Academia.eduAcademia.edu

PELATIHAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS DI SD XAVERIUS 2 PALEMBANG

2019, Jurnal Abdimas Musi Charitas

Xaverius 2 Elementary School, Palembang as a partner of our community service, has the problems related to Classroom Action Research (CAR). Our interviews with school principals indicated that the teachers had not yet applied CAR. To cope with this problem, our team facilitated a training about CAR. We started by determining partners. After that the team and partners justified the problems and solutions, and then prepare a work plan. This activity was be planned in two phases, the first phase is to relearn the concept of classroom action research. The second phase is making a proposal. The results of first phase showed an increase in knowledge and understanding of participants from 55% (pretest results) to 76.7% (posttest results). In the second stage, 22% of participants compiled a research proposal. The results show that all proposals cannot be categorized as classroom action research proposals. We also found that 50% of the proposals indicated plagiarism. Evaluation of the activities shows that partners consider this activity important. They consider that the concept of classroom action research presented is complete and easy to understand.

Volume 3 No 1 Juni 2019 Volume 3, Nomor 1, Juni 2019 Marcel Samud Volume 3, Nomor 1, Juni 2019 DAFTAR ISI PELATIHAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS DI SD XAVERIUS 2 PALEMBANG 1-8 MEMBANGUN BUDAYA GEMAR MEMBACA UNTUK MENJAWAB TANTANGAN LITERASI DI ERA TEKNOLOGI 9-15 PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DI SMA BATURAJA 16-20 “HOBBY VS PASSION” PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN TERINTEGRASI,KOMPREHENSIF, DAN BERWAWASAN LINGKUNAN 21-28 YANG PENDAMPINGAN BELAJAR CEMARA: SOLUSI BELAJAR BAGI ANAK DAN SOLUSI PENDAMPINGAN BELAJAR BAGI ORANGTUA DI LORONG CEMARA RT 006 KELURAHAN SUKAJAYA 29-36 PELATIHAN PEMAHAMAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU SNI ISO 9001:2008 37-45 MENINGKATKAN VARIASI PEMBELAJARAN TK BINA TUNAS BANGSA AGAR KEGIATAN BELAJAR JADI LEBIH MENARIK 46-53 PKM GENIT BERBISNIS (GERAKAN HIDROPONIK UNTUK BERBISNIS) DI DESA PULEREJO KECAMATAN PILANGKENCENG KABUPATEN MADIUN 54-58 DAMPAK DAN PEMANFAATAN LIMBAH CAIR PABRIK TAHU MENJADI PUPUK ORGANIK CAIR 59-63 PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INDUSTRI TAHU PONG PALEMBANG 64-70 “MINIMALIS YANG MENJANJIKAN” PEMANFAATAN LAHAN YANG BERNILAI EKONOMI (BAGI MASYARAKAT KELURAHAN KEDUNG BARUK) 71-76 Jurnal Abdimas Musi Charitas Volume 3, Number 1 , 2019, 1 – 8 1 PELATIHAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS DI SD XAVERIUS 2 PALEMBANG Reginaldus Kristoforus Jawa Bendi* Informatika, Universitas Katolik Musi Charitas email: [email protected] Katarina Retno Triwidayati Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Katolik Musi Charitas email: [email protected] Tresiana Sari Diah Utami Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Katolik Musi Charitas email: [email protected] Maria Angelina Priyanti Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Katolik Musi Charitas email: [email protected] Visinsia Mila Anggraini Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Katolik Musi Charitas email: [email protected] ABSTRACT Xaverius 2 Elementary School, Palembang as a partner of our community service, has the problems related to Classroom Action Research (CAR). Our interviews with school principals indicated that the teachers had not yet applied CAR. To cope with this problem, our team facilitated a training about CAR. We started by determining partners. After that the team and partners justified the problems and solutions, and then prepare a work plan. This activity was be planned in two phases, the first phase is to relearn the concept of classroom action research. The second phase is making a proposal. The results of first phase showed an increase in knowledge and understanding of participants from 55% (pretest results) to 76.7% (posttest results). In the second stage, 22% of participants compiled a research proposal. The results show that all proposals cannot be categorized as classroom action research proposals. We also found that 50% of the proposals indicated plagiarism. Evaluation of the activities shows that partners consider this activity important. They consider that the concept of classroom action research presented is complete and easy to understand. Keywords: classroom action research,elementary school, teacher. ABSTRAK Sekolah Dasar Xaverius 2, Palembang sebagai mitra kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM), memiliki permasalahan terkait dengan penelitian tindakan kelas. Hasil wawancara dengan kepala sekolah mengindikasikan para guru di sekolah tersebut belum menerapkan penelitian tindakan kelas. Untuk mengatasi masalah tersebut, ditawarkan sebuah pelatihan *koresponden 2 Bendi, Triwidayati, Utami, Priyanti, dan Anggraini penelitian tindakan kelas. Pelaksanaan kegiatan diawali dengan menentukan mitra kegiatan. Setelah itu fasilitator dan mitra melakukan justifikasi permasalahan dan solusi, dan kemudian menyusun rencana kerja. Kegiatan ini direncanakan berlangsung dalam dua tahap.Tahap pertama adalah mempelajari kembali konsep penelitian tindakan kelas. Tahap kedua berupa penyusunan proposal penelitian tindakan kelas. Hasil pelaksanaan kegiatan pada tahap pertama menunjukkan terjadinya peningkatan pengetahuan peserta dari 55% (hasil prates) menjadi 76,7% (hasil postes). Pada tahap kedua,sebanyak 22% peserta menyusun proposal penelitian. Hasil analisa menunjukkan seluruh proposal penelitian tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai proposal penelitian tindakan kelas. Ditemukan juga bahwa 50% proposal terindikasi melakukan tindakan plagiasi.Evaluasi pelaksanaan kegiatan menunjukan bahwa mitra menganggap kegiatan ini penting untuk mereka. Mitra menggangap bahwa konsep penelitian tindakan kelas yang dipaparkan lengkap dan mudah dipahami. Kata Kunci: guru, penelitian tindakan kelas, sekolah dasar. 1. PENDAHULUAN Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 menyatakan bahwa guru wajib memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Kompetensi profesional meliputi pengembangan profesi, pemahaman wawasan, dan penguasaan bahan kajian akademik. Pengembangan kompetensi profesional dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan-kegiatan seperti mengikuti informasi perkembangan iptek yang mendukung profesi melalui berbagai kegiatan ilmiah, mengembangkan berbagai model pembelajaran, menulis makalah, menulis/menyusun diktat pelajaran, menulis buku pelajaran, menulis karya ilmiah, melakukan penelitian ilmiah (action research), dan sebagainya (Afandi, 2014). Dalam kompetensi pedagogik, seorang guru dituntut kemampuannya untuk mengelola pembelajaran peserta didik. Hal ini berarti guru harus mampu memahami peserta didik, merancang, dan melaksanakan, serta mengevaluasi pembelajaran (Afandi, 2014; Susanti & Hartanto, 2015). Kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik dapat dikembangkan secara bersamaan melalui pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)(Afandi, 2014; Ilfrianda, Akhmad, Budiamin, & Setiawati, 2016). PTK dapat didefinisikan sebagai bentuk kajian atau kegiatan ilmiah dan bermetode yang dilakukan oleh guru/peneliti di dalam kelas dengan mengunakan tindakan-tindakanuntuk meningkatkan proses dan hasil(Afandi, 2014). Dengan demikian selain mengembangkan kompetensi profesional melalui kegiatan penelitian, hasil PTK juga dapat digunakan untuk perbaikan pembelajaran. Hal ini berarti hasil penelitian menjadi sarana bagi guru untuk meningkatkan kompetensi pedagogiknya. PTK menjadi suatu kegiatan penelitian yang terintegrasi dengan pelaksanaan proses pembelajaran di kelas. Dengan demikian pelaksanaan PTK tidak mengganggu tugas utama guru, karena mereka tidak perlu meninggalkan kelasnya. Melalui PTK guru diharapkan mampu menghubungkan teori dengan praktik pendidikan sehari-hari. Mereka juga mampu menanamkan rasa percaya diri dan kemandirian dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, PTK yang dilaksanakan oleh guru dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya. Beberapa penelitian terdahulu melaporkan bahwa guru mengalami hambatan dalam mengembangkan kompetensinya, khususnya kompetensi profesional yang terkait dengan penelitian ilmiah. Kartowagiran(2011) dalam penelitiannya menemukan bahwa para guru kendati sudah tersertifikasi, umumnya mereka tidak melaksanakan penelitian. Hal senada juga dikemukakan oleh Ilfrianda dkk (2016). Jurnal Abdimas Musi Charitas Volume 3, Number 1 , 2019, 1 – 8 3 Sukidjo (2014)menemukan bahwa guru-guru yang berusia 36—50 tahun belum mengusulkan kenaikan jenjang kepangkatan karena tidak memiliki kegiatan pengembangan profesi, salah satunya berupa PTK. Ketidakmampuan guru dalam melakukan PTK disebabkan berbagai alasan diantaranya tidak ada kesempatan, tidak terbiasa, dan kesibukan yang lain(Kartowagiran, 2011). Suandi (2008)dalam penelitiannya menemukan bahwa rendahnya kemampuan guru menulis karya ilmiah karena (1) kurang pengetahuan, pemahamam, dan keterampilan; (2) terbatasnya bacaan ilmiah, termasuk jurnal; (3) belum tersedia majalah atau jurnal yang menampung tulisan guru; (4) masih terbatas penyelenggaraan lomba menulis; (5) motivasi guru masih rendah untuk mengikuti lomba. Kondisi serupa juga terjadi di Sekolah Dasar (SD) Xaverius 2, Palembang. Berdasarkan wawancara dengan kepala SD Xaverius 2, diketahui bahwa sebagian besar guru sudah tersertifikasi. Namun guru-guru di sekolah tersebut, baik yang sudah tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi belum pernah melakukan PTK. Alasan yang mengemuka adalah 1. para guru tidak memiliki waktu untuk melaksanakan PTK, dan 2. beberapa guru bukan lulusan bidang ilmu pendidikan, sehingga belum mengetahui dan memahami konsep PTK. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, fasilitator merencanakan sebuah kegiatan pelatihan PTK bagi para guru SD Xaverius 2, sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat.Kegiatan ini bertujuan 1. memberikan pengetahuandan pemahaman bagi para guru mengenai konsep PTK, 2. memraktikkan pemahaman PTK dalam bentuk penyusunan proposal penelitian. Manfaat yang diharapkan dari kegiatan ini adalah meningkatnya motivasi para guru untuk mengembangkan kompetensi profesional dan kompetensi pedagogiknya melalui pelaksanaan PTK. 2. METODE PELAKSANAAN Metode pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dalam beberapa tahap. Berikut penjelasan setiap tahap pelaksanaan 1. Menentukan mitra kegiatan.Guru-guru SD Xaverius 2 di Palembang dipilih sebagai mitra kegiatan ini. Hal ini didasarkan permasalahan yang telah dikemukakan mitra. 2. Melakukan justifikasi permasalahan dan solusi. Hasil pembicaraan dengan kepala sekolah SD Xaverius 2, terungkap salah satu permasalahan yang hadapi adalah terkait dengan para guru yang tidak pernah melakukan PTK. Solusi yang ditawarkan adalah memberikan pelatihan dan pendampingan penulisan proposal PTK. 3. Menyusun Rencana kerja. Rencana kerja (Tabel 1) disusun berdasarkan kesepakatan dengan mitra. Kegiatan direncanakan berlangsung selama dua hari dengan durasi empat jam per hari. Pada hari pertama peserta pelatihan akan diberikan materi mengenai konsep PTK. Pada hari kedua peserta akan didampingi untuk menyusun proposal PTK. Tabel 1. Rencana Kerja Kegiatan Pemberian Materi 1. Pengantar 2. Alasan guru harus meneliti 3. Karakteristik dan model PTK 4. Langkah PTK 5. Referensi dan kode etik penelitian 6. Analisa data dan publikasi hasil Workshop Waktu 4 jam Jadwal 2 Maret 2019 4 jam 9Maret 2019 4. Melaksanakan kegiatan pelatihan.Metode pelaksanaan yang digunakan dalam pelatihan ini mencakup metode inquiri, dimana para guru diberikan prates sebelum memulai pelatihan. Pada saat pelatihan berlangsung digunakan metode ceramah dan metode diskusi.Untuk memraktikan pemahaman peserta, digunakan metode 4 Bendi, Triwidayati, Utami, Priyanti, dan Anggraini penugasan, dimana peserta diberikan tugas untuk menyusun proposal PTK. 5. Evaluasi pelaksanaan kegiatan. Fokus evaluasi kegiatan adalah perubahan tingkat pengetahuan peserta setelah mengikuti pelatihan dan tingkat kepuasan mitra terhadap pelaksanaan kegiatan. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada saat menjelang pelaksanaan kegiatan, rencana kerja yang disusun untuk dua hari pelaksanaan mengalami perubahan. Mitra mengusulkan pelaksanaan kegiatan dipadatkan dalam satu hari selama 6 jam. Untuk itu dilakukan penyesuaian jadwal.Kegiatan kemudian dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah pemberian materi PTK yang dijadwalkan selama 6 jam (Tabel 2). Tahap kedua adalah penyusunan proposal PTK oleh peserta selama lima minggu. Proposal PTK yang telah disusun akan dikirimkan ke fasilitator untuk ditelaah. Tabel 2. Jadwal Pelatihan No 1 2 3 4 Waktu 07.15—07.30 07.30—07.45 07.45—08.00 08.00—10.00 5 6 7 10.00—10.15 10.15—11.15 11.15—12.15 8 9 10 12.15—13.00 13.00—14.30 14.30—14.45 11 14.45—15.00 Kegiatan Registrasi Pengantar kegiatan Profil Tim Pengabdian, Prates Karakteristik, Model, dan Langkah PTK Jeda/ istirahat Referensi dankode etik penelitian Analisa data dan publikasi hasil penelitian Makan siang Diskusi topik PTK Postes, Angket Kepuasan penyampaian materi Penutup dan pembagian sertifikat Pada saat penugasan proposal, peserta mengajukan keberatan jika harus menyusun proposal lengkap. Setelah didiskusikan kembali, fasilitator dan peserta sepakat yang dikumpulkan adalah sebagian proposal yang mencakup latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Kegiatan pelatihan ini diikuti oleh 36 peserta. Pelaksanaan kegiatan diawali dengan memberikan prates kepada peserta. Prates ini bertujuan memberikan gambaran awal kondisi pengetahuan peserta sebelum diberikan materi pelatihan. Terdapat dua pertanyaan yang diberikan pada prates. Pertanyaan tersebut berkaitan dengan konsep dasar yang sering disalahartikan oleh peneliti PTK.Berikut adalah daftar pertanyaan prates. 1. Apakah tujuan guru dalam melakukan penelitian tindakan kelas hanya untuk meningkatkan nilai kognitif siswa saja? Jelaskan! 2. Berapa kali siklus yang harus dilakukan dalam Penelitian Tindakan Kelas! Jelaskan! Gambar 1. Penyampaian materi oleh fasilitator Setelah prates dilakukan, kegiatan berikutnya adalah penyampaian materi pelatihan oleh nara sumber (Gambar 1 dan Gambar 2). Terdapat empat nara sumber yang terlibat dalam kegiatan ini yang terdiri dari dua orang dosen dan dua orang mahasiswa. Materi yang disampikan nara sumber seperti yang disajikan Tabel 1. Setelah sesi penyampaian materi, dilakukan diskusi terkait masalahmasalah yang pernah dialami oleh guru dalam pembelajaran. Masalah tersebut diharapkan dapat menjadi topik-topik PTK yang akan diusulkan peserta.Mengingat kegiatan hanya dijadwalkan selama satu hari, penyusunan proposal dijadikan sebagai tugas yang harus diselesaikan peserta setelah kegiatan. Disepakati bahwa proposal PTK yang disusun oleh peserta akan diserahkan kepada fasilitator paling lambat tanggal 6 April 2019 atau lima minggu setelah pelaksanaan pelatihan. Pada sesi terakhir, dilakukan postes dengan menggunakan pertanyaan sama seperti pada prates. Selain itu peserta juga diminta untuk mengisi angket kepuasan. Jurnal Abdimas Musi Charitas Volume 3, Number 1 , 2019, 1 – 8 5 pengetahuan sebesar 21,7%, setelah peserta mendapatkan materi pelatihan. Tingkat pengetahuan 76,7% 55,0% Gambar 2. Peserta menyimak materi pelatihan Hasil prates dan postes kemudian diolah untuk mengetahui adanya perubahan pengetahuan peserta mengenai PTK. Setiap jawaban yang salah diberi skor 0, dan jawaban yang benar diberi skor 1. Dari 36 peserta yang mengikuti kegiatan pelatihan, hanya 30 peserta yang menyelesaikan prates dan postes, sehingga data yang dinyatakan valid untuk diolah sebanyak 30 data. Prates 90,0% Postes 90,0% 63,3% 20,0% Apakah tujuan guru dalam berapa kali siklus yang harus melakukan penelitian dilakukan dalam penelitian tindakan kelas hanya untuk tindakan kelas? Jelaskan meningkatkan nilai kognitif siswa saja? Jelaskan Gambar 3. Hasil prates dan postes Berdasarkan hasil prates terlihat sebanyak 90% peserta mampu menjawab pertanyaan 1 dengan benar. Namun untuk pertanyaan 2, hanya 20% peserta yang mampu menjawabnya secara tepat (Gambar 3). Hasil postes tidak menunjukkan adanya perubahan pengetahuan untuk pertanyaan 1. Namun untuk pertanyaan 2 terlihat adanya peningkatan menjadi 63,3%. Dengan demikian rerata tingkat pengetahuan peserta mengenai PTK meningkat dari 55% pada saat prates menjadi 76,7% setelah dilakukan postes (Gambar 4). Hal ini berarti ada peningkatan Prates Postes Gambar 4. Tingkat pengetahuan peserta sebelum dan setelah pelatihan Temuan ini sejalan dengan yang dilaporkan oleh Wijayanti (2018)dan Nilakukusmawati dkk(2016)yang melaporkan adanya peningkatan pengetahuan pasca pelatihan. Wjayanti menemukan bahwa setelah diberikan pelatihan menulis ilmiah, terjadi peningkatan pengetahuan sebesar 5,6%. Sedangkan Nilakusumawati dkk melaporkan adanya peningkatan pengetahuan guru mengenai PTK sebesar 6,06%. Temuan ini menunjukkan bahwa pelatihan PTK yang diberikanbagi para guru cukup efektif meningkatkan pengetahuan mereka. Namun, hasil postes kurang sejalan dengan hasil analisis yang dilakukan terhadap proposal yang dikirimkan peserta. Dari 36 peserta yang mengikuti pelatihan, hanya delapan atau 22% peserta yang mengirimkan proposal kepada fasilitator. Secara umum, seluruh proposal tersebut memenuhi struktur proposal yang disepakati yakni latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Sebanyak 50% proposal yang diterima terindikasi melakukan tindakan palgiasi dengan cara melakukan copy and paste dari sumber lain dan tidak menyertakan rujukan yang memadai. Hasil analisa menunjukkan seluruh proposal tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai proposal PTK. Hal ini mengindikasikan peserta belum memahami konsep PTK. Untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan kegiatan, peserta telah diminta mengisi angket kepuasan. Jawaban angket 6 Bendi, Triwidayati, Utami, Priyanti, dan Anggraini kepuasan dibuat dalam bentuk lima skala Likert. Angka 1 mewakili nilai yang paling tidak penting bagi peserta, dan angka 5 mewakili nilai yang dianggap paling penting. Pertanyaan yang diajukan dalam angket tersebut adalah 1. saya sudah pernah mendapatkan materi yang disampaikan, 2. saya pernah melaksanakan PTK, 3. materi yang diberikan penting bagi saya, 4. lingkup materi yang diberikan lengkap, 5. saya dapat memahami materi yang disampaikan nara sumber, 6. setelah mengikuti kegiatan ini, saya berniat melaksanakan PTK, dan 7. jika kegiatan serupa diadakan kembali, saya berniat untuk mengikuti. Dari 36 peserta, sebanyak 29 angket yang dinyatakan valid. Selanjutnya data angket diolah untuk mengetahui tingkat kepuasan peserta. (Gambar 5) dan 57,1% peserta pernah melaksanakan PTK (Gambar 6). Kendati demikian, 93,1% peserta menyatakan materi pelatihan yang diberikan penting (Gambar 7) bagi mereka dan sebanyak 92,6% menyatakan bahwa materi pelatihan cukup lengkap (Gambar 8). Materi yang diberikan penting bagi saya 93,1% 3,4% 3,4% tidak/kurang penting tidak tahu/ragu Gambar 7. Pentingnya materi pelatihan Lingkup materi yang diberikan lengkap 92,6% Saya sudah pernah mendapatkan materi yang sampaikan 58,6% 24,1% belum pernah 17,2% tidak tahu/ragu pernah Gambar 5. Perserta yang pernah mendapatkan materi serupa penting/sangat penting 0,0% 7,4% tidak lengkap tidak tahu/ragu lengkap Gambar 8. Lengkapnya materi pelatihan Metode pelatihan yang diterapkan oleh fasilitator dapat dikatakan baik. Hal ini terlihat dari pendapat peserta pelatihan sebesar 86,2% menyatakan dapat memahami materi yang disampaikan narasumber (Gambar 9). Saya pernah melaksanakan PTK 57,1% 35,7% Saya dapat memahami materi yang disampaikan nara sumber 86,2% 7,1% 0,0% tidak pernah tidak tahu/ragu 13,8% pernah tidak paham Gambar 6. Peserta yang pernah melaksanakan PTK Sebanyak 58,6% peserta pernah mendapatkan materi pelatihan yang serupa tidak tahu/ragu paham Gambar 9. Memahami materi yang disampaikan Jurnal Abdimas Musi Charitas Volume 3, Number 1 , 2019, 1 – 8 7 Walaupun demikian, hanya sebesar 48,3% peserta yang menyatakan niatnya untuk melaksanakan PTK setelah mengikuti pelatihan (Gambar 10).Pernyataan ini diperkirakan menjadi salah satu penyebab mengapa peserta tidak mengumpulkan proposal PTK yang telah ditugaskan. Penyebab lainnya adalah beban kerja peserta yang tinggi, seperti yang disampaikan pada saat diskusi. Sebanyak 62,1% peserta menyatakan akan mengikuti jika kegiatan serupa diadakan kembali (Gambar 11). Hal ini menandakan bahwa masih terdapat peluang untuk menindaklanjuti hasil kegiatan ini di masa mendatang. Setelah mengikuti kegiatan ini, saya berniat melaksanakan PTK 17,2% tidak berniat 34,5% 48,3% ragu-ragu berniat Gambar 10. Niat melaksanakan PTK Jika kegiatan serupa diadakan kembali, saya berniat untuk mengikuti 62,1% 13,8% tidak berniat 24,1% ragu-ragu berniat Gambar 11. Niat mengikuti kembali kegiatan serupa 4. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat dapat disimpulkan bahwa 1. Pengetahuan peserta meningkat setelah diberikan pelatihan PTK. 2. Peserta belum memahami konsep PTK. Hal ini tercermin dari proposal yang dikirim kepada fasilitator. 3. Metode pelatihan yang diterapkan sudah baik. 4. Walaupun telah terjadi peningkatan pengetahuan dan baiknya metode pelatihan, niat peserta untuk melaksanakan PTK masih rendah. Dalam kegiatan lanjutan perlu diperhatikan beberapa hal berikut: 1. Bagaimana metode yang tepat untuk memberikan pemahaman konsep PTK kepada peserta, dan 2. bagaimana meningkatkan minat peserta untuk melaksanakan PTK. 5. UCAPAN TERIMA KASIH Kegiatan ini merupakan bagian dari peta jalan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat Tim Laskar Literasi Iwak Tempalo (LITe Team). Terima kasih kepada Pimpinan SD Xaverius 2 yang telah bersedia bekerjasama dalam kegiatan ini. Ucapan terima kasih kami sampikan juga kepada Universitas katolik Musi Charitas sebagai penyandang dana kegiatan ini. 6. REFERENSI Afandi, M. (2014, Januari). Pentingnya Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar, 1(1), 1-19. Ilfrianda, S., Akhmad, S., Budiamin, A., & Setiawati. (2016). Pelatihan dan Pendampingan Penulisan Karya Ilmiah Bagi Guru SD. Jurnal Pengabdian pada Masyarakat, 1(1), 70-81. Kartowagiran, B. (2011). Kinerja Guru Profesional (Guru Pasca Sertifikasi). Jurnal Cakrawala Pendidikan, 30(3), 463-473. Nilakukusumawati, D. P., Sari, K., & Puspawati, N. M. (2016, Januari). Upaya 8 Peningkatan Penguasaan Guru SD Dalam Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Tulis Ilmiah Melalui Pelatihan. Jurnal Udayana Mengabdi, 15(1), 55-63. Sikodjo. (2014). Kompetensi Penelitian Tindakan Kelas Guru SMP DIY. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 33(3), 368-378. Suandi, I. (2008, Mei). Gerakan Menulis Karya Ilmiah (Sebuah Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru). Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, 41(1), 510521. Susanti, E., & Hartanto, D. (2015, Januari). Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Penerapan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam Pendidikan Islam. Jurnal Potensia, 14(1), 151-174. Wijayanti, S. H. (2018). Meningkatkan Pengetahuan Guru Sekolah Dasar Dalam Menulis Ilmiah. Jurnal Abdimas Musi Charitas, 2(2), 6-12. Bendi, Triwidayati, Utami, Priyanti, dan Anggraini