Volume 3 No 1 Juni 2019
Volume 3, Nomor 1, Juni 2019
Marcel Samud
Volume 3, Nomor 1, Juni 2019
DAFTAR ISI
PELATIHAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS DI SD XAVERIUS 2 PALEMBANG
1-8
MEMBANGUN BUDAYA GEMAR MEMBACA UNTUK MENJAWAB TANTANGAN LITERASI
DI ERA TEKNOLOGI
9-15
PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DI SMA BATURAJA
16-20
“HOBBY
VS
PASSION”
PELATIHAN
KEWIRAUSAHAAN
TERINTEGRASI,KOMPREHENSIF, DAN BERWAWASAN LINGKUNAN
21-28
YANG
PENDAMPINGAN BELAJAR CEMARA: SOLUSI BELAJAR BAGI ANAK DAN SOLUSI
PENDAMPINGAN BELAJAR BAGI ORANGTUA DI LORONG CEMARA RT 006 KELURAHAN
SUKAJAYA
29-36
PELATIHAN PEMAHAMAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU SNI ISO 9001:2008
37-45
MENINGKATKAN VARIASI PEMBELAJARAN TK BINA TUNAS BANGSA AGAR KEGIATAN
BELAJAR JADI LEBIH MENARIK
46-53
PKM GENIT BERBISNIS (GERAKAN HIDROPONIK UNTUK BERBISNIS) DI DESA PULEREJO
KECAMATAN PILANGKENCENG KABUPATEN MADIUN
54-58
DAMPAK DAN PEMANFAATAN LIMBAH CAIR PABRIK TAHU MENJADI PUPUK ORGANIK
CAIR
59-63
PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INDUSTRI TAHU PONG
PALEMBANG
64-70
“MINIMALIS YANG MENJANJIKAN” PEMANFAATAN LAHAN YANG BERNILAI EKONOMI
(BAGI MASYARAKAT KELURAHAN KEDUNG BARUK)
71-76
Jurnal Abdimas Musi Charitas
Volume 3, Number 1 , 2019, 1 – 8
1
PELATIHAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
DI SD XAVERIUS 2 PALEMBANG
Reginaldus Kristoforus Jawa Bendi*
Informatika, Universitas Katolik Musi Charitas
email:
[email protected]
Katarina Retno Triwidayati
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Katolik Musi Charitas
email:
[email protected]
Tresiana Sari Diah Utami
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Katolik Musi Charitas
email:
[email protected]
Maria Angelina Priyanti
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Katolik Musi Charitas
email:
[email protected]
Visinsia Mila Anggraini
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Katolik Musi Charitas
email:
[email protected]
ABSTRACT
Xaverius 2 Elementary School, Palembang as a partner of our community service, has the
problems related to Classroom Action Research (CAR). Our interviews with school principals
indicated that the teachers had not yet applied CAR. To cope with this problem, our team
facilitated a training about CAR. We started by determining partners. After that the team and
partners justified the problems and solutions, and then prepare a work plan. This activity was be
planned in two phases, the first phase is to relearn the concept of classroom action research. The
second phase is making a proposal. The results of first phase showed an increase in knowledge
and understanding of participants from 55% (pretest results) to 76.7% (posttest results). In the
second stage, 22% of participants compiled a research proposal. The results show that all
proposals cannot be categorized as classroom action research proposals. We also found that 50%
of the proposals indicated plagiarism. Evaluation of the activities shows that partners consider
this activity important. They consider that the concept of classroom action research presented is
complete and easy to understand.
Keywords: classroom action research,elementary school, teacher.
ABSTRAK
Sekolah Dasar Xaverius 2, Palembang sebagai mitra kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat
(PkM), memiliki permasalahan terkait dengan penelitian tindakan kelas. Hasil wawancara
dengan kepala sekolah mengindikasikan para guru di sekolah tersebut belum menerapkan
penelitian tindakan kelas. Untuk mengatasi masalah tersebut, ditawarkan sebuah pelatihan
*koresponden
2
Bendi, Triwidayati, Utami, Priyanti, dan Anggraini
penelitian tindakan kelas. Pelaksanaan kegiatan diawali dengan menentukan mitra kegiatan.
Setelah itu fasilitator dan mitra melakukan justifikasi permasalahan dan solusi, dan kemudian
menyusun rencana kerja. Kegiatan ini direncanakan berlangsung dalam dua tahap.Tahap
pertama adalah mempelajari kembali konsep penelitian tindakan kelas. Tahap kedua berupa
penyusunan proposal penelitian tindakan kelas. Hasil pelaksanaan kegiatan pada tahap
pertama menunjukkan terjadinya peningkatan pengetahuan peserta dari 55% (hasil prates)
menjadi 76,7% (hasil postes). Pada tahap kedua,sebanyak 22% peserta menyusun proposal
penelitian. Hasil analisa menunjukkan seluruh proposal penelitian tersebut tidak dapat
dikategorikan sebagai proposal penelitian tindakan kelas. Ditemukan juga bahwa 50% proposal
terindikasi melakukan tindakan plagiasi.Evaluasi pelaksanaan kegiatan menunjukan bahwa
mitra menganggap kegiatan ini penting untuk mereka. Mitra menggangap bahwa konsep
penelitian tindakan kelas yang dipaparkan lengkap dan mudah dipahami.
Kata Kunci: guru, penelitian tindakan kelas, sekolah dasar.
1. PENDAHULUAN
Undang-Undang
Republik
Indonesia
Nomor 14 Tahun 2005 menyatakan bahwa guru
wajib memiliki empat kompetensi, yaitu
kompetensi
pedagogik,
kepribadian,
profesional, dan sosial. Kompetensi profesional
meliputi pengembangan profesi, pemahaman
wawasan, dan penguasaan bahan kajian
akademik.
Pengembangan
kompetensi
profesional dapat dilakukan dalam bentuk
kegiatan-kegiatan seperti mengikuti informasi
perkembangan iptek yang mendukung profesi
melalui
berbagai
kegiatan
ilmiah,
mengembangkan berbagai model pembelajaran,
menulis makalah, menulis/menyusun diktat
pelajaran, menulis buku pelajaran, menulis
karya ilmiah, melakukan penelitian ilmiah
(action research), dan sebagainya (Afandi,
2014).
Dalam kompetensi pedagogik, seorang
guru dituntut kemampuannya untuk mengelola
pembelajaran peserta didik. Hal ini berarti guru
harus mampu memahami peserta didik,
merancang,
dan
melaksanakan,
serta
mengevaluasi pembelajaran (Afandi, 2014;
Susanti & Hartanto, 2015).
Kompetensi profesional dan kompetensi
pedagogik
dapat
dikembangkan
secara
bersamaan melalui pelaksanaan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK)(Afandi, 2014; Ilfrianda,
Akhmad, Budiamin, & Setiawati, 2016). PTK
dapat didefinisikan sebagai bentuk kajian atau
kegiatan ilmiah dan bermetode yang dilakukan
oleh guru/peneliti di dalam kelas dengan
mengunakan
tindakan-tindakanuntuk
meningkatkan proses dan hasil(Afandi, 2014).
Dengan demikian selain mengembangkan
kompetensi profesional melalui kegiatan
penelitian, hasil PTK juga dapat digunakan
untuk perbaikan pembelajaran. Hal ini berarti
hasil penelitian menjadi sarana bagi guru untuk
meningkatkan kompetensi pedagogiknya.
PTK menjadi suatu kegiatan penelitian
yang terintegrasi dengan pelaksanaan proses
pembelajaran di kelas. Dengan demikian
pelaksanaan PTK tidak mengganggu tugas
utama guru, karena mereka tidak perlu
meninggalkan kelasnya.
Melalui PTK guru diharapkan mampu
menghubungkan
teori
dengan
praktik
pendidikan sehari-hari. Mereka juga mampu
menanamkan rasa percaya diri dan kemandirian
dalam proses pembelajaran. Dengan demikian,
PTK yang dilaksanakan oleh guru dapat
memperbaiki
dan
meningkatkan
mutu
pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam
terhadap apa yang terjadi di kelasnya.
Beberapa penelitian terdahulu melaporkan
bahwa guru mengalami hambatan dalam
mengembangkan kompetensinya, khususnya
kompetensi profesional yang terkait dengan
penelitian ilmiah. Kartowagiran(2011) dalam
penelitiannya menemukan bahwa para guru
kendati sudah tersertifikasi, umumnya mereka
tidak melaksanakan penelitian. Hal senada juga
dikemukakan oleh Ilfrianda dkk (2016).
Jurnal Abdimas Musi Charitas
Volume 3, Number 1 , 2019, 1 – 8
3
Sukidjo (2014)menemukan bahwa guru-guru
yang berusia 36—50 tahun belum mengusulkan
kenaikan jenjang kepangkatan karena tidak
memiliki kegiatan pengembangan profesi, salah
satunya berupa PTK.
Ketidakmampuan guru dalam melakukan
PTK disebabkan berbagai alasan diantaranya
tidak ada kesempatan, tidak terbiasa, dan
kesibukan yang lain(Kartowagiran, 2011).
Suandi (2008)dalam penelitiannya menemukan
bahwa rendahnya kemampuan guru menulis
karya ilmiah karena (1) kurang pengetahuan,
pemahamam, dan keterampilan; (2) terbatasnya
bacaan ilmiah, termasuk jurnal; (3) belum
tersedia majalah atau jurnal yang menampung
tulisan
guru;
(4)
masih
terbatas
penyelenggaraan lomba menulis; (5) motivasi
guru masih rendah untuk mengikuti lomba.
Kondisi serupa juga terjadi di Sekolah
Dasar (SD) Xaverius 2, Palembang.
Berdasarkan wawancara dengan kepala SD
Xaverius 2, diketahui bahwa sebagian besar
guru sudah tersertifikasi. Namun guru-guru di
sekolah tersebut, baik yang sudah tersertifikasi
maupun yang belum tersertifikasi belum pernah
melakukan PTK. Alasan yang mengemuka
adalah
1. para guru tidak memiliki waktu untuk
melaksanakan PTK, dan
2. beberapa guru bukan lulusan bidang ilmu
pendidikan, sehingga belum mengetahui
dan memahami konsep PTK.
Berdasarkan latar belakang yang telah
dikemukakan
sebelumnya,
fasilitator
merencanakan sebuah kegiatan pelatihan PTK
bagi para guru SD Xaverius 2, sebagai bentuk
pengabdian kepada masyarakat.Kegiatan ini
bertujuan
1. memberikan pengetahuandan pemahaman
bagi para guru mengenai konsep PTK,
2. memraktikkan pemahaman PTK dalam
bentuk penyusunan proposal penelitian.
Manfaat yang diharapkan dari kegiatan
ini adalah meningkatnya motivasi para guru
untuk
mengembangkan
kompetensi
profesional dan kompetensi pedagogiknya
melalui pelaksanaan PTK.
2. METODE PELAKSANAAN
Metode pelaksanaan kegiatan ini dilakukan
dalam beberapa tahap. Berikut penjelasan setiap
tahap pelaksanaan
1. Menentukan mitra kegiatan.Guru-guru SD
Xaverius 2 di Palembang dipilih sebagai
mitra kegiatan ini. Hal ini didasarkan
permasalahan yang telah dikemukakan
mitra.
2. Melakukan justifikasi permasalahan dan
solusi. Hasil pembicaraan dengan kepala
sekolah SD Xaverius 2, terungkap salah
satu permasalahan yang hadapi adalah
terkait dengan para guru yang tidak pernah
melakukan PTK. Solusi yang ditawarkan
adalah
memberikan
pelatihan
dan
pendampingan penulisan proposal PTK.
3. Menyusun Rencana kerja. Rencana kerja
(Tabel 1) disusun berdasarkan kesepakatan
dengan mitra. Kegiatan direncanakan
berlangsung selama dua hari dengan durasi
empat jam per hari. Pada hari pertama
peserta pelatihan akan diberikan materi
mengenai konsep PTK. Pada hari kedua
peserta akan didampingi untuk menyusun
proposal PTK.
Tabel 1. Rencana Kerja
Kegiatan
Pemberian Materi
1. Pengantar
2. Alasan guru harus
meneliti
3. Karakteristik dan
model PTK
4. Langkah PTK
5. Referensi dan kode
etik penelitian
6. Analisa data dan
publikasi hasil
Workshop
Waktu
4 jam
Jadwal
2 Maret 2019
4 jam
9Maret 2019
4. Melaksanakan kegiatan pelatihan.Metode
pelaksanaan yang digunakan dalam
pelatihan ini mencakup metode inquiri,
dimana para guru diberikan prates sebelum
memulai pelatihan. Pada saat pelatihan
berlangsung digunakan metode ceramah
dan metode diskusi.Untuk memraktikan
pemahaman peserta, digunakan metode
4
Bendi, Triwidayati, Utami, Priyanti, dan Anggraini
penugasan, dimana peserta diberikan tugas
untuk menyusun proposal PTK.
5. Evaluasi pelaksanaan kegiatan. Fokus
evaluasi kegiatan adalah perubahan tingkat
pengetahuan peserta setelah mengikuti
pelatihan dan tingkat kepuasan mitra
terhadap pelaksanaan kegiatan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada saat menjelang pelaksanaan kegiatan,
rencana kerja yang disusun untuk dua hari
pelaksanaan
mengalami perubahan. Mitra
mengusulkan pelaksanaan kegiatan dipadatkan
dalam satu hari selama 6 jam. Untuk itu
dilakukan
penyesuaian
jadwal.Kegiatan
kemudian dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap
pertama adalah pemberian materi PTK yang
dijadwalkan selama 6 jam (Tabel 2). Tahap
kedua adalah penyusunan proposal PTK oleh
peserta selama lima minggu. Proposal PTK
yang telah disusun akan dikirimkan ke
fasilitator untuk ditelaah.
Tabel 2. Jadwal Pelatihan
No
1
2
3
4
Waktu
07.15—07.30
07.30—07.45
07.45—08.00
08.00—10.00
5
6
7
10.00—10.15
10.15—11.15
11.15—12.15
8
9
10
12.15—13.00
13.00—14.30
14.30—14.45
11
14.45—15.00
Kegiatan
Registrasi
Pengantar kegiatan
Profil Tim Pengabdian, Prates
Karakteristik, Model, dan Langkah
PTK
Jeda/ istirahat
Referensi dankode etik penelitian
Analisa data dan publikasi hasil
penelitian
Makan siang
Diskusi topik PTK
Postes, Angket Kepuasan
penyampaian materi
Penutup dan pembagian sertifikat
Pada saat penugasan proposal, peserta
mengajukan keberatan jika harus menyusun
proposal lengkap. Setelah didiskusikan
kembali, fasilitator dan peserta sepakat yang
dikumpulkan adalah sebagian proposal yang
mencakup latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
Kegiatan pelatihan ini diikuti oleh 36
peserta. Pelaksanaan kegiatan diawali dengan
memberikan prates kepada peserta. Prates ini
bertujuan memberikan gambaran awal kondisi
pengetahuan peserta sebelum diberikan materi
pelatihan. Terdapat dua pertanyaan yang
diberikan pada prates. Pertanyaan tersebut
berkaitan dengan konsep dasar yang sering
disalahartikan oleh peneliti PTK.Berikut adalah
daftar pertanyaan prates.
1. Apakah tujuan guru dalam melakukan
penelitian tindakan kelas hanya untuk
meningkatkan nilai kognitif siswa saja?
Jelaskan!
2. Berapa kali siklus yang harus dilakukan
dalam Penelitian Tindakan Kelas! Jelaskan!
Gambar 1. Penyampaian materi oleh
fasilitator
Setelah prates dilakukan, kegiatan
berikutnya
adalah
penyampaian
materi
pelatihan oleh nara sumber (Gambar 1 dan
Gambar 2). Terdapat empat nara sumber yang
terlibat dalam kegiatan ini yang terdiri dari dua
orang dosen dan dua orang mahasiswa. Materi
yang disampikan nara sumber seperti yang
disajikan Tabel 1. Setelah sesi penyampaian
materi, dilakukan diskusi terkait masalahmasalah yang pernah dialami oleh guru dalam
pembelajaran. Masalah tersebut diharapkan
dapat menjadi topik-topik PTK yang akan
diusulkan peserta.Mengingat kegiatan hanya
dijadwalkan selama satu hari, penyusunan
proposal dijadikan sebagai tugas yang harus
diselesaikan
peserta
setelah
kegiatan.
Disepakati bahwa proposal PTK yang disusun
oleh peserta akan diserahkan kepada fasilitator
paling lambat tanggal 6 April 2019 atau lima
minggu setelah pelaksanaan pelatihan.
Pada sesi terakhir, dilakukan postes dengan
menggunakan pertanyaan sama seperti pada
prates. Selain itu peserta juga diminta untuk
mengisi angket kepuasan.
Jurnal Abdimas Musi Charitas
Volume 3, Number 1 , 2019, 1 – 8
5
pengetahuan sebesar 21,7%, setelah peserta
mendapatkan materi pelatihan.
Tingkat pengetahuan
76,7%
55,0%
Gambar 2. Peserta menyimak materi
pelatihan
Hasil prates dan postes kemudian diolah
untuk
mengetahui
adanya
perubahan
pengetahuan peserta mengenai PTK. Setiap
jawaban yang salah diberi skor 0, dan jawaban
yang benar diberi skor 1. Dari 36 peserta yang
mengikuti kegiatan pelatihan, hanya 30 peserta
yang menyelesaikan prates dan postes, sehingga
data yang dinyatakan valid untuk diolah
sebanyak 30 data.
Prates
90,0%
Postes
90,0%
63,3%
20,0%
Apakah tujuan guru dalam berapa kali siklus yang harus
melakukan penelitian
dilakukan dalam penelitian
tindakan kelas hanya untuk tindakan kelas? Jelaskan
meningkatkan nilai kognitif
siswa saja? Jelaskan
Gambar 3. Hasil prates dan postes
Berdasarkan hasil prates terlihat sebanyak
90% peserta mampu menjawab pertanyaan 1
dengan benar. Namun untuk pertanyaan 2,
hanya 20% peserta yang mampu menjawabnya
secara tepat (Gambar 3).
Hasil postes tidak menunjukkan adanya
perubahan pengetahuan untuk pertanyaan 1.
Namun untuk pertanyaan 2 terlihat adanya
peningkatan menjadi 63,3%. Dengan demikian
rerata tingkat pengetahuan peserta mengenai
PTK meningkat dari 55% pada saat prates
menjadi 76,7% setelah dilakukan postes
(Gambar 4). Hal ini berarti ada peningkatan
Prates
Postes
Gambar 4. Tingkat pengetahuan peserta
sebelum dan setelah pelatihan
Temuan ini sejalan dengan yang
dilaporkan
oleh
Wijayanti
(2018)dan
Nilakukusmawati dkk(2016)yang melaporkan
adanya peningkatan pengetahuan pasca
pelatihan. Wjayanti menemukan bahwa setelah
diberikan pelatihan menulis ilmiah, terjadi
peningkatan pengetahuan sebesar 5,6%.
Sedangkan Nilakusumawati dkk melaporkan
adanya
peningkatan
pengetahuan
guru
mengenai PTK sebesar 6,06%. Temuan ini
menunjukkan bahwa pelatihan PTK yang
diberikanbagi para guru cukup efektif
meningkatkan pengetahuan mereka.
Namun, hasil postes kurang sejalan dengan
hasil analisis yang dilakukan terhadap proposal
yang dikirimkan peserta. Dari 36 peserta yang
mengikuti pelatihan, hanya delapan atau 22%
peserta yang mengirimkan proposal kepada
fasilitator. Secara umum, seluruh proposal
tersebut memenuhi struktur proposal yang
disepakati yakni latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, dan manfaat
penelitian.
Sebanyak 50% proposal yang diterima
terindikasi melakukan tindakan palgiasi dengan
cara melakukan copy and paste dari sumber lain
dan tidak menyertakan rujukan yang memadai.
Hasil analisa menunjukkan seluruh proposal
tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai
proposal PTK. Hal ini mengindikasikan peserta
belum memahami konsep PTK.
Untuk
mengetahui
keberhasilan
pelaksanaan kegiatan, peserta telah diminta
mengisi angket kepuasan. Jawaban angket
6
Bendi, Triwidayati, Utami, Priyanti, dan Anggraini
kepuasan dibuat dalam bentuk lima skala
Likert. Angka 1 mewakili nilai yang paling
tidak penting bagi peserta, dan angka 5
mewakili nilai yang dianggap paling penting.
Pertanyaan yang diajukan dalam angket
tersebut adalah
1. saya sudah pernah mendapatkan materi
yang disampaikan,
2. saya pernah melaksanakan PTK,
3. materi yang diberikan penting bagi saya,
4. lingkup materi yang diberikan lengkap,
5. saya dapat memahami materi yang
disampaikan nara sumber,
6. setelah mengikuti kegiatan ini, saya berniat
melaksanakan PTK, dan
7. jika kegiatan serupa diadakan kembali, saya
berniat untuk mengikuti.
Dari 36 peserta, sebanyak 29 angket yang
dinyatakan valid. Selanjutnya data angket
diolah untuk mengetahui tingkat kepuasan
peserta.
(Gambar 5) dan 57,1% peserta pernah
melaksanakan PTK (Gambar 6). Kendati
demikian, 93,1% peserta menyatakan materi
pelatihan yang diberikan penting (Gambar 7)
bagi mereka dan sebanyak 92,6% menyatakan
bahwa materi pelatihan cukup lengkap (Gambar
8).
Materi yang diberikan penting
bagi saya
93,1%
3,4%
3,4%
tidak/kurang
penting
tidak tahu/ragu
Gambar 7. Pentingnya materi pelatihan
Lingkup materi yang diberikan
lengkap
92,6%
Saya sudah pernah mendapatkan
materi yang sampaikan
58,6%
24,1%
belum pernah
17,2%
tidak tahu/ragu
pernah
Gambar 5. Perserta yang pernah
mendapatkan materi serupa
penting/sangat
penting
0,0%
7,4%
tidak lengkap
tidak tahu/ragu
lengkap
Gambar 8. Lengkapnya materi pelatihan
Metode pelatihan yang diterapkan oleh
fasilitator dapat dikatakan baik. Hal ini terlihat
dari pendapat peserta pelatihan sebesar 86,2%
menyatakan dapat memahami materi yang
disampaikan narasumber (Gambar 9).
Saya pernah melaksanakan PTK
57,1%
35,7%
Saya dapat memahami materi
yang disampaikan nara sumber
86,2%
7,1%
0,0%
tidak pernah
tidak tahu/ragu
13,8%
pernah
tidak paham
Gambar 6. Peserta yang pernah
melaksanakan PTK
Sebanyak
58,6%
peserta
pernah
mendapatkan materi pelatihan yang serupa
tidak tahu/ragu
paham
Gambar 9. Memahami materi yang
disampaikan
Jurnal Abdimas Musi Charitas
Volume 3, Number 1 , 2019, 1 – 8
7
Walaupun demikian, hanya sebesar 48,3%
peserta yang menyatakan niatnya untuk
melaksanakan PTK setelah mengikuti pelatihan
(Gambar 10).Pernyataan ini diperkirakan
menjadi salah satu penyebab mengapa peserta
tidak mengumpulkan proposal PTK yang telah
ditugaskan. Penyebab lainnya adalah beban
kerja peserta yang tinggi, seperti yang
disampaikan pada saat diskusi.
Sebanyak 62,1% peserta menyatakan akan
mengikuti jika kegiatan serupa diadakan
kembali (Gambar 11). Hal ini menandakan
bahwa masih terdapat peluang untuk
menindaklanjuti hasil kegiatan ini di masa
mendatang.
Setelah mengikuti kegiatan
ini, saya berniat melaksanakan
PTK
17,2%
tidak berniat
34,5%
48,3%
ragu-ragu
berniat
Gambar 10. Niat melaksanakan PTK
Jika kegiatan serupa diadakan
kembali, saya berniat untuk
mengikuti
62,1%
13,8%
tidak berniat
24,1%
ragu-ragu
berniat
Gambar 11. Niat mengikuti kembali
kegiatan serupa
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil kegiatan Pengabdian
kepada Masyarakat dapat disimpulkan bahwa
1. Pengetahuan peserta meningkat setelah
diberikan pelatihan PTK.
2. Peserta belum memahami konsep PTK. Hal
ini tercermin dari proposal yang dikirim
kepada fasilitator.
3. Metode pelatihan yang diterapkan sudah
baik.
4. Walaupun telah terjadi peningkatan
pengetahuan dan baiknya metode pelatihan,
niat peserta untuk melaksanakan PTK
masih rendah.
Dalam kegiatan lanjutan perlu diperhatikan
beberapa hal berikut:
1. Bagaimana metode yang tepat untuk
memberikan pemahaman konsep PTK
kepada peserta, dan
2. bagaimana meningkatkan minat peserta
untuk melaksanakan PTK.
5. UCAPAN TERIMA KASIH
Kegiatan ini merupakan bagian dari peta
jalan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat
Tim Laskar Literasi Iwak Tempalo (LITe
Team). Terima kasih kepada Pimpinan SD
Xaverius 2 yang telah bersedia bekerjasama
dalam kegiatan ini. Ucapan terima kasih kami
sampikan juga kepada Universitas katolik Musi
Charitas sebagai penyandang dana kegiatan ini.
6. REFERENSI
Afandi, M. (2014, Januari). Pentingnya
Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru
dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jurnal Pendidikan Dasar, 1(1), 1-19.
Ilfrianda, S., Akhmad, S., Budiamin, A., &
Setiawati.
(2016).
Pelatihan
dan
Pendampingan Penulisan Karya Ilmiah
Bagi Guru SD. Jurnal Pengabdian pada
Masyarakat, 1(1), 70-81.
Kartowagiran, B. (2011). Kinerja Guru
Profesional (Guru Pasca Sertifikasi).
Jurnal Cakrawala Pendidikan, 30(3),
463-473.
Nilakukusumawati, D. P., Sari, K., &
Puspawati, N. M. (2016, Januari). Upaya
8
Peningkatan Penguasaan Guru SD Dalam
Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan
Karya Tulis Ilmiah Melalui Pelatihan.
Jurnal Udayana Mengabdi, 15(1), 55-63.
Sikodjo. (2014). Kompetensi Penelitian
Tindakan Kelas Guru SMP DIY. Jurnal
Cakrawala Pendidikan, 33(3), 368-378.
Suandi, I. (2008, Mei). Gerakan Menulis Karya
Ilmiah (Sebuah Upaya Peningkatan
Profesionalisme
Guru).
Jurnal
Pendidikan dan Pengajaran, 41(1), 510521.
Susanti, E., & Hartanto, D. (2015, Januari).
Peningkatan Kompetensi Guru Melalui
Penerapan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dalam Pendidikan Islam. Jurnal
Potensia, 14(1), 151-174.
Wijayanti, S. H. (2018). Meningkatkan
Pengetahuan Guru Sekolah Dasar Dalam
Menulis Ilmiah. Jurnal Abdimas Musi
Charitas, 2(2), 6-12.
Bendi, Triwidayati, Utami, Priyanti, dan Anggraini