Academia.eduAcademia.edu

BUILDING LEARNING COMMITMENT (BLC) Oleh

PENGANTAR Dalam suatu pelatihan biasanya selalu diawali dengan materi Building Learning Commitment (BLC). BLC selalu ditaruh diawal pelatihan untuk menyiapkan peserta siap mengikuti pelatihan. Mungkin tiap fasilitator atau lembaga pelatihan punya versi sendiri-sendiri dalam mengampu materi ini. Jumlah jam pelajaran (JP) sangat mempengaruhi jumlah dan lamanya pokok bahasan dari pada BLC, kisarannya antara 2-10 JP@ 45 menit. Tulisan ini sebagai sharing terhadap mata diklat BLC yang pernah saya lakukan, baik di dalam maupun di luar Bapelkes D.I. Yogyakarta. APA ITU BLC? Menilik arti BLC jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti membangun komitmen belajar. Komitmen belajar tentunya dari peserta dalam mengikuti pelatihan. Kesuksesan pelatihan ditentukan oleh peserta, panitia dan fasilitator. Dalam kaitannya dengan BLC, yang dibangun adalah kesuksesan pelatihan dari unsur peserta. Maka dalam BLC perlu ditekankan komitmen peserta dalam mengikuti pelatihan. Yang perlu diketahui adalah bagaimana komitmen belajar mereka dalam mengikuti pelatihan dan motivasi dari fasilatator agar mereka mempunyai komitmen belajar selama mengikuti pelatihan. Komitmen adalah janji atau kesanggupan yang pasti untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Maka diawal BLC peserta juga ditanya apa keinginan, tujuan, motivasi mereka mengikuti pelatihan. Jika mereka sangat membutuhkan pelatihan tersebut, tentu motivasi mereka mengikuti pelatihan sangat tinggi dan mereka akan serius mengikuti pelatihan sampai selesai. Tetapi motivasi peserta pelatihan bervariasi, ada yang karena diperintah atasan (baik suka atau tidak suka), refreshing karena ingin keluar dari rutinitas kerja, mendapat teman baru, bisa jalan-jalan (apalagi kalau pelatihannya di tempat tertentu yang dekat dengan daerah wisata, seperti Jogja, Denpasar, Mataram, Manado, Batam, dsb.), mendapat tambahan penghasilan karena diakhir pelatihan di-sanguni oleh panitia, dan lain-lain motiv. Dari motiv yang bermacam-macam itu, fasilitator harus berusaha agar peserta mempunyai motiv yang sama dan satu, yaitu bahwa pelatihan tersebut sangat penting dan bermanfaat dan akan berusaha untuk mengikuti pelatihan sampai selesai. Agenda dalam BLC biasanya terdiri dari: perkenalan, ice breaking, pemilihan pengurus kelas, harapan dan kesepakatan norma-norma selama pelatihan. Dalam literatur lain, dalam BLC juga disampaikan tentang gaya belajar peserta, seperti auditori, visual dan kinestetik. Jika waktunya cukup, gaya belajar bisa disampaikan dalam BLC. Gaya belajar seseorang mempengaruhi efektivitas belajarnya.

BUILDING LEARNING COMMITMENT (BLC) Oleh: Agung Jaya Endranto, SKM Widyaiswara Muda Bapelkes D.I. Yogyakarta [email protected] PENGANTAR Dalam suatu pelatihan biasanya selalu diawali dengan materi Building Learning Commitment (BLC). BLC selalu ditaruh diawal pelatihan untuk menyiapkan peserta siap mengikuti pelatihan. Mungkin tiap fasilitator atau lembaga pelatihan punya versi sendiri-sendiri dalam mengampu materi ini. Jumlah jam pelajaran (JP) sangat mempengaruhi jumlah dan lamanya pokok bahasan dari pada BLC, kisarannya antara 2-10 JP@ 45 menit . Tulisan ini sebagai sharing terhadap mata diklat BLC yang pernah saya lakukan, baik di dalam maupun di luar Bapelkes D.I. Yogyakarta. APA ITU BLC? Menilik arti BLC jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti membangun komitmen belajar. Komitmen belajar tentunya dari peserta dalam mengikuti pelatihan. Kesuksesan pelatihan ditentukan oleh peserta, panitia dan fasilitator. Dalam kaitannya dengan BLC, yang dibangun adalah kesuksesan pelatihan dari unsur peserta. Maka dalam BLC perlu ditekankan komitmen peserta dalam mengikuti pelatihan. Yang perlu diketahui adalah bagaimana komitmen belajar mereka dalam mengikuti pelatihan dan motivasi dari fasilatator agar mereka mempunyai komitmen belajar selama mengikuti pelatihan. Komitmen adalah janji atau kesanggupan yang pasti untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Maka diawal BLC peserta juga ditanya apa keinginan, tujuan, motivasi mereka mengikuti pelatihan. Jika mereka sangat membutuhkan pelatihan tersebut, tentu motivasi mereka mengikuti pelatihan sangat tinggi dan mereka akan serius mengikuti pelatihan sampai selesai. Tetapi motivasi peserta pelatihan bervariasi, ada yang karena diperintah atasan (baik suka atau tidak suka), refreshing karena ingin keluar dari rutinitas kerja, mendapat teman baru, bisa jalan-jalan (apalagi kalau pelatihannya di tempat tertentu yang dekat dengan daerah wisata, seperti Jogja, Denpasar, Mataram, Manado, Batam, dsb.), mendapat tambahan penghasilan karena diakhir pelatihan di-sanguni oleh panitia, dan lain-lain motiv. Dari motiv yang bermacam-macam itu, fasilitator harus berusaha agar peserta mempunyai motiv yang sama dan satu, yaitu bahwa pelatihan tersebut sangat penting dan bermanfaat dan akan berusaha untuk mengikuti pelatihan sampai selesai. Agenda dalam BLC biasanya terdiri dari: perkenalan, ice breaking, pemilihan pengurus kelas, harapan dan kesepakatan norma-norma selama pelatihan. Dalam literatur lain, dalam BLC juga disampaikan tentang gaya belajar peserta, seperti auditori, visual dan kinestetik. Jika waktunya cukup, gaya belajar bisa disampaikan dalam BLC. Gaya belajar seseorang mempengaruhi efektivitas belajarnya. BLC adalah: Suatu proses pembelajaran untuk mempersiapkan peserta guna mengikuti proses belajar secara individual, kelompok dan menyeluruh, yang mengubah diri kearah positif baik secara intelektual maupun emosional. Merupakan suatu proses membangun komitmen peserta diklat untuk mengikuti proses belajar secara individual, kelompok maupun bersama secara menyeluruh dalam upaya mengembangkan wawasan, intektual maupun emosional. Tujuan BLC: Menghilangkan kecemasan/ketegangan dan jarak antara peserta dengan peserta, antara peserta dengan panitia, antara peserta dengan fasilitator. Membangun suasana pergaulan yang informal Menciptakan suasana persiapan pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan Mendorong peserta baik secara individual maupun kelompok siap untuk belajar kelompok Latar belakang adanya BLC: Situasi kerja yang rutin sangat berbeda dengan situasi belajar. Lingkungan kerja yang berbeda dengan lingkungan diklat. Peserta umumnya belum saling kenal Peserta sangat heterogen dalam hal latar belakang: pendidikan, sosial ekonomi, jenis kelamin, umur, suku, pendidikan, sosial ekonomi, jenis kelamin, umur, agama, dan lain-lain Karakteristik peserta berbeda baik fisik maupun psikis. Perkenalan dan ice breaking Di awal BLC yang sering dilakukan adalah perkenalan antar peserta. Fasilitator BLC biasanya MOT (Master of Training) pelatihannya (sekarang dikenal dengan Pengendali Diklat/PD). Sehingga selain saling kenal antar peserta, juga antar peserta dengan MOT dan panitia. Teknik perkenalan macam-macam, diantaranya: Peserta dibagi beberapa kelompok kecil, misalnya dari 30 peserta dibagi menjadi 3 kelompok @ 10 orang. Perkenalan dilakukan dalam kelompok dulu misalnya tiap orang menyebutkan identitas dirinya seperti nama, pendidikan terakhir, tempat/tanggal lahir, instansi, alamat rumah. Setelah perkenalan dalam satu kelompok, dilanjutkan perkenalan dengan anggota kelompok lain; salah satu anggota kelompok memperkenalkan anggota kelompoknya kepada kelompok lain. Setelah selesai diperkenalkan, fasilitator meminta kelompok lain menyebutkan anggota kelompok tadi. Perkenalan dilanjutkan ke kelompok lain yang belum memperkenalkan anggotanya. Fasilitator menanyakan kepada peserta yang bisa menyebutkan identitas semua peserta. Dalam proses perkenalan ini ada peserta yang langsung bisa mengingat/hafal semua temannya dalam satu kelas, tetapi juga ada yang belum mampu semuanya. Dalam proses pembelajaran dihari berikutnya mereka secara alami akan mengenal teman-teman sekelasnya dengan lebih akrab lagi, apalagi bila sering terjadi interaksi seperti dalam diskusi kelompok. Agar peserta lebih mengenal satu dengan lainnya, panitia harus merubah lokasi duduk peserta dengan memindah table name yang ada di tiap meja peserta. Tiap peserta diberi potongan kertas. Dia harus mencari potongan kertas lainnya dari teman lainnya yang akan membentuk suatu bentuk, misalnya bulatan. Tiap bulatan bisa dibagi menjadi 5 potongan untuk 5 orang. Maka 5 orang tersebut harus mencari potongan yang sesuai agar bisa membentuk bulatan. Setelah menjadi bulatan, ke 5 orang itu saling memperkenalkan diri. Dilanjutkan dengan perkenalan dengan kelompok lainnya. Hampir mirip dengan di atas, tiap peserta diberi sepotong kertas yang berisi 1 kata. Dia harus mencari potongan kertas dari teman lainnya yang akan membentuk suatu kalimat, misalnya pribahasa. Jika kalimat tersebut sudah lengkap, para anggotanya saling memperkenalkan diri. Kemudian dilanjutkan dengan perkenalan kelompok lainnya. Fasilitator berdiri di tengah lingkaran peserta sambil membawa 1 bola tenis, kemudian memberikan/melemparkan bola tenis kepada salah satu peserta. Peserta yang mendapatkan bola memperkenalkan dirinya. Setelah memperkenalkan diri, dia melempar bola tenis kepada teman lainnya. Yang mendapat bola, memperkenalkan dirinya. Demikian seterusnya sampai semua peserta mendapat bola dan memperkenalkan dirinya. Bila peserta telah saling mengenal, masing-masing memperkenalkan temannya dengan kesan/pendapatnya yang positif dan unik dan spesifik tentang teman yang telah dikenalnya itu. Seterusnya secara bergantian, saling memperkenalkan. Satu orang hanya boleh memperkenalkan satu orang saja, dan harus orang yang berbeda dengan sebelumnya. Waktu dibatasi agar tidak berkepanjangan. Lakukan evaluasi, siapa di antara peserta yang dapat menyebutkan kembali nama yang telah diperkenalkan tadi sebanyak-banyaknya. Berikan hadiah untuk merayakan. Agar peserta tetap saling kenal setelah selesai pelatihan, diakhir pelatihan sebaiknya panitia memberikan biodata semua peserta pelatihan. Ada juga peserta yang berinisiatif membentuk grup WA (whatsapp) pelatihan. Supaya antar peserta lebih akrab perlu dicairkan dengan game-game yang fun. Suasana yang gembira akan mempermudah peserta mengikuti pembelajaran selanjutnya. Belajar akan lebih efektif bila dalam suasana hati yang gembira. Beberapa game diantaranya: Seven bom Peserta membuat lingkaran. Fasilitator menjelaskan peserta yang dapat nomor urut 7 dan kelipatannya mengucapkan ‘bom’ (ada juga yang menggantinya dengan mengucapkan namanya). Fasilitator bebas menunjuk nomor urut 1 dari mana saja. Peserta yang salah atau tidak mengucapkan ‘bom’ supaya keluar dari lingkaran. Terakhir akan muncul 1 orang pemenang. Birthday line up Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok sekitar 10 orang. Tiap kelompok supaya berbaris dari depan ke belakang. Fasilitator menginstruksikan kepada kelompok untuk mengurutkan barisannya sesuai dengan yang diperintahkan, misalnya diurutkan menurut umur, tinggi badan, berat badan, nomor sepatu, dsb. Urutan bisa dari yang terbesar ke terkecil atau dari terkecil ke terbesar. Contoh instruksi: “Yang paling berat badannya ada di belakang!” Jika urutan sudah benar peserta supaya berjongkok atau mengangkat jari tangannya dan fasilator mengecek kebenaran urutan tersebut. PERLUNYA PEMBELAJARAN Dalam andragogi, peserta pelatihan diibaratkan bukan gelas yang kosong, tetapi gelas yang sudah terisi, dengan isi yang tidak selalu sama. Pada peserta yang merasa senior, status sosialnya tinggi, pendidikannya lebih tinggi dari fasilitator, ada kalanya ‘aku’nya muncul, sehingga ada perasaan lebih baik, lebih pintar, lebih tahu, lebih menguasai dari si fasilitator. Fasilitator BLC harus memotivasi peserta agar terbuka dan mau belajar, diantaranya: Selama pelatihan supaya ‘mengosongkan’ gelas yang sudah terisi itu agar bisa diisi oleh para fasilitator. Gambar 1: Peserta pelatihan bukanlah gelas yang kosong, tetapi gelas yang sudah terisi dengan volume dan jenis yang berbeda. Gambar 2: Selama pelatihan mereka supaya mengosongkan isi gelasnya, agar bisa diisi berbagai materi dari fasilitator. Gambar 3: Setelah selesai pelatihan, gelas mereka menjadi bervariasi, selain karena adanya masukan dari fasilatator juga sharing dari para peserta. Fasilitator terdiri dari beragam pendidikan, kompetensi dan karakter. Tekankan dengan mengatakan: unjhur ma qila wala tanjhur manqola (lihat/dengarkan apa yang dikatakan, jangan lihat siapa yang mengatakan). Artinya supaya peserta tidak pilih-pilih fasilitator, dimana fasilitator yang bagus didengarkan, yang tidak bagus dibiarkan. Hindari merasa diri lebih baik dari fasilitator. Ceritakan kisah iblis yang tidak mau taat pada perintah Allah ketika diminta sujud kepada Adam seperti tercantum di dalam Alquran surat Shood ayat 76. Ketika itu iblis mengatakan: ana khoyrumminhu (saya lebih baik dari dia/Adam), karena kholaqtani minnarin wa kholaqtahu min thin (saya terbuat dari api sedangkan Adam dari tanah). Jika peserta sudah merasa lebih baik dari fasilitator, maka dia sudah terkena virus iblis. Akhirnya akan menjadi manusia yang sombong, angkuh, taqobur dan akhirnya meremehkan fasilitator. Menurut Rasulullah SAW, sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain (HR Muslim). Allah juga tidak senang dengan orang yang sombong (QS Annahl: 23: innahu la yuhibbul mustakbirin). Dalam upaya pengembangan diri, diperlukan komitmen untuk terus menerus belajar dalam kondisi apapun, mengingat proses belajar tidak mengenal batas waktu (long live learning). Prof. Prahalad menyatakan “If you don’t learn, you don’t change, you will die”. Setelah menjadi pegawai tidak lantas berhenti belajar, tetapi tetap harus belajar, termasuk melalui pelatihan. Never stop learning. Pantun di bawah ini bisa memotivasi peserta agar mau belajar: Main gitar pakai akar kedongdong Mau pintar … belajar dulu dong. Anda adalah orang yang beruntung yang terpilih mengikuti pelatihan ini. Ada orang yang untuk mengikuti pelatihan ini harus membayar dengan biaya yang besar. Tapi kalau Anda … gratis. Bahkan dikasih uang saku, uang harian, uang transport, lumpsum. Uang itu bisa digunakan untuk berbagai hal. Selama pelatihan disediakan akomodasi (penginapan, makan) gratis. Pelatihan ini akan meningkatkan karier dan kapasitas Anda sebagai seorang pegawai. Belajar adalah memasukkan informasi ke dalam memori (sistem daya ingat). Selama proses pembelajaran, tidak selalu semua informasi yang disampaikan fasilitator bisa diserap oleh peserta. Untuk itu peserta diminta membuat “Jurnal Harian” atas proses pembelajaran yang telah diberikan setiap harinya, yaitu peserta diminta memberikan catatan, ungkapan maupun kesimpulan dengan membuat rangkuman jawaban atas pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut : Kejadian apa saja yang dialami dan diamati selama proses pembelajaran; Apa saja yang dirasakan atau bagaimana perasaan peserta selama mengikuti pembelajaran; Pengalaman baru yang mempunyai kesan mendalam; Kesan manfaat belajar apa yang dapat diperoleh yang berpengaruh bagi karier Anda kedepan; Manfaat apa yang mungkin dapat diterapkan dalam pertumbuhan atau perkembangan organisasi peserta. Dengan membuat Jurnal Harian, peserta otomatis akan membuat catatan-catatan dari materi yang diberikan fasiliator. MOT bisa memeriksa dan menandatangani buku jurnal harian peserta. Ini sebetulnya merupakan teknik mengingat dengan ‘pengulangan’ berupa catatan. Selain itu ada yang memakai teknik refleksi, yaitu merangkum materi sehari sebelumnya. Refleksi biasanya dilakukan per kelompok yang terdiri dari beberapa orang. Namun pengamatan kami, saat refleksi tidak semua peserta aktif mendengarkan temannya yang refleksi. Jika materi yang sudah diberikan ingin bertahan lama, maka harus diberikan pengulangan SEGERA setelah selesai mempelajari sesuatu selama 5-10 menit; dilanjutkan sehari, seminggu, 1-3 bulan setelah mempelajari sesuatu selama 5-10 menit saja. Dari kurva di atas, terlihat bahwa dengan pengulangan apa yang diingat manusia bisa bertahan lama dengan pengurangan yang sedikit. Sedangkan bila tidak ada pengulangan, setelah 6 bulan hilang (mendekati 0%). Untuk memberi semangat selama pelatihan, ada kalanya diberi yel-yel. Maka yel-yel sebaiknya dimasukkan dalam BLC karena akan dipakai terus sampai pelatihan selesai. Yel-yel tidak hanya satu, bisa dibuat beberapa variasi. Yel-yel walaupun sederhana tetapi mempunyai tingkat “penyembuh” yang paling baik dibanding jenis lain. Dengan melakukan yel-yel selain konsentrasi menjadi pulih kembali, juga dapat menumbuhkan semangat yang tinggi dari peserta pelatihan untuk melanjutkan pelatihan. Selain itu yel-yel juga terbukti efektif untuk menanamkan esprit de corp atau kekompakan tim dalam suatu pelatihan. Yel-yel sebaiknya diucapkan dengan suara yang keras, baik oleh fasilitator maupun peserta. Contoh yel-yel: Fasilitator menyapa Peserta menjawab Halo Hai Hai Halo Apakabar Luar biasa Selamat pagi Siap-siap/buka mata Selamat siang Kerja keras/buka telinga Selamat sore Terima gaji/buka hati Selamat malam Enak tenan/buka semua Kita kembali ke… Laptop Are you ready? Yes PEMILIHAN PENGURUS KELAS Selama pelatihan, panitia biasanya membutuhkan pengurus kelas untuk menjembatani proses komunikasi panitia dengan semua peserta pelatihana. Ketua kelas membantu panitia agar proses pembelajaran dapat berjalan lancar dan sukses. Misalnya jika pembelajaran sudah semestinya dimulai tetapi peserta masih ada yang di luar kelas, ketua kelas memanggil/mengingatkan mereka. Bila ada sesuatu yang perlu diinformasikan, panitia cukup berhubungan dengan pengurus kelas. Bila ada tugas yang harus diselesaikan, cukup dikumpukan di pengurus kelas dan panitia tinggal mengambilnya di pengurus kelas. Tetapi seringkali peserta menghindar menjadi pengurus kelas. Yang sering terjadi adalah saling menunjuk. Fasilitator BLC harus pandai menyiasati suasana kelas yang demikian. Bisa saja membuat kelas dalam beberapa kelompok, dan tiap kelompok mengajukan 1 perwakilannya sebagai pengurus kelas. Kemudian diadakan pemilihan dengan suara terbanyak sebagai ketua kelas, yang lebih sedikit suaranya sebagai sekretaris. Kadangkala tidak perlu ada pemilihan, tetapi para calon ini ada yang pingsut pakai jari, yang menang sebagai ketua kelas. Di akhir pelatihan, adakalanya panitia memberi nilai tambah kepada pengurus kelas dalam penilaian/evaluasi peserta. HARAPAN DAN NORMA-NORMA DALAM PELATIHAN Dalam mengikuti pelatihan, peserta mempunyai harapan. Harapan ini menjadi tugas panitia, MOT dan fasilitator untuk mewujudkannya. Selain itu ada norma-norma yang harus ditaati bersama oleh peserta, baik di dalam kelas maupun luar kelas. Peserta diminta membuat norma-norma yang disepakati, dipatuhi dan dihormati bersama. Beberapa norma yang perlu disepakati diantaranya tentang pakaian, jam kehadiran, pemakaian handphone dan laptop, di ruang kelas, ruang makan, dll. Ketua kelas bisa memimpin diskusi tentang norma ini. Peserta diberi kesadaran bahwa selama pelatihan tidak diberi kebebasan 100%, tetapi tetap terikat dengan norma/aturan untuk tercapainya tujuan pembelajaran dalam pelatihan. Kelas dalam suatu diklat dapat dianggap sebagai kelompok sosial yang memiliki batasan dan aturan yang perlu ditaati oleh semua anggota yang tergabung di dalamnya agar tujuan pembelajaran yang merupakan kepentingan bersama tercapai dengan sebaik-baiknya dan berkualitas. Di dalamnya ada norma-norma yang mengandung nilai. Sesuatu yang dilarang norma berarti mengandung nilai buruk bagi kelompok, sedangkan yang diharuskan dan dituntut untuk ditaati dan dilaksanakan mengandung nilai baik. Norma merupakan aturan main yang perlu ditaati dan semua anggota kelompok harus komit terhadap norma yang disepakati bersama. Kelompok sosial yang baik adalah kelompok yang setiap anggotanya memiliki komitmen tinggi, saling menghormati, saling menghargai dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Kelompok sosial yang baik diliputi oleh suasana kebersamaan yang hangat dan keakraban yang wajar antar anggotanya. Semua peserta memiliki komitmen tinggi bersedia untuk mengubah dirinya, mengubah sikapnya, mengubah perilaku dan kebiasaannya demi tercapainya tujuan pembelajaran dengan kualitas memuaskan. PENUTUP BLC menjadi bagian penting dalam pelatihan guna mempersiapkan peserta mengikuti pelatihan. Mengingat jumlah waktu/jam pelajaran yang tidak sama pada tiap BLC, maka fasilitator harus bisa membagi dan mengelola waktu yang tersedia dengan sebaik-baiknya, karena waktu yang tersedia menentukan pokok bahasan yang akan disampaikan dalam BLC. Referensi: Lembaga Administrasi Negara, Bahan Diklat Bagi Pengelola Diklat: Building Learning Commitment (BLC), Cetakan 2, Jakarta, 2009 http://aneka-wacana.blogspot.com/2012/06/contoh-penutup-pidato-yang-baik.html#ixzz2WYtcKcXT akses 20 Juni 2013 surjadi.files.wordpress.com/2010/02/2-kajian-paradigma.docx‎ akses 20 Juni 2013 http://www.slideshare.net/kyuzri/building-learning-commitment akses 20 Juni 2013 http://anismuyasaroh.blogspot.com/2012/11/blc-building-learning-commitment.html akses 20 Juni 2013 http://arachman.com/wp-content/uploads/2012/11/BUKU-1-TEKNIK-MENGAJAR.pdf akses 20 Juni 2013 http://kantinrasamala-traditionaltaste.blogspot.com/2009/08/ana-khoirun-minhu.html akses 26 Juni 2013 http://apakabarpsbg.wordpress.com/2008/10/23/ice-breaking-tips-2-menjadi-fasilitator-idola/ akses 26 Juni 2013