Academia.eduAcademia.edu

Edukasi Islami: Pola Hidup Sehat

2020, Padang Ekspres

Novel Coronavirus (2019-nCoV) telah merenggut lebih 3.200 korban jiwa. Banyak yang cemas dan takut terhadap virus yang menular itu. Termasuk di Indonesia, dinyatakan 2 orang telah positif terinfeksi. Pemerintah, melalui Kemenkes melakukan sosialisasi upaya pencegahan virus Corona, termasuk di laman situs resminya. Tujuh upaya itu adalah sering cuci tangan pakai sabun, gunaskan masker bila batuk/pilek, konsumsi gizi seimbang serta memperbanyak sayur dan buah, hati-hati kontak dengan hewan, rajin olahraga dan istirahat yang cukup, lalu bila batuk, filek dan sesak segera ke fasilitas kesehatan. Sayang, dari tujuh upaya pencegahan yang disosialisasikan, hanya pendekatan empiris. Sama sekali tak menyentuh aspek mental-spiritual yang merupakan esensi dari diri manusia. Tak pula didasari dengan pendekatan religius. Karena itu, tulisan ini menegaskan kembali bahwa ajaran agama juga memberi solusi terhadap pola hidup sehat. Islam sebagai agama rahmatan lil-'alamin sesungguhnya mendidik manusia agar hidup sehat: jasmani dan rohani. Banyak ajaran Islam yang mengedukasi umat agar memiliki pola hidup sehat. Lima di antaranya adalah: Pertama, pola hidup bersih. Bersih dan suci merupakan ajaran penting dalam Islam. Kajian fiqh, misalnya, umumnya diawali dengan Bab thaharah (bersuci). Thaharah tidak saja mengandung makna bersih secara lahiriah, seperti bersih dari hadas dan najis, tetapi juga bermakna menyucikan diri dari dosan dan kesalahan, menyucikan kalbu dari akhlak tercela, dan menyucikan jiwa dari keinginan kepada selain Allah (al-Maidah: 41, al-Ahzab: 33). Karena itu Allah mencintai orang yang bertaubat dan senantiasa menyucikan dirinya (Qs. Al-Baqarah: 222). Dalam tasawuf, dikenal pula kajian tazkiyah yang lebih menekankan pada upaya penyucian jiwa. Maka ajaran Islam yang komprehensif itu menginginkan manusia bersih jasmani dan suci rohani sehingga kesehatan yang ia peroleh utuh: lahir dan batin. Maka tubuh yang bersih niscaya akan terhindar dari berbagai penyakit menular, sedangkan hati yang suci akan terhindar dari penyakit jiwa yang merusak mentalitas dan kepribadian

Koran Padang Ekspres, hlm. 1, 6 Maret 2020, Muhammad Kosim Edukasi Islami: Pola Hidup Sehat Muhammad Kosim Dosen FTK UIN IB Padang Novel Coronavirus (2019-nCoV) telah merenggut lebih 3.200 korban jiwa. Banyak yang cemas dan takut terhadap virus yang menular itu. Termasuk di Indonesia, dinyatakan 2 orang telah positif terinfeksi. Pemerintah, melalui Kemenkes melakukan sosialisasi upaya pencegahan virus Corona, termasuk di laman situs resminya. Tujuh upaya itu adalah sering cuci tangan pakai sabun, gunaskan masker bila batuk/pilek, konsumsi gizi seimbang serta memperbanyak sayur dan buah, hati-hati kontak dengan hewan, rajin olahraga dan istirahat yang cukup, lalu bila batuk, filek dan sesak segera ke fasilitas kesehatan. Sayang, dari tujuh upaya pencegahan yang disosialisasikan, hanya pendekatan empiris. Sama sekali tak menyentuh aspek mental-spiritual yang merupakan esensi dari diri manusia. Tak pula didasari dengan pendekatan religius. Karena itu, tulisan ini menegaskan kembali bahwa ajaran agama juga memberi solusi terhadap pola hidup sehat. Islam sebagai agama rahmatan lil‘alamin sesungguhnya mendidik manusia agar hidup sehat: jasmani dan rohani. Banyak ajaran Islam yang mengedukasi umat agar memiliki pola hidup sehat. Lima di antaranya adalah: Pertama, pola hidup bersih. Bersih dan suci merupakan ajaran penting dalam Islam. Kajian fiqh, misalnya, umumnya diawali dengan Bab thaharah (bersuci). Thaharah tidak saja mengandung makna bersih secara lahiriah, seperti bersih dari hadas dan najis, tetapi juga bermakna menyucikan diri dari dosan dan kesalahan, menyucikan kalbu dari akhlak tercela, dan menyucikan jiwa dari keinginan kepada selain Allah (al-Maidah: 41, al-Ahzab: 33). Karena itu Allah mencintai orang yang bertaubat dan senantiasa menyucikan dirinya (Qs. AlBaqarah: 222). Dalam tasawuf, dikenal pula kajian tazkiyah yang lebih menekankan pada upaya penyucian jiwa. Maka ajaran Islam yang komprehensif itu menginginkan manusia bersih jasmani dan suci rohani sehingga kesehatan yang ia peroleh utuh: lahir dan batin. Maka tubuh yang bersih niscaya akan terhindar dari berbagai penyakit menular, sedangkan hati yang suci akan terhindar dari penyakit jiwa yang merusak mentalitas dan kepribadian Edukasi Islami: Pola Hidup Sehat Koran Padang Ekspres, hlm. 1, 6 Maret 2020, Muhammad Kosim seseorang. Seseorang yang cemas berlebihan, hati yang gelisah atau jiwa yang bermasalah dapat mempengaruhi kesehatan fisik. Ini yang disebut dengan psikosomatik. Kedua, memakan makanan halal lagi baik. Diduga kuat, penularan virus corona disebabkan oleh hewan liar, seperti ular dan kelelawar yang dikonsumsi warga Wuhan, China. Hal ini mengingatkan kepada umat agar berkomitmen tinggi untuk taat pada perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya, termasuk soal makanan. Allah SWT memerintahkan kepada semua manusia agar mengonsumsi makanan halalan thayyiban (Qs. Al-Baqarah: 168), yaitu makanan yang diridhai Allah dan berdampak baik terhadap kesehatan. Di antara hikmah haramnya makanan tertentu adalah untuk kesehatan fisik manusia. Bahkan makanan yang haram pun bisa berdampak terhadap kepribadian seseorang. Baik haram dari segi zatnya, atau cara memperolehnya. Maka kekhawatiran manusia akan makanan haram karena zatnya dapat menyebabkan penyakit fisik sejatinya sama halnya, atau lebih khawatir terhadap makanan haram karena cara memperolehnya dapat merusak psikis manusia. Imam al-Ghazali dalam Ihya’ Ulum al-Din menulis: “Siapa saja yang makan makanan yang haram, maka bermaksiatlah anggota tubuhnya, mau tidak mau”. Tentu, jika tubuh bermaksiat niscaya hidayah Allah jauh darinya dan doa-doanya pun akan tertolak. Jadi, tidak saja makanan yang haram zatnya saja dijauhi (seperti babi, anjing, darah, bangkai, hewan bertaring, dan sebagainya), tetapi juga kita harus benci dan menghindari makanan harama karena cara memperolehnya dilarang, seperti menipu, curang dalam timbangan, korupsi, suap-menyuap, dan sejenisnya. Sebab keduanya bisa menyebabkan penyakit fisik dan psikis. Ketiga, beribadah dengan ikhlas. Setiap ibadah yang diperintahkan Allah pasti mengandung hikmah yang beragam. Satu di antaranya untuk mendidik manusia agar hidup sehat. Gerakan fisik yang dilakukan dalam shalat pasti berdampak pada kesehatan manusia. Begitu pula wudhu’, puasa, rangkaian ibadah di musim haji, hingga gerakan lidah menyebut nama-Nya pun menyehatkan fisik dan psikis manusia. Dua puluh tahun lalu, Prof. Dr. Mohammad Sholeh, sukses mempertahankan disertasinya di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, dengan judul: “Pengaruh Shalat Tahajud Terhadap Peningkatan Perubahan Respon Ketahanan Tubuh Imunologik: Suatu Pendekatan Psikoneuroimunologi”. Kesimpulan penelitian itu adalah “apabila kita melakukan shalat tahajud secara rutin, benar gerakannya, ikhlas dan khusyu’ niscaya akan terbebas dari penyakit infeksi dan kanker.” Ia melakukan penelitian terhadap 51 siswa SMU Lukmanul Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya. Hanya 19 siswa yang bertahan shalat tahajud selama dua bulan. Hasilnya, ditemukan bahwa mereka yang rajin dan ikhlas bertahajud memiliki ketahanan tubuh dan kemampuan individual untuk menaggulangi masalah-masalah yang dihadapi dengan stabil. Dalam tubuh kita terdapat korteks adrenal yang menghasilkan beberapa hormon, salah satu di antaranya adalah kortisol (biasa disebut hormon stress), suatu hormon yang berpengaruh pada sistem kardiovaskuler, keseimbangan metabolik, dan sistem imun. Sholat tahajjud terbukti mampu menurunkan kadar kortisol pada saat puncak sekresinya yaitu di atas jam 00.00 atau tengah malam. Apabila seseorang shalat tahajud akan terbentuk energi positif yang dahsyat bersumber dari komunikasi kita kepada Allah. Hal ini akan berimplikasi pada ketenangan batin terbebas dari permasalahan duniawi sehingga mengurangi derajat stress seseorang. Sebaliknya seseorang yang mudah stress otomatis daya tahan tubuhnya lemah dan mudah diserang berbagai penyakit, terutama penyakit menular. Maka beribadahlah dengan cara benar yang didasari dengan iman dan ikhlas, niscaya tubuh akan sehat, ruhani pun suci dari berbagai penyakit hati. Edukasi Islami: Pola Hidup Sehat Koran Padang Ekspres, hlm. 1, 6 Maret 2020, Muhammad Kosim Selanjutnya zikir dan doa. Banyak hadis Nabi SAW yang mengajarkan tentang zikir dan doa agar manusia memperoleh kesehatan dari Allah SWT. Misalnya, sabda Nabi SAW: “Tidak ada seorang hamba yang membaca setiap pagi dan setiap sore bismillahilladzi laa yadhurru ma’asmihi syai-un fil ardhi wa laa fis samaa’ wa huwas samii’ul ‘alim’, doa ini dibaca tiga kali maka dia tidak akan ditimpa bahaya apapun.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah). Zikir dan doa juga bisa menjadi terapi bagi manusia dari berbagai penyakit yang dideritasnya. Sebut saja Prof. Amin Syukur, Guru Besar Bidang Tasawuf UIN Walisongo Semarang, pernah diserang penyakit Kanker dua kali di tempat yang berbeda dalam waktu yang hampir berdekatan. Ia divonis hanya bisa bertahan hidup 3 bulan. Namun dengan zikir yang ikhlas, ia sembuh dari kanker ganas itu. Ia pun menulis pengalaman pribadinya dalam karyanya “Zikir menyembuhkan Kankerku” pada tahun 2007. Ia menulis, “Manfaat utama energi zikir pada tubuh adalah untuk menjaga keseimbangan suhu tubuh, agar tercipta suasana kejiwaan yang tenang, damai, dan terkendali”. Bukankah dengan zikir hati seseorang menjadi sehat dan tenang? (Qs. Ar-Ra’d/13: 28). Zikir mesti diiringi dengan doa. Doa memperkuat jiwa seseorang untuk berharap hanya kepada Allah disertai dengan kepasrahan diri. Sebab tidak ada yang dapat melindungi seseorang, termasuk penyakit, kecuali hanya Allah semata (Al-Ahzab/33: 17) Di antara doa yang diajarkan Nabi SAW adalah: “Ya Allah aku meminta kebajikan dan keselamatan (afiat) di dunia dan di akhirat, Ya Allah aku meminta kepada-Mu ampunan dan keselamatan pada agamaku, duniaku, keluargaku, dan hartaku.” (HR. Tirmidzi dan Ibn Majah). “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan-Mu dari kehilangan nikmat-Mu, perubahan kesehatan, kecelakaan secara tiba-tiba dan seluruh kemurkaan-Mu". (HR. Muslim) Karena itu pula, MUI mengeluarkan tausiyah untuk menangkal dan menghadapi penyebaran virus corona. Satu di antaranya adalah dengan melakukan qunut nazilah, yaitu berdoa untuk menangkal turunnya mala petaka. Umat Islam perlu mewiridkan kembali zikir dan doa dengan berharap perlindungan dari Allah SWT agar terhindar dari berbagai bentuk bahaya, termasuk virus corona. Semoga kita senantiasa dalam ridha dan rahmat-Nya. Wallahu a’lam. Edukasi Islami: Pola Hidup Sehat