LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
JUDUL:
SIFAT-SIFAT FISIK SENYAWA ORGANIK
OLEH:
Kelompok 4
Vila Tria Putri
(0704172037)
Moudy Maulina
(0704172042)
Gusmita Enda Lorenza Purba
(0704173077)
Nur Hizrah
(0704173080)
Fatimah Azzahra
(0704173082)
PRODI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2020
I. JUDUL
: SIFAT-SIFAT FISIK SENYAWA ORGANIK
II. TUJUAN :
Menentukan titik leleh , titik didih, densitas, indeks bias dan kelarutan (salubilitas) senyawa
organik
III.
TINJAUAN TEORITIS :
Senyawa organik adalah karbon yang relatif kompleks. Karena atom-atom karbon
mudah berikatan satu sama lain, maka tulang punggung kebanyakan senyawa organik
tersusun atas rantai karbon dengan panjang dengan dan bentuk yang berbeda-beda (Fried Dan
Hademeans,2006).
Penentuan sifat fisik dari suatu senyawa kimia sangat penting untuk berbagai
keperluan seperti karakterisasi senyawa atau membantu dalam hal penggunaan teknis di
laboratorium. Nilai sifat fisik pada awalnya harus ditentukan secara eksperimen terhadap
senyawa tersebut. Titik leleh merupakan salah satu sifat sifat yang terpenting untuk
karakterisasi suatu senyawa. Titik leleh (melting point, mp) dari suatu senyawa adalah
temperatur yang merujuk tepat pada saat proses transformasi senyawa tersebut antara fasa
padat dan fasa cair (Tahir dkk 2002).
Densitas atau massa jenis merupakan pengukuran massa peraturan volume, cara
mengukur massa jenis pada umumnya dengan menimbang zat cair tersebut dan membaginya
dengan volume zat cair yang terukur, dengan cara ini pengukuran tidak efisien karena harus
mengukur terlebih dahulu massa zat dapat ditentukan dengan berbagai alat, salah satunya
adalah dengan menggunakan piknometer (Asidu dkk,2017).
Indeks bias suatu zat merupakan ukuran kelajuan cahaya didalam zat cair dibanding
ketika diudara. Indeks bias merupakan salah satu dari beberapa sifat optis yang penting dari
mediu. Dalam bidang kimia, pengukuran terhadap indeks bias secara luas telah digunakan
antara lain untuk mengetahui konsentrasi larutan dan mengetahui komposisi bahan-bahan
penuyusun larutan. Indeks bias juga dapat digunakan untuk mengetahui kualitas suatu
larutan. Indeks bias menyatakan perbandingan (rasio) terhadap kelajuan cahaya diruang
hampa terhadap kelajuan cahaya yang ada di dalam bahan (Zamroni, 2013).
Kelarutan merupakan suatu keadaan suatu senyawa, baik padat, cair ataupun gas yang
terlarut dalam padatan, cairan, atau gas yang akan membentuk larutan yang homogen (Yoga
dan Hendriani, 2015). Kelarutan dapat kecil atau besar sekali, dan jika jumlah zat terlarut
memiliki titik jenuh, zat itu akan keluar (mengendap di bawah larutan). Dalam kondisi
tertentu suatu larutan dapat mengandung lebih banyak zat terlarut dari pada dalam keadaan
jenuh (Putri dkk, 2017).
IV.
ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
No.
Nama Alat
Jumlah
1.
Melting point block
1 buah
2.
Piknometer
I buah
3.
Refraktometer
1 buah
4.
Tabung reaksi
5 buah
B. BAHAN
No.
Nama Bahan
Rumus
[M]
Wujud
Warna
Jumlah
1.
Aquades
H2O
-
Cair
Bening
2.
Asam benzoat
C7H6O2
-
Padat
Putih
3.
Polar
-
-
Cair
Bening
13 ml
4.
Nonpolar
-
-
Cair
Bening
13 ml
5.
Semipolar
-
-
Cair
Bening
13 ml
6.
Asam A Salisilat
C7H6O2
-
Padat
Putih
13 ml
V. PROSEDUR KERJA
1.
Percobaan titik leleh
Melting point block
Dikalibrasi
Diuji titik leleh dari beberapa sampel yang disediakan
Dicatat hasilnya
2.
Penetapan densitas
Piknometer
Ditimbang
Ditambahkan sampai yang akan diamati
Ditutup kapiler dengan rapat
Ditimbang piknometer yang berisi sampel
Dihitung spgr sampel
13 ml
Secukupnya
3.
Penetapan indeks bias
Ditetesi refraktometer
Dicatat indeks biasnya
4. Penentuan kelarutan
Diuji kelarutan sampel dalam air, pelarut organik polar, semipolar,
nonpolar
Dicatat hasilnya.
VI. HASIL PENGAMATAN/ REAKSI-REAKSI/ PEMBAHASAN
A. TABEL HASIL PENGAMATAN
NO.
PERLAKUAN
HASIL
PENGAMATAN
1.
TITIK LELEH
ke
119 0C
b. Asam benzoat dimasukkan ke
139 0C
a. Asam
salsilat
dimasukkan
Melting Point Block
Molting Point Block
2.
3.
4.
DENSITAS
a. Piknometer kosong
15, 56 gr
b. Piknometer + aquades
25, 80 gr
c. Piknometer + glukosa
25, 51 gr
d. Piknometer + fruktosa
25, 36 gr
e. Piknometer + sukrosa
25, 46 gr
INDEKS BIAS
a. Air + Su = 1.001 dan Sn = 5
Warna biru
b. Glukosa + Su = 1.021 dan Sn = 28
Warna biru
c. Sukrosa + Su = 1.026 dan Sn = 36
Warna biru
d. Fruktosa + Su = 1.022 dan Sn = 30
Warna biru
KELARUTAN
a. Aquades + larutan nonpolar
b. Aquades + larutan polar
c. Aquades + larutan semipolar
Tidak larut
Larut
Sedikit larut
B. REAKSI – REAKSI
1. H2O + larutan nonpolar
2. H2O + larutan polar
tidak larut
larut
3. H2O + larutan semipolar
sedikit laru
C. STRUKTUR MOLEKUL
1. Asam Salisilat
2. Asam Benzoat
D. PEMBAHASAN
1. TITIK LELEH
Teori : Titik leleh adalah temperatur dimana zat padat berubah wujud menjadi zat
cair pada tekanan satu atmosfer. Dengan kata lain, titik leleh merupakan suhu ketika fase
padat dan cair sama-sama berada dalam kesetimbangan. Setiap zat memiliki titik didih yang
berbeda-beda. Asam salisilat memiliki titik leleh 1590C, Asam benzoat memiliki titik leleh
pada suhu 122,30C.
Praktik : Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dimana Asam salisilat dimasukkan
ke dalam pipa kapiler, begitu juga dengan Asam benzoat, kemudian dimasukkan ke dalam
Melting Point Block, diketahui bahwa Asam salisilat meleleh pada suhu 1190C dan Asam
benzoat meleleh pada suhu 1390C. Asam salisilat yang diuji memiliki titik leleh yang lebih
rendah daripada teori, sedangkan asam benzoat memiliki titik leleh yang lebih tinggi
dibandingkan dengan teori. Hal ini dikarenakan alat yang digunakan (Melting Point Block)
kurang spesifik atau mengalami gangguan teknis yang menyebabkan suhu titik leleh bahan
uji tidak sesuai dengan teori.
2. DENSITAS
Teori
: Densitas atau massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume
benda. Semangkin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap
volumenya. Massa jenis suatu zat dapat ditentukan dengan berbagai alat, salah satunya adalah
piknometer, merupakan suatu alat yang terbuat dari kaca, bentuknya menyerupai botol
parfum atau sejenisnya.
Praktik : Berdasarkan percobaan yang dilakukan, piknometer kosong memiliki berat
15,56 g. Kemudian piknometer diisi oleh larutan aquades tanpa ada udara yang terperangkap,
ditimbang, memiliki berat 25,80 g. Piknometer yang diisi dengan larutan glukosa memiliki
berat 25,51 g, piknometer yang diisi dengan larutan fruktosa memiliki berat 25,36 g dan
piknometer yang diisi dengan larutan sukrosa memiliki berat 25,46 g. Piknometer dengan isi
larutan fruktosa memiliki nilai massa jenis yang lebih kecil dibandingkan larutan yang lain.
Semakin kecil massa sutau zat maka semakin kecil pada nilai densitasnya.
3. INDEKS BIAS
Teori
: Indeks bias merupakan tetapan fisik yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi sutau senyawa cairan dan dapat digunakan juga untuk menentukan
kemurnian senyawa tersebut. Indeks bias suatu zat merupakan ukuran kelanjutan cahaya di
dalam zat cair dibandingkan ketika di udara. Indeks bias tiap bahan pasti berbeda. Indeks bias
air yaitu 0, ndeks bias glukosa yaitu 13,4 , Indeks bias sukrosa yaitu 13,3 dan indeks bias
fruktosa yaitu 13,2.
Praktik : Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dimana setiap larutan diteteskan
satu kali di refraktometer kemudian dibaca ukuran indeks bias yang tertera pada alat,
diketahui bahwa indeks bias yang didapat untuk aquades adalah 5, indeks bias glukosa yaitu
28, indeks bias sukrosa yaitu 36 dan indeks bias fruktosa yaitu 30. Ketidaksesuaian angka
indeks bias pada percobaan dengan teori dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti suhu
dan kesalahan dalam kalibrasi alat.
4. KELARUTAN
Teori : Kelarutan adalah kemampuan suatu zat kimia tertntu, zat terlarut (solute),
untuk larut dalam pelarut. Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang
larut dalam suatu pelarut dalam kesetimbangan. Pelarut polar adalah larutan yang memiliki
tingkat ke ploaran paling tinggi, pelarut semi polar adalah larutan yang tingat kepolaranya
lebih rendah dari pada polar dan pelarut noonpolar ialah larutan yang tidak bertentangan.
Praktik: Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, aquades yang dicampurkan
dengan larutan polar akan larut, begitu juga dengan aquades dicampurkan dengan larutan
semipolar sedikit larut. Namun aquades yang dicampurkan dengan larutan nonpolar tidak
akan larut hal ini dikarenakan larutan nonpolar memiliki kepolaran yang rendah (semipolar)
bahkan hampir tidak polar (non-polar).
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Diketahui titik leleh dari asam salisilat dan asam benzoate yaitu 1190C dan 1390C.
Densitas pada piknometer kosong = 15,56 g, piknometer + aquades = 25,80 g,
piknometer + glukosa = 25,51 g, piknometer + fruktosa = 25,36 g, piknometer +
sukrosa = 25,46 g. Indeks bias pada aquades, glukosa, sukrosa, dan fruktoosa yaitu 5,
28, 36, dan 30. Aquades + larutan polar akan larut, aquades + larutan semi polar akan
sedikit larut. Namun aquades + larutan nonpolar tidak larut walaupun dikocok kuatkuat.
2. Melting point block : Dimasukkan sampel ke dalam pipa kapiler, lalu dimasukkan
thermometer ke dalam lubang besar yang ada di kanan. Dimasukkan pipa kepiler ke
lubang kecil dibagian atas. Dihidupkan alat, dikalibrasi. Diamati peleburan sampel
dan suhu di thermometer. Dan dimatikan alat saat sudah selesai.
Piknometer : Ditimbang piknometer kosong. Diisi piknometer dengan larutan, sambil
memegang alat dengan tisu. Ditutup alat dengan penutupnya rapat, jangan sampai ada
gelembung udara.
Refraktometer : Dibersihkan alat. Diteteskan 1 tetes sampel ditempat pengujian.
Dilihat indeks bias melalui lubang kecil yang ada dibagian ujung. Dilakukan di
tempat luar kompos.
VIII. JAWAB PERTANYAAN DAN TUGAS
1. Apa syarat media yang digunakan sebagai pemanas pada penetapan titik leleh?
Jawab:
a. Harus menggunakan zat pengotor atau tidak sama sekali
b. Harus terhubung dengan arus atau sudah dikalibrasi
2. Jelaskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketidaktelitian penetapan titik didih
senyawa?
Jawab:
a. Adanya pemanasan alat dan penggunaan
b. Kesalahan dalam meletakkan alat dan penggunaan
c. Kurang teliti dalam membaca thermometer
3. Jelaskan mengapa tidak boleh ada gelembung udara pada piknometer waktu
menentukan densitas?
Jawab:
Gelembung udara tidak boleh ada gelembung dalam piknometer karena volume cairan
akhir sangat bergantung dengan suhu (jika masih ada gelembung, volume belum
terisi).
4. Apa tujuan kalibrasi suatu zat?
Jawab:
a. Untuk mencapai ketertelusuran
b. Untuk mengetahui adanya penyimpangan
c. Menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan standar
5. Jelaskan mengapa kelarutan termasuk pada perubahan fisika?
Jawab:
Perubahan fisika adalah perubahan suatu benda tanpa membentuk zat baru, kelarutan
tidak membentuk zat baru ketika mengalami pencampuran.
XI. DAFTAR PUSTAKA
Asidu, La Ode A.D., Dkk, 2017, Pemanfaat Minyak Oli Bebas Sebagai Bahan Bakar
Alternative Dengan Pencampuran Minyak Pirolisis, Jurnal Mahasiswa Teknik Mesin,
2 (2), 2502-8944.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar : Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1. Terjemahan
Seminar Achmadi. Jakarta : Erlangga.
Fried, George H. Dan George J. Hademenas. 2006. Schaum’s Outlines : Biologi Edisi Kedua.
Terjemahan Damaring Tyas. Jakarta : Erlangga.
Prawira, Nanda Bagus Dan Abdul Rotif, 2018. Perancangan Alat Ukur Massa Jenis Zat Cair
Menggunakan Cepat Rambat Gelombang Ultrasonik. Ijeis. 8 (2). 2460-7681.
Putri, Laili M.A. Dkk, 2017. Pengaruh Konsentrasi Larutan Terhadap Laju Kdnaikan Suhu
Larutan. Jurnal Pembelajaran Fisika. 6 (2). 0261-3781.
Tahir, Iqmal Dkk. 2017. Hubungan Kuantitatif Antara Struktur Molekul Dan Titik Leleh Dari
Berbagai Senyawa Organik. Indonesian Journal Of Chemistry. 2(2). 2511-4331.
Yoga, Willybordus Dan Rini Hendriani. 2015. Review : Teknik Peningkatan Kelarutan Obat,
Farmaka. 14 (2). 2341-5723.
Zamroni, Achmad. 2013. Pengukuran Indeks Bias Zat Cair Melalui Metode Pembiasan
Menggunakan Plan Paralel. Jurnal Fisika. 3(3). 3456-1284.
Medan, 8 Januari 2020
ASISTEN LABORATORIUM
PRAKTIKAN
Muhaiminul Ahmad
4171131025
Kelompok 4