ILMU RIJAL AL-HADIST
DI SUSUN OLEH:
1. LISA ARRAHMAH RIANTO = 0305183202
2. HASMI BR LEMBONG
= 0305181016
3. CICI ASRI PUJA KESUMA = 0305181052
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
UIN SUMATERA UTARA MEDAN
TAHUN 2018
A. PENDAHULUAN
Islam adalah agama yang benar, dengan memiliki dua pegangan yang
sangat terpercaya, yaitu Al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad SAW. Untuk
mengetahui tentang hadis ini, ditemukan suatu ilmu khusus yang bernama Ilmu
Hadis. Dalam pembahasan kali ini, kami akan menjelaskan salah satu dari
berbagai cabang ilmu yang ada dalam ilmu hadis yaitu Ilmu Rijal Al Hadis.
Ilmu Rijalul Hadits merupakan salah satu cabang besar yang tumbuh dari
hadits riwayah dan Diroyah dengan ilmu ini dapat membantu kita untuk
mengetahui keadaan para perawi yang menerima hadits dari Rasulullah dengan
keadaan rawi yang menerima hadits dari sahabat dan seterusnya. Dengan
mengetahui keadaan para perawi yang menjadi sanad, dan memudahkan kita
menilai kualitas suatu hadits maka bisa di simpulkan bahwa ilmu Rijalul Hadits
merupakan separuh dari ilmu hadits.
B. Pengertian Ilmu Rijal Al-Hadist
Menurut bahasa, kata rijal berarti para kaum pria. Sedang Rijal al-Hadis
berarti orang-orang disekitar hadis atau orang-orang yang meriwayatkan hadis
serta berkecimpung dengan hadis Nabi. Secara terminologi ilmu ini
didefinisikan dengan:
“Ilmu yang membahas tentang keadaan para periwayat hadis baik dari kalangan
sahabat, sahih, maupun generasi- generasi berikutnya.”1
Menurut buku memahami ilmu hadis “Ilmu Rijalul hadist yaitu ilmu yang
membahas tentang para perawi hadist, baik dari sahabat, tabi’in, maupun dari
angkatan sesudahnya.2
Ilmu Rijal Al-Hadist, dinamakan juga dengan Ilmu Tarikh Ar-Ruwwat (Ilmu
Sejarah Perawi) adalah ilmu yang diketahui dengannya keadaan setiap perawi
1
2
Idri, Studi Hadis, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hal. 66-67
Asep Herdi, Memahami Ilmu Hadis, (Bandung: Tafakur (Kelompok Humaniora, 2014), hal. 38
hadist,
dari
segi
kelahirannya,
wafatnya,
guru-gurunya,
orang
yang
meriwayatkan darinya, negeri dan tanah air mereka, dan yang selain itu yang
ada hubungannya dengan sejarah perawi dan keadaan mereka.3
Ilmu ini membahas dan menerangkan hal ihwal keadaan dan sejarah
singkat kehidupan para rawi yang menerima hadis dari Rasulullah yaitu sahabat
para rawi yang menerima hadis dari sahabat yakni tabi’in, para rawi yang
menerima hadis dari tabi’in yakni tabi’it tabi’in dan seterusnya. Disamping itu
ilmu ini juga membahas tentang muhadlramin, mawaly dan hal-hal yang
berpautan dengannya.4
C. Tujuan Ilmu Rijal Al-Hadist
Tujuan ilmu ini adalah untuk mengetahui bersambung atau tidaknya
sanad suatu hadis. Maksud persambungan sanad adalah pertemuan langsung
apakah perawi berita itu bertemu langsung dengan gurunya atau pembawa
berita ataukah tidak atau hanya pengakuan saja. Semua itu dapat dideteksi
melalui ilmu ini. Muttashilnya sanad ini nanti dijadikan salah satu syarat
kesahihan suatu hadis dari segi sanad.
Kemunculan Ilmu Rijal al-Hadis merupakan buah dari berkembang dan
menyebarnya penggunaan isnad serta banyaknya pertanyaan tentangnya. Dan
setiap maju zaman, maka makin banyak dan panjang jumlah perawi dalam
sanad. Maka perlu untuk menjelaskan keadaan perawi tersebut dan memisahmisahkannya, apalagi dengan munculnya bid’ah-bid’ah dan hawa nafsu serta
banyaknya pelaku dan pengusungnya. Karena itu tumbuhlah ilmu Rijaal yang
merupakan suatu keistimewaan ummat ini di hadapan ummat-ummat lainnya.
Akan tetapi kitab-kitab tentang Ilmu Rijal al-Hadis nanti muncul setelah
pertengahan abad-2. Dan karya tulis ulama yang pertama dalam hal ini adalah
kitab At Tarikh yang ditulis oleh Al Laits bin Sa’ad (wafat 175 H) dan kitab Tarikh
yang disusun oleh Imam Abdullah bin Mubarak (wafat 181 H). Imam adz3
Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Hadis, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005),
Hal. 75
4
Ahmad Darodji, dkk., Pengantar Ilmu Hadits, (Semarang: Duta Grafika, 1985), hal. 15.
Dzahabi menyebutkan bahwa Al Walid bin Muslim (wafat 195 H) juga memiliki
sebuah kitab Tarikh Ar Rijaal, lalu secara berturut-turut muncul karya-karya tulis
dalam ilmu ini, di mana sebelum masa kodifikasi ini pembahasan tentang
perawi hadis dan penjelasan hal ihwal mereka hanya bersifat musyafahah
(lisan), ditransfer sedemikian rupa oleh para ulama dari masa ke masa.
Ilmu ini juga membahas periwayatan yang tsiqah dan dha’if serta asal
usul tentang periwayatan hadis. Ilmu ini menjadi sangat penting dalam ilmu
hadis karena ilmu ini berkaitan dengan sanad dan matan sedang orang-orang
yang terhubung dengan mata rantai sanad adalah para periwayat hadis dan
mereka itu adalah objek dari Ilmu rijal al-hadis.5
D. Urgensi Ilmu Rijal Al-Hadist
Hal yang terpenting dalam Ilmu Rijal Al-Hadist adalah sejarah kehidupan
para tokoh tersebut, meliputi masa kelahiran dan wafat mereka, kepada siapa
saja
mereka
memperoleh
hadis
dan
kepada
siapa
saja
mereka
menyampaikannya.6
Dengan demikian akan diketahui ittishalus sanad (ketersambungan
sanad, antara satu perawi dengan perawi yang ada pada tingkat selanjutnya
dalam mata rantai sanad).
Sesungguhnya keutamaan sanad untuk menentukan hasil hadist yang
diperoleh darinya, dan hasil itulah sangat mulia dan sangat tinggi. Dengan
sanadlah dapat diketahui hadist mana yang diterima dan mana yang ditolak.
Mana yang sah dan mana yang tidak sah. Menurut pendapat Abdullah AlMubarak (ahli fikih dan hadist) tentang pentingnya sanad yaitu, “Menerangkan
sanad hadis termasuk tugas agama. Andaikata tidak diperlukan sanad, tentu
siapa saja dapat mengatakan apa yang dikehendakinya. Antara kami dengan
mereka ialah sanad. Perumpamaan orang yang mencari hukum-hukum
agamanya, tanpa memerlukan sanad, adalah semisal orang yang menaiki
5
6
Idri, Study Hadis……..Hal. 67
Khusniati Rifiah, Studi Ilmu Hadis, (Ponorogo: STAIN PO PRESS, 2010), hal. 95
loteng tanpa tangga”.7
E.
Contoh Ilmu Rijal Al-Hadist
ﻋﻦ ﻋﻤﺮﻭ ﺑﻦ ﺑﺠﺪﺍﻥ، ﻋﻦ ﺍﺑﻲ ﻗﻼﺑﺔ،ﻋﻦ ﺍﻳﻮﺏ،ﻋﻦ ﺳﻔﻴﺎﻥ،ﻗﻞ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻣﺨﻠﺪ،ﺍﺧﺒﺮﻧﺎ ﻋﻤﺮﻭ ﺑﻦ ﻫﺸﺎﻡ،
ﻋﻦ، ﺍﺻﻌﻴﺪ ﺍﻟﻄﻴﺐ ﻭﺿﻮﺀ ﺍﻟﻤﺴﻠﻢ،ﻗﻼ ﺭﺳﻮﻝ ﷲ،ﻋﻠﻲ ﺫﺭ،ﻭﺍﻥ ﻟﻢ ﺑﺠﺪ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﻋﺴﺮ ﺳﻨﻴﻦ
Telah mengabarkan kepada kami Amr bin Hisyam dia berkata; telah
menceritakan kepada kami Makhlad dari Sufyan dari Ayyub dari Abu Qilabah
dari Amr bin Bujdan dari Abu Dzar, dia mengatakan bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Debu yang suci adalah alat wudlu bagi
kaum Muslim, walaupun ia tidak mendapatkan air selama sepuluh tahun. (H.R
An-Nasai).
Untuk melihat kesahihan sebuah hadis, kaidah ilmu hadis menyatakan
bahwa yang pertama kali perlu di teliti adalah sanadnya. Bila sanadnya
dinyatakan sahih, barulah matannya bisa diperhatikan. Bila tidak maka
matannya dipandang tidak sahih lagi. Untuk menguji kesahihan sanad di atas,
berikut ini akan di telusuri identitas para perawinya, adapun jalur sanadnya
adalah :
Nabi SAW → Abi Dzar→ Amru bin Bujdan → Abi Qilabah → Ayub → Sufyan →
Mahlad → Hisyam → An-Nasa’i
Biografi Singkat Perawi Hadis
1.
Abi dzar.
Nama lengkapnya adalah Jundub bin Junadah bin Qias bin Amr dan
ada yang mengatakan bahwa namanya adalah Barir bin Junadah. Banyak
perbedaan pendapat tentang nama beliau, beliau termasuk kalangan
sahabat nabi. Negeri semasa hidup beliau yaitu di Madinah. Nabi
Muhammad pernah memerintahkan agar mencintai empat sahabatnya
diantaranya yaitu Abi Dzar. Beliau wafat pada tahun 32 H. Selain beliau
berguru kepada Nabi Muhammad SAW beliau juga berguru kepada
sahabat yaitu Mu’awiyah bin Abi Sofyan. Beberapa orang yang berguru
7
Muh.Zuhri, Hadis Nabi (Sejarah dan Metodologinya). (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1997),
hal. 118-119
kepadaya antara lain Abu Qilabah Abdullah bin Zaid, Usamah bin Salman,
Amr bin Bujdan dan lain sebagainya
2.
Amr bin bujdan
Nama lengkapnya yaitu Amr bin Bujdan Al-Amir Al-Bisri. Tentang
keadaan beliau al-hafidz berkata dalam kitabnya) At-Taqrib) bahwa Amr
bin Bujdan tidak diketahui keadaannya. Ad-Zahabi juga berkata demikian
didalam kitab “Al-Mizan”. Beliau banyak belajar dari Abi Dzar Al-Ghifari,
dan Abi Zaid Al-Anshari. Sedangkan murid beliau adalah Abu Qilabah.
Komentar ulama terhadap beliau yaitu, termasuk ulama “Tsiqqah”.
3.
Abi Qilabah.
Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Zaid bin Amr julukannya
yaitu Abu Qilabah Al-Bisri, beliau meninggal di Syam pada tahun 104 H.
Ada pula yang mengatakan bahwa beliau wafat pada tahun 106 H atau
107 H. Penilaian ulama terhadap beliau adalah “Tsiqah” menurut Al-‘Ajali.
Beliau pernah berguru ke beberapa ulama diantaranya Umar bin Khatab,
Abdurrahman bin Abi Lail, Abdurrrahman bin Harits, Amru bin Bujdan, dan
lain
sebagainya.
Orang-orang
yang
pernah
berguru
kepadanya
diantaranya Yahya bin Abi Katsir, Ayub, Khalid Al-Khada, dan lain
sebagainya.
4.
Ayub.
Nama lengkapnya adalah Ayyub bin Abi Tamimah Kaysan. Beliau
wafat pada tahun 131 H, pada umur 65 tahun. Di perkirakan beliau lahir
pada tahun 66 H. Beliau adalah dari golongan Tabi’in. Penilaian ulama
terhadapnya yaitu, menurut Abu Bakar bin Abi Khasimah, beliau (Ayub),
termasuk ulama hadis yang “Tsiqah”, dan dia lebih tsiqah dari pada Ibnu
Mu’ayan, dan apabila terdapat perbedaan di antara Ayub dan Ibnu
Mu’awan maka Ayub lebih di tsiqah dari padanya, dan darulqutni juga
pernah berkata bahwa Ayub adalah orang yang hafid dan tsiqah. Beliau
berguru kepada ulama-ulama diantaranya yaitu Ibrahim bin Maisarah,
Zaid bin Aslam, Zaid bin Jabir, Abi Qilabah dan lain sebagainya. Dan
orang-orang yang berguru kepadanya diantaranya yaitu Jarir bin Hazam,
Hasan bin Abi Ja’far, Sufyan Asauri, dan lain sebagainya.
5.
Sufyan
Nama lengkapnya adalah Sufyan bin Sa'id bin Masruq, beliau
memiliki nama julukan yaitu Abu Abdullah. Beliau lahir di Jurjani di desa
yang dikenal dengan At-Tsauri, kemudian di bawa ke Kufah, dan ketika
beliau sudah besar beliau kembali lagi ke Jurjani. Lahir pada tahun 97 H,
dan wafat pada tahun 161 H. Dan ada yang mengatakan juga bahwa
Sufyan bin Said lahir pada tahun 95 H,dan beliau wafat di Bashrah pada
bulan Sya’ban tahun 161. Diantara ulama yang pernah menjadi gurunya
antara lain Ibrahim bin ‘Uqbah, Ibrahim bin Maisarah, Israil abi Musa,
Ayub bin Abi Taimiyah dan lain sebagainya. Murid-muridnya antara lain
yaitu Ibrahim bin Said, Ishaq bin Yusuf, Mahklad bin Zaid, dan lain
sebagainya. Penilaian ulama terhadapnya yaitu termasuk hafidz, tsiqqah,
ahli ibadah, dan ahli fikih.
6.
Mahlad.
Nama lengkapnya yaitu Mahlad bin Yazid, beliau memiliki julukan
yaitu Abu Yahya, Beliau termasuk atba Tabi’in kalangan tua, beliau lahir
pada tahun 193 H. Guru-guru beliau di antaranya yaitu Said bin Basyir,
Sufyan Asauri, Abdurahman bin Tsabit dan lain sebagainya. Sedangkan
beberapa muridnya di antaranya yaitu Ibrahim bin Hasan, Ahmad bin
Bakar, Abdullah bin Muhammad, Abu Umayah Amr bin Hisyam. Para
ulama memiliki pendapat mengenai kepribadian Mahlad bin Yazid
diantaranya : Usman bin Sa’id pernah bertanya kepada Yahya bin Mu’ayan
tentang keadaan Mahlad bin Yazid kemudian yahya menjawab “tsiqah”.
7.
Amru bin Hisyam.
Nama lengkapnya adalah Amru bin Hisyam bin Yarin Al-Jaziri,
beliau mempunyai julukan yaitu Abu Umayah beliau wafat pada tahun 254
H, di Kufah ketika pergi haji. Ulama-ulama yang pernah menjadi gurunya
antara lain Abi Safwan Ishak, Sufyan bin ‘Uyainah, Mahlad bin Yazid, dan
lain sebaginya, dan murid-muridnya di antara lain yaitu An-Nasai, Ahmad
bin Hasan, Abu Ibrahim Ahmad bin Said, dan lain sebagainya. Penilaian
ulama terhadap beliau, yaitu Tsiqah (menurut An-Nasai).
8.
An-Nasai.
Nama lengkapnya adalah Ahmad bin Syu’aib bin Ali bin Sunan bin
Bahr bin Dinar, beliau dikenal juga dengan nama Abu Abdirrahman AnNasa’i, lahir pada tahun 215 H, dan wafat pada tahun 303 H, di Palestina,
dan ada yang mengatakan juga bahwa beliu wafat di Makkah, pada bulan
Safar tanggal 13. Beliau berguru kepada ulama di antaranya yaitu Amr bin
Yahya, ‘Imron bin Musa bin Hayan, Amru bin Hisyam Al-Jaziri dan lain
sebagainya. Penilaian ulama terhadap beliau yaitu “tsiqah, ahli fikih”
(menurut Abu Said bin Yunus).
F. Penutup
Dari sanad di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa jalur sanad hadis
yang diriwayatkan oleh An-Nasai, telah memenuhi syarat-syarat kesahihan
sanad. Dilihat dari ketersambungan sanad perawi yang terlibat terbukti
memiliki relasi sebagai guru murid, dan intelektualitas “tsiqah” mereka juga
tidak di ragukan lagi, dan tidak ada cela (ilat) pada perawi tersebut.
Ilmu rijal hadis adalah ilmu yang membahas tentang hal-hal ikhwal dan
sejarah para rawi dari kalangan sahabat, tabiin, atba’al-tabiin. Ilmu yang
membahas para perawi hadist, baik dari sahabat, dari tabi’in, maupun dari
angkatan-angkatan sesudahnya. Ilmu ini memiliki objek kajian yang sangat jelas
yaitu tentang kisah hidup para periwayat yang meriwayatkan hadis Nabi.
DAFTAR PUSTAKA
Idri, Studi Hadis, 2010, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Herdi, Asep, Memahami Ilmu Hadis, 2004, Bandung: Tafakur Kelompok
Humaniora
Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Hadis, 2005, Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar. Darodji, Ahmad dkk., Pengantar Ilmu Hadits, 1985, Semarang: Duta
Grafika.
http://chalw.blogspot.com/2015/02/contoh-ilmu-rijal-al-hadis.html,
Diakses
pada pukul 20.00
Rifiah, Khusniati, Studi Ilmu Hadis, 2010, Ponorogo: STAIN PO PRESS
Muh.Zuhri, Hadis Nabi (Sejarah dan Metodologinya). 1997, Yogyakarta: Tiara
Wacana Yogya