LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KIMIA MEDISINAL
Disusun Oleh :
Kelompok 5
1. Widia Winati
(15040066)
2. Efeline Freliana Zainudin
(15040074)
3. Muhammad Harun Al Rasyid
(15040076)
4. Syafrika Nurlia Nafitri
(15040095)
5. Puspa Sari
(15040096)
SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH
TANGERANG
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun Laporan
Resmi Kimia Medisinal ini dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya.
Laporan ini telah dibuat dengan berbagai beberapa bantuan dari teman-teman
untuk membantu menyelesaikan dan mengerjakan laporan ini. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Kami menyadari bahwa masih
banyak kekurangan yang mendasar pada laporan ini. Oleh karena itu kami
mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun
kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
laporan selanjutnya. Akhir kata semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
kita semua.
Tangerang,
November 2018
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
..........................................................................
i
.........................................................................................
ii
PENDAHULUAN
..............................................................
I.1.
Latar Belakang
I.2.
1
........................................................
1
Tujuan Praktikum
....................................................
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
....................................................
3
........................................................
3
.................................................................
4
II.1.
Tanaman Sukun
II.2.
Quersetin
II.3.
Kanker Payudara
II.4.
Reseptor Estrogen Alfa
II.5.
Molecular Docking
II.6.
AutoDockTools
II.7.
.....................................................
...........................................
7
..................................................
8
........................................................
8
Chem Office
.............................................................
9
II.8.
HyperChem
..............................................................
9
II.9.
OpenBabel
...............................................................
10
.....................................................................
10
................................................................
11
II.10. Toxtree
BAB III METODOLOGI
III.1. Alat dan Bahan Penelitian
III.2. Metode Penelitian
.......................................
11
....................................................
12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
.........................................
IV.1. Penyiapan Makromolekul Protein
IV.2. Penyiapan Ligan
14
......................................................
15
........................................
IV.4. Proses Docking dan Visualisasi Hasil
16
...................................
18
..........................................................................
19
V.1.
Kesimpulan
V.2.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
15
.....................
IV.5. Prediksi Toksisitas Senyawa
PENUTUP
14
...........................
IV.3. Validasi Metode Docking
BAB V
5
..............................................................
19
........................................................................
19
...........................................................................
20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang
Kanker payudara atau Carcinoma Mammae adalah pertumbuhan
sel yang tidak terkendali pada kelenjar penghasil susu (lobular), saluran
kelenjar dari lobular ke puting payudara (duktus), dan jaringan penunjang
payudara yang mengelilingi lobular, duktus, pembuluh darah dan
pembuluh limfe, tetapi tidak termasuk kulit payudara (American Cancer
Society, 2014).
Kanker payudara adalah kanker yang paling sering terjadi pada
wanitadan menyerang sekitar satu dari sepuluh wanita diseluruh dunia.
The US Centre For Disease Control and Prevention (CDC) melaporkan
bahwa pada akhir 2004 bahwa sejumlah 215.990 wanita terkena kanker
payudara. Pada tahun 2013, diperkirakan ada 39.260 wanita dan laki-laki
meninggal karena kanker payudara (American Cancer Society, 2014).
Indonesia merupakan negara tropis yang kaya dengan berbagai
tumbuhan. Sekitar 30.000 spesies tumbuhan berkhasiat obat. Tumbuhan
tersebut telah banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai sumber pangan
maupun obat – obatan. Penggunaan tumbuhan sebagai obat di Indonesia
telah berlangsung sejak lama dan masyarakat menggunakannya secara
turun – temurun berdasarkan pengalaman, masih terbatas tradisional dan
belum banyak diketahui kandungan senyawa dan manfaat lainnya
(Aryanti dkk, 2005).
Daun sukun (Artocarpus altilis) adalah salah satu obat tradisional
yang telah banyak dikenal masyarakat Indonesia. Flaonoid, asam
hidrosianat, asetilkolin, tannin, rivoflavin, saponin, fenol, quersetin,
kaempferol dan kalium merupakan kandungan kimia daun sukun yang
berkhasiat sebagai obat penyakit kanker, jantung, ginjal, tekanan darah
tinggi, liver, pembesaran limpa, kencing manis dan asma. Senyawa yang
1
2
dapat mengobati kanker adalah flavonoid, dalam hal ini merupakan
quersetin (Faisal, 2017).
Negara berkembang seperti Indonesia membutuhkan strategi
tersendiri agar penemuan obat – obat baru yang berguna bagi masyarakat
dapat tercapai namun tidak memakan biaya yang sangat besar. Dewasa
ini, metode in silico merupakan metode alternatif dalam upaya penemuan
obat baru. Dalam proses pengembangan obat, untuk memprediksi
kompleks struktur ligan kecil dengan reseptor yang berupa suatu protein
dapat digunakan metode molecular docking (Purnomo, 2013).
Penemuan tanaman obat yang berpotensi sebagai antikanker saat
ini dapat menggunakan metode molecular docking. Molecular docking
dapat membantu skrining in silico untuk memprediksi apakah kandungan
kimia bahan aktif dalam tumbuhan tertentu berpotensi sebagai antikanker
dengan membandingkan dengan satu senyawa yang sudah diketahui
efeknya sebagai antikanker (Purnomo, 2013).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dilakukanlah praktikum
Studi Senyawa Quersetin dari Tanaman Sukun (Artocarpus altilis) Pada
Reseptor Estrogen Alfa Sebagai Antikanker Payudara.
I.2.
Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui nilai skor docking senyawa quersetin terhadap
reseptor estrogen alfa.
2. Untuk mengetahui apakah senyawa quersetin dari tanaman sukun
(Artocarpus altilis) dapat berpotensi sebagai kandidat obat
antikanker pada reseptor estrogen alfa.
3. Untuk mengetahui apakah senyawa quersetin memiliki aktivitas
karsinogen dan mutagen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Tanaman Sukun
II.1.1. Klasifikasi Tanaman Sukun (Artocarpus altilis)
Menurut Fitriah tahun 2017 menyebutkan bahwa susunan
klasifikasi ilmiah sukun adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Division
: Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
Sub Class
: Rosidae
Ordo
: Rosales
Family
: Moraceae
Genus
: Artocarpus
Spesies
: Artocarpus Altilis (Parkonson) Fosberg
Gambar II.1 Tanaman Sukun (Artocarpus altilis)
II.1.2. Kandungan Senyawa Aktif Sukun (Artocarpus altilis)
Sukun (Artocarpus altilis) merupakan salah satu tanaman
yang memiliki kandungan senyawa aktif yang memiliki
bermacam – macam kandungan senyawa aktif diantaranya
adalah pada daun terdapat senyawa saponin, polifenol, steroid,
tanin dan flavonoid. Pada bagian akar dan batang juga terdapat
senyawa flavonoid. Dalam 50 mg ekstrak etil asetat metanol
daun sukun terdapat kadar flavonoid ekstrak etil asetat sebesar
0.5554% dan ekstrak metanol sebesar 0.3727% (Aprizayansyah
3
4
dkk, 2015). Daun sukun memiliki kadar flavonoid tertinggi pada
ekstrak etanol 17.74 mg/kg (Suryanto dan Wehantouw,2009).
Sedangkan kadar flavonoid dari fraksi etil hanya berkisar 3.7%
(Sabrina dkk, 2013).
Salah satu senyawa turunan flavonoid sukun (Artocarpus
altilis) yaitu cycloaltilisin 7 yang merupakan senyawa yang
termasuk dalam kelas flavanon. Jenis flavonoid ini mirip dengan
jenis flavonoid flavon tetapi pada flavanon tidak memiliki
ikatan rangkap pada cincin C. Senyawa flavonoid lain yang
terkandung pada sukun adalah cycloaltilisin, isocyclomorusin,
cyclomorusin,
cycloaltilisin,
cyclomulberrin,
isocyclomul
berrin, cyclocommunal, artocarpin, artonin E dan morusin
yang termasuk ke dalam kelas flavon. Flavon tidak memiliki
gugus 3-hidroksi sehingga berbeda dengan flavanol, kamferol,
quercetin dan myricettin merupakan flavonol yang paling sering
terdapat sebagai glikosida atau biasanya 3-glikosida dan aglikon
flavonol (Hakim, 2010).
II.2. Quersetin
Quersetin nomenklatur menurut International Union of Pure and
Applied Chemistry (IUPAC) adalah 3,3’,4’,5,7-pentahydroxylflavanone
(atau
sinonimnya
3,3’,4’,5,7-pentahydroxy-2-phenylchromen-4one),
berwarna kuning cemerlang sitrun dan tidak larut sepenuhnya dalam air
dingin, sukar larut dalam air panas, tapi cukup larut dalam alkohol dan
lemak. Quersetin mempunyai titik lebur 310°C sehingga tahan terhadap
pemanasan (Nurfitriani, 2017).
Quersetin merupakan suatu molekul serbaguna, contohnya sebagai
antioksidan, neurologikal, antivirus, anti inflamasi, hepatoprotektif,
melindungi sistem reproduksi tubuh dan agen anti obesitas. Kemampuan
flavonoid sebagai antioksidan belakangan ini banyak diteliti, karena
5
flavonoid memiliki kemampuan untuk merubah atau mereduksi radikal
bebas dan juga sebagai anti radikal bebas (Nurfitriani, 2017).
Gambar II.2 Struktur Kimia Quersetin
II.3. Kanker Payudara
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan
pengendalian
dan
mekanisme
normalnya,
sehingga
mengalami
pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Selain itu,
kanker payudara didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma yang
ganas yang berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh World Health
Organization (WHO) dimasukkan ke dalam International Classification
of Diseases (ICD) dengan kode nomor 17.
Kanker payudara atau Carcinoma Mammae adalah pertumbuhan
sel yang tidak terkendali pada kelenjar penghasil susu (lobular), saluran
kelenjar dari lobular ke puting payudara (duktus), dan jaringan penunjang
payudara yang mengelilingi lobular, duktus, pembuluh darah dan
pembuluh limfe, tetapi tidak termasuk kulit payudara (American Cancer
Society, 2014).
Kanker Payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan
payudara yang berasal dari kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan
penunjang payudara. Kanker payudara terjadi karena adanya kerusakan
gen yang mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sehingga sel ini
6
tumbuh dan berkembang biak tanpa dapat dikendalikan (Mardiana,
2014).
Perkembangan sel kanker ini disebut dengan karsinogenesis.
Proses karsinogenesis diawali dengan tahap inisiasi. Pada tahap ini
terjadi mutasi gen yang menyebabkan perubahan genetik pada sebuah sel
somatik. Mutasi gen yang terjadi seperti dilesi, duplikasi ataupun
translokasi. Sel yang termutasi ini akan tumbuh lebih cepat dibandingkan
dengan sel normal yang ada disekitarnya. Tahap kedua karsinogenesis
adalah tahap promosi. Pada tahap ini sel yang yang mengalami mutasi
(abnormal) terstimulasi untuk melakukan proliferasi lebih lanjut hingga
mengakibatkan ketidakseimbangan seluler. Tahap ini membutuhkan
transformasi yang didorong oleh paparan karsinogen dalam jangka
panjang. Ketiga adalah tahap progresi, atau biasa disebut konversi sel
pre-neoplastik. Sel pre-neoplastik akan bertransformasi menjadi sel yang
ganas (maglinan). Tahap keempat adalah metastatis tumor ketika
progresi tumor terus berkembang, sel akan terlepas dari masa tumor dan
menginvasi jaringan terdekat. Sel yang lepas tersebut juga akan masuk
ke dalam sirkulasi darah dan limfa sehingga masuk kejaringan atau organ
lain kemudian berkembang. Hal ini menyebabkan proliferasi sel kanker
tidak terkontrol (Devi, 2005).
Sel kanker payudara dapat berkembang karena pengaruh hormon
estrogen yang berikatan dengan reseptornya. Ada dua bentuk reseptor
estrogen yang dibedakan berdasarkan kode genetiknya yaitu estrogen
reseptor alfa (ERα) dan estrogen reseptor beta (Erβ). Kedua reseptor
tersebut termasuk ke dalam anggota famili reseptor tiroid, sterol, steroid
dan asam retinoat. Cabang dari kromosom ke-6 merupakan gen pada
manusia yang mengkodekan ERα dan untaian q22-24 kromosom ke-14
merupakan gen yang mengkodekan Erβ (Faustini et al., 1999). Erα
bertanggung jawab pada proses estrogen-induces mitogenic signaling sel
epitel pada payudara, uterus dan ovarium. Selain itu juga berperan dalam
inisiasi dan progresi kanker payudara (Devi, 2005).
7
II.4. Reseptor Estrogen Alfa
Reseptor estrogen alfa merupakan reseptor estrogen yang
terekspresi banyak di jaringan payudara dan mampu berikatan dengan
hormon estrogen. Hormon estrogen merupakan hormon
yang
produksinya
post-
tinggi
di
jaringan
payudara
pada
wanita
menopause.Terjadinya ikatan antara hormon estrogen dan ERα menjadi
penyebab hampir 70% kanker payudara karena dapat menstimulasi
pertumbuhan dan replikasi sel kanker (Fitriah, 2017).
Estrogen merupakan hormon steroid yang memiliki 10 atom C.
estrogen secara umum memiliki struktur kimia gelang A yang bersifat
tidak jenuh dan pada atom karbon nomor 102, 3-4 dan 5-10 terdapat
ikatan rangkap serta selalu terdapat gugus OH pada kabon nomor 3.
Struktur estrogen dapat dilihat pada gambar II.3.
Gambar II.3 Struktur Kimia Estrogen
Estrogen terdiri dari estradiol (E2), estriol (E1), dan estrone (E3).
Secara biologis, estradiol adalah yang paling aktif. Estradiol memiliki
potensi yang lebih kuat dalam menstimulasi replikasi gen daripada estriol
dan estrone dengan perbandingan E2:E1:E3=10:5:1 (Fitriah, 2017).
Mekanisme kerja estrogen yang terjadi di dalam tubuh tidak lepas
dari reseptor estrogen. Hormon estrogen yang berikatan dengan
reseptornya akan mempengaruhi jaringan targetnya. Ketika molekul
estrogen bersirkulasi di aliran darah maka akan berikatan pada sel yang
memiliki reseptor estrogen sehingga menimbulkan efek pada jaringan
tersebut. Konformasi tidak aktif di sitoplasma, namun ketika estrogen
datang dan berikatan dengan reseptornya maka akan terbentuk ikatan
8
kompleks yang merubah konformasi reseptor tersebut menjadi aktif
menuju nukleus. Ikatan kompleks tersebut akan berikatan dengan
rangkaian estrogen response element (ERE) yang terletak pada promoter
gen target dan mengaktifkan kompleks protein ko-aktivator SRC-3
mengaktifkan transkripsi gen yang memicu replikasi sel (Fitriah, 2017).
II.5. Molecular Docking
Penambatan molekul (molecular docking) adalah metode
komputasi yang bertujuan meniru peristiwa interaksi suatu molekul ligan
dengan protein yang menjadi targetnya pada uji in vitro. Dalam proses
pengembangan obat, untuk memprediksi kompleks struktur ligan kecil
dengan protein, yang disebut docking protein-ligan, secara luas
digunakan dalam pemilihan virtual database besar dan dalam optimasi
terbaik. Berdasarkan struktur protein, struktur ligan dan fungsi penilaian.
Tujuan docking adalah menemukan konfirmasi energi ligan rendah di
situs pengikatan protein yang sesuai dengan minimum penilaian fungsi
global (Purnomo,2013).
Molecular docking akan menghasilkan skor yang sebanding
dengan energj total ikatan protein ligan. Dengan sebanding dengan energi
total ikatan protein ligan. Dengan membandingkan skor suatu senyawa
dengan senyawa lainnya, maka akan dapat dijelaskan mengapa senyawa
yang satu lebih poten dibandingkan senyawa lainnya. Makin kecil skor
suatu hasil docking berarti kompleks protein-ligan makin stabil sehingga
ligand (senyawa) makin poten. Dengan visualisasi maka akan terlihat
asam amino apa saja yang berperan dalam menjaga stabilitas senyawa
tersebut pada reseptornya (Purnomo,2013).
II.6. AutoDockTools
Auto Dock merupkan program penambahan molekuler yang efektif
yang secara cepat dan akurat dapat dengan memprediksi kompormasi dan
energi dari suatu ikatan antara ligand an garget makromolekul. Autodock
9
terdiri dari program utama, yaitu Auto Dock dan Autogrid. Auto Dock
melakukan penambahan molekuler ligan protein target dengan sel grid
yang telah terdiskripsi. Pendeskripsian ini sebelumnya dilakukan oleh
Autogrid. Untuk memungkinkan pencarian konformasi, Auto Dock
membutuhkan ruang pencarian dalam sistem koordinat dimana ligan
akan dianggap akan terikat (Pujiasih, 2017).
II.7. Chem Office
Chem office adalah program yang memungkinkan para ilmuwan
dan peneliti untuk menangkap, menyimpan dan mengambil berbagi data
dan informasi reaksi, bahan dan sifat dari senyawa. Chem Draw
merupakan salah satu program aplikasi dari Chem Office, untuk
menggambar struktur 2D dalam bidang ilmu kimia, terutama organik,
biokimia dan polimer. Chem Draw merupakan program aplikasi untuk
menggambar yang dilengkapi dengan Tools sehingga pengguna dapat
dengan mudah membuat gampang yang diinginkanya hanya dengan
mengklik Tools tersebut. Struktur yang dapat digambar secara langsung,
seperti strukur cicin benzena, siklopentana, sikloheksana, dan senyawa
siklis yang lain, juga struktur asam amino, DNA, dan RNA yang terdapat
dalam template (Pujiasih, 2017).
II.8. Hyperchem
Hyperchem merupakan program dasar dalam molecular modeling.
Perangkat lunak ini dapat digunakan untuk menggambar struktur kimia,
optimasi geometri dengan berbagai macam model perhitungan mekanika
molekuler. Perhitungan mekanika molekuler menggunakan medan gaya
MM+, AM-BER, BIO+, atau OPLS, sedangkan mekanika kuantum
semiempiris meliputi extended Huckel, CNDO, INDO, MINDO3, AMI,
PM3, ZINDO/I, dan ZINDO/S. selain itu perangkat lunak ini dapat
digunakan untuk menata kembali molekul dengan memutar atau
menggeser posisi molekul tersebut (Pujiasih, 2017).
10
II.9. OpenBabel
OpenBabel merupakan suatu program yang digunakan untuk
memproses suatu data kimia umumnya dalam pengubahan format atau
representasi berkas senyawa kimia. OpenBabel juga menyediakan
berbagai fungsi mulai dari pencarian konformer dan penggambaran 2D,
konversi batch, serta pencarian kesamaan dan sub struktur (Pujiasih,
2017).
II.10. Toxtree
Toxtree merupakan salah satu program yang dapat digunakan
untuk analisis toksikologi in silico yang mampu memprediksikan
toksisitas berdasarkan penerapan decision tree untuk memperkirakan
mutagenitas dan karsinogenitas didasarkan pada Benigni/Bossa rulebase,
Structure Alerts untuk uji in vivo mikronukleus pada hewan pengerat (uji
mutagenitas secara in vivo pada tikus), toksisitas umum, toksisitas
terhadap perkembangan, serta mutagenitas dan karsinogenitas. Senyawa
yang diprediksi dengan Toxtree dikelompokkan dalam kelas – kelas
(Suryasaputra, 2015).
BAB III
METODOLOGI
III.1. Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini berupa perangkat keras
dan perangkat lunak. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu senyawa
yang diuji dan senyawa pembanding serta reseptor dalam bentuk protein.
III.1.1. Perangkat Keras Komputer
Perangkat keras yang digunakan yaitu Netbook ASUS
X201E dengan spesifikasi Intel ® Celeron® CPU 1007U @
1.50GHz, RAM 4.00 GB, Windows 8.1, 64-bit Operating
System.
III.1.2. Perangkat Lunak Komputer
Perangkat lunak yang digunakan yaitu Chem Office 2004
(ChemDraw dan Chem 3D Ultra), Hyperchem, AutoDockTools,
OpenBabel dan Toxtree.
III.1.3. Senyawa Uji
Senyawa uji yang digunakan yaitu quersetin dari tanaman
sukun (Artocarpus altilis) dan estradiol sebagai pembanding.
III.1.4. Reseptor
Data struktur 3D Kristal reseptor yang digunakan untuk
analisis molecular docking diperoleh dari situs Protein Data
Bank
(PDB)
(http://www.rscb.org/pdb/).
Reseptor
yang
digunakan untuk memprediksi aktivitas antikanker payudara
yaitu reseptor estrogen alfa dengan kode PDB A128.
11
12
III.2. Metode Penelitian
III.2.1. Preparasi Ligan
Ligan atau senyawa uji quercetin dibangun menggunakan
perangkat lunak Chem Office 2004 (ChemDraw dan Chem 3D
Ultra). Kemudian dilakukan optimasi geometri menggunakan
HyperChem versi 8.03. dengan metode Semi Empirik (PM3).
III.2.2. Preparasi Reseptor
Reseptor yang digunakan diunduh dari Protein Data
Bank. Reseptor yang berupa makromolekul protein dipisahkan
dari molekul lain yang tidak diperlukan beserta ligannya.
Pemisahan dilakukan menggunakan AutodockTools–1.5.6.
Optimasi dilakukan dengan penambahan atom hidrogen dan
Kollman Charges.
III.2.3. Validasi Metode Docking
Validasi metode docking dilakukan dengan metode
redocking menggunakan ligan ko-kristal yang terdapat pada
masing – masing reseptor yang diunduh dari Protein Data Bank.
Parameter yang digunakan untuk menilai validitas yaitu nilai
RMSD yang merupakan nilai simpangan posisi ruang ligan hasil
docking dibandingkan dengan posisi ligan hasil kristalografi.
III.2.4. Docking Ligan Uji terhadap Reseptor
Pengaturan grid box parameter dilakukan dengan
menggunakan
AutodockTools-1.5.6.
dimensi
ditentukan
berdasarkan ukuran masing – masing ligand an koordinat grid
box ditentukan berdasarkan koordinat ligan ko-kristal dari file
reseptor yang digunakan. Parameter yang digunakan yaitu
Genetic Algorithm dengan jumlah GA runs sebanyak 10 kali.
13
III.2.5. Analisa dan Visualisasi Hasil Docking
Penentuan konformasi ligan hasil docking (pose terbaik)
dilakukan dengan konformasi ligan yang memiliki energi ikatan
paling rendah. Hasil docking dengan pose terbaik kemudian
dianalisa menggunakan Autodock 4.2.6. parameter yang
dianalisa meliputi residu asam amino, ikatan hidrogen,
konstanta inhibisi prediksi, dan energi bebas ikatan.
III.2.6. Prediksi Toksisitas Senyawa
Pengujian toksisitas senyawa dilakukan dengan program
Toxtree-2.0. Toksisitas yang diujikan meliputi aktivitas
karsinogen dan mutagen pada manusia.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1.
Penyiapan Makromolekul Protein
Langkah awal sebelum melakukan proses penambatan molekul
adalah penyiapan makromolekul protein dan ligan yang akan
digunakan. Pada tahap penyiapan reseptor, struktur makromolekul yang
digunakan diunduh dari protein data bank dengan situs http://rcsb.org/.
Identitas reseptor estrogen alfa yang dipilih adalah 1A28.
Gambar IV.1 Struktur Protein 1A28
Makromolekul tersebut kemudian dioptimasi dengan software
AutoDockTools-1.5.6. pengoptimasian dilakukan agar makromolekul
dapat menyesuaikan dengan lingkungan yaitu dengan adanya
penambahan atom hidrogen dan pengaturan grid box parameter.
Penambatan
atom
hidrogen
(protonasi)
ini
bertujuan
untuk
menyesuaikan suasana docking agar mendekati suasana pada pH 7,
sedangkan pengaturan grid box untuk menentukan ruang penambatan
ligan yang akan di-docking. Ruang tambat ligan ditentukan dengan
merujuk kepada ligan asli yang sudah ditambat dengan makromolekul
protein pada saat diundur, yaitu Estradiol.
Parameter grid box meliputi koordinat x, y dan z untuk mengatur
letak parameter box pada makromolekul protein. Ukuran x, y, z dan
14
15
spacing (angstrom) untuk menentukan besar kecilnya grid box ruang
penambatan ligan tersebut. Hasil pengaturan yang diperoleh pada
senyawa Quersetin yaitu 40x40x40 dengan center x = 22.853, center y
= 10.139, center z = 60.282 dan spacing 0.375 Å.
IV.2.
Penyiapan Ligan
Ligan – ligan yang digunakan pada penelitian ini yaitu senyawa
quersetin dari tanaman sukun sebagai ligan uji dan estradiol sebagai
ligan pembanding. Ligan yang akan digunakan dibangun dalam bentuk
struktur 2D menggunakan program ChemDraw Ultra 8.0 dengan
format .cdk. Kemudian diubah menjadi struktur 3D menggunakan
program Chem3d Ultra dengan format .mol.
Gambar IV.2 Struktur Senyawa: Estradiol (kiri), Quersetin (kanan)
Langkah berikutnya yaitu melakukan optimasi geometri yang
dilakukan menggunakan metode Semi Empirik PM3 dengan program
Hyperchem. Proses optimasi geometri dilakukan untuk menghasilkan
energi molekul terendah. Kemudian format ligan tersebut dirubah
menjadi .pdb menggunakan program OpenBabel agar dapat dibaca
dengan program AutoDock untuk selanjunya dilakukan pengoptimasian
ligan.
IV.3.
Validasi Metode Docking
Proses validasi dilakukan dengan membandingkan antara posisi
ligan asli estradiol terhadap reseptor estrogen alfa yang telah diuji
eksperimental dengan posisi ligan yang sama. Validasi dilakukan pada
kalkulasi sumbu x, y dan z pada masing – masing koordinat: 22.853 x
16
10.139 x 60.282 Å dan resolusi grid 0.375 Å pada kondisi ligan
fleksibel. Kondisi ligan fleksibel menunjukkan ligan memungkinkan
penyesuaian struktur demi mencapai struktur yang stabil saat berikatan
dengan reseptor. Hal ini untuk menentukan ikatan – ikatan aktif yang
dapat diputar selama proses docking berlangsung, sehingga dapat
mengurangi kinerja dan waktu yang diperlukan.
Dasar yang digunakan untuk memberikan penilaian proses
validasi adalah nilai Root Mean Square Deviation (RMSD). Metode
yang digunakan dikatakan valid jika nilai RMSD yang diperoleh kurang
dari 2 Å. Berdasarkan hasil validasi ligan asli estradiol diperoleh nilai
RMSD 0.59 Å. Nilai RMSD yang kecil menunjukkan bahwa
konformasi antara ligan dan protein yang terbentuk stabil, sedangkan
nilai RMSD yang besar (>2) menunjukkan kurang stabilnya kompleks
yang terbentuk.
IV.4.
Proses Docking dan Visualisasi Hasil
Pengujian ligan uji quersetin dan ligan pembanding estradiol
dilakukan melalui proses docking terhadap reseptor estrogen alfa.
Proses docking dilakukan menggunakan grid box 40x40x40.
Docking senyawa quersetin dan estradiol pada grid box 40x40x40
menghasilkan nilai energi sebesar -7.44 Å dan -11.79 Å. Quersetin
memiliki energi lebih tinggi dibanding estradiol, maka quersetin tidak
dapat menghambat estradiol untuk berikatan dengan reseptor estrogen
alfa. Quersetin juga memiliki nilai Ki yang lebih besar daripada
estradiol, semakin tinggi nilai Ki maka konsentrasi senyawa yang
dibutuhkan untuk menghambat aktivitas reseptor pun semakin tinggi
pula. Hasil docking senyawa uji quersetin dan pembanding estradiol
dapat dilihat pada tabel IV.1.
17
Tabel IV.1 Hasil Docking Senyawa uji dan pembanding pada grid box
40x40x40
Senyawa
Ki
Energi Ikatan
Residu Terdekat
Reseptor Ligan
Ikatan
Hidrogen
(kkal/mol)
Quersetin
Estradiol
3.54 μM
2.8 nM
-7.44 Å
-11.79 Å
ARG766, ASN719, GLN725, LEU718,
LIG1:H,
LEU763, MET756, MET759, PHE778
LIG1:H
ARG766, CYS891, GLN725, LEU797,
GLN725:HE22
MET756, MET759, TRP755, TYR890
Gambar IV.3 Hasil interaksi quersetin dengan reseptor estrogen alfa pada
grid box 40x40x40
Interaksi senyawa quersetin dengan reseptor estrogen alfa
menunjukkan beberapa residu asam amino yang berdekatan dan sama
antara senyawa quersetin dan estradiol yaitu ARG766, GLN725,
MET756 dan MET759 seperti yang terlihat pada Tabel IV.1. Terlihat
adanya 2 ikatan hidrogen yang terbentuk antara ligan quersetin dengan
reseptor estrogen alfa, adanya ikatan hidrogen menunjukkan kestabilan
konformasi pada interaksi antara ligan quersetin dengan reseptor
estrogen alfa.
18
IV.5.
Prediksi Toksisitas Senyawa
Pengujian toksisitas senyawa quersetin dilakukan dengan
program Toxtree-2.1.0. Toksisitas yang diujikan meliputi aktivitas
karsinogenitas dan mutagenitas pada manusia. Hasil pengujian
mengindikasian bahwa quersetin tidak memiliki aktivitas karsinogen
dan mutagen pada manusia yang terlihat pada bagian Toxic Hazard
pada bagian kolom yang berwarna biru dan ungu. Penyebab sifat
karsinogen dan mutagen suatu senyawa dilihat dari tabel Verbose
Explanation yang menunjukkan gugus – gugus tertentu yang menjadi
indikator penentuan sifat karsinogen dan mutagen. Hasil pengujian
dapat dilihat pada gambar IV.4.
Gambar IV.4 Pengujian Toksisitas Senyawa (Karsinogenitas dan Mutagenitas)
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
1. Nilai skor docking senyawa quersetin terhadap reseptor estrogen alfa
pada gridbox 40x40x40 yaitu -7.44 Å.
2. Senyawa quersetin diprediksi tidak dapat berpotensi sebagai kandidat
obat baru sebagai antikanker pada reseptor estrogen alfa karena
memiliki skor docking yang lebih tinggi dibanding ligan bawaan
reseptor estrogen alfa.
3. Senyawa Quersetin tidak memiliki aktivitas karsinogen dan mutagen
pada manusia.
V.2. Saran
Perlu dilakukan studi molecular docking senyawa quersetin
menggunakan reseptor kanker payudara yang berbeda untuk mengetahui
mekanisme kerja senyawa quersetin dalam mengobati kanker payudara.
19
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society. 2014. Cancer Facts and Figures 2014. Atlanta:
American Cancer Society.
Aprizayansyah, Aditya, dkk. 2015. Aktivitas Penurunan Kadar Glukosa Ekstrak
Daun Sukun (Artocarpus altilis) Secara In Vitro dan Korelasinya Terhadap
Kandungan Flanovoid. Jurnal Penelitian Farmasi.
Aryanti, Ermayanti, dkk. 2005. Isolasi Senyawa Antikanker dari Akar Berambut
Artemisia Cina dan Aktivitas Inhibisinya Terhadap Sel Kanker Mulut Rahim.
Majalah Farmasi Indonesia. Hal. 192-196.
Devi, P.U. 2005. Basics of Carcinogenesis. Health Administrator. 16 (1): 16-24
Faisal. 2017. Studi Penambatan Molekuler Senyawa Flavonoid dari Daun Sukun
(Artocarpus altilis) Pada Enzim HMG-CoA Reduktase. Skripsi. Sekolah
Tinggi Farmasi Muhammadiyah Tangerang.
Fitriah, Aida. 2017. Analisis Interaksi Senyawa Flavonoid Sukun (Artocarpus
altilis) Terhadap Reseptor Estrogen Alfa (Erα) Secara In Silico Sebagai
Model Kandidat Antikanker Payudara. Skripsi. Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang.
Hakim, A. 2010. Diversity of Secondary metabolites from Genus Artocarpus
(Moraceae). Bioscience.Vol.2. No.3.
Mardiana. 2013. Daun Ajaib Tumpas Penyakit. Jakarta: Penebar Swadaya.
Nurfitriani, Rizka. 2017. Respons Kalus Beberapa Varietas Apel Terhadap
Konsentrasi Asam Amino Fenilalanin yang Berbeda Sebagai Prekursor
Metabolit Sekunder Quersetin. Tesis. Universitas Muhammadiyah Malang.
Pujiasih, Endah. 2017. Studi Molecular Docking Senyawa Allicin pada Bawang
Putih (Allium sativum L.) Sebagai Antihipertensi. Skripsi. Sekolah Tinggi
Farmasi Muhammadiyah Tangerang.
20
Purnomo, Hari. 2013. Kimia Komputasi: Uji In Silico Senyawa Antikanker.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sabrina, dkk. 2013. Solubility Enhancement of Ethyl Acetate Fraction of The
Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg Leaves with Addition of βCyclodextrin-HPMC by Using Kneading Method. Valerasi. Vol. 3 No. 2.
Suryanto, Edi dan Frenly Wehantouw. 2009. Aktivitas Penangkap Radikal Bebas
dari Ekstrak Fenolik Daun Sukun (Artocarpus altilis F.). Chem Prog. Vol. 2.
No.1.
Suryasaputra, Dadan. 2012. Prediksi Toksisitas Senyawa Photosensitizer
Menggunakan Toxtree dan Topkat. Tesis. Universitas Jenderal Ahmad Yani.
21