LAPORAN PRAKTIKUM KIMIAORGANIK
Percobaan ke -4
KROMATOGRAFI KOLOM & KROMATOGRAFI
LAPIS TIPIS: Isolasi Kurkumin dari Kunyit (Curcuma longa L) dan
Pemisahan Zat Pewarna Makanan
DosenPengampu : Dr Nunung Kurniasih, S.Pd.,M.Si
Tanggal Pengumpulan : Selasa, 14 April 2020
Disusun Oleh:
Fazriah Ulpah
1187040022
Kelas
Kimia 4A
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2020
Percobaan ke – 4
Selasa, 14 April 2020
KROMATOGRAFI KOLOM & KROMATOGRAFI
LAPIS TIPIS: Isolasi Kurkumin dari Kunyit (Curcuma longa L) dan
Pemisahan Zat Pewarna Makanan
I. Tujuan
1. Mengidentifikasi proses isolasi kurkumin dari kunyit.
2. Mengidentifikasi proses pemisahan zat warna dari makanan dengan metode kromatografi
kolom.
3. Mengidentifikasi proses pemisahan zat warna dari makanan dengan metode kromatografi lapis
tipis (KLT).
II. Prinsip Dasar
Pemisahan dengan metode kromatografi didasarkan pada perbedaan distribusi komponen –
komponen campuran tersebut, diantara fasa diam dan fasa gerak. Jenis – jenis kromatografi yang
biasa digunakan dalam proses pemisahan, pemurnian, dan identifikasi senyawa organic adalah
sebagai berikut:
1. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Pemisahan dengan metode KLT didasarkan pada perbedaan kepolaran antara sampel dengan
pelarut yang digunakan. Pada proses pemisahannya sampel akan bergerak pada plat silica
dengan bantuan fase gerak hingga jarak tertentu. Contoh pemisahan senyawa organic
menggunakan metode KLT adalah pemisahan zat pewarna makanan, dan mengidentifikasi
simplisia yang mengandung bahan kimia seperti alkaloid, flavonoid, minyak atsiri dan lain lain.
2. Kromatografi Kolom
Pemisahan dengan metode kromatografi kolom didasarkan pada pada perbedaan interaksinya
dalam fasa diam dan fasa gerak. Pada Proses pemisahannya sampel didistribusikan kedalam 2
fasa, dimana perbedaan pola pergerakan antara dua fasa (fasa gerak dan fasa diam) bertujuan
untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan. Molekul yang
terlarut dalam fasa gerak, akan melewati kolom yang merupakan fasa diam. Molekul yang
memiliki ikatan yang kuat dengan kolom akan cenderung bergerak lebih lambat dibanding
molekul yang berikatan lemah. Contoh pemisahan senyawa organic menggunakan metode
kromatografi kolom adalah isolasi senyawa aktif dalam bahan alam, pemurnian dari hasil
sintesi reaksi kimia dan lain- lain.
III. Alat dan Bahan
Alat
No
Alat
1
Saringan Vakum
2
Seperangkat
alat
Ukuran
Jumlah
-
1 buah
-
1 set
distilasi
3
Penangas Air
-
1 buah
4
Thermometer
100 ˚C
1 buah
5
Pipet tetes
-
2 buah
6
Lampu UV
-
1 buah
7
Pipa kapiler
-
4 buah
8
Gelas Kimia
250 ml
2 buah
9
Botol Semprot
500 ml
1 buah
10
Rotary Evaporator
-
1 buah
11
Spatula
-
1 buah
12
Syringe plastik
-
1 buah
13
Erlenmeyer
250 ml
2 buah
14
Hotplate
-
1 buah
Konsentrasi
Jumlah
Bahan
No
Bahan
1
Rimpang Kunyit
-
20 gram
2
Diklorometana
-
50 ml
3
Heksana
-
20 ml
4
CHCL2 : MeOH
-
97:3
5
Pelat silica
7 x 5 cm
2 buah
6
CHCL2 : MeOH
-
97:1
7
Kertas
-
secukupnya
8
Aquadest
-
secukupnya
9
Ethanol
-
secukupnya
10
Sampel zat pewarna
-
secukupnya
-
1.5 - 2 gram
1%
secukupnya
-
3:1:2
makanan
11
Silica Gel
12
Larutan NaCL
13
Butanol : ethanol :
ammonia 2%
IV. MSDS
No
1
Bahan
Sifat Fisik
Diklorometana
-
Berwujud cair
(CH2Cl2)
-
Tak berwarna
-
TL: - 96 ˚C
-
TD : 39.6 ˚ C
-
ρ : 1.33 g/cm3
Sifat Kimia
- Tidak larut sempurna
dalam air
- Larut dalam pelarut
organic lainnya.
- Beracun
- Dapat menyebabkan
iritasi
Penanganan
- Gunakan APD
- Jika terhirup
segera mencari
udara segar
- Jika terkena kulit
segera basuh
dengan air
mengalir
2
n-Heksana (C6H14)
-
Berwujud cair
- Mudah terbakar
- Gunakan APD
-
Tak berwarna
- Dapat menyebabkan
- Simpan ditempat
-
TL : -95 ˚C
iritasi
-
TD : 69˚C
- Beracun
Jauhkan dari
-
ρ : 0.6548 g/ml
- Bereaksi dengan
sumber panas.
peroksida, klorin, agen
sejuk dan kering.
- Jika terkena
oksidasi dan NOx
kulit/mata segera
basuh denga air
mengalir.
3
Ethanol (C2H5OH)
-
Berwujud cair
- Mudah terbakar
- Gunakan APD
-
Tak berwarna
- Larut dalam air
- Simpan ditempat
-
Berbau amis
- Oksidator kuat
sejuk dan kering.
-
TL : -114.4 ˚C
Jauhkan dari
-
TD : 78.29 ˚C
sumber panas.
- Jika terkena
kulit/mata segera
basuh denga air
mengalir.
4
Butanol (C4H8OH)
-
Berwujud cair
- Mudah terbakar
- Gunakan APD
-
Tak berwarna
- Stabil dibawah suhu dan
- Simpan ditempat
-
Berbau seperti
cuka atau
tekanan normal
- Bereaksi dengan oksidator
anggur
kuat, logam alkali, asam
-
TL : -89.5 ˚C
kuat.
-
TD : 116 ˚C
- Beracun
sejuk dan kering.
Jauhkan dari
sumber panas.
- Jika terkena
kulit/mata segera
basuh denga air
mengalir.
5
Ammonia
-
Berwujud cair
- Larut dalam air
- Gunakan APD
(NH4OH)
-
Tak berwarna
- Korosif
- Jika terhirup
-
Berbau tajam
- Beracun
-
TL : -77.73 ˚C
-
TD : -33.34 ˚C
segera menghirud
udara segar
- Jika terkena kulit
atau mata segera
basuh dengan air
mengalir
V.
Cara Kerja dan Hasil Pengamatan
No
1
Cara Kerja
Isolasi Kurkumin Dari Kunyit
Kunyit Kering
Hasil Pengamatan
- Kunyit kering : berwujud padat,
berwarna kuning
- Diklorometana : berwujud cair, tak
-
Timbang sebanyak 20 gram
-
(+) 50 ml diklorometana
-
Refluks selama 1 jam
-
Saring dengan saringan vakum
berwarna
- Kunyit + diklorometana → larutan
berwarna kuning
- Setelah dipanaskan diklorometana
menguap, dan didapat larutan
Larutan Kuning
-
Distilasi pada penangas air pada suhu 50˚C
Residu kuning kemerahan
berwarna kuning setelah disaring.
- Setelah didistilasi didapat residu
berwarna jingga – kemerahan
- n-Heksana : berwujud cair, tak
-
(+) 20 ml n-heksana
-
Aduk secara merata
-
Saring dengan penyaring vakum
Padatan (Ekstrak Kasar)
berwarna
- residu + n-Heksana → larutan
berwarna jingga kemerahan
- setelah disaring terbentuk pdatan
berwarna jingga kemerahan.
Analisis KLT
Padatan (Ekstrak Kasar)
- Residu : berwujud padat, berwarna
jingga kemerahan
-
Timbang sebanyak 0.1 gram
-
Larutkan dengan CH2Cl2 :MeOH (99 : 1)
-
Teteskan (totolkan) pada pelat KLT 2 cm dari
batas bawah pelat secara perlahan
-
Lakukan beberapa kali (setiap penetesan ulang,
tunggu sampai sampel kering dahulu)
-
Elusikan dengan eluen CH2Cl2 : MeOH (99 : 3)
- (CH2Cl2 :MeOH) : berwujud cair,
tak berwarna
- Sampel telah di totolkan pad pelat
KLT
- Pelat dielusikan dengan CH2Cl2 :
MeOH (99 : 3)
- Eluen merambat naik diikuti dengan
Pelat hasil elusi
noda berwarna kuning
- Terdapat beberapa warna komponen
-
Lihat dengan sinar UV
-
Tandai pita komponen utama
-
Pisahkan dari komponen yang lainnya dengan
cara mengerok lapisan silica
-
Tampung pada kertas
-
Pindahkan silica pada gelas kimia
-
Larutkan dengan diklorometana
-
Saring
-
Cuci dengan pelarut yang sama
-
Filtrate diuapkan dengan rotary evaporator /
dengan penangas air pada suhu 60˚C
-
Uji kemurnian fraksi dengan KLT
Hasil
2
saat dilihat pada sinar UV
- Lapisan silica: berwujud padat,
berwarna kuning ke jinggaan
- Diklorometana : berwujud cair, tak
berwarna
- Lapisan silica + dikorometana →
larutan berwarna kuning.
- Hasil KLT berupa beberapa warna
komponen : jingga tua, jingga, dan
kuning.
Pemisahan zat warna makanan
A. Penyiapan Sampel
Sampel (zat perwarna makanan)
- Sampel : zat pewarna makanan
berwujud cair, berwarna coklat.
- Air : Berwujud cair, tak berwarna
-
Timbang sebanyak 0.5 gram
-
Larutkan dalam sedikit air / ethanol : air (1:2)
-
Simpan sampel
Hasil
- Sampel + air → larutan berwarna
coklat
B. Kromatografi Kolom
- Silica gel : berwujud padat seperti
Silika Gel
-
Timbang 1.5 – 2 gram
-
Masukkan kedalam syringe / kolom
-
Basahi dengan larutan NaCl 1%
Kolom
gel, berwarna kuning.
- Larutan NaCl : berwujud cair, tidak
berwarna
- Silca gel + NaCl → silica gel
memadat pada kolom
- Sampel : berwujud cair, berwarna
-
Teteskan 5 - 10 tetes sampel zat warna pekat yang
telah disiapkan kedalam kolom.
-
-
terbentuk larutan berwarna ungu dan
sampai memenuhi kolom.
biru
Lakukan penambahan pelarut sampai terlihat
Tampung setiap warna dengan wadah yang
berbeda.
-
- Pada penambahan larutan NaCl
Tambahkan pelarut NaCl 1% kedalam perlahan
pemisahan pita-pita berwarna.
-
coklat
- Eluen (Ethanol :air ) : Berwujud
cair, tak berwarna
- Penambahan eluen (ethanol : air)
terbentuk larutan berwarna merah.
Setelah pita pertama keluar, gunakan pelarut
etanol : air ( 1:4) lalu aquadest
-
Fraksi eluet yang keluar disimpan untk analisis
dengan KLT
Hasil
C. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
- Sampel 1 : berwujud cair, berwarna
Sampel zat pewarna (hasil kromatografi kolom)
-
Totolkan pada pelat KLT dengan larutan pewarna
baku yang telah tersedia
-
Elusikan dengan eluen butanol :etanhol :
ammonia 2% ( 3:1:2)
ungu ke biruan
- Sampel 2 : berwujud cair, berwarna
merah
- Setelah pelat dielusikan dengan
eluen (butanol : ethanol : ammonia)
-
Lihat dengan senar UV
terdapat beberpa komponen warna
-
Tandai noda
pada pelat.
-
Ukur jarak noda
-
Hitung nilai Rf
- Sampel 1 (dari bawah ke atas ) :
biru, jingga,ungu
- Sampel 2: kuning, jingga, merah
Hasil
VI.
Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan dua percobaan yakni, Isolasi Kurkumin dari Kunyit (Curcuma
longa L) dan Pemisahan Zat Pewarna Makanan dengan menggunakan metode kromatografi lapis
tipis dan kromatografi kolom.
Pada percobaan isolasi kurkumin ini, Kurkumin yang akan dipisahkan berasal dari kunyit.
Kurkumin atau 1,7-bis-(4 hidroksi-3-metoksi fenol) hepta-1,6-diena-3,5 dien merupakan senyawa
hasil isolasi dari tanaman Curcuma sp (Meiyanto, 1999).
Kurkumin adalah salah satu senyawa diarilheptanoid. Diarilheptanoid adalah kelas yang
relatif kecil dari metabolit sekunder tanaman. Diarylheptanoids terdiri dari dua cincin aromatik
( gugus aril ) yang bergabung dengan rantai tujuh karbon ( heptana ) dan memiliki berbagai
substituen. Senyawa yang paling dikenal adalah curcumin , yang diisolasi dari kunyit ( Curcuma
longa ) dan biasa digunakan sebagai pewarna makanan. Beberapa spesies Curcuma lainnya,
seperti Curcuma comosa juga memproduksi diarylheptanoids. Kurkumin memiliki sifat anti kanker
dan anti tumor, selain intu juga kurkumin dapat menghambat enzim HIV – 1 integrase. (Nila,T.
2018)
Selain kurkumin, terdapat senyawa lain yang dapat di isolasi dari tumbuhan kunyit
diantaranya adalah myak atsiri. Rimpang kunyit mengandung senyawa utama yaitu minyak atsiri
dan kurkumin selain demetoksikurkumin serta bisdemetoksikurkumin. Minyak atsirinya terdiri dari
tumeron, tumerol, kariofilen, linalool dan sineol. Warna kuning kurkumin digunakan sebagai
pewarna alami pada masakan tradisional. Selain itu juga dimanfaatkan sebagai pewarna kain seperti
woll, katun dan sutera, kosmetika dan bahan indikator di laboratorium terhadap bahan-bahan yang
mengandung alkali dan asam borat (Koswara, 2009).
Pada percobaanya, 20 gram rimpang kunyit dilarutkan dalam pelarut diklorometana
(CH2Cl2). Penggunaan pelarut diklorometana dimaksudkan untuk melarutkan senyawa kurkumin
yang terdapat dalam kunyit. Selain itu diklorometana merupakan pelarut organic yang baik dan
mudah menguap sehingga tidak perlu waktu yang terlalu lama untuk memekatkan larutan kunyit
tersebut. Kemudian larutan kunyit tersebut di refluks selama satu jam untuk memekatkan larutan
kunyit-diklorometana. Selanjutnya larutan pekat tersebut disaring menggunakan penyaring vakum.
Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh filtrate dati larutan pekat tersebut. Filtrate yang dihasilkan
berupa larutan berwarna kuning. Filtrate yang dihasilkan kemudian di destilasi untuk memisahkan
senyawa kurkumin dan diklorometana yang masih tercampur. Distilat yang dihasilkan berupa
diklorometana dan residu nya merupakan senyawa kurkumin yang berwarna jingga kemerahan.
Kemudian residu yang diperoleh ditambahkan dengan n- heksana dan diaduk hingga merata.
Penambahan n-heksana ini dimaksudkan untuk menggumpalkan senyawa tersebut agar membentuk
padatan dan memisahkan senyawa kurkumin dengan pelarutnya. Setelah terjadi penggumpalan,
senyawa tersebut kemudian disaring dengan penyaring vakum untuk mendapatkan senyawa
kurkumin murni yang berupa padatan.
Setelah didapat senyawa kurkumin yang berupa padatan berwarna jingga kemerahan, proses
selanjutnya adalah analisis padatan menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT). Peda
proses ini senyawa yang dihasilkan dari percobaan sebelumnya dilarutkan terlebih dahulu
menggunakan pelarut
CH2Cl2 : MeOH
sebelum ditotolkan pada pelat KLT.
Pada metode
kromatografi ini pelat silica yang digunakan berfungsi sebagai fasa diam dan eluen yang digunakan
adalah CH2Cl2 : MeOH (99:3) yang berfungsi sebagai fasa gerak. Setelah pelat silica yang berisi
sampel dielusikan, pelat silica ini dilihat dibawa sinar UV. Penggunaan sinar UV ini dimaksudkan
untuk memunculkan dengan jelas pita komponen warna utama. Hasil uji sampel yang diperoleh
berupa 3 warna utama pada pelat (dari bawah keatas) diantaranya kuning, jingga dan jingga tua.
Kromatografi lapis tipis ini merupakan proses isolasi yang didasarkan pada perbedaan daya
serap dan daya partisi serta kelarutan dari komponen- komponen kimia yang akan mengikuti
kepolaran eluen. Tujuan dari kromatografi ini adalah memisahkan komponen campuran untuk
digunakan lebih lanjut pada proses pemurnian.
Proses selanjutnya yaitu pemurnian senyawa kurkumin yang
dilakukan dengan cara
memisahkan komponen dengan mengerok lapisan silica. Lapisan silica tersebut kemudian
dilarutkan dalam diklorometana. Penggunaan pelarut diklorometana dimaksudkan untuk melarutkan
silica yang mengandung komponen warna senyawa kurkumin tersebut. Selain itu diklorometana
merupakan pelarut organic yang baik dan mudah menguap sehingga tidak perlu waktu yang terlalu
lama untuk memekatkan larutan kunyit tersebut. Kemudian larutan tersebut di saring dan diuapkan
kembali untuk di uji kemurniannya dengan metode KLT.
Berdasarkan penelitan (Chearwae, et al., 2004), analisa KLT ekstrak kasar kurkuminoid
dengan menggunakan fase gerak kloroform : etanol : asam asetat dengan perbandingan 94 : 5 : 1
(v/v/v) juga menghasilkan 3 spot utama berwarna oranye. Spot yang terakhir kali terelusi (paling
non polar) yaitu spot A diidentifikasi sebagai kurkumin, kemudian demetoksikurkumin (B) dan
bisdemetoksikurkumin (C).
Gambar 1 Struktur senyawa zat warna pada Kurkumin
Sintesis
Pada pemisahan zat pewarna makanan, di lakukan dengan menyiapkan sampel terlebih dan
kolom untuk kromatografi terlebih dahulu. Sampel yang digunakan merupakan zat pewarna yang
dilarutkan dalam air, sedangkan kolom untuk kromatografi dibuat dengan cara memasukan silica
gel kedalam kolom lalu di gunakan larutan NaCl 1% untuk memadatkan silica gel. Setelah sampel
dan kolom disiapkan, proses selanjutnya adalah pemisahan dengan metode kromatografi kolom.
Pada saat proses pemisahannya eluen yang digunakan berbeda – beda. Pada penetesan sampel
pertama eluen yang digunakan adalah larutan NaCl 1% , kemudian eluen selanjutnya adalah
etanol:air, dan yang terakhir adalah eluen air. Penggunaan eluen yang berbeda dimaksudkan untuk
mengikat warna. Karena masing – masing warna hanya dapat terikat dengan pelarut yang berbeda.
Penambahan pelarut terus dilakukan sampai terlihat adanya pita-pita berwarna. Setiap warna di
simpan dalm tempat yang berbeda. Hasil yang diperoleh berupa larutan berwarna ungu dan biru
yang terikat pada eluen NaCl 1% dan larutan berwarna merah yang terikat pada eluen etanol :air.
Setelah didapat hasil pemisahan warna, proses selanjutnya adalah pengujian sampel larutan
warna tersebut menggunakan metode KLT. Pada proses ini sampel larutan warna tersebut ditotolkan
pada pelat dan dielusikan menggunankan eluen butanol : etanol: ammonia 2%. Pada proses ini
didapat 3 warna komponen penyusun utama pada sampel 1 (dari bawah ke atas ) : biru, jingga,ungu
dan pada Sampel 2: kuning, jingga, merah.
Komponen warna yang terdapat di posisi atas menunjukan larutan tersebut bersifat non
polar, sedangkan komponen warna yang terdapat di posisi bawah menunjukkan larutan tersebut
bersifat paling polar.
VII. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum Kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis : Isolasi Kurkumin
dari Kunyit (Curcuma longa L) dan Pemisahan Zat Pewarna Makanan maka dapat disimpulkan:
1. Proses isolasi kurkumin dari kunyit dilakukan dengan cara mengekstrak kunyit terlebih dahulu
dan dianalisa dengan metode kromatografi lapis tipis. Hasil kromatografi menunjukkan terdapat
3 komponen warna yang merupakan zat aktif dalam kunyit. Zat aktif tersebut diantaranya :
Desmetoksikurkumin Bisdemetoksikurkumin, dan Kurkumin.
2. Proses pemisahan zat warna dengan metode kromatografi kolom dilakukan dengan
mengelusikan sampel zat warna menggunakan beberapa eluen. Hasil kromatografi ini
menunjukkan larutan yang berbeda pada setiap eluen yang dielusikan.
3. Proses pemisahan zat warna dengan metode kromatografi lapis tipis dilakukan dengan
mentolkan sampel pada pelat silica yang nantinya dielusikan oleh eluen tertentu. Hasil dari
kromatografi ini menunjukkan Komponen warna yang terdapat di posisi atas menunjukan
larutan tersebut bersifat non polar, sedangkan komponen warna yang terdapat di posisi bawah
menunjukkan larutan tersebut bersifat paling polar.
VIII. Daftar Pustaka
-
Hostettmenn, K, dkk. 1986. Cara kromatografi preparative. Bandung : ITB press
-
Koswara, S. 2009. Pewarna Alami Produksi dan Penggunaannya. Ebook Pangan.
-
Meiyanto, E. 1999. Kurkumin Sebagai Obat Anti Kanker:MenelusuriMekanisme Aksinya
“Majalah Farmasi Indonesia”. 10(4).
-
Nila, T, Berghuis, MSi. 2018. Modul Praktikum Kimia Organik. Bandung : Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati.