Jurnal Pendidikan Tata Niaga (JPTN)
ISSN 2337-6078
Volume 9 No 1 Tahun 2021
PENGEMBANGAN ALAT EVALUASI BERBANTUAN APLIKASI ANDROID
PADA MATA PELAJARAN PENATAAN PRODUK KELAS XI BDP
DI SMK NEGERI 10 SURABAYA
Yeni Diana Putri
Pendidikan Tata Niaga, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya
[email protected]
Renny Dwijayanti
Pendidikan Tata Niaga, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya
[email protected]
ABSTRAK
Evaluasi kegiatan pembelajaran dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan hasil belajar
peserta didik. Evaluasi membutuhkan instrumen evaluasi yang digunakan sebagai pengukur keberhasilan
evaluasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan alat evaluasi berbasis HOTS yang dikemas
lebih menarik menggunakan bantuan aplikasi android untuk diterapkan pada peserta didik kelas XI BDP.
Penelitian ini menerapkan model pengembangan ADDIE yaitu Analysis, Design, Development,
Implementation, dan Evaluating, namun penelitian ini hanya sampai pada tahap pengembangan. Jenis
data yang digunakan adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan alat evaluasi berbantuan aplikasi android mendapatkan kelayakan validasi materi 75% dan
validasi evaluasi mendapatkan hasil kelayakan sebesar 87 % sedangkan respon peserta didik 82,5%.
Dengan demikian alat evaluasi berbantuan aplikasi android dinyatakan layak dan dapat digunakan
sebagai alat evaluasi pada mata pelajaran penataan produk kelas XI di SMK jurusan Bisnis Daring dan
Pemasaran.
Kata Kunci : Alat evaluasi, HOTS, aplikasi android.
Abstract
The objective of evaluating learning is to comprehend the level of students understanding and learning
outcomes. An assessment needs instrument that is used to amount its achievements. The objective of
research is also to invent an assessment high order thinking skills (HOTS) and made it more stimulating
with combining android apps for the implementation in student grade XI BDP. This research applied
development model of ADDIE, which consist of Analysis, Design, Development, Implementation, and
Evaluating. Meanwhile, this research is only develop the limitations. There are two kinds of data which
are qualitative and quantitative. According to the research, the discussion of assessment tools with
combining android application has a material eligibility of 75 % and validating evaluation of 87 % and
large group students got 82,5%. Therefore, an assessment tool with combining android application is
feasible and it can use for an assessment tool in the lesson of product arrangement at Students grade XI
of SMK majoring of business and marketing.
Keywords: Instrument evaluation, HOTS, android application
PENDAHULUAN
Bidang pendidikan menjadi salah satu aspek yang
terpengaruh oleh adanya inovasi dari perkembangan
teknologi
dan
komunikasi.
Untuk
menyikapi
perkembangan tersebut di lingkungan sekolah, pemerintah
melakukan perubahan pada kurikulum yaitu kurikulum
2013 yang diterapkan pada pembelajaran abad 21.
Terdapat tiga hal yang akan dicapai dalam kurikulum
2013 yaitu karakter, literasi dan kompetensi. Dengan
adanya pengembangan kurikulum, pemerintah berharap
sekolah dapat mencetak generasi yang mampu bersaing di
masa yang akan dating.
Pembelajaran abad 21 mengharuskan peserta didik
untuk memiliki keterampilan khusus yang dapat
digunakan sebagai bekal untuk bersaing di industri 4.0 ini.
1041
Keterampilan tersebut meliputi keterampilan dalam
memecahkan masalah yang ada, ketermapilan dalam
berpikir kritis atau tingkat tinggi, keterampilan dalam
berkomunikasi
dengan
baik,
keterampilan
mengkolaborasikan sesuatu, literasi akan teknologi dan
informasi serta keterampilan dalam membuat inovasi baru
dan mengkreasi (Zubaidah, 2017).
Dari beberapa keterampilan tersebut, berpikir kritis
merupakan keterampilan dasar yang ada di dalam
pembelajaran abad 21. Yang termasuk dalam
keterampilan berpikir kritis ialah menganalisis,
mengevaluasi informasi yang didapat, mengakses,
mengkreasikan solusi atas permasalahan. Guru dapat
memenuhi kebutuhan peserta didik dalam meningkatkan
Jurnal Pendidikan Tata Niaga (JPTN)
ISSN 2337-6078
Volume 9 No 1 Tahun 2021
keterampilan berpikir kritis atau High Order Thinking
Skills yaitu dengan melatih peserta didik menggunakan
soal-soal evaluasi berbasis HOTS. Tingkat berpikir tinggi
atau HOTS merupakan bagaimana cara peserta didik
untuk menganalisis, memecahkan masalah dan berkreasi
menemukan solusi pada level kognitif yang saat ini
banyak dikembangkan dari beragam rancangan dan
proses pembelajaran yang berkaitan tentang pengetahuan ,
tingkatan taksonomi yang biasa digunakan dalam
kurikulum, metode pengajaran di kelas dan system
penilaian yang digunakan (Saputra, 2016: 91).
Dalam implikasi pembelajaran di sekolah, penilaian
atau evaluasi dilakukan diakhir proses pembelajaran
untuk mengetahui sejauh mana tujuan telah tercapai, dan
dapat mengetahui apa seharusnya yang perlu diperbaiki
sehingga siswa dapat menguasai materi yang diajarkan.
Arifin (2011: 14) juga berpendapat bahwa tujuan dari
dilakukannya evaluasi adalah untuk mengetahui
keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran yang meliputi
keseluruhan proses mulai dari menentukan tujuan, materi
belajar, media yang dipakai, metode pembelajaran yang
digunakan, lingkungan belajar serta penilaian itu sendiri.
Sehingga guru sebagai pendidik memerlukan alat ukur
hasil belajar atau alat evaluasi yang dapat menunjang
peserta didik dalam mengembangkan kemampuan
berpikir secara kritis yang lebih baik.
Alat evaluasi yang baik harus memenuhi syarat
valid dan reliabel, sehingga hasil penilaian kemampuan
peserta didik merupakan informasi yang sebenarnya. Alat
evaluasi terdiri dari tes dan non tes. Menurut Arifin
(2011: 117) alat evaluasi yang digunakan untuk menilai
pengetahuan atau kognitif siswa ialah tes. Penilaian
pengetahuan atau kognitif di sekolah dapat diukur dengan
memberikan peniaian baik penilaian berupa tes tulis, tes
lisan maupun tugas. Penilaian yang dimaksud mencakup
keseluruhan konsep sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang telah disusun. Melalui penilaian ini peserta didik
diharapkan mampu menguasai kompetensi sesuai ranah
kognitif yang ditetapkan sehingga tujuan dapat dicapai
dengan baik.
Berdasarkan
Direktoral Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan (2018) penilaian pengetahuan
sekolah menengah kejuruan yang sering digunakan dalam
menilai kemampuan kognitif siswa baik penilaian harian
maupun penilaian semester adalah penilaian tes berupa
soal pilihan ganda dan soal bentuk uraian (essay).
Penilaian kognitif dalam implementasi kurikulum
2013 di sekolah diharuskan untuk dapat mengukur
kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) peserta didik.
Guru dituntut untuk mampu mengembangkan dan
menginovasikan alat evaluasi yang digunakan sesuai
dengan tujuan dari kurikulum 2013 yang diterapkan.
Selain itu, guru dan peserta didik juga dituntut agar dapat
menguasai penggunaan teknologi dalam lingkungan
sekolah. Sesuai dengan tuntutan literasi teknologi yang
juga menjadi cakupan dalam pembelajaran kurikulum
2013 di abad 21. Pada umumnya proses penilaian hasil
belajar dilaksanakan dalam bentuk konvensional yaitu
cetak, namun evaluasi juga dapat diterapkan dengan
memanfaatkan
kecanggihan
teknologi.
Dengan
memanfaatkan teknologi dalam proses evaluasi peserta
didik dapat meningkatkan literasinya tentang penggunaan
teknologi di sekolah. Hal ini dibuktikan oleh banyaknya
pelaksanaan ujian menggunakan bantuan komputer.
Dari hasil pengamatan di SMK Negeri 10 Surabaya,
guru belum menyusun alat evaluasi yang berbasis high
order thinking skills dan sebagian besar soal evaluasi
masih menggunakan alat evaluasi dengan tingkat low
order thinking skills. Alat evaluasi yang digunakan dalam
penilaian ulangan harian dan ulangan tengah semester
merupakan alat evaluasi dengan soal tipe pilihan ganda.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Direktoral Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan (2018) bahwa soal pilihan
ganda merupakan bentuk soal yang sering digunakan di
sekolah. Selain itu, penggunaan alat evaluasi yang masih
konvensional di kelas masih memiliki kelemahan yang
menyebabkan terdapat peserta didik yang masih
mencontek selama evaluasi, banyak peserta didik yang
terlambat mengumpulkan lembar jawaban setelah waktu
pengerjaan sudah selesai, kemungkinan terjadi kesalahan
dalam mengoreksi.
Mata pelajaran penataan produk merupakan mata
pelajaran kompetensi keahlian C3 di bidang keahlian
bisnis dan manajemen yang dipelajari di kelas XI jurusan
BDP. Dalam mata pelajaran ini terdapat 9 kompetensi
dasar yang perlu dipelajari peserta didik. Kompetensi
Dasar 3.8 menganalisis elemen desain dan visual display
produk drink, food, fresh dan kosmetik di supermarket
fashion dan sport merupakan salah satu kompetensi yang
dapat dikembangkan sebagai alat evaluasi berbasis HOTS.
Kompetensi 3.8 merupakan kompetensi yang penting
sehingga peserta didik perlu memahami lebih detail dan
mencapai nilai ketuntasan yang diterapkan dalam
kemampuan berpikir kritis sesuai ranah kognitifnya.
Dalam implementasi di dunia kerja mata pelajaran
penataan produk ini berperan penting dalam praktik kerja
industri, dengan memahami materi penataan produk
dengan baik peserta didik akan mampu melakukan
display dengan benar. Penilaian dalam bentuk tes sering
digunakan sebagai alat evaluasi untuk menilai
kemampuan kognitif yang dimiliki oleh siswa. Peserta
didik diharapkan dapat mendeskripsikan pengertian
elemen desain dan visual display produk, mampu
mengidentifikasi
teknik
teknik
visual
merchandising.dan pola kerja display, menganalisis
prinsip-prinsip visual display, mampu menganalisis
elemen desain toko dan elemen visual display. Dengan
adanya alat evaluasi berbantuan aplikasi android ini, guru
dapat mengukur sejauh mana tingkat kemampuan,
keberhasilan dan ketercapaian nilai ketuntasan dari hasil
evaluasi yang dilakukan di akhir pertemuan sebagai
penilaian harian.
Dalam pembelajaran abad 21, proses penilaian
pengetahuan atau kognitif dilaksanakan tidak hanya
dalam bentuk cetak saja, banyak sekolah yang telah
menggunakan bantuan teknologi (ICT) baik dalam
pembelajaran daring maupun dalam evaluasi hasil belajar.
Pemanfaatan teknologi dalam proses evaluasi seperti
penggunaan smartphone sebagai wadah alat evaluasi akan
menjadikan alat evaluasi lebih menarik dan efisien serta
dapat memudahkan pendidik untuk mengevaluasi hasil
belajar peserta didik. Penggunaan alat evaluasi berbasis
1042
Jurnal Pendidikan Tata Niaga (JPTN)
ISSN 2337-6078
Volume 9 No 1 Tahun 2021
teknologi juga mengurangi peserta didik untuk berbuat
curang seperti mencontek sehingga hasil evaluasi benarbenar dari hasil pemikiran peserta didik sendiri. Dari hasil
penelitian Rahayu (2014) alat evaluasi yang
dikembangkan menggunakan bantuan teknologi akan
dapat mengurangi kelemahan alat evaluasi yang masih
menggunakan kertas yang diterapkan sekarang. Alat
evaluasi berbantuan teknologi aplikasi android ini
memiliki keunggulan diantaranya yaitu: alat evaluasi
dikemas lebih menarik dan tidak membosankan, terdapat
timer disetiap soal sehingga estimasi waktu yang
diberikan sesuai dan efisien, pemberian skor nilai yang
otomatis sehingga guru tidak perlu mengoreksi hasil nilai
siswa secara manual.
Berdasarkan
permasalahan
diatas,
untuk
memperdalam dan mengukur kompetensi ranah kognitif
peserta didik, maka peneliti ingin mengembangkan alat
evaluasi berbasis HOTS pada mata pelajaran penataan
produk
dengan
bantuan
teknologi.
Peneliti
mengembangkan alat evaluasi dengan bentuk tes pilihan
ganda karena dirasa lebih tepat dengan keunggulan antara
lain: (1) dapat memuat banyak item dengan waktu yang
terbatas 2) pengkoreksian yang mudah, 3) tidak
menggunakan banyak lembar jawaban, 4) soal memiliki
kualitas yang baik, 5) objektifitasnya tinggi (Kadir, 2015).
Pengembangan alat evaluasi ini diharapkan dapat
membantu guru dalam menyusun alat evaluasi berbasis
HOTS berdasarkan tuntutan kurikulum yang sudah
diterapkan yaitu kurikulum 2013 revisi dan menjadi
pengembangan alat evaluasi yang inovatif dan sesuai
dengan kemajuan teknologi dan membiasakan peserta
didik untuk mengerjakan soal menggunakan ICT serta
melatih kemampuan peserta didik dalam memecahkan
masalah.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Fadhilar
dan Hardianti (2018) dengan hasil penelitian yaitu alat
evaluasi berbasis HOTS dengan bantuan ICT
dikategorikan praktis dan efektif jika diterapkan dalam
proses penilaian.
Hasil penelitian dari Fitriana, dkk (2018)
menghasilkan 5 soal dari 11 soal pilihan ganda berbasis
HOTS dinyatakan valid dan layak digunakan, dan 6 soal
dari 11 soal uraian dinyatakan valid dengan nilai reabilitas
0,736.
Penelitian dari Istiyono, dkk (2014) yang
menghasilkan 26 item soal HOTS yang valid dan 8 soal
yang tidak valid, reabilitas soal yang dihasilkan sangat
baik dengan nilai reliable 0,90.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti menyusun
rumusan masalah diantaranya: (1) Bagaimana proses
pengembangan Alat Evaluasi berbantuan Aplikasi
Android pada mata pelajaran Penataan Produk Kelas XI
BDP di SMK Negeri 10 Surabaya, (2) Bagaimana
kelayakan Alat Evaluasi berbantuan Aplikasi Android
pada mata pelajaran Penataan Produk yang
dikembangkan, (3) Bagaimana respon peserta didik
terhadap produk yang dikembangkan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan
pengembangan (Research & Development) dimana
penelitian ini memiliki tujuan untuk menghasilkan produk
dan diuji kelayakannya. Pada penelitian ini mengadopsi
model pengembangan ADDIE yang meliputi lima tahapan
yaitu Analysis, Design, Development, Implementation,
dan Evaluating. Terkait dengan waktu, tenaga dan biaya,
penelitian ini hanya sampai pada tahap pengembangan
saja.
Berikut merupakan prosedur tahapan penelitian
pengembangan alat evaluasi berbantuan aplikasi android
menggunakan model pengembangan ADDIE:
Analyze
Implement
Evaluate
Design
Develop
Gambar 1 Tahap pengembangan model ADDIE
Sumber: Tegeh (2014 : 42)
Terdapat lima tahapan dalam model pengembangan
ADDIE yang pertama adalah analisis, desain,
pengembangan, implementasi dan evaluasi. Menurut
Tegeh (2014 : 41) model ini memungkinkan peneliti
untuk melakukan evaluasi disetiap aktivitas dalam
masing-masing tahapan tersebut sehingga produk yang
dikembangkan dapat semaksimal mungkin dan
mengurangi
tingkat
kesalahan
ditahap
akhir
pengembangan. Berikut penjelasan tahapan model
pengembangan ADDIE:
1. Tahap analisis
Pada tahap ini peneliti menganalisis permasalahan
yang terjadi di SMK N 10 Surabaya mengenai alat
evaluasi yang digunakan apakah perlu dilakukan
pengembangan atau tidak. Kemudian menganalisis
tujuan pembelajaran yang dilakukan dengan menelaah
RPP, Silabus mata pelajaran, dan perangkat
pembelajaran lainnya pada mata pelajaran penataan
produk. Setelah itu peneliti menganalisis calon
pengguna alat evaluasi tersebut yaitu peserta didik
kelas XI jurusan Bisnis Daring dan Pemasaran
bagaimana kemampuan belajarnya dan hasil belajar
selama ini terhadap mata pelajaran penataan produk.
Peneliti menganalisis sarana dan prasarana yaitu
fasilitas internet, media pendukung yang dipakai, dan
teknologi
yang
mendukung
dalam
proses
pembelajaran dan proses evaluasi mata pelajaran
penataan produk di SMK N 10 Surabaya, peneliti
menganalisis pelaksanaan evaluasi menggunakan alat
evaluasi yang biasa digunakan.
2. Tahap desain
Setelah melakukan analisis kemudian peneliti
melanjutkan ketahapan selanjutnya. Pada tahap ini
terdapat dua langkah ialah menentukan kompetensi
dan indikator dan menyusun kisi-kisi. Berdasarkan
analisis tujuan pembelajaran, kompetensi yang
digunakan oleh peneliti yaitu kompetensi 3.8,
indikator - indikator yang digunakan dalam menyusun
kisi-kisi ialah indikator pada kompetensi 3.8 mata
pelajaran penataan produk. Peneliti membuat kisi-kisi
1043
Jurnal Pendidikan Tata Niaga (JPTN)
ISSN 2337-6078
Volume 9 No 1 Tahun 2021
soal yang nantinya dikembangkan berdasarkan
kompetensi dan ranah kognitif yang diterapkan sesuai
modul penyusunan soal HOTS.
3. Tahap pengembangan
Peneliti membuat produk awal yaitu alat evaluasi
dengan prosedur sebagai berikut: (1) memilih media
pendukung yang digunakan peneliti yaitu gambargambar display yang ada di Supermarket dan retail
modern digunakan sebagai stimulus konseptual dalam
soal dan audio sebagai pelengkap aplikasi. (2)
membuat produk, pada tahap ini peneliti membuat
produk soal evaluasi berbasis HOTS yang akan diuji
kelayakannya dan divalidasi dan menyusun media
aplikasi. (3) setelah itu peneliti melakukan validasi
kepada para ahli yang telah ditentukan untuk menilai
produk dari aspek penggunaan materi dan konsepkonsep mata pelajaran penataan produk, sedangkan
ahli evaluasi menilai dari aspek konstruk dan
penggunaan bahasa. (4) melakukan revisi formatif,
setelah produk divalidasi maka prosedur selanjutnya
yaitu merevisi produk sesuai masukan atau saran dari
ahli. (5) melakukan uji coba awal, uji coba awal
dilakukan sebagai syarat pelaksanaan uji validitas,
reabilitas dan tingkat kesukaran soal.
Berdasarkan pendapat Idrus (2015) ukuran sampel
penelitian yang tepat ialah semakin besar sampel yang
digunakan maka akan menghasilkan data yang semakin
baik, namun dalam penelitian terdapat jumlah minimal
yaitu 30 sampel agar populasi dapat terwakili. Responden
dipilih dengan cara sistematis random sampling. Data
yang digunakan adalah jenis data kualitatif dan data
kuantitatif. Data kualitatif diperoleh melalui hasil
wawancara, kritik, dan saran dari telaah para ahli dan
hasil validasi sedangkan data kuantitatif diperoleh dari
hasil pengujian butir soal menggunakan bantuan
shoftware SPSS. Penelitian ini menggunakan tiga
instrumen yaitu lembar validasi dan telaah serta lembar
respon siswa.
Alat evaluasi diujicobakan pada responden sebanyak
60 peserta didik. Penerapan evaluasi menggunakan media
aplikasi android untuk memudahkan pengerjaan soal.
Peserta didik diminta untuk membuka aplikasi dan
membaca petunjuk penggunaannya, selain itu terdapat
buku panduan yang memudahkan peserta didik untuk
menggunakannya. Setelah itu peserta didik mengikuti
semua alur sesuai instruksi pengerjaan soal.
Persentase instrumen validasi dan respon peserta
didik akan dihitung menggunakan skala Guttman sebagai
berikut:
Tabel 1. Skala Guttman
Jawaban
Sesuai
Tidak sesuai
Sumber: Riduwan (2015: 17)
Skor
1
0
Rumus yang digunakan untuk menganalisis data hasil
validasi ialah:
Nilai akhir validator = Skor perolehan x 100 %
Skor maksimal
Data hasil validasi selanjutnya akan dianalisis dan
diketahui kelayakannya dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 2. Interpretasi penilaian
Keterangan
Tidak Layak
Kurang Layak
Cukup Layak
Layak
Sangat Layak
Skala Nilai
0% - 20%
21% - 40%
41% - 60%
61% - 80%
81% - 100%
Sumber: Riduwan (2015: 15)
Berpedoman pada tabel interpretasi penilaian, alat
evaluasi berbantuan aplikasi android dapat dikategorikan
layak jika hasil skor dari validasi ahli materi dan ahli
evaluasi mencapai ≥ 61%. Data kuantitatif diperoleh dari
hasil uji butir soal.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses Pengembangan Alat Evaluasi Berbantuan
Aplikasi Android Pada Mata Pelajaran Penataan
Produk Kelas XI BDP Di SMK Negeri 10 Surabaya
Tahap analisis, peneliti memperoleh data terdapat
beberapa masalah yang ada di SMK Negeri 10 Surabaya
khususnya pada mata pelajaran penataan produk yaitu
soal evaluasi yang biasa digunakan adalah (1) soal yang
sebagian besar menggunakan soal dengan tingkat lower
order thinking skills sehingga belum menerapkan tingkat
berpikir tinggi atau HOTS yang sesuai dengan tuntutan
kecakapan kurikulum 2013 revisi tentang berpikir kritis,
(2) guru hanya memanfaatkan sarana dan prasarana
seadanya (3) selain itu, kegiatan evaluasi masih
menggunakan paper based test yang memiliki kelemahan
yaitu adanya biaya untuk pengadaan kertas, waktu
pengoreksian yang lama, kemungkinan adanya kesalahan
saat mengoreksi hasil evaluasi, adanya kecurangan dari
peserta didik seperti mencontek. Peserta didik di kelas XI
BDP memiliki HP android yang dapat menunjang
penerapan evaluasi dengan alat evaluasi berbantuan
aplikasi android .
Tahapan desain, peneliti menentukan kompetensi,
indikator dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
dengan dampingan guru mata pelajaran penataan produk
Ibu Tatik Margiati, S.Pd sehingga memperoleh
kompetensi dasar yang dipilih yaitu 3.8 karena
kompetensi tersebut mencakup ranah kognitif yang dapat
dikembangkan menjadi alat evaluasi berbasis HOTS. Alat
evaluasi juga disesuaiakan dengan ranah kognitif C4, C5
dan C6 dari taksonomi Bloom.
Pada tahap pengembangan, peneliti menyusun alat
evaluasi berbasis High Order Thinking Skill berdasarkan
modul penyusunan soal HOTS penulis I Wayan Widana.
Peneliti memilih media pendukung audiovisual yaitu
gambar-gambar display produk yang ada di Supermarket
dan di ritel - ritel modern yang digunakan sebagai
stimulus konseptual dalam soal dan musik pengiring
aplikasi. Peneliti memilih aplikasi android sebagai media
evaluasi ulangan harian kompetensi 3.8. Sistem
1044
Jurnal Pendidikan Tata Niaga (JPTN)
ISSN 2337-6078
Volume 9 No 1 Tahun 2021
pengerjaannya setiap siswa menggunakan aplikasi yang
telah di install di smartphonenya. Siswa mengisi identitas
kemudian klik submit untuk masuk dalam halaman
selanjutnya. Pada layar pembuka aplikasi ini berisi
instruksi pengerjaan soal, estimasi waktu yang diberikan
setiap butir soal adalah 1 menit atau 60 detik, setelah
mengerjakan keseluruhan soal peserta didik dapat
langsung mengetahui hasil nilainya. Setelah itu peneliti
melakukan validasi dan telaah kepada dua ahli yang
menghasilkan perbaikan sebagai berikut:
Tabel 3 revisi perbaikan
Aspek
Revisi
Materi
Soal nomor 19 belum sesuai
indikator
Konstruksi
Soal nomor 8 dan 12 penggunaan
tata bahasa kurang tepat
Kunci jawaban soal nomor 16
tidak sesuai
(Sumber: Data diolah peneliti 2020)
Setelah tahap validasi dan telaah selesai, maka masukan
dari ahli tersebut digunakan untuk melakukan perbaikan
sebagai tahap revisi formatif. Soal-soal pada alat evaluasi
ini sudah dilakukan perbaikan sesuai saran dan masukan
dari ahli.
Kelayakan Alat Evaluasi Berbantuan Aplikasi
Android Pada Mata Pelajaran Penataan Produk
Kelayakan dari alat evaluasi berbantuan aplikasi
android ini dinilai berdasarkan hasil validasi para ahli
terhadap aspek kesesuaian penggunaan materi kompetensi
3.8, aspek konstruksi yang telah terangkum dalam
instrument validasi. Adapun data hasil telaah dan validasi
tertera pada tabel dibawah ini:
Tabel 4 Hasil Validasi Aspek Materi
No.
1
Indikator
Ketepatan
penggunaan
materi
2
Kesesuaian
dengan
indikator
dan
tujuan
pembelajaran
Rata-rata kelayakan materi
(Sumber: Data diolah peneliti 2020)
Persentase
50 %
100%
75%
Tabel 5 Hasil Validasi Aspek Konstruksi
No.
Indikator
Persentase
1
Kesesuaian petunjuk
100%
pengerjaan
2
Kesesuaian stimulus
20%
konstektual
3
Kesesuaian indikator
100%
kompetensi
4
Kesesuaian ranah kognitif
100%
5
Penggunaan bahasa
100%
6
Keterkaitan butir soal
100%
Rata-rata kelayakan evaluasi
87%
(Sumber: Data diolah peneliti 2020)
Tabel 6 Interpretasi Kelayakan
Aspek yang
Rata-Rata
Dinilai
Penilaian
Materi
75%
Evaluasi
87%
(Sumber: Data diolah peneliti 2020)
Kriteria
Layak
Sangat Layak
Berdasarkan interpretasi penilaian yang diadopsi
dari Riduwan (2015: 15), hasil validasi ahli pada tabel 6
bisa dikategorikan layak jika memenuhi kriteria
interpretasi ≥ 61%.
Dari hasil validasi diatas, dari aspek kesesuaian
penggunaan materi oleh ahli materi didapatkan prosentase
sebesar 75% dengan kategori layak dan dari aspek
konstruksi oleh ahli evaluasi menghasilkan prosentase
87% dengan kriteria sangat layak. Sehingga dapat
dikatakan alat evaluasi berbasis HOTS dengan materi
elemen desain dan visual display produk dikatakan sudah
baik dan dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan
kognitif berpikir tinggi peserta didik kelas XI BDP. Hasil
ini dikuatkan oleh penelitian dari Ariyanti (2018) yang
menghasilkan kelayakan soal dari aspek materi sebesar
100% dengan predikat sangat layak dan 87,5% dengan
predikat sangat layak dari ahli evaluasi dalam aspek
konstruksi.
Setelah melakukan validasi isi para ahli dan
dinyatakan layak, selanjutnya peneliti melakukan validasi
konstruk dengan melakukan uji validitas, uji reabilitas dan
uji tingkat kesukaran soal. Soal yang diujikan berjumlah
20 soal berbasis HOTS. Hasil uji validitas menghasilkan
14 soal dinyatakan valid karena hasil r hitung > r tabel
dengan nilai signifikansi 0,05 dan 6 soal dinyatakan tidak
valid sehingga perlu diadakan perbaikan. Setelah soal
yang tidak valid diperbaiki kemudian diuji validitas ulang
dan menghasilkan soal valid keseluruhan.
Setelah dilakukan uji validitas peneliti melakukan
uji reabilitas soal dengan hasil nilai reabilitas 0,43.
Menurut Sunarti dan Rahmawati (2014: 99) nilai
reabilitas dengan interval 0,40 -0,59 memiliki kategori
reabilitas cukup reliabel, sehingga soal evaluasi yang
disusun dapat digunakan dikemudian hari sebagai soal
ulangan harian. Hasil uji validitas ini didukung oleh hasil
penelitian dari Wardany, dkk (2017) yang menghasilkan
validitas butir soal sebanyak 25 soal dinyatakan valid
sebesar 100% , dan nilai reliabitias soal sebesar 0,84%
untuk soal pilihan ganda, dan 0,62% untuk soal essay.
Peneliti kemudian melakukan uji tingkat kesukaran
soal. Soal dapat diketahui tingkat kesukarannya dilihat
dari kemampuan peserta didik dalam menjawab benar
atau salah. Menurut Arifin (2011: 134) tingkat kesukaran
pada rentang nilai 0,71-0,00 dapat dikategorikan mudah
dengan jumlah 5 soal, 13 soal dengan rentang nilai 0,310,70 dengan kategori sedang dan 2 soal dengan tingkat
kesukaran antara 0,00-0,30 dengan kategori sukar. Item
soal evaluasi dapat dikatakan baik apabila butir tes
tersebut memiliki tingkat kesukaran pada interfal 0,310,70 atau kategori sedang. Tingkat kompetensi yang
diharapkan dari peserta didik cukup tinggi sehingga
tingkat kesukaran butir soal adalah 25% mudah, 65%
sedang, 10% sukar.
1045
Jurnal Pendidikan Tata Niaga (JPTN)
ISSN 2337-6078
Volume 9 No 1 Tahun 2021
Dari analisis tingkat kesukaran diatas, ternyata
terdapat 2 soal yang tidak sesuai dengan prediksi awal,
yaitu soal nomor 12 dan 19 yang awalnya diperkirakan
dalam kategori soal yang sukar akan tetapi setelah diuji
ternyata termasuk dalam soal sedang. Berdasarkan hasil
tersebut maka 2 soal yang tidak sesuai dengan proyeksi
awal harus diperbaiki tingkat kesukarannya. Sedangkan
butir soal lainnya sesuai dengan proyeksi tingkat
kesukaran awal. Dari hasil uji tingkat kesukaran, soal
evaluasi berbasis HOTS yang dikembangkan dikatakan
baik karena sesuai dengan penelitian Bagiyono (2017)
yang menyatakan bahwa butir soal bisa disebut baik jika
memliki tingkat kesulitan yang sedang.
Respon Peserta Didik Terhadap Alat Evaluasi
Berbantuan Aplikasi Android
Alat evaluasi diujicobakan pada responden sebanyak
60 peserta didik yaitu 30 peserta didik kelas XI BDP 1
yang terdiri dari 25 perempuan dan 5 siswa laki-laki
kemudian 30 peserta didik kelas XI BDP 2 yang terdiri
dari 19 siswa perempuan dan 11 siswa laki-laki. Peserta
didik diminta untuk mengerjakan soal evaluasi HOTS
dengan tipe pilihan ganda yang sudah terdapat instruksi
pengerjaan soal. Dalam pengerjaan evaluasi tidak terdapat
kendala dari segi teknis dan operasional. Setelah
mengerjakan soal tersebut, peserta didik diminta untuk
mengisi angket. Berikut merupakan hasil persentase
respon peserta didik:
Tabel 7 Hasil Respon Peserta Didik
No.
Indikator
1
Bahasa mudah dipahami,
kesesuaian materi dan
tulisan, kejelasan instruksi,
kesesuaian level kognitif
C4,C5,C6
2
Kemudahan
penggunaan
alat evaluasi berbantuan
aplikasi android
Rata-rata
(Sumber: Data diolah peneliti 2020)
PENUTUP
Simpulan
Penelitian pengembangan ini menghasilkan produk
berupa soal evaluasi dengan tingkatan berpikir kritis atau
high order thinking skills (HOTS) untuk mengukur
pemahaman kognitif peserta didik yang diaplikasikan
menggunakan bantuan aplikasi android yang digunakan
pada mata pelajaran penataan produk pada kompetensi 3.8
di SMK Negeri 10 Surabaya dengan model pengembangan
ADDIE namun hanya dibatasi pada tahap pengembangan
saja karena keterbatasan tenaga, waktu dan biaya peneliti.
Alat evaluasi berbantuan aplikasi android ini memiliki
predikat layak berdasarkan dari hasil validasi ahli materi
memperoleh persentase penilaian 75% dan predikat sangat
layak dari hasil validasi evaluasi memperoleh prosentase
penilaian sebesar 87%. Alat evaluasi telah dinyatakan
valid dan cukup reliabel dengan nilai reliabilitas 0,43 dari
hasil uji validitas dan reabilitas soal sehingga dapat
disimpulkan bahwa alat evaluasi berbantuan aplikasi
android ini dikategorikan baik dan bisa diterapkan sebagai
alternative alat evaluasi penataan produk kelas XI BDP
pada kompetensi dasar 3.8. Respon peserta didik terhadap
alat evaluasi yang dikembangkan mendapat predikat
sangat baik dengan persentase 82,5% sesuai dengan
karakteristik peserta didik.
Persentase
84 %
DAFTAR RUJUKAN
Aini, D. F. N & Sulistyani, Nawang. (2019).
Pengembangan Instrumen Penilaian E-Qiuz
(Electronic Quiz) Matematika Berbasis HOTS
(Higher Of Order Thinking Skills) Untuk Kelas V
Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan, 3(2), 1-10.
81%
Alwi, Idrus. (2015). Kriteria Empirik Dalam Menentukan
Ukuran Sampel Pada Pengujian Hipotesis
Statistika Dan Analisis Butir. Jurnal Formatif,
2(2), 140-148.
Anderson dan Krathwohl. (2012). A Taxonomi for
Learning, Teaching and Assessing: A Revision of
Bloom’s Taxonomi of Educational Objectives.
New York: Addison Wesley Longman, Inc.
82,5%
Hasil respon peserta didik terhadap alat evaluasi
kemudian dianalisis sesuai perhitungan skala Guttman
dengan hasil kualitas isi dan tujuan yang berisi tantang
kesesuaian materi, kesesuaian kognitif atau kemampuan
peserta didik, kejelasan bahasa yang digunakan dalam
soal, kemudahan dalam memahami instruksi soal dihitung
dengan rumus skala Guttman dengan hasil persentase
sebesar 84%, kemudian indikator konstruksional yaitu
tentang kemudahan penggunaan alat evaluasi dengan
persentase sebesar 81%. Persentase keseluruhan respon
peserta didik yaitu 82,5%, sehingga dapat disimpulkan
repon peserta didik terhadap produk yang dikembangkan
sangat baik. Hasil ini didukung oleh penelitian yang telah
dilakukan oleh Pratiwi dan Susanti (2016) dengan hasil
respon siswa dengen rata – rata persentase 85% yang
dinyatakan sangat baik dan dapat diterapkan sebagai alat
evaluasi pembelajaran.
Arifin,
Z. (2011). Evaluasi Pembelajaran Prinsip,
Teknik, Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ariyanti, dkk. (2018). Analisis Kelayakan Pengembangan
Alat Evaluasi Pembelajaran Berbasis E-Learning
Dengan Moodle Pada Pembelajaran Biologi.
Jurnal Eduboi Tropika, 6(2), 90-94.
Bagiyono. (2017). Analisis tingkat kesukaran dan daya
beda butir soal ujian pelatihan radiografi tingkat 1.
16(1), 1-12.
Depdiknas. (2018). Juknis Penulisan Analisis Butir Soal
di SMK. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMK.
Fitriani, dkk. (2018). Pengembangan Instrument Tes
High-Order Thinking Skill Pada Pembelajaran
1046
Jurnal Pendidikan Tata Niaga (JPTN)
ISSN 2337-6078
Volume 9 No 1 Tahun 2021
Tematik Berbasis Outdoor Learning Di SD. 5(1),
252-262.
Istiono, dkk. (2014). Pengembangan Tes Kemampuan
Berpikir Tingkat Tinggi Fisika (Pysphots) Peserta
Didik SMA. Jurnal Penelitian Dan Evaluasi
Pendidikan.
Kadir, Abdul. 2015. Menyusun Dan Menganalisis Tes
Hasil Belajar. Jurnal Al-Ta’dib, 8(2), 70-81.
Muhammad, W. G. I & Dini, H. (2018). Pengembangan
Alat Evaluasi Berbasis Wondershare Quiz Creator
pada Materi Koloid Kelas XI Di SMA Koperasi
Pontianak. Ar Razi Jurnal Ilmiah, 6(1), 11-19.
Pratiwi, V. (2016). Wondershare Quiz Creator Pada
Materi Penyusutan Aset Tetap Vivi Pratiwi Susanti
Abstrak. Jurnal Pendidikan Akuntansi (JPAK),
4(1), 1–7.
Rahayu, E. E & Agung, L. (2014). Pengembangan Alat
Evaluasi Pembelajaran Berbasis Information And
Communication Technologies (ICT) Pada Materi
Mengelola Dokumen Transaksi.
Riduwan. (2015). Skala Pengukuran Variabel-Variabel
Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Saputra, Hatta. 2016. Pengembangan Mutu Pendidikan
Menuju
Era
Global:
Penguatan
Mutu
Pembelajaran dengan Penerapan HOTS (High
Order Thinking Skills). Bandung: SMILE‟s
Publishing.
Suharsimi, Arikunto (2018). Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan Edisi revisi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sunarti, & Rahmawati, S. (2014). Penilaian Dalam
Kurikulum (Maya, Ed.). Yogyakarta: Andi Offset.
Tegeh,
I. M, dkk. (2014). Model Penelitian
Pengembangan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wardany, K. S & Ramli, M. (2017). Pengembangan
Penilaian Untuk Mengukur Higher Order Thinking
Skills Siswa. Jurnal Inkuiri, 6(2), 1-16.
Zubaidah, Siti. (2017). Keterampilan abad ke-21:
keterampilan yang diajarakan dalam pembelajaran.
1047