Variasi Diurnal Uap Air di Lapisan ..... (Aries Kristianto et al.)
VARIASI DIURNAL UAP AIR DI LAPISAN TROPOSFER BAWAH SAAT
MADDEN JULIAN OSCILLATION FASE AKTIF MEMASUKI KAWASAN
BARAT INDONESIA BERBASIS ANALISIS DATA GPS
(DIURNAL VARIATION OF LOW LEVEL MOISTURE
WHEN THE ACTIVE PHASE OF MADDEN JULIAN OSCILLATION
ENTERING AREA OF WESTERN INDONESIA
BASED ON GPS DATA ANALYSIS)
Aries Kristianto*) 1, Tri Wahyu Hadi**), Dudy Darma wan Wijaya ***)
*) Program Doktor Sains Kebumian, FITB
**) Program Studi Sains Kebumian, FITB
***) Progra m Studi Teknik Geodesi dan Geoma tika, FITB
Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesha No. 10 Bandung 40116 Indonesia
1e-mail:
[email protected]
Diterima 4 September 2015, Direvisi 22 November 2015, Disetujui 21 Desember 2015
ABSTRACT
Low-level Moisture (LLM) plays role for developing rain clouds. Global Positioning System (GPS)
is capable for extracting low-level moisture by applying the combination method from upper-level PWV
is estimated from ECMWF and then subtracted from the total PWV GPS. Variation of LLM based on
GPS around western part of Indonesia, specially in the western part of Java analysed the active phase
of Madden Julian Oscillation (MJO) as one of the important variable in tropics. In November 2009,
MJO around the western part of Java influenced to diurnal variation of LLM. During MJO onset,
diurnal anomaly increased along with the decreased of OLR anomalies, and decreased post MJO. In
the northern part, it showed that the concentration of LLM decreased from west to east, meanwhile is
variabled in the south. In the east, LLM increased southwards appropriate by wind vector analysis.
The concentrations of LLM has higher on active mode than pre and post-MJO. By analyzing of the
convective indices using MTSAT-IR1 during MJO event in November 2009 indicated that LLM related
to convective activities on all MJO’s phases.
Keywords: LLM, GPS, MJO, OLR
47
Jurnal Sains Dirgantara Vol. 13 No. 1 Desember 2015 :47—62
ABSTRAK
Uap air di lapisan troposfer bawah (Low-level Moisture/LLM) berperan dalam pertumbuhan
awan hujan. Teknologi Global Positioning System (GPS) mampu mengekstraksi uap air LLM dengan
menerapkan metode kombinasi selisih uap air total hasil ekstrasi groundbased GPS dengan
Precipitable Water Vapor (PWV) di lapisan troposfer atas ECMWF. Variasi diurnal LLM berbasis data
GPS di beberapa kawasan yang ada di bagian barat Indonesia, yaitu wilayah Jawa bagian Barat
dianalisis terutama saat fase aktif Madden Julian Oscillation (MJO) sebagai salah satu variabilitas
dominan yang sangat penting di daerah tropis. Kejadian MJO November 2009 di wilayah Jawa bagian
Barat memberikan dampak terhadap variasi harian LLM, dimana anomali hariannya meningkat
seiring dengan menurunnya anomali OLR saat MJO onset, dan menurun saat pasca MJO. Di bagian
utara menunjukkan konsentrasi LLM menurun dari barat-timur, sedangkan di bagian selatan
konsentrasinya meningkat. Variasi dari utara-selatan menunjukkan konsentrasi LLM yang cenderung
berubah-ubah, sementara di bagian timur peningkatan uap air ke arah selatan sesuai dengan analisis
vektor angin. Variasi diurnal LLM November 2009 saat fase MJO aktif secara umum konsentrasinya
lebih tinggi dibandingkan pra dan pasca MJO. Dari analisis indeks konvektif citra satelit MTSAT IR1
juga menunjukkan LLM saat MJO berkaitan dengan aktivitas konvektif, baik pada periode pra-MJO,
saat onset, aktif hingga pasca MJO.
Kata Kunci: LLM,GPS, MJO, OLR
1
PENDAHULUAN
Benua Maritim Indonesia (BMI) merupakan suatu wilayah yang aktivitas
konveksinya tinggi dan melibatkan pergerakan uap air dalam jumlah besar. Wu et al.
(2003) menyatakan bahwa transport uap air berperan penting dalam aktivitas
pembentukan awan konvektif. Namun konveksi kuat (deep convection) hanya akan
terjadi jika parsel udara yang naik bersumber dari lapisan dekat permukaan (Holton,
2004). Hadi et al. (2002) memperlihatkan bahwa lapisan inversi dapat mengisolasi
kelembapan di dalam planetary boundary layer di bawah ketinggian 3 km. Uap air di
lapisan troposfer bawah (low level moisture) juga berperan dalam menentukan
ketidakstabilan troposfer dan pertumbuhan awan-awan hujan, dimana proses kejadian
hujan ditentukan oleh kandungan uap air di lapisan troposfer bawah (Habby, 2011).
Menurut Hadi et al. (2002; 2007), pergerakan horisontal uap air di lapisan troposfer
bawah menjadi penting untuk mengetahui perannya dalam menentukan pola cuaca
dan iklim regional.
Kandungan uap air di atmosfer selain diamati dengan teknik konvensional juga
dengan pemanfaatan Global Positioning Syste m (GPS) yang memberikan informasi
mengenai Precipitable Water Vapor (PWV) yang konsisten dengan hasil pengamatan
radiosonde (Bevis et al. (1992); Yoshihira et al, (2000); Hadi et al. (2010)). Penerapan
teknik GPS di Amerika memberikan kontinuitas data, biaya pemasangan dan
operasionalisasinya relatif rendah dengan tingkat keakurasian sampai beberapa
milimeter (Gutman, 2004). Untuk mengetahui uap air di lapisan troposfer bawah dapat
dilakukan metode ekstraksi kombinasi selisih uap air total hasil groundbased GPS
dengan uap air lapisan atas model European Centre For Medium-Range Weather
Forecasts (ECMWF) (Kristianto et al., 2014).
Dalam kajian ini, bertujuan menganalisis variasi diurnal uap air di lapisan
troposfer bawah di beberapa kawasan yang ada di bagian barat Indonesia berbasis GPS
terutama saat fase aktif Madden Julian Oscillation (MJO) sebagai salah satu variabilitas
dominan yang sangat penting di daerah tropis sebagai gelombang atau osilasi sub
musiman yang terjadi di lapisan troposfer wilayah tropis, akibat dari sirkulasi sel skala
besar di ekuatorial yang bergerak dari barat ke timur yaitu dari laut Hindia ke Pasifik
48
Variasi Diurnal Uap Air di Lapisan ..... (Aries Kristianto et al.)
Tengah dengan rentang daerah propagasi 15°LU - 15°LS, dengan periode osilasi kurang
lebih 30-60 hari (Madden dan Julian, 1971, 1972; 1994).
2 DATA DAN METODE
2.1 Data
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data ground based GPS berupa
data observasi GPS dan data navigasi dalam format Receiver Independent Exchange
Format (RINEX) dan data suhu udara, tekanan udara dan kelembapan udara dari
Automatic Weather Station (AWS) pada 2009 dari pengamatan tiap jam dari 7 stasiun
GPS (Tabel 2-1) milik Badan Informasi Geospasial di wilayah Indonesia bagian Barat,
yaitu wilayah Jawa bagian Barat (Gambar 2-1). Juga digunakan data reanalisis OLR
harian dari National Centers for Enviromental Prediction (NCEP) resolusi 0,25 x 0,25,
yang diakses dari http://www.ncep.noaa.gov. Dari ECMWF digunakan data reanalisis
kelembapan spesifik dan komponen angin zonal dan meridional harian resolusi 1,5 ⁰ x
1,5⁰ dengan interval 6 jam yang diakses dari http://data-portal.ecmwf.int/. Data
komponen angin zonal dan meridional harian dari Cross-Calibrated Multi-Platform
(CCMP) resolusi 0,25 0 x 0,25 0 dengan interval 6 jam periode 2009, diakses dari http://
podaac.jpl.nasa.gov/.
Tabel 2-1: STASIUN GPS
Stasiun GPS
BAKO
CLBG
CPMK
CPSR
CTVI
CUJK
CTCN
Lokasi
Cibinong
Lembang
Pameungpeuk
Pasuran
Jampang Kulon
Ujung Kulon
Tanjung Cina
Lintang
-6,491
-6,825
-7,655
-6,226
-7,121
-6,747
-5,913
Bujur
106,849
107,616
107,691
105,834
106,597
105,213
104,727
H (m)
139,763
1307,87
7,598
17,783
824,607
30,853
21,986
Dalam penelitian ini juga digunakan data Multi-functional Transport Satellite
(MTSAT)-IR1 dari the Center for Environmental Remote Sensing (CEReS), Chiba
University, dengan resolusi 0,080 x 0,080 dengan interval 1 jam, yang diekstraksi oleh
The Research Institute for Sustainable Humanosphere (RISH) Kyoto University, diakses
http://database.rish.kyoto-u.ac.jp/.
Gambar 2-1: Sebaran lokasi titik stasiun GPS
49
Jurnal Sains Dirgantara Vol. 13 No. 1 Desember 2015 :47—62
2.2 Metode
Periode aktif MJO dapat diketahui dengan menganalisis anomali OLR dan
anomali angin baratan (westerly wind). Anomali OLR lebih rendah (negatif) mewakili
daerah berawan/kenaikan (enhanced), sedangkan anomali OLR yang lebih tinggi
(positif) menunjukkan penurunan (suppressed) (Lau dan Chan 1986; Madden, 2002).
Perkembangan MJO diilustrasikan dalam diagram fase MJO Real-time Multivariate
(RMM1 dan RMM2) yang memberikan ukuran kekuatan dan lokasi MJO, dimana ketika
indeks berada dalam pusat lingkaran, maka MJO dianggap lemah. Sedangkan di luar
dari lingkaran ini indeks lebih kuat dan biasanya akan bergerak dalam arah
berlawanan jarum jam sesuai pergerakan MJO dari barat ke timur dari fase 1 – 8,
mulai dari Belahan Bumi Bagian Barat dan Afrika, Samudera Hindia, Benua Maritim
hingga Pasifik Barat Daya (Wheeler dan Hendon, 2004). Pada penelitian ini hanya
difokuskan saat MJO melintasi kawasan Indonesia bagian Barat, terutama Jawa
bagian Barat saat memasuki fase 3, 4 dan 5 (Gambar 2-2).
Gambar 2-2: Diagram fase MJO (Wheeler dan Hendon, 2004)
Metode ekstraksi uap air di lapisan troposfer bawah dengan teknik kombinasi
PWV ground based GPS dengan model ECMWF, dimana PWV di lapisan troposfer
bawah (permukaan-700mb) didapat dengan menghitung selisih total PWV ground
based GPS dengan PWV lapisan atas (>700 mb) model ECMWF (Kristianto et al., 2014),
(Gambar 2-3).
Gambar 2-3: Ekstraksi uap air troposfer bawah dengan teknik kombinasi ground based GPS dengan
model ECMWF
50
Variasi Diurnal Uap Air di Lapisan ..... (Aries Kristianto et al.)
Metode tersebut diterapkan pada 7 stasiun GPS, sehingga didapatkan uap air di
lapisan troposfer bawah yang mewakili daerah penelitian, dimana fomulasi perhitungan
uap airnya meliputi: PWV berbasis ground based GPS diperoleh dengan beberapa tahap
perhitungan. Pertama, menghitung nilai Zenith Total Delay (ZTD) menggunakan metode
Precise Point Positioning (PPP) dengan apriori model Saastamoinen yang terdapat dalam
software Bernese 5.0. Dari nilai ZTD kemudian dihitung nilai Zenith Hidrostatis Delay
(ZHD) dengan rumus berikut (Davis et al., 1985):
ZHD 0,0022768
Ps
f ( , H )
(2-1)
dengan Ps adalah tekanan permukaan dalam milibar dan
adalah faktor
percepatan gravitasi yang tergantung lintang
dan tinggi antena (H) seperti yang
ditunjukkan dalam persamaan (2-2).
f(, H) = 1 - 0,00266 Cos 2 0,00028H
(2-2)
Selanjutnya nilai Zenit Wet Delay (ZWD) digunakan sebagai faktor pengurang dari hasil
dengan ZTD untuk mendapatkan ZWD (Gutman, 2004).
ZWD ZTD ZHD
(2-3)
ZWD digunakan untuk menghitung PWV dengan mempe rtimbangkan suhu udara ratarata (Tm), Tm = 70,2 + 0,72Ts, dan Ts adalah suhu udara permukaan hasil pengukuran
AWS.
PWV (Tm) * ZWD
(2-4)
Uap air lapisan atas diperoleh dengan mengekstraksi data kelembapan spesifik
dari model numerik ECMWF, yang mewakili 7 titik stasiun ground based GPS.
Kemudian dihitung PWV dengan metode standar WMO dengan menggunakan persamaan
berikut (Nakamura et al. 2004):
1
PWV
g
qdp
ps
(2-5)
pt
dengan q adalah kelembapan spesifik (g/kg), g adalah percepatan gravitasi (m/detik2 ),
ps dan pt adalah tekanan atmosfer (mb) di permukaan dan di ketinggian referensi
dimana kelembapan dapat dianggap nol (200 mb).
Data uap air di lapisan troposfer bawah berbasis GPS yang dihasilkan memiliki
time step tiap jam dan data OLR memiliki time step harian, sehingga diperlukan
langkah smoothing. Metode fitting analisis fourier diterapkan pada data uap air di
lapisan troposfer bawah sehingga diperoleh time step yang sama dengan data OLR,
selanjutnya ditentukan anomali uap air di lapisan troposfer bawah dengan data yang
mewakili stasiun ground based GPS. Analisis harian dilakukan terhadap anomali uap
air di lapisan troposfer bawah dengan anomali OLR. Komponen angin CCMP dan
ECMWF juga dianalisis untuk mengetahui pengaruhnya terhadap variasi diurnal uap
air di lapisan troposfer bawah saat fase aktif MJO melintas wilayah Jawa bagian Barat.
Analisis indeks konvektif menggunakan suhu puncak awan (brightness te mperature)
dari citra satelit Infra Red (IR) digunakan untuk merepresentasikan aktivitas konvektif
dengan temperatur puncak awan lebih kecil dari 230⁰K (Ohsawa dkk., 2001; Sakurai,
2005).
51
Jurnal Sains Dirgantara Vol. 13 No. 1 Desember 2015 :47—62
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis OLR harian dan analisis anomali angin baratan tahun 2009, menunjukkan
terjadi aktivitas kejadian MJO pada Januari, April, Mei dan November (Gambar 3-1).
Gambar 3-1: Anomali OLR dan anomali angin baratan (atas: Januari-Juni, bawah: Juli-Desember)
tahun 2009 (BOM, 2009)
Pada kajian ini dipilih aktivitas MJO pada November 2009, dengan pertimbangan
ketersediaan data GPS dan terlihatnya sinyal MJO kuat di wilayah penelitian di wilayah
Jawa bagian Barat ditandai dengan nilai anomali OLR yang rendah bernilai negatif/
warna biru (Gambar 3-2a). Propagasi fase MJO November ditunjukkan dengan garis
warna hijau (Gambar3-2b), aktivitas awal dimulai pada fase 3 (Samudera Hindia bagian
Barat) mulai 7 November, selanjutnya masuk ke dalam fasa 4 (BMI) 16 November
hingga 21 November 2009, kemudian masuk ke dalam fase 5 (BMI) sepe rti pada
Gambar 3-2b.
52
Variasi Diurnal Uap Air di Lapisan ..... (Aries Kristianto et al.)
Gambar 3-2: Kejadian MJO November 2009 (BOM, 2009)
Sedangkan berdasarkan uap air di lapisan troposfer bawah berbasis GPS,
kejadian MJO bulan November yang mempengaruhi wilayah Jawa bagian Barat
(Lampiran 1). Anomali harian uap air di lapisan troposfer bawah yang meningkat
seiring dengan menurunnya anomali OLR yang dimulai pada 8 November, kemudian
pada 22 November anomali harian uap air di lapisan troposfer bawah mulai menurun,
kecuali untuk wilayah Jampang Kulon (Ctvi) mulai lebih lambat yaitu pada 23
November. Anomali harian uap air di lapisan troposfer bawah di bagian utara
menunjukkan pergerakan konsentrasi uap air yang menurun dari barat-timur dari
wilayah Pasuran, Cibinong dan Lembang. Di bagian selatan konsentrasi uap air
meningkat dari barat-timur dari Ujung Kulon, Jampang Kulon hingga Pameungpeuk
(Gambar 3-3). Sedangkan pergerakan utara-selatan, anomali harian uap air di lapisan
troposfer bawah menunjukkan konsentrasi uap air di lapisan troposfer bawah yang
cenderung berubah-ubah dari wilayah Pasuran hingga Ujung Kulon dan wilayah
Cibinong hingga Jampang Kulon, sementara di bagian timur wilayah Lembang hingga
Pameungpeuk menunjukkan peningkatan uap air ke arah selatan (Gambar 3-4).
Gambar 3-3: Pergerakan barat-timur (a) anomali harian uap air lapisan bawah (b) anomali harian OLR
saat kejadian MJO November 2009
53
Jurnal Sains Dirgantara Vol. 13 No. 1 Desember 2015 :47—62
Gambar 3-4: Pergerakan utara-selatan (a) anomali harian uap air lapisan bawah b) anomali harian
OLR saat kejadian MJO November 2009
Analisis angin permukaan CCMP di wilayah Jawa bagian barat, sebelum
kejadian MJO pada awal dasarian 1 arah angin didominasi angin timuran. Kemudian
saat MJO mulai aktif (onset) pada 8 November angin timuran di bagian utara mendapat
gangguan ke arah utara-timur laut. Awal dasarian 3, angin baratan mendominasi kecuali
di bagian selatan dimana angin timuran masih aktif (Gambar 3-5). Berdasarkan
ECMWF, sebelum MJO terjadi pada dasarian 1 arah angin di lapisan permukaan
sampai ketinggian 700 mb didominasi angin timuran, sedangkan di lapisan atasnya
angin berubah-ubah. Saat MJO aktif pada awal dasarian 2, masih dominan angin
timuran di lapisan permukaan dan angin baratan di lapisan atas, selanjutnya berubah
arah menjadi angin baratan pada akhir dasarian 2 hingga awal dasarian 3 untuk setiap
ketinggian lapisan seiring dengan kuatnya sinyal MJO. Di akhir dasarian 3 di lapisan
permukaan tetap angin baratan, sedang lapi san atasnya berubah menjadi angin
timuran dan sinyal MJO mulai menjauhi wilayah Jawa bagian Barat (Gambar 3-6).
Pra-MJO di bagian utara, variasi diurnal uap air di lapisan troposfer bawah
lebih tinggi dibandingkan di bagian selatan. Saat MJO aktif konsentrasi uap air lebih
tinggi dibandingkan pra-MJO, dan pasca-MJO uap air lapisan bawah kembali normal.
Saat kejadian MJO, aktivitas konveksi terjadi pada siang hingga malam hari sesuai
dengan peningkatan konsentrasi uap air lapisan bawah (Gambar 3-7). Uap air di
lapisan troposfer bawah saat MJO berkaitan dengan aktivitas konvektif. Dari analisis
indeks konvektif citra satelit MTSAT IR1, pada periode pra-MJO menunjukkan aktivitas
konvektif hanya pada jam 09.00UTC di wilayah bagian barat Jawa, saat mulai (onset)
MJO aktifitas konvektif mulai lebih tinggi. Saat MJO aktif aktivitas konvektif makin
meningkat (intensed), selanjutnya pasca-MJO mulai berkurang dan mengarah ke timur
(Lampiran 2)
54
Variasi Diurnal Uap Air di Lapisan ..... (Aries Kristianto et al.)
Gambar 3-5: Analisis angin permukaan CCMP November 2009 (m/dtk)
55
Jurnal Sains Dirgantara Vol. 13 No. 1 Desember 2015 :47—62
(a)
Dasarian 1
(b)
Dasarian 2
(c)
Dasarian 3
Gambar 3-6: Vektor dan magnitudo angin (m/dtk) per lapisan ketinggian November 2009 (ECMWF)
56
Variasi Diurnal Uap Air di Lapisan ..... (Aries Kristianto et al.)
Gambar 3-7: Variasi diurnal uap air lapisan bawah saat MJO November 2009 pra (b) onset-aktif (c) pasca
4
KESIMPULAN
Kejadian MJO pada November 2009 di wilayah Jawa bagian Barat memberikan
dampak terhadap variasi harian uap air di lapisan troposfer bawah. Anomali harian
uap air di lapisan troposfer bawah meningkat seiring dengan menurunnya anomali
57
Jurnal Sains Dirgantara Vol. 13 No. 1 Desember 2015 :47—62
OLR pada saat MJO onse t, kemudian mulai menurun pada saat fase pasca MJO,
kecuali untuk wilayah Jampang Kulon. Di bagian utara menunjukkan konsentrasi uap
air di lapisan troposfer bawah yang menurun dari barat-timur dari wilayah Pasuran,
Cibinong dan Lembang, sedangkan di bagian selatan konsentrasinya meningkat dari
barat-timur dari UjungKulon, Jampang Kulon hingga Pameungpeuk. Sedangkan variasi
utara-selatan, anomali harian uap air di lapisan troposfer bawah menunjukkan
konsentrasi uap air di lapisan troposfer bawah yang cenderung berubah-ubah dari
wilayah Pasuran hingga Ujung Kulon dan wilayah Cibinong hingga Jampang Kulon,
sementara di bagian timur wilayah Lembang hingga Pameungpeuk menunjukkan
peningkatan uap air ke arah selatan. Anomali uap air lapisan bawah secara spasial dan
temporal sesuai dengan analisis vektor angin. Variasi diurnal uap air di lapisan
troposfer bawah November 2009 saat MJO aktif secara umum konsentrasinya lebih
tinggi dibandingkan sebelum MJO maupun setelah masa aktif. Dari analisis indeks
konvektif citra satelit MTSAT IR1 juga menunjukkan uap air di lapisan troposfer bawah
saat MJO berkaitan dengan aktivitas konvektif, baik pada periode pra-MJO, saat onset,
aktif hingga pasca-MJO.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis berterima kasih kepada Ir. Joni Efendi dari Badan Informasi Geospasial
atas penyediaan data GPS, serta Prof. Sri Widiyantoro,Ph.D atas arahan dan
bimbingannya. Penelitian ini didukung sepenuhnya oleh Laboratorium Geodesi dan
Geomatika dan Laboratorium Analisis Meteorologi ITB.
DAFTAR RUJUKAN
Bevis, M., Businger, S., Herring, T.A., Rocken, C., Anthes, R., A.,
dan Ware, R., H., 1992. GPS
Meteorology: Remote Sensing of Atmospheric Water Vapor Using the Global Positioning System,
J. Geophysic. Res, 97, 15.787-15.801.
Bureau of Meteorology, 2009. Madden-Julian Oscillation, Australia, diakses http:// www. bom. gov.
au/climate/mjo/.
Davis, J., L., Herring, T., A., Shapiro, I., I., Roger, E., dan Elger, G., 1985. Geodesy by Inferroferomtry:
Effect of Atmospheric Modelling Errors on Estimates of B aseline Length, Rad io Scienc e, 20,
1593-1607.
Gutman, R., B., Chadwick, D., dan Wolf, W., 2004. Tow ard an Operational Water Vapor Remote
Sensing System Using the Global Positioning Sys tem.
Habby, J., 2011. Applying Tropospheric Moisture to Forec asting, Meteororology Educ ation, diakses
http://weatherpredicition.com, 23 Desember 2014.
Hadi, T., W., 2007. Diurnal Convection over J ava Island; Sea-Breeze Convergence during Pre-Monsoon
Period, Department of Geophysics and Meteorology, Institut Teknologi Bandung.
Hadi, T., W., Horinouchi, T., Tsuda, T., Hashiguchi, H., dan Fukao, S., 2002. S ea Breeze Circul ation
Over J akarta, Indonesia: A Climatology B ased on Bound ary Layer Rad ar Observations ,
Mon.Wea.Rev., 130, 2153-2166.
Hadi, T., W., Kuncoro, W., Noersomadi, Subarya, C., dan Susilo, 2010. Pemanfaatan J aring an
Peng amatan GPS untuk Pemantauan Kandung an U ap Air di Atmosfer: Prospek dan Tantang an
di Indonesia, Prosiding Seminar Penerbang an d an Antariks a, Sub Seminar Sains Atmosfer dan
Iklim, Serpong.
Holton, J., R., 2004. An Introduction to Dynamic Meteorology, Fourth Edition, Elsevier Academic Press,
ISBN: 0-12-354015-1.
Kristianto, A., Hadi. T., W., dan Wijaya. D., D., 2014. Development of Method for Extracting Low-Level
Tropospheric Moisture Content from Ground B ased GPS Derived Precipitable Water Vapor (PWV),
12th Biennial Conference of Pan Ocean Remote Sensing Conference -), 4–7 November 2014,
Bali-Indonesia.
58
Variasi Diurnal Uap Air di Lapisan ..... (Aries Kristianto et al.)
Lau, K., M., dan Chan, P., H., 1986. Aspects of the 40–50 Day Oscillation during the Northern S ummer
as Inferred from Outgoing Longw ave Radiation, Mon. Wea. Rev., 114, 1354–1367.
Madden, R., A., 2002. Madden-Julian Oscillation Life Cycle, diakses Juli 2014 http:// www. meted.
ucar.edu/climate/mjo/print.htm.
Madden, R., A., dan Julian, P., R., 1971. Detection of a 40–50 Day Oscillation in the Zonal Wind in the
Tropical Pacific, J. Atmos. Sci., 28, 702–708.
Madden, R., A., dan Julian, P., R., 1972. Description of Global-Scale Circulation Cells in the Tropics with
a 40–50 Day Period, J. Atmos. Sci. , 29, 1109–1123.
Madden, R., A., dan Julian, P., R., 1994. Observations of the 40–50-Day Tropic al Oscillation—A
Review, Mon. Wea. Rev., 122, 814–837.
Nakamura, H., Koizumi, K., dan Mannoji, N., 2004. Data Assimil ation of GPS Precipitable Water Vapor
into the JMA Mesosc ale Numeric al Weather Prediction Mod el and its Impact on Rainfall
Forecasts, Journal of the Meteorological Society of Japan, 82, 441- 452.
Ohsawa, T., Ueda, H., Hayashi, T., Watanabe, A., dan Matsumoto, J., 2001. Diurnal Variation of
Convective Activity and Rainfall in Tropic al Asia, Journal of the Meteorological Society of
Japan, 79, 333 – 352.
Sakurai, N., Murata, F., Yamanaka, M. D., Mori, S., Hamada, J-I., Hashiguchi, H., Tauhid, Y. I.,
Sribimawati, T., and Suhardi, B., 2005. Diurnal Cycle of Cloud System Migration over Sumater a
Island, Journal of the Meteorological Society of Japan, 83, 835 – 850.
Wheeler, M., C., dan Hendon, H., H., 2004. An All-Season Real-Time Multivariate MJO Index:
Development of an Index for Monitoring and Prediction, Mon. Wea. Rev., 132, 1917–1932.
Wu, P., Hamada, J., Mori, S., Tauhid, Y., I., Yamanaka, M., D., dan Kimura, F., 2003. Diurnal
Variation of Precipitable Water over a Mountainous Area of Sumatra Isl and, J. Appl. Meteor., 42,
1107–1115.
Yoshihira, T., Tsuda, T., dan Hirahara, K., 2000. Hig h Time Resolution Measurements of Precipitable
Water Vapor from Propagation Delay of GPS Satellite Signals, Earth Planets Space, 52, 479–493.
59
Jurnal Sains Dirgantara Vol. 13 No. 1 Desember 2015 :47—62
60
Lampiran 1. Anomali harian uap air di lapisan troposfer bawah dan anomali harian OLR
Variasi Diurnal Uap Air di Lapisan ..... (Aries Kristianto et al.)
Lampiran 2. Indeks Konvektif per 3 jam Saat MJO November 2009 (a)pra (b)onset (c)aktif) dan (d)pasca saat kejadian MJO November 2009
(b)
(c)
(d)
61
Variasi Diurnal Uap Air di Lapisan ..... (Aries Kristianto et al.)
(a)