PENDAHULUAN
Tujuan
Mahasiswa dapat menganalisis data iklim selama periode 1 tahun.
Mahasiswa dapat membuat klasifikasi iklim.
TINJAUAN PUSTAKA
Iklim
Iklim merupakan kondisi lanjutan dan merupakan kumpulan dari kondisi cuaca yang kemudian disusun dan dihitung dalam bentuk rata- rata kondisi cuaca dalam kurun waktu tertentu. Iklim adalah kondisi cuaca rata- rata berdasarkan lamanya waktu untuk lokasi tertentu di Bumi atau planet lain. Studi tentang iklim dipelajari dalam klimatologi. Iklim bumi dipengaruhi oleh geografi dan topografi. Pengaruh posisi matahari relatif bergerak sehingga berdampak pada bumi dan menyebabkan musim, perbedaan iklim memproduksi beberapa sistem klasifikasi iklim. Iklim juga bisa diartikan sebagai ungkapan statistik tentang rata– rata dan variabilitas berbagai besaran dalam waktu tertentu yang berkisar dari kurun waktu bulanan sampai ribuan atau bahkan jutaan tahun dan iklim dapat didefinisikan sebagai kondisi rata- rata suhu udara, curah hujan, tekanan udara, arah angin, kelembaban udara dan parameter iklim lainnya dalam jangka waktu yang panjang. Iklim merupakan kelanjutan dari hasil pencatatan unsur cuaca dari hari ke hari dalam waktu yang lama, sehingga disebut sebagai rata-rata dari unsur cuaca secara umum. Iklim bersifat stabil bila dibandingkan dengan cuaca. Perubahan iklim berlangsung dalam periode yang lama dan meliputi area yang sangat luas. Matahari merupakan kendali utama sistem iklim (Ilahude dan Nontji, 1999).
Cuaca
Cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit (tidak luas) dan pada jangka waktu yang singkat. Cuaca ialah keadaan udara harian pada suatu tempat tertentu dan meliputi wilayah yang sempit, keadaan cuaca ini dapat berubah setiap harinya. Pengertian cuaca yang lainnya yaitu suatu keadaan rata- rata udara sehari- hari disuatu tempat tertentu dan meliputi wilayah yang sempit dalam jangka waktu yang singkat. Keadaan dari cuaca mudah berubah– ubah karena disebabkan oleh tekanan udara, suhu, angin, kelembaban udara dan juga curah hujan. Seperti contohnya: Ketika pada pukul 07.00 WIB, keadaan cuaca di kota Bandung cerah suhu udaranya berkisar antara 23°C– 27°C dan angin yang berhembus dari arah barat laut berkisar dengan kecepatan 25 km/ jam, tetapi ketika pada pukul 14.00 WIB keadaan cuacanya berubah menjadi berwarna tebal dengan suhu udara berkisaran 30°C dan angin bertiup dari arah barat dengan kecepatan 20 km/ jam (Hidayanti dan Suryanto, 2015).
Jenis– Jenis Iklim di Dunia
Menurut Susandi et al. (2008), terjadinya iklim yang bermacam- macam di muka bumi disebabkan oleh rotasi dan revolusi bumi serta adanya perbedaan garis lintang. Iklim di setiap wilayah di dunia tidak sama. Perbedaan iklim di berbagai wilayah dipengaruhi oleh perbedaan garis lintang serta proses rotasi dan revolusi bumi. Beberapa ahli telah mencoba mengklasifikasikan jenis- jenis iklim di dunia untuk memudahkan dalam mempelajarinya. Sistem klasifikasi dapat berbeda satu dengan yang lain, tergantung pada dasar dan tujuan pengklasifikasian. Beberapa klasifikasi iklim, antara lain sebagai berikut:
Iklim Matahari
Iklim matahari didasarkan pada banyak sedikitnya sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi. Jadi, pembagian iklimnya tergantung pada posisinya dengan arah sinar matahari.
Gambar 1. Iklim Matahari (Sumber: Google)
Iklim tropis
Iklim tropis yang terletak antara 0°- 23,5° LU dan LS dan hampir 40% dari permukaan bumi. Ciri- ciri iklim tropis adalah sebagai suhu udara rata- rata tinggi karena matahari selalu mengarah ke daerah ini. Umumnya suhu udara antara 20°C- 23°C. Tekanan udaranya rendah dan perubahannya secara perlahan dan beraturan. Pada daerah tropis fluktuasi suhu musiman yang kecil membuat tekanan udara relatif konstan. Tekanan udara yang tidak berfluktuasi secara nyata membuat kecepatan angin di kawasan dekat equator umumnya rendah. Daerah dengan tekanan udara yang sama dihubungkan dengan garis isobar yang secara umum paralel dengan garis kontur rupa bumi (Indonesia).
Iklim subtropis
Iklim subtropis terletak antara 23,5°- 40° LU dan LS. Daerah ini merupakan peralihan antara iklim tropis dan iklim sedang. Ciri- ciri iklim subtropis adalah batas yang tegas tidak dapat ditentukan dan merupakan daerah peralihan dari daerah iklim tropis ke iklim sedang. Terdapat empat musim, yaitu musim panas, dingin, gugur, dan semi. Tetapi musim dingin pada iklim ini tidak terlalu dingin. Begitu pula dengan musim panas tidak terlalu panas. Daerah sub tropis yang musim hujannya jatuh pada musim dingin dan musim panasnya kering disebut daerah iklim Mediterania, dan jika hujan jatuh pada musim panas dan musim dinginnya kering disebut daerah iklim Tiongkok.
Iklim sedang
Iklim sedang terletak antara 40°- 66,5° LU dan LS. Ciri- ciri iklim sedang adalah banyak terdapat gerakan- gerakan udara siklonal, tekanan udara yang sering berubah- ubah mengakibatkan arah angin yang bertiup berubah- ubah tidak menentu dan sering kali terjadi badai secara tiba- tiba.
Iklim dingin
Iklim dingin terdapat di daerah kutub. Oleh sebab itu iklim ini disebut pula sebagai iklim kutub. Iklim dingin dapat dibagi dua, yaitu iklim tundra dan iklim es. Ciri- ciri iklim tundra adalah musim dingin berlangsung lama, musim panas yang sejuk berlangsung singkat, udaranya kering dan tanahnya selalu membeku sepanjang tahun. Suhu iklim dingin rata- rata 66,5°-90° LU dan LS. Di musim dingin tanah ditutupi es dan salju. Di musim panas banyak terbentuk rawa yang luas akibat mencairnya es di permukaan tanah. Vegetasinya jenis lumut- lumutan dan semak- semak. Ciri- ciri iklim es atau iklim kutub adalah suhu terus- menerus rendah, sehingga terdapat salju abadi dan wilayahnya yaitu kutub utara, Greenland (tanah hijau) dan Antartika di kutub selatan.
Iklim fisis
Iklim fisis adalah iklim yang dipengaruhi alam sekitar. Misalnya, daratan, lautan, pegunungan, dataran rendah, dataran tinggi, angin, laut, maupun letak geografis.
Iklim Kontinental
Iklim ini terjadi di daerah yang amat luas, sehingga angin yang berpengaruh terhadap daerah tersebut adalah angin darat yang kering. Di daerah ini, pada siang hari terasa panas sekali dan malam hari terasa begitu dingin. Curah hujannya sangat rendah, sehingga terkadang terbentuk gurun pasir. Contoh daerahnya adalah Gobi, Tibet, Arab dan Sahara.
Iklim Laut
Iklim laut terdapat di daerah tropis dan subtropis. Angin yang berpengaruh terhadap daerah tersebut adalah angin laut yang lembab. Ciri- ciri iklim laut adalah curah hujan yang rata- rata tinggi. Suhu tahunan dan harian hampir sama dan sering terjadi hujan.
Iklim dataran tinggi
Iklim dataran tinggi mengalami perubahan suhu harian dan tahunan, tekanan rendah, sinar matahari terik dan hanya mengandung sedikit uap air. Hal ini dikarenakan perbedaan tekanan udara pada daerah yang lebih tinggi.
Iklim pegunungan
Iklim ini terdapat di daerah pegunungan. Di daerah pegunungan udaranya sejuk dan hujan sering turun. Hujan terjadi karena awan yang naik ke lereng pegunungan mengalami kondensasi, sehingga turun hujan. Hujan seperti ini disebut hujan orografis. Hal ini menyebabkan banyak tumbuhan subur yang hidup.
Motode Klasifikasi Iklim
Menurut As- Syakur et al. (2011), hujan merupakan unsur fisik lingkungan yang paling beragam baik menurut waktu maupun tempat dan hujan juga merupakan faktor penentu serta faktor pembatas bagi kegiatan pertanian secara umum. Oleh karena itu klasifikasi iklim untuk wilayah Indonesia (Asia Tenggara umumnya) seluruhnya dikembangkan dengan menggunakan curah hujan sebagai kriteria utama. Berikut adalah metode untuk mengklasifikasikan iklim:
Klasifikasi iklim menurut Mohr. Klasifikasi iklim ini didasarkan oleh jumlah Bulan Kering (BK) dan jumlah Bulan Basah (BB) yang dihitung sebagai harga rata- rata dalam waktu yang lama. Klasifikasi Iklim Mohr berdasarkan hubungan antara penguapan dan besarnya curah hujan. Dasar penggolongan iklim menurut Mohr adalah adanya bulan basah dan bulan kering. Curah hujan rata- rata yang digunakan diperoleh dari pengamatan curah hujan selama minimal 10 tahun. Berdasarkan penelitian tanah, Mohr membagi tiga derajat kelembapan yaitu :
Bulan basah adalah bulan yang curah hujannya > 100 mm dalam 1 bulan. Jumlah curah hujan melampaui penguapan.
Bulan kering adalah bulan yang curah hujannya < 60 mm dalam 1 bulan. Penguapan banyak berasal dari dalam tanah daripada curah hujan.
Di antara bulan basah dan bulan kering disebut bulan lembab. Bulan lembab tak masuk dalam hitungan. Curah hujan dan penguapan relatif seimbang.
Asumsi untuk penguapan/ evaporasi (E) adalah 2 mm per hari
BB (Bulan Basah) CH > 100 mm ; CH > E
BK (Bulan Kering) CH <60 mm; CH <E
BL (Bulan Lembab) 60 <CH <100 mm.
Langkah pertama adalah mencari bulan kering dan bulan basah, kemudian langkah kedua menentukan rata-rata curah hujan bulanan. Langkah ketiga menentukan kelas iklim dari kombinasi BK dan BB.
Klasifikasi iklim Schmidt- Ferguson. Prinsip yang digunakan hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Mohr, yaitu dengan mengambil bulan kering dan bulan basah, dengan cara sebagai berikut:
Data curah hujan diambil minimal untuk 10 tahun dan tentukan berapa bulan kering dan bulan basah per tahunnya.
Curah hujan bulan basah dan bulan kering dijumlahkan dan dihitung rata- ratanya.
Klasifikasi iklim Oldeman. Dasar yang digunakan adalah adanya bulan basah yang berturut- turut dan adanya bulan kering yang berturut- turut pula. Kedua bulan ini dihubungkan dengan kebutuhan tanaman padi sawah dan palawija terhadap air. Penentuan bulan basah menurut Oldeman :
Bulan basah (BB) adalah bulan dengan curah hujan lebih dari 200 mm
Bulan kering (BK) adalah bulan dengan curah hujan kurang dari 100 mm
Perbedaan dengan klasifikasi Mohr adalah: Mohr berdasarkan pada evaporasi tiap hari 2 mm, sedangkan Oldeman berdasarkan kebutuhan air untuk persawahan dan palawija. Penggolongan menitikberatkan kepada bulan basah. Oldeman mengemukakan 5 zona utama bulan basah yaitu:
Zona A, bulan basah (BB) lebih dari; 9x berturut- turut
Zona B, bulan basah (BB) 7-9 x berturut- turut
Zona C bulan basah (BB) 5-6 x berturut- turut
Zona D bulan basah (BB) 3-4 x berturut- turut
Zona E bulan basah (BB) <3 x berturut- turut
Klasifikasi iklim koppen. Klasifikasi ini merupakan klasifikasi utama yang berdasarkan pada hubungan antara iklim dan pertumbuhan vegetasi. Dasar klasifikasi ini adalah suhu dan hujan rata- rata bulanan maupun tahunan yang dihubungkan dengan keadaan vegetasi alami berdasarkan peta vegetasi De Candolle (1874). Menurut Koppen vegetasi yang hidup secara alami menggambarkan iklim tempat tumbuhnya. Vegetasi tersebut tumbuh dan berkembang sesuai dengan hujan efektif yaitu kesetimbangan antara hujan, suhu dan evapotranspirasi. Jumlah hujan yang sama akan berbeda kegunaannya bila jatuh pada musim yang berbeda. Oleh karena itu batas- batas klasifikasi Koppen berkaitan dengan batas- batas penyebaran vegetasi. Klasifikasi iklim Koppen disusun berdasarkan lambang atau simbol yang merumuskan sifat dan corak masing- masing tipe hanya dengan tanda yang terdiri dari kombinasi huruf yaitu :
Huruf pertama (huruf besar) menyatakan tipe utama
Huruf kedua (huruf kecil) menyatakan pengaruh hujan
Huruf ketiga (huruf kecil) menyatakan suhu udara
Huruf keempat (huruf kecil) menyatakan sifat-sifat khusus
Pada umumnya dalam menentukan tipe iklim menurut Koppen bila perumusannya telah sampai pada kombinasi dua huruf telah dianggap cukup untuk mencirikan iklim suatu daerah secara umum. Koppen membagi tipe utama menjadi lima kelas yaitu :
A : Iklim Hujan Tropik, Suhu bulan terdingin lebih dari 18°C
B : Iklim Hujan, evaporasi lebih dari curah hujan
C: Iklim Sedang Berhujan, suhu bulan terdingin antara -3°C- 18°C, suhu bulan terpanas lebih dari10°C
D : Iklim Hujan Dingin (Boreal), suhu bulan terdingin kurang dari -3°C dan suhu bulan terpanas lebih dari 10°C
E : Iklim Kutub, suhu bulan terpanas kurang dari 10°C
Pengaruh hujan digambarkan pada huruf kedua, terdiri atas :
f : selalu basah, hujan setiap bulan di atas 60 mm.
s : bulan-bulan kering jatuh pada musim panas (summer).
S: semi arid (stepa atau padang rumput).
w : bulan-bulan kering jatuh pada musim dingin (winter).
W: arid (padang pasir).
m : khusus untuk kelompok tipe utama A (m=monsun), yang berarti musim kemaraunya pendek, tetapi curah hujan tahunan cukup tinggi, sehingga tanah cukup lembab dengan vegetasi hutan hujan tropik
F : daerah tertutup es abadi, seluruh musim dalam setahun suhunya selalu di bawah 0°C.
Selanjutnya pengaruh suhu dilambangkan sebagai huruf ketiga yang terdiri atas :
a : suhu rata-rata dari bulan terpanas > 22.2°C
b : suhu rata-rata dari bulan terpanas < 22.2°C
c : hanya 1-4 suhunya > 10°C dan suhu bulan terdingin > -38°C
d : suhu bulan terdingin < 38°C
e : suhu rata-rata tahunan < 18°C
i : perbedaan suhu antara bulan terpanas dan terdingin < 5°C
k : suhu rata-rata tahunan < 18°C dengan suhu bulan terpanas 18°C
l : suhu semua bulan antara 10– 22°C.
Berdasarkan dua kombinasi huruf pertama, maka ada 12 tipe iklim menurut klasifikasi Koppen yaitu :
Daerah Iklim Hujan Tropik : Af, Aw, Am
Daerah Iklim Kering : BS, BW
Daerah Iklim Sedang Berhujan: CF, Cs, Cw
Daerah Iklim Hujan Dingin : Df, Dw
Daerah Iklim Kutub : Ew, Ef
Klasifikasi iklim Thornwaite. Klasifikasi iklim berdasarkan pada curah hujan yang sangat penting untuk tanaman, sehingga selain jumlah curah hujan yang dipakai oleh tanaman akan lebih kecil dari pada penguapannya, pada jumlah curah hujan yang sama. Dalam penentuan kelas iklim ini dikemukakan dua pengertian :
Rasio suhu evaporasi (precipitation effect ratio), PE ratio = P/E
Rasio temperatur evapotranspirasi (temperature effect ratio), TE ratio = T/E (T: suhu udara Fahrenheit dan E: evaporasi).
Hubungan Iklim dan Cuaca
Menurut As- Syakur (2007), cuaca adalah rataan udara yang berlangsung dalam waktu yang singkat dengan kurun waktu yang sempit, sedangkan Iklim adalah keadaan atmosfer yang berlangsung dalam waktu yang lama dan dalam cakupan wilayah yang luas. Cuaca dan iklim merupakan dua hal yang saling berkaitan. Adanya cuaca memungkinkan untuk terjadinya keragaman iklim. Adanya keragaman iklim terjadi karena perbedaan cuaca di berbagai tempat. Kedua gejala alam ini, cuaca dan iklim, dipelajari dalam ilmu yang khusus, yaitu Meteorologi dan Klimatologi. Cuaca dan Iklim merupakan dua kondisi yang hampir sama tetapi berbeda pengertian khususnya terhadap kurun waktu. Unsur utama cuaca ialah suhu udara, radiasi, tekanan udara, kelembapan udara, angin dan curah hujan. Selain itu, terdapat unsur cuaca yang lain, seperti intensitas penyinaran matahari, keadaan awan, embun dan petir. Iklim merupakan kelanjutan hasil pencatatan unsur cuaca dari hari ke hari dalam waktu yang lama sehingga merupakan rata- rata dari unsur cuaca. Unsur- unsur iklim sama dengan unsur- unsur cuaca, yaitu suhu udara, radiasi, tekanan udara, kelembapan udara, angin, curah hujan, intensitas penyinaran matahari, keadaan awan, embun dan petir. Oleh karena itu, unsur iklim bersifat stabil, tidak seperti unsur cuaca yang selalu berubah.
Faktor– Faktor yang Menyebabkan Perubahan Iklim
Menurut Sugianto (2010), perubahan iklim merupakan suatu keniscayaan yang sedang kita hadapi bersama saat ini. Semakin hari perubahan iklim semakin kita rasakan bahkan semakin mengkhawatirkan, untuk itu kita harus berusaha menanggulanginya dengan mulai mencintai dan menjaga lingkungan seperti menanam pohon dan bersepeda. Perlu diingat bahwa perubahan iklim tidak terjadi tiba- tiba, peristiwa ini terjadi oleh berbagai sebab. Berikut beberapa faktor penyebab perubahan iklim:
Aktivitas Manusia
Kegiatan manusia dibumi ini merupakan penyebab utama terjadinya perubahan iklim, terlebih aktivitas manusia yang mengarah kepada pengrusakan lingkungan seperti penebangan hutan, pembangun pemukiman didaerah resapan air dan membuang limbah pabrik sembarangan. Aktivitas- aktivitas manusia yang tidak memperdulikan lingkungan membuat bumi semakin tidak ramah kepada manusia dan menjadikan bumi semakin tidak nyaman ditempati lagi.
Pemanasan Global
Salah satu penyebab perubahan iklim yang terjadi dibumi ini adalah pemanasan global. Pemanasan global merupakan meningkatnya suhu rata- rata dipermukaan bumi baik itu darat maupun laut. Pengaruh pemanasan global terhadap terjadinya perubahan iklim sangat signifikan, contohnya adalah dari sebuah penelitian mengungkapkan bahwa pemanasan global dapat meningkatkan intensitas terjadinya badai. Hal ini membuktikan bahwa anomali iklim dialam ini seringkali terjadi.
Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca merupakan penyebab utama terjadinya pemanasan global yang menjadikan bumi ini mengalami perubahan iklim. Peristiwa efek rumah kaca utamanya disebabkan oleh aktivitas manusia seperti polusi dari pabrik, polusi dari kendaraan bermotor dan juga dari sektor pertanian. Peristiwa ini bisa berdampak kepada mencairnya es- es atau salju- salju abadi di daerah kutub yang bisa menyebabkan meningkatkan permukaan air laut disekitar daerah tropis.
El Nino dan La Nina
El Nino adalah proses terjadinya peningkatan temperatur atau suhu air laut di daerah Peru dan Ekuador yang dapat berdampak mengganggu iklim secara global. Peristiwa ini umumnya terjadi dalam waktu dua sampai tujuh tahun sekali. Sedangkan La Nina adalah kebalikan dari El Nino, yaitu ketika suhu atau temperatur air laut didaerah Peru dan Ekuador menjadi dingin. Peristiwa La Nina bisa menyebabkan angin kencang, hujan lebat dan juga banjir di daerah- daerah sekitar Indonesia.
Menipisnya Lapisan Ozon
Perlu diketahui bersama bahwa saat ini lapisan ozon di atmosfer bumi semakin menipis dan ini merupakan salah satu penyebab terjadinya perubahan iklim secara global. Sinar matahari yang menyinari bumi langsung terpancar ke bumi tanpa terserap terlebih dahulu di lapisan ozon, ini yang membuat sinar matahari terasa sangat terik.
MATERI METODE
Materi
Waktu dan Tempat
Hari/ Tanggal : Rabu/ 10 Mei 2017
Waktu : 17.00- 18.00 WIB
Tempat :
Alat dan Bahan
Tabel 1. Alat Praktikum
No.
Nama Alat
Gambar
Fungsi
1.
Pensil
Alat tulis
2.
Kertas HVS
Tempat mengklasifikasikan iklim
3.
Modul
Bahan ajar bagi praktikan
4.
Penghapus
Alat tulis
Tabel 2. Bahan Praktikum
No.
Nama Bahan
Gambar
Fungsi
1.
Data Curah Hujan dan Suhu
Data yang akan diklasifikasikan iklimnya
Metode
Klasifikasi Iklim Metodde Koppen
Data suhu terdingin di suatu daerah dicatat
Berdasarkan jumlah total, jumlah curah hujan dan penguapan di suatu daerah dicatat
Data pada nomor 1 dan 2 dikategorikan ke jenis iklim utama yang mewakili daerah tersebut yang disimbolkan dengan A, B, C, D atau E
Huruf kedua, huruf kecil, ditambahkan agar iklim pokok di daerah tersebut diketahui yang disimbolkan dengan f, m, w dan s
Huruf ketiga, huruf kecil, ditambahkan agar kombinasi huruf ketiga dalam sistem Koppen diketahui yang disimbolkan dengan a, b, c
Klasifikasi Iklim Metode Schmidt dan Fergusson
Jumlah bulan kering dan jumlah bulan basah dicari dan dicari rata- ratanya
Nilai Q dicari dengan rumus: jumlah bulan kering rata- rata/ jumlah bulan basah rata- rata
Hasil perhitungan Q dicocokkan dengan delapan kriteria tipe hujan menurut Schmidt dan Fergusson.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 3. Data Rata- Rata Suhu Udara, Curah Hujan dan Penguapan Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Mas Semarang 2016
Bulan
Suhu Udara (celcius)
Curah Hujan (mm)
Jumlah Penguapan (mm)
Januari
28,7
222
168,4
Februari
27,8
325
109,6
Maret
28,8
89
159,1
April
29
257
141,1
Mei
29,4
72
145,3
Juni
28,8
99
129,9
Juli
28,7
129
140,7
Agustus
28,9
138
181,9
September
28,6
410
168,5
Oktober
28,4
110
142,8
November
28,3
242
154,4
Desember
28
108
129,4
∑total
2201
1771,1
Sumber: BMKG Stasiun Meteorologi Maritim Semarang, 2016.
Keterangan bulan:
Tabel 4. Keterangan Klasifikasi Iklim Koppen
No.
Bulan
Klasifikasi iklim
1
Januari
Afa
2
Februari
Afa
3
Maret
Afa
4
April
Afa
5
Mei
Afa
6
Juni
Afa
7
Juli
Afa
8
Agustus
Afa
9
September
Afa
10
Oktober
Afa
11
November
Afa
12
Desember
Afa
Klasifikasi Iklim Koppen
Suhu terdingin berdasarkan tabel adalah 27,8°C
Lebih besar jumlah curah hujan, 2201 mm
Tipe iklim utama adalah (A) yaitu suhu rata- rata bulan terdingin >18°C
Iklim pokok adalah (f) yaitu tanpa musim kering, curah hujan dalam bulan terkering >60 mm
Kombinasi untuk huruf ketiga adalah (a) yaitu suhu rata- rata bulan terpanas >22°C
Jadi, tipe iklim daerah pada tabel 1 adalah Afa, yaitu suhu rata- rata bulan terdingin >18°C, curah hujan dalam bulan terkering >60 mm dan suhu rata- rata bulan terpanas >22°C.
Klasifikasi Iklim Schmidt dan Fergusson
Rata- rata bulan basah adalah 183,402 mm
Q= = = 0
Nilai Q adalah 0, maka tipe hujan termasuk golongan A, yaitu tipe hujan yang sangat basah.
Pembahasan
Berdasarkan tabel data rata- rata suhu udara, curah hujan dan penguapan stasiun meteorologi maritim Tanjung Mas Semarang 2016, klasifikasi iklim yang didapatkan adalah ada dua. Klasifikasi iklim merupakan klasifikasi menurut Koppen, yaitu tipe iklim Afa karena pada daerah tersebut memiliki suhu rata- rata sebesar 31,12°C, curah hujan dalam bulan terkering adalah 183,402 mm dimana kriteria seperti ini adalah cocok dengan tipe iklim Afa yang memiliki kriteria seperti suhu rata- rata bulan terdingin >18°C, curah hujan dalam bulan terkering >60 mm dan suhu rata- rata bulan terpanas >22°C. Klasifikasi iklim yang kedua adalah klasifikasi iklim menurut Schmidt dan Fergusson, yaitu tipe hujan yang sangat basah karena rata- rata bulan basah adalah 183,402 mm dan nilai Q yang dihasilkan adalah sebesar 0 mm, dimana jika hasil Q adalah 0 termasuk golongan A yang memiliki range 0 ≤ Q ≥ 0,143.
Perbandingan antara klasifikasi iklim Koppen dengan Schmidt dan Fergusson adalah klasifikasi menurut Koppen mengklasifikan berdasarkan data suhu terdingin, data curah hujan dan suhu terpanasnya, lalu klasifikasi iklim Koppen juga menyimbolkan untuk setiap dasar klasifikasi tersebut dengan huruf pertama kapital, huruf kedua dan huruf ketiga adalah huruf kecil. Huruf yang dijadikan simbol adalah huruf yang memiliki keterangan tersendiri dan huruf yang dijadikan simbol adalah hanya huruf A, B, C, D, E untuk menentukan tipe iklim utama, huruf f, m, w, s untuk menentukan tipe iklim pokok dan huruf terakhir adalah a, b, c untuk menentukan kombinasi dari kedua huruf awal tadi, sedangkan klasifikasi menurut Schmidt dan Fergusson adalah mengklasifikasikan tipe hujan berdasarkan jumlah bulan kering rata- rata dan jumlah bulan basah rata- rata dimana untuk bulan basah adalah jika memiliki curah hujan >100 mm, untuk bulan lembab adalah jika curah hujan antara 60 mm sampai 100 mm dan untuk bulan kering adalah jika curah hujan <60 mm. Nilai dari bulan kering dan bulan basah disimbolkan dengan huruf Q yang memilliki delapan golongan untuk setiap hasil Q yang berbeda- beda. Golongan tersebut adalah A, B, C, D, E, F, G, H dimana untuk setiap golongan memiliki nilai dan keterangan yang berbeda- beda.
Menurut letak astronomisnya, Indonesia termasuk kategori iklim tropis. Variabel utama untuk menggolongkan iklim Indonesia tidak hanya suhu atau tekanan udara yang termasuk faktor oseanografi, tapi juga curah hujan. Dibelah oleh khatulistiwa, Indonesia memiliki tipe iklim hampir seluruhnya yaitu tropis dengan suhu dataran pantai rata- rata 28° C, pedalaman dan daerah pegunungan rata- rata 26° C dan daerah pegunungan tinggi rata- rata 23°C. Kelembaban relatif di semua wilayah cukup tinggi dan berkisar antara 70% dan 90%. Variasi curah hujan yang diterima tiap daerah dipengaruhi oleh sirkulasi angin musim atau monsoon. Secara umum, ada musim kemarau (Juni sampai September), dan musim hujan (Desember sampai Maret). Bulan Oktober sampai Nopember dinamakan musim pancaroba atau peralihan karena bagian barat dan utara Indonesia mengalami curah hujan yang lebih besar, karena dari utara ke barat bergerak awan hujan yang berat dengan kelembaban tinggi hingga mencapai daerah pedalaman.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan tabel data rata- rata suhu udara, curah hujan dan penguapan stasiun meteorologi maritim Tanjung Mas Semarang 2016, hasil analisi data iklim yang kami peroleh selama periode satu tahun berdasarkan metode Koppen adalah Afa dan berdasarkan metode Schmidt dan Fergusson adalah tipe hujan sangat basah.
Mahasiswa dapat membuat klasifikasi iklim dengan menggunakan metode Koppen dan Schmidt dan Fergusson.
5.2 Saran
Praktikan diharapkan kondusif ketika praktikum sedang berlangsung.
Praktikan diharapkan selalu membawa modul ketika praktikum.
Praktikan diharapkan tidk memainkan alat komunikasi ketik praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
As-syakur, Abd. Rahman. 2007. Identifikasi Hubungan Fluktuasi Nilai SoI Terhadap Curah Hujan Bulanan di Kawasan Batukaru- Bedugul, Bali. Jurnal Bumi Lestari, Vol & (2): 123- 129.
As-syakur, Abd. Rahman. I Wayan Suarna. I Wayan Rusna dan I Nyoman Dibia. 2011. Pemetaan Kesesuaian Iklim Tanaman Pakan serta Kerentanannya Terhadap Perubahan Iklim dengan Sistem Informasi Geografi (SIG) di Provinsi Bali. Vol 1 (1): 9- 15.
Hidayanti, Ida Nurul dan Suryanto. 2015. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Produksi Pertanian dan Strategi Adaptasi Pada Lahan Rawan Kekeringan. Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan, Vol 16 (1): 42-52.
Ilahude, A. G dan A. Nontji. 1999. Oseanografi Indonesia dan Perubahan Iklim Global (El Nino dan La Nina). 1-10.
Sugianto, Denny Nugroho. 2010. Model Distribusi Data Kecepatan Angin dan Pemanfaatannya dalam Peramalan Gelombang di Perairan Laut Paciran, Jawa Timur. Vol. 15 (3): 143- 152.
Susandi, Armi. Indriani Herlianti. Mamad Tamamadin dan Irma Nurlela. 2008. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Ketinggian Muka Laut Di Wilayah Banjarmasin. Jurnal Ekonomi Lingkungan, Vol 12 (2): 1- 8.