kartu, rekatkan dua
pola
karton
menggunakan
yang
sudah
lem,
sehingga
digunting
ukuran
kartunya tebal.
• Gunting gambar yang akan ditempel pada
bagian depan kartu, yang sudah diambil
dari majalah, Koran, brosur dll.
• Pola sisi berikutnya, tuliskan nama
gambar tersebut.
• Rapikan setiap sudut kartu agar tidak
terlalu lancip menggunakan gunting.
• Ulangi langkah itu, sebanyak kartu yang
ingin dibuat.
Nurani Hati Institute | 45
Gambar kartu kataSumber:rifanfajrin.com
➢
Cara bermain kartu kata:
• Kartu ditumpuk, bagian gambar diletakan
diatas.
• Anak diminta untuk mengambil satu kartu.
• Mintalah untuk membuka bagian belakang
dan membaca atau bantu anak untuk
mengeja huruf-hurufnya.
46 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
Gambar anak sedang bermain kartu
huruf bergambar Sumber: Ayo Guru
Berbagi-Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
➢
Manfaat bermain kartu kata bergambar
Permainan kartu kata bergambar
merupakan pembelajaran yang sangat
menyenangkan dan juga membuat anak
kreatif dan mudah membaca. Melalui
permainan kartu kata bergambar, terbukti
dapat
meningkatkan
membaca
anak
meningkatkan
kemampuan
sehingga
dapat
perkembangan
bahasa
anak usia dini.
Menurut Samekto S. Sastrosudirjo
Sutaryono,1999:26 menyatakan beberapa
manfaat yang diambil dari penerapan
permainan kartu huruf yaitu:
Nurani Hati Institute | 47
• Merangsang anak belajar secara aktif.
Permainan kartu huruf merupakan
pembelajaran yang menggunakan kartu
huruf untuk meningkatkan kemampuan
anak dalam mengenal huruf. Melalui
permainan kartu huruf, anak-anak
distimulasi untuk belajar secara aktif
dalam mengenal huruf dengan cara
yang menyenangkan.
• Melatih siswa memecahkan persoalan.
Melalui permaian kartu huruf,
anak-anak
persoalan
mampu
yang
memecahkan
terkait
dengan
kemampuan mengenal huruf, karena
dengan permainan kartu huruf anakanak dapat belajar dengan mudah
tentang bentuk-bentuk huruf. Anakanak juga dapat memaknai symbol
huruf dengan cara melihat gambar yang
disertai tulisan dari nama gambar yang
tertera pada kartu huruf tersebut.
• Timbul persaingan yang sehat antara
anak.
48 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
Penerapan permainan kartu huruf
juga dapat menumbuhkan rasa disiplin
dan menumbuhkan jiwa sprotif pada diri
anak-anak,
sehingga
dapat
membangun persaingan yang sehat
antara anak-anak.
• Menumbuhkan sikap percaya diri pada
anak.
Permainan
kartu
huruf
juga
memupuk sikap percaya diri pada anakanak, karena anak-anak distimulasi
untuk
berani
belajar
sendiri
saat
mencoba bermain kartu huruf.
Menurut
Maimunah
Hasan
2009:66 menyatakan bahwa beberapa
manfaat
yang
dapat
diambil
dari
permainan kartu huruf yaitu,
• Dapat
membaca
dengan
mudah.
Permainan kartu huruf dapat membantu
anak untuk mengenal huruf dengan
mudah, sehingga membantu anak-anak
dalam kemampuan membacanya.
Nurani Hati Institute | 49
• Mengembangkan
kanan
daya
karena
ingat
dapat
otak
melatih
kecerdasan emosi, kreatif, dan intuitif.
• Memperbanyak
perbendaraharaan
kata. Permainan kartu huruf terdapat
gambar dan tulisan dari makna gambar
yang tertera pada kartu, sehingga dapat
memperbanyak perbendaharaan kata
yang dimiliki anak-anak.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat
ditegaskan
bahwa,
manfaat
dan
kelebihan permainan kartu huruf adalah
dapat membantu anak untuk belajar
mengenal
huruf
dengan
mudah
sehingga memperlancar kemampuan
membaca anak. Permainan kartu huruf
juga
dapat
menumbuhkan
motivasi
belajar anak secara aktif dan penuh
percaya diri.
b. Cerita Bergambar
Media cerita bergambar merupakan
rangkaian kegiatan/cerita yang disajikan secara
50 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
berurutan kemudian anak dilatih mengungkapkan
adegan dan kegiatan tersebut yang apabila
dirangkaikan akan menjadi suatu cerita. Gambar
dalam cerita akan lebih menarik lagi jika
disampaikan pada kegiatan anak.
Peningkatan kemampuan bahasa anak usia
dini dapat dilakukan dengan metode cerita
bergambar,
karena
dengan
menggunakan
metode cerita bergambar dapat memperbanyak
perbendaharaan bahasa anak dengan cara yang
menyenangkan dan tidak membuat anak merasa
bosan.
Cerita bergambar merupakan suatu bentuk
seni yang menggunakan gambar-gambar tidak
bergerak
yang
disusun
sedemikian
rupa
sehingga membentuk suatu jalinan cerita. Cerita
bergambar
juga
merupakan
media
cerita
berbentuk buku bergambar yang dipilih untuk
diperbesar yang memiliki kualitas khusus.
Manfaat cerita bergambar terutama dalam
mengembangkan aspek keterampilan bahasa
yaitu anak dapat mengembangkan keterampilan
bicaranya saat guru merangsang anak
Nurani Hati Institute | 51
berkomentar tentang isi cerita, selain itu juga ada
pengenalan berbagai kosa kata pada anak.
Penggunaan media cerita bergambar dapat
mengembangkan kemampuan dasar anak dalam
semua aspek bahasa, khususnya pada aspek
perkembangan bicara anak, misalnya dengan
cara guru merangsang komentar anak tentang isi
gambar atau cerita bergambar, selain itu juga
ada kegiatan berdiskusi dan meceritakan kembali
cerita bergambar sehingga dapat mengasah
perkembangan bahasa anak khususnya dalam
bicara.
Gambar contoh cerita bergambar
Sumber: hilustrasi, blogspot.com
52 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
Bercerita dengan alat peraga buku cerita
bergambar dikategorikan sebagai reading aloud
(membaca nyaring), bercerita menggunakan
buku bergambar dipilih apabila guru memiliki
keterbatasan dalam bercerita, atau kurang
berpengalaman dalam menyampaikan cerita
karena takut akan lupa isi alur cerita dan
bahasa yang kurang enak didengar oleh anak.
Ada beberapa tehnik-tehnik dalam
bercerita menggunakan buku cerita bergambar
yaitu :
•
Pencerita hendaknya membaca terlebih
dahulu cerita yang akan disampaikan oleh
anak.
•
Pencerita
tidak
terpaku
pada
buku,
sebaiknya pencerita juga memperhatikan
reaksi anak pada saat dibacakan cerita.
•
Pencerita
kalimat
membacakan
yang
lambat
cerita
dengan
(slowly),
dengan
bahasa yang dramatik.
•
Pada bagian-bagian tertentu hendaknya
pencerita berhenti sejenak untuk memberikan
komentar, atau sebaiknya anak-
Nurani Hati Institute | 53
anak berkomentar tentang cerita yang
dibacakan.
•
Pencerita memperhatikan semua anak dan
menjalin kontak mata.
•
Pencerita sebaiknya sering berhenti untuk
menunjukkan gambar-gambar didalam buku
dan pastikan semua anak dapat melihat
gambar-gambar dibuku cerita yang sedang
dibacakan.
•
Pastikan jari selalu siap dibuku untuk
membuka halaman yang selanjutnya.
•
Pencerita sebaiknya membacakan cerita
sesuai
dengan
rentang
waktu
anak,
sebaiknya tidak lebih dari sepuluh menit.
•
Pencerita sebaiknya memegang buku dibahu
sebelah kanan pada saat akan bercerita.
•
Saat tangan kanan menunjukkan gambar
sebaiknya
arah
perhatian
disesuaikan
dengan urutan cerita.
•
Pencerita
memposisikan
tempat
duduk
ditengah agar pencerita dapat dilihat dari
berbagai arah sehingga anak dapat melihat
gambar keseluruhan.
54 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
•
Pencerita melibatkan anak dalam bercerita
agar terjalin komunikasi multi arah, dimana
anak dapat menambahkan kosa kata baru
pada saat mendengarkan cerita dan itu
sebagai dasar anak untuk menjadi pencerita.
•
Pencerita sebaiknya menyebutkan identitas
buku, seperti judul buku, dan pengarangnya.
Bercerita menggunakan alat peraga
sangat menyenangkan apalagi buku ceritanya
dibuat oleh anak-anak sendiri, karena dengan
membuat buku cerita sendiri akan meningkatkan
kemampuan
membaca
anak
dengan
cara
menyusun huruf menjadi kata, dimana kata
tersebut didapat dari gambar yang dilihat anak.
c. Media Bermain Peran
Ketika masih kecil, anak suka bermain. Ini
karena dunia anak adalah bermain. Melalui
bermain
anak
kemampuannya,
mengekspresikan
baik
minat
kemampuan
dan
efektif,
kognitif, maupun motorik.
Dengan bermain, anak dapat mengasah
imajinasinya sehingga nantinya akan menjadi
Nurani Hati Institute | 55
pribadi
yang
kreatif.
Untuk itu
dibutuhkan
dorongan agar anak mau bermain. Namun ketika
usia 3 tahun, anak mengalami perkembangan
otak, dimana pada anak usia dini memory anak
menyimpan banyak rekaman setiap pengalaman
pribadinya. Pada usia ini anak sudah dapat
diberi pemahaman dan pengetahuan.
Dalam penyampaian materi pemahaman
dan pengetahuan itu harus menyenangkan,
sehingga anak akan menikmati proses belajar,
menyukai proses belajar dan akhirnya akan terus
belajar sepanjang hayatnya.
Hal yang harus dilakukan orang tua adalah
melakukan pendampingan kepada anak. Diselasela kesibukan orang tua, terutama ibu, harus
mendampingi atau menemani anak bermain
minimal 1-2 jam dalam sehari. Dalam arti benarbenar bermain dengan anak, bukan hanya
menemani anak bermain, sementara orang
tuanya sibuk dengan pekerjaan yang lain, atau
sibuk dengan hp, atau menonton televisi. Orang
tua harus benar-benar masuk dalam dunia anak,
sambil memahami pikiran anak.
56 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
Berikut ini 8 contoh bermain bermakna
bersama anak yang dilansir dari
laman Sahabat Keluarga Kemendikbud
(Minggu, 27/12/2020),yaitu:
1) Bermain peran bersama anak
Bermain peran baik dengan menggunakan
media
permainan
atau
tanpa
media
permainan. Contoh bermain peran, misalnya:
- Bermain masak-masakan, anak berperan
sebagai koki dan orang tua sebagai
pembeli makanan.
- Bermain
mobil-mobilan,
anak
berperan
sebagai sopir dan orang tua sebagai polisi.
-
Bermain dokter-dokteran, anak berperan
sebagai dokter dan orang tua sebagai
pasien.
Gambar anak sedang bermain peran masak-masakan
Sumber: KB TK AL Hikmah Surabaya
Nurani Hati Institute | 57
Manfaat bermain peran adalah dapat
menstimulasi
daya
imajinasi
anak.
Daya
imajinasi penting bagi anak untuk menjadi kreatif
baik dalam berpikir maupun bertindak. Manfaat
lainnya yaitu dapat meningkatkan kemampuan
efektifnya,
belajar,
misalnya
meningkatkan
meningkatkan
motivasi
kemampuan
berkomunikasi, berinteraksi dan bersosialisasi.
2) Bermain dengan benda yang disusun
Misalnya bermain puzzle, lego, balok
kayu, menyusun gelas plastik, dan lain-lain.
Ketika bermain menyusun benda, hendaknya
orang
tua
memberi
contohdan
kemudian
memberikan anak mengeksplor sendiri apa yang
dilihat dan dipahaminya. Jika susunan belum
benar atau anak menyusun dengan sesuka
hatinya, orang tua sebaiknya terus memotivasi
dan tidak mengatakan bahwa pekerjaan nya
salah. Dengan demikian secara efektif, anak akan
dilatih untuk berani mencoba dan percaya
58 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
diri. Secara kognitif, anak dilatih untuk
menganalisa sesuatu dan mencobanya.
➢
Bermain balok
Saat anak bermain balok, maka ada
banyak hal-hal yang bias diperolehnya. Orang
tua bias membandingkan, menjelaskan, lalu
mengembangkan kemampuan kosa kata yang
berkaitan
dengan
berbagai
bentuk.
Mulai
bentuk bangunan, menara, jembatan atau
struktur alam seperti pohon, batu dan gunung.
Ini untuk belajar kosa kata tentang struktur.
Bermain mengembangkan bahasa ketika
anak-anak berbicara bersama membandingkan,
menjelaskan, dan member nama pada strukturstruktur yang telah diciptakan oleh anak.
Gambar anak sedang bermain balok
Sumber: Anggun PAUD-Ruang Guru dalam jaringan
Nurani Hati Institute | 59
➢
Bermain puzzle
Puzzle adalah alat permainan yang terdiri dari
kepingan-kepingan gambar yang terpotongpotong terdiri dari 4-6 potong yang terbuat dari
bahan karton, kayu, spon tebal dan apabila
disusun akan menjadi sebuah gambar yang
utuh.
Permainan
puzzle
adalah
konsep
permainan menyusun gambar secara benar,
dengan melihat bentuk, warna dan juga ukuran.
Permainan puzzle ini mengandalkan insting atau
kecerdasan. Permainan dilakukan dengan cara
membongkar
dan
memasang
ulang
dalam
kesesuaian bentuk, pola atau warna. Dengan
permainan ini anak diharapkan dapat berlatih
menemukan, menata ulang dan menjadikan
sesuatu yang tampaknya tidak berhubungan
menjadi suatu bentuk kesatuan yang bermakna.
Dalam pemilihan permainan untuk anak
usia dini, orang tua harus memperhatikan jenis
permainan yang akan digunakan oleh anak.
Berikut adalah jenis permainan puzzle yang
baik untuk anak sesuai dengan usianya:
60 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
•
Usia 2-3 tahun, Potongan puzzle nya tidak
kurang dari 4 biji;
•
Usia 3-4 tahun, Potongan puzzlenya tidak
lebih dari 5 biji, untuk anak TK (4-5 tahun)
potongan puzzlenya tidak lebih dari 6 biji dan
untuk SD ke atas potongan puzzlenya tidak
lebih dari 7 biji.
Bagi anak usia dini bermain puzzle dapat
melatih anak berpikir sesuai logika. Anak-anak
secara tidak langsung sedang bermain melatih
logika mereka. Contoh, “Ada puzzle kendaraan
yang terdiri dari 6 kepingan bentuk. Saat
bermain puzzle anak akan dilatih berpikir
sesuai logika, dimana letak ban pada gambar
kendaraan, bagaimana anak harus meletakkan
gambar
posisinya.
bagian-bagian
Ban
kendaraan
tentunya
harus
sesuai
diletakkan
dibagian bawah, kaca atau jendelanya bus
disebelah atas, dan lain sebagainya.”
Nurani Hati Institute | 61
Berdasarkan contoh diatas, orang tua
hendaknya selalu memberikan motivasi kepada
anak untuk dapat menyelesaikan kepingankepingan
puzzle.
Tentunya
sebelum
memerintahkan anak untuk bermain puzzle,
orang
tua
sebaiknya
mengetahui
cara
mengembalikan potongan-potongan puzzle itu
menjadi bentuk yang utuh. Puzzle merupakan
permainan
yang
mengasyikkan
sekaligus
mendidik, dan orang tua harus memperluas
wawasannya
sehingga
mampu
memilihkan
jenis permainan yang mendidik bagi anak.
Gambar anak sedang bermain puzzle
Sumber: Duniabelajar.Id
62 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
d. Bermain dengan gambar
Misalnya bermain dengan kartu bergambar,
mewarnai
gambar,
menggambar/melukis,
bermain dengan buku aktifitas, dan lain-lain.
Bermain dengan gambar secara aktif akan
melatih minat dan motivasi anak untuk belajar.
Pemahaman dan pengetahuan dapat dikenalkan
dengan bermain dengan menggunakan gambar,
misalnya mengenal warna, mengenal nama
benda, mengenal nama-nama dalam keluarga,
dan sebagainya sesuai dengan tema gambar.
Gambar Mengenal nama benda
Sumber: Pinterest
Nurani Hati Institute | 63
e. Bermain dengan kertas
Gambar anak sedang menggunting kertas
Sumber: P2M KEMAKOM – Wordpress.com
Misalnya melipat, menjiplak, menggunting,
menempel, atau melinting kertas, dan lain-lain.
Pada kegiatan ini, anak akan melatih motorik
halusnya. Anak juga dilatih untuk kreatif secara
kognitif
anak
akan
distimulasi
untuk
menganalisa. Ketika bermain dengan kertas,
orang tua harus mengamati, terutama untuk
penggunaan benda tajam atau benda yang biasa
membahayakan anak, misalnya penggunaan
gunting dan lem. Pengenalan huruf dan angka
pun dapat dilakukan dengan permainan ini.
64 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
f. Memakai benda yang bisa digerakkan
Misalnya bermain dengan mobil-mobilan,
gasing, bola, dan lain-lain. Manfaat bermain
dengan benda yang digerakkan adalah dapat
melatih motorik anak. Secara kognitif, orang tua
dapat memberikan pengetahuan pada anak,
misalnya yang berhubungan dengan arah atau
lawan
kata. Misalnya saat bermian
mobil-
mobilan, orang tua mengenalkan kata majumundur, depan-belakang, kanan-kiri.
Gambar anak sedang bermain mobil-mobilan
Sumber: InfoPublik
g. Permainan sederhana
Misalnya bermain lempar bola, sepak
bola, bowling, kelereng, bulu tangkis, dan lainlain. Permainan sederhana dapat melatih motorik
kasar maupun motorik halus anak.
Nurani Hati Institute | 65
Gambar anak sedang bermain kelereng
Sumber: Okezone Nasional
Dalam permainan ini orang tua dapat
melatih keterampilan dan ketangkasan anak.
Dalam permainan sederhana ada peraturanperaturan sederhana, yang secara aktif dapat
melatih anak untuk berinteraksi, bersosialisasi
dan
bekerja
sama.
Orang
tua
dapat
mengenalkan aturan kalah dan menang dalam
permainan, untuk melatih sportifitas anak. Ada
kalanya anak diposisikan sebagian pihak yang
menang dan juga diposisikan sebagai pihak yang
kalah. Dengan demikian anak akan termotivasi
untuk berusaha.
66 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
h. Permainan utamakan motorik kasar
Misalnya bermain lompat tali, engklek/sunda
manda, menirukan gerakan binatang, tebak gerak,
dan
lain-lain.
permainan
ini
Selain
melatih
dapat
melatih
motorik
kasar,
imajinasi
dan
kreatifitas anak. Orang tua dapat menemani anak
bermain
motorik
kasar
sambil
mengenalkan
pengetahuan tertentu sesuai tema permainan.
Gambar anak bermain engklek, rumahbacabuku.wordpress.com
Sumber: m id.theasianparent.com
Nurani Hati Institute | 67
i. Improvisasi pakai alat baru
Misalnya bermain mobil-mobilan dari kulit
jeruk bali, bermain boneka dari kertas, bermain
bola dari gulungan kertas, bermain drum dari
kaleng,
bermain
uang-uangan
dari
daun,
menyusun jepitan jemuran menjadi pesawat, dan
lain-lain.
Disini dibutuhkan kreatifitas orang tua
untuk mengarahkan anak, agar anak
menggunakan
benda-benda
yang
tidak
berbahaya dan tidak merusak benda yang masih
bisa digunakan. Kegiatan ini dapat menstimulasi
imajinasi dan kreatifitas anak. Dapat pula melatih
anak untuk mencoba sesuatu dan berpikir untuk
memecahkan masalah.
Gambar anak membuat mainan pesawat dari barang bekas
Sumber: Mongabay
68 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
BAB IV
METODE UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BAHASA ANAK USIA DINI
P
emilihan metode pengenalan bahasa anak
usia dini perlu memperhatikan berbagai hal
terkait perkembangan anak berdasarkan materi
yang dipresentasikan dalam Pelatihan
Mendongeng dan Bercerita sebagai Metode
Pengenalan Bahasa untuk
Anak Usia Dini bagi Guru PAUD dan TK Kecamatan
Kalasan
Sleman
Yogyakarta
pada
tanggal
4-6
september 2014. Hal-hal yang harus diperhatikan
diantaranya adalah sebagai berikut.
• Berorientasi pada kebutuhan anak
• Belajar melalui kegiatan bermain
• Kreatif dan inovatif
• Lingkungan yang kondusif
• Menggunakan pembelajaran terpadu
• Mengembangkan keterampilan hidup
Nurani Hati Institute | 69
• Stimulasi terpadu
Beberapa
alternative
metode
yang
cocok
digunakan untuk pengenalan bahasa pada anak usia
dini diantaranya adalah sebagai berikut:
• Bantu dengan gerakan tubuh
• Bercerita
• Bercakap-cakap
• Bernyanyi
• Bermain telpon-telponan
• Hentikan bicara dengan bahasa bayi
Kemampuan bahasa anak dapat dilatih dan
dikembangkan dengan berbagai cara, tidak selalu anak
mesti memperhatikan keadaan sekitarnya untuk meniru
ucapan orang lain. Orang tua harus proaktif membantu
perkembangan bahasa anak dengan berbagai cara.
Membantu
mengembangkan
kemampuan
bahasa anak bukan hal yang sulit, orang tua bisa
mengenakan dan memahami lebih banyak kosa kata
dengan cara yang mudah dan menyenangkan. Ada
berbagai cara yang bisa disampaikan untuk melatih
perkembangan bahasa anak usia dini, diantaranya:
70 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
1. Bantu Dengan Gerakan Tubuh
Gerakan tubuh orang tua memiliki peran
penting dalam menjalin interaksi dengan anak,
karena saat berbicara dengan anak, orang tua bisa
menambahkan
bahasa
tubuh
dan
ekspresi.
Misalnya, saat orang tua mengajak anak tidur ‘ayo
kita tidur’ dapat disertai ekspresi memejamkan mata
dan kedua tangan disamping kepala. Hal ini
dilakukan untuk membantu anak mengasosiasikan
ekspresi dan bahasa tubuh ke dalam tindakan,
sebelum mengenal kata-kata.
Tidak semua kosakata sudah bisa dimengerti
oleh anak usia 2-3 tahun. Kadang-kadang orang tua
mesti membantunya dengan gerakan tangan yang
menggambarkan apa yang hendak orang katakan.
Sebagai contoh, ketika hendak berpisah, orang tua
bisa
mengucapkan
kata
“dadah”
sambil
melambaikan tangan. Bisa juga ketika anak hendak
menunjuk satu-satu memilih mainannya, orang tua
membantu menawarkan dengan permainan dan
menyebut jenis permainan tersebut.
Nurani Hati Institute | 71
Gambar Ibu sedang mengajak bayi bicara
disertai ekspresi bahasa tubuh
Sumber : www.alodokter.com
2. Bercakap-cakap
Bercakap-cakap dalam pengembangan bahasa
anak usia dini adalah sebuah interaksi antara anak
dengan orang tua atau guru, atau bisa juga antara
anak dengan anak dan bersifat menyenangkan
berupa dialog yang tidak kaku. Topik percakapan
dapat bebas ataupun ditentukan. Dalam percakapan
tersebut orang tua atau guru bertindak sebagai
fasilitator, artinya orang tua atau guru lebih banyak
memotivasi anak dengan harapan anak lebih
72 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
aktif
mengemukakan
pendapatnya
atau
mengekspresikan secara lisan.
Menurut Dra. Moeslikhton R. MPd (1999:92)
menuliskan bahwa bercakap-cakap dapat berarti
komunikasi lisan antara anak dan guru atau antara
anak dengan anak melalui kegiatan monolog dan
dialog. Kegiatan monolog dilaksanakan dikelas
dengan cara anak berdiri dan berbicara di depan
kelas atau di tempat duduknya, mengungkapkan
segala sesuatu yang diketahui, dimiliki dan dialami,
atau menyatakan keinginan untuk memiliki atau
bertindak
sesuatu.
Kegiatan
dialog
berbentuk
percakapan yang dilakukan dua orang atau lebih
yang masing-masing mendapat kesempatan untuk
berbicara secara bergantian.
Moeslikhton
melanjutkan,
bercakap-cakap
merupakan salah satu bentuk komunikasi antar
pribadi. Berkomunikasi merupakan proses dua arah.
Untuk
terjadinya
komunikasi
dalam
percakapan
diperlukan keterampilan mendengarkan dan belajar
berbicara. Untuk bercakap-cakap secara efektif,
belajar mendengarkan dan belajar berbicara sama
pentingnya.
Sebagai
pendengar
dalam
Nurani Hati Institute | 73
berkomunikasi antar pribadi sedikitnya tiga hal yang
harus dilakukan, yaitu ;
• Mengukur pemahaman yang didengarnya secara
pasti
• Bila mengetahui bahwa pesan yang disampaikan
itu tidak jelas, ia dapat memberitahukan kepada
si pembicara.
• Ia dapat menentukan informasi tambahan yang
dibutuhkan agar dapat menerima pesan tersebut.
Sementara
itu,
pengertian
metode
bercakap-cakap dari Depdikbud (1998:22 adalah
suatu cara penyampaian bahan pengembangan
yang dilaksanakan melalui bercakap-cakap dalam
bentuk Tanya jawab antara anak dengan guru atau
anak dengan anak.
Dengan
demikian,
maka
kesimpulan
pengertian metode bercakap-cakap adalah suatu
cara penyampaian bahan pengembangan bahasa
yang dilaksanakan melalui bercakap-cakap dalam
bentuk Tanya jawab antara anak dengan guru atau
anak dengan anak, yang dikomunikasikan secara
lisan dan merupakan salah satu bentuk komunikasi
74 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
antar pribadi, dimana satu dengan yang lainnya
saling mewujudkan bahasa reseftif dan ekspresif
dalam suatu dialog yang terjadi dalam suatu situasi.
Gambar Guru sedang mengajak anak bercakap-cakap
Sumber: http//paud-anakbermain,blogspot.com/
Nurani Hati Institute | 75
a. Manfaat Metode Bercakap-cakap
Manfaat
menurut
metode
Dra.
bercakap-cakap
Moeslichatom
(199;95)
menyatakan:
• Meningkatkan
keberanian
mengaktualisasikan
menggunakan
anak
untuk
diri
dengan
kemampuan
berbahasa
secara ekspresif, menyataka pendapat,
menyatakan perasaan, menyatakan
keinginan dan kebutuhan secara lisan.
• Meningkatkan
keberanian
anak
untuk
menyatakan secara lisan apa yang harus
dilakukan oleh diri sendiri dan anak lain.
• Meningkatkan
keberanian
anak
untuk
mengadakan hubungan dengan anak lain
atau dengan gurunya agar terjalin hubungan
social yang menyenangkan.
Dengan
seringnya
anak
mendapat
kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya,
perasaannya, dan keinginannya maka hal ini akan
semakin
meningkatkan
kemampuan
membangun jati dirinya dan semakin banyak
76 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
anak
informasi
baru
yang
diperoleh
anak
yang
bersumber dari guru atau anak lain. Penyebaran
informasi ini dapat memperluas pengetahuan
dan wawasan ana tentang tujuan dan tema yang
ditetapkan guru.
b. Tujuan Metode Bercakap-cakap
Tujuan yang dicapai dengan menggunakan
metode bercakap-cakap antara lain :
•
Mengembangkan kecakapan dan keberanian
anak dalam menyampaikan pendapatnya
kepada siapapun.
•
Memberi kesempatan kepada anak untuk
berekspresi secara lisan.
•
Memperbaiki ucapan dan lafal anak.
•
Menambah perbendaharaan kosa kata
•
Melatih daya tangkap anak
•
Menambah pengetahuan dan pengalaman
anak
•
Memberi kesenangan pada anak
•
Merangsang anak untuk belajar membaca
dan menulis.
Nurani Hati Institute | 77
Bernyanyi Bersama
Dengan
melalui
metode
bernyanyi
dalam
melatih perkembangan bahasa anak usia dini, dirasa
akan lebih efektif karena bernyanyi merupakan
kegiatan yang menyenangkan dan digemari anakanak.
Kesannya
memang
seperti
tidak sedang
mengajari, tetapi membantu anak belajar berbahasa
juga dapat orang tua lakukan dengan bernyanyi
bersama anak. Pilihlah lagu dengan kosa kata yang
tidak terlalu sulit dan nyanyikan bersama anak, melalui
nada mampu membantu anak untuk mengingat tiap
kata yang ada dalam lagu.
Metode bernyanyi merupakan metode yang
menggunakan unsur seni yang digemari oleh anak
usia dini. Metode ini bukan termasuk metode baru
dalam pembelajaran anak usia dini. Dalam kegiatan
pembelajaran
pada
anak
usia
dini
bernyanyi
merupakan kegiatan yang harus ada disetiap kegiatan
pembelajaran, bahkan bernyanyi seolah-olah menjadi
kegiatan yang wajib dilakukan setiap hari. Sedangkan
bahasa perlu dilatih sejak usia dini karena bahasa
merupakan
alat
utama
yang
dibutuhkan
untuk
berkomunikasi dan bersosialisasi dengan orang lain.
78 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
Dengan kegiatan bernyanyi, suasana belajar
dapat menjadi lebih menggairahkan, menyenangkan,
menggembirakan, menghilangkan rasa sedih, dan
menghibur anak-anak agar lebih bersemangat.
Gambar guru sedang menerapkan metode bernyanyi kepada anak Sumber:
paud-anakbermainbelajar.blogspot.com
Kegiatan
bernyanyi
dapat
mengoptimalkan
fungsi otak kanan yang bertugas untuk menyimpan
pesan-pesan dan input yang diterima dari luar ke
dalam memory jangka panjang (long term memory)
anak. Dengan demikian, anak akan selalu mengingat
bahasa dan pesan-pesan yang diterimanya dalam
jangka waktu yang lama.
Nurani Hati Institute | 79
Anak memiliki kecenderungan alami bawaan
untuk bernyanyi dan bermain karena kedua aktifitas ini
menyenangkan
dan
berperan
perkembangan
mereka.
penting
Belajar
dalam
dengan
cara
bernyanyi dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik,
hal
ini
dibuktikan
dengan
adanya
peningkatan
koordinasi pada tumbuh kembang anak, kelincahan
dan kegembiraan ( Widhianawati,2011).
Penerapan
metode
bernyanyi
dalam
meningkatkan kecerdasan bahasa pada pendidikan
anak usia dini menurut para ahli :
• Menurut
Jamalus
(1998)
menyebutkan
bahwa;
kegiatan bernyanyi merupakan kegiatan dimana kita
mengeluarkan suara secara beraturan dan berirama
baik diiringi oleh iringan musik ataupun tanpa diiringi
musik.
Bernyanyi
Bernyanyi
berbeda
memerlukan
dengan
teknik-teknik
berbicara.
tertentu,
sementara berbicara tidak memerlukan teknik khusus
melainkan hanya menyampaikan maksud, gagasan
atau
informasi
bagi
anak.
Kegiatan
bernyanyi
merupakan kegiatan yang menyenangkan dan ada
kepuasan tersendiri yang didapat dari kegiatan
bernyanyi. Selain memiliki fungsi untuk
80 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
menyalurkan ide dan maksud seperti kegiatan
berbicara, bernyanyi juga sebagai sarana bagi anak
untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
• Menurut
Honig
dalam
Masitoh
dkk
(2005)
menyatakan bahwa bernyanyi memiliki banyak
manfaat
untuk
praktik
pendidikan
anak
dan
pengembangan pribadinya secara luas dikarenakan
beberapa hal, antara lain: Bersifat menyenangkan,
dapat digunakan untuk mengatasi kecemasan,
merupakan
media
untuk
mengekspresikan
perasaan, membantu daya ingat, dapat membantu
membangun rasa percaya diri anak, dapat
mengembangkanrasahumor,membantu
pengembangan
keterampilan
berpikir
dan
kemampuan motorik anak, dan dapat meningkatkan
keeratan dalam sebuah kelompok.
• Menurut Tatranuardi (2018) mengungkapkan bahwa
metode bernyanyi merupakan suatu metode yang
melafadzkan satu kata/kalimat yang dinyanyikan.
Beberapa
manfaat
metode
bernyanyi
diantaranya yaitu membantu mencapai kemampuan
dalam
pengembangan
daya
pikir,
membantu
menyalurkan emosi seperti senang atau sedih
Nurani Hati Institute | 81
melalui isi syair lagu / nyanyian dan membantu
menambah perbendaharaan kata baru melalui syair
lagu / nyanyian (Supriadi 2003).
Proses pembelajaran melalui metode bernyanyi
telah mampu mengembangkan aspek kebahasaan
anak
didik
artikulasi
dalam
atau
mengungkapkan
kata-kata
yang
bunyi-bunyi
bertujuan
untuk
berkomunikasi. Kondisi seperti ini berarti bagi anak
didik yang memerlukan keterampilan berbicara
/ berkomunikasi bertindak sebagai komunikator
sebagaimana diungkapkan oleh Rabjane dalam
Setiawati (2014) bahwa Komunikator credible harus
memiliki keahlian dan dipercaya dalam komunikasi.
Rabjanen lebih jauh menyebutkan tentang prinsip
SMILE yaitu Komunikator harus santun, menarik,
impressive, loyal, dan enjoy.
3. Bermain Telpon-telponan
Media telpon-telponan adalah sebuah alat,
bahan atau benda-benda yang digunakan sebagai
alat bantu dalam proses pembelajaran. Dimana media
yang dimaksudkan disini adalah alat pembelajaran
yang dibuat dari dua buah kaleng susu yang dibentuk
sedemikian rupa kemudian kedua
82 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
kaleng
tersebut
dihubungkan
dengan
seutas
benang berbentuk seperti sebuah alat komunikasi
dua arah. Alat tersebut sejatinya digunakan sebagai
alat bermain dan belajar mengucapkan kata-kata
dan mendengarkan informasi dari lawan bicaranya.
Sebagaimana disebutkan diatas, sebagai media
pembelajaran berupa alat permainan edukatif (APE),
media telpon-telponan dapat menjadi salah satu
media yang penting dalam pengembangan bahasa.
Meski harus tetap dibawah pengawasan orang
tua/guru, permainan ini merangsang syaraf motorik
halus maupun kasar serta indera pendengaran dan
tentu saja indera pengucap. Karena indera ini sangat
berkaitan dengan kemampuan bahasa.
Coba ajari anak belajar berbahasa sambil
bermain
telepon-teleponan.
Orang
tua
bisa
menggunakan telepon mainan atau dengan telapak
tangan. Mulailah dengan suara dering dan ajak
anak menjawab dengan “hai” atau “hallo”. Mulailah
bertanya hal-hal mudah kepada anak. Pertanyaanpertanyaan tersebut akan melatih anak untuk mn
mengolah dan mengembangkan kosakat kata.
Nurani Hati Institute | 83
Gambar anak sedang bermain telpon-telponan dari kaleng
Sumber : anakastinastanti.com
4. Membaca cerita / Dongeng
Dijaman
sekarang
ini,
bercerita
atau
mendongeng sudah jarang dilakukan oleh orang tua
ketika
dirumah
atau
menjelang
tidur,
padahal
mendengarkan cerita atau dongeng juga merupakan
kegiatan yang sangat disukai oleh anak-anak, juga
dapat meningkatkan kemampuan bahasa anak.
Bercerita adalah kegiatan yang dilakukan oleh
seorang kepada orang lain secara lisan dengan atau
tanpa alat bentuk pesan atau informasi, yang
84 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
didengarkan dengan rasa menyenangkan dan
disampaikan dengan cara yang menarik.
Aktivitas membacakan cerita pada anak usia
dini, bercerita merupakan salah satu metode
pengembangan bahasa yang dapat mengembangkan
aspek fisik dan psikologis anak. Melalui cerita, anak
dapat mengetahui banyak kosa kata baru, anak juga
dapat lebih mengenal struktur kalimat melalui cerita
yang orang tua bacakan. Lebih bagus lagi jika orang
tua membacakan buku cerita bergambar untuk anak.
Orang tua bisa menunjukkan situasi gambar cerita
kepada anak sehingga anak bisa lebih memahami
kisah yang didengarnya.
Metode cerita sering kali diberikan pada
anak ketika ditanamkan nilai-nilai moral terhadap
anak, setelah mendengar cerita diharapkan anak
mampu memahami dan menceritakan kembali isi
cerita. Bagi faktor psikologisnya diharapkan anak
dapat menangkap pesan moral yang terdapat
dalam isi cerita tersebut.
Nurani Hati Institute | 85
Gambar Guru sedang menerapkan metode bercerita
dengan gambar / mendongeng Sumber: Republika.co.id
a. Peranan Cerita/Dongeng bagi Perkembangan
Anak Usia Dini
Berikut ini adalah peranan cerita atau
dongeng
bagi
perkembangan
anak
adalah
sebagai berikut:
• Bercerita atau mendongeng merupakan alat
pendidikan budi pekerti yang paling mudah
dicerna anak disamping teladan yang dilihat
anak setiap hari.
• Bercerita atau mendongeng merupakan metode
dan materi yang dapat diintegrasikan dengan
86 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
dasar keterampilan lain, yakni menulis,
membaca, berbicara dan menyimak.
• Bercerita atau mendongeng member ruang
lingkup yang bebas untuk mengembangkan
kemampuan bersimpati dan berempati terhadap
peristiwa yang menimpa orang lain.
• Bercerita atau mendongeng member contoh
pada
anak
bagaimana
menyikapi
suatu
permasalahan dengan baik dan bagaimana
melakukan pembicaraan yang baik.
• Bercerita
atau
mendongeng
memberikan
barometer social pada anak, nilai-nilai apa saja
yang diterima oleh masyarakat sekitar.
• Bercerita
pelajaran
atau
budaya
mendongeng
dan
budi
memberikan
pekerti
yang
memiliki resistensi lebih kuat daripada pelajaran
budi pekerti yang diberikan melalui penuturan
dan perintah langsung.
• Bercerita atau mendongeng memberikan ruang
gerak pada anak, kapan nilai yang berhasil
ditangkap atau dipublikasikan.
• Bercerita atau mendongeng memberikan efek
psikologis yang positif bagi anak dan guru
Nurani Hati Institute | 87
sebagai pencerita, seperti kedekatan emosional
sebagai figure orang tua.
• Bercerita atau mendongeng membangkitkan
rasa tahu anak akan peristiwa atau cerita, alur,
plot dan yang demikian itu menumbuhkan
kemampuan merangkai hubungan sebab akibat
dari suatu peristiwa.
b. Tujuan bercerita
Tujuan bercerita untuk anak usia dini
yaitu agar anak mampu mendengarkan apa
yang disampaikan orang lain, anak dapat
bertanya dan menjawab tentang isi cerita yang
didengarnya, sehingga amanat/isi cerita dapat
dipahami dan lambat laun dilaksanakannya.
Selain daripada itu, tujuan bercerita juga
untuk melatih daya tangkap anak, daya piker,
daya konsentrasi, membantu perkembangan
imajinasi,
menciptakan
menyenangkan,
dan
perbendaharaan kosakata anak.
c. Bentuk-bentuk metode bercerita
1) Bercerita dengan alat
88 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
suasana
menambah
Yaitu orang tua/guru ketika bercerita
menggunakan alat peraga, syaratnya orang
tua/guru harus hafal isi cerita, memiliki vocal
atau suara yang jelas, intonasi yang menarik,
mimic dan gerak tubuh yang menarik pula
sehingga
mendorong
anak
untuk
mendengarkan dan memahami cerita.
Contoh alat yang digunakan untuk
bercerita: Boneka jari, panggung boneka,
dan sebagainya.
2) Bercerita tanpa alat
Yaitu orang tua/guru menyampaikan
cerita dengan menggunakan berbagai media
yang menarik dan aman bagi anak, baik itu
asli atau tiruan.
5. Hentikan berbicara dengan bahasa bayi
Sebelum belajar berbicara dalam bahasa
ibu, atau bahasa apapun yang pertama kali
diperkenalkan, bayi lebih banyak mengoceh tak
jelas dan bermain dengan suara. Ini yang disebut
dengan bahasa bayi, yang kedengaran serupa
pada semua bayi.
Nurani Hati Institute | 89
Biasanya
anak mulai bisa
berkomunikasi
dengan bahasa bayi pada bulan ketiga. Anak
mendengarkan suara ibu, mengawasi wajah ibu saat
ibu sedang berbicara, dan berusaha membuat suara
random
untuk
merespon.
Mereka
juga
memperhatikan suara musik atau suara lainnya di
sekitar.
Gambar Ibu sedang membacakan buku bersama bayi
Sumber: hellosehat.com
Berikut tahapan bayi mulai belajar bahasa :
a. Usia 6 Bulan, Bayi Mulai Bicara Random
Pada usia 6 bulan, bayi akan mulai
mengoceh dengan suara yang berbeda-beda,
mereka mulai bisa mengatakan dua suku kata
yang diulang. Seperti, ’ba-ba atau da-da’, bayi
90 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
mulai
mengungkapkan
sesuatu
melalui
gumamannya, ocehan bayi pada usia ini biasanya
masih terdiri dari suku kata acak tanpa makna.
b. Usia 7 Bulan, Bayi mengekspresikan Bahagiadan
Sedih
Pada usis ini, bayi mulai merespon nama
mereka sendiri, mereka tahu saat dipanggil dan
sudah mulai mengenali bahasa ibu. Bayi juga
mulai menggunakan nada suara untuk member
tahu ibu ketika mereka sedang bahagia atau
sedih.
c. Usia 9 Bulan, Bayi Belajar Kata-kata Pendek
Memasuki usia 9 bulan, bayi mulai bisa
memahami beberapa kata dasar pendek seperti
‘selamat tinggal’ yang biasanya disebut orang tus
‘da-da’. Mereka sering mengucapkan kata-kata
pendek yang dipelajarinya di usia ini.
Anak juga mulai bisa menggunakan rentang
konsonan dan nada suara yang lebih luas, dan
dapat diajak berkomunikasi dengan bahasa ibu
meski ucapannya masih kurang jelas.
Nurani Hati Institute | 91
d. Usia 12 Bulan, Bayi Mulai mengerti Perintah
Memasuki usia 12 bulan, kebanyakan bayi
sudah mulai memahami bahasa yang mereka
dengar sehari-hari. Mereka mulai mengerti jika
dimintai tolong atau dilarang, walau tak selalu
melakukan apa yang orang tua minta atau
berhenti melalukan apa yang orang tua larang.
Pada fase ini, bayi baru sampai pada tahap
mengerti, mengetahui arti kata, dan merespons
dengan melakukan apa yang orang tua minta,
atau mungkin menolak permintaan orang tua.
Orang tua bisa mulai mengajarkan konsep minta
tolong dan mengucapkan maaf juga.
(https:www.popmama.com,25
juni2019)
Berdasarkan tahapan bahasa anak mulai
belajar bahasa diatas, kemampuan berbicara anak
memang
masih
terbatas
sehingga
sering
mengeluarkan kata-kata yang terdengar kurang
jelas. Kemampuan mengucapkan kata yang belum
sempurna ini sering dikenal sebagai bahasa bayi.
Banyak
orang
tua
pada
akhirnya
mencoba
mengikuti bahasa bayi yang diucapkan anak.
Sebenarnya cara tersebut justru bisa menghambat
92 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
proses perkembangan bahasanya. Lebih baik
orang tua mulai berbicara dengan mengucapkan
yang sebenarnya sehingga anak lebih cepat
meniru dan memahami yang orang tua lapalkan.
Nurani Hati Institute | 93
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan data yang telah dipaparkan
diatas,
maka
penulis
menyimpulkan
jika
perkembangan bahasa akan sangat berpengaruh
dalam
kemampuan
perkembangan
anak
selanjutnya terutama terhadap perkembangan
kognitif anak usia dini. Melalui bahasa anak dapat
berkomunikasi untuk menyampaikan hasil dari
pemikirannya
sehingga
anak
yang
kemampuan
bahasa
yang
bagus
memiliki
maka
kemampuan kognitif anak juga akan berkembang
dengan baik seiring meningkatnya kemampuan
dan kreativitas anak lainnya.
Bahasa merupakan alat berkomunikasi,
dapat
digunakan
untuk
berpikir,
dan
mengekspresikan perasaan. Melalui bahasa dapat
menerima pikiran dan perasaan orang lain.
94 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
Perkembangan bahasa dimulai sejak bayi
dan mengandalkan perannya pada pengalaman,
penguasaan,
dan
pertumbuhan
Kemampuan
berbahasa
bagi
Anak
bahasa.
Usia
Dini
bertujuan agar anak mampu berkomunikasi secara
lisan
dengan
lingkungannya.
Konteks
pengembangan bahasa meliputi: mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis dini.
Mengutip dari Children Development, ada 4
bagian dalam bahasa yaitu
1) Fonologi: Bunyi atau nada pada Bahasa.
2) Semantik: mengandung kata kerja dan mampu
menggambarkan konsep melalui kata-kata.
3) Tata Bahasa, aturan subjek, predikat, dan
objek di posisikan ke dalam suatu kalimat.
4) Pragmatis: aturan untuk komunikasi yang
efektif dan sopan.
Cara komunikasi dan kemampuan anak
dalam menyampaikan dan memahami bahasa,
berbeda-beda disetiap fase usia. Seiring dengan
bertambahnya usia anak, perkembangan yang
dinamis juga terjadi pada kemampuan mereka
berkomunikasi dan berbahasa.
Nurani Hati Institute | 95
Perkembangan kemampuan berbahasa bagi
anak usia dini merupakan hal yang penting bagi
anak, karena kemampuan berbahasa sangat
berpengaruh terhadap perkembangan lainnya.
Setiap anak memiliki kemampuan berbahasa yang
berbeda, tidak semua anak mampu berbahasa
sesuai kriteria usia yang sudah ditentukan dalam
tahapan perkembangan bahasa anak.
Komunikasi efektif dengan anak merupakan
hal penting yang harus dipahami orang tua
ataupun guru. Beberapa alternative metode yang
cocok digunakan untuk pengenalan bahasa pada
anak usia dini diantaranya adalah sebagai berikut:
Bantu dengan gerakan tubuh, bercerita, bercakapcakap,
bernyanyi,
bermain
telpon-telponan,
hentikan bicara dengan bahasa bayi.
B. SARAN
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan
utama bagi anak usia dini untuk belajar bahasa
karena pada tahap usia 0-6 tahun merupakan masa
golden age dimana pada masa ini merupakan masa
keemasan perkembangan anak.
96 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
Pada masa ini pula, orang tua memiliki peranan
penting
dalam
mengembangkan
keterampilan
berbahasa anak usia dini karena anak pertama
belajar dari menirukan bahasa orang tua atau
orang dewasa disekitar anak.
Penulis menyarankan agar orang tua atau
orang dewasa yang berada dilingkungan sekitar
anak hendaknya menjadi contoh teladan yang baik
dalam mengajarkan bahasa terhadap anak. Ketika
dalam
masa
perkembangannya
ada
perkembangan bahasa anak bermasalah atau
terlambat maka hendaknya orang tua dapat
mendeteksinya sejak dini agar dapat segera
dicarikan solusi sehingga permasalahan yang
menyebabkan
terhambatnya
perkembangan
bahasa anak dapat segera diatasi.
Dalam penyusunan buku ini sangatlah
sangat
jauh
keterbatasan
dari
ilmu
kata
dan
sempurna,
karena
pengetahuan
penulis
sehingga penyusunan buku ini diakui sangatlah
banyak kekurangannya maka diharapkan agar
pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
Nurani Hati Institute | 97
membangun sebagai bahan evaluasi penulis
untuk penyususan buku kedepannya.
98 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
DAFTAR PUSTAKA
1. http://repository.radenitas.ac.id
2. http://www.ejournal.stainupwr.ac.id
3. http://dijilib.line.-Palangkaraya.ac.id
4. http://3syamsijulianto.blogspot.com
5. https://tirto.id>karakteristib (https://tirto.id/FRFA)
6. https://www.gramedia.com
7. https://kompas.com
Nurani Hati Institute | 99
BIOADATARIWAYAT HIDUP PENULIS BUKU
1) Siti Julaeha, S.Pd.
Lahir di Garut, 06 september 1983, merupakan
anak kedua dari 3 bersaudara dari pasangan Bapak
Ade Rahayu dan ibu Rukayah. Sekarang beralamat
di Kampung Pasir Ipis RT 03 RW 05 Desa Cisewu
Kecamatan Cisewu Kabupaten Garut Provinsi Jawa
Barat. Penulis pertama kali menempuh pendidikan di
SDN Sukamaju Desa Cisewu Kecamatan Cisewu
Kabupaten Garut pada tahun (1989) dan pindah
sekolah pada kelas 5 ke SDN Sumber Sari Indah 2
Kecamatan Babakan Ciparay Kotamadya Bandung
lulus pada tahun (1995), melanjutkan ke SMPN 1
Talegong
-
Garut
lulus
pada
tahun
(1998),
selanjutnya melanjutkan ke SMUN 1 Cisewu – Garut
lulus
pada
tahun
(2001).
Pada
tahun
2010
melanjutkan ke Perguruan Tinggi (STKIP) Sekolah
Tinggi Keguruan dan Ilmu
100 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
Pendidikan Panca Sakti – Bekasi dan lulus pada
tahun 2014. Penulis menjadi pengajar di (KOBER)
Kelompok Bermain AL-Fadilah pada tahun 20092013,
di
(SPS)
Satuan
Pendidikan
Sejenis
Harapan Ibupada tahun 2011-2013, dan pada
tahun 2013 menetap mengajar di Taman Kanakkanak (TK) Pertiwi – Cisewu Kabupaten Garut
sampai sekarang.
2) Ina Lasdiana, S.Pd.
Lahir di Garut, 06 April 1981, merupakan
anak kedua dari 5 bersaudara dari pasangan
Bapak Jajang ( Alm ) dan ibu Ai Karsih. Sekarang
beralamat di Kampung Cisewu RT 004 RW 001
Desa Cisewu Kecamatan Cisewu Kabupaten Garut
Provinsi
Jawa
Barat.
Penulis
pertama
kali
menempuh pendidikan mulai di SDN Cikarang 1,
Desa Cikarang - Garut ( Lulus tahun 1994 )
melanjutkan ke MTS Al Fajar Desa Cikarang –
Nurani Hati Institute | 101
Garut ( Lulus tahun 1997 ) dan selanjutnya
melanjutkan ke MAN 4 Cisewu – Garut ( Lulus
tahun 2000 ), kemudian menempuh perkuliahan di
Perguruan Tinggi STAI (Sekolah Tinggi Agama
Islam ) Siliwangi - Garut, lulus pada tahun 2004.
Sejak
tahun
2002,
penulis
menjadi
tenaga
pengajar honorer di Taman Kanak-kanak ( TK )
Pertiwi – Cisewu sampai dengan sekarang.
3) Teni Kaniawati, S.Pd,
Lahir di Garut pada tanggal 23 juni 1971 dari
ibu bernama Euis Darmini dan ayah bernama
Abdul Komar, beralamat di Kampung Datar Kadu
RT 02 RW 05
Desa Cisewu Kecamatan Cisewu Kabupaten
Garut. Bersuami Yuyus Setianandika S.Pd dan
memiliki 3 orang putri dan 1 orang putra beserta 2
orang cucu. Pendidikan yang pernah ditempuh di
SDN Cisewu 1 lulus pada tahun 1984, dilanjutkan
ke SMPN 1 Cisewu lulus pada tahun 1987,
102 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
selanjutnya melanjutkan ke SPGN 2 Bandung lulus
pada tahun 1990,
kemudian melanjutkan ke Perguruan Tinggi (
STKIP ) Sekolah Tinggi Ilmu Pendidikan Bale
Bandung jurusan IPS. Menjadi guru sukwan dari
bulan agustus tahun 1990, menjadi guru bantu
pada tahun 2003 dan CPNS 2006 menjadi PNS
tahun 2007, lulus sertifikasi Guru dalam jabatan
pada tahun 2014.
Nurani Hati Institute | 103
Catatan
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
104 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
Nurani Hati Institute | 105
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
106 | Siti Julaeha, S.Pd, Dkk
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
Nurani Hati Institute | 107