RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
PENGARUH IKLIM TERHADAP
BENTUK DAN BAHAN ARSITEKTUR BANGUNAN
Disusun Oleh :
M. Imran Daud Kalamang
Wakil Ketua STITEK Bina Taruna Gorontalo
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
INDONESIA
[email protected]
ABSTRAK
Iklim merupakan faktor alam yang sangat penting bagi eksistensi arsitektur bangunan
di seluruh permukaan bumi ini. Karena iklim memiliki banyak unsur di dalamnya yang
sangat berpengaruh bagi kehidupan, keberlangsungan hidup manusia sehari-hari serta
bermanfaat bagi penerapannya terhadap arsitektur. Bangunan yang direncanakan harus
memanfaatkan matahari dan iklim sebagai sumber energi primer dan dirancang untuk
mengakomodasi perubahan perubahan sebagai konsekwensi siklus iklim secara harian,
musiman maupun tahunan dan mengalami versi cuaca yang berbeda sesuai dengan
keberadaannya pada suatu garis lintang geografis tertentu di permukaan bumi ini. Perbedaan
iklim yang ada di belahan bumi ini ikut mempengaruhi perbedaan karakter / ciri khas dari
arsitektur bangunan masing-masing wilayah yang dibagi atas empat (4) wilayah iklim.
Sehingga mengakibatkan manusia merancang bangunannya sebagai tempat hunian, aktivitas
/ kerja dan lain-lain harus seiring bahkan memanfaatkan kondisi alam dan iklim agar
memperoleh kenyamanan yang thermal.
Iklim memiliki pengaruh yang cukup besar bagi bentuk arsitektur suatu bangunan.
Bentuk bangunan di suatu wilayah tidak akan sama, sekalipun bangunan tersebut berada di
dalam satu kawasan pembagian iklim. Namun, jika ditinjau secara klimatik bentuk arsitektur
suatu bangunan akan sama prinsipnya untuk satu kawasan pembagian iklim. Hal ini
diakibatkan karena bentuk bangunan yang seiring dengan kondisi alam, matahari, angin,
cuaca bahkan iklim yang ada di wilayah tersebut. Iklim juga berpengaruh terhadap
penggunaan bahan bangunan dan berpengaruh juga terhadap penggunaan teknologi pada
suatu konstruksi bangunan. Oleh sebabnya itu, teknologi produksi dalam dunia konstruksi dan
material sangat berkembang dengan pesat seiring dengan berkembangnya penggunaan bahan /
material suatu bangunan.
Keywords : Iklim, Bentuk, Bahan dan Arsitektur Bangunan
`
PENDAHULUAN
Arsitektur yang berupa bangunan dan
lingkungannya yang dibangun untuk
mampu menjawab kebutuhan manusia dan
mengangkat derajat hidup manusia menjadi
lebih baik, sehingga tidak bisa dilepaskan
dari perkembangan kebudayaan mausia dan
perbedaan iklim yang ada di wilayah
tersebut. Arsitektur merupakan buah dari
budaya
yang
dikembangkan
oleh
masyarakat secara terus menerus (Rapoport,
1969).
Posisi relatif terhadap garis peredaran
matahari, keberadaan permukaan air dan
laut, pola pergerakan arah angin, profil
permukaan bumi serta kerapatan jenis
vegetasi,
merupakan
faktor
yang
terhadap
perkembangan
berpengaruh
arsitektur di suatu wilayah (Lakitan, 2002).
Pengaruh iklim bagi arsitektur bangunan
dapat dilihat dari beberapa segi, diantaranya
adalah dari segi bentuk arsitektur dan bahan
bangunan. Perancangan arsitektur bangunan
seharusnya memperhatikan keselarasan dan
kesesuaian antara kebutuhan manusia
[Pengaruh Iklim Terhadap Bentuk dan Bahan Arsitektur Bangunan. M. Imran Daud Kalamang]
1
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
dengan kondisi lingkungan sekitar, alam
bahkan cuaca maupun iklim yang ada di
suatu wilayah. Seiring dengan hal tersebut,
pemilihan bahan / material bangunan dan
penggunaan teknologi bahan pada suatu
bangunan diharapkan agar alami dan tidak
memberikan dampak negative terhadap
kelestarian alam dan habitatnya serta
keberlangsungan hidup makhluk yang ada di
sekitarnya.
Arsitektur bangunan yang menyesuaikan
diri dengan alam dan iklim sangat banyak
dijumpai di permukaan bumi yang
tersebar di berbagai wilayah pembagian
iklim. Bangunan tersebut masih tetap eksis
/ bertahan hingga sekarang atau terjaga
sustainabilitasnya. Salah satu indikator
keberhasilan bangunan dalam menjaga
keberadaannya adalah pemakaian energi
yang efisien atau hemat.
KLIMATOLOGI UNTUK
ARSITEKTUR
Iklim sangat penting dalam perancangan
arsitektur di seluruh belahan bumi ini.
Olehnya itu, memahami iklim tidak bisa
secara
parsial
(setengah-setengah),
melainkan
harus
secara
holistik
(keseluruhan).
Klimatologi merupakan ilmu yang
mempelajari perihal tentang iklim, baik
ditinjau dari siklus revolusi bumi terhadap
matahari, keberlangsungan hidup makhluk
pada beragam daerah yang ada di dunia,
karakteristik iklim, hubungan iklim dengan
meteorologi dan lain-lain. Dengan kata lain
klimatologi merupakan salah satu cabang
ilmu pengetahuan yang membahas secara
sintetis atau statistik penyebaran cuaca dari
waktu ke waktu dalam periode beberapa
tahun di suatu tempat atau wilayah tertentu.
Aspek iklim dan lingkungan merupakan
salah satu hal yang mempengaruhi produk
arsitektur (Amos Rapoport, 1969).
Secara garis besar iklim dibagi atas 2
(dua) jenis, yakni iklim makro dan iklim
mikro. Iklim makro adalah suatu kondisi
iklim pada suatu tempat tertentu yang
memiliki area cakupan yang luas dengan
kata lain berhubungan dengan atmosfer.
Iklim makro dapat dibedakan menjadi 3
(tiga) skala dengan berdasarkan ukuran
wilayah tersebut, yaitu : skala global dengan
luas daerah ribuan kilometer, skala regional
dengan luas daerah ratusan kilometer dan
skala global dengan luas daerah 10
kilometer. Sedangkan iklim mikro adalah
suatu kondisi iklim pada satu tempat tertentu
yang memiliki area cakupan lebih kecil
dengan kata lain lapisan udara yang berada
di atas permukaan bumi dalam lingkup yang
terbatas. Oleh karena itu, iklim mikro sangat
dibutuhkan dalam ranah arsitektur. Wilayah
pembagian iklim yang ada di muka bumi
berdasarkan klasifikasi iklim Koppen.
Gambar 1. Pembagian Iklim menurut Koppen
Sumber : Wikipedia.com
[Pengaruh Iklim Terhadap Bentuk dan Bahan Arsitektur Bangunan. M. Imran Daud Kalamang]
2
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
Sejarah perkembangan arsitektur pada
mulanya diawali dengan “shelter” yang
digunakan
manusia
sebagai
tempat
berlindung dari panas dan hujan dari hal
tersebut dapat disimpulkan bahwa “musuh”
utama manusia pada waktu itu adalah
kondisi iklim dan lingkungan, untuk
melindungi dirinya dari pengaruh iklim
membentuk pola kebudayaan manusia,
manusia membangun shelter sebagai tempat
berlindung melalui rangkaian proses “trial
dan error” hingga sampai pada bentuknya
yang baku. Amos Rapoport membagi
perkembangan awal terbentuknya pola
kebudayaan dan arsitektur adalah :
1. Primitive/primitive
2. Peasant
3. Tradesman.
Climate (iklim) berasal dari bahasa
Yunani, klima yang berdasarkan kamus
Oxford berarti region (daerah) dengan kondisi
tertentu dari suhu dryness (kekeringan),
angin, cahaya dan sebagainya. Dalam
pengertian ilmiah, iklim adalah integrasi
pada suatu waktu (integration in time) dari
kondisi fisik lingkungan atmosfir, yang
menjadi karakteristik kondisi geografis
kawasan tertentu”. Sedangkan cuaca adalah
“kondisi sementara lingkungan atmosfer pada
suatu kawasan tertentu”. Secara keseluruhan,
iklim diartikan sebagai “integrasi dalam
suatu waktu mengenai keadaan cuaca”
(Koenigsberger, 1975). Atmosfer adalah
mesin pemanas raksasa berbahan bakar
matahari. Karena atmosfer transparan
terhadap energi surya, pemanasan udara
terutama terjadi di permukaan bumi
(Norbert Lechner, 2007).
Gambar 2. Proses Pemanasan Matahari Terhadap Permukaan Bumi
Sumber : Norbert Lechner, 2007
Matahari
adalah
satu-satunya
sumber energi bagi bumi. Bumi
mempunyai sistem selubung tersendiri
(atmosfer) yang tebalnya ratusan
kilometer di atas permukaan bumi dan
yang menciptakan
kondisi yang
menunjang kehidupan habitat bumi.
Terdiri dari lima lapisan yakni :
troposfer, stratosfer, mesofer, termosfer
dan eksosfer, lapisan ini berperan
sebagai filter radiasi matahari dengan
berbagai panjang gelombang. Makhluk
hidup berada di lapisan troposfer
(biosfer), dimana terjadi ekosistem yang
terjalin erat satu dengan yang lain dan
merupakan siklus berkelanjutan yang
membentuk basis untuk kehidupan
(Jimmy Priatman, 2000).
[Pengaruh Iklim Terhadap Bentuk dan Bahan Arsitektur Bangunan. M. Imran Daud Kalamang]
3
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
Gambar 3. Pemanasan Matahari Melalui Atmosfer
Sumber : Victor Olgyay, 1962
Arsitektur pada kenyataannya sangat
dipengaruhi oleh kondisi cuaca, intensitas
cahaya matahari, curah hujan, pergerakan
udara, suhu dan kelembaban udara,
kecepatan angin serta kemiringan / topografi
lahan.
Arsitektur suatu bangunan harus
disesuaikan dengan iklim mikro agar tampak
jeas eksistensinya terhadap lingkungan /
daerah sekitarnya. Faktor berikut ini
merupakan tanggung jawab yang pokok bagi
penciptaan penyimpangan iklim mikro dari
iklim makro (Norbert Lechner, 2007).
1. Ketinggian di atas permukaan laut.
Semakin curamnya suatu tebing, maka
semakin cepat pula suhu akan turun
dengan adanya kenaikan ketinggian.
Batasnya adalah tentu saja kenaikan
secara
vertical
yang
akan
mendinginkan suhu rata-rata sekitar 3,6
0
F/303 m (1000 kaki ).
2. Bentuk tanah.
Kemiringan tanah yang menghadap ke
selatan lebih hangat dibandingkan
kemiringan tanah yang menghadap ke
utara. Daerah selatan juga dilindungi
dari dinginnya angin musim dingin
yang biasanya datang dari arah utara.
Tanah di sebelah barat lebih hangat
daripada tanah di sebelah timur.
3. Ukuran, bentuk dan perkiraan badan
air.
4.
5.
6.
Daerah yang memiliki wilayah
cakupan air yang cukup luas memiliki
efek kenyamanan suhu yang signifikan
dan menjadikannya daerah yang
memiliki tingkat kelembaban yang
tinggi.
Jenis tanah.
Kapasitas panas, warna dan air dalam
tanah memiliki efek penting pada iklim
mikro.
Tanaman.
Tanaman memiliki peran untuk
menaungi sehingga secara signifikan
mengurangi suhu udara dan daratan,
selain itu tanaman juga dapat
meningkatkan kelembaban baik yang
sudah tinggi maupun yang masih
rendah.
Struktur bangunan buatan manusia.
Gedung, jalan raya dan tempat parker
mobil memiliki efek yang signifikan
terhadap iklim mikro. Naungan gedung
dapat menyebabkan daerah dingin
sebelah utara menyesuaikan diri dengan
daerah hangat sebelahnya. Selain itu
gedung dapat menyebabkan adanya
perlindungan dari matahari musim
panas dan menghalangi angin dingin
pada musim dingin. Lapis jalan raya
dengan warna aspal yang gelap, dapat
menaikkan suhu hingga 140 0F.
[Pengaruh Iklim Terhadap Bentuk dan Bahan Arsitektur Bangunan. M. Imran Daud Kalamang]
4
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
ARSITEKTUR KLIMATIK
Pembagian iklim dalam belahan bumi
dapat dibagi menjadi empat (4) jenis :
daerah
1.
Iklim
tropis
(pada
khatulistiwa) dengan 0o LU –
23,5oLU dan 0o LS – 23,5oLS
2.
Iklim sub tropis (23,5oLU – 40oLU
dan 23,5oLS – 35oLS)
3.
Iklim sedang (40oLU – 60,5oLU dan
35oLS – 66,5oLS)
4.
Iklim dingin (60,5oLU – 90oLU dan
66,5oLS – 90oLS)
Dalam mengantisipasi perubahan iklim
harus dikendalikan untuk meningkatkan
kenyamanan salah satunya adalah dengan
teknologi passive cooling melalui (Slamet
Sudibyo, 1987) :
1.
Penambahan sun shading untuk
mengatasi sinar matahari langsung
Perencanaan terhadap cakupan di atas
berkaitan dengan bentuk bangunan, seperti:
ketinggian lantai bangunan, bentuk massa
dan dimensi bangunan. Gubahan massa
bangunan dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang meliputi (Slamet Sudibyo, 1987).
1.
Bentuk bangunan
2.
Jarak bangunan
3.
Ketinggian bangunan
2.
3.
4.
5.
6.
4.
5.
6.
7.
8.
Insulasi panas untuk radiasi matahari
yang menembus permukaan luar
dinding
Permukaan sebagai diffuser untuk
radiasi matahari tidak langsung
Vegetasi, atap dengan ventilasi untuk
konveksi / aliran udara atau aliran
fluida
Untuk permukaan tanah yang tidak
menyerap panas dipakai sistem lantai
panggung (mengatasi radiasi dari
tanah)
Aspek kenyamanan thermal untuk
perencanaan
lingkungan
binaan
mencakup :
a. Eksterior bangunan
b. Interior bangunan
c. Selubung bangunan
Kondisi bangunan di lingkungan
sekitarnya
Vegetasi (penutup tanah, perdu,
pohon, dan lain-lain)
Bentang alam (danau, sungai, tebing,
bukit, dan jurang)
Kondisi iklim mikro
Perkerasan tanah.
Gambar 4. Penggunaan vegetasi sebagai barier terhadap angin
Sumber : relawanhijau.wordpress.com
[Pengaruh Iklim Terhadap Bentuk dan Bahan Arsitektur Bangunan. M. Imran Daud Kalamang]
5
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
Iklim mikro berkaitan erat dengan
kebutuhan pribadi dan kenyamanan tiap
individu, berikut adalah beberapa faktor
yang sering mempengaruhi suatu bangunan
beriklim
mikro
di
tiap
ruangan
(http://mengerjakantugas.blogspot.com/200
9/02/pengaruh-iklim-terhadapmanusia_21.html) :
1. Ventilasi / siklus pergantian udara
Angin / udara yang masuk untuk
pergantian penghawaan yang lebih baik
berasal dari depan dan samping
bangunan. Untuk mendapatkan iklim
mikro yang seimbang, maka buatlah
bukaan / jendela yang dapat dibuka dan
ditutup pada sebelah utara dan selatan
bangunan.
2. Orientasi bangunan
Bangunan jangan membelakangi arah
angin yang beredar di lingkungan
sekitarnya. Perencanaan kamar mandi
diusahakan di sebelah barat agar tidak
lembab dan cepat kering.
3. Pengaturan vegetasi
Vegetasi digunakan selain sebagai
pengaruh sirkulasi juga sebagai pengatur
iklim mikro (matahari dan angin) dalam
suatu perencanaan. Bila suatu pohon
berada di sebelah barat bangunan, maka
lebih baik membiarkannya tumbuh tinggi
dan untuk semak-semak lebih baik
diletakkan di atah timur.
4. Penggunaan bahan bangunan
Bahan bangunan yang digunakan
merupakan bahan yang kuat dan kokoh
serta mampu menahan bangunan dari
cuaca buruk dan angin kencang.
Strategi secara arsitektur bangunan dalam
mengatasi / mengantisipasi iklim yang bisa
merugikan
manusia
adalah
dengan
melakukan beberapa tindakan, yaitu :
1. Menghalangi radiasi matahari langsung
dengan penggunaan sunscreen dan atau
sun shading
2. Isolasi radiasi panas dengan ruang udara
(pada atap atau penggunaan bahan
bangunan yang berpori)
3. Mengoptimalkan kenyamanan termis
pada manusia
4. Penggunaan bahan bangunan yang
memiliki berat jenis yang kecil, time lag
rendah, kapasitas panas kecil, dimensi
kecil,
mampu
mengikuti
kadar
kelembaban
udara
sekitar
dan
konduktivitas panas matahari.
Iklim sangat berpengaruh bagi arsitektur
suatu bangunan, oleh karena itu perencanaan
suatu bangunan juga harus sinergis dan
koheren terhadap iklim yang ada di wilayah
tersebut. Oleh karenanya, setiap bangunan
yang memiliki karakteristik / ciri khas
arsitektur tidaklah sama antara suatu wilayah
dengan wilayah lainnya yang dibatasi oleh
wilayah pembagian empat iklim tersebut. Ini
adalah suatu bukti terjadinya interaksi antara
alam terkhususnya iklim dengan pola hidup
manusia yang ada di wilayah tersebut,
sehingga
muncul
beraneka
ragam
karakteristik arsitektural bangunan sesuai
dengan pembagian iklim yang ada di muka
bumi ini.
PENGARUH IKLIM
TERHADAP BENTUK
ARSITEKTUR
baik dengan intensitas cahaya yang cukup;
kondisi termis yang mendukung dengan
suhu udara pada rentang-nyaman tertentu;
dan kondisi audial dengan intensitas
gangguan bunyi rendah yang tidak
mengganggu
pengguna
bangunan
(majalah eksplorasi desain & arsitektur,
2010).
Suatu bentuk arsitektur dipengaruhi oleh
faktor iklim yang terjadi di daerah tersebut
hal itu dikarenakan aktivitas manusia yang
bervariasi memerlukan kondisi iklim sekitar
tertentu yang bervariasi pula. Untuk
melangsungkan aktivitas kantor, misalnya,
diperlukan ruang dengan kondisi visual yang
[Pengaruh Iklim Terhadap Bentuk dan Bahan Arsitektur Bangunan. M. Imran Daud Kalamang]
6
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
Gambar 5. Arsitektur Mesopotamia
Sumber : archzal.blogspot.com
Karena cukup banyak aktivitas manusia
yang tidak dapat diselenggarakan akibat
ketidak sesuaian kondisi iklim luar, manusia
membuat bangunan. Dengan bangunan,
diharapkan iklim luar yang tidak menunjang
aktivitas manusia dapat dimodifikasidiubah
menjadi iklim dalam (bangunan) yang lebih
sesuai. Usaha manusia untuk mengubah
kondisi iklim luar yang tidak sesuai menjadi
iklim dalam (bangunan) yang sesuai
Iklim berpengaruh terhadap kenyamanan
thermal pada suatu ruang dalam bangunan
serta perkembangan suatu rumah tinggal di
suatu daerah / wilayah. Iklim luar yang tidak
sesuai dengan tuntutan penyelenggaraan
aktivitas manusia dicoba untuk diubah
menjadi iklim dalam (bangunan) yang
sesuai. Karya arsitektur selalu didasari
pertimbangan
untuk
memecahkan
permasalahan iklim setempat yang bersuhu
rendah. Bangunan dibuat dengan dinding
rangkap yang tebal, dengan penambahan
bahan isolasi panas di antara kedua lapisan
dinding sehingga panas di dalam bangunan
tidak mudah dirambatkan ke udara luar.
Karya arsitektur tidak pernah disebut
sebagai
karya
arsitektur
sub-tropis,
melainkan sebagai arsitektur Victorian,
Georgian dan Tudor; sementara sebagian
karya yang lain diklasifikasikan sebagai
arsitektur modern (modern architecture),
arsitektur
pasca-modern
(post-modern
architecture), arsitektur modern baru (new
modern architecture), arsitektur teknologi
tinggi (high-tech architecture), dan arsitektur
dekonstruksi (deconstruction architecture).
seringkali tidak seluruhnya tercapai. Dalam
banyak kasus, manusia di daerah tropis
seringkali gagal menciptakan kondisi termis
yang nyaman di dalam bangunan. Ketika
berada di dalam bangunan, pengguna
bangunan justru seringkali merasakan udara
ruang yang panas, sehingga kerap mereka
lebih memilih berada di luar bangunan
(majalah eksplorasi desain & arsitektur,
2010).
(majalah eksplorasi desain & arsitektur,
2010).
Kekeliruan
pemahaman
paradigm
mengenai
arsitektur
tropis,
karena
pengertian
arsitektur
tropis
sering
dicampuradukkan
dengan
pengertian
‘arsitektur tradisional’, yang memang secara
menonjol selalu dipecahkan secara tropis.
Pada masyarakat tradisional, iklim sebagai
bagian dari alam begitu dihormati bahkan
diagungkan, sehingga pertimbangan iklim
amat menonjol pada karya arsitektur
tersebut.
Pemahaman mengenai arsitektur tropis
lalu memiliki konteks dengan budaya, yakni
kebudayaan tradisional suatu wilayah.
Hanya mereka yang mendalami ilmu sejarah
dan teori arsitektur yang mampu berbicara
banyak mengenai budaya dalam kaitannya
dengan arsitektur, sementara arsitektur tropis
(basah) tidak semua wilayah memilikinya,
akan tetapi di seluruh negara yang beriklim
tropis (basah) dengan budaya yang berbedabeda, sehingga pendekatan arsitektur tropis
dari aspek budaya menjadi tidak relevan.
[Pengaruh Iklim Terhadap Bentuk dan Bahan Arsitektur Bangunan. M. Imran Daud Kalamang]
7
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
Dari uraian di atas, perlu ditekankan
kembali bahwa pemecahan rancangan
arsitektur tropis (basah) pada akhirnya
sangatlah terbuka. Arsitektur tropis dapat
berbentuk apa saja tidak harus serupa
dengan bentuk-bentuk arsitektur tradisional
yang banyak dijumpai di wilayah Indonesia,
sepanjang rancangan bangunan tersebut
mengarah pada pemecahan persoalan yang
ditimbulkan oleh iklim tropis seperti terik
matahari, suhu tinggi, hujan dan kelembaban
tinggi.
Iklim sangat berpengaruh bagi arsitektur
suatu bangunan, salah satunya adalah
pengaruh iklim terhadap bentuk arsitektur
suatu bangunan ataupun suatu rancangan
lingkungan binaan. Bentuk bangunan di
tiap-tiap wilayah sangat bergantung dari
beberapa faktor, diantaranya adalah :
1. Aktivitas / karakter manusia
2. Lokasi / wilayah
3. Orientasi bangunan terhadap cuaca
/ iklim
4. Posisi pergerakan matahari
5. Arah pergerakan angin / udara
6. Orientasi bangunan terhadap alam
7. Posisi lahan / ketinggian lahan
8. Kemajuan teknologi
9. Kenyamanan thermal
10. Perubahan era kehidupan manusia
Oleh karenanya, bentuk arsitektur suatu
bangunan di suatu wilayah tidak akan sama
sekalipun bangunan tersebut berada di dalam
satu kawasan pembagian iklim. Jika ditinjau
secara klimatik, bentuk arsitektur suatu
bangunan akan sama prinsipnya untuk satu
kawasan pembagian iklim.
Bagaimana agar bangunan itu bisa
memberikan kenyamanan bagi manusia
terhadap cuaca panas yang berlebihan dan
dingin yang berlebihan, maka bentuk suatu
bangunan juga bisa berpengaruh terhadap
faktor lainnya yang sudah disebutkan di atas
tadi.
PENGARUH IKLIM
TERHADAP BAHAN
ARSITEKTUR
menyebabkan efek penundaan, sehingga
temperatur puncak dari lingkungan baru
dirasakan di dalam ruang beberapa waktu
kemudian. Menurut Egan, material
bangunan dengan massa yang massif dan
berat mempunyai time lag yang besar
(Bambang Yuwono, 2007).
Saat energi panas jatuh pada permukaan
dinding, partikel-partikel pada lapisan pertama
akan menyerap sejumlah panas sebelum panas
diteruskan kepada lapisan berikutnya. Ini akan
Bahan
Bata (umum)
Kayu
Tabel 1. Nilai Time Lage Bata dan Kayu
Sumber : David Egan, 1975
Ketebalan (inci)
Nilai-U
Time Lag
4
8
0,61
0,41
2,5 jam
5,5 jam
12
0,31
8,5 jam
0,5
1
0,69
0,47
10 menit
25 menit
2
0,3
1 jam
Dalam arsitektur bangunan, pemilihan
bahan
/
material
[Pengaruh Iklim Terhadap Bentuk dan Bahan Arsitektur Bangunan. M. Imran Daud Kalamang]
bangunan
terhadap
8
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
pemanfaatan dari perubahan ataupun
perbedaan iklim yang terjadi merupakan
salah satu elemen yang sangat penting
dalam konsep arsitektur berkelanjutan
(sustainable architecture), karena pada
prinsipnya terdapat faktor dan beberapa
strategi yang perlu dijadikan pertimbangan
dalam memilih bahan bangunan, yaitu :
1. Bangunan yang dirancang dapat
memperhatikan sampah atau buanganya
(recycle) terhadap kondisi lingkungan
sekitarnya
2. Bahan bangunan dapat dipakai kembali /
reuse
3. Keaslian material / bahan bangunan
4. Energi bahan yang digunakan / kekuatan
material telah diuji sebelumnya
5. Produksi material dan efek racun dari
material tersebut
6. Memprioritaskan bahan / material alami
Iklim sangat berpengaruh bagi arsitektur
suatu bangunan, salah satunya adalah
pengaruh iklim terhadap bahan / material
arsitektur suatu bangunan ataupun suatu
rancangan lingkungan binaan. Bahan /
material bangunan di tiap-tiap wilayah
sangat bergantung dari beberapa faktor,
diantaranya adalah :
1. Lokasi / wilayah
2. Orientasi bangunan terhadap cuaca /
iklim
3. Jenis bahan (berpori, berserat, padat, dll)
4. Orientasi bangunan terhadap alam
5. Posisi lahan / ketinggian lahan
6. Kemajuan teknologi / kekuatan bahan
7. Dampak penggunaan bahan bagi
kenyamanan thermal
KESIMPULAN
Bangunan yang memanfaatkan matahari
dan iklim sebagai sumber energi primer
haruslah dirancang untuk mengakomodasi
perubahan iklim sebagai konsekwensi siklus
iklim secara harian, musiman maupun
tahunan dan mengalami versi cuaca yang
berbeda sesuai dengan keberadaannya pada
suatu garis lintang geografis tertentu di
permukaan bumi ini.
Pada hakekatnya, bentuk yang dimiliki
untuk satu kawasan pembagian iklim
ataupun satu periode tidak sama baik dalam
hal fasade ataupun tampilannya. Namun, inti
dari bentuk itu sendiri adalah bagaimana
bangunan tersebut bisa memberikan
kenyamanan bagi manusia sebagai penghuni
ataupun sebagai subjek dari bangunan dan
lingkungan tersebut terhadap perubahan
iklim yang ada di wilayah itu.
Perkembangan era kehidupan manusia
dari tahun ke tahun ternyata membuat
dampak terhadap penggunaan bahan /
material pada suatu bangunan di mana pun
berada, baik itu di wilayah pembagian iklim
tropis, sub tropis, sedang maupun dingin.
Namun, sesuai dengan karakter iklim yang
dialami untuk masing-masing wilayah, tetap
ada bahan / material yang penggunaannya
tidak terlalu maksimal ataupun bahkan tidak
digunakan di suatu wilayah namun
digunakan bahkan maksimal digunakan di
wilayah lainnya.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih setinggi tingginya
saya sampaikan kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Sangkertadi, DEA. sebagai
Ketua Prodi S2 Arsitektur, Universitas
Sam Ratulangi Manado yang telah
banyak membantu dalam penulisan
artikel ilmiah ini baik secara materi
maupun moril.
2. Dr. H. Azis Rachman, ST., MM.
sebagai Ketua STITEK Bina Taruna
Gorontalo
yang
telah
memberi
dorongan untuk pemasukan artikel
ilmiah ini ke dalam jurnal RADIAL.
CATATAN AKHIR
[Pengaruh Iklim Terhadap Bentuk dan Bahan Arsitektur Bangunan. M. Imran Daud Kalamang]
9
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
1.
2.
Iklim sangat berpengaruh terhadap
bentuk arsitektural suatu bangunan.
Iklim berpengaruh terhadap bahan
ataupun material bangunan.
Paul, G., Ackerknecht, D.,(1993), Climate
Responsive Building, SKAT, St.
Gall.
DAFTAR PUSTAKA
Watson, D., Crosbie, J, M,. Callender, J, H,.
(1999), Time Saver Standards, The
McGraw Hill Companies, Inc.,
New York.
Allaby, M., (2002), Encyclopedia of
Weather and Climate, Resived
Edition, Facts On File, Inc.
Publishing, New York.
Egan M. David (1975), Concept in Thermal
Comfort, London Prentiss Hall
International.
Sudibyo, S., (1987), Media Teknik Edisi No.
2. Tahun IX.
Yuumono, B., (2007), Tesis “Pengaruh
Orientasi Bangunan Terhadap
Kemampuan Menahan Panas Pada
Rumah Tinggal Di Perumahan
Wonorejo Surakarta”, Universitas
Diponegoro, Semarang.
Frick, H., Ardiyanto, A., Darmawan, AMS.,
(2007), Ilmu Fisika Bangunan, Seri
Konstruksi Arsitektur 8, Kanisius,
Jakarta, Indonesia.
Hyde, R., (2000), Climate Responsive
Design, E&FN Spoon, London.
Juli
(2000), Jurnal ”Dimensi Teknik
Arsitekur Vol. 28 No. 1”,
Universitas
Kristen
Petra,
Surabaya.
Krishan,
A., Baker, N., Yannas, S.,
Szokolay, S.V. (2000), Climate
Responsive Architecture, McGraw
Hill Publishing Company Limited,
New Delhi.
Lechner, N., (2000), Heating, Cooling,
Lighting,
Second
Edition
(terjemahan), Rajagrafindo Persada,
PT,. Jakarta, Indonesia.
Mangunwijaya, Y.B., (1988), Pengantar
Fisika
Bangunan,
Jembatan,
Jakarta.
Olgyay, V., (1992), Design With Climate:
Bioclomatic
Approach
to
Architectural
Regionalism,
Princeton
University
Press,
Princeton, New Jersey.
Paramita, B., (2003), Iklim dan Arsiektur Di
Indonesia, Universitas Pendidikan
Indonesia, Jakarta.
[Pengaruh Iklim Terhadap Bentuk dan Bahan Arsitektur Bangunan. M. Imran Daud Kalamang]
10