Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
5 pages
1 file
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan artikel tentang manajemen bencana alam (banjir).
Bencana baik karena faktor alam, faktor non-alam, maupun factor manusia selalu mendatangkan kerugian, kerusakan, penderitaan, dan korban jiwa. Dengan meningkatnya kejadian bencana di berbagai daerah di Indonesia baik frekuensi, intensitas, maupun dampaknya, hal tersebut memerlukan penanganan secara terkoordinasi, terencana, dan terpadu (Ulum, 2013).. Kawasan Asia berada di urutan teratas dari daftar korban akibat bencana alam. Hampir setengah bencana di dunia terjadi di Asia membuat wilayah ini rawan bencana. Laporan dari ESCAP juga merinci daftar negara di kawasan Asia Pasifik mengalami bencana alam selama periode 1980-2009 (Ulum, 2013). Di Indonesia sampai pada bulan Juni 2015 saja, rekapitulasi data BNPB menunjukkan bahwa 141 orang meninggal, 7 hilang dan 9.556 unit rumah mengalami kerusakan dampak dan bencana yang terjadi. Pada bulan Juni 2015 saja, bencana terjadi sebanyak 93 kali yang mengakibatkan 20 orang meninggal serta lebih dari 300 unit rumah mengalami kerusakan dari rusak ringan, sedang hingga berat (BNPB 2015). Bencana yang terjadi membawa sebuah konsekuensi untuk mempengaruhi manusia dan atau lingkungannya. Kerentanan terhadap bencana dapat disebabkan oleh kurangnya manajemen bencana yang tepat, dampak lingkungan, atau manusia sendiri. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kapasitas ketahanan komunitas terhadap bencana. Semua kejadian tersebut di atas menimbulkan krisis kesehatan antara lain lumpuhnya pelayanan kesehatan, korban mati, korban luka, pengungsi, masalah gizi, masalah ketersediaan air bersih, masalah sanitasi lingkungan, penyakit menular dan stres/gangguan kejiwaan (Depkes RI 2007). Kompleksitas dari permasalahan bencana tersebut memerlukan suatu penataan atau perencanaan yang matang dalam penanggulangannya, sehingga dapat dilaksanakan secara terarah dan terpadu. Penanggulangan yang dilakukan harus didasarkan pada langkah-langkah yang sistematis dan terencana, sehingga tidak terjadi tumpang tindih dan bahkan terdapat langkah upaya yang penting tidak tertangani. Sepert yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana mengamanatkan pada pasal 35 dan 36 agar setiap daerah dalam upaya penanggulangan bencana, mempunyai perencanaan penanggulangan bencana. Secara lebih rinci disebutkan di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (BNPB 2008).
Latar belakang saya mengambil permasalahan mengenai banjir karena saya merasa prihatin dengan kondisi beberapa wilayah, seperti Jakarta, Bandung, Semarang dan beberapa wilayah di Indonesia, yang setiap tahun tidak pernah bisa lepas dari masalah banjir dan kurang tanggapnya pemerintah dengan masalah ini. Berdasarkan nilai kerugian dan frekuensi kejadian bencana banjir terlihat adanya peningkatan yang cukup berarti. Kejadian bencana banjir tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor alam berupa curah hujan yang diatas normal dan adanya pasang naik air laut. Disamping itu faktor ulah manusia juga berperan penting seperti penggunaan lahan yang tidak tepat (pemukiman di daerah bantaran sungai, di daerah resapan, penggundulan hutan, dan sebagainya), pembuangan sampah ke dalam sungai, pembangunan pemukiman di daerah dataran banjir dan sebagainya. B. Identifikasi masalah (Banjir) Penyebab terjadinya bencana banjir dan longsor sendiri secara umum dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) hal, yakni : (1) Kondisi alam yang bersifat statis, seperti kondisi geografi, topografi, dan karakteristik sungai, (2) Peristiwa alam yang bersifat dinamis, seperti : perubahan iklim (pemanasan) global, pasang – surut, land subsidence, sedimentasi, dan sebagainya, dan (3) Aktivitas sosial-ekonomi manusia yang sangat dinamis, seperti deforestasi (penggundulan hutan), konversi lahan pada kawasan lindung, pemanfaatan sempadan sungai/saluran untuk permukiman, pemanfaatan wilayah retensi banjir, perilaku masyarakat, keterbatasan prasarana dan sarana pengendali banjir dan sebagainya. Pada era otonomi daerah dewasa ini, inisiatif untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat cenderung diselenggarakan untuk memenuhi tujuan jangka pendek, tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pembangunan jangka panjang. Pembahasan I. Pengertian banjir Pada dasarnya banjir disebabkan oleh luapan aliran air yang terjadi pada saluran atau sungai. Bisa terjadi dimana saja, ditempat yang tinggi mauun yang rendah. Banjir adalah peristiwa tergenang dan terbenamnya daratan, karena volume air yang meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan besar, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan sungai. Pengertian yang lain yaitu, Banjir adalah aliran yang relatif tinggi, dan tidak tertampung oleh alur sungai atau saluran.Saat musim penghujan tiba, hujan bisa turun terus-menerus sehingga air pun semakin banyak memenuhi sungai dan saluran-saluran air. Kalau sungai dan saluran air itu tersumbat oleh sampah dan kotoran, maka banjir bisa terjadi. II. Penyebab/faktor-faktor terjadinya banjir ulah manusia.
Lebih dari delapan bulan bencana menyemburnya lumpur panas di Porong Sidoarjo (LuSi) belum ada tanda-tanda mau berhenti bahkan volume air lumpur yang keluar semakin membesar dan meninggi akan membentuk gunung lumpur. Pemunculan LuSi dan peningkatan volume ini akan mengakibatkan konsekuensi kejadian beruntun seperti tabrakan karambol yaitu tenggelamnya sawah, permukiman, jalan tol, pabrik, rel kereta api, jaringan pipa gas industri, jaringan telekomunikasi, jaringan PLN, jaringan pipa air dan infrastruktur lainnya. Konsekuensi selanjutnya akan mengakibatkan terjadinya pengungsian, pengangguran, rusaknya jaringan telekomunikasi, jaringan PLN, dan jaringan jalan sampai terganggunya perekonomian Jawa Timur. Oleh karenanya penanganannya menjadi sangat rumit, membutuhkan banyak pihak, banyak disiplin ilmu, banyak dana, dan penuh resiko.
Makalah tugas kelompok ini mengangkat tema tentang Mitigasi Bencana Banjir. Dalam makalah ini dibahas mengenai pengertian banjir, penyebab banjir, penanggulangan banjir, dan bagaimana mitigasinya apabila banjir melanda.
Serbia, the EU, NATO and the Hope of a Bulk Accession into the Union of the Western Balkans, 2009
Arguing that Serbia, like other Eastern and Central European States will only be granted access to the EU if it joins NATO, as was the case for all other States in the European East.
História da Arquitetura: perspectivas temáticas (III). A Rua na Estrutura Urbana, 2024
Resumo: No Verão de 1294, D. Dinis celebrou um contrato com o concelho de Lisboa para a construção de uma muralha na Ribeira, onde foi imposto como condição fundamental o direito régio à construção de casas junto à estrutura defensiva. Poucos anos depois, um inventário régio registaria quarenta e sete lotes de propriedades urbanas situadas na Rua Nova, ligados entre si, junto à muralha. Quatro séculos e meio depois da construção por D. Dinis do referido conjunto de casas, o terramoto de 1755 levaria à contabilização e medição de boa parte do cadastro de Lisboa. Nessa contabilização, realizada logo após o Terramoto, foram identificados na fachada sul da Rua Nova exactamente quarenta e sete lotes, ou seja, exatamente o mesmo número de lotes erguidos a mando de D. Dinis, no lado interior da muralha da Ribeira, nos finais do século XIII. Isto significa que a Rua Nova de Lisboa, principal artéria da cidade, foi uma criação medieval cuja génese e perenidade serão os temas fulcrais que nos propomos aqui analisar. Abstract: In the summer of 1294, King Dinis signed a contract with the municipality of Lisbon for the construction of a wall in Ribeira, where the royal right to build houses next to the defensive structure was imposed as a fundamental condition. A few years later, a royal inventory recorded forty-seven lots of urban properties located on Rua Nova, connected to each other, next to the wall. Four and a half centuries after the construction by King Dinis of the aforementioned houses, the 1755 earthquake led to the accounting and measurement of a large part of Lisbon’s cadastre. In this count, carried out shortly after the Earthquake, exactly forty-seven lots were identified on the south facade of Rua Nova, that is, exactly the same number of lots built by King Dinis, at the end from the 13th century. This means that Rua Nova de Lisboa, the city’s main artery, was a medieval creation whose genesis and perpetuity will be the central themes that we propose to analyze here.
O REGASTE DE CONCESSÕES ADMINISTRATIVAS À LUZ DA LEI ANGOLANA. CONCEITO E ENQUADRAMENTO, 2022
… Journal of integrated …, 2006
World Journal of Advanced Engineering Technology and Sciences, 2024
Current Science, 2021
2020
KUBABA Arkeoloji- Sanat Tarihi-Tarih Dergisi, 2020
SSRN Electronic Journal
Advanced Materials, 2012
International Journal of Epilepsy
Journal of Community service Consortium, 2021
IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, 2019
Journal of the American Chemical Society, 2015