Academia.eduAcademia.edu

Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan

2015, Universitas Negeri Padang

ii UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA PASAL 72 KETENTUAN PIDANA SANGSI PELANGGARAN 1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpahak mengumumkan atau memperbanyak suatu Ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan dan denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun da denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) 2. Barang siapa dengan sengaja menyerahkan, menyiarkan, memamerkan, mendengarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil planggaran Hak Cipta atau Hak terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). iii KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi kesempatan untuk menyelesaikan Buku Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan ini dengan tepat waktu. Buku ini ditulis sebagai salah satu fasilitas untuk menghasilkan mahasiswa yang berilmu pendidikan. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, maka buku ini menampilkan materi perkuliahan dari pertemuan pertama sampai pertemuan terakhir mengenai hakekat manusia, hakekat pendidikan, landasan peniikan, komponen pendidikan, pilar pendidikan, pemikiran tentang pendidikan, permasalahan pokok pendidikan, faktor yang mempengaruhi berkembangnya permasalahan pendidikan, upaya-upaya penanggulangan pendidikan, dan pendidikan di era teknologi, informasi dan komunikasi. Sebelumnya perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengampu mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan buku ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah ikut membantu dalam penyelesaikan buku ini. Penyusunan buku ini dilakukan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti, diharapkan semua yang membacanya dapat memahami tentang materi tersebut. Sebagaimana upaya peningkatan kualitas yang tak akan pernah selesai, demikian pula buku ajar ini memerlukan revisi berdasarkan masukan dari pembaca. Oleh karena itu setiap pengguna buku ini diharapkan dapat memberikan balikan, yang pada gilirannya akan dimanfatkan sebagai bahan perbaikan dan penyempurnaan buku ini. Atas perhatian dan waktunya penulis mengucapkan terima kasih.

DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN UNTUK PERGURUAN TINGGI UMUM i UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA PASAL 72 KETENTUAN PIDANA SANGSI PELANGGARAN 1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpahak mengumumkan atau memperbanyak suatu Ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan dan denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun da denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) 2. Barang siapa dengan sengaja menyerahkan, menyiarkan, memamerkan, mendengarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil planggaran Hak Cipta atau Hak terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). ii KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi kesempatan untuk menyelesaikan Buku Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan ini dengan tepat waktu. Buku ini ditulis sebagai salah satu fasilitas untuk menghasilkan mahasiswa yang berilmu pendidikan. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, maka buku ini menampilkan materi perkuliahan dari pertemuan pertama sampai pertemuan terakhir mengenai hakekat manusia, hakekat pendidikan, landasan peniikan, komponen pendidikan, pilar pendidikan, pemikiran tentang pendidikan, permasalahan pokok pendidikan, faktor yang mempengaruhi berkembangnya permasalahan pendidikan, upaya-upaya penanggulangan pendidikan, dan pendidikan di era teknologi, informasi dan komunikasi. Sebelumnya perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengampu mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan buku ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah ikut membantu dalam penyelesaikan buku ini. Penyusunan buku ini dilakukan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti, diharapkan semua yang membacanya dapat memahami tentang materi tersebut. Sebagaimana upaya peningkatan kualitas yang tak akan pernah selesai, demikian pula buku ajar ini memerlukan revisi berdasarkan masukan dari pembaca. Oleh karena itu setiap pengguna buku ini diharapkan dapat memberikan balikan, yang pada gilirannya akan dimanfatkan sebagai bahan perbaikan dan penyempurnaan buku ini. Atas perhatian dan waktunya penulis mengucapkan terima kasih. Padang, 23 Desember 2015 Penulis, Defindo Efendi NIM. 15067039 iii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR………………………………………………………………..…. iii DAFTAR ISI……………………………….………………………………………..…... iv BAB I HAKEKAT MANUSIA DAN HAKEKAT ILMU PENDIDIKAN……….. 1 A. HAKEKAT MANUSIA………………………..………………..………… 2 B. HAKEKAT ILMU PENDIDIKAN……………………………..……..….. 7 BAB II LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN……………………..…… 13 A. LANDASAN PENDIDIKAN……………………………………………... 13 B. ASAS-ASAS PENDIDIKAN……………………………..………………. 18 BAB III PILAR-PILAR PENDIDIDKAN DAN KOMPONEN PENDIDIKAN...... 24 A. PENGERTIAN PILAR PENDIDIKAN………………………………….... 24 B. JENIS-JENIS PENDIDIKAN…………………………...………………… 25 C. IMPLIKASI MASING-MASING PILAR PENDIDIKAN…...…………… 29 D. PENGERTIAN PENDIDIKAN SEBAGAI SUATU SISTEM……..…….. 31 E. KOMPOEN PENDIDIKAN…………………………………………..…... 31 BAB IV PENYELENGGARAAN SISTEM PENDIDIKAN………………………... 38 A. JALUR JENJANG DAN JENIS PENDIDIKAN…………………………. 40 B. STANDAR PENDIDIKAN NASIONAL………………………………..... 45 C. DASAR, FUNGSI, TUJUAN DAN PRINSIP PENDIDIKAN NASIONAL 47 BAB V BEBERAPA PEMIKIRAN TENTANG PENDIDIKAN…………………... 50 A. PEMIKRAN KLASIK TENTANG PENDIDIKAN…………………..…... 50 B. PEMIKIRAN BARU TENTANG PENDIDIKAN……………………....... 52 C. IMPLIKASI PEMIKIRAN KLASIK DAN PEMIKRAN BARU DALAM PENDIDIKAN…………………………………………………......…..….. 56 BAB VI TOKOH-TOKOH PENDIDIKAN………………………………….......…... 59 A. TOKOH PENDIDIKAN YANG BERPENGARUH DRI LUAR NEGERI 59 B. TOKOH PENDIDIKAN YANG BERPENGARUH DI INDONESIA….... 60 C. PENGARUH TOKOH-TOKOH PENDIDIKAN TERHADAP PENGEMBANGAN PENDIDIKAN……………………………………... 66 BAB VII PERMASALAHAN POKOK PENDIDIKAN…………………………….. 71 A. PEMERATAAN………………………………………………………..….. 71 B. KUANTITAS………………………………………………………..…….. 72 C. KUALITAS……………………………………………………..……......... 73 D. EFISIENSI………………………………………………………..……...... 74 E. EFEKTIFITAS………………………………………………………..….... 75 F. RELEVANSI………………………………………………………..…….. 76 G. TENAGA PENDIDIIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN……………... 77 iv BAB VIII FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERKEMBANGNYA PERMASALAHAN PENDIDIKAN………………………………………... 80 A. PERKEMBANGAN IPTEK DAN SENI………………………………….. 81 B. LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK…………………………………... 83 C. ASPIRASI MASYARAKAT…………………………………………….... 86 D. KETERBELAKANGAN BUDAYA DAN SARANA…………………..... 87 BAB IX UPAYA-UPAYA PENANGGULANGAN MASALAH PENDIDIKAN….. 92 A. PERUBAHAN KURIKULUM…………………………………………..... 93 B. PENGELOLAAN PENDIDIKAN…………………………………..…….. 93 C. INOVASI DALAM PENDIDIKAN……………………………………..... 95 D. PENGEMBANGAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH…………………105 BAB X PENDIDIKAN DI ERA TEKNOLOI, INFORMASI DAN KOMUNIKASI...................................................................................................108 A. PENGERTIAN ERA GLOBALISASI…………..………………………...108 B. CIRI-CIRI ERA GLOBALISASI…………………………..……………...109 C. PENDIDIKAN BERBASIS TIK……………………………..…….………111 D. KEUNGGULAN DAN MANFAAT TIK………………………...………..112 E. KELEMAHAN TIK DAN SOLUSINYA…………………………...……..112 v BAB I HAKEKAT MANUSIA DAN HAKEKAT ILMU PENDIDIKAN Pendahuluan Manusia adalah makhluk yang paling sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaan Allah SWT di bumi ini. Yang menjadikan alasan manusia adalah makhluk yang paling sempurna karena manusia mempunyai akal dan fikiran. Itulah yang membedakan kita sebagai manusia dengan makhluk penghuni bumi yang lain. Akan tetapi manusia juga memiliki keterbasan fisik seperti ukuran, kekuatan, kecepatan, dan pancaindera bila dibandingkan dengan makhluk yang lain. Pendidikan merupakan sebagian dari kehidupan masyarakat dan juga sebagi dinamisator masyarakat itu sendiri. Memang kita semua mengatahui betapa sektor pendidikan selalu terbelakang dalam berbagai sektor pembangunan lainnya, bukan saja karena sektor itu lebih dilihat sebagi sektor konsumtif, juga karena definisinya pendidikan adalah penjaga status quo masyarakat itu sendiri. Bayangkan betapa runyamnya kehidupan ini apabila tidak ada dasar pijakan dan tidak ada bintang penunjuk jalan. Banyak hal yang menjadi persoalan pendidikan memiliki keterikatan dengan filssafat. Salah satunya adalah pendidikan selalu berusaha membentuk kepribadian manusia sebagai subjek sekaligus objek pendidikan. Dalam konteks itu pendidikan dihadapkan pada perumusan tujuan yang akan dicapai seseorang setelah pendidikan itu berlangsung. Pada dasar nya hakikat pendidikan sangatlah luas. Hakikat pendidikan bukanlah hanya sekedar pengertian serta definisi pendidikan semata. Didalam hakikat pendidikan banyak hal menarik untuk dipelajari contohnya saja seperti konsep ilmu pendidikan sebagai ilmu. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk menulis dan membahas tentang hakikat manusia dan hakikat ilmu pendidikan. Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan bagi suatu bangsa, bagaimanapun mesti diprioritaskan. Sebab kualitas pendidikan sangat penting artinya, karena hanya manusia yang berkualitas saja yang bisa bertahan hidup di masa depan. Manusia yang dapat bergumul dalam masa dimana dunia semakin sengit tingkat kompetensinya adalah manusia yang berkualitas. Manusia demikianlah yang diharapkan dapat bersama-sama manusia yang lain turut bepartisipasi dalam percaturan dunia yang senantiasa berubah dan penuh teka-teki. Sebagai mahasiswa jurusan keguruan dan ilmu pendidikan sudah selayaknya kita mengetahui tentang pendidikan itu sendiri Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 1 A. Hakekat Manusia 1. Pengertian Hakekat Manusia Menurut bahasa, hakikat berarti kebenaran atau sesuatu yang sebenar-benarnya atau asal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu atau yang menjadi jiwa sesuatu. Dikalangan tasawuf orang mencari hakikat diri manusia yang sebenarnya, karena itu muncul kata-kata diri mencari sebenarbenar diri. Sama dengan pengertian itu mencari hakikat jasad, hati, roh, nyawa, dan rahasia. Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah. Jadi hakekat manusia adalah kebenaran atas diri manusia itu sendiri sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. 2. Manusia sebagai Makhluk Individu, Sosial, Etika, dan Agama a. Manusia sebagai Makhluk Individu Setiap manusia memiliki kepribadian yang berbeda-beda walaupun manusia tersebut dilahirkan secara kembar. Karenanya setiap manusia yang dilahirkan di dunia ini memiliki sifat atau karakter, keinginan, kebutuhan dan cita-cita yang berbeda dengan manusia lainnya, sehingga dapat dibedakan dengan manusia lainnya. Manusia sebagai makhluk individu artinya manusia sebagai perseorangan atau pribadi yang terpisah dari pribadi lain. Manusia secara individu adalah bebas, ia bisa menetukan sendiri apa yang dilakukan berdasarkan kehendaknya. Paham yang mengembangkan pemikiran bahwa manusia pada dasarnya adalah individu yang bebas dan merdeka adalah paham individualisme. Paham individulaisme menekankan pada kekhususan, martabat, hak, dan kebebasan orang perorang. Paham individualisme tumbuh dan berkembang di dunia barat oleh beberapa filsuf, diantaranya Jean Jaques Rousseau. Dasar semangat individualisme adalah lahir secara bebas dan merdeka, manusia boleh berbuat apa saja asalkan tidak mengganggu keamanan orang lain. Semangat individulisme menimbulkan revolusi besar, yaitu Revolusi Prancis pada tahun 1789. Dengan semboyan liberty, egality, fraternity (kebebasan, persamaan dan persaudaraan) Revolusi Prancis menjadi sumber kekuatan bagi demokrasi barat. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 2 b. Manusia sebagai Makhluk Sosial Manusia adalah makhluk sosial, yang dimana setiap manusia membutuhkan bantuan orang lain. Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu manusia juga diberikan akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya. Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu:  Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.  Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.  Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.  Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia. c. Manusia sebagai Makhluk Susila (Etika) Manusia sadar akan diri dan lingkungannya, mempunyai potensi dan kemampuan untuk berfikir, berkehendak bebas, bertanggung jawab, serta punya potensi untuk berbuat baik. Karena itulah, eksistensi manusia memiliki aspek kesusilaan. Menurut Immanuel Kant, manusia memiliki aspek kesusilaan karena pada manusia terdapat rasio praktis yang memberikan perintah mutlak (categorical imperative). Sebagai makhluk otonom atau memiliki kebebasan, manusia selalu dihadapkan pada satu alternatif tindakan yang harus dipilihnya. Adapun kebebasan berbuat ini juga selalu berhubungan dengan normanorma moral dan nilai-nilai moral yang juga harus dipilihnya. Karena manusia mempunyai kebebasan memilih dan menentukan perbuatannya secara otonom maka selalu ada penilaian moral atau tuntutan pertanggung jawaban atas perbuatannya. d. Manusia sebagai Makhluk Beragama Aspek Keberagamaan merupakan salah satu karakteristik esensial eksistensi manusia yang terungkap dalam bentuk pengakuan atau keyakinan akan kebenaran suatu agama yg diwujudkan dalam sikap dan perilaku. Keberagamaan menyiratkan adanya pengakuan dan pelaksanaan yang sungguh atas suatu agama, adapun yang dimaksud dengan agam ialah : “satu sistem credo (tata keimanan atau keyakinan) atas adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia, satu sistem ritus (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya mutlak itu, dan satu sistem norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan manuisa dengan Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 3 manusia dan alam lainnya yang sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan termaksud di atas. Manusia memiliki potensi untuk mampu beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Di lain pihak, Tuhan pun telah menurunkan wahyu melalui utusan-utusan-Nya, dan telah menggelar tanda-tanda di alam semesta untuk dipikirkan oleh manusia agar (sehingga) manusia beriman dan bertakwa kepada-Nya. Manusia hidup beragama kerana agama menyangkut masalahmasalah yang bersifat mutlak maka pelaksanaan keberagamaan akan tampak dalam kehidupan sesuai agama yang dianut masing-maswing individu. Dalam keberagamaan ini manusia akan merasakan hidupnya menjadi bermakna. Ia memperoleh kejelasan tentang dasar hidupnya, tata cara hidup dalam berbagai aspek kehidupannya, dan menjadi jelas pula apa yang menjadi tujuan hidupnya. 3. Pengertian Pendidikan menurut pakar luar negeri dan dalam negeri a. Pengertian Pendidikan menurut pakar luar negeri 1) Prof. Dr. John Dewey Menurutnya pendidikan merupakan suatu proses pengalaman. Karena kehidupan merupakan pertumbuhan, maka pendidikan berarti membantu pertumbuhan batin manusia tanpa dibatasi oleh usia. Proses pertumbuhan adalah proses penyesuaian pada setiap fase dan menambah kecakapan dalam perkembangan seseorang melalui pendidikan. 2) M.J. Langeveld Pendidikan merupakan upaya dalam membimbing manusia yang belum dewasa kearah kedewasaan. Pendidikan adalah suatu usaha dalam menolong anak untuk melakukan tugas-tugas hidupnya, agar mandiri dan bertanggung jawab secara susila. Pendidikan juga diartikan sebagai usaha untuk mencapai penentuan diri dan tanggung jawab. 3) Stella van Petten Henderson Pendidikan yaitu suatu kombinasai dari pertumbuhan dan perkembangan insani dengan warisan sosial. 4) Kohnstamm dan Gunning Pendidikan merupakan suatu pembentukan hati nurani manusia, yakni pendidikan ialah suatu proses pembentukan dan penentuan diri secara etis yang sesuai dengan hati nurani. 5) H.H Horne Dalam pengertian luas, pendidikan merupakan perangkat dengan mana kelompok sosial melanjutkan keberadaannya memperbaharui diri sendiri, dan mempertahankan ideal-idealnya. 6) Frederick J. Mc Donald Mengemukakan pendapatnya bahwa pendidikan ialah suatu proses yang arah tujuannya adalah merubah tabiat manusia atau peserta didik. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 4 7) Carter V. Good Mengartikan pendidikan sebagai suatu proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku yang berlaku dalam masyarakat. Proses dimana seseorang dipengaruhi oleh lingkungan yang terpimpin khususnya didalam lingkungan sekolah sehingga dapat mencapai kecakapan sosial dan dapat mengembangkan kepribadiannya. 8) Encyclopedia Americana 1978 Pendidikan adalah proses yang digunakan setiap individu untuk mendapatkan pengetahuan, wawasan serta mengembangkan sikap dan keterampilan. 9) Theodore Brameld Pendidikan memiliki fungsi yang luas yaitu sebagai pengayom dan pengubah kehidupan suatu masyarakat jadi lebih baik dan membimbing masyarakat yang baru supaya mengenal tanggung jawab bersama dalam masyarakat. Jadi pendidikan adalah sebuah proses yang lebih luas dari sekedar periode pendidikan di sekolah. Pendidikan adalah sebuah proses belajar terus menerus dalam keseluruhan aktifitas sosial sehingga manusia tetap ada dan berkembang. 10) Edgar Dalle "Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat mempermainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk masa yang akan datang. 11) Prof. Richey Dalam bukunya ‘Planning for teaching, an Introduction to Education’ menjelaskan bahwa "Pendidikan adalah yang berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama membawa warga masyarakat yang baru (generasi baru) bagi penuaian kewajiban dan tanggung jawabnya di dalam masyarakat. 12) Ibnu Muqaffa (salah seorang tokoh bangsa Arab yang hidup tahun 106 H143 H, pengarang Kitab Kalilah dan Daminah) Menjelaskan bahwa “Pendidikan itu ialah yang kita butuhkan untuk mendapatkan sesuatu yang akan menguatkan semua indera kita seperti makanan dan minuman, dengan yang lebih kita butuhkan untuk mencapai peradaban yang tinggi yang merupakan santaan akal dan rohani.” 13) Plato (filosof Yunani yang hidup dari tahun 429 SM-346 M) Menjelaskan bahwa "Pendidikan adalah membantu perkembangan masing-masing dari jasmani dan akal dengan sesuatu yang memungkinkan tercapainya kesemurnaan. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 5 b. Pengertian Pendidikan menurut pakar dalam negeri 1) Prof. H. Mahmud Yunus Pendidikan ialah suatu usaha yang dengan sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak yang bertujuan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, jasmani dan akhlak sehingga secara perlahan bisa mengantarkan anak kepada tujuan dan cita-citanya yang paling tinggi. Agar memperoleh kehidupan yang bahagia dan apa yang dilakukanya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa, negara dan agamanya. 2) Prof. Herman H. Horn Beliau berpendapat bahwa pendidikan adalah suatu proses dari penyesuaian lebih tinggi bagi makhluk yang telah berkembang secara fisik dan mental yang bebas dan sadar kepada Tuhan seperti termanifestasikan dalam alam sekitar, intelektual, emosional dan kemauan dari manusia. 3) Driyarkara Pendidikan diartikan sebagai suatu upaya dalam memanusiakan manusia muda atau pengangkatan manusia muda ke taraf yang insani. 4) Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pendidikan yaitu sebuah proses pembelajaran bagi setiap individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek tertentu dan spesifik. Pengetahuan yang diperoleh secara formal tersebut berakibat pada setiap individu yaitu memiliki pola pikir, perilaku dan akhlak yang sesuai dengan pendidikan yang diperolehnya. 5) Ki Hajar Dewantara Menurutnya pendidikan adalah suatu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Maksudnya ialah bahwa pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada peserta didik agar sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup yang setinggi-tingginya. 6) Ahmad D. Marimba Mengemukakan bahwa pendidikan ialah suatu proses bimbingan yang dilaksanakan secara sadar oleh pendidik terhadap suatu proses perkembangan jasmani dan rohani peserta didik, yang tujuannya agar kepribadian peserta didik terbetuk dengan sangat unggul. Kepribadian yang dimaksud ini bermakna cukup dalam yaitu pribadi yang tidak hanya pintar, pandai secara akademis saja, akan tetapi baik juga secara karakter. 7) Ensiklopedi Pendidikan Indonesia Menjelaskan mengenai pendidikan, yaitu sebagai proses membimbing manusia atau anak didik dari kegelapan, ketidaktahuan, kebodohan, dan kecerdasan pengetahuan. 8) UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi yang ada didalam Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 6 dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian yang baik, pengendalian diri, berakhlak mulia, kecerdasan,dan keterampilan yang diperlukan oleh dirinya dan masyarakat. 9) Soekidjo Notoatmodjo (2003 : 16) Menjelaskan bahwa "Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. 10) Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2002 :263) Menjelaskan bahwa "Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik. 11) UU RI No 2 th 1989. Bab 1, pasal 1. butir 1 Pendidikan ialah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranan masa yang akan datang. B. Hakekat Ilmu Pendidikan 1. Pengertian Ilmu Pendidikan Ilmu Pendidikan adalah dua kata yang dipadukan, yakni Ilmu dan Pendidikan yang masing-masing memiliki arti dan makna tersendiri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka disebutkan, bahwa Ilmu adalah Pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu. Senada dengan Nur Ubiyati yang mengemukakan, bahwa Ilmu ialah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan mempunyai metodemetode tertentu yang bersifat ilmiah. Ada lagi yang mengemukakan, bahwa Ilmu adalah suatu uraian yang tersusun dengan lengkap tentang salah satu dari keberadaan. Uraian tersebut adalah tentang segi-segi dari keberadaan tertentu. Segi-segi ini saling berkait, mempunyai hubungan sebab akibat, tersusun logis dan diperoleh melalui cara atau metode tertentu. Endang Saifuddin Anshari, mengatakan bahwa Ilmu berasal dari kata bahasa Arab “‘Alima” yang memiliki pengertian “Tahu”. Dan dalam bahasa Inggris dan Perancis disebut dengan “Science”, dalam bahasa Jerman “Wissenscaft” dan dalam bahasa Belanda “Wetenschap”. Yang kesemuanya sama memiliki arti “tahu”. “Science” berasal “scio, scire (bahasa Latin) yang berarti “tahu”. Jadi, baik “ilmu” maupun “science” secara etimologis berarti “pengetahuan”. Namun, secara terminologis “ilmu” dan “science” itu semacan pengetahuan yang mempunyai ciri- Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 7 ciri, tanda-tanda dan syarat-syarat yang khas. Jadi, ilmu adalah semacam pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda dan syarat tertentu, yaitu sistematik, rasional, empiris, umum dan kumulatif, lukisan dan keterangan yang lengkap dan konsisten mengenai hal-hal yang distudinya dalam ruang dan waktu sejauh jangkauan pemikiran dan penginderaan manusia. Mohammad Hatta menjelaskan, bahwa tiap-tiap ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurutnya bangunnya dari dalam. Prof. Drs. Harsoyo menjelaskan, bahwa ilmu itu merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemasikan, juga merupakan pendekatan atau suatu metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris, yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia. Dan merupakan suatu cara menganalisa yang mengizinkan kepada ahliahlinya untuk menyatakan sesuatu proposisi dalam bentuk “jika …., Maka … “. Berdasarkan uraian di atas, maka bisa diambil suatu kesimpulan bahwa ilmu adalah usaha pemahaman manusia yang disusun dalam satu sistema mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian dan hukum-hukum tentang halihwal yang diselidiki (alam, manusia dan agama) sejauh yang dapat dijangkau daya pemikiran yang dibantu penginderaan manusia itu, yang kebenarannya diuji secara empiris, riset dan eksperimental Sedangkan arti Pendidikan, adalah merupakan proses upaya meningkatkan nilai peradaban individu atau masyarakat dari suatu keadaan tertentu menjadi suatu keadaan yang lebih baik. Serta dalam Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab I Pasal 1 dikemukakan, bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terrencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan dalam dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994) Kata Pendidikan diartikan sebagai proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka menjelaskan, bahwa kata Pendidikan berasal dari kata dasar didik, yang artinya memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan arti dari Pendidikan adalah Proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, dan perbuatan mendidik. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 8 Menurut Redja Mudyahardjo, bahwa Ilmu Pendidikan merupakan sebuah sistem pengetahuan tentang pendidikan yang diperoleh melalui riset. Oleh karena pengetahuan yang dihasilkan riset tersebut disajikan dalam bentuk konsep-konsep pendidikan, maka Ilmu Pendidikan dapat pula dibataskan sebagai sebuah sistem konsep pendidikan yang dihasilkan melalui riset. Dengan mengutip May Brodbeck dalam Ligic and scientific Method in research, yang dimuat dalam Handbook of Research on teaching, yang menjelaskan bahwa setiap ilmu berisi sejumlah besar istilah yang disebut konsep, yang tidak lain merupakan apa yang kita pikirkan berdasarkan pengalaman. Sehingga unsur yang menjadi isi setiap ilmu termasuk Ilmu Pendidikan adalah konsep. Keseluruhan konsep yang menjadi isi sebuah ilmu ditata secara sistematis menjadi suatu kesatuan. Sekelompok konsep yang berkenaan dengan sekelompok hal, yang merupakan satu kesatuan disebut skema konseptual. Dan setiap ilmu termasuk Ilmu Pendidikan, terbentuk dari beberapa skema konseptual yang merupakan bagian-bagian atau komponen-komponen isi ilmu. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa organisasi isi Ilmu Pendidikan, sebagai sebuah sistem konsep, terbentuk dari unsur-unsur yang berupa konsepkonsep tentang variabel-variabel pendidikan, dan bagian-bagian yang berupa skema-skema konseptual tentang komponen-komponen pendidikan. Menurut Ngalim Purwanto, bahwa ada dua istilah yang hampir sama bentuknya, yaitu Paedagogie dan Paedagogiek. Paedagogie artinya pendidikan sedangkan Paedagogiek adalah ilmu pendidikan. Paedagogiek atau ilmu pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki, merenungkan tentang gejalagejala perbuatan mendidik. Paedagogiek berasal dari bahasa Yunani, yakni Paedagogia yang berarti ‘pergaulan dengan anak-anak’. Sedangkan Paedagogos ialah ‘orang yang menjadi pelayan atau bujang pada zaman Yunani Kuno yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak ke dan dari sekolah’. Selain itu juga, di rumah anak-anak tersebut paedagogos selalu mengawasi dan menjaga mereka. Jadi, pendidikan pada zaman Yunani Kuno diserahkan pada paedagogos. Paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin). Perkataan paedagogos yang mulanya berarti ‘rendah’ (pelayan, bujang), sekarang dipakai untuk pekerjaan mulia. Paedagoog (pendidik atau ahli didik) ialah seseorang yang tugasnya membimbing anak dalam pertumbuhanya agar dapat berdiri sendiri. 2. Ilmu Pendidikan Sebagai Ilmu, Teoritis, Empiris, Praktis, dan Normatif a. Ilmu Pendidikan Sebagai Ilmu Pendidikan sebagai ilmu yaitu teori pendidikan, perenungan tentang pendidikan, dalam arti luas ilmu pendidikan yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari soal-soal yang timbul dalam praktek pendidikan. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 9 b. Ilmu Pendidikan Sebagai Teoritis Pendidikan sebagai ilmu teoritis adalah pendidikan dilaksanakan berdasarkan teori yang sudah ada untuk mempermudah jalanya pendidikan. c. Ilmu Pendidikan Sebagai Empiris Ilmu pengetahuan empiris memiliki arti objeknya adalah situasi pendidikanyang terdapat pada dunia pengalaman manusia d. Ilmu Pendidikan Sebagai Praktis Praktis, karena memberikan pemikiran tentang masalah dan ketentuan pendidikan yang langsung ditujukan kepada perbuatan mendidik. e. Ilmu Pendidikan Sebagai Normatif Ilmu pengetahauan normatif berdasarkan atas pemilihan antara yang baik dan buruk untuk menuju kemanusiaan yang baik. 3. Peranan dan Kedudukan Ilmu Pendidikan dalam Penyelenggaraan Pendidikan a. Peranan Ilmu Pendidikan Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Ilmu pendidikan mempunyai Peranan sebagai perantara dalam membentuk masyarakat yang mempunyai landasan individual, sosial dan nsurei dalam penyelenggaraan pendidikan. Pada skala mikro pendidikan bagi individu dan kelompok kecil beralngsung dalam skala nsurei tebatas seperti antara nsurei sahabat, antara seorang guru dengan satu atau sekelompok kecil siswanya, serta dalam keluarga antara suami dan isteri, antara orang tua dan anak serta anak lainnya. Pendidikan dalam skala mikro diperlukan agar manusia sebagai individu berkembang semua potensinya dalam arti perangkat pembawaanya yang baik dengan lengkap. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional dan Penyelenggaraan pendidikan.Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan , kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna. Pendidikan sistem terbuka: fleksibilitas pilihan dan waktu penyelesaian program lintas Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 10 satuan dan jalur pendidikan. Pendidikan multimakna: proses pendidikan yang diselenggarakan dengan berorientasi pada pembudayaan, pemberdayaan, pembentukan watak dan kepribadian, serta berbagai kecakapan hidup. b. Kedudukan Ilmu Pendidikan dalam Penyelenggaraan Pendidikan Kedudukan ilmu pendidikan itu berada di tengah-tengah ilmu yang lain dalam penyelenggaraan pendidikan. Ilmu pendidikan ialah suatu llmu pengetahuan yang membahas masalah yamg berhubungan dengan pendidikan, sedangkan, definisi yang terpenting dari suatu pendidikan itu sendiri yaitu:  Meningkatkan pengetahuan, pengertian, kesadaran, dan toleransi.  Meningkatkan questioning skills dan kemampuan menganalisakan sesuatu termasuk pendidikannya.  Meningkatkan kedewasaan individu.  Untuk perkembangan Negara, diperlukan pendidikan yang menghargai kreativitas dan supaya negara dapat membuat sesuatu yang baru dan lebih baik, dan tidak hanya meng-copy dari negara lain.  Pendidikan adalah fenomena yang fundamental atau asasi dalam hidup manusia dimana ada kehidupan disitu pasti ada pendidikan  Pendidikan sebagai gejala sekaligus upaya memanusiakan manusia itu sendiri.  Dalam perkembangan adanya tuntutan adanya pendidikan lebih baik, teratur untuk mengembangkan potensi manusia, sehingga muncul pemikiran teoritis tentang pendidikan.  Pendidikan adalah upaya sadar untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki manusia, melahirkan teori-teori pendidikan. Kesimpulan Pada hakikatnya Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang berfikir bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam rangka mempertahankan hidup dalam hidup dan penghidupan manusia yang mengemban tugas dari Sang Kholiq untuk beribadah.Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah Subhanaha watta’alla dengan suatu bentuk akal pada diri manusia yang tidak dimiliki mahluk Allah yang lain dalam kehidupannya, bahwa untuk mengolah akal pikirnya diperlukan suatu pola pendidikan melalui suatu proses pembelajaran. Untuk itu semua, pendidikan di Indonesia harus diarahkan pada peningkatan kualitas kemampuan intelektual dan profesional serta sikap, kepribadian dan moral. Dengan kemampuan dan sikap manusia Indonesia yang demikian maka pada gilirannya akan menjadikan masyarakat Indonesia masyarakat yang bermartabat di mata masyarakat dunia Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 11 Latihan 1. Jelaskan pengertian Hakekat Manusia! 2. Jelaskan pengetian Ilmu Pendidikan! 3. Sebutkan 5 pengertian Pendidikan menurut pakar luar negeri! 4. Apa yang dimaksud Ilmu Pendidikan sebagai ilmu teoritis, empiris, praktis, dan normatif? 5. Bagaimana peranan ilmu pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan? Daftar Pustaka http://habiebiemustofa.blogspot.com/2013/09/pengertian-pendidikan-dan-ilmu.html http://blogsedukasi.blogspot.com/2012/05/pendiidkan-sebagai-ilmu.html http://wanipintar.blogspot.com/2009/10/pengertian-ilmu-pendidikan.html https://fandhy20.wordpress.com/2012/11/11/manusia-sebagai-makhluk-individu-danmakhluk-sosial/ http://patriciaselanno.blogspot.com/2011/12/makalah-isbd-manusia-sebagaimakhluk.html http://rafki.staincurup.ac.id/pengertian-pendidikan-dan-ilmu-pendidikan/ http://www.apapengertianahli.com/2015/01/pengertian-pendidikan-pendapat-ahlipendidikan.html Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 12 BAB II LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN Pendahuluan Pendidikan sebagai usaha sadar yang sestematik-sistemika selalu bertolak dari sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa tertentu. Beberapa diantara landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofi, sosiologis, dan cultural, yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan itu menjemput masa depan. Kajian berbagai landasan landasan pendidikan itu akan membentuk wawasan yang tepat tentang pendidikan. Dengan wawasan dan pendidikan yang tepat , serta dengan menerapkan asas-asas pendidikan yang tepat pula, akan dapat member peluang yang lebih besar dalam merancang dan menyelenggarakan program pendidikan yang tepat wawasan itu akan memberikan perspektif yang lebih luas terhadap pendidikan, baik dalam aspek konseptual maupun operasional. A. Landasan Pendidikan Secara leksikal, landasan berarti tumpuan, dasar atau alas, karena itu landasan merupakan tempat bertumpu atau titik tolak atau dasar pijakan. Titik tolak atau dasar pijakan ini dapat bersifat material (contoh: landasan pesawat terbang); dapat pula bersifat koseptual (contoh: landasan pendidikan). Landasan bersifat konseptual identik dengan asumsi, adapun asusmsi dapat dibedakan menjadi tiga mcam asumsi, yaitu aksioma, postulat dan premis tersembunyi. Pendidikan antara lain dapat dibedakan dari dua sudut pandang, pertama dari sudut praktek sehingga kita mengenal istilah praktek pendidikan, dan kedua dari sudut studi sehingga kita kenal istilah studi pendidikan. Praktek pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang atau lembaga dalam membantu individu atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan. Kegiatan bantuan dalam praktek pendidikan (makro maupun mikro), dan dapat berupa kegiatan pendidikan (bimbingan, pengajaran dan latihan). Studi pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang dalam rangka memahami pendidikan. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa landasan pendidikan adalah asumsi-asumsi yang menjadi dasar pijakan atau titik tolak dalam rangka praktek pendidikan atau studi pendidikan. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 13 1. Landasan Religius Pendidikan Landasan religius pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari ajaran agama yang dijadikan titik tolak pendidikan. Contoh: “Carilah ilmu sejak dari buaian hingga masuk liang lahat”; “Menuntut ilmu adalah fardlu bagi setiap muslim”. Implikasinya, bagi setiap muslim bahwa belajar atau melaksanakan pendidikan sepanjang hayat merupakan suatu kewajiban. Silakan Anda cari contoh asumsi-asumsi yang lainnya yang bersumber dari ajaran agama yang Anda anut. 2. Landasan Filosofis Pendidikan Landasan filosofis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari filsafat yang menjadi titik tolak pendidikan. Didalam khasanah teori pendidikan terdapat berbagai aliran filsafat pendidikan antara lain Idealisme, Realisme, Pragmatisme, Scholatisme, konstruksivisme, dll. Namun demikian kita mempunyai filsafat pendidikan nasional tersendiri, yaitu Pancasila. a. Idealisme dan Realisme 1) Konsep Filsafat Umum Idealisme Para filsuf Idealisme mengklaim bahwa hakikat realitas bersifat spiritual. Hal ini sebagaimana dikemukakan Plato, bahwa dunia yang kita lihat, kita sentuh dan kita alami melalui indera bukanlah dunia yang sesungguhnya, melainkan suatu dunia bayangan (a copy world). 2) Implikasi terhadap Pendidikan Tujuan pendidikan adalah untuk membantu perkembangan pikiran dan diri pribadi (self) siswa. Sebab itu, sekolah hendaknya menekankan aktifitasaktifitas intelektual, pertimbangan-pertimbangan moral, pertimbanganpertimbangan estetis, realisasi diri, kebebasan, tanggungjawab, dan pengendalian diri demi mencapai perkembangan pikiran dan diri pribadi (Callahan and Clark, 1983). Dengan kata lain pendidikan bertujuan untuk membantu pengembangan karakter serta mengembangkan bakat manusia dan kebajikan social” (Edward J.Power, 1982). b. Realisme 1) Konsep Filsafat Umum Jika filsuf Idealisme menekankan pikiran, jiwa/spirit/roh sebagai hakikat realitas, sebaliknya para filssuf Realisme bahwa dunia terbuat dari sesuatu yang nyata, substansial dan material yang hadir dengan sendirinya (entity). 2) Implikasi terhadap Pendidikan Tujuan pendidikan. Pendidikan bertujuan agar para siswa dapat bertahan hidup di dunia yang bersifat alamiah, memperoleh keamanan dan hidup bahagia. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 14 3. Landasan Sosiologi Pendidikan a. Individu, Masyarakat, dan Kebuayaan Individu adalah manusia perseorangan sebagai kesatuan yang tak dapat dibagi, memiliki perbedaan dengan yang lainnya sehingga bersifat unik, serta bebas mengambil keputusan atau tindakan lainnya sehingga bersifat unik, serta bebas mengambil keputusan atau tindakan atas pilihan dan tanggung jawabnya (otonom). Adapun masyarakat didefinisikan oleh Ralp Linton sebagai ‘setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menggangp diri mereka sebagai satu kesatuan social dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.” Dari dua definisi tersebut, dapat diidentifikasi adanya empat unsure di dalam masyarakat yaitu: 1) Manusia (individu-individu) yang hidup bersama 2) Melakukan mempunyai social dalam waktu yang cukup lama 3) Mereka mempunyai kesadaran sebagai satu kesatuan 4) Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan, sehingga setiap individu di dalamnya merasa terikat satu dengan yang lainnya. b. Pendidikan Sosial dan Enkulturasi Sebagaimana kita maklumi, manusia berbeda dengan hewan yang seluruh perilakunya dikendalikan oleh naluri yang diperoleh sejak kelahirannya. Saat kelahirannya, manusia dalam keadaan tak berdaya, karena naluri yang dibawa ketika kelahirannya relative tidak lengkap. Ia belum memiliki sistem nilai, norma, pengetahuan, adat kebiasaan, serta belum mengetahui dan belum dapat menggunakan dengan tepat berbagai benda sebagai hasil karya masyarakatnya. Anak manusia harus belajar dalam waktu yang relative lebih panjang untuk mampu melaksanakan berbagai peranan sesuai statusnya dan sesuai kebudayaan masyarakatnya. c. Pendidikan sebagai Pranata Sosial Pranata Sosial. Theodorson G.A mendefinisikan pranata social sebagai an interrelated system of social roles and norms organized about the satisfaction of an important social need or function” (Sudardja Adiwikarta, 1998). Pranata social adalah suatu sistem peran dan norma social yang saling berhubungan dan terorganisasi disekitar pemenuhan kebutuhan atau fungsi social yang penting. Pendidikan Formal (Sekola). Pendidikan formal adalah pendidikan yang terstrukutr dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. (Pasal 1 ayat 11 UU RI No. 20 Tahun 2003). Fungsi pendidikan Sekolah. Pendidikan sekolah dapat dikemukakan fungsifungsi sebagai berikut: 1) Fungsi transmisi kebudayaan masayarakat Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 15 2) Fungsi sosialisasi (memilih dan mengajarkan peranan social) 3) Fungsi integrasi social 4) Fungsi mengembangkan kepribadian individu/anak 5) Fungsi mempersiapkan anak untuk suatu pekerjaan 6) Fungsi inovasi/men-transformasi masyarakat dan kebudayaan 4. Landasan Hukum/ Legalitas Pendidikan merupakan peristiwa multidimensi, bersangkut paut denga berbagai aspek kehidupan manusia dan masyarakat. Kebijakan, penyelenggaraan, dan pengembangan pendidikan dalam masyarakat perlu disalurkan oleh titik tumpu legalistic yang jelas dan sah. Aliansar, dkk (2008: 72) mengatakan dengan landasan legalistic, kebijakan, penyelenggaraan, dan pengembangan pendidikan dapat terhindar dari berbagai benturan kebutuhan. Setidaknya dengan landasan legalistic segal hak dan kewajiban pendidika dan peserta didik dapat terpelihara. 5. Landasan Kultural Pendidikan merupakan peristiwa sosial yang berlangsung dalam latar interaksi sosial. Pendidikan tidak dapat dilepas dari upaya dan proses saling pengaruh mempengaruhi antara individu yang terlibat didalamnya. Aliansar (2008: 57) mengatakan bahwa pendidikan tidak akan terjadi tanpa interaksi antar individu, antara satu generasi dengan generasi yang lainnya, dan bahkan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Oleh karena itu, pendidikan membawa misi normative, maka keluasan interaksi dibatasi oleh tata nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Ardhem (dalam Aliansar, dkk, 2008: 68) mengemukakan secara sosiologis pendidikan perlu dikembangkan dalam 4 bidang, yaitu: a. Hubungan sistem pendidikan dengan berbagai aspek kemasyarakatan, mencakup: 1) Fungsi pendidikan dalam kebudayaan 2) Hubungan sistem pendidikan dan proses control sosial dengan sistem kekuasaan yang menentukan kebijakan pendidikan 3) Fungsi sistem dalam memelihara dan mendorong proses sosial dan perubahan kebuadayaan 4) Hubungan pendidikan dengan kelas sosial atau sistem status 5) Fungsionalisasi sistem pendidikan dalam hubungannya dengan ras, kebudayaan, atau kelompok – kelompok dalam masyarakat b. Hubungan kemanusiaan di sekolah Sifat kebudayaan sekolah yang berbeda dengan kebudayaan diluar sekolah. Hal tersebut dikarenakan peserta didik yang data ke sekolah berasal dari berbagai latar belakang sosial budaya yang masing – masingnya berbeda. c. Pengaruh sekolah terhadap perilaku anggotanya. Kajian pengaruh perilaku sekolah terhadap anggotanya ini mencakup: Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 16 1) Peranan sosial guru 2) Sifat kepribadian guru 3) Pengaruh kepribadian guru terhadap perilaku peserta didik d. Interaksi antar kelompok sosial sekolah dengan kelompok lain dalam komunitasnya 1) Lukisan tentang komunitas, seperti yang tampak pengaruhnya terhadap organisasi sekolah 2) Analisis tentang proses pendidikan dalam hubungannya dengan sistem sosial setempat 3) Faktor demografi dan ekologi dalam hubungannya dengan organisasi sekolah 6. Landasan Psikologi Pendidikan Keberhasilan pendidik dalam berbagai peranannya antara lain akan dipengaruhi oleh pemahamannya tentang perkembangan peserta didik, serta kemampuan mengaplikasikannya dalam praktek pendidikan. Pernyataan ini mengacu kepada asumsi bahwa : a. Peranan pendidik adalah membantu peserta didik untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas perkembangan sesuai dengan tahap perkembangannya. b. Tahap perkembangan peserta didik mengimplikasikan kemampuan dan kesiapan belajarnya. c. Keberhasilan peserta didik menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada tahapnya akan mempengaruhi keberhasilan penyelesaian tugas-tugas perkembangan pada tahap perkembangan selanjutnya. d. Pendidikan yang dilaksanakan menyimpang dari tahapan dan tugas-tugas perkembangan peserta didik memungkinkan akibat negative bagi perkembangan peserta didik selanjutnya. 7. Landasan Ilmiah Pendidikan. Landasan ilmiah pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari disiplin ilmu tertentu yang dijadikan titik tolak pendidikan. Sebagaimana Anda ketahui terdapat berbagai disiplin ilmu, seperti: psikologi, sosiologi, ekonomi, antropologi, sejarah, dsb. Sebab itu, ada berbagai jenis landasan ilmiah pendidikan, antara lain: landasan psikologi pendidikan, landasan sosiologi pendidikan, landasan antropologi pendidikan, landasan histori pendidikan, dsb. 8. Landasan Ekonomi Pendidikan Landasan Ekonomi adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah ekonomi yang dijadikan titik tolak pendidikan. Contoh: “Kalkulasi ekonomi selalu Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 17 berkenaan dengan modal, produksi, distribusi, persaingan, untung atau laba dan rugi”. Implikasinya, pendidikan dipandang sebagai penanaman modal pada diri manusia (human investment) untuk mempertinggi mutu tenaga kerja sehingga dapat meningkatkan produksi. Selain itu, pemilihan sekolah atau jurusan oleh seseorang akan ditentukan dengan mempertimbangkan kemampuan biaya/modal yang dimilikinya, prospek pekerjaan serta gaji yang mungkin diperolehnya setelah lulus dan bekerja. Jika sekolah ingin laku (banyak memperoleh siswa), maka harus mempunyai daya saing tinggi dalam hal prestasi. 9. Landasan Histori Pendidikan Landasan Historis adalah asumsi-asumsi pendidikan yang bersumber dari konsep dan praktek pendidikan masa lampau (sejarah) yang menjadi titik tolak perkembangan pendidikan masa kini dan masa datang. Contoh: Semboyan “tut wuri handayani” sebagai salah satu peranan yang harus dilaksanakan oleh para pendidik, dan dijadikan semboyan pada logo Kementerian Pendidikan Nasional, adalah semboyan dari Ki Hadjar Dewantara (Pendiri Perguruan Nasional Taman Siswa pada tgl 3 Juli 1922 di Yogyakarta) yang disetujui hingga masa kini dan untuk masa datang karena dinilai berharga. B. Azas-Azas Pendidikan 1. Azas Tut Wuri Handayani Sebagai azas pertama, Tut Wuri Handayani merupakan inti dari sitem Among perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso. Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu: Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh) Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat) Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan) Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 18 2. Azas Kemandirian dalam Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu suiap untuk ulur tangan bila diperlukan. Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator dan motifator. Salah satu pendekatan yang memberikan peluang dalam melatih kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif). 3. Azas Belajar sepanjang Hayat Azas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat meracang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horisontal. Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan. Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah. 4. Alam Takambang Jadi Guru Guru di daerah Sumatera Barat dan guru-guru penutur bahasa Melayu pada umumnya akan langsung mengerti makna pepatah tersebut. Di Ranah Minang ungkapan tersebut sangat komunikatif. Sementara itu, mereka yang tidak mengerti bahasa Melayu dan bahasa Minang, hanya bisa mengira dan mendiskusikan pengertiannya kepada teman sejawat. Namun mereka tidak akan banyak menemui kesulitan untuk itu. Lagi pula konsep alam takambang jadi guru sangat praktis dan universal. Cakupannya meliputi semua dimensi. Pepatah AlamTakambang jadi guru ini sangat dipahami oleh setiap orang yang berasal dari Sumatra Barat. Pewarisannya secara oral. Pepatah ini diajarkan turun temurun. Dewasa ini penyebarannya selain secara lisan juga melalui berbagai karya tulis, termasuk di dalamnya karya sastra. Pepatah atau ungkapan ini bermakna ‘agar kita belajar pada alam yang menyajikan berbagai fenomena. Alam terbentang luas senantiasa mengabarkan sebuah kearifan’. Sejatinya pepatah atau ungkapan filosofi ini mengandung makna, pertama menunjukan sikap seseorang terhadap tanggung jawab yang seharusnya ia dilaksanakan dalam rangka pengembangan diri. Kedua ungkapan ini bermakna menunjukan kepada kita apa sesungguhnya sumber dari pengetahuan dan teknologi atau keterampilan. Alam Takambang yakni menujukan sumber belajar yang sesungguhnya, yakni sumber belajar yang sungguh-sungguh dapat memenuhi “kebutuhan kita semua” yang sifatnya selalu ada sepanjang zaman.Alam diciptakan Allah untuk Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 19 dimanfaatkan untuk beragam keperluan. Dapat dirinci, diantaranya sangat banyak pelajaran yang bisa diambil darinya. Karena itu muncul ungkapan orang Minangkabau yang mengatakan “Alam Takambang jadi Guru” itu. Banyak sudah teknologi canggih yang kita gunakan sekarang ini mengambil prinsip kerjanya dari alam ini. Untuk itu kita selalu bersahabat dengan alam (lingkungan dimana kita berada) agar kita selalu dapat memetik pelajaran darinya.Alam Takambang Sebagai Sumber Belajar Alam Takambang Jadi Guru pengertian yang paling pas untuk itu adalah “alam” (sama juga dengan bahasa Indonesia) yang “Takambang” (membentang luas) ini atau alam raya ini dengan segala isinya. Jadi Guru diartikan di jadikan sebagai “guru ” ( sama dengan bahasa Inonesia ). “ Guru ” maksudnya adalah apa yang ada yang dapat memberikan pelajaran kepada kita atau apa yang dapat kita pelajari padanya. Maka guru disini bermakna luas, berlaku untuk semua baik berupa orang dan alam sekitar di segala tempat dan keadaan. Dengan kata lain maksud guru itu adalah sumber belajar, baik untuk disekolah maupun diluar persekolahan. Anak dapat belajar dirumah dengan buku dan internet, anak dapat belajar dengan binatang piaraan dan tanaman dikebun atau air yang mengalir disungai. Orang dewasa juga demikian belajar kapan saja dan dimana saja sumber belajarnya tetap saja apa yang ada di lingungannya. AECT (Association for Education and Communication Technology) menyatakan bahwa sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh siswa dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. Sumber belajar adalah bahan-bahan yang dimanfaatkan dan diperlukan dalam proses pembelajaran, yang dapat berupa buku teks, media cetak, media elektronik, narasumber, lingkungan sekitar, dan sebagainya yang dapat meningkatkan kadar keaktifan dalam proses pembelajaran. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang tersedia di sekitar atau di lingkungan belajar yang berfungsi untuk membantu optimalisasi aktifitas belajar. Optimalisasi aktifitas belajar ini dapat dilihat tidak hanya dari hasil belajar saja, namun juga dilihat dari proses pembelajaran yang berupa interaksi siswa dengan berbagai sumber belajar. Sumber belajar dapat memberikan rangsangan untuk belajar dan mempercepat pemahaman dan penguasaan bidang ilmu yang dipelajari. Kegiatan belajarnya dapat berlansung dimana saja dan kapan saja, dengan kata lain dengan sumber belajar yang bersifat sangat luas itu anak belajar tidak terikat oleh ruang dan waktu. Hal ini berarti bahwa bahwa alam sekitar yang dijadikan sumber belajar bermakna jauh lebih luas dan lebih bervariasi jika dibandingan “guru” di sekolah sebagai sumber belajar. Dengan hal yang seperti itu semua orang akan mendapat peluang untuk belajar sepanjang hayat, karena didukung dengan ketersediaan sumber belajar dimana-mana. Hal ini juga mengandung makna bahwa seorang guru yang mengajar mengambil bahan pelajaran juga berasal dari Alam Takambang ini. Alam Takambang Jadi Guru tantu saja merupakan sumber belajar yang maha lengkap, jauh lebih lengkap jika dibandingkan dengan sumber belajar pendidikan formal yang Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 20 berupa pustaka, labortoriun dan work shop. Belajar dengan Alam Takambang akan selalu serasi dan selaras dengan perkembangan anak, perkembangan anak dan perkembangan ilmu dan teknologi. Karena belajar dengan Alam Takambang tidak akan ada dijumpai apa yang disebut dengan keterikatan, keterbelakangan, keterbatasan , kadaluarsa dan lain sebagainya. Alam Takambang dijadikan guru tidak jadi soal jauh atau dekat karena dengan bantuan teknologi banyak hal menjadi sangat mudah. Dengan prinsip-prinsip belajar dengan Alam Takambang akan menumbuhkan jiwa kemerdekaan, seseorang hanya patuh dan hormat kepada kebenaran dan patuh dan hormat kepada kebajikan, bukan patuh kepada siapa-siapa. 5. Penerapan (Implementasi) Asas-Asas Pendidikan Sebagaimana telah dibicarakan dalam bahasan terdahulu ada dua asas-azas utama yang menjadi acuan pelaksanaan pendidikan, yakni: a. Azas Belajar Sepanjang Hayat b. Azas Tut Wuri Handayani c. Azas Kemandirian dalam Belajar d. Untuk memberi gambaran bagaimana penerapan asas-asas tersebut di atas berturut-turut akan dibicarakan:     Keadaan yang ditemui sekarang Permasalahan yang ada Pengembangan penerapan asas-asas pendidikan. Keadaan yang Ditemui Sekarang Dalam kaitan azas belajar sepanjang hayat, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang ditemui sekarang: Usaha pemerintah memperluas kesempatan belajar telah mengalami peningkatan. Terbukti dengan semakin banyaknya peserta didik dari tahun ke tahun yang dapat ditampung baik dalam lembaga pendidikan formal, non formal, dan informal; berbagai jenis pendidikan; dan berbagai jenjang pendidikan dari TK sampai perguruan tinggi Usaha pemerintah dalam pengadaan dan pembinaan guru dan tenaga kependidikan pada semua jalur, jenis, dan jenjang agar mereka dapat melaksanakan tugsnya secara proporsional. Dan pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas hasil pendidikan di seluruh tanah air. Pembinaan guru dan tenaga guru dilaksanakan baik didalam negeri maupun diluar negeri. Usaha pembaharuan kurikulum dan pengembangan kurikulum dan isi pendidikan agar mampu memenuhi tantangan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas melalui pendidikan Usaha pengadaan dan pengembangan sarana dan prasarana yang semakin meningkat: ruang belajar, perpustakaan, media pengajaran, bengkel kerja, sarana pelatihan dan ketrampilan, sarana pendidikan jasmani Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 21 Pengadaan buku ajar yang diperuntukan bagi berbagai program pendidikan masyarakat yang bertujuan untuk: 1. Meningkatkan sumber penghasilan keluarga secara layak dan hidup bermasyarakat secara berbudaya melalui berbagai cara belajar. 2. Menunjang tercapainya tujuan pendidikan manusia seutuhnya Usaha pengadaan berbagai program pembinaan generasi muda: kepemimpinan dan ketrampilan, kesegaran jasmani dan daya kreasi, sikap patriotisme dan idealisme, kesadaran berbangsa dan bernegara, kepribadian dan budi luhur Usaha pengadaan berbagai program pembinaan keolahragaan dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anggota masyarakat untuk melakukan berbagai macam kegiatan olahraga untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran serta prestasi di bidang olahraga. Usaha pengadaan berbagai program peningkatan peran wanita dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan keluarga sehat, sejahtera dan bahagia peningkatan ilmu pngetahuan dan teknologi, ketrampilan serta ketahanan mental. Sesuai dengan uraian di atas, maka secara singkat pemerintah secara lintas sektoral telah mengupayakan usaha-usaha untuk menjawab tantangan asas pendidikan sepanjang hayat dengan cara pengadaan sarana dan prasarana, kesempatan serta sumber daya manusia yang menunjang. Dalam kaitan penerapan asas Tut Wuri Handayani, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang ditemui sekarang, yakni : 1. Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan yang diminatinya di semua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang disediakan oleh pemerintah sesuai peran dan profesinya dalam masyarakat. Peserta didik bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri 2. Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan kejuruan yang diminatinya agar dapat mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja bidang tertentu yang diinginkannya 3. Peserta didik memiliki kecerdasan yang luar biasa diberikan kesempatan untuk memasuki program pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan gaya dan irama belajarnya 4. Peserta didik yang memiliki kelainan atau cacat fisik atau mental memperoleh kesempatan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan cacat yang disandang agar dapat bertumbuh menjadi manusia yang mandiri 5. Peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan ketrampilan agar dapat berkembang menjadi manusia yang memiliki kemampuan dasar yang memadai sebagai manusia yang mandiri, yang beragam dari potensi dibawah normal sampai jauh diatas normal (Jurnal Pendidikan,1989). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 22 Kesimpulan Pendidikan selalu berkaitan dengan manusia, dan hasilnya tidak segera tampak. Diperlukan satu generasi untuk melihat suatu akhir dari pendidikan itu. Oleh karena itu apabila terjadi suatu kekeliruan yang berakibat kegagalan, pada umumnya sudah terlambat untuk memperbaikinya. Kenyataan ini menuntut agar pendidikan itu dirancang dan dilaksanakan secermat mungkin dengan memperhatikan sejumlah landasan dan asas pendidikan. Latihan 1. Apa yang dimaksud dengan Landasan Pendidikan? 2. Sebutkan jenis-jenis landasan pendidikan! 3. Apa perbedaan landasan religius pendidikan dengan landasan filososfis pendidikan? 4. Apa yang dimaksud dengan Alam Takambang Jadi Guru? 5. Sebutkan keadaan dalam penerapan Asas Tut Wuri Handayani! Daftar Pustaka Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Abu Hanifah. 1950. Rintisan Filsafat, Filsafat Barat Ditilik dengan Jiwa Timur, Jilid I. Jakarta: Balai Pustaaka. Conny Seniawan, et. al. 1951. Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. Jakarta: Gramedia. Prof. Dr. Umar Tirtarahardja, dkk. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 23 BAB III PILAR-PILAR PENDIDIKAN DAN KOMPONEN PENDIDIKAN Pendahuluan Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Seorang manusia dapat melihat perubahan terjadi tetapi tidak pembelajaran itu sendiri. Konsep tersebut adalah teoritis, dan dengan demikian tidak secara lansung dapat diobservasi. Kita telah melihat individu mengalami pembelajaran, melihat individu berperilaku dalam cara tertentu sebagai hasil dari pembelajaran, dan kita semua telah belajar dalam suatu tahap dalam hidup kita. Dengan perkataan lain, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran telah terjadi ketika seorang individu berperilaku, bereaksi, dan merespon sebagai hasil dari pengalaman dengan satu cara yang berbeda dari caranya berperilaku sebelumnya. Hal-hal inilah yang akan mendidik seorang untuk menjadi orang yang terdidik. Di dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa tujuan kita membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia diantaranya adalah untuk mencerdasakan kehidupan bangsa. Bangsa yang cerdas adalah bangsa yang dapat bangkit di dalam menghadapi berbagai kesulitan. Kenyataanya dewasa ini bangsa Indonesia sedang dilanda dan masih berada di tengah-tengah krisis yang menyeluruh, termasuk di dalam bidnag pendidikan. Sesungguhnya semenjak jaman perjuangan kemerdekaan dahulu, para pejuang serta perintis kemerdekaan telah menyadari bahwa pendidikan merupakan faktor yang sangat vital dalam usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan bagi suatu bangsa, bagaimanapun mesti diprioritaskan. Sebab kualitas pendidikan sangat penting artinya, karena hanya manusia yang berkualitas saja yang bisa bertahan hidup dimasa depan. Dari latar belakang diatas, melalui buku ini penulis bermaksud membahas lebih jelas mengenai pembelajaran sebagai lima pilar pendidikan tersebut. A. Pengertian Pilar Pendidikan Pilar merupakan sebuah penopang atau penyangga, dalam sebuah bangunan pilar yang dapat membuat bangunan berdiri tegak dan kokoh. Dalam sistem pendidikan juga demikian terdapat pilar yang menjadi penyangga sehingga sebuah sistem pendidikan dapat berdiri untuk mencapai tujuan pendidikan. Pada saat ini telah ada rumusan mengenai pilar tersebut yang paling terkenal adalah 4 (empat) pilar pendidikan yang dirumuskan oleh Unesco. Namun pilar yang diungkapkan Unesco ini tidak mengakomodasi tujuan dari sistem pendidikan nasional Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 24 di Indonesia yang tercantum dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1 yang berbunyi: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.” Dapat ditarik kesimpulan pilar pendidikan yaitu sendi pendidikan yang ditopang oleh semangat belajar yang kuat melalui pola belajar yang bervisi kedepan dengan melihat perubahan-perubahan kehidupan agar menjadi suatu yang utuh. B. Jenis-Jenis Pilar Pendidikan Ada 4 pilar-pilar pendidikan universal yang dirumuskan oleh UNESCO (Geremeck, 1986) yaitu, belajar untuk mengetahui ( learning to know) , belajar untuk melakukan (learning to do) , belajar menjadi ( learning to be), belajar dengan berkerjasama ( learning to live together) merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap peserta didik. 1. Learning to Know (belajar untuk menguasai) Learning to know mengandung makna bahwa belajar tidak hanya berorientasi pada produk atau hasil belajar, akan tetapi juga harus berorientasi pada proses belajar. Dalam proses belajar, peserta didik bukan hanya menyadari apa yang harus di pelajari tetapi juga diharapkan menyadari bagaimana cara mempelajari apa yang seharusnya dipelajari. Kesadaran tersebut, memungkinkan proses belajar tidak terbatas di sekolah saja, akan tetapi memungkinkan peserta didik untuk belajar secara berkesinambungan. Inilah hakekat dari semboyan "belajar sepanjang hayat". Apabila hal ini dimiliki peserta didik, maka masyarakat belajar (learning society) sebagai salah satu tuntutan global saat ini akan terbentuk. Oleh sebab itu belajar untuk mengetahui juga dapat bermakna belajar berpikir karena setiap individu akan terus belajar sehingga dalam dirinya akan tumbuh kemauan dan kemampuan untuk berpikir. Learning to know, dengan memadukan pengetahuan umum yang cukup luas dengan keseempatan untuk mempelajari secara mendalam pada sejumlah kecil mata pelajaran. Pilar ini juga berarti learning to learn (belajar untuk belajar), sehingga memperoleh keuntungan dari kesempatan-kesempatan pendidikan yang disediakan sepanjang hayat. Tidak hanya memperoleh pengetahuan tapi juga menguasai teknik memperoleh pengetahuan tersebut. Pilar ini berpotensi besar untuk mencetak generasi muda yang memiliki kemampuan intelektual dan akademik yang tinggi. Secara implisit, learning to know bermakna belajar sepanjang hayat (Life long education). Asas belajar sepanjang hayat bertitik tolak atas keyakinan bahwa proses pendidikan dapat berlangsung selama manusia hidup, baik didalam maupun diluar sekolah. Sehubungan dengan asas pendidikan seumur hidup berlangsung seumur hidup, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 25 maka peranan subjek manusia untuk mendidik dan mengembangkan diri sendiri secara wajar merupakan kewajiban kodrat manusia. Dengan kebijakan tanpa batas umur dan batas waktu untuk belajar, maka kita mendorong supaya tiap pribadi sebagai subjek yang bertanggung jawab atas pedidikan diri sendiri menyadari, bahwa: 1) Proses dan waktu pendidikan berlangsung seumur hidup sejak dalam kandungan hingga manusia meninggal. 2) Bahwa untuk belajar, tiada batas waktu. Artinya tidak ada kata terlambat atau terlalu dini untuk belajar. 3) Belajar/ mendidik diri sendiri adalah proses alamiah sebagai bagian integral/ totalitas kehidupan (Burhannudin Salam, 1997:207). Konsep learning to know ini menyiratkan makna bahwa pendidik harus mampu berperan sebagai berikut:  Guru berperan sebagai sumber belajar Peran ini berkaitan penting dengan penguasaan materi pembelajaran. Dikatakan guru yang baik apabila ia dapat menguasai materi pembelajaran dengan baik, sehingga benar-benar berperan sebagi sumber belajar bagi anak didiknya  Guru sebagai Fasilitator Guru berperan memberikan pelayanan memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran.  Guru sebagai pengelola Guru berperan menciptakan iklim blajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman 2. Learning to do (belajar untuk menerapkan) Learnning to do mengandung makna bahwa belajar bukanlah sekedar mendengar dan melihat untuk mengakumulasi pengetahuan, akan tetapi belajar dengan dan untuk melakukan sesuatu aktivitas dengan tujuan akhir untuk menguasai kompetensi yang diperlukan dalam menghadapi tantangan kehidupan. Kompetensi akan dapat dimiliki oleh peserta didik apabila diberikan kesempatan untuk belajar dengan melakukan apa yang harus dipelajarinya secara langsung. Dengan demikian learning to do juga berarti proses pembelajaran berorientasi pada pengalaman langsung (learning by experience). Learning to do, untuk memperoleh bukan hanya suatu keterampilan kerja tetapi juga lebih luas sifatnya, kompetensi untuk berurusan dengan banyak situasi dan bekerja dalam tim. Ini juga belajar berbuat dalam konteks pengalaman kaum muda dalam berbagai kegiatan sosial dan pekerjaan yang mungkin bersifat informal, sebagai akibat konteks lokal atau Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 26 nasional, atau bersifat formal melibatkan kursus-kursus, program bergantian antara belajar dan bekerja. Pendidikan membekali manusia tidak sekedar untuk mengetahui, tetapi lebih jauh untuk terampil berbuat/ mengerjakan sesuatu sehingga menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi kehidupan. Sasaran dari pilar kedua ini adalah kemampuan kerja generasi muda untuk mendukung dan memasuki ekonomi industry (Soedijarto, 2010). Dalam masyarakat industri tuntutan tidak lagi cukup dengan penguasaan keterampilan motorik yang kaku melainkan kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan seperti “controlling, monitoring, designing, organizing”. Peserta didik diajarkan untuk melakukan sesuatu dalam situasi konkrit yang tidak hanya terbatas pada penguasaan ketrampilan yang mekanitis melainkan juga terampil dalam berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain, mengelola dan mengatasi suatu konflik. Melalui pilar kedua ini, dimungkinkan mampu mencetak generasi muda yang intelligent dalam bekerja dan mempunyai kemampuan untuk berinovasi. Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar hendaknya memfasilitasi siswanya untuk mengaktualisasikan ketrampilan yang dimiliki, serta bakat dan minatnya agar “Learning to do” dapat terealisasi. 3. Learning to be (belajar untuk menjadi) Learning to be mengandung arti bahwa belajar adalah proses untuk membentuk manusia yang memiliki jati dirinya sendiri. Oleh karena itu, pendidik harus berusaha memfasilitasi peserta didik agar bealajar mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu yang berkepribadian utuh dan bertanggung jawab sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat. Dalam pengertian ini terkandung makna bahwa kesadaran diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa yakni makhluk hidup yang memiliki tanggung jawab sebagai khalifah serta menyadari akan segala kekurangan dan kelemahannya. Learning to be, sehingga dapat mengembangkan kepribadian lebih baik dan mampu bertindak mandiri, membuat pertimbangan dan rasa tanggung jawab pribadi yang semakin besar, ingatan, penalaran, rasa estetika, kemampuan fisik, dan keterampilan berkomunikasi. Konsep learning to be perlu dihayati oleh praktisi pendidikan untuk melatih siswa agar memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Kepercayaan merupakan modal utama bagi siswa untuk hidup dalam masyarakat. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning to be) (Atika, 2010). Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya merupakan proses pencapain aktualisasi diri. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 27 4. Learning to live together (belajar untuk dapat hidup bersama) Learning to live together adalah belajar untuk bekerjasama melalui proses bekerjasama. Hal ini sangat diperlukan sesuai dengan tuntutan kebutuhan dalam masyarakat global dimana manusia baik secara individual maupun secara kelompok tidak mungkin dapat hidup sendiri atau mengasingkan diri dari masyarakat sekitarnya. Dalam hal ini termasuk juga pembentukan masyarakat demokratis yang memahami dan menyadari akan adanya perbedaan pandangan antar individu. Learning to live together, learning to live with others, dengan jalan mengembangkan pengertian akan orang lain dan apresiasi atas interdependensi— melaksanakan proyek-proyek bersama dan belajar memenej konflik—dalam semangat menghormati nilai-nilai kemajemukan, saling memahami dan perdamaian. Dari keempat pilar pendidikan di atas terlihat bahwa pilar learning to live together, learning to live with others, dalam konteks kemajemukan merupakan suatu pilar yang sangat penting. Pilar ini sekaligus juga menjadi pembenar pentingnya pendidikan multikultur yang berupaya untuk mengkondisikan supaya peserta didik mempunyai kemampuan untuk bersikap toleran terhadap orang lain, menghargai orang lain, menghormati orang lain dan sekaligus yang bersangkutan mempunyai tanggunga jawab terhadap dirinya serta orang lain. Sehingga bila proses pembelajaran di sekolah diarahkan tidak hanya pada learning to know, lerning to do dan leraning to be, tetapi juga diarahkan ke learning to live together. Dalam kaitan ini adalah tugas pendidikan untuk memberikan pengetahuan dan kesadaran bahwa hakekat manusia adalah beragam tetapi dalam keragaman tersebut terdapat persamaan. Itulah sebabnya Learning to live together menjadi pilar belajar yang penting untuk menanamkan jiwa perdamaian. 5. Learning to believe and convince the almighty God (Belajar untuk Beriman dan Bertakwa kepada tuhan YME) Dari pilar inilah Negara Indonesia akan mewujudkan cita-cita bangsanya yang termaktub dalam UUD 1945 Alinea ke-4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dengan berdasarkan kepada ketuhanan yang maha Esa. Garis Besar Mengenai ke Lima Pilar Pendidikan UNESCO a. Kekuatan Ke empat pilar pendidikan tersebut dirancang sangat bagus, dengan tujuan yang bagus pula, dan sesuai dengan keadaan zaman sekarang yang menuntut pesera didik tidak hanya diajarkan IPTEK, kemudian dapat bekerja sama dan memecahkan masalah, akan tetapi juga hidup toleran dengan orang lain ditengah-tengah maraknya perbedaan pendapat dimasyarakat. Dengan ke kempat pilar ini akan bisa tercapai pendidikan yang berkualitas. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 28 b. Kelemahan Meskipun ke empat pilar pendidikan ini dirancang sedemikian bagusnya, namun perlu diingat, masih banyak aspek penghalang dalam pelaksanaan tersebut, seperti kurangnya SDM guru yang benar-benar “mumpuni”, perbedaan pola pikir setiap masyarakat atau daerah dalam memandang arti penting pendidikan, kemudian ada lagi fasilitas, fasilitas yang masih minim akan sangat menghambat kemajuan proses belajar mengajar, dan kendalakendala lain. c. Peluang Apabila pendidikan di Indonesia diarahkan pada ke empat pilar pendidikan ini, maka pada gilirannya masyarakat Indonesia akan menjadi masyarakat yang bermartabat di mata masyarakat dunia. d. Ancaman Ke empat pilar pendidikan UNESCO ini bisa menjadi bumerang bagi peserta didik dan pengajar apabila tujuan atau keinginan yang hendak dicapai tidak kunjung terwujud. Bisa jadi akan muncul sikap pesimis dan putus asa kehilangan kepercayaan diri. C. Implikasi Masing-Masing Pilar dalam Pendidikan Dalam konteks pemahaman tentang proses belajar-mengajar, guru dihadapkan pada sesuatu yang secara conditio sine qua non harus diaktualisasikan dalam bentuk pembelajaran aktif, kreatif, dan menyenangkan. Fenomena yang berkembang di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar guru terbiasa mendesain pembelajaran yang “memenangkan” guru. Artinya, guru lebih senang dianggap sebagai satu-satunya sumber belajar bagi siswa (teacher centered). 1. Learning to know Guru adalah orang yang identik dengan pihak yang memiliki tugas dan tanggung jawab membentuk karakter generasi bangsa. Di tangan gurulah tunastunas bangsa ini terbentuk sikap dan moralitasnya, sehingga mampu memberikan yang terbaik untuk anak negeri ini di masa yang akan datang. Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara saksama dalam meningkatkan kemampuan belajar bagi siswanya, dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar-mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar-mengajar. Guru bisa dikatakan unggul dan profesional bila mampu mengembangkan kompetensi individunya dan tidak banyak bergantung pada orang lain. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 29 2. Learning to do Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar hendaknya memfasilitasi siswanya untuk mengaktualisasikan ketrampilan yang dimiliki, serta bakat dan minatnya agar “Learning to do” dapat terealisasi. Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Sedangkan minat adalah kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Meskipun bakat dan minat anak dipengaruhi factor keturunan namun tumbuh dan berkembangnya bakat dan minat juga bergantung pada lingkungan . 3. Learning to be Konsep learning to be perlu dihayati oleh praktisi pendidikan untuk melatih siswa agar memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Kepercayaan merupakan modal utama bagi siswa untuk hidup dalam masyarakat. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning to be) (Atika, 2010). Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya merupakan proses pencapain aktualisasi diri. 4. Learning to live together Learning to know merupakan instrument pemahaman akan diri sendiri dan orang lain, serta wawasan untuk dapat belajar hidup kebersamaan. Learning to do memungkinkan pembelajar untuk mengaplikasikan pemahamannya dan bertindak secara kreatif terhadap lingkungan sehingga tercapai kehidupan kebersamaan yang damai, learning to be menggaris bawahi dimensi penting dalam pengembangan hubungan sosial manusia yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kebersamaan. Learning to live together menjadi penting khususnya menghadapi dunia yang penuh konflik dan banyaknya pelanggaran akan hak-hak asasi manusia. 5. Learning to believe in God Pengetahuan yang dicari oleh seseorang harus dapat memberi manfaat untuk isi alam itu sendiri, dan bagaimana mengelolanya untuk kebaikan bersama secara berkelanjutan (sustainable), yang secara religius dapat dipertanggungjawabkannya kepada Yang maha Kuasa. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 30 D. Pengertian Pendidikan sebagai Suatu Sistem Apabila pendidikan dipandang sebagai suatu system, lalu apakah yang dimaksud dengan sistem itu? Secara sederhana dapat dikatakan bahwa system adalah suatu totalitas yang terbentuk dari elemen-elemen yang mempunyai hubungan fungsional dalam mengubah masukan menjadi hasil yang diharapkan. Hubungan fungsional dari setiap elemen menyebabkan setiap system berjalan serta bersifat adaptif terhadap lingkngannya sesuai dengan arah yang jelas dan berkesinambungan yang disebut supra system. Jika demikian, apakah yang dimaksud dengan pendidikan sebagai suatu system? Pendidikan sebagai suatu sisitem adalah suatu keseluruhan kerja manusia yang terbentuk dari bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional dalam membantu terjadinya proses transformasi atau perubahan tingkah laku seseorang dalam keseluruhan kehidupan bangsa. Semua aspek dari kehidupan bangsa, merupakan lingkungan kehidupan dan supra system dari system pendidikan yang bekerja bersama-sama dengan system lainnya seperti; ekonomi, politik, hokum, agama, dan sebagainya dalam rangka mencaapai tujuan nasional. E. Komponen Pendidikan Dalam kegiatan atau proses pendidikan terdapat komponen-komponen pendidikan yang dapat membentuk pola interaksi atau saling mempengaruhi. Komponen tersebut ialah : 1. Tujuan Tujuan merupakan komponen pendidikan yang memiliki posisi penting dalam proses pendidikan. Bermacam-macam tujuan pendidikan yang diinginkan oleh pendidik supaya dapat dicapai oleh subjek didik. Semua tujuan-tujuan itu harus normatif baik, artinya tidak bertentangan dengan hakekat perkembangan peserta didik dan dapat diterim sebagai nilai hidup yang baik. Tujuan pendidikan ada yang sifatnya ideal dan ada yang sifatnya nyata. Tujuan yang sifatnya ideal biasanya dirumuskan dalam bentuk tujuan pendidikan yang sifatnya umum, sedangkan tujuan yang sifatnya nyata dirumuskan dalam bentuk tujuan khusus. Dalam system pendidikan nasional, tujuan umum pendidikan dijabarkan dari falssafah bangsa, yakni Pancasila. Makna tujuan pendidikan nasional itu adalah membentuk manusia Indonesia yang bias mandiri dalam konteks kehidupan pribadinya, kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta berkehidupan sebagai makhluk yang beragama (Ketuhanan Yang Maha Esa). Manusia Indonesia yang dicita-citakan dan harus diupayakan melaluipendidikan adalah manusia yang Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 31 bermoral, berilmu, berkepribadian dan beramal bagi kepentingan manusia, masyarakat, bangsa dan Negara. Kita mengenal empat jenjang tujuan pendidikan, yaitu: a. Tujuan umum pendidikan, yakni manusia Pancasila b. Tujuan institusional pendidikan (tujuan lembaga pendidikan, misalnya tujuan Sekolah Dasar, tujuan Universitas Negeri Padang) c. Tujuan kulikuler (tujuan standard kompetensi bidangstudi atau mata pelajaran), misalnya tujuan IPA, IPS, Bahasa, ataupun Agama d. Tujuan instruksional kompetensi dasar (tujuan untuk setiap kegiatan) proses belajar mengajar. 2. Pendidik Siapakah sebenarnya pendidik itu? Pendidik ialah orang yang mempunyai tanggung jawab dalam melaksanakan pendidikan. Pendidik bertugas membimbing dan mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik itu pada tiaptiap tahapnya. Orang tua biasanya disebut pendidikan menurut kodrat, sedangkan guru dan tenaga-tenaga lainnya yang sejenis disebut pendidik menurut jabatan. Orang tua sebagai pendidik menurut kodrat adalah pendidik pertama dan utama. Hubungan orang tua dengan anaknya dalam hubungan edukatif mengandung dua unsure dasar, yaitu: 1) Unsur kasih sayang orang tua terhadap anak 2) Unsure kesadaran akan bertanggung jawab dari pendidik untuk menuntut perkembangan anak Guru sebagai pendidik menurut jabatan menerima tanggung jawab mendidik dari tiga pihak, yaitu orang tua, masyarakat, dan Negara. Seyogyanyalah guru diharapkan sikap-sikap dan sifat-sifat yang normatif baik sebagai kelanjutan dari sikap orang tua pada umumnya, antara lain : 1) Kasih sayang kepada subjek didik\ 2) Tanggung jawab kepada tugas mendidik Sehubungan dengan tanggung jawab ini Prayitno (2000) mengemukakan, “Kewajiban pendidik ialah menyelenggarakan praktek pendidikan terhadap (sejumlah) anak (peserta didik) yang menjadi tanggung jawabnya untuk memperkembangkan semua potensi yang dikaruniakan Allah SWT kepada anak secara normal.” Untuk itu pendidik dituntut harus : a. Menggunakan bahasa yang sopan dan mempunyai kepribadian yang kuat b. Disenangi dan disegani oleh peserta didik, yang berarti ia harus mempunyai kewibawaan, emosi yang stabil untuk menghadapi bermacam-macam pola peserta didik c. Harus bersusila, jujur, dan adil d. Memahami potensi anak untuk dikembangkan secara optimal Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 32 e. Memahami kondisi anak untuk mengadakan penyesuaian programprogrampendidikan bagi anak f. Bekerjasama dengan orang tua anak dan pihak-pihak lain yang terkait dengan pendidikam anak seoptimal mungkin g. Memahami dan menjalankan dengan sebaik-baiknya segenap peraturan dan kebijakan yang dikeluarkn oleh pihak-pihak berwenang dalam menyelenggarakan pendidikan anak h. Mengadaknan hubungan erat antara pendidik dan peserta didik di luar kelas 3. Peserta Didik Peserta didik ialah manusia yang memiiliki potensi yang selalu mengalami perkembangan sejak terciptanya sampai meninggal dunia dan perubahan-perubahan terjadi secara bertahap, tetapi secara wajar. Prayitno (2000) berpendapat bahwa, “Hak anak ialah memperoleh pendidikan yang layak memperkembangkan segenap potensi yang dikaruniai Allah SWT kepadanya secara optimal.” Untuk itu harus diuupayakn agar anak : a. Memperoleh kesempatan, fasilitas, dan pelayanan pendidikan dari orang tua maupun pendidik Negara b. Terhindar dari pemaksaan kehendak dari orang tua atau pihak lain yang mengganggu penyelenggraan pendidikan anak c. Terhindar dari hambatan yang mengterhidarhalangi penyelenggaraan pendidikan anak d. Terhindar dari perlakuan yang merugikan penyelenggaraan penddik e. Terhindar dari peraturan dan atau kebijakan yang memaksakn kehendak, menghalangi dan atau merugikan pendidikn anak 4. Materi Berdasarkan tujuan pendidikan yang ingin dicapai ditetapkan isi/materi pendidikan yang relevan dan memiliki beberapa kriteria/syarat utama yang harus dipertimbangkan, yakni:  Bahan/materi harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan  Bahan/materi harus sesuai dengan karakteristik perkembangan peserta didik  Bahan/materi harus mengandung nilai-nilai sesuai pandngan hidup bangsa  Bahan/materi harus disesuaikan dengan kemapuan peserta didik, menarik perhtian, minat, umur, bakat, jenis kelamin, latar belakang dan pengalaman  Bahan/materi harus diorganisasikan menurut urutannya, sehingga dapat menuntun para pelajar secara sistematis  Bahan/materi harus meruapakan bahan wajib, sesuai dengan kurikulum  Bahan/materi merupakan landasan untuk mempelajari bahan berikutnya  Nilai praktis atau kegunaanya diartikan sebagai makna bahan itu bagi kehidupannya sehari-hari Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 33 5. Metode, media dan alat pendidikan a. Metode Metode adalah cara yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Beberapa factor dalam menetapkan suatu metode tepat atau kurang tepat digunakan:  Tujuan yang ingin dicapai; kalau tujuan yang ingin dicapai adalah supaya murid dapat melakukan sesuatu, dapat menggunakan metode demonstrasi, simulasi atau bermain peran.  Factor murid. Pada kelaas yang muridnya aktif dapat menggunakan metode diskusi. Pada kelas yang umumnya muridnya pasif, metode tersebut kurang berhasil.  Factor guru. Ada metode yang berhasil pada seorang guru namun kurang berhasil digunakan oleh guru lain. b. Media Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan informasi atau pesan untuk memudahkan pembelajaran dalam pendidikan. c. Alat Pendidikan Alat pendidikan adalah suatu upaya atau tindakan atau perbuatan atau situasi atau benda/alat yang dengan sengaja digunakan untuk mencapai suatu tujuan dalamm proses pendidikan. Dua macam pengertian alat pendidikan, yaitu:  Alat pendidikan yang bersifat tindakan Yaitu berupa upaya dan siasat dalam kaitan dengan kewibaawaan. Alat ini berfungsi preventif (pencegahan) mencakup teladan, anjuran, suruhan, pengarahan, dan pembinaa. Sedaangkan yang berfungsi represif (reaksi setelah aada perbuatan) mencakup syrat, pujian, hadiah/ganjaran, teguran dan hukuman.  Alat pendidikan yang berupa benda Yaitu berupa kebendaan sebagai alat bantu yang lazim disebut sarana pengajaran seperti alat pengajaran 6. Lingkungan Pendidikan Pengertian lingkungan pada hakekatnya merupakan sesuatu yang ada di luar diri individu, walaupun ada juga yang mengatakan bahwa ada lingkungan yang terdapat dalam diri individu. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 34 Lingkungan dibedakan menjadi dua jenis: a. Lingkungan Alam Segala sesuatu yang ada di dunia ini yang berapda di luar diri anak yang bukan manusia, seperti binatang, tumbuh-tumbuhan, iklim, air, gedung dan rumah. b. Lingkungan Sosial Yang termasuk lingkungan sosial adalah semua manusia yang beraada di luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi diri orang tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut tempat pendidikan, lingkungan dibedakan atas : a. Keluarga Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi anak, karena di lingkungan itulah pertama-tama anak menerima pendidikan yang diberikan oleh orang tua. b. Sekolah Sekolah disebut lingkungan pendidikan yang kedua, yang bertanggung jawab melaksanakan pendidikan di lembaga ini adalah guru. c. Masyarakat Pendidikan yang diberikan biasanya tergantung kepada kebiasaan yang terjadi di lingkungan itu. Oleh sebab itu hasil pendidikannya akan dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat tersebut. Alam sekitar member pengaruh tertentu kepada pendidikan anak dengan segala sifat dan kondisi tempat tinggalnya. Karena setiap masyarakat itu lingkungannya sangat bervariasi, makaa pengaruh yang dihasilkannya pun berbeda terhadap proses pendidikan anak. Kesimpulan Hakikat pendidikan sesungguhnya adalah belajar. UNESCO mulai tahun 1997 sudah mulai menggali kembali dan memperkenalkan The Five Pillars of Education. Kelima pilar ini masing-masing mempunyai tujuan yang berbeda namun saling keterkaitan. Learning to Know mengajarkan seseorang untuk tidak mengetahui saja materi ataupun ilmu yang mereka dapat, tetapi mereka juga harus tau makna yang terkandung didalamnya. Learning to Do mengajarkan seseorang untuk lebih banyak melakukan tindakan daripada bicara. Sedangkan Learning to Be mengajarkan Belajar untuk dapat mandiri, menjadi orang yang bertanggung jawab untuk mewujudkan tujuan bersama. Learning to Live Together menuntun seseorang untuk hidup bermasyarakat dan menjadi “educated person yang bermanfaat baik bagi diri dan masyarakatnya, maupun bagi seluruh ummat manusia sebagai amalan agamanya. Learning to believe in God mengajarkan seseorang untuk belajar kebaikan dan mempertanggung jawabkannya kepada Tuhan. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 35 Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan di Indonesia mempunyai landasan ideal adalah Pancasil, landasan konstitusional ialah UUD 1945, dan landasan operasional ialah ketetapan MPR tentang GBHN Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik suatu pemahaman bahwa implementasi pilar-pilar pendidikan sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan dalam pendidikan. Dalam pengertian tersebut mutlak diterapkan dalam proses belajar-mengajar. Pilar-pilar pendidikan tersebut dirancang dengan sangat bagus dan dengan tujuan yang sangat bagus pula. Dengan mengaplikasikan pilar-pilar tersebut, diharapkan pendidikan yang berlangsung di seluruh dunia termasuk Indonesia dapat menjadi lebih baik. Namun masih banyak aspek penghalang dalam pelaksanaan tersebut, baik mengenai SDM nya, fasilitasnya, perbedaan pola pikir setiap masyarakat atau daerah dalam memandang arti penting pendidikan, dan kendala-kendala lain. Persoalan pendidikan merupakan tanggung jawab kita bersama, karenanya tentu secara bersama-sama pula kita mencari alternative pemecahannya. Mudah-mudahan ke empat pilar tersebut dapat kita realisasikan dan akan nampak hasinya. Mari melakukan introspeksi diri sejauh mana kita sudah melakukan yang terbaik untuk perubahan dan perbaikan terhadap persoalan pendidikan yang melilit negeri ini. Satu harapan kita semua, agar dunia pendidikan di Indonesia bisa menjadi lebih baik dan berkualitas. Latihan 1. Apa yang dimaksud dengan Pilar Pendidikan? 2. Sebutkan jenis-jenis Pilar Pendidikan? dan jelaskan masing-masingnya! 3. Jelaskan pengertian pendidikan sebagai suatu sistem? 4. Sebutkan apa saja komponen-komponen pendidikan? 5. Jelaskan yang dimaksud dengan Metode, Media dan Alat pendidikan Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 36 Daftar Pustaka Ihsan. Fuad, Dasar Dasar Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2008. http://fahmiapurna.blogspot.co.id/2014/06/makalah-4-pilar-pendidikan_23.html http://ludisahendriza.blogspot.com/2013/12/pilar-pilar-pendidikan.html http://oyikyu.blogspot.com/2013/03/makalah-4-pilar-pendidikan-24.html http://rian-priyadi.blogspot.co.id/2012/09/pendidikan-sebagai-suatu-sistem.html Kusuma, Rahayu Pratiwi, “Makalah Sistem Pendidikan Nasional”, http://rahayukusumapratiwi.blogspot.com/2013/01/makalah-sistem-pendidikannasional.html Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 37 BAB IV PENYELENGGARAAN SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Pendahuluan Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Sistem pendidikan Indonesia yang telah dibangun dari dulu sampai sekarang ini, ternyata masih belum mampu sepenuhnya menjawab kebutuhan dan tantangan global untuk masa yang akan datang. Program pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan yang selama ini menjadi fokus pembinaan masih menonjol dalam dunia pendidikan di Indonesia ini. Sementara itu jumlah penduduk usia pendidikan dasar yang berada di luar sistem pendidikan nasional ini masih sangatlah banyak jumlahnya, dunia pendidikan kita masih berhadapan dengan berbagai masalah internal yang mendasar yang bersifat komplek, selain itu pula bangsa Indonesia ini masih menghadapi sejumlah problematika yang sifatnya berantai sejak jenjang pendidikan mendasar sampai pendidikan tinggi. Kualitas pendidikan di Indonesia masih jauh dari yang diharapkan, menurut hasil penelitian The Political and Economic Risk Consultacy (PERC) sistem pendidikan di Indonesia ini berada di urutan 12 dari 12 negara di Asia, bahkan lebih rendah dari Vietnam. Dari latar belakang diatas, melalui buku ini penulis bermaksud membahas lebih jelas mengenai penyelenggaraan sistem pendidikan nasional. Sehubungan dengan pendidikan nasional Sunarya W. (1963) merumuskan: “Pendidikan Nasional adalah suatu sistem pendidikan yang berlandaskan dan dijiwai oleh suatu falsafah hidup suatu bangsa dan bertujuan mengabdikan pada kepentingan dan cita-cita nasional bangsa tersebut ini berarti bahwa Pendidikan Nasional suatu bangsa dlam pelaksanaan pendidikannya berdasarkan pda filsafat budaya bangsa demi kelangsungan kehidupan dan cita-cita bangsa dan negara baik jangka pendek maupun jangka panjang.” Di Indonesia, dalam UUSPN Bab 1 ayat (2) dicantumkan “Pendidikan Nasional ialah pendidikan bangsa yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan Nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.” Pernyataan itu mengandung makna bahwa semua aspek yang terdapat dalam sistem pendidikan nasional akan mencerminkan aktivitas yang dijiwai Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 38 oleh Pancasila UUD 1945 dan berakar pada nilai-nilai agama dan kebudayaan bangsa Indonesia, serta sesuai dengan perkembangan zaman. Pendidikan nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk membangun manusia seutuhnya. Oleh sebab itu arah dan fungsi utama sistem pendidikan nasional itu adalah mengembangkan manusia, masyarakat dan lingkungannya. Dengan demikian pendidikan nasional mempunyai fungsi sebagai alat yang bertujuan untuk mengembangkan pribadi, pengembangan masyarakat, pengembangan kebudayaan dan pengembangan bangsa Indonesia. Untuk meningkatkan kehidupan dan martabatnya sehingga tercapai kebahagiaan batiniah dan lahiriah seperti tertuang dalam UUSPN No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 yang bertujuan sebagai berikut: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemauan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, betujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi negara yang demokratis serta bertanggungjawab.” Dalam ketentuan umum UUSPN Bab I Pasal 3, juga dicantumkan bahwa sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling tekait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Dapat diidentifikasi konsep-konsep tentang pendidikan Nasional Indonesia sebagai berikut : 1) Pendidikan nasional merupakan usaha sadar untuk membangun masyarakat Pancasila. 2) Sistem pendidikan nasional merupakan salah satu bagian/sistem dari pembangunan nasional, yang ada bersama-sama dengan sistem kehidupan lainnya (seperti: ekonomi, politik, agama, dan sebagainya). 3) Sumber masukan sistem pendidikan nasional Indonesia adalah masyarakat. 4) Proses yang diharapkan terjadi dalam sistem pendidikan nasional dewasa ini adalah proses sosialisasi. Sistem Pendidikan Nasional ditetapkan melalui undang-undang berupa UndangUndang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 dan ditetapkan pada tanggal 27 Maret 1989. Bab I Ketentuan Umum pasal (1). Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1) Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang 2) Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 3) Sistem pendidikkan nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 39 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bagsa dan negara. Menurut Pasal 31 ayat (2); Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang diatur dengan Undang-Undang, dalam hal ini UUSPN seperti sudah dikemukakan sebelumnya. A. Jalur Jenjang dan Jenis Pendidikan 1. Jalur Jenjang Pendidikan nasional dilaksanakan melalui lembaga-lembaga pendidikan baik dalam bentuk sekolah maupun dalam bentuk kelompok belajar. Jalur pendidikan terdiri atas: pendidikan formal, nonformal, dan informal. a. Pendidikan formal Pendidikan formal terdiri atas:  pendidikan dasar  pendidikan menengah  dan pendidikan tinggi b. Pendidikan Nonformal Pendidikan Nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Pendidikan nonformal meliputi:  pendidikan kecakapan hidup,  pendidikan anak usia dini,  pendidikan kepemudaan,  pendidikan pemberdayaan perempuan,  pendidikan keaksaraan,  pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja,  pendidikan kesetaraan,  pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas: Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 40      lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. c. Pendidikan Informal Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan. Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk: Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk: Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. Penyelenggaraan terwujud pada jalur jenjang dan jenis pendidikan berfungsi menyiapkan sumber daya manusia untuk pembanguanan pengembangan sistem pendidikan nasional mesti berdasar kepada aspek legal. Jenjang pendidikan adalah suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik serta keluasaan dan ke dalam bahan pengajaran (UU No. 52 Tahun 1989 Bab I, pasal 1 ayat 5) dasar untuk memberikan bekal dasar atau pendidikan pertama/ setara sampai tamat jenjang pendidikan. Penyelenggaraan sistem pendidikan nasional dilaksanakan melalui 2 jalur yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 41 1) Jalur pendidikan sekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan (pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi), sifatnya formal di atur berdasarkan ketentuanketentuan pemerintah ada keseragaman pola yang bersifat nasional. 2) Jalur pendidikan luar sekolah (PLS) merupakan pendidikan yang bersifat kemasyarakatan yang diselenggarakan di luar sekolah melalui kegiatan belajar mengajar yang tidak berjenjang dan tidak berkesinambungan seperti kursus-kursus di luar sekolah, kelompok-kelompok bekajar, pendidikan dalam keluarga dan pendidikan sejenisnya yang bersifat tidak formal. 2. Jenis Pendidikan Jenis pendidikan adalah pendidikan yang dikelompokkan sesuai dengan sifat dan kekhususan tatanannya (UU RI no 2 tahun 1989 Bab I ayat 4 No. 2 Tahun 1989). Jenis pendidikan mencakup: pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus. a. Pendidikan Umum dan Kejuruan Pendidikan umum adalah pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Yang termasuk pendidikan umum adalah Sekolah Dasar, Sekolah Menengah dan Universitas. Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja pada bidang pekerjaan tertentu seperti bidang teknik, tata boga dan busana, perhotelan, perbankan, penerbangan, kerajinan, administrasi dan lain-lain. Yang termasuk sekolah kejuruan antara lain Sekolah Menegah Kejuruan (SMEA, STM, SKKA, SMIK) dan lain sebagainya. Baik pendidikan umum maupun kejuruan, jalur pendidikan sekolah dilaksanakan melalui perjenjangan yang penyelenggaraannya untuk setiap jenjang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. 1) Pendidikan Dasar Pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat dan mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Setiap warga negara yang berusia 7-12 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar bagi setiap warga negara, dinyatakan dalam UUPS ayat (1) “Warga Negara yang berumur 6 (enam) tahun berhak mengikuti pendidikan dasar.” Pendidikan dasar berbentuk: Sekolanah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 42 2) Pendidikan Menengah Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menegah berfungsi untuk mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan, dapat berbentuk: Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiayah (Mts), Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat. Ketentuan pendidikan menengah mengenai sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ) ayat (2) dan ayat (3) di atur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah 3) Pendidikan tinggi Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau professional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian. Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan sisitem terbuka yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis dan doctor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi, dapat berbentuk akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas.  Akademi merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan terapan dalam satu cabang atau sebagian cabang ilmu pengetahuan, teknologi, atau kesenian tertentu.  Politeknik merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan terapan dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus.  Sekolah tinggi merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau profesional dalam satu disiplin ilmu tertentu.  Institut merupakan perguruan tinggi yang terdiri atas sejumlah fakultas yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau profesional dalam sekelompok disiplin ilmu yang sejenis.  Unversitas merupakan perguruan tinggi yang terdiri atas sejumlah fakultas yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau profesional dalam sejumlah disiplin ilmu tertentu. Misi “TriDharma” adalah pendidikan tinggi yang meliputi pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Ketentuan mengenai perguruan Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 43 tinggi sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) ayat (2) dan ayat (3) di atur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. b. Pendidikan Khusus Pendidikan khusus berfungsi secara khusus menyiapkan pendidikan yang sesuai dengan tujuan masing-masing program tersebut. Dapat berbentuk Pendidikan Luar Biasa, Pendidikan Kedinasan, Pendidikan Teknis, dan Pendidikan Keagamaan. 1) Pendidikan Luar Biasa Pendidikan Luar Biasa merupakan pendidikan khusus yang di selenggarakan untuk peserta didik yang menyandang kelainan fisik/mental yang termasuk pendidikan luar biasa adalah SDLB untuk jenjang dasar dan PLB untuk jenjang pendidikan menengah memiliki program khusus yaitu program untuk anak tuna netra, tuna rungu, tuna daksa, dan tuna grahita, untuk pendidikan gurunya disediakan SGPIB (Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa) serta dengan diploma 3, tetapi kini disebut dengan Pendidikan Luar Biasa (PLB) dengan strata 1. 2) Pendidikan Kedinasan Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan khusus yang diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai atau calon pegawai suatu Departemen Pemerintah atau Lembaga Pemerintah non Departemen. Pendidikan khusus kedinasan dilaksanakan di sekolah kedinasan atau pusat-pusat latihan (PUSDIKLAT) dan lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun oleh swasta. 3) Pendidikan Keagamaan Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan khusus yang mempersiapkan peserta didik dalam melaksanakan peranan yang khusus dalam pengetahuan ajaran agama yang terdiri dari tingkat pendidikan dasar,menengah dan pendidikan tinggi, seperti: Madrasah Ibtidaiyah (MI), Taman Pendidikan Agam (TPA), Institut Agama Negeri Islam Negeri (IAIN), Pesantren, Pendidikan Guru Agama, Biara, dan Institut Ilenda Dharma. 4) Pendidikan Teknis Pendidikan khusus teknis dilaksanakan di pusat-pusat atau lembaga pendidikan khusus yang diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun oleh swasta. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 44 5) Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan jarak jauh dapat diselenggarakan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler. Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan. B. Standar Pendidikan Nasional Untuk mewujudkan cita-cita luhur tesebut, pemerintah menetapkan 8 Standar Nasional Pendidikan Indonesia yang menjadi pedoman bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Berikut ini penjelasan 8 Standar Nasional Pendidikan Indonesia: 1. Standar Kompetensi Lulusan Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. Standar Kompetensi Lulusan tersebut meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran. 2. Standar Isi Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi tersebut memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan. 3. Standar Proses Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Selain itu, dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan. Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 45 4. Standar Sarana dan Prasarana Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan 5. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik yang dimaksudkan di atas adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Profesional, dan Kompetensi Sosial. Pendidik meliputi pendidik pada TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SDLB/SMPLB/SMALB, SMK/MAK, satuan pendidikan Paket A, Paket B dan Paket C, dan pendidik pada lembaga kursus dan pelatihan. Tenaga kependidikan meliputi kepala sekolah/madrasah, pengawas satuan pendidikan, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi, pengelola kelompok belajar, pamong belajar, dan tenaga kebersihan. 6. Standar Pengelolaan Pendidikan Standar Pengelolaan terdiri dari 3 (tiga) bagian, yakni standar pengelolaan oleh satuan pendidikan, standar pengelolaan oleh Pemerintah Daerah dan standar pengelolaan oleh Pemerintah. 7. Standar Pembiayaan Pendidikan Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. Biaya investasi satuan pendidikan meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap. Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Biaya operasi satuan pendidikan meliputi: Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 46 dan Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya. 8. Standar Penilaian Pendidikan Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: Penilaian hasil belajar oleh pendidik, Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah. Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi terdiri atas: Penilaian hasil belajar oleh pendidik, dan Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan tinggi. Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud di atas diatur oleh masing-masing perguruan tinggi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. C. Dasar, Fungsi, Tujuan dan Prinsip Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional 1. Dasar Pendidikan Nasional Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia mulai dari PAUD sampau Perguruan Tinggi berlandaskan dengan Pancasila;  Landasan Idiil dijadikan tumpuan dasar dan pemberi arah dalam merumuskan tujuan nasional untuk memilih isi kurikulum apa yang harus diberikan untuk anak didik sesuai jenjang pendidikannya dan dijadikan dasar dalam proses belajar dan megajar.  Landasan Konstitusional dalam pendidikan adalah UUD 1945  Landasan yang berada dibawah UUD adalah Peraturan Pemerintah. 2. Fungsi Pendidikan Nasional Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa 3. Tujuan Pendidikan Nasional Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan , kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 47 4. Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan a. b. c. d. e. f. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multi makna. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan. Kesimpulan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajararan agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara Sistem pendidikan nasional adalah suatu sistem dalam suatu negara yang mengatur pendidikan yang ada di negaranya agar dapat mencerdaskan kehidupan bangsa, agar tercipta kesejahteraan umum dalam masyarakat. Penyelenggaraan sistem pendidikan nasional disusun sedemikian rupa, meskipun secara garis besar ada persamaan dengan sistem pendidikan nasional bangsa-bangsa lain, sehingga sesuai dengan kebutuhan akan pendidikan dari bangsa itu sendiri yang secara geografis, demokratis, historis, dan kultural berciri khas. Sistem pendidikan nasional adalah suatu sistem dalam suatu negara yang mengatur pendidikan yang ada di negaranya agar dapat mencerdaskan kehidupan bangsa, agar tercipta kesejahteraan umum dalam masyarakat. Penyelenggaraan sistem pendidikan nasional disusun sedemikian rupa,meskipun secara garis besar ada persamaan dengan sistem pendidikan nasional bangsa-bangsa lain, sehingga sesuai dengan kebutuhan akan pendidikan dari bangsa itu sendiri yang secara geografis, demokrafis, histories, dan kultural berciri khas. Jenjang pendidikan diawali dari jenjang pendidikan dasar yang memberikan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat dan berupa prasyarat untuk mengikuti pendidikan menengah. yang diselenggarakan di SLTA. Pendidikan menengah berfungsi memperluas pendidikan dasar. Dan mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 48 Latihan 1. Apa yang dimaksud dengan Sistem Pendidikan Nasional? 2. Jelaskan yang dimaksud dengan pendidikan formal, nonformal, dan informal! 3. Sebutkan jenis-jenis pendidikan! Dan berikan contoh masing-masingnya! 4. Sebutkan standar-standar pendidikan nasional! 5. Sebutkan prinsip-prinsip penyelanggaraan pendidikan! Daftar Pustaka Zelhendri Zen, Syafril, dkk. 2012. Pengantar Pendidikan. Sukabina Press: Padang http://diporifaldo.blogspot.co.id/2014/01/penyelenggaraan-sistem-pendidikan.html http://guruidaman.blogspot.co.id/2012/11/sistem-pendidikan-nasional.html http://nur-afifah-nugraheni.blogspot.co.id/2013/06/makalah-sistem-pendidikannasional.html http://makalahsistempendidikanasional.blogspot.co.id/ Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 49 BAB V BEBERAPA PEMIKIRAN TENTANG PENDIDIKAN Pendahuluan Gagasan dan pelaksanaan pendidikan selalu dinamis sesuai dengan dinamika manusia dan masyarakat. Sejak dulu, kini, maupun di masa depan pendidikan itu selalu mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan sosial-budaya dan perkembangan iptek. Pemikiran-pemikiran yang membawa pembaruan pendidikan itu disebut aliran-aliran pendidikan. Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya. Di dalam berbagai kepustakaan aliran-aliran pendidikan, pemikiran-pemikiran tentang pendidikan telah dimulai dari zaman Yunani kuno sampai kini. Pemikiran-pemikiran tentang pendidikan yang telah dimulai zaman Yunani kuno, berkembang pesat di Eropa dan Amerika. Aliran-aliran klasik maupun gerakan-gerakan baru dalam pendidikan pada umumnya berasal dari dua kawasan ini. Pemikiranpemikiran itu tersebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia, dengan berbagai cara seperti dibawa oleh bangsa penjajah ke daerah jajahanya, melalui bacaan buku dan di bawa oleh orang yang pergi belajar ke Eropa atau Amerika dan sebagainya. Penyebaran itu menyebabkan pemikiran-pemikiran dari kedua kawasan ini pada umumnya menjadi acuan dalam penerapan kebijakan di bidang pendidikan di berbagai negara. A. Pemikiran Klasik (aliran klasik) tentang Pendidikan Pemikiran-pemikiran tentang pendidikan yang telah dimulai pada zaman Yunani Kuno, dan dengan kontribusi berbagai bagian dunia lainnya, akhirnya berkembang dengan pesat di Eropa dan Amerika Serikat. Aliran-aliran klasik yang meliputi aliran-aliran empirisme, nativisme, naturalisme, dan konvergensi merupakan benang merah yang menghubungkan pemikiran-pemikiran pendidikan masa lalu, kini, dan mungkin yang akan datang. Selanjutnya terdapat beberapa gagasan yang lebih bersifat satu gerakan dalam pendidikan yang pengaruhnya masih terasa sampai kini, yakni gerakan-gerakan pengajaran alam sekitar, pengajaran pusat perhatian, sekolah kerja dan pengajaran proyek. Gerakan-gerakan tersebut mendapat reaksi yang berbeda-beda di berbagai negara, namun terdapat beberapa asa yang mendasarinya yang diterima secara luas. Gerakan-gerakan ini sangat mempengaruhi cara-cara guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu, gerakan-gerakan itu dapat dikaji untuk memperkuat wawasan dan pengetahuan tentang pengajaran. Seperti telah dikemukakan bahwa pengajaran merupakan pilar penting dari kegiatan pendidikan di sekolah, utamanya kalau dilakukan pengajaran yang sekaligus mendidik. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 50 Beberapa pemikiran atau aliran Klasik tentang Pendidikan: 1. Aliran Empirisme Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diperoleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitanya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program pendidikan. Tokoh perintis pandangan ini adalah seorang filsuf Inggris bernama John Locke (1704-1932) yang mengembangkan teori “Tabulasi Rasa”, yakni akan lahir didunia bagaikan kertas putih yang bersih. Pengalaman empirik yang diperoleh dari lingkungan akan berpengaruh besar dalam menentukan perkembangan anak. Menurut pandangan empirisme pendidik memegang peranan yang sangat penting sebab pendidik dapat menyediakan lingkungan pendidikan kebaypada anak dan akan diterima oleh anak sebagai pengalaman-pengalaman. Aliran empirisme dipandang berat sebelah sebab hanya mementingkan peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang di bawa anak sejak lahir dianggap tidak menetukan, menurut kenyataan dalam kehidupan sehari-hari terdapat anak yang berhasil karena berbakat, meskipun lingkungan sekitanya tidak mendukung. Keberhasilan ini disebabkan oleh adanya kemampuan yang berasal dari dalam diri yang berupa kecerdasan atau kemauan keras, anak berusaha mendepatkan lingkungan yang dapat mengembangkan bakat atau kemampuan yang telah ada dalam dirinya. 2. Aliran Nativisme Aliran nativisme bertolak dari Leibnitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak. Hasil pendidikan tergantung pada pembawaan. Schopenhauer (filsuf Jerman 1788-1860) berpendapat bahwa bayi itu lahir sudah dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk. Oleh karena itu, hasil akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa sejak lahir. Berdasarkan pandangan ini maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak didik itu sendiri. Diteekankan bahwa”yang jahat akan menjadi jahat, dan yang baik akan menjadi baik” Meskipun dalam kenyataannya sehari-hari sering ditemukan anak mirip orang tuanya (secara fisik) dan anak juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada orang tuanya. Tetapi pembawaan itu bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang menentukan perkembangan. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 51 3. Aliran Naturalisme Pandangan yang ada persamaannya dengan nativisme adalah aliran naturalisme yang dipelopori oleh seorang filsuf Prancis J.J. Rousseau (1712-1778). Berbeda dengan Schopenhauer, Rausseau berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan buruk. Pembawaan baik anak akan menjadi rusak karena dipengaruhi oleh lingkungan. Rousseau juga berpendapat bahwa pendidikan yang diberikan orang dewasa malahan dapat merusak pembawaan anak yang baik itu. Aliran ini juga disebut negativisme, karena berpendapat bahwa pendidik wajib membiarkan pertumbuhan anak pada alam. Jadi dengan kata lain pendidikan tidak diperlukan. 4. Aliran Konvergensi Perintis aliran ini adalah William Stern (1871-1939), seorang ahli pendidikan bangsa Jerman yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Penganut aliran ini berpendapat bahwa dalam proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembangan dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau memang pada diri anak tidak terdapat bakat yang diperlukan untuk mengembangkan itu. Sebagai contoh, hakikat kemampuan anak manusia berbahasa dengan kata-kata, adalah juga hasil konvergensi. Pada anak manusia ada pembawaan untuk berbicara melalui situasi lingkungannya, anak belajar berbicara dalam bahasa tertentu. Lingkungan pun mempengaruhi anak didik dalam mengembangkan pembawaan bahasanya. Karena itu teori W. Stern disebut teori konvergensi (konvergen arinya memuasat kesatu titik). Jadi menurut teori konvergensi : 1) Pendidikan mungkin untuk dilaksanakan 2) Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada anak didik untuk mengembangkan potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang kurang baik. 3) Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan. B. Pemikiran Baru tentang Pendidikan Pemikiran baru dalam pendidikan pada umumnya termasuk yang kedua yakni upaya peningkatan mutu pendidikan hanya dalam satu atau beberapa komponen saja. Seperti pengajaran alam sekitar, pengajaran pusat perhatian, sekolah kerja, dan pengajaran proyek. Beberapa Pemikiran baru tentang pendidikan: Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 52 1. Pengajaran alam sekitar Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitanya adalah gerakan pengajaran alam sekitar, perintis gerakan ini antara lain : Fr.A finger (1808-1888) di Jerman dengan Heimatkunde (pengajaran alam sekitar). Beberapa prinsip gerakan Heimatkunde adalah : a. Dengan pengajaran alam sekitar itu guru dapat meragakan secara langsung. Betapa pentingnya pengajaran dengan meragakan atau mewujudkan itu sesuai dengan sifat-sifat atau dasar-dasar orang pengajaran. b. Pengajaran alam sekitar memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya agar anak aktif atau giat tidak hanya duduk, dengan , dan catat saja c. Pengajaran alam sekitar memungkinkan untuk memberikan pengajaran totalitas, yaitu suatu bentuk pengajaran dengan ciri-ciri dalam garis besarnya sebagai berikut :  Suatu pengajaran yang tidak mengenai pembagian mata pengajaran dalam daftar pengajaran, tetapi guru memahami tujuan pengajaran dan mengarahkan usahanya untuk mencapai tujuan.  Suatu pengajaran yang menarik minat , karena segala sesuatu dipusatkan atas suatu bahan pengajaran yang menarik perhatian anak dan diambilkan dari alam sekitarnya.  Suatu pengajaran yang memungkinkan segala bahan pengajaran itu berhubung-hubungan satu sama lain seerat-eratnya secara teratur. d. Pengajaran alam sekitar memberi kepada anak bahan apersepsi intelektual yang kukuh dan tidak verbalistis. Yang dimaksud dengan apersepsi intelektual ialah segala sesuatu yang baru dan masuk di dalam intelek anak, harus dapat luluh menjadi satu dengan kekayaan pengetahuan yang sudah dimiliki anak. Harus terjadi proses asimilasi antara pengethuan lama dengan pengetahuan baru. e. Pengajaran alam sekitar memberikan apersepsi emosional, karena alam sekiat mempunyai ikatan emosional dengan anak. 2. Pengajaran pusat perhatian Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat Decroly (1871-1932) dari Belgia dengan pengajaran melalui pusat-pusat minat (Centeres D’interet). Dari penelitian secara tekun, Decroly menyumbangkan dua pendapat yang sangat berguna bagi pendidikan dan pengajaran, yang merupakan dua hal yang khas dari Decroly, yaitu : a. Metode Global (keseluruhan). Dari hasil yang di dapat dari obsevasi dan tes, dapatlah ia menetapkan, bahwa anak-anak mengamati dan mengingat secara global (keseluruhan). b. Centre d’interet (pusat-pusat minat). Dari penyelidikan psikologik, ia menetapkan bahwa anak-anak mempunyai minat yang spontan (sewajarnya). Pengajaran harus disesuaikan dengan minat-minat spontan tersebut. sebab Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 53 apabila tidak, yaitu misalnya minat yang ditimbulkan oleh guru, maka pengajaran itu tidak akan banyak hasilnya, anak mempunyai minat-minat spontan terhadap diri sendiri dan minat spontan terhadap diri sendiri itu dapat kita bedakan menjadi :    Dorongan mempertahankan diri. Dorongan mencari makan dan minum Dorongan memelihara diri\ Sedangkan minat terhadap masyarakat (biososial) ialah :  Dorongan sibuk bermain-main  Dorongan meniru orang lain. 3. Sekolah Kerja Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari pandangan-pandangan yang mementingkan pendidikan keterampilan dalam pendidikan. J. A. Comenius (1592-1670) menekankan agar pendidikan mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa, dan tangan (ketermapilan, kerja tangan). Perlu dikemukakan bahwa sekolah kerja itu bertolak dari pandangan bahwa pendidikan tidak hanya demi kepentingan individu tetapi juga demik kepentingan masyarakat. Dengan kata lain, sekolah berkewajiban menyiapkan warga negara yang baik, yaitu :  Tiap orang adalah pekerja dalam salah satu lapangan jabatan.  Tiap orang wajib menyumbangkan tenaganya untuk kepentingan negara  Dalam menunaikan kedua tugas tersebut haruslah selalu diusahakan kesempurnaannya, agar dengan jalan itu tiap warga negara ikut membantu mempertinggi dan menyempurnakan kesusilaan dan keselamatan negara. Berdasarkan hak itu, maka menurut G. Kerschensteiner tujuan sekolah adalah: 1) Menambah pengetahuan anak, yaitu pengetahuan yang di dapat dari buku atau orang lain, dan yang didapat dari pengalaman sendiri. 2) Agar anak dapat memiliki kemampuan dan kemahiran tertentu. 3) Agar anak dapat memiliki pekerjaan sebagai persiapan jabatan dalam mengabdi negara. 4. Pengajaran Proyek Dasar filosofis dan pedagogis dari pengajaran-pengajaran proyek diletakkan oleh John Dewey (1859-1952), namun pelaksanaannya dilakukan oleh pengikutnya, utamanya W. H. Kilpatrick. Dewey menegaskan bahwa sekolah haruslah sebagai mikrokosmos dari masyarakat (becomes microcosm of society); oleh karena itu, pendidikan adalah suatu proses kehidupan itu sendiri dan bukannya penyiapan untuk kehidupan di masa depan. Perlu dikemukakan bahwa Dewey merupakan peletak dasar dari falsafah pragmatisme dan penganut behaviorisme. Khususnya dalam bidang pengajaran, Dewey menegaskan pengajaran proyek anak bebas menentukan pilihannya (terhadap pekerjaan), merancang, serta Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 54 memimpinnya. Proyek yang ditentukan oleh anak, mendorongnya mencari jalan pemecahan bila ia menemui kesukaran. Anak dengan sendirinya giat dan aktif karena sesuai dengan apa yang diinginkannya. Proyek itulah yang menyebabkan mata pelajaran itu tidak terpisah-pisah antara yang satu dengan yang lain. 5. Home Schooling Sedangkan pengertian Homeschooling (HS) sendiri adalah model alternatif belajar selain di sekolah. Tak ada sebuah definisi tunggal mengenai homeschooling. Selain homeschooling, ada istilah “home education”, atau “homebased learning” yang digunakan untuk maksud yang kurang lebih sama.Dalam bahasa Indonesia, ada yang menggunakan istilah “sekolah rumah”. Ada juga orangtua yang secara pribadi lebih suka mengartikan homeschooling dengan istilah “sekolah mandiri”. Tapi nama bukanlah sebuah isu. Disebut apapun, yang terpenting adalah esensinya. 6. Sekolah Alam Sekolah Alam adalah sebuah sekolah di Indonesia yang berberapa kota memiliki sekolah alam dengan nama sendiri. Salah satu yang terkenal adalah Sekolah Alam Indonesia dari Jakarta. Biasanya tingkat sekolah di sekolah jenis ini adalah SD. Namun dalam perkembangannya telah melebar ke beberapa jenjang, mulai dari tingkat KB (Kelompok Bermain) hingga tingkat menengah. 7. Pendidikan Berasrama (Boarding School) Boarding school terdiri dari dua kata yaitu boarding dan school. Boarding berarti asrama. Dan school berarti sekolah. Boarding School adalah sistem sekolah berasrama, dimana peserta didik dan juga para guru dan pengelola sekolah tinggal di asrama yang berada dalam lingkungan sekolah dalam kurun waktu tertentu biasanya satu semester diselingi dengan berlibur satu bulan sampai menamatkan sekolahnya. Boarding school atau sekolah berasrama, para murid mengikuti pendidikan reguler dari pagi hingga siang di sekolah kemudian dilanjutkan dengan pendidikan agama atau pendidikan nilai-nilai khusus di malam hari. Selama 24 jam anak didik berada di bawah pendidikan dan pengawasan para guru pembimbing. Boarding school adalah lembaga pendidikan di mana para siswa tidak hanya belajar tetapi juga bertempat tinggal dan hidup menyatu dengan di lembaga tersebut. Boarding School mengkombinasikan tempat di rumah, dipindah ke institusi sekolah, di mana di sekolahb tersebut disediakan berbagai fasilitas tempat tinggal; ruang tidur, ruang tamu, ruang belajar dan tempat olah raga, perpustakaan, kesenian. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 55 C. Implikasi pemikiran Klasik dan Pemikiran Baru dalam Pendidikan 1. Implikasi aliran Klasik terhadap Pendidikan di Indonesia Aliran-aliran pendidikan yang klasik mulai dikenal di Indonesia melalui upaya-upaya pendidikan, utamnya persekolahan, dari penguasa penjajah Belanda dan disusul kemudian oleh orang-orang Indonesia yang belajar di negeri Belanda pada masa penajajahan. Setelah kemerdekaan Indonesia, gagasan-gagasan dalam aliran-aliran pendidikan itu masuk ke Indonesia melalui orang-orang Indonesia yang belajar di berbagai negara di Eropa, Amerika Serikat, dan lain-lain. Seperti diketahui, sistem persekolahan diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda di Indonesia, sebelum masa itu pendidikan di indonesia terutama oleh keluarga dan oleh masyarakat (kelompok belajar/padepokan, lembaga keagamaan/pesantren, dan lain-lain). Khusus dalam latar persekolahan, kini terdapat sejumlah pendapat yang lebih menginginkan agar peserta didik lebih ditempatkan pada posisi yang seharusnya, yakni sebagai manusia yang dapat dididik dan juga dapat mendidik dirinya sendiri. Hubungan pendidik dan peserta didik seyogianya adalah hubungan yang setara antara dua pribadi, meskipun yang satu lebih berkembagan dari yang lain. Hubungan kesetaraan dalam interaksi edukatif tersebut seyogianya diarahkan menjadi suatu hubungan transaksional, suatu hubungan antar pribadi yang memberi peluang baik bagi peserta didik yang belajar, maupun bagi pendidik yang ikut belajar (colearner). Dengan demikian, cita-cita pendidikan seumur hidup dapat diwujudkan melalui belajar seumur hidup. 2. Implikasi atau pengaruh pemikiran baru dalam pendidikan Telah dikemukakan bahwa gerakan baru dalam pendidikan tersebut terutama berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah, namun dasar-dasar pikirannya tentulah menjangkau semua segi dari pendidikan, baik aspek konseptual maupun operasional. Sebab itu, mungkin saja gerakan-gerakan itu tidak diadopsi seutuhnya di suatu masyarakat atau negara tertentu, namun asas pokoknya menjiwai kebijakankebijakan pendidikan dalam masyarakat atau negara itu. Sebagai contoh yang telah dikemukankan pada setiap paparan tentang gerkan itu, untuk Indonesia, seperti muatan lokal dalam kurikulum untuk mendekatkan peserta didik dengan lingkunganya, berkembangnya sekolah kejuruan, pemupukan semangat kerja sama multidisiplin dalam menghadapi masalah, dan sebagainya. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 56 Kesimpulan Pemikiran tentang pendidikan sejak dulu, kini, dan masa yang akan datang terus berkembang. Hasil-hasil dari pemikiran itu disebut aliran-aliran atau gerakan baru dalam pendidikan. Aliran/gerakan tersebut mempengaruhi pendidikan di seluruh dunia, termasuk pendidikan di Indonesia. Dari sisi lain, di Indonesia juga muncul gagasangagasan tentang pendidikan, yang dapat dikategorikan sebagai aliran pendidikan, yaitu Taman Siswa dan INS Kayu Tanam. Kajian tentang berbagai aliran atau gerak pendidikan itu akan memberikan pengetahuan dan wawasan historis kepada tenaga kependidikan. Hal itu sangat penting, agar para pendidik dapat memahami, dan pada gilirannya kelak dapat memberi kontribusi terhadap dinamika pendidikan itu. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa dengan pengetahuan dan wawasan historis tersebut, setiap tenaga kependidikan diharapkan memiliki bekal yang memadai dalam meninjau berbagai masalah yang dihadapi, serta pertimbangan yang tepat dalam menetapkan kebijakan dan atau tindakan sehari-hari. Dari aliran-aliran pendidikan di atas kita tidak bisa mengatakan bahwa salah satu adalah yang paling baik. Sebab pengguaannya disesuaikan dengan tingkat kebutuhan, situasi dan kondisinya pada saat itu, karena setiap aliran memiliki dasar-dasar pemikiran sendiri. Aliran-aliran pendidikan baru yang berkembang sebenarnya adalah pengembangan dari keempat aliran-aliran klasik yang ada yaitu, (1) aliran empirisme, (2) aliran Nativisme, (3) aliran naturalisme, dan (4) aliran konvergensi. Pada dasarnya aliran-aliran pendidikan kritis mempunyai suatu kesamaan ialah pemberdayaan individu. Inilah inti dari masyarakat pedagogik. Inilah inti dari masyarakat pedagogik. Sudah tentu aliran-aliran pedagogik di atas mempunyai keterbatasan. Pemikiran baru tentang pendidikan juga terdiri dari beberapa macam, yaitu : pengajaran alam sekitar, pengajaran pusat perhatian, sekolah kerja, pengajaran proyek, home schooling, sekolah alam, pendidikan berasrama. Adapun saran-saran yang dapat disampaikan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: a. Setiap tenaga kependidikan seharusnya memiliki bekal yang memadai dalam menghadapi permasalahan (dinamika) pendidikan yang akan terjadi di masa yang akan datang. b. Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, sebaiknya guru (tenga pendidik) harus mempunyai wawasan dan pengetahuan yang mendukung dari setiap pembelajaran yang akan dibawakan dalam penyampaian materi kepada murid-muridnya. c. Tenaga pendidik seharusnya tidak hanya menyampaikan materi saja kepada muridnya, melainkan setiap guru juga harus tahu bagaiman mempraktekkannya atau menerapkan dari apa yang disampaikan kepada muridnya itu dalam kehidupan sehari-hari. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 57 Diharapkan untuk tidak menyepelekan adanya pengetahuan tentang aliran-aliran pendidikan, Diharapkan lebih bijak memilih atau mengaplikasikan teori-teori tersebut dalam mendidik anak karena dengan kita tahu maka kita bisa menalaah sisi baik dan sisi buruk, sisi yang cocok untuk diterapkan dalam pendidikan di zaman sekarang itu seperti apa proses pembelajaran, terlebih pada tahap-tahap pembelajaran, diharapkan anak tersebut mampu menghasilkan sesuatu yang optimal pada dirinya dan lingkungannya. Latihan 1. Apa yang dimaksud dengan Pemikiran Klasik tentang Pendidikan? 2. Apa yang dimaksud dengan Pemikiran Baru dalam Pendidikan? 3. Sebutkan beberapa prinsip gerakan Heimatkunde! 4. Apa yang dimaksud dengan Metode Global dan Centre d’internet? 5. Apa perbedaan Sekolah Alam dengan Boarding School? Daftar Pustaka Tirtarahardja,Umar & La Sulo, S, L. 1984. “Pengantar Pendidikan” Bandung : CV. Pustaka Jaya Bloom, B. S. 1971. “Taxonomy of Educational Objectives. Drijarkara. 1970. Percikan Filsafat. Yogyakarta : Kanisius. Hasan, Fuad. 1985. Manusia dan Citranya. Surabaya : Express Mardiatmadja, B. S. 1984. Tantangan Dunia Pendidikan. Yogyakarta : Kanisius. Purwanto, Ngalim, Drs. M., 1972, Ilmu Pendidikan, Paket Pengajaran pada Proyek Kerjasama PT Stanvac-Indonesia, Pendopo, dengan IKIP Jakarta (Di akses pada hari Rabu, tanggal 26 September 2012) http://diporifaldo.blogspot.co.id/2014/01/beberapa-pemikiran-tentang-pendidikan.html Syafril, Zelhendri Zen, dkk. 2012. Pengantar Pendidikan. Padang. UNP http://arafah127.blogspot.co.id/p/aliran-aliran-pendidikan.html Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 58 BAB VI TOKOH-TOKOH PENDIDIKAN Pendahuluan Gagasan dan pelaksanaan pendidikan selalu dinamis sesuai dengan dinamika manusia dan masyarakat, Sejak dulu, kini, maupun di masa depan pendidikan itu selalu mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan sosial-budaya dan perkembangan iptek. Dunia pendidikan di Indonesia selama ini kekurangan tokoh, terkait dalam dunia pendidikan. Pendidikan di Indonesia lebih condong hanya mendewakan tokoh-tokoh pendidikan luar negeri. Orang Indonesia akan lebih paham dengan tokoh pendidikan asal Brasil, Paolo Freire atau seorang Ivan Illich dibandingkan dengan tokoh-tokoh pendidikan lokal. Selain kurangnya sosialisasi, kekurangsadaran orang Indonesia untuk mencoba mengkaji tokoh-tokoh pendidikan lokal masih sangat minim. Tokoh pendidikan luar dipandang lebih mempunyai pemikiran pemikiran yang lebih genuin dibandingkan dengan tokoh pendidikan lokal. Padahal dalam kenyataannya, pemikiran lokal tidak kalah saing dengan tokoh pendidikan luar, sebagai contoh Ki Hajar Dewantara, Mohammad Syafei, Kiyai H. Ahmad Dahlan. Disamping kurangnya tokoh pendidikan lokal, Indonesia juga tidak punya tokoh pendidikan perempuan, selain figur seorang Kartini, yang terkenal dengan kata-katanya, yaitu “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Selain seorang Kartini orang-orang Indonesia pasti akan sangat kebingungan jika ditanya tokoh pendidikan perempuan Indonesia selain Kartini. Padahal selain Kartini, Indonesia masih punya Rahmah El Yunusiah. Dari latar belakang diatas, melalui makalah ini penulis bermaksud mengkaji tokoh-tokoh pendidikan dari luar negeri dan tokoh-tokoh pendidikan di Indonesia agar pengetahuan orang Indonesia akan tokoh pendidikan Indonesia tidak minim lagi, serta untuk mengkaji tentang tokoh-tokoh pendidikan Indonesia yang juga terdiri dari tokoh perempuan yang tidak kalah berpengaruhnya terhadap pengembangan pendidikan di Indonesia. A. Tokoh Pendidikan yang berpengaruh dari luar negeri 1. Tokoh Pestalozzi (1746-1827) a. Pestalozzi adalah tokoh pertama yang dipengaruhi oleh Rousseau yang mencoba, ia katakana sendiri, mempsikologikan pendidikan (to psychologize education) b. Perjalan hidupnya Ia dilahirkan di Zurich. Ayahnya seorang dokter, dan meninggal pada waktu ia masih berusia lima tahun. Kasih saying ibunya sangat berkesan dan mempengaruhi pemikirannya tentang pendidikan. Ia mendapatkan pendidikan Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 59 disekolah dasar, sekolah latin, serta Colegium Humanitatis dan collegiums Carolinum. c. Percobaan di Neuhop (1774-1780) Ia mendirikan pertanian di Neuhop, dalam rangka mewujudkan anjuran Rousseau untuk hidup mendekati alam. Anak – anak yang terlantar di bawah asuhannya dalam percobaan pertanian di Neuhop mendapat pelajaran membaca, menulis dan berhitung, serta berada dalam susasana religious dan kasih sayang. d. Masa menulis buku (1780-1798) Karena kegagalannya dalam percobaan Neuhop, ia meyerahkan kegiatannya dalam menulis buku-bukutenal.tang pendidikan dan reformasi social. Ia menulis “Leonard und Gestrude”, sebuah tulisan berbentuk roman seperti Emile, yang berisi gagasan tentang pembaharuan pendididkan dan social; dan Die Abenstrundeeines Eiensiedlers (saat – saat malam hari dari seseorang pertapa), yang berisi cita-cita membangun masyarakat. e. Percobaan di Sekolah Dasar Percobaan dan metode dilaksanakan di Stanz,Burgdorf, dan Yverdun. Ia mencobakn sekolah dasar yang menekankan pada pekerjaan tangan yang ditambah dengan pengajaran formal. Namun percobaan itu gagal karna ada serangan dari tentara prancis. 2. Maria Montessori (1870-1952) Metode Montessori adalah suatu metode pendidikan untuk anak-anak, berdasar pada teori perkembangan anak dari Dr. Maria Montessori, seorang pendidik dari Italia di akhir abad 19 dan awal abad 20. Metode ini diterapkan terutama di pra-sekolah dan sekolah dasar, walaupun ada juga penerapannya sampai jenjang pendidikan menengah. Ciri dari metode ini adalah penekanan pada aktivitas pengarahan diri pada anak dan pengamatan klinis dari guru (sering disebut "direktur" atau "pembimbing"). Metode ini menekankan pentingnya penyesuaian dari lingkungan belajar anak dengan tingkat perkembangannya, dan peran aktivitas fisik dalam menyerap konsep akademis dan keterampilan praktik. Ciri lainnya adalah adanya penggunaan peralatan otodidak (koreksi diri) untuk memperkenalkan berbagai konsep. Walaupun banyak sekolah-sekolah yang menggunakan nama "Montessori," kata itu sendiri bukan merupakan merk dagang, juga tidak dihubungkan dengan organisasi tertentu saja. B. Tokoh Pendidikan yang berpengaruh di Indonesia 1. Ki Hajar Dewantara Suwardi Suryaningrat, demikian nama kecil Ki Hajar Dewantara adalah putera kedua dari KPH Suryaningrat (cucu Paku Alam III), lahir di Yogyakarta Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 60 pada tanggal 2 Mei 1889. Setelah genap 40 tahun ia diganti nama Ki Hajar Dewantara. Ia memasuki sekolah rendah Belanda dan kemudian pindah ke OSVIA di Magelang. Berbagai macam pekerjaan telah dicobanya. Dari menjadi pegawai pabrik gula di Banyumas, pindah menjadi pegawai di apotek Rathkamp (Raja Farma), kemudian menjadi wartawan dan memasuki gelanggang politik. Karena pendirian dan sikapnya yang tegas menentang penjajah Belanda, Ia dan teman-temannya dibuang diluar Jawa, termasuk juga Cipta Mangunkusuma, dibuang di Bandaria, Dr.Ernest Francois Eugene Deuwes Dekker diasingkan ke Timor Kupang, sedang Ia sendiri harus menjalani pengasingan ke Bangka. Kemudian ketiganya dibuang ke Belanda, disitulah Suwardi Suryaningrat memperdalam soal-soal pendidikan. Pada tahun 1919 ia dikembalikan ke Indonesia (oleh Pemerintah Belanda), kembali ketanah air tetap meneruskan perjuangannya. Beliau menjabat sebagai Sekretaris Pedoman Besar NIP (National Indische Partij) dan juga sebagai redaktur surat kabar De Beweging, Persatuan dan Penggugah. Dua tahun kemudian ia menjabat guru sekolah Adidharma, suatu perguruan yang didirikan oleh kakaknya sendiri yang bernama Raden Mas Suryapranata. Pada tanggal 3 Juli 1922 Suwardi Suryaningrat mendirikan yayasan Perguruan Nasional taman siswa, di Yogyakarta. Pada permulaannya, didirikannya Taman Indria (TK) dan kursus guru. Kemudian dalam perkembangannya dikuti dengan didirikannya Taman Muda (Sekolah Dasar) dan pada tanggal 7 Juli 1924 didirikanlah bagian Mulo-Kweekschool (Taman Dewasa merangkap taman guru). Lama pelajaran tingkat ini adalah 4 tahun setelah Taman Muda. Demikianlah lembaga- lembaga pendidikan yang didirikannya semakin meluas dan berkembang, sehingga Taman Siswa mempunyai taman Indria, Taman Muda, Taman Dewasa, Taman Madya, Taman Guru, Pra Sarjana dan Sarjana Wiyata. Pada tanggal 3 februari 1928, genap berusia 40 tahun, ia berganti nama yang kemudian menjadi sangat tenar. 2. Mohamad Syafei Mohamad Syafei mendirikan sekolah INS (Indonesisch Nederlandse School) di Sumatra Barat pada tahun 1926. Sekolah ini lebih dikenal dengan nama Sekolah Kayutanam, sebab sekolah ini didirikan di Kayutanam. Maksud utama Syafei adalah mendidik anak-anak agar dapat berdiri sendiri atas usaha sendiri dengan jiwa yang merdeka. Dengan berdirinya sekolah ini berarti Ia menentang sekolah-sekolah Hindia Belanda yang hanya menyiapkan anak-anak untuk menjadi pegawai-pegawai mereka saja. Tujuan pendidikan INS adalah sebagai berikut : a. Mendidik anak-anak kearah hidup yang merdeka, melalui pendidikan hidup mandiri. b. Menanamkan kepercayaan kepada diri sendiri, membina kemauan keras, dan membiasakan berani bertanggung jawab. c. Membiayai diri sendiri dengan semboyan cari sendiri dan kerjakan sendiri. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 61 d. Mengembangkan anak secara harmonis, yang mencakup aspek perasaan, kecerdasan, dan keterampilan. e. Mengembangkan sikap sosial, agar dapat bermasyarakat dengan baik. f. Menyesuaikan pendidikan dengan masing-masing bakat anak. g. Membiasakan bekerja menurut kebutuhan lingkungan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka model sekolahnya diatur sebagai berikut: a. Sekolah itu berbentuk asrama, anak-anak hidup bersama-sama melalui bekerja nyata atau belajar melalui bekerja. b. Belajarnya diatur menjadi sebagian belajar teori dan sebagian lagi belajar praktek. c. Ada bermacam-macam perlengkapan belajar, seperti tanah dan alat-alat tukang kayu, alat bercocok tanam, alat-alat menganyam, alat-alat mengolah karet, koperasi, lapangan olahraga, dan tempat pentas seni. d. Disamping bekerja anak-anak juga berupaya mencari uang sendiri dengan cara antara lain: menjual barang-barang hasil karya sendiri, berkoperasi, mengadakan pentas seni berkeliling. Organisasi pendidikannya mencakup ruang bawah dan ruang atas, keduanya terdiri dari sekolah dasar, sekolah menengah, dan kemasyarakatan. a. Ruang bawah sama dengan SD yang lama belajarnya 7 tahun. Disini teori dipelajari 75% dan praktek 25%, dipilih sesuai dengan kemampuan anak-anak tingkat SD.\ b. Ruang atas, mempelajari teori 50% dan praktek 50%. Ruang atas berlangsung selama 6 tahun, yang terdiri dari : ruang antara 1 tahun, ruang remaja 4 tahun, ruang masyarakat 1 tahun. 3. Kyai H. Ahmad Dahlan Ahmad Dahlan adalah orang yang mendirikan organisasi Islam pada tahun 1912 di Yogyakarta, yang kemudian berkembang menjadi pendidikan agama islam. Pendidikan Muhammadiyah ini sebagian besar memusatkan diri pada pengembangan agama Islam. Asas pendidikannya adalah islam dengan tujuan mewujudkan orang-orang yang berakhlak mulia, cakap, percaya kepada diri sendiri, dan berguna bagi masyarakat serta negara. Ada 5 butir yang dijadikan dasar pendidikan yaitu: a. Perubahan cara berpikir, ialah kesediaan jiwa berdasarkan pemikiran untuk mengubah cara berpikir dan bertindak dari kebiasaan lama yang kurang tepat, untuk mencapai tujuan pendidikan. b. Kemasyarakatan, artinya janganlah hanya mengembangkan aspek individu saja, melainkan juga aspek kemasyarakatan, agar pengembangan individu dan kemasyarakatan berimbang. c. Aktivitas, anak harus menggunakan aktiviotasnya sendiri untuk memperoleh pengetahuan. Dan harus pula melaksanakan serta mengamalkan semua hal yang telah diketahuinya. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 62 d. Kreativitas ialah untuk memperoleh kecakapan, keterampilan, dan kiat guna menghadapi situasi baru secara tepat dan cepat. e. Optimisme, anak-anak diberi keyakinan bahwa melalui pendidikan cita-cita mereka akan tercapai, asal dengan semangat dan berdedikasi mengerjakannya sesuai dengan yang digariskan oleh Tuhan. Dan fungsi lembaga pendidikan ciptaan Ahmad Dahlan adalah sebagai berikut : a. Sebagai alat dakwah, baik kedalam maupun keluar anggota organisasi Muhammadyah. b. Tempat pembibitan dan pembinaan kader, yang dilaksanakan secara sistematis dan selektif sesuai dengan kebutuhan. c. Merupakan wahana untuk melaksanakan amal para anggota organisasi. d. Mensyukuri nikmat Tuhan, artinya apa pun kemampuan anak-anak, pendidik harus memberi kesempatan berkembang, menjaga, dan merawatnya dengan sebaik-baiknya. 4. Rahmah El Yunusiyyah Rahmah El Yunusiyyah (lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat, 20 Desember 1900 –meninggal di Padang Panjang, 26 Februari 1969 pada umur 68 tahun) adalah seorang tokoh pembaharu pendidikan Islam di Indonesia.[1] Dia merupakan pendiri sekolah Diniyyah Puteri di Padang Panjang, Sumatera Barat. Rahmah merupakan adik dari Zainuddin Labay El-Yunusy, yang juga merupakan seorang pembaharu pendidikan Islam di Indonesia. Rahmah lahir dari pasangan Moh. Yunus dan Rafiah dari suku Minang. Ayahnya merupakan seorang ulama besar yang menjabat sebagai kadi di Pandai Sikek, Tanah Datar. Kakeknya Imanuddin merupakan seorang ahli ilmu falak dan pemimpin Tarekat Naqsyabandiyah. Sejak kecil Rahmah sudah ditinggal ayahnya. Ia dibesarkan dan diasuh oleh ibu dan kakak-kakaknya. Lingkungannya yang taat kepada ajaran agama, telah membentuk kepribadiannya untuk menjadi seorang yang sabar dan berpendirian teguh. Rahmah adalah seorang otodidak. Dia belajar dari kakak-kakaknya Zainuddin Labay dan M. Rasyad. Ketika Zainuddin mendirikan Diniyyah School, Rahmah ikut pula belajar di sana. Dia belajar agama kepada Abdul Karim Amrullah, Tuanku Mudo, dan Abdul Hamid. Di samping belajar agama, antara tahun 19311935 Rahmah mengikuti kursus ilmu kebidanan di Rumah Sakit Umum Kayutanam. 5. Willem Iskander Willem Iskander adalah salah satu diantara orang Indonesia pertama yang telah berhasil membuktikan kemampuannya memimpin lembaga pendidikan yang penting. Liku-liku perjuangan Willem Iskander mengangkat martabat bangsa melalui jalur pendidikan memang penuh tantangan dan tanggung jawab. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 63 Ketekunannya bekerja keras, kreativitas yang produktif dan semngat pembaharuan yang menyala-nyala telah berhasil merubah cara berpikir orang Tapanuli Selatan untuk meraih kemajuan. Ini semua dilakukan Willem Iskander satu perempat abad yang lalu, ketika sarana pendidikan dalam keadaan serba sederhana dan kekurangan. Pada tahun 1869 telah direncanakan suatu tugan bagi Willem Iskander untuk membawa 8 orang guru muda msing-masing 2 orang dari Mandailing, Sunda, Jawa dan Minahasa. Pada tahun 1873 sudah diketahui calon-calon penerima beasiswa itu. Tetapi ternyata bukan 8 orang. Yang berhasil memperoleh beasiswa itu hanya 3 orang, yakni Banas Lubis dari Mandailing (Kweekschool), Ardi Sasmita dari Sunda (Kweekschool) da Raden Mas Surono dari Jawa (Kweekschool Tanobato Surakarta). Jadi tidak benar apabila ada keterangan yang selama ini kita dengar bahwa Willem Iskander dibuang kenegeri Belanda. Yang benar adalah bahwa perjalanan ke negeri Belanda itu adalah rencana matang yang telah lama dipersiapkan oleh Willem Iskander. Ia bukan saja menghubungi pejabat-pejabat resmi di Indonesia, tetapi juga beberapa orang yang berpengaruh di negeri Belanda untuk melicinkan jalan pelaksanaan rencana itu. Antara lain dengan minta kesediaan mereka memberikan rekomendasi kepada pejabat-pejabat yang menentukan di Hindia Belanda ketika itu. Orang yang dihubungi antara lain D.Hekkar Jr, bekas gurunya di Oefenschool di Amsterdam. 6. Slamet Iman Santoso Penerima penghargaan sebagi tokoh pendidikan nasional dari IKIP Jakarta (UNJ) pada tahun 1978, ini selain sebagai perintis dan pendiri fakultas psikologi UI juga ikut mendirikan Universitas Andalas, Universitas Sriwijaya, Universitas Airlangga dan Universitas Hasanuddin. Menurut Conny Semiawan, Slamet adalah tokoh pendidikan yang berani. Dia adalah orang pertama yang mengusulkan perlunya satu standar bagi semua jenjang pendidikan di Indonesia. Usul yang Ia lontarkan sepanjang tahun 1979-1981 ini membuat heboh dunia pendidikan. Dia juga orang yang mengkritik keras minimnya gaji guru yang dia sebut dapat merusak dunia pendidikan. Dia membandingkan gaji guru jaman Belanda yang dua kali lipat daripada gaji dokter. Sehingga guru tak perlu mencari tambahan dan dunia pendidikan tidak dicampurbaurkan dengan bisnis. 7. RA.Kartini Raden Ajeng (RA) Kartini lahir di Mayong (Jepara), pada tanggal 21 April 1879. Hari kelahiranya ini sampai sekarang terus diperingati sebagai Hari Kartini. Beliau terkenal sebagai seorang tokoh yang dengan gigih memperjuangkan emansipasi wanita, yakni suatu upaya memperjuangkan hak-hak wanita agar dapat sejajar dengan kaum pria. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 64 Jenis sekolah yang dirintis dan didirikan oleh RA Kartini adalah: 1) Sekolah Gadis di Jepara, dibuka tahun 1903. 2) Sekolah Gadis di Rembang. Pada dasarnya apa yang dicita-citakan dan dilakukan oleh Kartini hanyalah sebagai perintis jalan, yang nantinya harus diserahkan oleh Kartini-kartini baru. Pada awalnya, pergerakan wanita dilakukan secara perseorangan, dan R.A. Kartini (1879-1904) adalah pelopornya. Setamat dari E.L.S. pada usia 12 tahun terus dipingit dan tidak melanjutkan sekolah karena adat istiadat yang berlaku pada masa itu. Meskipun demikian tidak memadamkan semangatnya untuk maju. Ia banyak belajar dari membaca buku dan surat menyurat dengan teman dan kenalanya. Atas bantuan ikhtiyar teman dan kenalanya seperti Ovink Soer dan lain-lainya, pingitan menjadi longgar. Kartini berhasrat menjadi guru untuk anak-anak perempuan para bupati yang diusulkan oleh Abendanon, tetapi gagal karena gagasan sekolah tersebut ditolak pemerintah kolonial Belanda, berdasarkan penolakan dari para bupati. Beasiswa belajar di negeri Belanda yang berhasil diajukan oleh van Kol untuk Kartini dan Rukmini, adiknya, juga tidak dapat dilaksanakan. Meskipun banyak mengalami kekecewaan. Kartini berhasil membuka Sekolah wanita yang pertama di Indonesia. R.A. Kartini meninggal dalam usia cukup muda yaitu empat hari setelah melahirkan, tepatnya tanggal 17 September 1904. 8. Raden Dewi Sartika Raden Dewi Sartika lahir di Bandung pada tanggal 4 Desember 1884. sebagaimana halnya dengan RA. Kartini, Dewi Sartika juga merupakan seorang tokoh wanita yang menyalurkan perjuanganya melalui pendidikan. Cita-cita Dewi Sartika yaitu mengangkat derajat kaum wanita Indonesia dengan jalan memajukan pendidikanya. Sebab ketika itu masyarakat cukup menghawatirkan, dimana kaum wanita tidak diberikan kesempatan untuk mengejar kemajuan. Untuk merealisasikan cita-cita pendidikanya, maka pada tahun 1904 didirikanlah sebuah sekolah yang diberi nama “Sekolah Istri”. Ketika pertama dibuka sekolah ini mempunyai murid sebanyak 20 orang, kemudian dari tahun ke tahun terus bertambah. Dan pada tahun 1909 baru dapat mengeluarkan out putnya yang pertama dengan mendapat ijazah. Pada tahun 1914 Sekolah Istri diganti namanya menjadi “Sakola Kautamaan Istri”. 9. Rohana Kudus Rohana Kudus dilahirkan pada tanggal 20 Desember 1884 di Kota Gedang, Sumatera Barat. Beliau adalah seorang wanita Islam yang sangat taat menjalankan ajaran agamanya, dengan giat sekali mempelopori emansipasi wanita. Ia seorang pendidik wanita yang berusaha untuk memperbaiki nasib kaum wanita Indonesia, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 65 disamping itu juga ia adalah seorang Guru Agama, Guru Kerajinan wanita, serta seorang wartawan wanita pertama di Indonesia. Usaha-usaha Rohana Kudus adalah: 1) Tahun 1896 saat usianya baru 12 tahun, sudah mengajar teman-teman gadis di kampungnya dalam bidang membaca dan menulis, huruf Arab dan Latin. 2) Tahun 1905 mendidikan “Sekolah Gadis” di Kota Gedang, yang kemudian pada tahun 1911 diubah namanya menjadi “Sekolah Kerajinan Amai Satia”. 3) Tahun 10 Juli 1912 ikut melahirkan sekaligus menjadi Pemimpin Redaksi Surat Kabar Wanita dengan nama “Soenting Melajoe” di Padang. 10. K.H. Hasym Asy’ari Organisasi keagamaan yang didirikan oleh K.H. Hasyim Asy’ari ini bernama Nahdlatul Ulama (NU). N.U adalah organisasi keagamaan yang dipimpin oleh para ulama, dan berorentasi tradisional. Maksud perkumpulan N.U. adalah memegang teguh salah satu mazhab dari madzhab Imam yang berempat, yaitu : 1. syafi’I, 2. maliki, 3. Hanafi, 4. Hambali, dan mengerjakan segala yang menjadikan kemaslahatan untuk agama Islam. Hasyim Asy’ari dilahirkan pada tanggal 14 Pebruari 1871 di Jombang Jawa Timur. Beliau berjasa besar dalam mendirikan organisasi Islam terbesar di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama (NU) yang didirikan pada tanggal 31 Januari 1926. Di samping mendirikan NU, KH. Hasyim Asy’ari dalam rangka merealisasikan cita-citanya, mendirikan pesantren Tebuireng di Jombang pada tahun 1899. Mula-mula ia belajar agama Islam pada ayahnya sendiri Kyi Asy’ari. Kemudian ia belajar ke pondok pesantren di Purbolinggo, kemudian pindah lagi ke Plangitan, Semarang, Madura, dan lain-lain. C. Pengaruh tokoh-tokoh Pendidikan terhadap pengembangan Pendidikan 1. Pengaruh tokoh pendidikan dari luar negeri a. Johann Heinrich Pestalozzi (1746-1827) Johan Heinrich Pestalozzi dipengaruhi oleh pendapat Comenius dan Rousseau. Pestalozzi meyakini bahwa semua pendidikan berdasar pada kesan sensorik dan lewat pengalaman sensorik yang tepat, anak-anak dapat mencapai potensi alami mereka. Untuk mencapai tujuan ini Pestalozzi mengembangkan "pelajaran dan objek", alat bantu yang mendukung kegiatan seperti menghitung, mrngukur, merasakan, dan meraba. Pestalozzi juga menulis dua buku "How Gertrude Teaches Her Children" (Cara Gertrude mengajari anakanaknya) dan "Book for Mothers" (Buku untuk para ibu) buku ini untuk membantu para orangtua mengajari anaknya dirumah, Heinrich lah yang mempelopori Home Schooling Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 66 b. Maria Montessori (1870-1952) Maria Montessori mengembangkan sebuah sistem untuk mendidik anak usia dini yang berpengaruh besar pada pendidikan anak usia dini. Sebagai wanita pertama di Italia yang mendapat gelar sarjana kedokteran, ia tertarik untuk mencari solusi pendidikan untuk masalah-masalah keterlambatan mental. Pada waktu itu ia mengatakan "Saya berbeda dengan rekan-rekan saya, karena saya secara instingtif merasa bahwa cacat mental lebih merupakan masalah pendidikan daripada kedokteran". Ketika sedang mempersiapkan diri untuk mendidik anak-anaknya. Montessori ditawari untuk mengelola sekolah anak-anak yang berasal dari keluarga-keluarga yang menempati rumah-rumah petak di Roma. Di sekolah pertama, yang diberi nama Casa Dei Bambini, atau rumah anak-anak, ia menguji coba ide-ide nya dan mendapat pengetahuan dari anak-anak dan pengajaran yang mengarahkannya kepada kesempurnaan sistemnya. 2. Pengaruh tokoh pendidikan dari dalam negeri a. Ki Hajar Dewantara pemikirannya tentang tujuan pendidikan yaitu memajukan bangsa secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku, budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan sebagainya, serta harus didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yang asasi. Hari lahirnya, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ajarannya yang terkenal ialah tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa sungtulada (di depan memberi teladan). b. Mohammad Syafei Pemikiran Syafei diatas menyarankan kesempurnaan lahir dan batin yang harus selalu diperbaharui.Hal ini terungkap dalam pemikiran G. Revesz seperti yang dikutip oleh Syafei :bahwa lapangan pendidikan mesti berubah menurut zamannya,seandainya orang masih beranggapan,bahwa susunan pendidikan dan pengajaran yang berlaku adalah sebaik-baiknya dan tidak akan berubah lagi,maka orang atau lembaga yang berpendirian dan berpikir demikian telah jauh menyimpang dari kebenaran. Demikianlah,tujuan pendidikan berupa kesempurnaan lahir dan batin,harus selalu terus disempurnakan sesuai dengan tuntutan perubahan zaman. Dan kesempurnaan yang cocok untuk bangsa Indonesia ? Syafei mengajukan pemikiran yang masih relevan untuk zaman kita ini. Manusia yang sempurna lahir dan batin atau aktif kreatif itu,apa saja unsur-unsur atau aspek-aspeknya? Ia menyatakan bahwa yaitu jiwa dan hati yang terlatih dan otak yang berisi pengetahuan (Thalib Ibarahim,1978;20 ). Orang yang jiwa dan hatinya terlatih itu tekun,teliti,rajin,giat,berperhatian,dan Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 67 apik dalam segala bidang perbuatan. Pelatihan jiwa dan hati ini diperoleh melalui pelatihan bebuat atau bekerja mengerjakan pekerjaan sehari-hari atau bahkan pekerjaan tangan.Bahkan untuk pengisian otakpun,pelajaran pekerjan tangan dapat turut dimanfaatkan. c. Kiyai H. Ahmad Dahlan Ahmad Dahlan adalah seorang yang memiliki pengetahuan yang luas. Meskipun usianya baru dua puluh tahun, ia mulai merintis jalan pembaruan di kalangan umat Islam. Misalnya, membetulkan arah kiblat shalat pada masjid yang dipandang tidak tepat arahnya yang sesuai dengan perhitungan menurut ilmu falakiyah yang dikuasainya. Usaha ini sempat menimbulkan insiden yang membuat diri dan istrinya hampir saja meninggalkan Kauman Yogyakarta selamanya. Kemudian memberikan pelajaran agama di sekolah negeri yang saat itu tidak pernah dilakukan oleh kyai lainnya. Ahmad Dahlan juga sangat memperhatikan kaum dhuafa, anak yatim, dan fakir miskin agar selalu diperhatikan dan diayomi. Hal ini selalu ia ingatkan kepada murid-muridnya agar selalu memperhatikan dan menolong kaum dhuafa tersebut. Pernah suatu ketika beliau memberikan pelajaran kepada murid-muridnya tentang surat Al-Ma’un. Namun, surat Al-Ma’un ini selalu beliau ulang-ulang dalam setiap pertemuan pengajian sehingga menimbulkan protes dari murid-muridnya. Setelah dijelaskan lalu setelah pengajian selesai dan murid-muridnya masing-masing membawa anak yatim dan disantuni secukupnya. d. Rahmah El Yunusiah Bentuk realisasi dari pemikiran pendidikan Rahmah el-Yunusiyah adalah berupa pendirian sekolah–sekolah bagi perempuan. Hal ini merupakan tanggapan dari situasi pada masa itu dan sejalan pula dengan teorinya Arnold J. Toynbee yaitu : “Challenge and Respons”. Sedangkan tujuan pendidikannya untuk mencerdaskan kaum perempuan agar pendidikan pada masa itu tidak berpusat pada laki–laki, dengan demikian hal ini sejalan dengan teori Feminisme, yaitu teori poststrukturalis dan postmodernisme. Beberapa hambatan pada kaum perempuan Indonesia. Pendidikan yang belum berpihak pada kaum perempuan dapat pula ditemui dalam bidang lain. Misalnya dalam bidang kesehatan dan pekerjaan. Perusahaan masih banyak yang belum memberi lapangan kerja pada perempuan. Angka perempuan menganggur lebih tinggi dapat ditemui dimana-mana dibanding laki-laki. Kalaupun perempuan banyak ditemui bekerja disektor informal (pabrik) itu bukan berarti hilangnya diskriminasi. Angka kaum perempuan upahnya tidak dibayar oleh perusahaan mencapai 41,3% lebih tinggi dibanding laki-laki yang hanya 10% menjadi bukti beban yang diterima perempuan diluar rumah. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 68 Kesimpulan Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan. Pertama, Bahwa Dalam sejarah pendidikan di Indonesia sangatlah bnyk tokoh-tokoh yg berperan antara lain, Mohamad Syafei, Ki Hajar Dewantara, Kyai H. Ahmad Dahlan, Willem Iskander, Slamet Iman Santoso, RA.Kartini, Rohana Kudus, K.H. Hasyim as’hari. Kedua, Pemikiran-pemikiran yg dicetuskan para tokoh pendidikan itu sangat berpengaruh dengan kemajuan yg dialami masyarakat Indonesia saat ini,meskipun Indonesia masih mengalamai kemeresotan dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang terjadi di Negara kita yaitu Indonesia masih jauh harapan untuk menjadi yang terdepan, karena diperlukan pembenahan pada system – system yang terdapat didalamnya. Baik pengajar, peserta didik dan juga pemerintahan maupun semuanya harus bisa mengintropeksi diri hal apa yang membuat pendidikan di Indonesia masih jauh tertinggal oleh Negara-negara lain. Dan kami sebagai generasi penerus bangsa penyambung perjuangan para pahlawan pendiri pendidikan wajib untuk ikut serta mempertahankan atau menjalankan warisan meraka mengantarkan Indonesia pada kearifa dan kemajuan kependidikan di Negara ini. Dari tokoh-tokoh pendidikan tersebut boleh menjadi acuan bagi kita untuk mengikuti motode-motode pembelajaran yang para tokoh telah kemukakan, tetapi dari hal yang mereka kemukakan pasti ada kelebihan dan kekurangannya, kembali pada diri kita sendiri mau mengikuti motede yang mana, atau kita mempunyai motode sendiri tetapi harus bisa kita pertanggungjawabkan apa yang akan kita kemukakan dan bisa meyakinkan masayarakat luas. Pemikiran tentang pendidikan sejak dulu, kini dan masa yang akan datang terus berkembang. Dan tokoh-tokoh pendidikan di Indonesia maupun dari luar negeri juga sangat banyak. Kita dapat mengambil ilmu dan pembahasan dari tokoh-tokoh tersebut. Serta kita juga dapat mengetahui siapa saja tokoh-tokoh yang berperan dalam pendidikan serta pengaruhnya terhadap pendidikan. Latihan 1. Sebutkan Tokoh pendidikan yang berpengaruh dari luar negeri! 2. Jelaskan 5 butir yang dijadikan dasar pendidikan oleh Kiyai H. Ahmad Dahlan! 3. Mohammad Syafei mendiririkan INS, apa tujuan didirikannya INS tersebut? 4. Sebutkan pengaruh tokoh pendidikan dari luar negeri! 5. Sebutkan pengaruh tokoh pendidikan dari dalam negeri! Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 69 Daftar Pustaka Basyral Hamidy Harahap, Saheta dkk ,Solusi jitu menghadapi ulangan BI,untuk Sd kelas 5,,Jakarta,Grasindo,2010 http://ipie3.wordpress.com/2008/12/20/sati-nasution-willem-iskander-1840-1876pelopor-pendidikan-dari-sumatera-utaraMarwati djoened poesponegoro,Sejarah nasional Indonesia,Balai pustaka,Jakarta,2008. Redaksi Jogja Bangkit,100 Great women,Yogyakarta:jogja Bangkit Publisher,2010. Salman iskandar,99 tokoh muslim Indonesia,Bandung :PT.Mizan pustaka,2009 http://equatoronline.blogspot.com/2013/03/mohammad-syafei-tokoh-pendidikanasal.html http://wikipedia.com/2011/11/11. tokoh sejarah pendidikan indonesia zaman kemerdekaan http://mardanes.blogspot.co.id/2013/03/makalah-pengantar-ilmu-pendidikan.html http://diporifaldo.blogspot.co.id/2014/01/beberapa-pemikiran-tentang-pendidikan.html Syafril, Zelhendri Zen, dkk. 2012. Pengantar Pendidikan. Padang. UNP Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 70 BAB VII PERMASALAHAN POKOK PENDIDIKAN Pendahuluan Permasalahan pokok pendidikan merupakan suatu kendala yang menghalangi tercapainya tujuan pendidikan. Pada bab ini akan dibahas beberapa hal yang merupakan permasalahan pendidikan di Indonesia. Adapun permasalahan tersebut adalah sebagai berikut. Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia di muka bumi ini. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia. Dalam kondisi apapun manusia tidak dapat menolak efek dari penerapan pendidikan. Pendidikan diambil dari kata dasar didik, yang ditambah imbuhan menjadi mendidik. Mendidik berarti memelihara atau memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Dari pengertian ini didapat beberapa hal yang berhubungan dengan pendidikan. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan tantangan-tantangan baru. Sebagai konsekuensi logis, pendidikan selalu dihadapkan pada masalah-masalah baru. Oleh karena itu, perlu ada rumusan sebagai masalah-masalah pokok yang dapat dijadikan pegangan oleh pendidik dalam mengemban tugasnya. Sistem pendidikan menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sosial budaya dan masyarakat. Pembangunan sistem pendidikan tidak mempunyai arti apa-apa jika tidak sinkron dengan pembangunan nasional. Permasalahan intern sistem pendidikan itu sangat kompleks. Artinya, suatu permasalahan intern dalam sistem pendidikan selalu ada kaitan dengan masalah-masalah diluar sistem pendidikan itu sendiri. Misalnya masalah mutu hasil belajar suatu sekolah tidak dapat dilepaskan dari sosial budaya dan ekonomi masyarakat di sekitarnya. Berdasarkan kenyataan tersebut maka penaggulangan masalah pendidikan juga sangat kompleks, menyangkut banyak komponen, dan melibatkan banyak pihak. A. Pemerataan Pendidikan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata pemerataan berasal dari kata dasar rata, yang berarti: 1) meliputi seluruh bagian, 2) tersebar kesegala penjuru, dan 3) sama-sama memperoleh jumlah yang sama. Sedangkan kata pemerataan berarti proses, cara, dan perbutan melakukan pemerataan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemerataan pendidikan adalah suatu proses, cara dan perbuatan melakukan pemerataan terhadap pelaksanaan pendidikan, sehingga seluruh lapisan masyarakat dapat merasakan pelaksanaan pendidikan. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 71 Pelaksanaan pendidikan yang merata adalah pelaksanaan program pendidikan yang dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara Indonesia untuk dapat memperoleh pendidikan. Pemerataan dan perluasan pendidikan atau biasa disebut perluasan keempatan belajar merupakan salah satu sasaran dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Hal ini dimaksudkan agar setiap orang mempunyai kesempatan yang sama unutk memperoleh pendidikan. Kesempatan memperoleh pendidikan tersebut tidak dapat dibedakan menurut jenis kelamin, status sosial, agama, amupun letak lokasi geografis. Dalam propernas tahun 2000-2004 yang mengacu kepada GBHN 1999-2004 mengenai kebijakan pembangunan pendidikan pada poin pertama menyebutkan: “Mengupayakan perluasan dan pemeraatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia menuju terciptanya Manusia Indonesia berkualitas tinggi dengan peninggakatan anggaran pendidikan secara berarti“. Dan pada salah satu tujuan pelaksanaan pendidikan Indonesia adalah untuk pemerataan kesempatan mengikuti pendidikan bagi setiap warga negara. Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa Pemerataan Pendidikan merupakan tujuan pokok yang akan diwujudkan. Jika tujuan tersebut tidak dapat dipenuhi, maka pelaksanaan pendidikan belum dapat dikatakan berhasil. Hal inilah yang menyebabkan masalah pemerataan pendidikan sebagai suatu masalah yang paling rumit untuk ditanggulangi. Permasalahan Pemerataan dapat terjadi karena kurang tergorganisirnya koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, bahkan hingga daerah terpencil sekalipun. Hal ini menyebabkan terputusnya komunikasi antara pemerintah pusat dengan daerah. Selain itu masalah pemerataan pendidikan juga terjadi karena kurang berdayanya suatu lembaga pendidikan untuk melakukan proses pendidikan, hal ini bisa saja terjadi jika kontrol pendidikan yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah tidak menjangkau daearh-daerah terpencil. Jadi hal ini akan mengakibatkan mayoritas penduduk Indonesia yang dalam usia sekolah, tidak dapat mengenyam pelaksanaan pendidikan sebagaimana yang diharapkan. Permasalahan pemerataan pendidikan dapat ditanggulangi dengan menyediakan fasilitas dan sarana belajar bagi setiap lapisan masyarakat yang wajib mendapatkan pendidikan. Pemberian sarana dan prasrana pendidikan yang dilakukan pemerintah sebaiknya dikerjakan setransparan mungkin, sehingga tidak ada oknum yang dapat mempermainkan program yang dijalankan ini. B. Kuantitas Kuantitas yaitu masalah yang menyangkut banyak murid yang harus ditampung di dalam sistem pendidikan atau sekolah. Masalah ini timbul karena calon murid yang tidak tertampung di suatu sekolah, karena terbatasnya daya tampung. Kesempatan Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 72 memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar. Permasalahan ini mencuat terutama di SD pada tahun-tahun lampau. Tapi saat ini masalah itu sudah bisa diatasi. Sisa permasalahan ini ada pada anak-anak yang tinggal didaerah terpencil C. Kualitas Kualitas sama halnya dengan memiliki mutu dan bobot. Jadi pendidikan yang bermutu yaitu pelaksanaan pendidikan yang dapat menghasilkan tenaga profesional sesuai dengan kebutuhan negara dan bangsa pada saat ini. Sejalan dengan proses pemerataan pendidikan, peningkatan kualitas untuk setiap jenjang pendidikan melalui persekolahan juga dilaksanakan. Peningkatan mutu ini diarahkan kepada peningkatan kualitas masukan dan lulusan, proses, guru, sarana dan prasarana, dan anggaran yang digunakan untuk menjalankan pendidikan. Seiring perkembangan zaman yang sangat cepat dan modern membuat dunia pendidikan semakin penuh dengan dinamika, Di Indonesia sendiri dinamika itu tampak dari tidak henti-hentinya sejumlah masalah yang melingkupi dunia pendidikan. Permasalahan-permasalahn yang melingkupi dunia pendidikan kita saat ini menurut Suryati Sidharto (Dirto Hadisusanto, Suryati Sidharto, dan Dwi Siswoyo, 1995), problem yang dihadapi bangsa Indonesia mencakup lima pokok problem, yaitu: Pemerataan Pendidikan, Daya Tampung Pendidikan, Relevansi Pendidikan, Kualitas/Mutu Pendidikan, dan Efisiensi & Efektifitas Pendidikan (Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, Arif Rohman, Hal: 245) Dalam Masalah mutu pendidikan ini tampaknya dari sejak kita merdeka hingga kini memasuki era millennium belum juga dapat terselesaikan dengan baik. Masalah mutu pendidikan di Indonesia memang sangat komplek dan rumit, ini tidak semudah membalikkan kedua telapak tangan kita. Menurut penulis sendiri mutu pendidikan merupakan cerminan dari mutu sebuah bangsa. Manakala mutu pendidikannya bagus, maka bagus pula kualitas peradaban bangsa tersebut. Untuk itu seyogyanya masalah mutu pendidikan harus menjadi perhatian serius Pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Tentu dalam pengimplementasian-nya upaya peningkatan mutu pendidikan menjadi tanggungjawab kita bersama, dan bukan hanya Pemerintah. Menurut Achmad (1993), mutu pendidikan di sekolah dapat diartikan sebagai kemampuan sekolah dalam pengelolaan secara operasional dan efisien terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan sekolah, sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut norma/standar yang berlaku. Engkoswara (1986) melihat mutu/keberhasilan pendidikan dari tiga sisi; yaitu: prestasi, suasana, dan ekonomi. Dalam hubungan dengan mutu sekolah, Selamet (1998) berpendapat bahwa banyak masyarakat yang mengatakan sekolah itu bermutu atau unggul dengan hanya melihat fisik sekolah, dan banyaknya ekstrakurikuler yang ada di sekolah. Ada juga yang melihat banyaknya tamatan yang diterima di jenjang sekolah yang lebih tinggi, atau yang diterima di dunia usaha. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 73 Di sisi lain Heyneman dan Loxley dalam Boediono & Abbas Ghozali (1999) menyimpulkan bahwa kualitas sekolah dan guru nampaknya sangat berpengaruh pada prestasi akademis di seluruh dunia; dan semakin miskin suatu negara, semakin kuat pengaruh tersebut. Menurut Penulis, mutu pendidikan merupakan tolok ukur keberhasilan sebuah proses pendidikan yang bisa dirasakan oleh masyarakat mulai dari input (masukan), proses pendidikan yang terjadi, hingga output (produk keluaran) dari sebuah proses pendidikan. D. Efiesensi Efisiensi adalah apabila sasaran dalam bidang pendidikan dapat dicapai secara efisien atau berdaya guna. Artinya pendidikan akan dapat memberikan hasil yang baik dengan tidak menghamburkan sumberdaya yang ada, seperti uang, waktu, tenaga dan sebagainya. Pelaksanaan proses pendidikan yang efisien adalah apabila pendayagunaan sumber daya seperti waktu, tenaga dan biaya tepat sasaran, dengan lulusan dan produktifitas pendidikan yang optimal. Pada saat sekarng ini, pelaksanaan pendidikan di Indonesia jauh dari efisien, dimana pemanfaatan segala sumberdaya yang ada tidak menghasilkan lulusan yang diharapkan. Banyaknya pengangguran di Indonesia lebih dikarenakan oleh kualitas pendidikan yang telah mereka peroleh. Pendidikan yang mereka peroleh tidak menjamin mereka untuk mendapat pekerjaan sesuai dengan jenjang pendidikan yang mereka jalani. Masalah efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu sistem pendidikan mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Beberapa masalah efisiensi pendidikan yang penting adalah : 1) 2) 3) 4) Bagaimana tenega kependidikan difungsikan Bagaimana sarana dan prasarana difungsikan Bagaimana pendidikan difungsikan Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga Masalah ini meliputi pengangkatan, penempatan, dan pengembangan tenaga. Masalah pengangkatan terletak pada kesenjangan antara stok tenaga yang tersedia dengan jatah pengangkatan yang terbatas. Masalah penempatan guru, khususnya guru bidang penempatan studi, sering mengalami ke[incangan, tidak disesuaikan dengan kebutuhan dilapangan. Gejala tersebut membawa ketidakefektifan dalam memfungsikan tenaga guru. Masalah pengembangan tenaga kependidikan di lapangan biasanya terlambat, khusus pada pad saat menyonsong hadirnya kurikulum baru.Proses pembekalan untuk Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 74 dapat siap melaksanakan kurikulum baru memakan waktu. Akibatnya terjadi kesenjangan antara saat dicanangkan berlakunya kurikulum dengan saat mulai dilaksanakan. E. Efektifitas Pendidikan yang efektif adalah pelaksanaan pendidikan dimana hasil yang dicapai sesuai dengan rencana / program yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika rencana belajar yang telah dibuat oleh dosen dan guru tidak terlaksana dengan sempurna, maka pelaksanaan pendidikan tersebut tidak efektif. Tujuan dari pelaksanaan pendidikan adalah untuk mengembangkan kualitas SDM sedini mungkin, terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya. Dari tujuan tersebut, pelaksanaan pendidikan Indonesia menuntut untuk menghasilkan peserta didik yang memeiliki kualitas SDM yang mantap. Ketidakefektifan pelaksanaan pendidikan tidak akan mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas. Melainkan akan menghasilkan lulusan yang tidak diharapkan. Keadaan ini akan menghasilkan masalah lain seperti pengangguran. Penanggulangan masalah pendidikan ini dapat dilakukan dengan peningkatan kulitas tenaga pengajar. Jika kualitas tenaga pengajar baik, bukan tidak mungkin akan meghasilkan lulusan atau produk pendidikan yang siap untuk mengahdapi dunia kerja. Selain itu, pemantauan penggunaan dana pendidikan dapat mendukung pelaksanaan pendidikan yang efektif dan efisien. Kelebihan dana dalam pendidikan lebih mengakibatkan tindak kriminal korupsi dikalangan pejabat pendidikan. Pelaksanaan pendidikan yang lebih terorganisir dengan baik juga dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi pendidikan. Pelaksanaan kegiatan pendidikan seperti ini akan lebih bermanfaat dalam usaha penghematan waktu dan tenaga. Berbicara masalah efisiensi dan efektifitas pendidikan, jika kita kaitkan dengan kondisi pendidikan di Negara kita Indonesia, layak kita lemparkan sebuah pertanyaan, sudah efektifkah pendidikan di Indonesia? Dari pandangan pemakalah, jawabanya adalah relatif tergantung dari sudut pandang (main of view) mana, kita melihatnya. Jika kita melihatnya dari sudut pandang persekolah, maka secara khusus, pendidikan di Indonesia sudah dapat dikatakan efektif, hal ini bisa kita lihat sudah ada bebrapa lembaga pendidikan (sekolah) yang bisa dikatakan berkualitas, waaupun jumlahnya masih relative sedikit. Hal ini bisa kita amati dari hasil prestasi belajar siswa yang selalu meningkat setiap tahunnya. Akan tetapi, ketika kita melihatnya dari sudut pandang secara luas, pada umumnya pendidikan di Negara kita belum bisa dikatakan efektif dan juga efisien. Hal ini bisa kita amati dari kualitas pendidikan di Negara kita. Jika kita bandingkan dengan Negara-negara lain, kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat rendah. Hal ini dapat dibuktikan bahwa saat ini Indonesia menempati peringkat 69 dari 127 negara di dunia. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 75 Kita masih kalah dengan Negara-negara tetangga, seperti Malaysia dan brunei Darussalam. F. Relevansi Relevansi pendidikan merupakan perkembangan di masyarakat. kesesuaian antara pendidikan dengan Misalnya:   Lembaga pendidikan tidak dapat mencetak lulusan yang siap pakai. Tidak adanya kesesuaian antara output (lulusan) pendidikan dengan tuntutan perkembangan ekonomi. Untuk mengatasinya:   Membuat kurikulum yang sesuai dengan perkembangan dunia usaha Mengganti kurikulum yang sudah tidak sesuai dengan tuntutan zaman. Relevan berarti bersangkut paut, kait mangait, dan berguna secara langsung. Rendahnya relevansi pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor terpenting yang mempengaruhi adalah mutu proses pembelajaran yang belum mampu menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas. Hasil-hasil pendidikan juga belum didukung oleh sistem pengujian dan penilaian yang melembaga dan independen, sehingga mutu pendidikan tidak dapat dimonitor secara ojektif dan teratur. Uji banding antara mutu pendidikan suatu daerah dengan daerah lain belum dapat dilakukan sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga hasil-hasil penilaian pendidikan belum berfungsi unutk penyempurnaan proses dan hasil pendidikan. Selain itu, kurikulum sekolah yang terstruktur dan sarat dengan beban menjadikan proses belajar menjadi kaku dan tidak menarik. Pelaksanaan pendidikan seperti ini tidak mampu memupuk kreatifitas siswa unutk belajar secara efektif. Sistem yang berlaku pada saat sekarang ini juga tidak mampu membawa guru dan dosen untuk melakukan pembelajaran serta pengelolaan belajar menjadi lebih inovatif. Akibat dari pelaksanaan pendidikan tersebut adalah menjadi sekolah cenderung kurang fleksibel, dan tidak mudah berubah seiring dengan perubahan waktu dan masyarakat. Pada pendidikan tinggi, pelaksanaan kurikulum ditetapkan pada penentuan cakupan materi yang ditetapkan secara terpusat, sehingga perlu dilaksanakan perubahan kearah kurikulum yang berbasis kompetensi, dan lebih peka terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan juga disebabkan oleh rendahnya kualitas tenaga pengajar. Penilaian dapat dilihat dari kualifikasi belajar yang dapat dicapai oleh guru dan dosen tersebut. Dibanding negara berkembang lainnya, maka Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 76 kualitas tenaga pengajar pendidikan tinggi di Indonesia memiliki masalah yang sangat mendasar. Melihat permasalahan tersebut, maka dibutuhkanlah kerja sama antara lembaga pendidikan dengan berbagai organisasi masyarakat. Pelaksanaan kerja sama ini dapat meningkatkan mutu pendidikan. Dapat dilihat jika suatu lembaga tinggi melakukan kerja sama dengan lembaga penelitian atau industri, maka kualitas dan mutu dari peserta didik dapat ditingkatkan, khususnya dalam bidang akademik seperti tekonologi industri. G. Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan 1. 2. 3. 4. 5. Pendidik bukan berasal dari lulusan yang sesuai. Maksudnya terkadang terdapat tenaga pendidik yang mengajar tidak sesuai dengan jurusannya. Contoh, pendidik yang merupakan lulusan metematika mengajar bahasa Indonesia. Hal ini secara tidak langsung akan menjadi masalah pendidikan di Indonesia. Padahal dalam PP NO.19 tahun 2005 tentang standar pendidik dan tenaga kependidikan pasal 28 ayat 2, dijelaskan bahwa pendidik harus sesuai dengan ijazah dan sertivikat keahlian yang relevan dengan perundang-undangan yang berlaku. Pendidik kurang menguasai dari 4 kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik maupun tenaga kependidikan sehingga hal ini menyebabkan adanya masalah kualitas pendidik dan tenaga kependidikan yang kurang baik. Dalam UU RI no.14 Tahun 2005 pasal 8 ayat dijelaskan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi yang salah satu diantaranya kompetensi , dan diperjelas dalam pasal 10 ayat 1 yang berbunyi “ kompetensi guru sebagai mana dalam pasal 8 meliputi kopetensi pedagogic, kepribadian, social dan professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Selain itu juga dijelaskan dalam PP No.19 Tahun 2005 pasal 28 ayat 3 mengenai kometensi yang harus dimiliki oleh pendidik. Pendidik terkadang menjadikan mengajar hanya untuk menggugurkan kewajiban sebagai pendidik, sehingga dia mengajar secara tidak maksimal. Hal ini tidak sesuai dengan PP No. 19 Tahun 2005 pasal 28 ayat 3 yang seharusnya pendidik memiliki kompetensi professional, yang mengharuskan pendidik wajib bertanggung jawab dengan tugas dan pembinaan terhadap peserta didik. pendidik belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan masyarakat. Fenomena itu ditandai dari rendahnya mutu lulusan, penyelesaian masalah pendidikan yang tidak tuntas, bahkan lebih berorintasi proyek. Akibatnya, seringkali hasil pendidikan mengecewakan masyarakat. Mereka terus mempertanyakan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dalam dinamika kehidupan ekonomi, politik , sosial, dan budaya. Pendidik mengajar tidak sesuai dengan silabus sehingga target dari tujuan pembelajaran tidak sepenuhnya tercapai. Hal ini tidak sesuai dengan kompetensi pedagogic yang harus dimiliki oleh guru sesuai dengan PP No.19 Tahun 2005 Pasal 28 (3) yang berbunyi “Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: Kompetensi pedagogic, Kompetensi kepribadian, Kompetensi professional dan Kompetensi sosial. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 77 6. 7. Masih banyak pendidik yang belum memenuhi ketentuan sesuai dengan PP No. 19 tahun 2005 seperti pengajar di tingkat SD/MI minimal berijazah S1/ D4. Tapi dalam kenyataan di masyarakat masih terdapat pendidik yang belum berijazah D4 atau dengan kata lain masih D3. Tenaga kependidikan biasanya masih berasal dari tenaga pendidik yang merangkap tugas menjadi tenaga kependidikan seperti guru merangkap menjadi tenaga administrasi atau tenaga perpustakaan. Kesimpulan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Dalam usaha pemerataan pendidikan, diperlukan pengawasan yang serius oleh pemerintah. Pengawasan tidak hanya dalam bidang anggaran pendidikan, tetapi juga dalam bidang mutu, sarana dan prasarana pendidikan. Selain itu, perluasan kesempatan belajar pada jenjang pendidikan tinggi merupakan kebijaksanaan yang penting dalam usaha pemerataan pendidikan. Pendidikan (dengan Bidang terkait) dalam usaha pengendalian laju pertumbuhan penduduk sangat diperlukan. Pelaksaaan program ini dapat ditingkatkan dengan mengakampanyekan program KB dengan sebaik-baiknya hingga pelosok negeri ini. Pelaksanaan program belajar dan mengajar dengan inovasi baru perlu diterapkan. Hal ini dilakukan karena cara dan sistem pengajaran lama tidak dapat diterapkan lagi. Sistem pendidikan Indonesia dapat berjalan dengan lancar jika kerja sama antara unsur-unsur pendidikan berlangsung secara harmonis. Pengawasan yang dilakukan pemerintah dan pihak-pihak pendidikan terhadap masalah anggaran pendidikan akan dapat menekan jumlah korupsi dana di dalam dunia pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan akan dapat terlaksana jika kemampuan dan profesionalisme pendidik dapat ditingkatkan Perlu dilakukan perubahan yang lebih mengarah pada kurikulum berbasis kompetensi, serta lebih adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan Dan teknologi, serta kebutuhan masyarakat pada saat ini. Perlunya ditingkatkan kualitas pendidik dalam usaha Peningkatan mutu pendidikan. Hal ini dapat dilakukan dengan meggunakan metoda baru dalam pelaksanaan pembelajaran. Pendidikan mempunyai hubungan yang erat dengan pembangunan. Pendidikan berperan untuk menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Karena pembangunan sealu berubah mengikuti tuntutan zaman, maka pendidikan pun juga harus bisa mengimbangi. Sebagai akibatnya, permasalahan yang dihadapi oleh dunia pendidikan pun semakin luas. Hal ini dikarenakan sasaran pendidikan adalah manusia yang merupakan pelaku dalam kegiatan pembangunan serta usaha pendidikan yang mempunyai orientasi ke depan dan harus dapat dijangkau oleh pemikiran manusia. Permasalahan yang timbul antara lain seperti masalah pemerataan, kuantitas, kualita, efisiensi, efektivitas, relevansi, serta tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 78 Secara garis besar, solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahaan tersebut yaitu solusi sistemik dan solusi teknis. Solusi sistemik adalah solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial ekonomi yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Kedua, solusi teknis adalah solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa. Latihan 1. Apa yang dimaksud dengan permasalahan pokok pendidikan? 2. Sebutkan macam-macam pokok permasalahan pendidikan! 3. Jelaskan pengertian Pemerataan Pendidikan! 4. Jelaskan perbedaan Efisiensi dengan Efektifitas dalam pendidikan? 5. Sebutkan permasalahan-permasalahan dari Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan! Daftar Pustaka Syafril, Zelhendri Zen, dkk. 2012. Pengantar Pendidikan. Padang. UNP Mudyahardjo, Redja. 2001. Pengantar Pendidikan : Sebuah Studi Awal tentang DasarDasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta : Raja Grafindo. Munib, Achmad. 2009. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Unnes Press http://gioakram13.blogspot.com/2013/05/permasalahan-pokok-pendidikandan.html#ixzz3qzpFQDc3 Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 79 BAB VIII FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERKEMBANGNYA PERMASALAHAN PENDIDIKAN Pendahuluan Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia di muka bumi ini. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia. Dalam kondisi apapun manusia tidak dapat menolak efek dari penerapan pendidikan. Pendidikan diambil dari kata dasar didik, yang ditambah imbuhan menjadi mendidik. Mendidik berarti memelihara atau memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Dari pengertian ini didapat beberapa hal yang berhubungan dengan pendidikan. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan tantangan-tantangan baru. Sebagai konsekuensi logis, pendidikan selalu dihadapkan pada masalah-masalah baru. Oleh karena itu, perlu ada rumusan sebagai masalah-masalah pokok yang dapat dijadikan pegangan oleh pendidik dalam mengemban tugasnya. Sistem pendidikan menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sosial budaya dan masyarakat. Pembangunan sistem pendidikan tidak mempunyai arti apa-apa jika tidak sinkron dengan pembangunan nasional. Permasalahan intern sistem pendidikan itu sangat kompleks. Artinya, suatu permasalahan intern dalam sistem pendidikan selalu ada kaitan dengan masalah-masalah diluar sistem pendidikan itu sendiri. Misalnya masalah mutu hasil belajar suatu sekolah tidak dapat dilepaskan dari sosial budaya dan ekonomi masyarakat di sekitarnya. Untuk tetap mewujudkan sistem pendidikan yang baik, maka kesemua pokok pendidikan haruslah dipahami bersamaan dengan faktor-faktor penyebabnya. Sehingga oleh berbagai pihak yang terkait dapat mengupayakan pemecahan atau penanggulangan yang terbaik agar pendidikan di Indonesia tetap bisa berjalan dengan baik dan mencapai tujuannya. Berdasarkan kenyataan tersebut maka penanggulangan masalah pendidikan juga sangat kompleks, menyangkut banyak komponen, dan melibatkan banyak pihak. Permasalahan pokok pendidikan merupakan masalah pembangunan mikro, yaitu masalah-masalah yang berlangsung di dalam sistem pendidikan sendiri. Masalah mikro tersebut berkaitan dengan masalah makro pembangunan, yaitu masalah di luar sistem pendidikan. Masalah makro ini berupa masalah peerkembangan internasional, masalah demografi, politik, ekonomi, dan sosial budaya, serta masalah perkembangan regional. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 80 A. Perkembangan IPTEK dan Seni 1. IPTEK Terdapat hubungan yang erat antara pendidikan dengan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi).  IP (Ilmu Pengetahuan) Ilmu pengetahuan merupakan hasil eksplorasi secara sistem dan terorganisir mengenai alam semesta. Berkembangnya IP (Science), apakah bidang sosial, ekonomi, hukum, pertanian dan sebagainya jelas akan membawa masalah dalam bidang pendidikan misalnya saja, materi/bahan ajar yang terdapat dalam kurikulum sudah harus diubah/disesuaikan. Hal ini disinggung dalam butir 3 masalah efisiensi pendidikan tentang perubahan kurikulum. Selain itu, penyalahgunaan pengetahuan bagi orang-orang tertentu untuk melakukan tindak kriminal. Kita tahu bahwa kemajuan di badang pendidikan juga mencetak generasi yang berepngetahuan tinggi tetapi mempunyai moral yang rendah. Contohnya dengan ilmu komputer yang tinggi maka orang akan berusaha menerobos sistem perbangkan dan lain-lain. Cybercrime adalah kejahatan yang di lakukan seseorang dengan sarana internet di dunia maya yang bersifat melintasi batas negara, perbuatan dilakukan secara illegal, kerugian sangat besar, dan sulit pembuktian secara hukum.  TEK (Teknologi) Teknologi adalah penerapan yang direncanakan dari ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Perkembangan teknologi, misalnya teknologi baru yang digunakan dalam suatu proses produksi akan menimbulkan kondisi ekonomi sosial baru lantaran perubahan persyaratan kerja, dan mungkin juga penguraian jumlah tenaga kerja atau jam kerja, sistem pelayanan baru, kebutuhan bahan-bahan baru, berkembangnya gaya hidup baru, kondisi tersebut minimal dapat mempengaruhi perubahan isi pendidikan dan metodenya, bahkan mungkin rumusan baru tunjangan pendidikan, otomatis juga sarana penunjangnya seperti sarana laboratorium dan ketenangan. Semua tersebut tentu membawa masalah dalam skala nasional yang tidak sedikit memakan biaya.. Perkembangan seperti ini akan menimbulkan masalah dalam sistem pendidikan. Sistem yang ada mungkin tidak sesuai lagi dengan tuntutan perkembangan, oleh karenanya perlu ditanggulangi. Selain itu dampak negatif teknologi terhadap dunia pendidikaan adalah sebagai berikut: a. Semakin dimanjakan dengan teknologi. Karena tanpa disadari kita berada dalam pola konsumtif yang selalu dimanjakan dengan kecanggihan teknologi, misalnya seorang pelajar yang hanya menyalin Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 81 b. c. d. e. f. g. h. artikel untuk tugas sekolah/kuliah tanpa membaca atau memahami isi artikel tersebut. Mengganggu perkembangan anak di lingkungan kelas. Dengan canggihnya fitur-fitur yang tersedia di handphone (HP) seperti: kamera, games (permainan) akan mengganggu siswa dalam menerima pelajaran di sekolah. Tidak jarang mereka disibukkan dengan menerima telepon, sms dan lainnya dari teman mereka bahkan dari keluarga mereka sendiri. Lebih parah lagi ada yang menggunakan HP untuk mencontek (curang) dalam ulangan/ujian, bermain HP saat guru menjelaskan pelajaran dan sebagainya. Pelajar lebih banyak mengahabiskan waktunya untuk bermain game yang ada di internet, laptop, handphone, atau gadget lain yang dimilikinya sehingga lupa membuat tugas sekolah/kuliah, bahkan nyaris tidak menyisakan waktu untuk belajar. Ada juga yang begadang karena menonton tv atau bermain game dan akhirnya terlambat bangun di pagi hari dan terlambat pula berangkat sekolah/kuliah. Sangat berpotensi mempengaruhi sikap dan perilaku siswa. Jika tidak ada kontrol dari guru dan orang tua. HP bisa digunakan untuk menyebarkan gambar-gambar yang mengandung unsur pornografi yang tidak mendidik moral generasi muda. Kemerosotan moral bagi generasi bangsa. Pada internet masih banyak situs-situs yang tidak seharusnya dilihat oleh pelajar. Karena dengan situs buruk tersebut akan merusak moral remaja. Maka diharapkan saling terjadi pertanggungjawaban antara semua pihak agar moral suatu bangsa tetap terjaga. Anak kita akan sulit diawasi, khususnya ketika masa-masa pubertas, disaat sudah muncul rasa ketertarikan dengan teman cowok/ceweknya, maka HP menjadi sarana ampuh bagi mereka untuk komunikasi, tetapi komunikasi yang tidak baik, hal ini akan mengganggu aktifitas yang seharusnya mereka lakukan, makan, belajar bahkan tidur! Karena mereka asyik sms-an dengan teman lawan jenisnya. Timbulnya kriminalitas. Dengan kemajuan iptek berkembang pula ideide untuk menciptakan bom dengan tujuan penghancuran oleh kalangan penjahat. Jasa komunikasi yang dimanfaatkan oleh jaringan teroris untuk mempengaruhi dan menarik para remaja dan pelajar agar bergabung dengan jaringan teroris tersebut. Kecepatan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) pada dasarnya akan selalu dibarengi oleh perubahan-perubahan sosial dan ekonomi, dan lebih-lebih akan mengubah secara mendasar kondisi-kondisi pekerjaan. Menghadapi gejala ini pendidikan dituntut untuk benar–benar bertindak inovatif dalam rangka mempersiapkan perserta didik dalam Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 82 menghadapi perubahan dalam memberikan seperangkat kemampuan kepada mereka agar dapat menjawab tantangan–tantangan lingkungan secara efektiif. 2. Perkembangan Seni Kesenian merupakan aktivitas berkreasi manusia, secara individual ataupun kelompok yang menghasilkan sesuatu yang indah. Manusia juga membutuhkan seni. Dilihat dari segi tujuan pendidikan yaitu terbentuknya manusia seutuhnya, aktivitas kesenian mempunyai andil yang cukup besar karena dapat mengembangkan domain/aspek afektif dari peserta didik. Melalui kesenian manusia dapat menyalurkan dorongan berkreasi (mencipta) yang bersifat orisinil (bukan tiruan) dan dorongan spontanitas dalam menemukan keindahan. Dilihat dari segi lapangan kerja, dewasa ni duna seni dengan segenap cabangnya telah mengalami perkembangan pesat dan semakin mendapat tempat dalam kehidupan masyara Dengan memperhatikan alasan-alasan diatas maka dapat kita lihat pula di jaman sekarang ini kesenian sudah banyak disalurkan melalui media televisi, radio, internet, buku komik, maupun majalah. Permasalahannya adalah dengan adanya seni peran, musik, tari, dan sulap yang disiarkan lewat televisi, radio, atau internet malah membuat para penikmat seni dari kalangan anak-anak hingga dewasa, khususnya bagi pelajar generasi bangsa yang terus menikmatinya tanpa mengenal waktu sehingga lupa/lalai akan kewajiban dan tugas-tugas yang harus dilakukannya. Contohnya, karena terlalu asyik menonton tv, atau bermain game, atau membaca komik, maupun membaca majalah tentang fashion terkini, seorang pelajar lupa/lalai dengan kewajibannya beribadah, belajar, mengerjakan tugas sekolah/kuliah, membantu orang tua, bahkan terlambat bangun pagi karena begadang menonton tv dan terlambat juga berangkat ke sekolah/ ke kampus. Ada pula kasus dimana seorang pelajar asyik menggambar disaaat gurunya memberikan pelajaran di depan kelas, akibatnya pelajar tersebut tidak berkonsentrasi dalam belajar dan tidak dapat memahami materi pelajaran tersebut. Untuk itu, diperlukan penanganan bagi permasalahan dalam pendidikan yang sedang merajalela akibat dari perkembangan seni ini, bukan berarti perkembangan seni harus dihambat apalagi dihentikan karena bagaimanapun juga Indonesia terkenal dengan beragam kesenian yang ada di dalamnya. B. Laju Pertumbuhan Penduduk Definisi dari laju pertumbuhan penduduk itu sendiri adalah angka yang menunjukan tingkat pertambahan penduduk pertahun dalam jangka waktu tertentu. Angka ini dinyatakan sebagai persentase dari penduduk dasar. Laju pertumbuhan penduduk dapat dihitung menggunakan tiga metode, yaitu aritmatik, geometrik, dan eksponesial. Metode yang paling sering digunakan di BPS adalah metode geometrik. Masalah kependudukan dan kependidikan bersumber pada 2 hal, yaitu: Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 83 1. Pertambahan penduduk Jumlah penduduk Indonesia di Tahun 2014 berkaitan dengan keadaan jumlah dan pertumbuhan penduduk Indonesia jika dibandingkan dengan keadaan penduduk di negara-negara lain, Indonesia masih masuk posisi 5 besar negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia (Berdasarkan data dari Departemen Perdagangan AS). Indonesia berada di nomor 4 dengan jumlah penduduk mencapai 253,60 juta jiwa Jumlah penduduk Indonesia Tahun 2015 Jumlah penduduk Indonesia diperkirakan akan terus bertambah sehingga diproyeksikan pada tahun 2015 penduduk Indonesia berjumlah 255 juta jiwa hingga mencapai 305 juta jiwa pada tahun 2035 Kita dapat melihat tabel Perkembangan Jumlah Populasi Penduduk Indonesia dari tahun ke tahun yang sumber datanya diambil dari Badan Sensus Penduduk, berikut ini; Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 84 Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2000-2025 2. Penyebaran Penduduk Akan tetapi meskipun jumlah penduduk dalam tahun ke tahun semakin pesat, namun persebaran penduduk Indonesia tidak merata ke seluruh wilayah Indonesia yang terdiri dari 33 provinsi. Ada daerah yang padat penduduk, terutama dikotakota besar dan daerah yang penduduknya jarang yaitu didaerah pedalaman khususnya di daerah terpencil yang berlokasi di pegunungan dan pulau-pulau. Sebaran penduduk seperti digambarkan itu menimbulkan kesulitan dalam hal penyediaan dan penempatan guru maupun bagaimana merencanakan dan menyediakan sarana pendidikan lainnya yang dapat melayani daerah padat (kota) dan daerah terisolir yang anak usia sekolahnya tidak seberapa orang (jarang). Disamping sebaran penduduk seperti digambarkan itu dengan pols yang static (di kota padat, di desa jarang) juga adanya arus perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) yang terus-menerus terjadi. Peristiwa ini menimbulkan pola yang dinamis dan labil yang lebih menyulitkan perencanaan penyediaan sarana pendidikan. Pola yang labil ini juga merusak pola pasaran kerja yang seharunya menjadi acuan dalam pengadaan acuan dalam pengadaan tenaga kerja. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 85 Diagram Persebaran Penduduk Indonesia Setelah kita melihat gambar diagram diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa meskipun pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia yang selalu meningkat terus, akan tetapi tidak dibarengi dengan upaya persebaran penduduk secara merata. Terlihat bahwa pulau Jawa merupakan wilayah yang memiliki populasi penduduk Indonesia paling banyak. Dan populasi penduduk yang paling sedikit yaitu berada di wilayah timur Indonesia yakni Maluku dan Papua. Jadi, laju pertumbuhan penduduk yang pesat, akan menyebabkan perkembangan masalah pendidikan, misalnya masalah pemerataan. Dengan pertumbuhan penduduk yang pesat maka jumlah anak usia sekolah akan semakin besar/banyak. Jika daya tampung sekolah tidak bertambah maka sebagian dari mereka terpaksa antri atau tidak sekolah. Jika ditampung juga (misalnya karena wajib belajar) maka rasio guru siswa akan semakin besar. Hal ini menyebabkan munculnya masalah lain seperti masalah mutu. C. Aspirasi Masyarakat Aspirasi merupakan harapan, cita-cita yang akan dicapai di masa depan. Aspirasi bangsa Indonesia dalam dunia pendidikan telah di tegaskan dalam UU No.20 Th. 2003 bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dan bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Kecenderungan aspirasi masyarakat dalam berbagai hal semakin meningkat dari tahun ke tahun sudah terlihat, khususnya aspirasi terhadap pendidikan, hidup yang sehat, aspirasi terhadap pekerjaan, kesemuanya ini mempengaruhi peningkatan aspirasi terhadap pendidikan. Masyarakat sudah melihat bahwa pendidikan akan lebih menjamin bagi peningkatan taraf hidup dan meningkatkan status sosial mereka seperti Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 86 memperoleh pekerjaan tetap dan layak. Sebagai akibat dari meningkatnya aspirasi terhadap pendidikan maka orang tua mendorong anaknya untuk bersekolah, agar nantinya anak-anaknya memperoleh pekerjaan yang lebih baik daripada orang tuanya sendiri. Apa akibat yang timbul dari perubahan social tersebut? Peningkatan aspirasi masyarakat terhadap pendidikan ini akan mengakibatkan arus pelajar menjadi meningkat sehingga anak-anak, remaja dan dewasa akan menyerbu dan membanjiri sekolah (lembaga pendidikan). Di kota-kota, disamping pendidikan formal mulai bermunculan beraneka ragam pendidikan nonformal. Kondisi seperti ini akan menimbulkan berbagai masalah seperti sistem seleksi siswa/mahasiswa baru, rasio guru-siswa, waktu belajar, permasalahan akan terus berkembang karena saling terkait. Namun demikian, tidaklah berarti bahwa aspirasi terhadap pendidikan harus diredam, justru sebaliknya harus tetap dibangkitkan dan ditingkatkan, utamanya pada masyarakat yang belum maju dan masyarakat di daerah terpencil, sebab aspirasi menjadi motor penggerak roda kemajuan D. Keterbelakangan Budaya dan Sarana Faktor-faktor keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan adalah sangat erat kaitanya dengan faktor kependudukan, IPTEK, dan aspirasi masyarakat. Faktor-faktor tersebut berinteraksi dengan pendidikan dan dipengaruhi pula oleh pendidikan, yang disetiap masyarakat bersifat khas faktor budaya yang paling tampak adalah di bidang sistem nilai dan sebagai corak adat dan kebiasaan masyarakat. bagaimana sistem pendidikan dapat menjangkau dan melibatkan mereka sehingga mereka keluar dari keterbelakangan tersebut. 1. Keterbelakang Budaya Keterbelakang budaya adalah suatu istilah yang diberikan oleh sekelompok masyarakat (yang menganggap dirinya sudah maju) kepada masyarakat lain pendukung suatu budaya, kebudayaanya dipadang sebagai sesuatu yang bernilai dan baik. Terlepas dari kenyataan apakah kebudayaannya tersebut tradisional atau sudah ketinggalan zaman. Oleh karena itu penilaian dari masyarakat luar itu dianggap subjektif. Semestinya masyarakat luar bukan menilainya hanya karena melihat bagaimana kesesuaian kebudayaan tersebut dengan tuntutan zaman. Dan bukankah pendidikan mempunyai misi sebagai transformasi budaya (dalam hal ini adalah kebudayaan nasional). Sebab sebagai system pendidikan yang tangguh adalah yang bertumpu pada intinya sehingga tidak pernah ketinggalan zaman. Jika system pendidikan dapat menggapai masyarakat terbelakang kebudayaannya berarti melibatkan mereka untuk berperan serta dalam pembangunan. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 87 2. Sarana dan Prasarana Rendahnya kualitas sarana dan prasarana pendidikan juga menjadi masalah di dunia pendidikan. Kita tentu sudah banyak mendengar tentang sekolah roboh atau sekolah rusak karena bangunannya yang sudah lapuk namun tidak mendapat bantuan dari pemerintah. Inilah salah satu bukti betapa rendahnya kualitas sarana dan prasarana pendidikan di Indonesia. Kerusakan bangunan pendidikan jelas akan mempengaruhi kualitas pendidikan karena secara psikologis seorang anak akan merasa tidak nyaman belajar pada kondisi ruangan yang hampir roboh. Demikian pula di daerah terpencil, betapa sulitnya membangun sarana pendidikan standar karena kesulitan komunikasi atau langkanya alat-alat bantu proses belajar mengajar, begitu pun dengan tuntutan sistem pendidikan serta kurikulum “nasional” menghambat daerah terpencil untuk mulai merangkak karena dipaksa untuk langsung berlari. Penyediaan sarana dan prasarana haruslah memadai keperluan anak/peserta didik yang memerlukan pelayanan pendidikan. Demikianlah faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan di Indnesia. Nah, pertanyaannya adalah apakah sekarang ini banyak orang-orang tidak dapat mengecap pendidikan? Dari segi pemerataan, kesempatan memperoleh pendidikan bagi anak-anak Indonesia sudah cukup luas. Baru pada dekade akhir ini kita mulai melihat usaha pemerintah dalam pemerataan pendidikan baik lewat Departemen maupun Instruksi Presiden. Sehingga pengadaan sekolah yang dahulunya hanya terbatas untuk daerah di perkotaan sekarang tidak hanya di kota-kota sekolah dibangun tetapi sampai di pelosok-pelosok pun sudah banyak didirikan sekolah, tenaga pendidik pun juga sudah ditugaskan untuk mengajar di daerah-daerah terpencil, sehingga anak-anak di kota maupun di desa dapat memperoleh pendidikan. Alasan anak-anak tidak bersekolah dipengaruhi juga oleh masalah financial keluarga sehingga orang tua tidak mampu menyekolahkan anak-anaknya, bahkan anak-anak harus dibebani dengan membantu orang tua bekerja mencari nafkah daripada harus sekolah. Namun, untuk era sekarang ini alasan seperti itu sudah tidak berlaku lagi karena pemerintah sudah memberi bantuan terhadap masalah financial keluarga seperti mengeluarkan jaminan kesehatan dengan kartu (ASKES/ JAMKESMAS/ BPJS) dan untuk pendidikan pemerintah sudah lama mengeluarkan dana BOS untuk anak-anak yang kurang mampu, pemerintah juga sudah mengeluarkan kebijakan dengan jalur bidikmisi dengan dana subsidi silang dan banyak juga program beasiswa yang ditawarkan untuk anak-anak berprestasi dan tidak mampu. Perkara ini sudah diatur dalam Undang-Undang Dasar republic Indonesia tahun 1945 (amandemen) pasal 31 ayat (1) “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan” dan pasal (2) “Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya” dan negara juga mempriorotaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN dan APBD. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 88 Jadi, harusnya di era sekarang ini tidak ada alasan lagi bagi anak-anak Indonesia untuk tidak mengecap pendidikan. Namun, melihat fakta saat ini di Indonesia masih saja banyak anak-anak yang tidak bersekolah karena segudang alasan yang tidak habis-habisnya. Menurut data pemerintah, sekitar 4 juta anak usia 13 – 15 tahun di Indonesia tidak bersekolah dan 1,5 juta anak-anak yang tidak bersekolah usia 10 hingga 14 tahun masuk ke dalam angkatan kerja Akhirnya, Pendidikan merupakan tiang pancang kebudayaan dan fondasi utama untuk membangun peradaban sebuah bangsa. Arti penting kesadaran pendidikan menentukan kualitas kesejahteraan sosial lahir batin masa depan. Pendidikan memiliki peranan strategis menyiapkan generasi berkualitas untuk kepentingan masa depan. Sudah saatnya kita lebih peka terhadap nasib anak-anak Indonesia saat ini. Kalau penerus masa depan kita tidak mendapatkan pendidikan yang layak, siapa yang akan menahkodai negara ini nanti. Kesimpulan Misi Pendidikan adalah menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan, karena itu pendidikan selalu menghadapi masalah. Itulah sebabnya, karena pembangunan sendiri selalu mengikuti tuntutan zaman yang selalu berubah. Masalah yang dihadapi dunia pendidikan sangat luas dan kompleks seperti pengaruh IPTEK dan Seni, laju pertumbuhan penduduk, aspirasi masyarakat, dan keterbeelakangan budaya dan sarana kehidupan. Pendidikan mempunyai hubungan yang erat dengan pembangunan. Pendidikan berperan untuk menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Karena pembangunan sealu berubah mengikuti tuntutan zaman, maka pendidikan pun juga harus bisa mengimbangi. Sebagai akibatnya, permasalahan yang dihadapi oleh dunia pendidikan pun semakin luas. Hal ini dikarenakan sasaran pendidikan adalah manusia yang merupakan pelaku dalam kegiatan pembangunan serta usaha pendidikan yang mempunyai orientasi ke depan dan harus dapat dijangkau oleh pemikiran manusia. Permasalahan-permasalahan tersebut tentu membutuhkan upaya-upaya untuk penanggulangannya sehingga tujuan pendidikan itu tercapai. Penanggulangan masalah pendidikan secara umum dikemukakan yaitu sebagai berikut: 1. Pendidikan harus senantiasa diperbaharui (direnovasi) sesuai dengan perkembangan yang terjadi di luar bidang pendidikan itu sendiri. Misalnya kurikulum harus fleksibel, jika perlu diperbaharui. Kurikulum jangan mengakibatkan para pelakunya (siswa) selalu tertinggal dibanding dengan kemajuan IPTEK di luar dunia pendidikan tersebut. 2. Pendidikan (bersama bidang terkait) berusaha menahan laju pertumbuhan penduduk atau pendidikan harus mencari sistem baru yang dapat melayani semua orang yang memerlukan pendidikan. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 89 3. 4. Aspirasi masyarakat terhadap pendidikan didukung dan didorong terus agar lebih meningkat lagi. Sementara itu sistem pendidikan dibaharui/dikembangkan sehingga dapat memenuhi aspirasi tersebut. Sistem pendidikan meningkatkan peran/fungsinya sebagai pengembangan kebudayaan di seluruh pelosok tanah air. Sejalan dengan itu pihak lain yang terkait harus dapat membuka keterisolasian sebagian desa kita dan membuka sarana kehidupan yang lebih baik. Latihan 1. Apa yang dimaksud dengan Faktor yang mempengaruhi berkembangnya permasalahan pendidikan? 2. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan permasalahn pendidikan! 3. Apa yang dimaksud dengan IPTEK? 4. Sebutkan 5 dampak negatif dari Teknologi! 5. Jelaskan pengertian laju pertumbuhan penduduk! Daftar Pustaka Amadi, Abu dan Nur Uhbiyati. 2007. Ilmu Pendidikan. Rineka Cipta: Jakarta Faturrahman, Drs, dkk. 2012. Pengantar Pendidikan. Prestasi Pustaka Publisher: Jakarta Tilaar, H.A.R, Prof. 2004. Manajemen Pendidikan Nasional. PT Remaja Resdakarya: Bandung Tirtarahardja, Umar dan La Sula. 2000. Pengantar Pendidikan. Rineka Cipta: Jakarta Zelhendri Zen, Syafril, dkk. 2012. Pengantar Pendidikan. Sukabina Press: Padang https://dwiseptianingsih498.wordpress.com/2013/04/20/dampak-penyalahgunaanipteks- terhadap-pendidikan-anak-bangsa/ http://ukiparner.blogspot.co.id/2012/03/dampak-negatif-teknologi-di-bidang.html http://technoupdate27.blogspot.co.id/2015/02/data-jumlah-penduduk-indonesiaterbaru.html http://www.academia.edu/13176634/Anak_anak http://ipsgampang.blogspot.co.id/2014/08/jumlah-dan-pertumbuhan-penduduk.html http://medanbisnisdaily.com/news/read/2013/10/24/58003/tingginya_jumlah_anak_putu sekolah Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 90 https://tieraalta.wordpress.com/2013/05/24/laju-pertumbuhan-penduduk/ canonservisleri.com Syafril, Zelhendri Zen, dkk. 2012. Pengantar Pendidikan. Padang. UNP http://susksesseluruhtest.blogspot.com/2014/07/makalah-pengantarpendidikan.html?m=1 https://id.wikipedia.org/wiki/Kursus http://www.kejarpaket.com/paket-a-setara-sd/ http://www.kejarpaket.com/paket-b-setara-smp/ https://arifsulistyo.wordpress.com/jurusan-pls/kejar-paket-c/ http://fithriazni.blogspot.co.id/2011/06/pendidikan-luar-sekolah.html http://pakdirman.blogspot.co.id/2008/03/perkembangan-sma-terbuka.html Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 91 BAB IX UPAYA-UPAYA PENANGGULANGAN MASALAH PENDIDIKAN Pendahuluan Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia di muka bumi ini. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia. Dalam kondisi apapun manusia tidak dapat menolak efek dari penerapan pendidikan. Pendidikan diambil dari kata dasar didik, yang ditambah imbuhan menjadi mendidik. Mendidik berarti memelihara atau memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Dari pengertian ini didapat beberapa hal yang berhubungan dengan pendidikan. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan tantangan-tantangan baru. Sebagai konsekuensi logis, pendidikan selalu dihadapkan pada masalah-masalah baru. Oleh karena itu, perlu ada rumusan sebagai masalah-masalah pokok yang dapat dijadikan pegangan oleh pendidik dalam mengemban tugasnya. Sistem pendidikan menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sosial budaya dan masyarakat. Pembangunan sistem pendidikan tidak mempunyai arti apa-apa jika tidak sinkron dengan pembangunan nasional. Permasalahan intern sistem pendidikan itu sangat kompleks. Artinya, suatu permasalahan intern dalam sistem pendidikan selalu ada kaitan dengan masalah-masalah diluar sistem pendidikan itu sendiri. Misalnya masalah mutu hasil belajar suatu sekolah tidak dapat dilepaskan dari sosial budaya dan ekonomi masyarakat di sekitarnya. Untuk tetap mewujudkan sistem pendidikan yang baik, maka kesemua pokok pendidikan haruslah dipahami bersamaan dengan faktor-faktor penyebabnya. Sehingga oleh berbagai pihak yang terkait dapat mengupayakan pemecahan atau penanggulangan yang terbaik agar pendidikan di Indonesia tetap bisa berjalan dengan baik dan mencapai tujuannya. Berdasarkan kenyataan tersebut maka penanggulangan masalah pendidikan juga sangat kompleks, menyangkut banyak komponen, dan melibatkan banyak pihak. Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membuat sebuah makalah yang berjudul “Upaya-upaya Penanggulangan Masalah Pendidikan” dengan membahas lebih lanjut mengenai upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan pendidikan. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 92 A. Perubahan Kurikulum Dalam mewujudkan tujuan pendidikan berbagai upaya dalam pelaksanaan proses pendidikan di sekolah terus diupayakan. Kurikulum sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi bahan pelajaran dan proses selama kegiatan belajar mengajar, memiliki fungsi yang sangat penting. Rencana dan pengaturan yang baik sangat berpengaruh pada pencapaian visi dan misi dalam target pendidikan kita. Harapanharapan untuk pencapaian kemajuan di masa depan sangat dipengaruhi oleh mutanmuatan yang terkandung didalam kurikulum. Perubahan kurikulum yang sudah beberapa kali dilakukan dalam pelaksanaan pendidikan di Negara kita mulai dari tahun 1975 sampai tahun 2004, dalam kenyataannya belum mampu mengakomodir setiap tujuan yang ingin di capai. Padatnya jumlah bahan ajar ternyata cukup membebani para peserta didik. Efek dari beban ini siswa tidak dapat mengembangkan dirinya sesuai kompetensi yang dimilikinya secara maksimal. Pada kurikulum tahun 2004 lahirlah KBK (kurikulum Berbasis Kompetensi) dengan jumlah beban yang agak longgar. Tetapi sayangnya kurikulum ini tidak dapat bertahan lama, sebelum menunjukan hasil yang signifikan perubahan kurikulum kembali terjadi. Sosialisasi dilapangan yang baru saja usai hanya menambah kebingungan guru dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau lebih dikenal dengan KTSP yang memasukan unsur muatan lokal dan pengembangan diri yang mulai digulirkan tahun 2006, juga belum mampu menampung aspirasi sesuai dengan fungsi dari kurikulum itu sendiri. Kecenderungan guru untuk menyelesaikan bahan/materi ajar dengan cepat juga ternyata tidak memberikan ruang bagi siswa untuk mengembangkan dirinya hingga memiliki kompetensi yang maksimal. Disamping itu keterlibatan orang tua dan pihakpihak yang berperan sebagai stakeholders juga belum menunjukan perannya secara maksimal. Hal ini semakin menambah biasnya pelaksanaan dari fungsi-fungsi kurikulum yang digulirkan di Negara kita. Pembentukan kasta baru dalam system pendidikan kita (meminjam istilah dari kolom editorial Harian Media Indonesia, salah satu edisi di bulan mei), yang muncul sebagai efek dari adanya Sekolah Berstandar Internasional, dalam satu sisi mungkin berdampak posistif untuk penempatan kurikulum sesuai fungsinya. Tetapi ini sepertinya hanya berlaku bagi sekolah yang sudah berstandar Internasional, tetapi bagaimana untuk sekolah yang belum termasuk kategori ini?. Pada umumnya sekolah ini rata-rata memiliki alokasi biaya yang kurang mendukung, berbagai keterbatasan menjadi pembatas bagi mereka dalam mengembangkan potensi anak didik secara maksimal. B. Pengelolaan Pendidikan Kegiatan dalam sistem pendidikan nasional secara umum meliputi dua jenis yaitu pengelolaan pendidikan dan kegiatan pendidikan. Pengelolaan pendidikan berasal dari kata manajemen, sedangkan istilah manajemen sama artinya dengan administrasi Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 93 (Oteng Sutisna:1983). Dapat diartikan pengelolaan pendidikan sebagai supaya untuk menerapkan kaidah-kaidah adiministrasi dalam bidang pendidikan. Pengelolaan pendidikan meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan dan pengembangan. Pengelolaan pendidikan. Pengelolaan adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian upaya anggota organisasi dimana keempat proses tersebut mempunyai fungsi masingmasing untuk mencapai suatu tujuan organisasi. Menurut Griffin pengelolaan adalah sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efisien. Terdapat beberapa fungsi dari pengelolaan itu sendiri adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan (Planning) Perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Pembatasan yang terakhir merumuskan perencanaan merupakan penetapan pada tindakan apa yang harus dilakukan? Apakah sebab tindakan itu harus dikerjakan? Dimanakah tindakan itu harus dikerjakan? Kapankah tindakan itu harus dikerjakan? Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu? Bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu? 2. Pengorganisasian (Organizing) Oganisasi adalah dua orang atau lebih yang bekerjasama dalam cara yang terstruktur untuk mencapai sasaran specific atau sejumlah sasaran. Dalam sebuah organisasi membutuhkan seorang pemimpin, pekerjaan pemimpin meliputi beberapa kegiatan yaitu mengambil keputusan, mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antara atsan dan bawahan, memberi semangat, inspirasi dan dorongan kepada bawahan agar supaya mereka melaksanakan apa yang diperintahkan. 3. Pengarahan (Directing ) Pengarahan adalah fungsi pengelolaan yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula. 4. Pengawasan Pengawasan adalah fungsi pengelolaan yang berhubungan dengan usaha pemantauan kinerja agar supaya kinerja tersebut terarah dan tidak melenceng dari aturan yang sudah ditetapkan dan pemantauan berfungsi sebagai media agar kinerja tersebut terarah dan tersampaikan secara tepat. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 94 5. Pengembangan Pengembangan adalah fungsi pengelolaan yang harus dijadikan tolak ukur keberhasilan suatu pengelolaan, dengan adanya pengembangan pengelolaan akan berjalan sesuai dan melebihi target yang akan diperoleh. Tanpa suatu program yang baik sulit kiranya tujuan pendidikan akan tercapai. Oleh karena itu, pengelolaan harus disusun guna memenuhi tuntutan, kebutuhan, harapan dan penentuan arah kebijakan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan. Pengelolaan kerja SMP merupakan penjabaran tugas dan pelaksanaan kebijakan Depdiknas yang di sesuaikan dengan kondisi obyektif. Dalam pelaksanaannya setiap kegiatan mengacu pada pengelolaan yang ada sehingga proses dan pelaksanaan aktifitas di sekolah lebih terukur, terpantau dan terkendali. Pengelolaan pendidikan berfungsi sebagai acuan bagi sekolah dalam mengukur, mengevaluasi dan merevisi kegiatan-kegiatan yang di anggap perlu. Selain itu pengelolaan pendidikan bertujuan sebagai upaya sekolah dalam mendukung dan menjabarkan wajib belajar 9 tahun. C. Inovasi dalam Pendidikan 1. SD Kecil a. Pengertian SD Kecil adalah sekolah dasar yang pada umunya terdapat di daerah terpencil dengan sistem pendidian yang berbeda dengan SD Konvensional. Jumlah siswa maksimal 60 orang kelas I sampai dengan kelas IV dengan dua orang guru kelas dan satu kepalaa sekolah, proses belajar mengajar di selenggarakan dengan menggunakan modul. Murid yang pintar dijadikan tutor untuk mengajar murid-murid yang lain. Sisitem guru pamong System guru kunjung dilaksanakan juga untuk daerah terpencil dimana guru mengunjungi SD induk yang sudah ditetapkan Kurikulum sama dengan SD biasa Dibina oleh guru biasa yang disajikan SD induk, mengunjungi SD yang telah ditetapkan. Jumlah 3 sampai 10 orang System belajar klasikal, kelompok, dan belajar mandiri dengan menggunakan modus. Didirikan untuk memberikan tempat belajar bagi siswa yang tidak bisa sekolah di SD reguler karena jaraknya terlalu jauh. SDK biasanya didirikan di daerah terpencil jauh dari perkotaan dengan kondisi jalan terjal, becek, atau berbatuan. SDK menampung anak-anak warga dengan kondisi ekonomi yang sangat miskin. Siswa belajar tanpa sepatu, seragam, dan tanpa biaya apapun. SD kecil realisasi dari Undang-Undang Wajib belanja dan pemerataan pendidikan bagi anak-anak 7-12 tahun, terutama bagi daerah-daerah terpencil. SD kecil mempunyai ciri-ciri yaitu : Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 95 b. Tujuan SDK didirikan oleh warga secara gotong-royong didaerah terpencil yang jauh dari perkotaan. Jarak dari pusat kota kecamatan tidak kurang dari 15 km. dengan kondisi jalan terjal, tanah becek atau bebatuan serta sulit dilewati dengan kendaraan bermotor roda dua. Tujuannya untuk memberikan tempat belajar bagi siswa yang tidak bisa sekolah di SD reguler karena jaraknya terlalu jauh. Lokasi SDK di tengah-tengah hutan atau diatas pegunungan yang sulit di-akses oleh masyarakat pada umumnya. SDK untuk manampung anak-anak warga dengan kondisi ekonomi sangat miskin. Siswa belajar tanpa sepatu,seragam, dan biaya apapun. c. Ciri-ciri SD kecil      Kelas yang ada lebih seddikit dari SD biasa (tiga kelas)\ Jumlah murid lebih kecil (20/30 orang) Jumlah guru lebih sedikit dari guru SD biasa(tiga orang termasuk kepala sekolah) Pendekatan belajar meliputi belajar sendiri,yaitu mempelajari modul, belajar kelompok,klasikal. Murid yang pandai dijadikan tutor untuk mengajar murid-murid lain. d. Pelaksanaan belajar mengajar Siswa mulai belajar pukul 08:00 WIB, dan pulang pukul 12:00 WIB. Apabila pukul 08:00 belum ada guru yang datang,maka siswa yang lebih tinggi membantu belajar siswa yang dibawahnya. Siswa kelas VI membantu siswa kelas III, siswa kelas V membantu kelas II dan kelas IV membantu belajar siswa kelas I Selanjutnya, apabila guru yang ditunggu belum datang juga sampai jam 10:00 WIB, maka semua siswa pulang ke rumah masing0masing secara bersama-sama. e. Kurikulkum Untuk kurikulum yang digunakan biasanya sama dengan kurikulum SD Regular umumnya. Namun, biasanya yang banyak diajarkan adalah materi pelajaran Ujian Nasional seperti Bahasa Indonesia, Matematika, IPA dan IPS. Setelah kelas VI, siswa yang akan mengikuti UN/UNAS harus bergabung dengan SD reguler terdekat, karena SDK tidak mengadakan UN/UNAS sendiri. Bahkan tidak sedikit siswa yang baru kela V bisa diikutkan UN/UNAS, bila mana siswa dianggap mampu mengikuti UN/UNAS. Jadi SDK seperti sekolah akselari di kota-kota besar. f. Media dan sumber belajar Sama dengan SD regular, umumnya menggunakan buku-buku yng ada dan media-media yang membantu dalam proses penyampaian pesan ilmu pengetahuan. g. Tenaga pendidik Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 96 Guru tetap(PNS) satu orang sekaliigus sebagai kepala sekolah dibantu oleh tenaga guru honorer atau sukarelawan pemuda-pemudi warga setempat yang berpendidikan lulusan SLTP atau SLTA. h. Sumber dana Pemerintah membiayai pendanaan pada SDK, karena ditujukkan untuk anak-anak yang tidak mampu dan terpencil. Siswa tidak di pungut biaya aapun. 2. SD Pamong a. Pengertian SD Pamong adalah lembaga pendidikan yang di selenggarakan oleh masyarakat, orang tua, dan guru untuk memberikan pelayanan bagi anak putus sekolah, atau anak yang tidak dapat dengan secara teratur belajar di sekolah. Banyak anak-anak di desa-desa Asia Tenggara ternyata putus sekolah. Bukan karena mereka bodoh, tapi karena mereka tidak bisa bersekolah seperti biasa. Mereka harus membantu orang tuanya justru ketika kam sekolah, maka lahirlah di indonesia sistem sekolah SD Pamong, di terapkan di Kebak Kramat sejak 1974, dan di Gianyar sejak 1977. b. Tujuan  Membantu anak-anak yang tidak sepenuhnya dapat mengikuti pendidikan sekolah atau membantu siswa yang drop-out.  Membantu anak-anak yang tidak mau trikat oleh tempat dan waktu dalam belajar. Oleh karena itu belajar bisa sambil menggembalakan ternak, waktu istirahat, dll.  Mengurangi penggunaan tenaga guru sehingga rasio guru terhadap murid dapat menjadi 1:200. Pada SD biasa 1:40 atau 1:50  Meningkatkan pemerataan kesempatan belajar, dengan pembiayaan yang sedikit dapat di tampung sebanyak mungkin siswa Dengan demikian, tujuan proyek pamong untuk menentukan alternatif sistem penyampaian pendidikan dasar yang bersifat efektif, ekonomis, dan merata yang sesuai dengan kondisi kebanyakan daerah di indoneia. c. Ciri-ciri SD Pamong     Pada umunya Guru dan Pengelola Lembaga pencari murid, berbeda dengan SD reguler yang muridnya telah tersedia. Pembelajaran di tentukan oleh kemauan siswa. Misalnya, dia bisa belajar malam hari, maka guru pamong harus mengajarnya pada malam tersebut. Biasanya pengelolaan kelasnya terbatas, misalnya hanya untuk kelas IV, V, dan VI saja Kegiatan belajarnya di tentukan dalam setiap minggunya, misalnya belajar hanya di laksanakan selama 2 hari, selanjutnya hanya di beri tugas sesuai dengan modul. d. Pelaksanaan belajar mengajar. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 97 Hari belajar siswa di tentukan sesuai dengan kemauan siswa itu sendiri. Jam belajarnya pun juga ditentukan e. Kurikulum. Umumnya sama dengan kurikulum SD reguler. Namun, terdapat perbedaan dalam hal lamanya waktu belajar siswa. f. Media dan Sumber Belajar. Modul di anggap efektif dalam sumber belajar. Karen amodul dianggap mampu memperjelas dan mempermudah cara belajar siswa. g. Tenaga pendidik o Biasanya terdiri dari 5 orang guru. Bisa guru tetap (PNS) ataupun guru honorer. o Terdiri dari 3 orang guru kelas, 1 guru gama dan 1 orang guru bertinda sebagai kepala sekolah. o Sumber dana o Karena sifatnay membantu anak-anak yang putus sekolah karena harus membantu orang tua mereka untuk bekerja, maka pendanaan SD pamong masih di biayai oleh pemerintah setempat. 3. Sekolah menengah pertama Terbuka (SMP T) a. Pengertian SMP Terbuka merupakan lembaga pendidikan formal yang tidak brdiri sendiri tetapi merupakan bagian dari SMP Induk yang dalam menyelenggarakan pendidikannya menggunakan metode belajar mandiri. Trilogi Pembangunan memberikan tekanan pada pemerataan pembangunan yang hasilnya menuju pada terciptanya keadilan sosial bagiseluruh rakyat. Sesuai dengan prinsip konsep pemerataan perwujudan pelaksanaan kewajiban belajar. Adapun gambaran umum latar belakang berdirinya SMP terbuka adalah : Kekurangan fasilitas pendidikan dan tempat belajar Tenaga kependidikan yang tidak cukup Memperluas kesempatan belajar dalam rangka pemerataan pendidikan Menanggulangi anak terlantar bagi anak yang tidak diterima di SMP Negeri b. Tujuan Permasalahan dalam pendidikan sangat kompleks. Salah satu alternative pemecahan dimulai dari penemuan konsep SMP terbuka oleh pemerintah yang diilhami oleh berbagai aspirasi masyarakat lapis bawah. Mereka mempunyai apresiasi yang tinggi terhadap pendidikan. Salah satu dari keinginan mereka adalah agar anak-anaknya dapat melanjutkan pendidikan setelah tamat dari sekolah dasar meskipun berbagai kendala menghimpit mereka. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 98 Mulai dari kendala keuangan, waktu, letak geografis dan kendala transportasi. Mereka mempunyai kemungkinan yang sangat keciluntuk mengeyam pendidikan di SMP reguler. c. Ciri-ciri SMP Terbuka o Tebuka bagi siswa tanpa pembatasan umur dan tanpa syarat-syarat akademik. o Terbuka dalam memilih program belajar untuk mencapai ijazah formal, untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan jangka pendek yang bersifat praktis, insidensial dan perorangan. o Terbuka dalam proses belajar mengajar yaitu tidak selalu diselenggarakan di ruang kelas secara tatap muka, akan tetapi juga media seperti radio, media cetakan, kaset, slide, model dan gambar-gambar. o Terbuka dalam keluar masuk kelas/sekolah sesuai waktu yang tersedia oleh siswa. o Terbuka dalam pengelolaan sekolah. Sekolah dikelola oleh pegawai negri dari orang-orang lain yang diperlukan partisipasinya seperti warga dan pimpinan masyarakat, orang tua siswa, dan pamong pemerintah setempat. d. Pelaksanaan belajar mengajar  Rancangan operasional. Sebagai subsistem pendidikan yang baru di indonesia perlu diadakn persiapan yang matang.  Penyusuna bahan belajar. Penyusunan bahan ajar disusun oleh tim pengembangan kurikulum yang sudah ditugaskan.  Modul. Suatu pelajaran terkecil yang disusun menjadi suatu buku yang lengkap.  Program radio, kaset dan film bingkai. Naskah-naskah tersebut disusun oleh tim pengembangan kurikulum. Setelah di review oleh ahli bidang studi bersama ahli media kemudian di produksi dalam bentuk rekaman oleh balai produksi PUSTEKOM.  Perintisan. Karena merupakan subsistem pendidikan baru perlu diadakan perintisan untuk mengetahui cara penyelenggaraan dan pengelolaan sebaik-baiknya menurut keadaan dan kondisi setempat.  Lokasi daerah perintisan. Yang dijadikan kriteria memilih lokasi perintisan adalah keteserdiaan guru pembimbing dan pembina di daerah bersangkutan.  Penataran pelaksana. Penataran dapat dilakukan secara berantai artinya mereka yang telah pernah ditatar dapat menatar calon pelaksana SMP terbuka di daerah masing-masing. e. Organisasi dan pengelolaan Penyelenggaraan Smp terbuka menjadi tanggung jawab direktorat Dikmenum, Direktorat Jenderal Dikdasmen. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 99 f. Evaluasi system. Selain evaluasi hasil belajar dilakukan juga evaluasi sistem SMP Terbuka. g. Kurikulum. Kurikulum yang dipakai pada SMP terbuka adalah kurikulum yang berlaku pada saat itu, sama halnya dengan kurikulum yang dipakai pada SMP Negeri pada umumnya. h. Media dan sumber belajar. Modul masih menjadi pilihan utama sumber belajar. Bahan belajar yang digunakan peserta didik SMP terbuka memang di rancang secara khusus agar dapat dipelajari secara mandiri, baik secara individual maupun dalam kelompok-kelompok kecil oleh para peserta didik. Dikatakan secara khusus dengan menpelajari modul, para peserta didik dikondisikan seolah-olah berintekrasi dengan guru. Bahasa yang digunakan di dalam modul adalah bahasa yang komunikatif, mudah dipahami, dan memungkinkan para peserta didik untuk mengevaluasi diri sendiri, baik melalui umpan balik segera (imediate feedbacks) maupun kunci jawaban soalsoal latihan/tugas yang tersedia di dalam modul dan akan ditunjang oleh media noncetak yang terdiri dari program audio, video dan media lainnya. Jadi kualitas bahan belajar perlu mendapat perhatian untuk dapat meningkatkan mutu pembelajaran di SMP Terbuka. Oleh karena itu, pengembangan bahan belajar dilakukan secara sistematis sehingga dihasilkan bahan belajar yang berkualitas, baik segi isi materi, penyajian, maupun tampilan. Dengan demikian bahan belajar tersebut menarik dan mudah untuk di pelajari. i. Tenaga pendidik. Tenaga kependidikan kepala sekolah, kepala sekolah dari SMP Terbuka adalah kepala sekolah induk.  Guru Bina. Guru bina adalah guru pada sekolah induk yang diberi tugas untuk mengajar di SMP Terbuka sesuai mata pelajaran yang ditentukan.  Guru Pamong. Guru pamong adalah pembimbing belajar mandiri siswa yaitu anggota masyarakat yang peduli akan pendidikan. Dengan ketentuan minimal SMA, dan berada pada lingkungan sekitar tempat kegiatan belajar. j. Sumber Dana Siswa SMP Terbuka sepenuhnya dibebaskan dari pungutan apapun,. Hal tersebut dikarenakan biaya operasional SMP Terbuka sepenuhnya dibiayai oleh pemerintah. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 100 4. Sekolah Menengah Atas Terbuka (SMA T) a. Pengertian SMA Terbuka adalah subsistem pendidian pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan kegiatan belajar mandiri para peserta didiknya dengan bimbingan terbatas dari orang lain. SMA Terbuka merupakan salah satu model layanan pendidikan alternatif jalur sekoalh tingkat menengah yang diselenggarakan oleh reguler.SMA Terbuka bukanlah lembaga atau UPT baru yang berdiri sendiri,melainkan menginduk pada SMA reguler yang telah ada. Dengan demikian,SMA reguler yang menjadi Sekolah Induk SMA Terbuka menyelenggarakan pendidikan dengan dual mode system (tugas ganda).Artinya ,sekolah induk SMU Terbuka sekaligus melayani dua kelompok peserta didik yang berbeda,dengan cara belajar yang berbeda . Dalam hal ini, Sekolah Induk SMU Terbuka diberi perluasan atau tambahan peran ,yaitu berupa layanan pendidikan dengan sisitem belajar jarak jauh yang diperuntukkan bagi peserta didik yang memiliki kendala tertentu. b. Tujuan c. Perintisan SMU terbuka dilakukan dengan tujuan memberikan kesempatan belajar bagi lulusan SLTP/MTS yang karena berbagai kendala sosial ekonomi,geograsis,waktu dan lainnya maka tidak dapat menikuti pendidikan pada tingkat SLTA.Pada tahun 2001 dilakukan pemnatapan perintisan SMU terbuka dengan melibatkan unsur pemerintah daerah dan unsur dinas pendidikan kabupaten/kota. Perintisan SMU terbuka dilandasi oleh kerangka konseptual yang cukup matang bagi dari segi teori,filsafat,pola,pembelajaran,pola kelembagaan,maupun sisitem jaminan kualitasnya (quality assuranrea)uji coba SMU terbuka telah dilakukan pada tahun 2002/2003 di 7 lokasi. Ciri-ciri SMA terbuka SMA terbuka merupakan pola pendidikan yang menerapkan sistem belajar jarak jauh pada jenjang pendidikan menengah yang kegiatan pembelajarannya dilaksanakan sevcara fleksibel melalui penerapan prinsiprinsip belajar mandiri.pada hakekatnya sma terbuka sama dan sederajat dengan SMA reguler/konvensional. Perbedaanya hanya terletak pada aspek pembelajarannya dimana para peserta didik SMA terbuka belajar secara perseorangan maupun dalam kelompok kecil,(pustekom-depdiknas 2000)karakteristik pendidikan SMA terbuka dapat dilihat dari aspek tujan,peserta didik,bahan belajar,stategi pembelajaran ,evaluasi dan sertifikasi. d. Pelaksanaan belajar mengajar 1) kegiatan belajar siswa tidak harus dilakukan dalam ruang kelas formal dengan tatap muka langsung dengan guru mata pelajaran. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 101 2) secara periodik siswa berkonsultasi dengan staf sekolah (kepala sekolah ,wakil kepala sekolah,guru)untuk memecahkan kesulitandan masalah belajar. 3) secara teratur siswa belajar dan menelesaikan tugas-tugas individual. Dari informasi tersebut diatas dapat diruuskan bahwa model/sistem pendidikan SMU terbuka adalah model/sistem pendidikan SMU yang sebahagian besar kegiatan pembelajarannya dilaksanakan secra mandiri,dengan menggunakan bahan-bahan belajar yang dapat dipelajari peserta didik secara mandiri tanpa dengan seminimal mungkin bantuan orang lain. Karena itulah para peserta didik SMU terbuka setiap harinya belajar mandiri di tempat kegiatan belajar (TKB) di bawah supervisi guru pamong ,baik secara individual maupun dalam bentuk kelompok-kelompok kelompok keil .guru pamong tidak bertugas mengajar karena memang mereka bukanlah orang yang berkualifikasi mengajar di SMU. e. Kurikulum Umumnya sam dengan kurikulum SMA biasa .namun terdapat perbedaan dalam hal waktu belajar.SMU terbuka tidak dituntut untuk datang setiap hari ke SMU reguler yang ditentukan tetapi mereka hanya datang belajar setiap sore(pukul 14.00 s/d 17.00)selama 5 hari setiap minggunya di TKB di bawah supervisi guru pamong. Pada umumnya untuk setiap mata pelajaran minimal mendapat alokasi tutorial selama 2x45 menit perbulan.sedangkan untuk mata pelajaran yang sukar seperti bahasa inggris ,matematika, fisika ,dan mata pelajaran yang penting seperti bahasa indonesia,dalam sebulan minimal mendapat alokasi waktu tutorial 3x45 menit perbulan namun apabila SMU terbuka tertentu menganut pola tutorial dua hari seminggu.maka jumlah alokasi waktu tutorial untuk mata pelajaran yang sulit/penting minimal 4x45 menit dalam sebulan. Evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan di SMU terbuka yang setara dengan yang dilaksanakan di SMU reguler adalah : 1) tes akhir modul (TAM) setara dengan tes tformatif atau ulangan harian pada SMU reguler. 2) Tes akhir unit setara dengan tes tengah semester (mid semester test) pada SMU reguler. 3) Tes akhir semester yang dilaksanakan pada setiap akhir semester adalah sama dengan ulangan umum pada SMU reguler.Tujuannya adalah untuk mengukur tingkat keberhasilan peserta didik setelah mempelajari sejumlah modul selama satu semester. 4) Ujian akhir merupakan ujian yang diselenggarakan untuk peserta didik SMU terbuka kelas III pada akhirtahun ajaran yang pelaksanaanya mengikuti ketentuan yang berlaku di SMU penyelenggara. Sertifikasi yang diterima oleh para peserta didik SMU reguler yang telah berhasil menyelesaikan pendidikannya di SMU adalah sama dengan yang diberikan kepada peserta didik SMU terbuka. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 102 f. Media dan sumber belajar Bahan belajar utama yang digunakan para pesrta didik SMU terbuka berbeda dengan yang digunakan di SMU reguler sekalipun acuan yang digunakan untuk pengembangan bahan belajar adalah sama yaitu kurikulum SMU yg berlaku. Bahan belajar yang digunakan para peserta didik SMU terbuka adalah bahan belajar mandiri cetak yang disebut modul dan bahan ajar dalam bentuk media lainnya atau penunjang Bahan belajar yang digunakan peserta didik SMU terbuka memang dirancang secara khusus agar dapat dipelajari secaara mandiri baik secara individual atau kelompok-kelompok kecil oleh peserta didik.bahasa yang digunakan dalam modul adalah bahasa yang komunikativ mudah dipahami dan para peserta didik untuk mengevalusi diri sendiri baik melalaui unpan balik segera (imediate feedbacks). Maupun kunci jawaban-jawaban soal latihan tugas yang tersedia dalam modul yang akan ditu njang oleh media non cetak yangterdiri dari program audio, vidio/vcd, dan media lainnya yang perlu mendapat perhatian untuk dapat meningkatkan mutu pembelejaran SMU terbuka g. Tenaga pendidik Salah satu prinsipnya adalah mengoptimalkan pendayagunaan berbagai sumber daya yang ada di masyarakat termasuk tenaga gurunya,guru mata pelajaran yang terdapat d SMU reguler yang dijadikan sebagai sekolah induk SMU terbuka dengan memberikan konorarium tambahan 5. Universitas terbuka (UT) a. Pengertian Universitas Terbuka Universitas tebuka adalah perguruan tingggi negeri (PTN) KE-45 di indonesia yang menerapkan sistem belajar terbuka dan jarak jauh, sistem belajar ini terbukti efektif untuk meningkatkan daya jangkau dan pemerataan kesempatan pendidikan tinggi yang berkualitas bagi semua warga negara indonesia, termasuk mereka yang tinggal di negara-negara terpencil, baik di seluruh nusantara maupun di berbagai belahan dunia. Adanya keterbatasan waktu dan tempat dalam mengembangkan dan meningkatkan pendidikan serta meningkatkan kemampuan profesional. Latar belakang tersebut akhirnya membuat universitas terbuka memberikan kesempatan seluasnya kepada siapa saja untuk meningkatkan pengetahuan,keterampilan,dan kompetensi. b. Tujuan dari Universitas Terbuka  Memberikan kesempatan yang luas bagi warga negara indonesia dan warga negara asing. Dimanapun tempat tinggalnya untuk memperoleh pendidikan tinggi. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 103  Mengembangkan pelayanan pendidikan tinggi bagi mereka, yang karena bekerja atau karena alasan lain, tidak dapat melanjutkan belajar di perguruan tinggi tatap muka.  Mengembangkan program pendidikan akademik dan profesional yang disesuaikan dengan kebutuhan nyata pembangunan, yang belum banyak dikembangkan oleh perguruan tinggi lain.  Melaksanakan tridarma perguruan tinggi dengan cara yang lebih terbuka yaitu melalui sistem belajar jarak jauh (SBJJ) c. Ciri-ciri universitas terbuka  Tidak ada pembatasan jangka waktu penyelesaian studi dan tidak memeberlakukan sistem drop out.  Tidak ada pembatasan, baik tahun kelulusan ijazah SLTA maupun umur.  Waktu pendaftaran (registrasi) leluasa sepanjang tahun.  Ruang,waktu,dan tempat belajar yang fleksibel sesuai kondisi mahasiswa.  Penggunaan materi belajar multimedia, termasuk bahan belajar cetak baik yang dilengkapi dengan kaset audio dan video/CD,CD-ROM, siaran radio dan TV, maupun bahan belajar berbasis komputer dan internet. d. Pelaksanaan Belajar Mengajar UT menerapkan sistem belajar jarak jauh dan terbuka. Istilah jarak jauh berarti pembelajaran tidak dilakukan secara tatap muka, melainkan menggunakan media, baik media cetak (modul)maupun non-cetak (audio/video, komputer/internet,siaran radio dan televisi). Makna terbuka adalah tidak ada pembatasan usia,tahun, ijazah,masa belajar,waktu registrasi, frekuensi mengikuti ujian,dan sebagainya batasan yang ada hanyalah bahwa, setiap mahasiswa UT harus sudah menamatkan jenjang pendidikan menengah atas ( SMA atau yang sederajat). Mahasiswa UT diharapkan dapat belajar secara mandiri. Cara belajar mandiri menghendaki mahasiswa untuk belajar atas prakarsa atau inisiatif sendiri. Belajar mandiri dapat dilakukan secara sendiri ataupun berkelompok, baik dalam kelompok belajar maupun dalam kelompok tutorial. UT menyediakan bahan ajar yang dibuat khusus untuk dapat di pelajari secara mandiri. Selain menggunakan bahan ajar yang disediakan oleh UT, mahasiswa juga dapat mengambil inisiatif untuk memamfaatkan perpustakaan, mengikuti siaran radio,mengikuti tutorial, serta-menggunakan sumber belajar lain seperti bahan belajar berbatuan komputer dan program audio/video. Apabila mengalami kesulitan belajar, mahasiswa dapat meminta informasi atau bantuan tutorial kepada ketua jurusan masing-masing. Ketetapan presiden no.41 tahun 1984 tanggal 11 juni 1984 UT bersetatus universitas Negeri dengan 4 fakultas ( fakultas keguruan dan pendidikan , fakultas ekonomi, fakultas ilmu social, fakultas politik, fakultas matematika dan pengetahuan alam. UT memiliki puast penelitian dan pengabdian masyarakat, pusat produksi media pendidikan, informasi dan pengolahan data, pusat pengolahan penujian dan unit program belajar jarak jauh. Peresmian Ut dilakukan oleh presiden Suharto di Bima Graha Jakarta pada tanggal 4 September 1984 terdiri atas tiga program yaitu program Diploma, program Akta V, dan Program Sarjana. Sebagai rector pertama tahun1984 di tunjuk Prof.Dr. Setijadi MA. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 104 D. Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah    Pendidikan Luar Sekolah sebagai Subtitute dari pendidikan sekolah. Artinya, bahwa pendidikan luar sekolah dapat menggantikan pendidikan jalur sekolah yang karena beberapa hal masyarakat tidak dapat mengikuti pendidikan di jalur persekolahan (formal). Contohnya: Kejar Paket A, B dan C Pendidikan Luar Sekolah sebagai Supplement pendidikan sekolah. Artinya, bahwa pendidikan luar sekolah dilaksanakan untuk menambah pengetahuan, keterampilan yang kurang didapatkan dari pendidikan sekolah. Contohnya: private, les, training Pendidikan Luar Sekolah sebagai Complement dari pendidikan sekolah. Artinya, bahwa pendidikan luar sekolah dilaksanakan untuk melengkapi pengetahuan dan keterampilan yang kurang atau tidak dapat diperoleh di dalam pendidikan sekolah. Contohnya: Kursus, try out, pelatihan dll. 1. Program Paket A Program Paket A adalah program pendidikan dasar pada jalur pendidikan nonformal setara SD/MI bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau berminat dan memilih pendidikan kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan. Pemegang ijazah Program Paket A memiliki hak eligibilitas yang sama dengan pemegang ijazah SD/MI. 2. Program Paket B Program Paket B adalah program pendidikan dasar pada jalur pendidikan nonformal setara SMP/MTs bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau berminat dan memilih pendidikan kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan dasar. Pemegang ijazah Program Paket B memiliki hak eligibilitas yang sama dengan pemegang ijazah SMP/MTs. 3. Program Paket C Program Paket C adalah program pendidikan menengah pada jalur pendidikan nonformal setara SMA/MA bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau berminat dan memilih pendidikan kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan menengah. Pemegang ijazah Program Paket C memiliki hak eligibilitas yang sama dengan pemegang ijazah SMA/MA. 4. Kursus Kursus adalah lembaga pelatihan yang termasuk ke dalam jenis pendidikan nonformal. Kursus merupakan suatu kegiatan belajar-mengajar seperti halnya sekolah. Perbedaanya adalah bahwa kursus biasanya diselenggarakan dalam waktu pendek dan hanya untuk mempelajari satu keterampilan tertentu. Misalnya, kursus bahasa Inggris tiga bulan atau 50 jam, kursus montir, kursus memasak, menjahit, musik dan lain sebagainya. Peserta yang telah mengikuti kursus dengan baik dapat Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 105 memperoleh sertifikat atau surat keterangan. Untuk keterampilan tertentu seperti, kursus ahli kecantikan atau penata rambut, peserta kursus diwajibkan menempuh ujian negara. Ujian negara ini dimaksudkan untuk mengawasi mutu kursus yang bersangkutan, sehingga pelajaran yang diberikan memenuhi syarat dan peserta memiliki keterampilan dalam bidangnya. 5. Diklat Diklat adalah singkatan dari kata pendidikan dan pelatihan. Istilah pendidikan dan pelatihan apabila disingkat yaitu menjadi Diklat. Akronim Diklat (pendidikan dan pelatihan) merupakan singkatan/akronim resmi dalam Bahasa Indonesia. Kesimpulan Pendidikan mempunyai hubungan yang erat dengan pembangunan. Pendidikan berperan untuk menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Karena pembangunan sealu berubah mengikuti tuntutan zaman, maka pendidikan pun juga harus bisa mengimbangi. Sebagai akibatnya, permasalahan yang dihadapi oleh dunia pendidikan pun semakin luas. Hal ini dikarenakan sasaran pendidikan adalah manusia yang merupakan pelaku dalam kegiatan pembangunan serta usaha pendidikan yang mempunyai orientasi ke depan dan harus dapat dijangkau oleh pemikiran manusia. Permasalahan-permasalahan tersebut tentu membutuhkan upaya-upaya untuk penanggulangannya sehingga tujuan pendidikan itu tercapai. Penanggulangan masalah pendidikan secara umum dikemukakan sebagai berikut: 1. Pendidikan harus senantiasa diperbaharui (direnovasi) sesuai dengan perkembangan yang terjadi di luar bidang pendidikan itu sendiri. Misalnya kurikulum harus fleksibel, jika perlu diperbaharui. Kurikulum jangan mengakibatkan para pelakunya (siswa) selalu tertinggal dibanding dengan kemajuan IPTEK di luar dunia pendidikan tersebut. 2. Pendidikan (bersama bidang terkait) berusaha menahan laju pertumbuhan penduduk atau pendidikan harus mencari sistem baru yang dapat melayani semua orang yang memerlukan pendidikan. 3. Aspirasi masyarakat terhadap pendidikan didukung dan didorong terus agar lebih meningkat lagi. Sementara itu sistem pendidikan dibaharui/dikembangkan sehingga dapat memenuhi aspirasi tersebut. 4. Sistem pendidikan meningkatkan peran/fungsinya sebagai pengembangan kebudayaan di seluruh pelosok tanah air. Sejalan dengan itu pihak lain yang terkait harus dapat membuka keterisolasian sebagian desa kita dan membuka sarana kehidupan yang lebih baik. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 106 Latihan 1. Apa upaya-upaya penanggulangan masalah Pendidikan? 2. Jelaskan apa itu SD kecil! 3. Sebutkan tujuan dari SD Pamong? 4. Sebutkan ciri-ciri Universitas Terbuka? 5. Jelaskan perbedaan paket A, paket B dan paket C! Daftar Pustaka Suparman, M. Atwi (2004), “Desain Instruksional”, (Jakarta: Pusat Penerbitan universitas Terbuka) Ahmad Zein, H,2011, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember. Syafril, Zelhendri Zen, dkk. 2012. Pengantar Pendidikan. Padang. UNP http://susksesseluruhtest.blogspot.com/2014/07/makalah-pengantarpendidikan.html?m=1 https://id.wikipedia.org/wiki/Kursus http://www.kejarpaket.com/paket-a-setara-sd/ http://www.kejarpaket.com/paket-b-setara-smp/ https://arifsulistyo.wordpress.com/jurusan-pls/kejar-paket-c/ http://fithriazni.blogspot.co.id/2011/06/pendidikan-luar-sekolah.html http://pakdirman.blogspot.co.id/2008/03/perkembangan-sma-terbuka.html Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 107 BAB X PENDIDIKAN DI ERA TEKNOLOGI, INFORMASI, DAN KOMUNIKASI Pendahuluan Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia di muka bumi ini. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia. Dalam kondisi apapun manusia tidak dapat menolak efek dari penerapan pendidikan. Pendidikan diambil dari kata dasar didik, yang ditambah imbuhan menjadi mendidik. Mendidik berarti memelihara atau memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Dari pengertian ini didapat beberapa hal yang berhubungan dengan pendidikan. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan tantangan-tantangan baru. Sebagai konsekuensi logis, pendidikan selalu dihadapkan pada masalah-masalah yang berhubungan dengan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Oleh karena itu, perlu ada rumusan mengenai era globalisasi dan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Teknologi Infromasi dan Komunikasi (TIK) saat ini sangat berkembang di masyarakat. Umumnya Teknologi Informasi adalah sebuah teknologi yang dipergunakan untuk mengelola data, meliputi didalamnya : memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dengan berbagai macam cara dan prosedur guna menghasilkan informasi yang berkualitas dan bernilai guna tinggi. Perkembangan TIK pun terus meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia. Saat ini tren pengguna e- yang berarti elektronik bermunculan. Seperti e-education, egovernment, e-learning dan lain sebagainya. Teknologi Informasi dan Komunikasi yang telah mengglobal mampu mencakupi segala aspek yang ada dalam kehidupan. Dalam bidang pendidikan, TIK banyak memiliki peranan, Teknologi Informasi seakan telah menjadi pengalihfasihan buku, guru dan sistem pengajaran yang sebelumnya masih bersifat konvensional. Teknologi Informasi menyebabkan ilmu pengetahuan menjadi kian berkembang dan berkembang. Namun, TIK juga memiliki dampak negatif terhadap kehidupan, salah satunya yang menonjol adalah di bidang pendidikan. Kenyataan ini yang mendorong penulis untuk mengungkap lebih jauh tentang Pendidikan di Era Teknologi Informasi dan Komunikasi. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 108 A. Pengertian era globalisasi Pengertian era globalisasi dapat dijelaskan dari dua kata yang membangunnya yakni kata “era” dan “globalisasi”. Era berarti zaman atau kurun waktu, sementara globalisasi berarti proses mengglobal atau mendunia. Dengan demikian era globalisasi berarti zaman yang di dalamnya terjadi proses mendunia. Proses mendunia ini yang terjadi sejak tahun 1980-an itu terjadi di berbagai bidang atau aspek kehidupan manusia, misalnya di bidang politik, sosial, ekonomi, agama, dan terutama sekali globalisasi di bidang teknologi. Proses mendunia tersebut di atas, secara konkret dapat dijelaskan sebagai berikut. Perkembangan budaya manusia dewasa ini telah mencapai taraf yang luar biasa, yang di dalamnya manusia bergerak menuju ke arah terwujudnya satu masyarakat manusia yang mencakup seluruh dunia; satu masyarakat global. Dengan teknologi transportasi dan komunikasi serba canggih yang berhasil diciptakannya, manusia telah berhasil mengatasi jarak yang dahulu misahkan manusia yang satu dari yang lain, suku bangsa yang satu dari yang lain, bangsa yang satu dari yang lain, budaya dan agama yang satu dari yang lain. Berkembangnya teknologi transportasi dan komunikasi menyebabkan jarak antar kota, antar pulau, antar negara, dan antar benua seolah tidak ada lagi. Di zaman ini, manusia dengan mudahnya berkomunikasi satu sama lain di seluruh penjuru dunia dengan memanfaatkan satelit-satelit yang berada di atas Indian Ocean Region, Pacific Ocean Region, dan Atlantic Ocean Region. Dengan kata lain, berkembangnya teknologi transportasi dan komunikasi, dunia seolah semakin sempit, ruang dan waktu menjadi semakin relatif, dan batas-batas negara seakan begitu mudah untuk diterobos. Pengertian era globalisasi sebagai kurun waktu yang di dalamnya terjadi proses mendunia secara nyata menyebabkan apa yang ada di Jakarta ada pula di New York; apa yang dibisikkan di Jakarta terdengar pula di New York dan sebaliknya. Contoh konkretnya: “Jeans” ada baik di New York maupun Jakarta. Fenomena ini sebenarnya hendak berkata bahwa teknologi transportasi dan teknologi komunikasi yang semakin canggih mampu menghubungkan umat manusia di seluruh belahan dunia, sehingga terciptalah satu kehidupan bersama; satu masyarakat, yang meliputi seluruh umat manusia dengan sejarah kehidupan bersama, sejarah umat manusia. B. Ciri-ciri era Globalisasi Ciri-ciri globalisasi antara lain: 1. Terjadinya Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu. Berkembangnya barang-barang seperti televisi satelit, telepon genggam dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda. 2. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 109 3. Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). Saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai halhal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan. 4. Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain. 5. Adanya keterbukaan di berbagai bidang. Keterbukaan di berbagai bidang yang terjadi pada era globalisasi saat ini, tidak terlepas dari adanya kemajuan dalam berbagai bidang komunikasi dan informasi. Globalisasi memang identik dengan era keterbukaan. Melalui berbagai macam media massa, kejadian atau peristiwa sekecil apapun bisa diketahui samapai ke ujung dunia, karena kecanggihan tersebut. Pada era keterbukaan ini juga ditandai dengan adanya kebebasan dalam mengungkapkan pikiran dan argumentasi baik lisan maupun tulisan. Setiap orang memiliki kebebasan dan bisa melakukan apapun sesuai apa yang diinginkannya serta menyampaikan rasa ketidak puasan atas segala kebijakan yang ada. Semua itu terjadi tidak lain karena kecanggihan teknologi sehingga keterbukaan di berbagai sektor bidang tidak dibatasi. 6. Meningkatnya ketergantungan ekonomi antarbangsa. Globalisasi ekonomi mencakup beberapa bidang, diantaranya yaitu tenaga kerja, bidang pembiayaan, perdagangan dan jaringan informasi. Globalisasi ekonomi disebut juga dengan era pasar bebas. Dalam globalisasi ekonomi, perdagangan tidak hanya antar wilayah, antar provinsi akan tetapi perdagangan internasionalpun semakin meningkat. Jadi, dalam memenuhi kebutuhannya, tidak mesti suatu negara memproduksi sendiri segala kebutuhannya, tetapi bisa melalui negara lain dengan pemilihan harga yang sesuai dengan budget yang dimiliki. Dalam kegiatan ekonomi tidak terbatas pada skala nasional, akan tetapi internasional atau seluruh dunia. 7. Meningkatnya interaksi budaya antarbangsa Dengan adanya globalisasi mampu meningkatkan hubungan kultur antarbangsa. Melalui adanya perkembangan pesat dari media massa seperti handphone, telephone, televisi, majalah, koran, internet, dls. Kita akan lebih mengenal tentang budaya suatu negara, misalnya seperti film, musik yang banyak diminati dari kalangan anak-anak sampai yang dewasa, fashion, gaya hidup dan kebiasaan mereka, dengan media-media tersebut tentu secara tidak sadar kita lebih mengenal tentang suatu budaya dari suatu negara di berbagai belahan dunia. Pada saat ini aktivitas berskala internasional semakin banyak dan sering dilaksanakan seperti piala dunia, kegiatan pariwisata, dan bahkan sampai perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain sering dilakukan. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 110 C. Pengertian TIK Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) memuat semua teknologi yang berhubungan dengan penanganan informasi. Penanganan ini meliputi pengambilan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi. Jadi, TIK adalah teknologi yang berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi.Ditinjau dari susunan katanya, teknologi informasi dan komunikasi tersusun dari 3 (tiga) kata yang masingmasing memiliki arti sendiri. Kata pertama, teknologi, berarti pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin, material dan proses yang menolong manusia menyelesaikan masalahnya. Istilah teknologi sering menggambarkan penemuan alat-alat baru yang menggunakan prinsip dan proses penemuan saintifik. Kata kedua dan ketiga, yakni informasi dan komunikasi, erat kaitannya dengan data. Informasi berarti hasil pemrosesan, manipulasi dan pengorganisasian sekelompok data yang memberi nilai pengetahuan (knowledge) bagi penggunanya. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi hubungan saling mempengaruhi di antara keduanya. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) berasal dari bahasa Inggris yaitu Information and Communication Technologies (ICT), yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi. Jadi teknologi informasi dan komunikasi adalah hasil rekayasa manusia terhadap proses penyampaian informasi dan proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain sehingga lebih cepat, lebih luas sebarannya, dan lebih lama penyimpanannya. TIK mencakup dua aspek yaitu: 1) Teknologi informasi, meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. 2) Teknologi komunikasi, meliputi segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Terdapat banyak pengertian mengenai TIK atau Teknologi informasi dan komunikasi, namun jika dapat disimpulkan dari berbagai sumber Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi adalah suatu padanan yang tidak terpisahkan yang mengandung pengertian luas tentang segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, dan transfer/pemindahan informasi antar media Namun, ada pula yang mengartikan bahwa, TIK adalah sebuah media atau alat bantu yang digunakan untuk transfer data baik itu untuk memperoleh suatu data / informasi maupun memberikan informasi kepada orang lain serta, dapat digunakan untuk alat berkomunikasi baik satu arah ataupun dua arah. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 111 D. Pendidikan berbasis TIK Pendidikan Berbasis TIK - Teknologi komunikasi dan informasi (TIK) saat ini memang sudah tak bisa lagi kita pisahkan dari kehidupan manusia modern. Setiap harinya kehidupan kita selalu dipenuhi dengan perangkatperangkat TIK tersebut. Berlatar belakang hal tersebutlah maka akhirnya muncul sebuah gagasan dari kalangan yang peduli terhadap kegiatan pembelajaran yang berlangsung bagi peserta didik di sekolah untuk mencanangkan sebuah kegiatan pendidikan berbasis TIK. Media merupakan sebuah perangkat atau alat. Sedangkan pendidikan memiliki arti sebagai sebuah kegiatan penyampaian informasi terkait ilmu pengetahuan dari tenaga pendidik kepada para peserta didik yang dimilikinya. Dengan demikian dapat kita simpulkan sebuah pengertian mengenai media pendidikann berbasis TIK adalah sebuah alat atau perangkat yang diperlukan dalam proses kegiatan penyampaian informasi berupa ilmu pengetahuan dari seorang tenaga pendidik kepada para peserta didik yang menggunakan teknologi komunikasi dan informasi. Model pembelajaran ini lebih menarik karena menggunakan TIK. Hal tersebut memungkinkan bagi para tenaga pendidik maupun para peserta didik untuk lebih kreatif dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi sebagai media pembelajaran yang menyenangkan. Dengan pembelajaran berbasis TIK ini maka kegiatan pembelajaran akan semakin berkembang. Seperti yang anda ketahui bahwa saat ini perangkat teknologi ini terus berkembang, sehingga dengan menyisipkannya dalam kegiatan pembelajaran maka baik peserta didik maupun tenaga pendidiknya akan sama-sama berjuang untuk mengikuti perkembangan teknologi yang digunakan. E. Keunggulanan dan Manfaat TIK 1. Keunggulan TIK a. Kecepatan (speed), komputer dapat mengerjakan sesuatu perhitungan kompleks dalam hitungan detik, sangat cepat, jauh lebih cepat dari yang dapat dikerjakan manusia. b. Konsistensi (consistency), hasil pengolahan lebih konsisten tidak berubah-ubah karena formatnya (bentuknya) sudah standar, walaupun dilakukan berulang kali, sedangkan manusia sulit untuk menghasilkan yang persis sama. c. Ketepatan (precision), komputer tidak hanya cepat, tetapi juga lebih akurat dan tepat (presisi). Komputer dapat mendeteksi suatu perbedaan yang sangat kecil, tidak dapat dilihat dengan kemampuan manusia, dan juga dapat melakukan perhitungan yang sulit. d. Keandalan (reliability), apa yang dihasilkan lebih dapat dipercaya dibandingkan dengan dilakukan oleh manusia. Kesalahan yang tejadi lebih Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 112 kecil dilakukan kemungkinannya jika menggunakan komputer. Informasi yang dibutuhkan akan semakin cepat dan mudah di akses untuk kepentingan pendidikan. 2. Manfaat TIK a. TIK sangat membantu dalam proses pembelajaran dimana segala informasi pendidikan dapat diakses dengan cara lebih mudah dan cepat. b. Inovasi dalam pembelajaran semakin berkembang dengan adanya inovasi elearning yang semakin memudahkan proses pendidikan. c. Kemajuan TIK juga akan memungkinkan berkembangnya kelas virtual atau kelas yang berbasis teleconference yang tidak mengharuskan sang pendidik dan peserta didik berada dalam satu ruangan. d. Sistem administrasi pada sebuah lembaga pendidikan akan semakin mudah dan lancar karena penerapan sistem TIK. e. Mereduksi biaya yang harus dikeluarkan (cost displacement). f. Menghindari biaya yang harus dikeluarkan (cost avoidance). g. Memperbaiki kualitas yang diambil (decision analysis). h. Menghasilkan dampak positif yang diperoleh perusahaan (impact analysis). F. Kelemahan TIK dan solusinnya 1. Kelemahan TIK a. Kemajuan TIK juga akan semakin mempermudah terjadinya pelanggaran terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) karena semakin mudahnya mengakses data menyebabkan orang yang bersifat plagiatis akan melakukan kecurangan. b. Walaupun sistem administrasi suatu lembaga pendidikan bagaikan sebuah system tanpa celah, akan tetapi jika terjadi suatu kecerobohan dalam menjalankan sistem tersebut akan berakibat fatal. Karena akan cepat tersebar kemana-mana. c. Salah satu dampak negatif tik adalah melatih anak untuk berpikir pendek dan bertahan berkonsentrasi dalam waktu yang singkat (short span of attention) d. Dengan pelayanan TIK yang menawarkan kemudahan didalam proses pembelajaran, membuat kita menjadi malas untuk membaca buku-buku pendidikan. Karena terpengaruh dengan hal-hal yang instan. 2. Solusinnya Agar penggunaan TIK lebih optimal dan di jalankan dengan baik dan benar, berikut ada beberapa metode pemecahan masalah agar dampak negatif dari TIK dapat tertanggulangi. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 113 a. Mempertimbangkan pemakaian TIK dalam pendidikan, khususnya untuk anak di bawah umur yang masih harus dalam pengawasan ketika sedang melakukan pembelajaran dengan TIK. Analisis untung ruginya pemakaian. b. Tidak menjadikan TIK sebagai media atau sarana satu-satunya dalam pembelajaran, misalnya kita tidak hanya mendownload e-book, tetapi masih tetap membeli buku-buku cetak, tidak hanya berkunjung ke digital library, namun juga masih berkunjung ke perpustakaan. c. Pihak-pihak pengajar baik orang tua maupun guru, memberikan pengajaranpengajaran etika dalam ber-TIK agar TIK dapat dipergunakan secara optimal tanpa menghilangkan etika. d. Perlu ada kesadaran peran dan kerjasama antara seluruh pengguna lanyanan TIK. e. Menggunakan software yang dirancang khusus untuk melindungi ‘kesehatan’ anak. Misalnya saja program nany chip atau parents lock yang dapat memproteksi anak dengan mengunci segala akses yang berbau seks dan kekerasan. f. letakkan komputer di ruang publik rumah, seperti perpustakaan, ruang keluarga, dan bukan di dalam kamar anak. Meletakkan komputer di dalam kamar anak, menurut Nina akan mempersulit orangtua dalam hal pengawasan. Anak bisa leluasa mengakses situs porno atau menggunakan games yang berbau kekerasaan dan sadistis di dalam kamar terkunci. Bila komputer berada di ruang keluarga, keleluasaannya untuk melanggar aturan pun akan terbatas karena ada anggota keluarga yang lalu lalang. g. Untuk mencegah kecanduan orang tua perlu membuat kesepakatan dengan anak soal waktu bermain komputer. Sehingga pada usia yang lebih besar, diharapkan anak sudah dapat lebih mampu mengatur waktu dengan baik. h. Pemerintah sebagai pengendali sistem-sistem informasi seharusnya lebih peka dan menyaring apa-apa saja yang dapat di akses oleh para pelajar dan seluruh rakyat Indonesia di dunia maya. Selebihnya, Kementrian juga bisa menyebarkan filter berupa program software untuk menekan dampak buruk teknologi informasi. Kedua, perlu adanya dukungan dari orangtua, tokoh budaya hingga kalangan agamawan, untuk mensosialisasikan tentang saran, manfaat dan sisi positif facebook. Jadi solusinya adalah kita jangan sampai mengatakan tidak pada teknologi (say no to technology) karena jika kita berbuat demikian, maka kita akan ketinggalan banyak informasi yang sekarang ini informasi-informasi tersebut paling banyak ada di internet. Kita harus mempertimbangkan kebutuhan kita terhadap teknologi, mempertimbangkan baik-buruknya teknologi tersebut dan tetap menggunakan etika, juga tidak lupa jangan terlalu berlebihan agar kita tidak kecanduan denagn teknologi. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 114 Selain itu dengan teknologi yang sederhana asal dimanfaatkan dengan maksimal, maka teknologi itu akan menghasilkan kualitas yang optimal. Seperti juga facebook dan jejaring sosial lainnya apabila dimanfaatkan dengan baik, maka akan bisa memberikan manfaat bagi kita. Yang terpenting adalah dari diri kita sendiri untuk menggunakan teknologi moderen ini secara sehat. Facebook pada dasarnya adalah sarana, sebuah hasil karya teknologi informasi komunikasi yang bertujuan memudahkan hidup kita. Facebook dapat menjadi sarana berbagi informasi, hiburan, menambah jaringan pertemanan, dan banyak hal positif lainnya. Facebook di tangan yang salah adalah juga alat untuk melakukan kekerasan, pelecehan, bahkan tindak kriminal seperti penipuan, pemerasan, dan sebagainya. Kesimpulan Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang terus, bahkan dewasa ini berlangsung dengan pesat. Perkembangan itu bukan hanya dalam hitungan tahun, bulan, atau hari, melainkan jam, bahkan menit atau detik, terutama berkaitan dengan teknologi informasi dan komunikasi yang ditunjang dengan teknologi elektronika. Dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi dapat memudahkan kita untuk belajar dan mendapatkan informasi yang kita butuhkan dari mana saja, kapan saja, dan dari siapa saja. Pengaruhnya meluas ke berbagai bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Dalam dunia pendidikan perkembangan teknologi informasi mulai dirasa mempunyai dampak yang positif karena dengan berkembangnya teknologi informasi dunia pendidikan mulai memperlihatkan perubahan yang cukup signifikan. Akan tetapi semua itu tidak terlepas dari sisi negatifnya. Menyikapi keadaan ini, maka peran pendidikan sangat penting untuk mengembangkan dampak positif dan memperbaiki dampak negatifnya. Pendidikan tidak antipati atau alergi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, namun sebaliknya menjadi subyek atau pelopor dalam pengembangannya. Menurut pendapat para pakar informasi, dampak negative dari berbagai fasilitas komunikasi, termasuk internet, sama sekali tidak dapat dipandang sebelah mata, karena dampak negatif tersebut sangat mempengaruhi aktivitas penggunanya. Maka dari itu dalam hal ini peranan orang tua pun sangat dibutuhkan dalam hal ini. Dapat juga melakukan beberapa contoh solusi dibawah ini dalam menanggulangi beberapa dampak negative Teknologi Komunikasih yaitu; a. Mempertimbangkan pemakaian TIK dalam pendidikan, khususnya untuk anak di bawah umur. b Tidak menjadikan TIK sebagai media atau sarana satu-satunya dalam pembelajaran. c. Pihak-pihak pengajar baik orang tua maupun guru, memberikan pengajaranpengajaran etika dalam ber-TIK agar TIK dapat dipergunakan secara optimal tanpa menghilangkan etika. d. Perlu ada kesadaran peran dan kerjasama antara seluruh pengguna layanan TIK. e. Menggunakan software yang dirancang khusus untuk melindungi ‘kesehatan’ anak. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 115 f. letakkan komputer di ruang publik rumah, seperti perpustakaan, ruang keluarga, dan bukan di dalam kamar anak. g. Untuk mencegah kecanduan, orang tua perlu membuat kesepakatan dengan anak soal waktu bermain komputer. Pemerintah sebagai pengendali sistem-sistem informasi seharusnya lebih peka dan menyaring apa-apa saja yang dapat di akses oleh para pelajar dan seluruh rakyat Indonesia di dunia maya. Karena sangat pentingnya komunikasi dalam kehidupan kita maka sangat penting pula alat komunikasi dalam kehidupan kita di masa kini. Seiring dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi maka layanan informasi dan komunikasipun semakin cepat dan mudah. Hal tersebut menuntut manusia untuk memiliki alat komunikasi yang mendukung semua itu. Selain media elektronik dan media cetak dengan perkembangannya, jaringan seluler dan internet merupakan alat komunikasi masa kini yang lebih maju dalam perkembangannya. Teknologi Informasi memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan TIK tersebut harus kita manfaatkan dan kekurangannya harus kita hindari. Kita harus lebih bijak dalam menyikapi perkembangan TIK di era globalisasi saat ini. Latihan 1. Jelaskan pengertian Era Globalisasi! 2. Sebutkan ciri-ciri Era Globalisasi? 3. Apa yang dimaksud dengan TIK? 4. Sebutkan 5 manfaat dari TIK? 5. Sebutkan 5 kelemahan dari TIK? Daftar Bacaan Dr. Deni Darmawan, S,Pd., M.Si. Teknologi pembelajaran, Cet Pertama, Agustus-2011 PT. Remaja Rosdakarya, Bandug. Drs. Rudi Susilana, M.Pd, Media Pembelajaran, Cetakan 2009, CV. Wahana Prima, Bandung. http://www.seputarpengetahuan.com/2015/05/pengertian-dan-ciri-ciri-globalisasi-i.html http://seribubukit.com/berita-tujuan-manfaat-dan-keuntungan-pemanfaatantik.html#ixzz3shPdRjvT Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 116 Eti Rochaety, dkk. 2005. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta. Setiadi, A, Julianto, et. al. 2009. Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk SMP/MTs kelas VII. Kementrian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia. Syafril, Zelhendri Zen, dkk. 2012. Pengantar Pendidikan. Padang: UNP https://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi https://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi_Informasi_Komunikasi http://na2zaoldyeck.blogspot.co.id/2010/12/teknologi-informasi-dan-komunikasi.html http://www.ristizona.com/2011/01/ciri-ciri-globalisasi.html Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan 117