Academia.eduAcademia.edu

ASKEP TRAUMA TERMAL

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas "Askep Trauma Termal", guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat 1.

“ASKEP TRAUMA TERMAL” Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat 1 yang Diampuh NS. ZULKIFLI B. POMALANGO OLEH : KELOMPOK 2 Ariyati Pakaya (841416068) Cindrawati (841416034) Crisela Dewi Bolota (841416010) Dita Tirawati Sanggilang (841416009) Fadjria Sy. Ney (841416124) Nur Sintiya Mohamad (841416095) Sela P. Yunus (841416092) Sri Juniarti (841416033) Sri Nangsi Nt.Modjo (841416053) Sri Rahmawaty Lalu (841416096) UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN PROGRAM STUDI NERS 2019 KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas “Askep Trauma Termal”, guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat 1. Tugas ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan tugas ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga proposal ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak. Gorontalo, 1 April 2019     Penyusun DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Rumusan Masalah 2 1.3. Tujuan 3 1.4. Manfaat 3 BAB II KONSEP MEDIS 4 2.1. Definisi 4 2.2. Etiologi 4 2.3. Manifestasi Klinis 5 2.4. Patofisiologi 6 2.5. Klasifikasi 7 2.6. Pemeriksaan Penunjang 9 2.7. Penatalaksanaan 10 2.8. Komplikasi 14 2.9. Prognosis 15 BAB KONSEP KEPERAWATAN 17 3.1. Pengkajian 17 3.2. Diagnosa Keperawatan 24 3.3. Asuhan Keperawatan 25 3.4. Pathway 49 BAB IV PENUTUP 50 4.1 Kesimpulan 50 4.2. Saran 50 DAFTAR PUSTAKA 51 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kulit merupakan salah satu organ tubuh yang mempunyai penahan penting dalam sistem fisiologi tubuh. Kulit berfungsi sebagai indra perasa yang menerima rangsangan panas,dingin rasa sakit,halus dan sebagainya. Kulit yang berfungsi menjaga stabilitas suhu badan dan mencegah penguapan air yang berlebihan. Dalam hal pencegahan infeksi, kulit merupakan pelindung yang menghalangi masuknya mikroba dan bahan-bahan asing lain yang mempunyai sifat patogenik. Kulit sebagai alat ekskresi kelenjar minyak (Anonim, 2008). Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan dengan benda-benda yang menghasilkan panas baik kontak secara langsung maupun tidak langsung. Luka bakar yaitu luka yang disebabkan oleh suhu tinggi, dan disebabkan banyak faktor, yaitu fisik seperti api, air panas, listrik seperti kabel listrik yang mengelupas, petir, atau bahan kimia seperti asam atau basa kuat (Triana, 2007). Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan memiliki peran homeostasis. Kulit merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16% berat tubuh, pada dewasa sekitar 2,7-3,6kg dan luasnya sekitar 1,5-1,9m2. Tebal kulit bervariasi mulai 0,5mm hingga 4mm tergantung letak, umur, dan jenis kelamin. Luka bakar atau combustio merupakan masalah yang sangat signifikan oleh karena itu perlu penanganan yang spesifik dan membutuhkan tenaga medis yang profesional. Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di AS setiap tahunnya. Dari kelompok ini, 200 ribu pasien memerlukan penanganan rawat jalan dan 100 ribu pasien dirawat di rumah sakit. Sekitar 12 ribu orang meninggal setiap tahunnya akibat luka bakar dan cedera inhalasi yang berhubungan dengan luka bakar. ( Brunner&Suddarth, 2002 ). Anak- anak kecil dan orang tua merupakan populasi yang beresiko tinggi untuk mengalami luka bakar. Kaum remaja laki- laki dan pria dalam usia kerja juga lebih sering menderita luka bakar daripada yang diperkirakan lewat representasinya dalam total populasi. Sebagian besar luka bakar terjadi di rumah. Memasak, memanaskan atau menggunakan alat-alat listrik merupakan pekerjaan yang lazimnya terlibat dalam kejadian ini. Kecelakaan industri juga menyebabkan banyak kejadian luka bakar (Triana, 2007). The National Institute of Burn Medicine yang mengumpulkan data-data statistic dari berbagai pusat luka bakar di seluruh AS mencatat bahwa sebagian besar pasien (75%) merupakan korban dari perbuatan mereka sendiri. Tersiram air mendidih pada anak- anak yang baru belajar berjalan, bermain- main dengan korek api pada usia anak sekolah, cedera karena arus listrik pada remaja laki- laki, penggunaan obat bius, alkohol serta sigaret pada orang dewasa semuanya ini turut memberikan kontribusi pada angka statistik tersebut (Brunner & Suddarth, 2001). Banyaknya faktor prognosis luka bakar data di Indonesia belum ada yang rinci. Dengan mengetahui faktor prognosis terpenting akan dimungkinkan menetapkan penatalaksanaan yang tepat. Penelitian menggunakan subyek penderita luka bakar rawat inap di RSCM januari 1998 sampai mei 2001,dari 156 penderita didapat angka mortalitas 27,6% penderita terbanyak berusia 19 tahun, laki-laki lebih banyak dari perempuan. Penyebab terkena api (55,1%) dan terjadi di rumah (72,4%). Ditemukan luka bakar terbanyak derajat 2 (76,9%) dengan luas terbanyak 27% ( Srikats, 2008 ). Rumusan Masalah Apakah definisi dari trauma termal ? Bagaimanakah etiologi dari trauma termal ? Bagaimanakah manifestasi klinis dari trauma termal ? Bagaimanakah patofisiologi dari trauma termal ? Bagaimanakah klasifikasi dari trauma termal ? Bagimanakah pemeriksaan penunjang pada trauma termal ? Bagaimanakah penatalaksanaan dari trauma termal? Apa saja komplikasi dari trauma termal ? Bagaimana prognosis dari trauma termal ? Bagimanakah pengkajian pada trauma termal ? Apa saja diagnosa keperawatan pada trauma termal ? Bagaimanakah asuhan keperawatan pada trauma termal ? Tujuan Tujuan umum Untuk mengetahui asuhan keperawatan trauma termal Tujuan khusus Untuk mengetahui definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, klasifikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaks-anaan, komplikasi dan prognosis dari trauma termal Untuk mengetahui pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana asuhan keperawatan, dan pathway dari trauma termal Manfaat Bagi penulis Menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan trauma termal Manfaat bagi ilmu pengetahuan Dengan adanya laporan ini diharapkan dapat memberikan informasi atau menambah referensi mengenai asuhan keperawatan penyakit trauma termal BAB II KONSEP MEDIS Definisi Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame),jilatan api ketubuh (flash),terkena air panas(scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan - bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn) (Moenajat, 2001). Etiologi Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn) : gas, cairan, bahan padat Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald), jilatan api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau kontak dengan objek - objek panas lainnya(logam panas, dan lain - lain) (Moenadjat,2005) Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn) Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa digunakan dalam bidang industri militer ataupu bahan pembersih yang sering digunakan untuk keperluan rumah tangga (Moenadjat,2005). Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn) Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khusunya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak dengan sumber arus maupun grown (Moenadjat, 2001). Luka bakar radiasi (Radiasi Injury) Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radio aktif. Tipe injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi (Moenadjat,2001). Manifestasi Klinis Kedalaman Dan Penyebab Luka Bakar Bagian Kulit Yang Terkena Gejala Penampilan Luka Perjalanan Kesembuhan Derajat Satu (Superfisial): tersengat matahari, terkena api dengan intensitas rendah Epidermis Kesemutan, hiperestesia (supersensivitas), rasa nyeri mereda jika didinginkan Memerah, menjadi putih ketika ditekan minimal atau tanpa edema Kesembuhan lengkap dalam waktu satu minggu, terjadi pengelupasan kulit Derajat Dua (Partial-Thickness): tersiram air mendidih, terbakar oleh nyala api Epidermis dan bagian dermis Nyeri, hiperestesia, sensitif terhadap udara yang dingin Melepuh, dasar luka berbintik-bintik merah, epidermis retak, permukaan luka basah, terdapat edema Kesembuhan dalam waktu 2-3 minggu, pembentukan parut dan depigmentasi, infeksi dapat mengubahnya menjadi derajat-tiga Derajat Tiga (Full-Thickness): terbakar nyala api, terkena cairan mendidih dalam waktu yang lama, tersengat arus listrik Epidermis, keseluruhan dermis dan kadang-kadang jaringan subkutan Tidak terasa nyeri, syok, hematuria (adanya darah dalam urin) dan kemungkinan pula hemolisis (destruksi sel darah merah), kemungkinan terdapat luka masuk dan keluar (pada luka bakar listrik) Kering, luka bakar berwarna putih seperti bahan kulit atau gosong, kulit retak dengan bagian lemak yang tampak, terdapat edema Pembentukan eskar, diperlukan pencangkokan, pembentukan parut dan hilangnya kontur serta fungsi kulit, hilangnya jari tangan atau ekstrenitas dapat terjadi Patofisiologi Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas langsung atau radiasi elektromagnetik. Sel - sel dapat menahan temperatur sampai 44oc tanpa kerusakan bermakna, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap drajat kenaikan temperatur. Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang kurang tahan dengan konduksi panas. Kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan intravaskuler keluar dari lumen pembuluh darah, dalam hal ini bukan hanya cairan tetapi protein plasma dan elektrolit.Pada luka bakar ekstensif dengan perubahan permeabilitas yang hampir menyelutruh, penimbunan jaringan masif di intersitial menyebabakan kondisi hipovolemik. Volume cairan intravaskuler mengalami defisit,timbul ketidak mampuan menyelenggarakan proses transportasi ke jaringan, kondisi ini dikenal dengan syok (Moenajat,2001) Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh kegagalan organ multi sistem. Awal mula terjadi kegagalan organ multi sistem yaitu terjadinya kerusakan kulit yang mengakibatkan peningkatan pembuluh darah kapiler,peningkatan ekstrafasasi cairan (H2O, elektrolit dan protein),sehingga mengakibatkan tekanan onkotik dan tekanan cairan intraseluler menurun, apabila hal ini terjadi terus menerus dapat mengakibatkan hipopolemik dan hemokonsentrasi yang mengakibatkan terjadinya gangguan perfusi jaringan. Apabila sudah terjadi gangguan perkusi jaringan maka akan mengakibatkan gangguan sirkulasi makro yang menyuplai sirkulasi orang organ organ penting seperti : otak, kardiovaskuler, hepar, traktus gastrointestinal dan neurologi yang dapat mengakibatkan kegagalan organ multi sistem. Klasifikasi Luka bakar dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal, antara lain: penyebab, luasnya luka, dan keparahan luka bakar. Klasifikasi Berdasarkan Mekanisme dan Penyebab Luka bakar termal Luka bakar yang biasanya mengenai kulit. Luka bakar ini bisa disebabkan oleh cairan panas, berkontak dengan benda padat panas, terkena lilin atau rokok, terkena zat kimia, dan terkena aliran listrik (WHO, 2008). Luka bakar inhalasi Luka bakar yang disebabkan oleh terhirupnya gas yang panas, cairan panas atau produk berbahaya dari proses pembakaran yang tidak sempurna. Luka bakar ini penyebab kematian terbesar pada pasien luka bakar (WHO, 2008). Klasifikasi Berdasarkan Derajat dan Kedalaman Luka Bakar Derajat I (superficial) hanya terjadi di permukaan kulit (epidermis). Manifestasinya berupa kulit tampak kemerahan, nyeri, dan mungkin dapat ditemukan bulla. Luka bakar derajat I biasanya sembuh dalam 3 hingga 6 hari dan tidakmenimbulkan jaringan parut saat remodeling(Barbara et al.,2013). Derajat II (partial thickness) melibatkan semua lapisan epidermis dan sebagian dermis. Kulit akan ditemukan bulla, warna kemerahan, sedikit edem dan nyeri berat. Bila ditangani dengan baik, luka bakar derajat II dapat sembuh dalam 7 hingga 20 hari dan akan meninggalkan jaringan parut (Barbara et al.,2013). Derajat III (full thickness) melibatkan kerusakan semua lapisan kulit, termasuk tulang, tendon, saraf dan jaringan otot. Kulit akan tampak kering dan mungkin ditemukan bulla berdinding tipis, dengan tampilan luka yang beragam dari warna putih, merah terang hingga tampak seperti arang. Nyeri yang dirasakan biasanya terbatas akibat hancurnya ujung saraf pada dermis. Penyembuhan luka yang terjadi sangat lambat dan biasanya membutuhkan donor kulit (Barbara et al.,2013). Klasifikasi Berdasarkan Luas Luka Sedangkan berdasarkan luas lesi dapat diklasifikasikan menjadi 3 yakni: Luka bakar ringan, yakni luka bakar derajat I seluas <10% atau derajat II seluas <2%. Luka bakar sedang, yakni luka bakar derajat I seluas 10 - 15% atau derajat II seluas 5 -10% Luka bakar berat, yakni luka bakar derajat II seluas >20% atau derajat III seluas >10% Untuk menilai luas luka menggunakan metode “Rule of Nine” berdasarkan LPTT (Luas Permukaan Tubuh Total). Luas luka bakar ditentukan untuk menentukan kebutuhan cairan, dosis obat dan prognosis. Persentase pada orang dewasa dan ana - anak berbeda. Pada dewasa, kepala memiliki nilai 9% dan untuk ektremitas atas memiliki nilai masing - masing 9%. Untuk bagian tubuh anterior dan posterior serta ekstremitas bawah memiliki nilai masing - masing 18%, yang termasuk adalah toraks, abdomen dan punggung. Serta alat genital 1%. Sedangkan pada anak - anak persentasenya berbeda pada kepala memiliki nilai 18% danektremitas bawah 14% (Yapa, 2009). Pemeriksaan penunjang Menurut Doenges, 2000, diperlukan pemeriksaan penunjang pada luka bakar yaitu : Laboratorium Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh darah. Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau inflamasi. GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis. Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan , kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan. Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium. Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress. Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan. Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau luasnya cedera. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar. Penatalaksanaan Tatalaksana penanganan luka bakar di ruang perawatan intensif membutuhkan pendekatan holistik. Tidak jarang pasien luka bakar dirawat di ruang perawatan intensif untuk dilakukan pemantauan hemodinamik. Tatalaksana di ruang perawatan intensif adalah sebagai berikut: Mempertahankan Jalan Napas Trauma jalan napas merupakan penyebab kematian terbanyak pada pasien luka bakar. Cedera jalan napas akibat luka bakar dapat menyebabkan obstruksi, hipoksia bahkan kematian. Telah dilaporkan bahwa trauma inhalasi akan meningkatkan mortalitas pasien luka bakar sebanyak 20% yang berpotensi menyebabkan pneumonia. Patogenesis terjadinya trauma inhalasi adalah akibat cedera panas yang berlangsung 12 jam setelah terjadinya luka bakar yang menyebabkan obstruksi jalan napas bagian atas. Pasien luka bakar seringkali mengalami berbagai penyulit termasuk terjadinya trauma inhalasi, sehingga membutuhkan perawatan khusus untuk rumatan jalan napas di ruang perawatan intensif, apakah hanya sebatas pemantauan hemodinamik atau bahkan membutuhkan bantuan ventilasi mekanik. Berikut adalah indikasi intubasi pada pasien luka bakar: Luka bakar di wajah Deposit karbon dan perubahan struktur akibat inflamasi di faring dan rongga hidung Terdapat tumpukan dahak pada korban Suara paru stridor Retraksi dan sesak napas Penurunan kesadaran Penyakit paru restriktif sekunder akibat luka bakar. Pasien derajat berat Pada pasien luka bakar pemberian O2 dan pembersihan jalan napas merupakan komponen penting dalam tatalaksana jalan napas. Komponen lain yang tidak kalah pentingnya antara lain adalah hisap lendir berkala dan fisioterapi dada. Isap lendir berkala sebaiknya dilakukan setelah memposisikan pasien 45o. Sebelumnya pasien dilakukan preoksigenasi dengan O2 100%. Apabila belum dilakukan preoksigenasi, sebaiknya dilakukan isap lendir berkala selama kurang lebih 15 detik. Namun yang harus diwaspadai adalah stimulasi nervus vagus, terdapatya iritasi mukosa nasotrakea, trauma, dan bradikardi. Trauma inhalasi pada jalan napas bagian bawah dapat menyebabkan infeksi trakea dan bronkus akibat zat-zat kimia sehingga menyebabkan spasme jalan napas. Dalam hal ini dapat digunakan aerosol yang bersifat simpatomimetik yang menyebabkan relaksasi otot bronkus dan menstimulasi clearance mucociliary. Terapi inhalasi ini dapat diberikan setiap 2-4 jam sekali tergantung klinis pasien. Resusitasi Cairan. Resusitasi cairan merupakan tatalaksana utama ada saat fase awal penanganan luka bakar terutama pada 24 jam pertama. Pemberian cairan yang adekuat akan mencegah syok yang disebabkan karena kehilangan cairan berlebihan ada luka bakar. Luka bakar data menyebabkan berbagai perubahan parameter anatomis imunologis bahkan fisiologis tubuh. Luka bakar data menyebabkan hilagnya cairan intravascular melalui luka atau jaringan yang mengaami cidera. Teknik resusitasi cairan ada luka bakar mengacu pada rumus parkland, yaitu: 4 cc/kg/luas permukaan tubuh + cairan rumatan. Cairan rumatan dapat digunakan dekstrosa 5% dalam ringer laktat yang jumlahnya disesuaikan dengan berat badan : ≤10 Kg: 100 mL/kg 11-20 Kg: 1000 mL + (Berat badan – 10 Kg) x 50 mL >20 Kg: 1500 mL + (Berat badan – 20 Kg) x 20 mL Pemberian cairan ini diberikan 24 jam pertama, 50% diberikan 8 jam pertama dan 50% diberikan 16 jam berikutnya. Formula ini telah digunakan secara luas sejak 40 tahun yang lalu untuk terapi cairan pada luka bakar selama 24 jam pertama setelah trauma, namun penelitian terbaru mengatakan bahwa formula Parkland tidak dapat memprediksi kehilangan cairan secara akurat khususnya pada pasien dengan luka bakar luas, akibatnya pasien seringkali mendapatkan jumlah cairan lebih sedikit dibandingkan seharusnya. Hal ini sesuai dengan penelitian Cancio dkk yang melaporkan bahwa penggunaan formula Parkland menyebabkan penurunan kebutuhan cairan pada 84% pasien. Penelitian ini juga menyebutkan jumlah cairan yang diberikan pada pasien luka bakar tidak hanya memperhatikan luas serta kedalaman luka, namun harus diperhatikan apakah pasien ini membutuhkan bantuan ventilasi mekanik atau tidak karena diperkirakan hal ini dapat meningkatkan kebutuhan cairan. Antibiotika yang sesuai Pasien luka bakar terutama luka bakar luas berpotensi mengalami infeksi sekunder maupun sepsis sehingga berpotensi meningkatkan mortalitas. Infeksi sekunder pada luka bakar terutama disebabkan oleh bakteri gram positif terutama stafilokokus yang berdomisili di kelenjar keringat dan folikel rambut, perubahan kondisi akibat luka bakar akan mempercepat pertumbuhan bakteri, sedangkan infeksi bakteri gram negatif umumnya disebabkan karena translokasi dari kolon karena berkurangnya aliran darah mesenterika. Selain itu kondisi pasien diperberat akibat penurunan respons limfosit T sitotoksik, maturasi mieloid yang menyebabkan terganggunya aktivitas netrofil dan makrofag. Tujuan penanganan luka adalah mempercepat epitelisasi sehingga dapat mengurangi risiko infeksi sekunder. Sepsis seringkali menyertai luka bakar. Pemberian antibiotika yang umum digunakan adalah silver sulfadiazine yang memiliki potensi antimikroba yang paling baik, namun memiliki efek toksisitas dan memperlambat proses penyembuhan luka. Dukungan Nutrisi Pada keadaan luka bakar terlebih pada luka bakar derajat luas, terjadi hipermetabolisme akibat respons stres berlebihan. Hal ini akan mengakibatkan pasien akan mengalami keadaan malnutrisi, dan lambatnya proses penyembuhan. Keadaan hipermetabolisme dapat bertahan sekitar 12 bulan setelah cedera. Keadaan ini berhubungan dengan luasnya luka bakar, dan berkaitan dengan stres yang terjadi. Pada anak kebutuhan kalori mencakup 60%-70% karbohidrat, 15%-20% lemak, sedangkan protein harus terpenuhi 2,5-4gram/kgbb/hari. Apabila diberikan asupan berlebih dapat menyebabkan peningkatan produksi CO2 yang dapat memperberat fungsi paru dan dapat meperlambat proses penyapihan ventilator. Di samping itu pemberian karbohidrat berlebihan akan menyebabkan disfungsi hepar, hiperglikemia sehingga dapat memicu dehidrasi akibat meningkatnya diuresis. Pemantauan proses metabolisme dilakukan melalui pemantauan kadar gula darah, albumin, elektrolit, fungsi hati dan ginjal. Analgetika dan Sedatif Luka bakar dapat menimbulkan rasa nyeri terlebih lagi pada luka bakar luas. Nyeri tersebut akan sangat mengganggu proses emosi dan fisiologi anak. Sehingga diperlukan analgetika dan sedatif yang dapat mengontrol nyeri agar anak menjadi nyaman. Derajat luka bakar akan menentukan nyeri yang ditimbulkannya. Pada luka bakar superfisial, persyarafaan masih utuh sehingga pergerakan maupun sentuhan akan sangat memicu rasa nyeri. Sedangkan luka bakar luas dan dalam (deep partial thickness) beberapa persarafan bahkan hampir seluruh saraf mengalami kerusakan, akibatnya pasien tidak begitu merasakan rangsangan nyeri. Namun hal yang harus diperhatikan adalah apabila sekeliling luka mengalami kemerahan yang dapat menimbulkan nyeri. Luka bakar jenis full thickness, seluruh persarafan telah mengalami kerusakan, oleh sebab itu respons terhadap rasa nyeri sama sekali tidak ada, namun daerah sekeliling luka masih berespons terhadap rangsang nyeri. Perawatan Luka Perawatan luka merupakan salah satu tatalaksana yang perlu diperhatikan dalam penanganan luka bakar. Karena tidak jarang luka yang tidak dibersihkan dengan baik dapat memicu infeksi sekunder. Cleansing dan debridement merupakan tindakan rutin yang harus dilakukan. Bilas luka dapat menggunakan sabun dan air bersih atau clorhexidin atau NaCl 0,9%. Setelah dibersihkan, diberikan antibiotika topikal yang kemudian menutup luka dengan kasa steril untuk mengurangi risiko infeksi sekunder. Antibiotik topikal dapat diberikan sehari 2 kali sambil dilakukan ganti balutan. Tujuan utama perawatan luka adalah mencegah infeksi dan melindungi luka terhadap terjadinya infeksi sekunder. Bula yang terbentuk apabila berukuran <2cm dapat dibiarkan tetap utuh, sedangkan bula yang besar harus dipecahkan kemudian dilakukan debridement. Pasien luka bakar yang dirawat umumnya dilakukan skin graft dalam 1–5 hari setelah trauma. Tindakan ini terbukti dapat mengurangi risiko sepsis. Komplikasi Komplikasi luka bakar dapat berasal dari luka itu sendiri atau dari ketidakmampuan tubuh saat proses penyembuhan luka (Burninjury, 2013). Terganggunya suplai darah atau sirkulasi Penderita dengan kerusakan pembuluh darah yang berat dapat menyebabkan kondisi hipovolemik atau rendahnya volume darah. Selain itu, trauma luka bakar berat lebih rentan mengalami sumbatan darah (blood clot) pada ekstremitas. Hal ini terjadi akibat lamanya waktu tirah baring pada pasien luka bakar. Tirah baring mampu menganggu sirkulasi darah normal, sehingga mengakibatkan akumulasi darah di vena yang kemudian akan membentuk sumbatan darah (Burninjury, 2013). Terganggunya suplai darah atau sirkulasi Penderita dengan kerusakan pembuluh darah yang berat dapat menyebabkan kondisi hipovolemik atau rendahnya volume darah. Selain itu, trauma luka bakar berat lebih rentan mengalami sumbatan darah (blood clot) pada ekstremitas. Hal ini terjadi akibat lamanya waktu tirah baring pada pasien luka bakar. Tirah baring mampu menganggu sirkulasi darah normal, sehingga mengakibatkan akumulasi darah di vena yang kemudian akan membentuk sumbatan darah (Burninjury, 2013). Komplikasi jangka panjang Komplikasi jangka panjang terdiri dari komplikasi fisik dan psikologis. Pada luka bakar derajat III, pembentukan jaringan sikatriks terjadi secara berat dan menetap seumur hidup. Pada kasus dimana luka bakar terjadi di area sendi, pasien mungkin akan mengalami gangguan pergerakan sendi. Hal ini terjadi ketika kulit yang mengalami penyembuhan berkontraksi atau tertarik bersama. Akibatnya, pasien memiliki gerak terbatas pada area luka. Selain itu, pasien dengan trauma luka bakar berat dapat mengalami tekanan stress pasca trauma atau post traumatic stress disorder (PTSD). Depresi dan ansietas merupakan gejala yang sering ditemukan pada penderita (Burninjury, 2013). Prognosis Prognosis luka bakar akan lebih buruk bila terjadi pada area luka yang lebih besar, usia penderita yang lebih tua, dan pada wanita. Adanya trauma inhalasi atau trauma signifikan lain seperti fraktur tulang panjang dan komorbiditas berat (penyakit jantung, diabetes, gangguan psikiatri dan keinginan untuk bunuh diri) juga mempengaruhi prognosis (Tintinalli, 2010). Selain itu juga dapat digunakan metode skoring Baux termodifikasi untuk memprediksi persentase mortalitas trauma luka bakar. Rumus Baux adalah umur + persentase area luka bakar + (17 x (trauma inhalasi, 1 = ya, 0 = tidak) (Osler et al., 2010). BAB III KONSEP KEPERAWATAN PENGKAJIAN Data biografi Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamt, tnggal MRS, dan informan apabila dalam melakukan pengkajian klita perlu informasi selain dari klien. Umur seseorang tidak hanya mempengaruhi hebatnya luka bakar akan tetapi  anak dibawah umur 2 tahun dan dewasa diatsa 80 tahun memiliki penilaian tinggi terhadap jumlah kematian (Lukman F dan Sorensen K.C). data pekerjaan perlu karena jenis pekerjaan memiliki resiko tinggi terhadap luka bakar agama dan pendidikan menentukan intervensi ynag tepat dalam pendekatan Keluhan utama Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar (Combustio) adalah nyeri, sesak nafas. Nyeri dapat disebabakna kerena iritasi terhadap saraf. Dalam melakukan pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, severe, time, quality (p,q,r,s,t). sesak nafas yang timbul beberapa jam / hari setelah klien mengalami luka bakardan disebabkan karena pelebaran pembuluh darah sehingga timbul penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila edema paru berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru.  Riwayat penyakit sekarang Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyabeb lamanya kontak, pertolongan pertama yang dilakuakn serta keluhan klien selama menjalan perawatan ketika dilakukan pengkajian.  Apabila dirawat meliputi beberapa fase : fase emergency (±48 jam pertama terjadi perubahan pola bak), fase akut (48 jam pertama beberapa hari  /  bulan ), fase rehabilitatif (menjelang klien pulang) Riwayat penyakit masa lalu Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum mengalami luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai riwaya penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau penyalagunaan obat dan alkohol Riwayat penyakit keluarga Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota keluarga, kebiasaan keluarga mencari pertolongan, tanggapan keluarga mengenai masalah kesehatan, serta kemungkinan penyakit turunan Riwayat psiko sosial Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri body image yang disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik mengalami gangguan perubahan. Selain itu juga luka bakar juga membutuhkan perawatan yang laam sehingga mengganggu klien dalam melakukan aktifitas. Hal ini menumbuhkan stress, rasa cemas, dan takut. Bernafas Pada klien yang terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi). Yang dikaji adalah serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi. Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi). Makan dan Minum Meliputi kebiasaan klien sehari-hari dirumah dan di RS dan apabila terjadi perubahan pola menimbulkan masalah bagi klien. Pada pemenuhan kebutuhan nutrisi kemungkinan didapatkan anoreksia, mual, dan muntah. Eliminasi: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik. Gerak dan Aktifitas : Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus. Istirahat dan Tidur Pola tidur akan mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh kondisi klien ddan akan mempengaruhi proses penyembuhan Pengaturan Suhu Klien dengan luka bakar mengalami penurunan suhu pada beberapa jam pertama pasca luka bakar, kemudian sebagian besar periode luka bakar akan mengalami hipertermia karena hipermetabolisme meskipun tanpa adanya infeksi Kebersihan diri Pada pemeliharaan kebersihan badan mengalami penurunan karena klien tidak dapat melakukan sendiri. Rasa Aman Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok. Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal. Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera. Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar. Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik). Rasa Nyaman Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri. Sosial masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan. Sehingga klien mengalami ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah. Rekreasi Mengetahui cara klien untuk mengatasi stress yang dialami Prestasi Mempengaruhi pemahaman klien terhadap sakitnya Pengetahuan Pengetahuan yang dimiliki oleh klien akan mempengaruhi respon klien terhadap penyakitnya Pemeriksaan fisik Keadaan umum Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit dan  gelisah sampai menimbulkan penurunan tingkat kesadaran bila luka bakar mencapai derajat cukup berat TTV Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga tanda tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam pertama Pemeriksaan kepala dan leher Kepala dan rambut Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna rambut setalah terkena luka bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas luka bakar Mata Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya benda asing yang menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata yang rontok kena air panas, bahan kimia akibat luka bakar Hidung Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu hidung yang rontok. Mulut Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering karena intake cairan kurang Telinga Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan serumen Leher Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai kompensasi untuk mengataasi kekurangan cairan Pemeriksaan thorak / dada Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada tidak maksimal, vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke paru, auskultasi suara ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronchi Abdomen Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri pada area epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis. Urogenital Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakantempat pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga potensi sebagai sumber infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter. Muskuloskletal Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada muskuloskleletal, kekuatan oto menurun karen nyeri Pemeriksaan neurologi Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun bila supplay darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri yang hebat (syok neurogenik) Pemeriksaan kulit Luas luka bakar Untuk menentukan luas luka bakar dapat digunakan salah satu metode yang ada, yaitu metode “rule of nine” atau metode “Lund dan Browder” Kedalaman luka bakar Kedalaman luka bakar dapat dikelompokan menjadi 4 macam, yaitu luka bakar derajat I, derajat II, derajat III dan IV, dengan ciri-ciri seperti telah diuraikan dimuka. Lokasi/area luka Luka bakar yang mengenai tempat-tempat tertentu memerlukan perhatian khusus, oleh karena akibatnya yang dapat menimbulkan berbagai masalah. Seperti, jika luka bakar mengenai derah wajah, leher dan dada dapat mengganggu jalan nafas dan ekspansi dada yang diantaranya disebabkan karena edema pada laring . Sedangkan jika mengenai ekstremitas maka dapat menyebabkan penurunan sirkulasi ke daerah ekstremitas karena terbentuknya edema dan jaringan scar. Oleh karena itu pengkajian terhadap jalan nafas (airway) dan pernafasan (breathing) serta sirkulasi (circulation) sangat diperlukan. Luka bakar yang mengenai mata dapat menyebabkan terjadinya laserasi kornea, kerusakan retina dan menurunnya tajam penglihatan. Bagian tubuh 1 th 2 th Dewasa Kepala leher 18% 14% 9% Ekstrimitas atas (kanan dan kiri) 18% 18% 18 % Badan depan 18% 18% 18% Badan belakang 18% 18% 18% Ektrimitas bawah (kanan dan kiri) 27% 31% 30% Genetalia 1% 1% 1% TABEL DIAGNOSA No. Diagnosa Keperawatan Kode Diagnosa Kategori Subkategori 1. Perfusi Perifer Tidak Efektif D.0009 Fisiologis Sirkulasi 2. Hipovolemia D.0023 Fisiologis Nutrisi dan Cairan 3. Nyeri Akut D.0077 Psikologis Nyeri dan Kenyamanan 4. Resiko Infeksi D.0142 Lingkungan Keamanan dan Lingkungan 5. Gangguan Integritas Kulit D.0129 Lingkungan Keamanan dan Lingkungan 6. Gangguan Mobilitas Fisik D.0054 Fisiologis Aktivitas dan Istirahat 7. Gangguan Rasa Nyaman D.0074 Psikologis Nyeri dan Kenyamanan No Dx Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif (D.0009) Kategori : Fisiologis Subkategori : Sirkulasi Definisi : Penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat mengganggu metabolisme tubuh Gejala dan Tanda Mayor Subjektif : Tidak ada Objektif : Pengisian kapiler>3 detik Nadi perifer menurun atau tidak teraba Akral teraba dingin Warna kulit pucat Turgor kulit menurun Gejala dan Tanda Minor Subjektif : Parastesia Nyeri ekstermitas (kaludikasi intermiten) Objektif : Edema Penyembuhan luka lambat Indeksankle-branchial<0,90 Bruit femoral Keparahan Penyakit Arteri Perifer Keparahan tanda dan gejala dari penurunan aliran darah perifer sehubungan dengan arter osklerosis di ekstermitas Keparahan Metabolik Alkalosis Keparahan tanda dan gejala peningkatan pH dan bikar bonat dalam darah karena kondisi yang menyebabkan hilangnya asam yang berlebihan atau peningkatan retensi bikarbonat Keseimbangan Cairan Keseimbangan cairan didalam ruang intraseluler dan ekstra seluruh tubuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu….. x24 jam perfusi jaringan perifer tidak efektif dapat diatasi dengan Kriteri Hasil : Keparahan Penyakit Arteri Perifer Gangguan sensasi kulit di ekstermitas (tidak ada) Gangguan mobilitas fisik (tidak ada) Disfungsi ereksi (tidak ada) Keparahan Metabolik Alkalosis Penigkatan Ph plasma darah (tidak ada) Peningkatan serum bikarbonat (tidak ada) Takikardia atrium (tidak ada) Kontraksi - kontraksi ventricular premature (tidak ada) Kesemutan diujung kaki dan tangan (tidak ada) Keseimbangan Cairan Denyut perifer (tidak terganggu) Hematocrit (tidak terganggu) Turgor kulit (tidak terganggu) Edema perifer (tidak ada) kramotot (tidak ada) NIC Manajemen Cairan Monitor tanda-tanda vital pasien Monitor status gizi Mandiri Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam pemberian makanan dengan baik Jaga intake/asupan yang akurat dan catat output (pasien) Perawatan Sirkulasi :Insufisiensi Arteri Observasi Monitor tingkat ketidak nyamanan atau nyeri saat melakukan olahraga di malam hari atau saat beristirahat Monitor jumlah cairan yang masuk dan yang keluar Mandiri Dukung pasien untuk melakukan kegiatan olahraga walaupun (pasien) tidak suka Monitor Cairan Observasi Monitor asupan dan pengeluaran Monitor tekanan darah, denyut jantung dan status pernapasan Monitor tekanan darah ortos tatik dan perubahan irama jantung, dengan tepat Kolaborasi Konsultasikan kedokter jika pengeluaran urin kurang dari 0.5ml/kg/jam atau asupan cairan orang dewasa kurang dari 2000 dalam 24 jam Manajemen Sensasi Perifer Observasi Monitor sensesi tumpul atau tajam dan panas dan dingin (yang dirasakanp asien) Monitor trombo plebitis dan trombo embolipada vena Mandiri Dorong pasien untuk menggunakan bagian tubuh yang tidak terganggu dalam rangka mengetahui tempat dan permukaan suatu benda Dorong pasien menggunakan sepatu dengan ukuran yang pas, berhak pendek dan berbahan lembut Observasi Mengetahui adanya perubahan tanda-tanda vital klien Memberikan asupan status gizi klien dengan baik\ Mandiri Agar klien mengkonsumsi makanan yang baik dengan dukungan/dorongan dari keluarga klien Dengan adanya asupan yang akurat terhadap klien Observasi Agar klien melakukan olahraga di malam hari dan beristirahat untuk tingakat kenyamanan Untuk mengetahui jumlah cairan klien yang masuk dan kelaur Mandiri Berikan dorongan/dukungan pada klein agar melakukan olahraga walaupun klien tidak suka Observasi Berikan asupan cairan pada klien serta pengeluaran Periksa tanda-tanda vital klien Lihat adanya tekanan darah klien dan perubahan irama jantung klien dengan tepat Kolaborasi Untuk melihat pengeluaran urin dengan asupan cairan orang dewasa maka harus kerja sama dengan dokter Observasi Jika klien merasakan panas adan dingin Agar pasien merasa kantrol oplebitis dan tromboemboli pada vena Mandiri Agar pasien melindungi bagian tubuh dan tidak terganggu permukaan suatu benda Beritahu klien untuk menggunakan sepatu dengan berhak dan berlembut dan berukuran pas 2. Kekurangan Volume Cairan (D.0027) Definisi : penurunan cairan intravaskular, intertisial, dan/atau intraselular. Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar natrium Batasan Karakteristik Haus Kelemahan Kulit kering Membrane mukosa kering Peningkatan frekuensi nadi Peningkatan suhu tubuh Integritas Jaringan : Kulit dan Membran Mukosa Keutuhan struktur dan fungsi fisiologis kulit dan selaput lendir secara normal Keseimbangan Cairan Keseimbangan cairan didalam ruang intraselular dan ekstraselular tubuh Hidrasi [ketersediaan] air yang cukup dalam kompartemen intraselular dan ekstraseluler tubuh Integritas Jaringan : Kulit dan Mambran Mukosa Suhu kulit (teratasi dari skala 1- skala 5) Hidrasi (teratasi dari skala 1-skala 5) Lesi pada kulit (teratasi dari skala1- skala 5) Kanker kulit (teratasi dari skala 1- skala 5) Pengelupasan kulit (teratasi dari skala1- skala 5) Penebalan kulit (terastasi dari skala 1- skala 5) Keterangan : (tidak terganggu) Tidak terganggu) (tidak ada) (tidak ada) (tidak ada) (tidak ada) Keseimbangan Cairan Keseimbangan intake dan output dalam 24 jam (teratasi dari skala 1- skala 5) Berat badan stabil (teratasi dari skala 1- skala 5) Turgor kulit (teratasi dari skala 1- skala 5) Keterangan : (sangat terganggu) (sangat terganggu) (cukup terganggu) (sedikit terganggu) (tidak terganggu) Hidrasi Turgor kulit (teratasi dari skala 1- skala 5) Intake cairan (teratasi dari skala 1-skala 5) Output urin (teratasi dari skala 1-skala 5) Haus (teratasi dari skala 1-skala 5) Keternangan : (sangat terganggu) (Banyak terganggu) (cukup terganggu) (sekdikit terganggu) (tidak terganggu) Manajemen Hipovolemi Observasi Monitor integritas kulit pasien yang tidak dapat bergerak dan memiliki kulit kering Monitor rongga mulut dari kekeringan dan/atau membran mukosa yang pecah Mandiri Bantu pasien dengan ambulasi pada kasus hipotensi postural Healt Education Instruksikan pada pasien dan/atau keluarga untuk mencatat intake dan output, denga tepat Pemberian Obat : Kulit Observasi Monitor adanya efek samping local dan sistemik dari pengobatan Mandiri Tentukan pengetahuan pasien mengenai medikasi dan pemahaman pasien mengenai meode pemberian obat Observasi Melihat adanya integritas pada kulit klien yang tidak memilki kulit yang kering Untuk melihat adanya rongga mulut yang kering dan membran mukosa yang pecah yang terdapat pada klien Mandiri Untuk mambantu klien dalam ambulasi hipotensi postural yang dialami klien tersebut Arahkan klien dan anggota keluarga untuk mengetahui/mencatat intake dan output klien dangn tepat Untuk melihat adanya efek samping local dari sistemik dan pengobatan klien sendiri Mandiri 1. melihat medikasi klien dan pemahaman terhadap klien metode pemberian obat 3. Nyeri akut (D.0077) Kategori : Psikologis Subkategori : Nyeri dan ketidaknyaman Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Gejala dan tanda mayor Subjektif : Mengeluh nyeri. Objektif : Gelisah sulit tidur frekuensi nadi meningkat Gejala dan tanda minor Subjektif : Tidak tersedia. Objektif : Tekanan darah meningkat pola napas berubah nafsu makan berubah proses berpikir terganggu berfokus pada diri sendiri. Kontrol nyeri Tingkat nyeri Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x24 jam Nyeri dapat diatasi dengan : Kriteria Hasil : Kontrol nyeri : Menggunakan analgesik yang direkomendasikan (4) Mengenali apa yang terkait dengan gejala nyeri (4) Catatan : 1 (tidak pernah menunjukan ) 2 (jarang menunjukan) 3 (kadang-kadang menunjukan 4 (sering menunjukan) 5 (sering konsisten menunjukan) Tingkat nyeri : Ekspresi nyeri wajah (4) Ketegangan otot (4) Catatan : 1 (Berat) 2 (Cukup berat) 3 (Sedang) 4 (Ringan) 5 (Tidak ada) Manajemen nyeri Observasi : Monitor kepuasan klien terhadap manajemen nyeri dalam interval yang spesifik. Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan terutama pada mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif. Mandiri : Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan factor pencetus. Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani nyerinya dengan tepat. Dorong pasien untuk menggunakan obat-obatan penurun nyeri yang adekuat. Berikan individu penurun nyeri yang optimal dengan peresepan analgesic. Health education Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur. Berikan informasi yang akurat untuk meningkatkan pengetahuan dan respon keluarga terhadap pengalaman nyeri. Kolaborasi : Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim kesehatan lainnya untuk memilih dan mengimplementasikan tindakan penurun nyeri nonfarmakologi, sesuai kebutuhan. Informasikan tim kesehatan lain/anggota keluarga mengenai strategi nonfarmakologi yang sedang digunakan untuk mendorong pendekatan prefentif terkait dengan manajemen nyeri. Pemberian analgesik Observasi : Monitor tanda vital sebelum dan setelah memberikan analgesik narkotik pada pemberian dosis pertama kali atau jika ditemukan tanda-tanda yang tidak biasanya. Evaluasi keefektifan analgesic dengan interval yang teratur pada setiap setelah pemberian khususnya setelah pemberian pertama kali, juga observasi adanya tanda dan gejala efek samping (misalnya, depresi pernapasan, mual dan muntah, mulut kering dan konstipasi). Mandiri : Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan frekuensi obat analgesic yang diresepkan. Cek adanya riwayat alergi obat. Bantu Pasien Untuk Mengontrol Pemberian Analgesik Mandiri : Pastikan bahwa pasien tidak alergi terhadap analgesik yang akan di berikan Instruksikan pasien dan keluarga untuk memonitor laju pernapasan dan tekanan darah Kolaborasi : Berkolaborasi dengan dokter, pasien dan anggota keluarga dalam memilih jenis narkotik yang akan digunakan. Konsultasikan dengan ahli nyeri di klinik bagi pasien yang mengalami kesulitan dalam mencapai pengontrolan nyeri Terapi Latihan : Mobilitas sendi Observasi monitor lokasi dan kecenderungan adanya nyeri dan ketidaknyamanan selama pergerakan/aktivitas Mandiri pakaikan baju yang tidak menghambat pergerakan pasien bantu pasien mendapatkan posisi tubuh yang optimal untuk pergerakan sendi pasif maupun aktif bantu untuk melakukan pergerakan sendi yang ritmis dan teratur sesuai kadar nyeri yang bisa ditoleransi, ketahanan dan pergerakan sendi Kolaborasi kolaborasikan dengan ahli terapi fisik dalam mengembangkan dan menerapkan sebuah program latihan Health Education jelaskan pada pasien atau keluarga manfaat dan tujuan melakukan latihan sendi Terapi Latihan : Kontrol Otot Observasi monitor emosi pasien, kardiovaskuler, dan respon fungsional terhadap protocol latihan monitor latihan mandiri pasien terhadap penampilan yang benar Mandiri jelaskan protocol dan rasionalisasi latihan pada pasien dan keluarga beri pakaian yang tidak menghambat pergerakan pasien berikan petunjuk langkah demi langkah untuk setiap aktivitas motoric selama latihan atau ADL instruksikan pasien untuk mengulangi gerakan setiap kali latihan selesai dilakukan. Kolaborasi konsultasikan dengan ahli terapi fisik, untuk menentukan posisi optimal bagi pasien selama latihan dan jumlah pengulangan untuk setiap pola gerakan kolaborasikan dengan pemberi perawatan dirumah terkait protokol latihan dan kegiatan sehari-hari Untuk mengetahui sejauh mana kepuasan klien terhadap manajemen nyeri Untuk mengamati adanya ketidaknyamanan yang dirasakan klien melalui bahasa tubuh, yang ingin disampaikan. Mandiri Untuk dapat mengetahui dibagian mana, serta berapa lama nyeri yang dirasakan oleh klien Membantu pasien untuk menagani nyeri yang dirasaknnya dengan tepat Membantu pasien untuk meredakan nyeri yang di rasakan klien Membantu pasien untuk meredakan nyeri yang dirasakan klien Agar pasien dapat mengetahui tentang nyeri yang dirasakan Untuk menambah wawasan pada pasien dan keluarganya mengenai manajemen nyeri. Untuk menurunkan nyeri yang dirasakan klien. Agar pasien dan keluarga dapat mengetahui tentang manajemen nyeri. Memantau tanda vital sebelum dan sesudah pemberian dosis untuk memastikan adanya tanda-tanda yang tidak biasa Untuk mengetahui keefektifan analgesic yang teratur setelah pemberian pertama kali Agar perawat dapat mengetahui pengobatan kepada pasien mulai dari obat, dosis yang diresepkan Untuk mengetahui apakah pasien alergi dengan obat Agar pasien merasa nyaman setelah diberikan obat Agar pasien dan keluarga dapat memantau laju pernapasan dan tekana darah yang dialami pasien Agar pasien dan anggota keluarga bisa memilih narkotik yang aman yang akan digunakan Agar pasien tidak mengalami kesulitan dalam mengontrol nyeri Untuk mengetahui lokasi dari nyeri yang bisa menyebabkan ketidaknyamanan saat melakukan aktivitas Agar membuat pasien lebih leluasa bergerak Agar pasien mendapatkan posisinya yang nyaman Agar pasien bisa melakukan pergerakan sendi yang teratur sesuai dengan keparahan nyeri yang dialami Agar dapat menerapkan sebuah program latihan yang aman Agar pasien dan keluarga mengetahui manfaat dan tujuan melakukan latihan sendi Untuk melihat emosi pasien dalam melakukan latihan Agar pasien dapat melakukan latihan mandiri dengan benar Agar pasien dan keluarga dapat mengetahui aturan dan rasionalisasi dari latihan yang di lakukan Agar baju yang dikenakan pasien tidak menghambat gerakan pada saat melakukan latihan Agar pasien dapat mengetahui langkah-langkah untuk melakukan aktivitas selama latihan dengan benar Agar pasien dapat melakukan gerakan latihan secara mandiri Agar pasien dapat melakukan gerakan dengan baik dan benar sesuai dengan posisi dan pengulangan gerakan latihan Agar perawatan dirumah sesuai dengan aturan dari latihan yang akan dilakukan setiap hari 4. Resiko Infeksi (D.0142) Kategori :Lingkungan Subkategori : Keamanan dan proteksi Definisi : Beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenok. Faktor Resiko : Mal nutrisi Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer : Perubahan sekresi Ph Status cairan tubuh Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder : Supresi respon inflamasi Kondisi Klinik Terkait : Penyakit paru obstruktif kronis Keparahan Infeksi Keparahan tanda dan gejala infeksi Kontrol Risiko Tindakan invidu untuk mengerti, mencegah, mengeleminasi atau mengurangi ancaman kesehatan yang di modifikasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan … X 24 jam. resiko infeksi dapat diatasi dengan kriteria hasil : Keparahan infeksi Sudah tidak ada demam Tidak ada sputum purulen Tidak ada cairan yang berbau busuk Hilang nafsu makan teratasi Control resiko Mencari informasi tentang resiko kesehatan sering ditunjukkan Mengidentifikasi factor resiko sering di tunjukkan Mengenali factor resiko individu kadang-kadang ditunjukkan Kontrol Infeksi Mandiri : Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan untuk setiap pasien Ganti peralatan perawat per pasien sesuai protokol institusi Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien Pakai sarung tangan sebagaimana di anjurkan oleh kebijakan pencegahan universal/Universal Precautions Health Education : Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya kepada penyedia perawatan kesehatan Ajarkan pasien dan anggota keluarga mengenai bagaimana menghindari infeksi Perlindungan Infeksi Observasi : Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal Monitor kerentanan terhadap infeksi Mandiri : Anjurkan asupan cairan, dengan tepat Anjurkan istirahat Kolaborasi : Lapor dugaan infeksi pada personil mengendali infeksi Health Education : Instruksikan pasien untuk minum antibiotik yang diresepkan Ajarkan pasien dan keluarga pasien mengenai perbedaan-perbedan antara infeksi-infeksi virus dan bakteri Untuk mencegah terjadinya infeksi kepada pasien lain Agar terhindar dari penularan infeksi Untuk mencegah infeksi sehingga mengurangi resiko penularan dari patogen yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh diantara pasien dan pekerja kesehatan. Dengan pengetahuan yang cukup maka keluiarga mampu mengambil peran yang positif dalam program pencegahan infeksi dan lebih kooperatif dalam program pengobatan. Agar pasien dapat terhindar dari infeksi dang mengecilkan angka resiko terjadinya infeksi pada pasien melihat jika terdapat resiko infeksi pada pasien. menjaga daya tahan tubuh agar terhindar dari resiko infeksi Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh Istirahat yang cukup dapat mempercepat proses penyembuhan Untuk dapat menangani dengan cepat infeksi yang terjadi Konsumsi antibiotik sesuai program dapat mengurangi resiko resistensi kuman. Agar pasien dapat mengetahui infeksi yang menyerang tubuhnya serta penangganan yang tepat untuk infeksi tersebut Agar pasien dan anggota keluargan dapat menghindari terjadi infeksi sehingga memperkecil resiko terjadinya infeksi Gangguan integritas kulit ( D.0129) Kategori : Lingkungan Subkategori : Keamanan dan proteksi Definisi : Kerusakan kulit ( dermis dan/atau epidermis) atau jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau ligamen). Gejala dan Tanda Mayor : Subjektif : (tidak tersedia) Objektif : Kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit Gejala dan Tanda Minor : Subjektif : (Tidak tersedia) Objektif : Nyeri Kemerahan Hematoma Kondisi klinis Terkait: Diabetes melitus Gagal ginjal Imobilisasi NOC : Integritas jaringan : kulit dan membran & mukosa Penyembuhan luka: sekunder Tujuan : Setelah dilakukan tindakan …x24 jam diharapkan gangguan integritas kulit dapat teratasi. kriteria hasil : Suhu kulit (teratasi dari skala 1-5) Pengelupasan kulit (teratasi dari skala 1-5) Bau busuk luka (teratasi dari skala 1-5) Lubang pada luka (teratasi dari skala 1-5) Ket: 1: sangat besar 2: besar 3: sedang 4: terbatas 5: tidak ada Perawatan luka Observasi : Monitor karakteristik luka, termasuk drainase, warna, ukuran, dan bau Mandiri : Angkat balutan dan plester perekat Ukur luas luka yang sesuai Berikan perawatan ulkus pada kulit, yang diperlukan. Berikan balutan yang sesuai dengan jenis luka Pertahankan tehnik balutan steril ketika melakukan perawatan luka dengan tepat Periksa luka setiap kali perubahan balutan Bandingkan dan catat setiap perubahan luka Dokumentasi lokasi luka ukuran dan tampilan Kolaborasi : Rujuk pada ahli diet, dengan tepat Health Education : Anjurkan pasien dan keluarga pada prosedur perawatan luka Anjurkan pasien dan keluarga untuk mengenal tanda dan gejala infeksi Untuk membantu pengobatan dan perawatan luka Membersihkan luka dan mengganti balutan Untuk disesuaikan dengan balutan dan plester luka Agar terhindar dari infeksi dan mempercepat penyembuhan luka Agar terhindar dari infeksi dan mempercepat penyembuhan luka Tehnik balutan steril mempercepat penyembuhan dari luka karena tidak terkontaminasi Memantau perubahan luka dan perkembangan dari luka Untuk melihat perubahan yang terjadi pada luka selama perawatan Untuk memantau perawatan luka apakah berhasil Membantu dalam proses penanganan terjadinya diabetes mellitus Agar pasien dan keluarga mampu melakukan perawatan luka secara mandiri Agar pasien mengetahui dan mencegah terjadinya infeksi pada luka Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054) Kategori : Fisiologis Subkategori : Aktivitas/Istirahat Definisi : Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri. Penyebab : Kerusakan integritas struktur tulang Penurunan kendali otot Penurunan massa otot Penurunan kekuatan otot Program pembatasan gerak Gejala dan Tanda Mayor : Subjektif : - Objektif : - Kekuatan otot menurun Gejala dan Tanda Minor : Subjektif : - Objektif : - Gerakan terbatas Kondisi klinis terkait : Fraktur Koordinasi pergerakan Pergerakan sendi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan … X 24 Jam, Gangguan Mobilitas Fisik dapat diatasi dengan : Kriteria Hasil : Koordinasi pergerakan Kontraksi kekuatan otot (4) Kecepatan gerakan (4) Kontrol gerakan (4) Gerakan ke arah yang di inginkan (4) Gerakan dengan kecepatan yang di inginkan (4) Catatan : 1 (Sangat terganggu) 2 (Banyak terganggu) 3 (Cukup terganggu) 4 (Sedikit terganggu) 5 (Tidak terganggu) Pergerakan sendi Pergelangan tangan (kiri) (4) Siku (kiri) (4) Bahu (kiri) (4) Catatan : 1 (Deviasi berat dari kisaran normal) 2 (Deviasi yang cukup besar dari kisaran normal) 3 (Deviasi sedang dari kisaran normal) 4 (Deviasi ringan dari kisaran normal) 5 (Tidak ada deviasi dari kisaran normal) Terapi Latihan : Kontrol Otot Observasi Monitor latihan mandiri pasien terhadap penampilan yang benar Tindakan Mandiri Jelaskan protokol dan rasionalisasi latihan pada pasien dan keluarga Urutkan aktivitas perawatan harian untuk meningkatkan efek dari terapi latihan tertentu Bantu menjaga stabilitas sendi tubuh dan atau proksimal selama latihan motorik Kolaborasi Kolaborasikan dengan pemberi perawatan di rumah terkait protokol latihan dan kegiatan sehari-hari Terapi Aktivitas Observasi Monitor respon emosi, fisik, sosial dan spiritual terhadap aktivitas Tindakan mandiri Bantu klien memilih aktivitas dan pencapaian tujuan melalui aktivitas yang konsisten dengan kemampuan fisik, fisiologis dan sosial Bantu klien untuk tetap fokus pada kekuatan (yang dimilikinya) di bandingkan dengan kelemahan (yang dimilikinya) Agar latiha mandiri yang dilakukan pasien terkontrol dengan baik Agar pasien dan kelarga mengetahui rasional dari atihan yang dilakukan Perawatan harian yang di lakukan pasien lebh teratur dan menimbulkan dampak Agar pasien tidak susah dalam menjaga kestabilan sendi selama latihan Agar perawat mengatahui keadaan tubuh pasien, apakah ada perkembangan ata tidak setelah dilakukan latihan Agar latihan yang akan dilakukan dirumah sesuai dengan protocol yang tersedia Untuk mengontrol respon fisik,sosial, dan spiri Gangguan Rasa Nyaman (D.0074) Kategori : Psikologis Subkategori:Nyeri dan Kenyamanan Definisi : Perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospritual, lingkungan dan sosial Gejala dan Tanda Mayor Subjektif : Mengeluh tidak nyaman Objektif : Gelisah Gejala dan Tanda Minor Subjektif : Mengeluh sulit tidur Tidak mampu rileks Mengeluh kedinginan/kepanasan Merasa gatal Mengeluh mual Mengeluh lelah Objektif : Menunjukan gejala distres Tampak merintih/menangis Pola eliminasi berubah Postur tubuh berubah Iritabilitas NOC Status Kenyamanan Keseluruhan rasa nyaman dan keamanan individu secra fisik, psikospiritual, social budaya, dan lingkungan Tingkat Ketidaknyamanan Keparahan ketidaknyamanan mental atau fisik yang diamati atau dilaporkan Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu ….. x24 jam gngguan rasa nyaman dapat diatasi dengan Kriteria Hasil : Status Kenyamanan Kesejahteraan fisik (tidak terganggu) Lingkungan fisik (tidak terganggu) Hubungan social (tidak terganggu) Perawatan sesuai dengan keyakinan budaya (tidak terganggu) Tingak Ketidaknyamanan Rasa takut (tidak ada) Rasa gatal (tidak ada) Mual (tidak ada) Konstipasi (tidak ada) Kehilangan keyakinan (tidak ada) Ketidakmampuan untuk berkomunikasi (tidakada) NIC Peningkatan Tidur Observasi Tingkatkan keterlibatan dalam minat yang sama sekali baru Mandiri Anjrukan partisipasi dalam kelompok dan/atau kegiatan-kegiatan reminiscenceindividu Anjurkan perencanaan kelompok kecil untuk kegiatan-kegiatan khusus Manajemen Lingkungan : kenyamanan Observasi Tentukan tujuan pasien dan keluerga dalam mengelola lingkungan dan kenyamanan yang optimal Monitor kulit terutama daerah tonjolan tubuh terhadap adanya tanda-tanda tekanan atau iritasi Mandiri Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung Manajemen Demensia Observasi Monitor fungsi kognitif, menggunakan alat pengkajian yang terstandar Monitor nutrisi dan berat badan Mandiri Izinkan untuk makan sendirian jika sesuai (kondidsi pasien ) Observasi Agara klien melibatkan minat yang dimiliki Mandiri Berikan klien latihan bagaimana cara berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan individu Bombing klien agar mampu berencana berkegiatan dalam kelompok kecil yang khusus Observasi Berikan kesempatan pada klien untuk mengelola lingkungan dengan nyaman mungkin Melihat kulit klien jika terdapat tonjolan dan tekanan terhadap iritasi dan terdapat tanda-tanda Mandiri Beri tahu klien bagaimana cara menciptakn lingkunagn dengan tenang dan mendukung Observasi Berikan pengkajain pada klien yang berfungsi bagi klien Berikan nutria sesuai kebutuhan berat badan klien Mandiri Berikan pasien untuk bisa makan sendiri dan sesuaikan dengan kondisi klien BAB IV PENUTUP Kesimpulan Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash), terkena air panas(scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan - bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn). Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn) : gas, cairan, bahan padat, Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn), Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn) dan Luka bakar radiasi (Radiasi Injury). Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas langsung atau radiasi elektromagnetik. Sel - sel dapat menahan temperatur sampai 44oc tanpa kerusakan bermakna, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap drajat kenaikan temperatur. Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang kurang tahan dengan konduksi panas. Kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan intravaskuler keluar dari lumen pembuluh darah, dalam hal ini bukan hanya cairan tetapi protein plasma dan elektrolit. Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh kegagalan organ multi sistem. Saran Dengan pembuatan askep luka bakar ini, semoga kami dan teman-teman dapat memahami dan megerti tentang luka bakar, penyebab terjadinya luka bakar, serta tindakan yang akan dilakukan pada luka bakar. Serta dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Andra, S. W., & Yessie, M. P. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Dewasa.Yogyakarta: Nuha Medika. Anggowarsito, Jose L.2014. Luka Bakar Sudut Pandang Dermatologi. Surabaya : Universitas Katolik Widya Mandala. Jurnal Widya Medika Surabaya Vol.2 No.2 Oktober 2014 Barbara AB, Glen G, Marjorie S. 2013. Willard and Spackman's Occupational Therapy (12th Ed). Lippincott Williams & Wilkins. Diakses pada tanggal 1 april 2019 Burninjury. 2013. Burn complications. Diakses pada tanggal 1 april 2019 Tersedia dari : http://burninjuryguide.com/burn-recovery/burn-complications/ Doenges, Marilynn E.dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III.Alih Bahasa: I Made Kriasa.EGC.Jakarta. Diakses pada tanggal 1 april 2019 Edlich RF. Thermal burns. De la Torre JI. [cited July 2014], available at: http://emedicine.medscape.com/article/1278244. Diakses pada tanggal 1 april 2019 Moenadjat Y., 2001., Luka Bakar Pengetahuan klinis Praktis, Edisi Kedua, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Hal 5-170. Diakses pada tanggal 1 april 2019 Moenadjat Y. 2005. Resusitasi: Dasar - dasar manajemen luka bakar fase akut. Jakarta: Komite medik asosiasi luka bakar Indonesia. hal.5 - 20, 54 - 60. Diakses pada tanggal 1 april 2019 Murray C& Hospenthal DR. 2008. Burn wound infections. Diakses pada tanggal 10 Juli 2015. Tersedia dari : http://emedicine.medscape.com/article/213595-overview Nisanci M, EskiM, Sahin I, Ilgan S, Isik S. 2010. Saving the zone of stasis in burns with activated protein C: an experimental study in rats. Burns. 36:397–402. Diakses pada tanggal 1 april 2019 Osler T, Glance LG, Hosmer DW. 2010. Simplified estimates of the probability of death after burn injuries: extending and updating the baux score. J Trauma. 68(3):690-7. Diakses pada tanggal 1 april 2019 Rudall N & Green A. 2010. Burns clinical features and prognosis. Clinical Pharmacist. 2: 245-8. Diakses pada tanggal 1 april 2019 Tan JQ, ZhangHH, Lei ZJ, Ren P, Deng C, Li XY, et al. 2013. The roles of autophagy and apoptosis in burn wound progression in rats. Burns.39:1551–6. Diakses pada tanggal 1 april 2019 Tintinalli JE. 2010. Emergency medicine: a comprehensive study guide. New York: McGraw-Hill Companies. Diakses pada tanggal 1 april 2019 WHO. 2008. World report on child injury prevention. p79 - 93. Diakses pada tanggal 1 april 2019 PAGE \* MERGEFORMAT 1