Academia.eduAcademia.edu

Baper

1. PENDAHULUAN Pertumbuhan jumlah penduduk yang pesat dalam beberapa dekade terakhir berbanding lurus dengan peningkatan jumlah konsumsi berbagai sumber daya alam. Salah satunya adalah polimer atau plastik. Plastik telah menjadi salah satu hal yang berperan dalam kehidupan kita. Seperti banyaknya peralatan terbuat dari plastik. Jumlah ini meningkat sebesar 24,4% selama kurun waktu 4 tahun. PlasticsEurope.com mencatat konsumsi plastik di dunia pada tahun 2010 mencapai angka 562,2 miliar pon atau setara dengan 255 miliar kilogram. Biasanya limbah plastik itu terbuang percuma atau didaur ulang untuk dibuat berbagai kerajinan. Padahal sebenarnya ada manfaat lain dari limbah plastik tersebut. Salah satunya untuk konstruksi, seperti perkerasan jalan. Di beberapa negara maju, seperti negara-negara benua Eropa dan Amerika, jumlah plastik yang didaur ulang masih sangat sedikit. Sebagai contoh, Jerman yang mempunyai persentase jumlah plastik yang didaur ulang terbesar di Eropa Barat saja hanya sebesar 27,1%. Sedangkan negara lainnya mempunyai persentase berkisar antara 0 hingga 15%. (Harper, 2003). Di sisi lain, masalah yang timbul terkait dengan konstruksi adalah menipisnya persediaan agregat, seperti batukerikil dan pasir. Agregat tersebut tidak hanya digunakan untuk perkarasan jalan saja, tetapi juga untuk proyek konstruksi lain, seperti pembuatan gedung-gedung bertingkat, perumahan dan bendungan. Pemanfaatan limbah plastik untuk perkerasan jalan yang sering dilakukan di antaranya limbah plastik sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas aspal (asphalt modifier) seperti yang dilakukan oleh Al-Hadidy dan Qiu (2008). Dalam penelitian tersebut, digunakan low density polyethylene (LDPE) yang dicampurkan dalam aspal dengan komposisi 0%, 1%, 3%, 5% dan 7%. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa penambahan LDPE dapat meningkatkan angka stabilitas campuran perkerasan jalan. Al-Hadidiy (2009) melakukan penelitian tentang evaluasi perkerasan jalan dengan memodifikasi aspal yang ditambahkan polipropilena. Salah satu kesimpulan dari penelitian ini adalah dengan penambahan polipropilena pada aspal dapat meningkatkan stabilitas campuran bahan perkerasan jalan. Tapkin (2006) telah melakukan studi tentang pengaruh serat polipropilena terhadap performa aspal. Dari studi tersebut didapatkan penambahan serat polipropilena terhadap aspal dapat meningkatkan angka stabilitas. 2. LINGKUP PENELITIAN Limbah plastik yang digunakan dalam penelitian ini berfungsi sebagai pengganti sebagian aggregate alam yang digunakan. Limbah plastik yang digunakan adalah jenis Polipropilena yang berasal dari sebuah pabrik di Solo. Komposisi limbah plastik Polipropilena yang digunakan adalah 0%; 2%; 5% dan 10% dari berat total campuran agregat, yakni sebesar 1200 gram, sedangkan variasi aspal yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 5%; 6%; dan 7% dari berat total campuran, yakni sebesar 1200 gram. Pengujian aspal dan agregat yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan pedoman dari Bina Marga yang merujuk pada standar yang dikeluarkan oleh American Society for Testing and Materials (ASTM), meliputi pengujian berat jenis, keausan agregat dan penyerapan air.

Nama : Gagas Prakosyo 5160811282 Aceng Kurniawan 5160811234 Kelas : E Dosen : Abul Fida Ismaili. S.T., M.Sc. PENDAHULUAN Pertumbuhan jumlah penduduk yang pesat dalam beberapa dekade terakhir berbanding lurus dengan peningkatan jumlah konsumsi berbagai sumber daya alam. Salah satunya adalah polimer atau plastik. Plastik telah menjadi salah satu hal yang berperan dalam kehidupan kita. Seperti banyaknya peralatan terbuat dari plastik. Jumlah ini meningkat sebesar 24,4% selama kurun waktu 4 tahun. PlasticsEurope.com mencatat konsumsi plastik di dunia pada tahun 2010 mencapai angka 562,2 miliar pon atau setara dengan 255 miliar kilogram. Biasanya limbah plastik itu terbuang percuma atau didaur ulang untuk dibuat berbagai kerajinan. Padahal sebenarnya ada manfaat lain dari limbah plastik tersebut. Salah satunya untuk konstruksi, seperti perkerasan jalan. Di beberapa negara maju, seperti negara-negara benua Eropa dan Amerika, jumlah plastik yang didaur ulang masih sangat sedikit. Sebagai contoh, Jerman yang mempunyai persentase jumlah plastik yang didaur ulang terbesar di Eropa Barat saja hanya sebesar 27,1%. Sedangkan negara lainnya mempunyai persentase berkisar antara 0 hingga 15%. (Harper, 2003). Di sisi lain, masalah yang timbul terkait dengan konstruksi adalah menipisnya persediaan agregat, seperti batukerikil dan pasir. Agregat tersebut tidak hanya digunakan untuk perkarasan jalan saja, tetapi juga untuk proyek konstruksi lain, seperti pembuatan gedung-gedung bertingkat, perumahan dan bendungan. Pemanfaatan limbah plastik untuk perkerasan jalan yang sering dilakukan di antaranya limbah plastik sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas aspal (asphalt modifier) seperti yang dilakukan oleh Al-Hadidy dan Qiu (2008). Dalam penelitian tersebut, digunakan low density polyethylene (LDPE) yang dicampurkan dalam aspal dengan komposisi 0%, 1%, 3%, 5% dan 7%. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa penambahan LDPE dapat meningkatkan angka stabilitas campuran perkerasan jalan. Al-Hadidiy (2009) melakukan penelitian tentang evaluasi perkerasan jalan dengan memodifikasi aspal yang ditambahkan polipropilena. Salah satu kesimpulan dari penelitian ini adalah dengan penambahan polipropilena pada aspal dapat meningkatkan stabilitas campuran bahan perkerasan jalan. Tapkin (2006) telah melakukan studi tentang pengaruh serat polipropilena terhadap performa aspal. Dari studi tersebut didapatkan penambahan serat polipropilena terhadap aspal dapat meningkatkan angka stabilitas. LINGKUP PENELITIAN Limbah plastik yang digunakan dalam penelitian ini berfungsi sebagai pengganti sebagian aggregate alam yang digunakan. Limbah plastik yang digunakan adalah jenis Polipropilena yang berasal dari sebuah pabrik di Solo. Komposisi limbah plastik Polipropilena yang digunakan adalah 0%; 2%; 5% dan 10% dari berat total campuran agregat, yakni sebesar 1200 gram, sedangkan variasi aspal yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 5%; 6%; dan 7% dari berat total campuran, yakni sebesar 1200 gram. Pengujian aspal dan agregat yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan pedoman dari Bina Marga yang merujuk pada standar yang dikeluarkan oleh American Society for Testing and Materials (ASTM), meliputi pengujian berat jenis, keausan agregat dan penyerapan air. Pada Tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa agregat yang digunakan pada penelitian ini, memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Bina Marga, sehingga agregat tersebut dapat digunakan sebagai bahan dasar campuran aspal dari penelitian ini. Karakteristik limbah plastik polipropilena Berdasarkan pengujian titik leleh, kepadatan dan kehilangan berat pada limbah plastik jenis Polipropilena yang dilakukan didapatkan hasil seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2. Karakteristik aspal Aspal merupakan hasil produksi dari bahan-bahan alam sehingga sifat-sifat aspal harus selalu diperiksa di laboratorium dan aspal yang memenuhi syarat dapat dipergunakan sebagai bahan pengikat perkerasan. Hasil-hasil pemeriksaan aspal diberikan dalam Tabel 3 berikut ini. Dari tabel dapat dilihat bahwa aspal yang digunakan dalam studi ini memenuhi spesifikasi pengujian. Hubungan antara kadar aspal dan stabilitas Nilai stabilitas digunakan sebagai parameter untuk mengukur ketahanan terhadap kelelehan plastis dari suatu campuran aspal atau kemampuan campuran untuk menahan deformasi yang terjadi akibat beban lalu lintas. Nilai stabilitas untuk masing-masing variasi campuran dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 1.. KESIMPULAN Pertumbuhan pesat jumlah penduduk yang diiringi dengan peningkatan jumlah konsumsi berbagai hal, seperti penggunaan agregat alam dalam bidang konstruksi sudah seharusnya dicarikan solusi untuk mendapatkan agregat alternatif. Selain itu, konsumsi plastik yang menghasilkan limbah plastik dalam jumlah besar tidak berbanding lurus dengan pemanfaatan limbah plastik. Penelitian ini mencoba menggunakan limbah plastik jenis Polipropilena (PP) sebagai pengganti sebagian agregat untuk campuran Lapis Aspal Beton (Laston) dalam kadar 0%, 2%, 5% dan 10% dengan menggunakan aspal 5%, 6% dan 7%. Penggunaan PP pada jenis ini memberikan pengaruh pada campuran Laston terhadap berbagai karakteristik Marshall, yakni untuk nilai stabilitas, kelelehan, VIM, VMA, MQ cenderung mengalami peningkatan, sedangkan nilai VFA cenderung mengalami penurunan. DAFTAR PUSTAKA Al-Hadidy, A.I dan Qiu, T.Y., (2008). Effect of polyethylene on life flexible pavements, Construction and Building Materials, Vol. 23 : 1456-1464. Al-Hadidy, A.I dan Qiu, T.Y., (2009). Mechanistic approach for polypropylene-modified flexible pavements, Construction and Building Materials, Vol. 30:1133-1140 ASTM, (2005). Standard Test Method for Concrete and Aggregates. American Society for Testing and Materials International, Vol. 04 No. 02, West Conshohocken. ASTM, (2005). Standard Test for Road and Paving Materials. American Society for Testing and Materials International, Vol. 04 No. 03, West Conshohocken. Bina Marga (1995). Syarat Gradasi Bahan pengisi Campuran Aspal, Jakarta. Bina Marga, (1999). Pedoman Campuran Beraspal dengan Pendekatan Kepadatan Mutlak. Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum Departemen Pekerjaan Umum (2006). Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton (Laston) untuk Jalan Raya, Jakarta. Harper, C.A., (2003). Handbook of Plastics Technologies, New York : Mc. Graw-Hill. Lavin, P.G., (2003). Asphalt Pavement, New York : Spon Press. Sukirman, S., (1999). Perkerasan Lentur Jalan Raya, CV. Nova Bandung. Tapkin, S., (2007). The effect of polypropylene fibers on asphalt performance. Building and Environment, Vol. 43, No. 6 : 1065-1071