Academia.eduAcademia.edu

Tugas makalah ibu Vina

SAMPUL M MAKALAH KEBUTUHAN SEKSUAL, KONSEP KECEMASAN, DAN PENYAKIT KRONIS & KEMATIAN DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN DASAR Oleh : FIRSYA DITA MAULINDA LIPUTO NIM : P00220217013 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII KEPERAWATAN T . A 2017/2018 KATA PENGANTAR Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah – Nyalah sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat membantu bagi semua pihak untuk mendalami keperawatan dasar terutama dalam lingkungan mahasiswa. Poso, 16 Maret 2018 Penyusun Firsya Dita Maulinda Liputo DAFTAR ISI SAMPUL i KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii BAB I PEMBAHASAN 1 A. Kebutuhan Seksual 1 B. Konsep Kecemasan 5 C. Penyakit Kronis dan Kematian 8 DAFTAR PUSTAKA 11 BAB I PEMBAHASAN Kebutuhan Seksual Definisi Kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi perasaan dua orang individu secara pribadi yang saling menghargai, memperhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi hubungan timbal balik (feed back) antara kedua individu tersebut. Tinjauan Seksual Dari Beberapa Aspek Aspek Biologis. Aspek ini memandang seksual seperti pandangan anatomi dan fisiologis dari sistem reproduksi (seksual) kemampuan organ seks, dan adanya hormonal serta sistem saraf yang berfungsi atau berhubungan dengan kebutuhan seksual. Aspek Psikologis. Aspek ini merupakan pandangan terhadap indentitas jenis kelamin, sebuah perasaan dari diri terhadap kesadaran identitasnya, serta memandang gambaran seksual atau bentuk konsep diri yang lain. Misalnya kalau perempuan, merasa tertarik dengan laki-laki, akan berhias mempercantik diri bila bertemu laki-laki, demikian pula sebaliknya. Aspek sosial budaya. Aspek ini merupakan pandangan budaya atau keyakinan yang berlaku di masyarakat terhadap keutuhan seksual serta perilaku nya di masyarakat. Misalnya perempuan sebelumnya menikah harus perawan. Di pedesaan perempuan umur 20 tahun belum menikah dikatakan perawan tua atau tidak laku, dan sebagainya. Perkembangan Seksual Masa pranatal bayi Masa ini komponen fisik atau biologis sudah mulai berkembang. berkembangnya organ seksual maupun merespons rangsangan, seperti adanya ereksi penis pada laki-laki dan adanya pelumas bagian pada wanita. Perilaku ini terjadi ketika mandi, bayi merasakan adanya perasaan senang. Menurut Sigmund Freud, tahap perkembangan psiko seksual pada masa ini adalah sebagai berikut. Tahap oral, terjadi pada umur 0-1 tahun. Kepuasan, kesenangan, atau kenikmantan dapat dicapai dengan menghisap, menggigit, mengunyah, atau bersuara. Anak memiliki ketergantungan sangat tinggi dan selalu minta dilindungi untuk mendapatkan rasa aman. Masalah yang diperoleh pada tahap ini adalah masalah makan. Tahap anal, terjadi pada umur 1-3 tahun. Kepuasan pada saat ini terjadi pada saat pengeluaran feses. Anak mulai menujukan keakuannya, sikapnya sangat narsistik (cinta terhadap diri sendiri), dan egois, anak juga mulai mempelajari struktur tubuhnya. Pada tahap ini anak sudah dapat dilatih dalam hal kebersihan. Fase Kanak-kanak Tahap oedipal atau falik terjadi pada usia 3-5 tahun, kepuasan anak terletak pada rangsangan otoerotis, yaitu meraba – raba, merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya. Anak juga mulai menyukai lain jenis. Anak laki-laki cenderung suka pada ibunya dari pada ayahnya, sebaliknya anak perempuan lebih suka pada ayahnya. Anak muali dapat mengidentifikasi jenis kelaminnya, apakah laki – laki atau perempuan, belajar melalui interaksi dengan figure orang tua, serta mulai mengembangkan peran sesuai dengan jenis kelaminnya. Tahap laten terjadi pada usia 5-12 tahun. Kepuasan anak mulai terintegrasi, mereka memasuki masa pubertas dan berhadapan langsung pada tuntutan sosial, seperti suka hubungan dengan kelompoknya atau teman sebaya. Pada masa sekolah ini, anak sudah banyak bertanya tentang hal seksual melalui interaksi dengan orang dewasa, membaca, atau berfantasi. Masa pubertas Masa ini sudah terjadi kematangan fisik dari aspek sosial, dan akan terjadi kematangan psikososial. Terjadi perubahan secara psikologis ini ditandai dengan adanya perubahan dalam citra tubuh, perhatian yang sangat besar terhadap perubahan fungsi tubuh, pembelajaran tentang perilaku, kondisi sosial dan perubahan lain, seperti perubahan berat badan, tinggi badan, perkembangan otot, atau menstruasi bagi wanita. Tahap genital terjadi pada umur 12 tahun tahap ini merupakan tahap suka pada lawan jenis sudah matang. Masa dewasa muda dan pertengahan umur Pada tahap ini perkembangan fisik sudah cukup dan ciri seks sekunder mencapai puncaknya yaitu pada usia 18-30 tahun. Pada masa pertengahan umur terjadi perubahan hormonal, pada wanita ditandai dengan penurunan estrogen, pengecilan payudara dan jaringan vagina, penurunan cairan vagina, selanjutnya akan terjadi penurunan reaksi ereksi, pada pria ditandai dengan penurunan ukuran penis dan semen. Masa dewasa tua Perubahan yang terjadi pada tahap ini pada wanita diantaranya adalah atropi pada vagina dan jaringan payudara, penurunan cairan vagina, dan penurunan intensitas orgasme pada wanita, sedangkan pada pria akan mengalami penurunan produksi sperma, berkurangnya intensitas orgasme, terlambatnya pencapaian ereksi, dan pembesaran kelenjar prostat. Penyimpangan - Penyimpangan Seksual pada Orang Dewasa Ada beberapa penyimpangan seksual yang sekarang menjadi trend, yang tentunya sangat mengganggu ketenangan kita bermasyarakat. Penyimpangan itu adalah: Pedofilia. Kepuasan seksual dapat dicapai pada objek anak-anak disebabkan kelainan mental. Anak-anak adalah tempat pemuas nafsu seks orang-orang ini. Kasus seperti ini pada era sekarang semakin meningkat, dan kita sebagai tenaga kesehatan harus bisa mencegah kejadian ini, karena merupakan kasus kelainan mental. Eksibisionisme. Pada keadaan ini, kepuasan seksual seseorang dicapai dengan mempertontonkan alat kelamin di depan umum. Keadaan ini pun merupakan kelainan mental yang harus dilakukann perawatan. Fetisisme. Kepuasan seksual dapat dicapai dengan menggunakan benda seks seperti sepatu hak tinggi, pakaian dalam, stoking atau lain-lain disebabkan karena eksperimen seksual dan bedah pergantian kelamin. Transvestisme. Kepuasan seksual dicapai dengan menggunakan pakaian lawan jenis dan melakukan peran seks yang berlawanan misalnya pria yang senang menggunakan pakaian dalam wanita. Voyerisme atau skopofilia. Kepuasan seksual dicapai dengan melihat alat kelamin orang lain atau aktivitas seksual yang dilakukan orang lain Homoseksual dan lesbianisme. Penyimpangan seksual ditandai dengan ketertarikan fisik maupun emosi kepada sesama jenis. Maksudnya laki-laki tertarik pada laki-laki juga, dan perempuan tertarik pada perempuan juga. Zofilia. Kepuasan seksual seseorang dicapai dengan objek binatang, bisa terjadi pada binatang seperti sapi, anjing, kuda, bahkan ayam. Sodomi. Kepuasan seksual dicapai bila berhubungan melalui anus. Hal ini sangat berbahaya bagi perempuan bisa terjadi perdarahan karena pecahnya pembuluh darah pada anus, dan Mbahaya pada laki-laki bisa terjadi infeksi karena anus adalah tempat tinja yang semua orang tahu banyak bakteri terdapat disana. Bentuk Abnormalitas Seksual Akibat Dorongan Seksual Abnormal Perzinahan. Bentuk seksualitas antara laki-laki dan wanita yang bukan suami istri. Frigiditas. Yaitu ketidakmampuan wanita mengalami hasrat seksual atau orgasme pada saat bersenggama. Impotensi. Ketidakmampuan pria untuk melakukan relasi seks atau senggama atau ketidakmampuan pria dalam mencapai atau mempertahankan ereksi. Ejakulasi Prematur. Yaitu terjadinya pembuangan sperma yang terlalu dini. Vaginismus. Yaitu terjadinya kejang yang berupa penegangan atau pengerasan sehingga penis terjepit dan tidak biasa keluar. Anorgasme. Yaitu kegagalan dalam mencapai klimaks selama bersenggama Siklus Respons Seksual Tahap suka cita. Merupakan tahap awal dalam respon seksual pada wanita ditandai dengan banyaknya lendir pada daerah vagina, dinding vagina mengalami ekspansi atau menebal, meningkatnya sensitivitas klitoris, puting susu menegang, dan ukuran buah dada meningkat. Pada laki-laki ditandai dengan ketegangan atau ereksi pada penis dan penebalan atau elevasi pada skrotum. Tahap kestabilan. Pada tahap ini wanita mengalami retraksi di bawah klitoris, adanya lendir yang banyak dari vagina dan labiya mayora, elevasi dari serviks dan uterus, serta meningkatnya otot-otot pernapasan. Pada laki-laki ditandai dengan meningkatnya ukuran gland penis dan tekanan otot pernapasan. Tahap orgasme (puncak). Tahap puncak dalam siklus seksual pada wanita ditandai adanya kontraksi yang tidak disengaja dari uterus, rektal dan spinchter uretra, serta otot-otot lainnya, terjadi hiperventilasi dan meningkatnya denyut nadi. Pada laki-laki ditandai dengan relaksasi pada spinchter kandung kencing, hiperventilasi, dan meningkatnya denyut nadi. Tahap resolusi (peredaan). Merupakan tahap terakhir dalam siklus respons seksual, pada wanita ditandai adanya relaksasi dari dinding vagina secara berangsur-angsur, perubahan warna dari labiya mayora, pernapasan, nadi, tekanan darah, otot-otot berangsur-angsur kembali normal. Pada laki-laki ditandai dengan menurunnya denyut pernapasan dan denyut nadi serta melemahnya penis. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Masalah Seksual Tidak adanya panutan (role mode). Gangguan struktural dan fungsi tubuh, seperti adanya teruma, obat, kehamilan atau abnormalitas anatomi genetalia. Kurang pengetahuan atau informasi yang salah mengenai masalah seksual. Penganiayaan secara fisik. Adanya penyimpangan psikoseksual. Konflik terhadap nilai. Kehilangan pasangan karena perpisahan atau kematian. Konsep Kecemasan Definisi Kecemasan atau dalam bahasa inggris anxiety berasal dari bahasa latin angustus yang berarti kaku,dan ango, anci yang berarti mencekik. Konsep kecemasan memegang peranan yang sangat mendasar dalam teori – teori tentang stres dan penyesuaian diri (Lazarus, 1961). Johnston (1971) yang menyatakan bahwa kecemasan dapat terjadi karena kekecewaan, ketidakpuasan, perasaan tidak aman, atau adanya permusuhan dengan orang lain. Menurut Post (1978), kecemasan adalah kondisi emosional yang tidak menyenangkan, yang ditandai oleh perasaan – perasaan subjektif seperti ketegangan, ketakutan, kekhawatiran, dan juga ditandai dengan aktifnya sistem saraf pusat Menurut Sivilitar (2007), kecemasan adalah perasaan yang dialami ketika seseorang terlalu mengkhawatirkan kemungkinan peristiwa yang menakutkan yang terjadi di masa depan yang tidak bisa dikendalikan dan jika itu terjadi akan dinilai sebagai mengerikan. Tingkatan Kecemasan Jersild (1963) menyatakan bahwa ada dua tingkat kecemasan, yaitu : Kecemasan Normal, yaitu pada saat individu masih menyadari konflik-konflik dalam diri yang menyebabkan cemas. Kecemasan Neurosis, yaitu ketika individu tidak menyadari adanya konflik dan tidak mengetahui penyebab cemas. Menurut Bucklew (1980), para ahli membagi bentuk kecemasan itu dalam dua tingkat, yaitu sebagai berikut. Tingkat Psikologis, yaitu kecemasan yang berwujud sebagai gejala-gejala kejiwaan, seperti tegang, bingung, khawatir, sukar berkonsentrasi, persaan tidak menentu, dan sebagainya. Tingkat Fisiologis, yaitu kecemasan yang sudah mempengaruhi atau terwujud pada gejala-gejala fisik, terutama pada fungsi sistem saraf, misalnya tidak dapat tidur, jantung berdebar-debar, gemetar, perut mual, dan sebagainya. Gejala Kecemasan Gejala-gejala somatis yang dapat menunjukan kecemasan adalah muntah-munta, diare, denyut jantung yang bertambah keras, sering kali buang air, napas sesak desertai tremor pada otot. Kartono(1981) menyebutkan bahwa kecemasan ditandai dengan emosi yang tidak stabil, sangat mudah tersinggung dan marah, sering dalam keadaan exited atau gempar gelisah. Manifestasi kecemasan terwujud dalam empat hal berikut: Menifestasi kognitif, yaitu terwujud dalam pikiran seseorang, sering kali memikirkan tentang malapetaka atau kejadian buruk yang akan terjadi. Perilaku motorik, kecemasan seseorang terwujud dalam gerakan tidak menentu seperti gemetar. Perubahan somatis muncul dalam keadaan mulut kring, tangan dan kaki dingin, diare, sering kencing, ketegangan otot, peningkatan tekanan darah, dan lain-lain. Hampir semua penderita kecemasan menunjukan peningkatakn detak jantung,respirasi, ketegangan otot, dan tekanan darah. Afektif, diwujudkan dalam perasaan gelisah, dan perasaan tegang yang berlebihan. Faktor - faktor yang Memengaruhi Kecemasan Faktor Internal Usia. Permintaan bantuan dari sekeliling menurun dengan bertambahnya usia, pertolongan diminta bila ada kebutuhan akan kenyamanan, ressurance, dan nasehat-nasehat. Pengalaman. Individu yang mempunyai modal kemampuan pengalaman menghadapi stres dan punya cara menghadapinya akan cenderung lebih menganggap stres yang berapapun sebagai masalah yang bisa diselesaikan. Aset Fisik. Orang dengan aset fisik yang besar, kuat dan garang akan menggunakan aset ini untuk menghalau stres yang datang mengganggu. Faktor Eksternal Pengetahuan Seseorang yang mempunyai ilmu pengetahuan dan kemmpuan intelektual akan dapat meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri dalam menghapi stres mengikuti berbagai untuk meningkatka kemampuan diri akan banyak menolong individu tersebut. Pendidikan Peningkatan pendidikan dapat pula mengurangi rasa tidak mampu untuk menghadapi stres. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan mudah dan semakin mampu mengahdapi sres yang ada. Finansial/Material Aset berupa harta yang melimpah tidak akan menyebabkan individu tersebut mengalami stres berupa kekavauan finansial, bila hal ini dibandingkan orang yangaset finansialnya terbatas. Keluarga Lingkungan kecil dimuali dari lingkungan keluarga, peran pasangan dalam hal ini sangat berarti dalam memberi dukungan. Obat Obat-obat mempunyai khasiat mengatasi ansietas sehingga penderitanya cukup tenang. Dukungan sosial budaya Dukungan sosial dan sumber-sumber masyarakat sera dukungan sekitar individu akan membantu seseorang dalam menghadapi stres, pemecahan masalah bersama-sama dan tukar pendapat dengan orang disekitanya akan membuat situasi individu lebih siap menghadapi stres yang akan datang. Tingkat Kecemasan Kecemasan Ringan. Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari menyebabkan seseorang jadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar serta menghasilkan kreatifitas. Kecemasan Sedang. Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mengalami perhatian selektif namun dapat emotivasi belajar serta menghasilkan kreativitas. Kecemasan Berat. Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada oranglain. Panik. Berhubungan dengan ketakutan dan teror, karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian, peningkatan aktivitas menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan tidak sebagian sejalan dengan kehidupan dan jika berlangsung terus dalam waktu yang malam dapat terjadi kelelahan. Intervensi Keperawatan Kecemasan tingkat sedang Pengenalan terhadap sumber kecemasan. Menyadari adanya cemas. Membantu memiliki koping terhadap ancaman. Meningkatkan respon relaksasi. Kecemasan tingkat berat dan panik Menjalin hubungan saling percaya. Meningkatkan kesadaran diri. Anjurkan klien untuk menjelaskan kecemasan yang dapat dikontrolnya sehingga dengan berada dalam situasi aman. Modifikasi lingkungan. Fasilitas lingkungan dengan stimulus yang minimal, tenang dan membatasi interaksi dengan orang lain atau kurangi kontrak dengan penyebab stresnya. Intervensi keperawatan mencakup pemberian pengobatan dan biasanya diberikan antidepresan dan antipsikotik. Penyakit Kronis dan Kematian Definisi Penyakit kronis adalah penyakit yang membutuhkan waktu yang cukup lama, tidak terjadi secara tiba-tiba atau spontan, dan biasanya tidak dapat disembuhkan dengan sempurna. Penyakit kronis sangat erat hubungannya terhadap kecacatan dan timbulnya kematian. (Adelman dan Daly, 2001). Sakit kronis biasanya berlangsung lebih dari enam bulan, orang yang menderita penyakit kronis cenderung memiliki tingkat kecemasan yang tinggi dan dapat memengaruhi fungsi pada berbagai dimensi. Klien dapat mengalami fluktuasi fungsi yang dapat mengacam jiwa. Rasa sakit yang derita akan mengganggu aktivitasnya sehari-hari, tujuan dalam hidup, dan kualitas tidurnya (Affleck et al. Dalam sarafino,2006). Penderita sakit kronis menyerupai penderita cacat karena keduanya memiliki keterbatasan (dalam tingkat keparahan yang berbeda) dalam fungsi akibat proses patologis atau cidera. Penyebab Penyakit Kronis Penyakit kronis dapat diderita oleh semua kelompok usia, tingkat sosial ekonomi, dan budaya. Ada banyakm kemungkinan penjelasan seperti mengapa penyakit kronis menjadi masalah kesehatan utama di Negara-negara maju, termasuk alasan-alasan berikut : Kemajuan bidang kedokteran modern yang telah mengarah pada menurunnya angka kematian dari penyakit infeksi Nutrisi yang membaik dan peraturan yang ketat yang mengatur keselamatan di tempat kerja yang telah memungkinkan orang hidup lebih lama Gaya hidup yang berkaitan dengan masyarakat modern yang telah meningkatkan insiden penyakit kronis. Beberapa penyebab penyakit kronis yaitu sebagai berikut : Trauma emosional. Rasa trauma atau sakit emosional dapat mempengaruhi rasa sakit kronis secara fisik. Trauma emosional dapat merangsang microglia, sebuah molekul yang berhubungan dengan sistem saraf. Ada dua hal yang terjadi jika terjadi trauma emosional yakni nyeri kronis disertai dengan gangguan psikologis. Obat penghilang rasa sakit Kualitas tidur yang buruk Kerusakan system pencernaan Kekurangan magnesium Fase - fase Penyakit Kronis Fase pra-trajectory adalah risiko terhadap penyakit kronis karena faktor-faktor genetik atau perilaku. Fase trajectory adalah adanya gejala yang berkaitan dengan penyakit kronis. Fase stabil adalah tahap terjadi ketika gejala-gejala dan perjalanan penyakit terkontrol Fase tidak stabil adalah periode ketidakmampuan untuk menjaga gejala tetap terkontroll atau rektivitas penyakit. Fase akut adalah fase yang ditandai dengan gejala-gejala yang berat dan tidak dapat pulih atau komplikasi yang membutuhkan perawatan. Fase krisis adalah fase yang ditandai dengan situasi kritis atau mengancam jiwa yang membutuhkan pengobatan. Fase pulih adalah keadaan pulih kembali pada cara hidup. Fase penurunan adalah kejadian yang terjadi ketika perjalanan penyakit berkembang. Fase kematian adalah tahap terakhir yang ditandai dengan penurunan bertahap atau cepat fungsi dan penghentian hubungan individual. Definisi Kematian Kematian adalah penghentian permanen semua fungsi tubuh yang vital, akhir kehidupan dari manusia. Lahir dan menjelang ajal dan kematian bersifat universal. Meskipun unik bagi setiap individu , kejadian - kejadian tersebut bersifat normal dan merupakan proses hidup yang diperlukan. Kematian diterima sebagai perkembangan hidup yang alami. Terjadi dengan kehadiran keluarga, teman, tetangga dan anak-anak. Lingkungan Menjelang Ajal Rumah sakit perawatan akut Meskipun sebagian besar kematian terjadi di institusi layanan kesehatan, rumah sakit perawatan akut dapat menjadi tempat terakhir yang cocok bagi lansia untuk menjelang ajal. Perawatan jangka panjang Institusi perawatan jangka panjang memberikan pelayanan kesehatan bagi lansia yang memerlukan pengobatan untuk penyakit kronis dan disabilitas yang tidak memungkinkan pemberian perawatan di rumah atau ditempat lainnya. Perawatan dirumah Untuk alternatif ini beberapa faktor perlu dipertimbangkan karena perawatan terhadap orang yang menjelang ajal dirumah dapat menciptakaan ketegangan lebih bagi pemberi perawatan. Perawatan di rumah sangat bergantung pada besarnya komitmen dan kekuatan beberapa orang untuk mengkoordinasikan dan memberikan perawatan. Namun pemberi asuhan perawatan perlu mengkaji kekuatan pribadinya , kemampuan, dan keterbatasan yang berkaitan dengan peran baru. Tanda – tanda Kematian Secara tradisional, tanda – tanda kematian dapat dilihat melalui perubahan – perubahan nadi, respirasi, dan tekanan darah. Pada tahun 1968, world medical assembly menetapkan beberapa petunjuk tentang indikasi kematian, yaitu tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar secara total, tidak ada gerakan dari otot, tidak ada reflex, dan gambaran mendatar pada EKG. Tipe – tipe Perjalanan Menjelang Kematian Ada empat proses kematian, yaitu : Kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui, yaitu adanya perubahan dengan cepat dari fase akut ke kronis. Kematian yang pasti dengan waktu yang tidak bisa diketahui, biasanya terjadi pada penyakit yang kronis. Kematian yang belum pasti, kemungkinan sembuh belum pasti, biasanya terjadi pada klien dengan operasi radikal karena adanya kanker. Kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu. Terjadi pada klien dengan sakit kronis dan telah berjalan lama. Perubahan Tubuh Setelah Kematian Terdapat beberapa perubahan tubuh setelah kematian, yaitu : Rigor mostis atau kaku dapat terjadi sekitar 2 – 4 jam setelah kematian. Algor mortis atau dingin, suhu tubuh perlahan – lahan turun. Post morten decomposition, yaitu terjadi livor mortis pada daerah yang tertekan serta melunaknya jaringan yang dapat menimbulkan banyak bakteri. DAFTAR PUSTAKA A.Aziz alimul hidayat. Uliyah musrifatul. 2014 . Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia . Jakarta Selatan : Salemba Medikal Suddarth dan Brunner. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Volume 1. Jakarta: Buku Kedokteran ECG Wahit Iqbal Mubarak. Lilia Indrawati . Joko Susanto . 2015 . Ilmu Keperawatan Dasar .Jakarta Selatan: Salemba Medikal 1 3