MAKALAH AKUNTANSI BIAYA DAN PENGERTIAN BIAYA
(LANJUTAN)
Dosen Pengampu:
Bapak Yuliusman,S.E.,M.Si., AK,CA
Disusun Oleh:
Ade Ayu Apriyani
NIM:C0C020011
MATA KULIAH:AKUNTANSI SYARIAH
PROGRAM STUDI D3 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puja dan Puji hanya layak tercurahkan kepada Allah SWT., karena atas
limpahan karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah
Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
kelompok ini tepat pada waktunya.Kami diberikan tugas untuk membuat makalah dengan
judul “AKUNTANSI BIAYA DAN PENGERTIAN BIAYA LANJUTAN”
Banyak kesulitan dan hambatan yang kami hadapi dalam membuat tugas ini tetapi
dengan semangat, kegigihan serta arahan, bimbingan dari berbagai pihak yang membantu
terutama kepada dosen pengampu Bapak Yuliusman,S.E.,M.Si., AK,CA kami ucapkan
terima kasih, sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini.
kami menyimpulkan bahwa tugas makalah ini masih belum sempurna, oleh karena
itu kami menerima saran dan kritik, guna kesempurnaan makalah kami.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... 3
BAB I ................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
1.1
Latar Belakang Masalah ..................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................... 5
BAB II .................................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................................... 6
2.1 Cara Penggolongan Biaya ......................................................................................................... 6
2.2 Perbandingan Laporan Rugi laba perusahaan Manufaktur Dengan Laporan Rugi Laba
Perusahaan Dagang ...................................................................................................................... 11
BAB III ............................................................................................................................................... 13
PENUTUP .......................................................................................................................................... 13
A. Kesimpulan ............................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................. 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Berkaitan dengan salah satu tujuan akuntansi biaya yaitu penentuan harga pokok
produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan dengan tepat dan teliti. Harga pokok
produksi dapat diartikan sebagai suatu nilai pengorbanan yang dilakukan guna
memperoleh manfaat. Dalam akuntansi keuangan, pengorbanan yang dilakukan pada
tanggal perolehan dinyatakan dengan pengurangan kas atau aktiva lainnya pada saat ini
atau dimasa yang akan datang. Apabila harga pokok produksi yang di tetapkan
perusahaan terlalu tinggi dan digunakan sebagai penentuan harga jual, maka akan
mengakibatkan barang-barang yang diproduksi memiliki harga jual yang tinggi sehingga
tidak mampu bersaing dipasaran, dan ini akan menyebabkan laba yang diharapkan
perusahaan tidak akan tercapai. Begitu pula sebaliknya jika harga pokok produksi dinilai
terlalu rendah, hal ini akan menyebabkan laba yang diperoleh perusahaan dalam laporan
laba rugi tidak menggambarkan laba yang sebenarnya terjadi. Harga pokok produksi ini
memberikan imformasi untuk pengambilan keputusan, perencanaan laba, pengendalian
biaya, penyusunan pengganggaran dan sebagainya yang dapat memberikan pengaruh
terhadap keputusan yang diambil oleh pihak manajemen nantinya. Tujuan dari
perhitungan harga pokok produksi adalah untuk pedoman dalam penerapan harga jual,
mengetahui efesien atau tidaknya perusahaan, mengetahui apakah suatu kebijakan
dalam penjualan barang perlu diubah dan untuk keperluan penyusunan neraca. Perlakuan
harga pokok yang baik dan benar mutlak diperlukan oleh perusahaan, hal ini disebabkan
karna harga harga pokok mempengaruhi laporan keuangan perusahaan.Harga pokok
secara langsung mempengaruhibesarnya nilai aktiva yakni nilai persediaan didalam
neraca demikian juga perhitungan laba rugi. Kesalahan terhadap penentuan harga pokok
akan menimbulkan imformasi yang keliru dalam laporan keuangan yang dihasilkan. Harga
pokok produksi meliputi biaya yang dikorbankan untuk memproses
bahan baku, barang setengah jadi sampai menjadi barang akhir untuk dijual. Biaya
overhead adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk kegiatan produksi di luar
dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Unsur yang menjadi barang dari
harga pokok produksi ini adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya
overhead pabrik, seluruh biaya tersebut sangat penting diperhatikan karena biaya ini
akan menjadi unsur harga pokok produk. Dalam penentuan harga pokok ini ada dua
metode yang dapat digunakan. Pertama adalah penentuan harga pokok produk
berdasarkan pesanan (job order cost method) dan yang kedua adalah penentuan harga
pokok produk berdasarkan proses (process cost method). Dalam penelitian ini yang akan
dibicarakan adalah tentang bagaimana seharusnya penentuan harga pokok produk
berdasarkan pesanan (order) tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Cara penggolongan biaya
2. Perbandingan laporan laba rugi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Cara Penggolongan Biaya
Dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam cara. Umumnya
penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan
penggolongan tsb, karena dalam akuntansi biaya dikenal konsep " different costs for
different purpose" (Mulyadi, 1993). Menurut (Mulyadi, 1993) dan Harnanto & Zulkifli
(2003), biaya dapat digolongkan sebagai berikut:
Obyek pengeluaran.
Fungsi pokok dalam perusahaan.
Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai.
Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.
Jangka waktu manfaatnya.
A. Penggolongan biaya Menurut Obyek Pengeluaran
Dalam cara penggolongan ini, nama obyek pengeluaran merupakan dasar
penggolongan penggolongan biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan
bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut "biaya
bahan bakar". Contoh penggolongan biaya atas dasar obyek penegeluaran dalam
perusahaan kertas adalah sebagai berikut: biaya merang, biaya jerami, biaya gaji dan
upah, biaya soda, biaya depresiasi mesin, biaya asuransi, biaya bunga, dan biaya zatwarna
(Mulyadi, 1993).
B. Penggolongan Biaya menurut Fungsi Produksi Pokok dalam Perusahaan
Menurut Mulyadi (1993), dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok,
yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena
itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok:
1. Biaya Produksi, merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku
menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan
ekuipmen, biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya gaji karyawan yang bekerja
dalam bagian-bagian, baik yang langsung maupun yang tidak langsung berhubungan
dengan proses produksi. Menurut obyek pengeluarannya, secara garis besar biaya
produksi ini dibagi menjadi: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik (factory overhead cost). Baiaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung disebut pula dengan biaya utama (prime cost), sedangkan biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik disebut dengan biaya konversi (convertion cost),
yang merupakan biaya untuk mengkonversi (mengubah) bahan baku menjadi produk jadi.
Biaya bahan baku, adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan yang menjadi
bagian pokok dari produksi selesai. Contoh, perusahaan mebel membuat meja dan kursi
bahan bakunya adalah kayu, maka pengeluaran uang untuk membeli kayu tsb akan
menjadi biaya bahan baku.
Biaya tenaga kerja langsung, merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar tenaga
kerja yang langsung menangani proses produksi. Misalnya pada perusahaan mebel biaya
tukang kayu.
Biaya overhead pabrik, adalah biaya yang dikeluarkan bagian produksi selain biaya bahan
baku dan biaya tenaga kerja langsung, seperti biaya bahan penolong, gaji mandor, biaya
tenaga kerja tidak langsung lainnya, perlengkapan (supplies) pabrik, penyusutan, listrik
dan air, biaya pemeliharaan dan suku cadang, dll biaya di pabrik (Sutrisno, 2000).
2. Biaya Pemasaran, merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan
kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya iklan, biaya promosi, biaya angkutan
dari gedung perusahaan ke gudang pembeli, gaji karyawan bagian-bagian yang
melaksanakan kegiatan pemasaran, dan biaya contoh (sample). Menurut Hansen dan
Mowen (2001), biaya pemsaran adalah biaya-biaya yang diperlukan untuk memasarkan
produk atau jasa, meliputi biaya gaji dan komisi tenaga penjual, biaya iklan, biaya
pergudangan dan biaya pelayanan pelanggan. menurut Henry Simamora (2002), biaya
pemasaran atau penjualan (marketing cost) meliputi semua biaya yang dikeluarkan untuk
mendapat pesanan pelanggan dan menyerahkan produk atau jasa ke tangan pelanggan.
Mulyadi (2005) menggolongkan biaya pemasaran menjadi dua golongan, yaitu:
Order getting cost (biaya untuk mendapatkan pesanan), yaitu semua biaya yang
dikeluarkan dalam usaha untuk memperoleh pesanan. Contohnya: biaya gaji dan
wiraniaga, komisi penjualan, advertensi, dan promosi.
Order filling cost (biaya untuk memenuhi pesanan), yaitu semua biaya yang dikeluarkan
dalam rangka mengusahakan agar produk sampai ke tangan pembeli/konsumen.
Contohnya: biaya pergudangan, biaya pengangkutan, dan biaya penagihan.
3. Biaya Administrasi dan Umum, merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi
kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya gaji karyawan
bagian keuangan, akuntansi, personalia dan bagian hubungan masyarakat, biaya
pemeriksaan akuntan, biaya fotocopy. Jumlah biaya pemasaran dan biaya administrasi
dan umum sering disebut biaya komersial (commercial expenses).
C. Penggolongan Biaya menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai
Mulyadi (1993) menyatakan bahwa, sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau
departemen. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan:
1. Biaya langsung (direct cost), adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satusatunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tsb tidak
ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Dengan demikian biaya langsung akan
mudah diidentifikasikan dengan sesuatu yang dibiayai.
Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
Biaya langsung departemen (direct department cost) adalah semua biaya yang terjadi di
dalam departemen tertentu. Contohnya adalah biaya tenaga yang bekerja dalam
Departemen pemeliharaan merupakan biaya langsung departemen bagi Departemen
Pememliharaan dan biaya depresiasi mesin yang dipakai dalam departemen tsb
merupakan biaya langsung bagi departemen tsb.
2. Biaya tidak langsung (indirect cost), adalah biaya yang terjadinya tidak hanya
disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan
produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik.
Biaya ini tidak mudah dididentifikasikan dengan produk tertentu. Gaji mandor yang
mengawasi pembuatan produk A, B, dan C merupakan biaya tidak langsung bagi baik
produk A, B, maupun C, karena gaji mandor tsb terjadi bukan hanya karena perusahaan
memproduksi salah satu produk tsb, melainkan karena memproduksi ketiga jenis produk
tsb. Jika perusahaan hanya menghasilkan satu macam produk (misalnya perusahaan
semen, pupuk urea, gula) maka semua biaya merupakan biaya langsung dalam
hubungannya dengan produk.
Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk sering disebut dengan istilah
biaya overhead pabrik. Dalam hubungannya dengan departemen, biaya tidak langsung
adalah biaya yang terjadi di suatu departemen, tetapi manfaatnya dinikmati oleh lebih
dari satu departemen. Contohnya adalah biaya yang terjadi di Departemen Pembangkit
Tenaga Listrik. Biaya ini dinikmati oleh departemen-departemen lain dalam perusahaan,
baik untuk penerangan maupun untuk menggerakkan mesim dan ekuipmen yang
mengkonsumsi listrik. Bagi departemen pemakai listrik, biaya listrik yang diterima dari
alokasi biaya departemen pembangkit tenaga listrik merupakan biaya tidak langsung
departemen.
D. Penggolongan Biaya Menurut Perilakunya dalam Hubungannya dengan
perubahan Volume Kegiatan Menurut Mulyadi (1993), dalam hubungannya dengan
perubahan volume kegiatan, biaya dapat digolongkan menjadi:
1. Biaya variabel, adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan
perubahan volume kegiatan. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung.
2. Biaya semivariable, adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan
volume kegiatan. Biaya semivariable mengandung unsur biaya tetap dan biaya variabel.
Contoh biaya ini adalah gaji salesman yang dibayar secara tetap dan prosentase tertentu
dari hasil penjualan.
3. Biaya semifixed, adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan
berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. Contoh biaya
penelitian, biaya pemeriksaan dan pengawasan produksi.
4. Biaya tetap, adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan
tertentu. Contoh biaya tetap adalah gaji direktur produksi, biaya penyusutan, gaji direksi,
walupun perusahaan tidak berproduksi, maka biaya ini akan tetap ditanggung oleh
perusahaan. Ciri biaya tetap adalah biaya yang secara total tetap tapi per unitnya
berubah-ubah.
E. Penggolongan Biaya atas Dasar Jangka Waktu Manfaatnya
Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua: pengeluaran modal
dan pengeluran pendapatan.
Pengeluaran modal (capital expenditure), adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih
dari satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kalender).
Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai harga pokok aktiva, dan
dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi,
diamortisasi, dan dideplesi. Contoh pengeluaran modal adalah pengeluaran untuk
pembelian aktiva tetap, untuk reparasi besar terhadap aktiva tetap, untuk promosi besarbesaran, dan pengeluaran untuk riset dan pengembangan suatu produk. karen
apengeluaran untuk keperluan tsb biasanya melibatkan jumlah yang besar dan
memilikimasa manfaat lebih dari satu tahun, maka pada saat pengeluaran tsb dilakukan,
pengorbanan tsb diperlakukan sebagai pengeluaran modal dan dicatat sebagai harga
pokok aktiva (misalnya sebgai harga pokok aktiva tetap atau beban yang ditangguhkan).
Periode akuntansi yang menikmati manfaat pengeluaran modal tsb dibebani sebagian
pengeluaran modal tsb berupa biaya depresiasi, biaya amortisasi, atau biaya deplesi.
Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure), adalah biaya yang hanya mempunyai
manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluran tsb. Pada saat terjadinya,
pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan dipertemukan dengan
pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran biaya tsb. Contoh pengeluaran pendapatan
antara lain biaya iklan, biaya telex, dan biaya tenaga kerja (mulyadi, 1993)
F. Hubungannya dengan Perencanaan, Pengendalian, dan Pembuatan Keputusan.
Harnanto dan Zulkifli (2003) menyatakan, biaya ini dikelompokkan ke dalam golongan,
yaitu:
1. Biaya standar dan Biaya dianggarkan
Biaya standar, merupakan biaya yang ditentukan di muka (predetermine cost) yang
merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit
produk.Biaya yang dianggarkan, merupakan perkiraan total pada tingkat produksi yang
direncanakan.
2. Biaya terkendali dan biaya tidak terkendali
Biaya terkendali (controllable cost), merupakan biaya yang dapat dipengaruhi secara
signifikan oleh manajer tertentu.Biaya tidak terkendali (uncontrollable cost), merupakan
biaya yang tidak secara langsung dikelola oleh otoritas manajer tertentu.
3. Biaya tetap commited dan discretionary
Biaya tetap commited, merupakan biaya tetap yang timbul dan jumlah maupun
pengeluarannya dipengaruhi oleh pihak ketiga dan tidak bisa dikendalikan oleh
manajemen.Biaya tetap discretionary, merupakan biaya tetap yang jumlahnya dipengaruhi
oleh keputusan manajemen.
4. Biaya variabel teknis dan biaya kebijakan
Biaya variabel teknis (engineered variable cost), adalah biaya variabel yang sudah
diprogramkan atau distandarkan seperti biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung.Biaya variabel kebijakan (discretionary variable cost) adalah biayavariabel yang
tingkat variabilitasnya dipengaruhi oleh kebijakan manajemen.
5. Biaya relevan dan biaya tidak relevan
Biaya relevan (relevant cost), dalam pembuatan keputusan merupakan biaya yang secara
langsung dipengaruhi oleh pemilihan alternatif tindakan oleh manajemen.Biaya tidak
relevan (irrelevant cost), merupakan biaya yang tidak dipengaruhi oleh keputusan
manajemen.
6. Biaya terhindarkan dan Biaya tidak terhindarkan
Biaya terhindarkan (avoidable cost) adalah biaya yang dapat dihindari dengan diambilnya
suatu alternatif keputusan.Biaya tidak terhindarkan (unavoidable cost) adalah biaya yang
tidak dapat dihindari pengeluarannya.
7. Biaya diferensial dan biaya marjinal
Biaya diferensial (differential cost), adalah tambahan total biaya akibat adanya tambahan
penjualan sejumlah unit tertentu.Biaya marjinal (marginal cost), adalah biaya dimana
produksi harus sama dengan penghasilan marjinal jika ingin memaksimalkan laba.
8. Biaya kesempatan (opportunity cost)
merupakan pendapatan atau penghematan biaya yang dikorbankan sebagai akibat
dipilhnya alternatif tertentu dari beberapa alternatif yang ada.
2.2 Perbandingan Laporan Rugi laba perusahaan Manufaktur Dengan
Laporan Rugi Laba Perusahaan Dagang
1. Perusahaan Dagang:
Kegiatannya berupa pembelian barang dagangan dari perusahaan lain dan
penjualan barang dagangan tersebut kepada konsumen atau perusahaan
manufaktur.
Perusahaan dagang tidak melakukan pemrosesan terhadap barang dagangan
yang dibeli .
Untuk menjalankan usaha dagangnya, perusahaan dagang mengeluarkan
sumber ekonomi untuk memperoleh barang dagangannya, mengeluarkan
biaya administrasi dan umum, serta biaya pemasaran.
Pegorbanan sumber ekonomi yang disajikan dalam laporan rugi laba dikelompokkan ke
dalam 3 golongan :
1. Pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh barang dagangan dari
perusahaan lain. Pengorbanan ini dikelompokkan dengan judul : “Harga Pokok Penjualan”
2. Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan pemasaran barang dagangan .
Pengorbanan ini dikelompokkan dengan judul : “Biaya Pemasaran”.
3. Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan selain perolehan barang dagangan
dan pemasaran barang dagangan . Pengorbanan ini dikelompokkan dengan judul : “Biaya
administrasi dan umum”.
2. Perusahaan Manufaktur:
Pengolahan bahan baku menjadi produk jadi dan penjualan produk jadi tersebut
kepada konsumen atau perusahaan manufaktur lain.
Kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk jadi memerlukan 3 kelompok
pengorbanan sumber ekonomi :
Pengorbanan bahan baku
Pengorbanan jasa tenaga kerja
Pengorbanan jasa fasilitas
Dalam pendekatan Full costing, berbagai pegorbanan sumber ekonomi disajikan dalam
laporan rugi laba yang dikelompokkan dalam 3 gol:
1. Pengorbanan sumber ekonomi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi.
Pengorbanan ini dikelompokkan dengan judul : “Biaya produksi” yang dirinci
menjadi :biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
2. Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan pemasaran produk jadi . Pengorbanan
ini dikelompokkan dengan judul : “Biaya Pemasaran”.
3. Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan selain produksi dan pemasaran produk .
Pengorbanan ini dikelompokkan dengan judul : “Biaya administrasi dan umum”.
Dalam pendekatan Variable costing, berbagai pegorbanan sumber ekonomi disajikan
dalam laporan rugi laba menurut perilakunyan dalam hubungannya dengan perubahan
volume kegiatan. Biaya dalam laporan laba rugi yang disusun dengan pendekatan variable
costing disajikan dalam dua kelompok biaya variabel & biaya tetap.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Biaya (cost) berbeda dengan beban (expense), Biaya (cost) adalah pengorbanan
ekonomis yang dikeluarkan untuk memperoleh barang dan jasa, sedangkan beban
(expense) adalah expired cost yaitu pengorbanan yang diperlukan atau dikeluarkan untuk
merealisasi hasil, beban ini dikaitkan dengan revenue pada periode yang berjalan.
Pengorbanan yang tidak ada hubungannya dengan perolehan aktiva, barang atau
jasa dan juga tidak ada hubungannya dengan realisasi hasil penjualan, maka tidak
digolongkan sebagai cost ataupun expense tetapi digolongkan sebagai Kerugian (loss).
DAFTAR PUSTAKA
http://xcontohmakalah.blogspot.com/2013/02/perbandingan-laporan-rugi-laba.html?m=1
https://bloginformasiakuntansi.blogspot.com/2015/03/akuntansi-biaya.html?m=1