MAKALAH
KONSEP BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN
Disusun Oleh :
Danik Supriyanti
STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS
S1 ILMU KEPERAWATAN KELAS BLORA
TAHUN 2017
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Berpikir Kritis Dalam Keperawatan”.
Makalah ilmiah ini telah saya susun dengan maksimal, terlepas dari semua itu saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari dosen pembimbing agar dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ilmiah tentang konsep berpikir kritis dalam keperawatan dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Blora, 22 September 2017
Penyusun
Danik S
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam keperawatan, berpikir kritis adalah suatu kemampuan bagaimana perawat mampu berpikir dengan sistematis dan menerapkan standar intelektual untuk menganalisis proses berpikir. Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu komponen penting dalam mempertanggung jawabkan profesionalisme dan kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Berpikir kritis merupakan pengujian rasional terhadap ide, pengaruh, asumsi, prinsip, argumen, kesimpulan, isu, pernyataan, keyakinan, dan aktivitas (Bandman dan Bandman, 1988)
Berpikir bukan suatu proses statis, tetapi selalu berubah secara konstan dan dinamis dalam setiap hari atau setiap waktu. Tindakan keperawatan membutuhkan proses berpikir, oleh karena itu sangat penting bagi perawat untuk mengerti berpikir secara umum. Pemikir kritis dalam praktik keperawatan adalah seseorang yang mempunyai keterampilan pengetahuan untuk menganalisis, menerapkan standar, mencari informasi, menggunakan alasan rasional, memprediksi, dan melakukan transformasi pengetahuan. Pemikir kritis dalam keperawatan menghasilkan kebiasaan-kebiasaan baik dalam berpikir, yaitu: yakin, kontekstual, perspektif, kreatif, fleksibel, integritas intelektual, intuisi, berpikir terbuka, refleksi, inquisitiviness, dan perseverance.
Menurut Wilkinson (1992), karakteristik berpikir kritis dalam keperawatan pada prinsipnya merupakan suatu kesatuan dari berpikir (thinking), merasakan (feeling), dan melakukan (doing). Mengingat profesi perawat merupakan profesi yang langsung berhadapan dengan nyawa manusia, maka dalam menjalankan aktivitasnya, perawat menggunakan perpaduan antara thingking, feeling, dan doing secara konprehensif dan bersinergi. Perawat menerapkan keterampilan berpikir dengan menggunakan pengetahuan dari berbagai subjek dan lingkungannya, menangani perubahan yang berasal dari stresor lingkungan, dan membuat keputusan penting.
Rumusan Masalah
Apa pengertian dari berpikir kritis dalam keperawatan?
Apa yang melatar belakangi berpikir kritis dalam keperawatan?
Apa karakteristik dari berpikir kritis?
Bagaimana cara berpikir kritis yang baik?
Apa sajalah model dari berpikir kritis?
Tujuan Pembahasan
Kami menulis makalah ini bertujuan untuk membahas lebih dalam tentang berpikir kritis. Serta kita dapat mengetahui pentingnya berpikir kritis terutama bagi seorang perawat, sehingga dapat menangani pasien dengan cepat dan tetap.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi. Informasi tersebut didapatkan dari hasil pengamatan, pengalaman, akal sehat, atau komunikasi. Berpikir bukan merupakan sebuah proses statis; berpikir dapat berubah setiap hari atau bahkan setiap jam. Karna berpikir sangat dinamis (berubah secara konstan) dan karena semua tindakan keperawatan memerlukan pemikiran, maka penting untuk memahami secara umum. Penting juga untuk memahami gaya dan pola unik seseorang serta mengidentifikasi tentang apa yang membantu seseorang untuk dapat berpikir lebih baik.
Dalam 10 menit sebelum anda mulai membaca teks ini, anda mungkin telah berpikir, “apakah saya harus membaca sekarang atau menonton TV?” “apakah saya harus berbaring di tempat tidur atau duduk dikursi?” “apakah saya harus menggunakan stabilo atau saya hanya membaca saja?” anda memikirkan jawabannya untuk setiap pertanyaan tersebut. Bagaimana anda memikirkan jawaban tersebut? Apakah anda mengingat perkataan guru anda bahwa konsentrasi akan meningkat jika anda duduk dekat meja? Apakah anda berbaring di atas tempat tidur karena anda selalu berbaring di atas tempat tidur ketika sedang belajar? Apakah anda mempertimbangkan semua pilihan dan berpikir mengenai keuntungan dan kerugiannya sebelum memutuskan model belajar yang anda gunakan?
Setiap pilihan ini atau kombinasinya memerlukan model berpikir yang berbeda. Anda mungkin bergantung pada kebiasaan masalalu atau situasi belajar dilihat sebagai suatu masalah yang harus diselesaikan. Mungkin anda memutuskan untuk melakukan suatu hal baru atau berbeda, seperti membaca sembari mengayuh sepeda statis dan mendengarkan musik. Semua tindakan yang anda lakukan memerlukan pemikiran, tetapi tidak semua pemikiran sama. Jika anda seperti sebagian besar masyarakat, anda tidak menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan tentang cara berpikir yang berbeda. Anda bahkan mungkin tidak berpikir bahwa memikirkan cara berpikir adalah hal penting. Kami percaya bahwa itu penting. Semakin baik anda memahami cara berpikir anda, semakin mudah untuk mengembangkan dan memelihara cara berpikir anda dalam keperawatan.
Dalam keperawatan, berpikir kritis adalah suatu kemampuan bagaimana perawat mampu berpikir dengan sistematis dan menerapkan standar intelektual untuk menganalisis proses berpikir. Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu komponen penting dalam mempertanggung jawabkan profesionalisme dan kualitas pelayanan asuhan keperawatan.
Latar Belakang Berpikir Kritis dalam Keperawatan
Saat perawat bertemu klien, perawat akan selalu menggunakan pemikiran. Misalnya, menggunakan pemikiran untuk mengumpulkan data dan membuat kesimpulan. Setelah membuat kesimpulan perawat akan menerapkan problemsolving dengan melakukan sesuatu pemecahan masalah guna memenuhi kebutuhan dasar klien. Penerapan berpikik kritis dalam proses keperawatan diintregrasikan dalam tahap-tahap proses keperawatan dan digunakan untuk pengkajian rumusan diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.
Berfikir Kritis dalam Tahap Pengkajian dan Diagnosis
Berpikir kritis pada tahap pengkajian adalah proses pemahaman tentang informasi apa yang dikumpulkan, metode pengumpulan data yang akan dilakukan, berpikir tentang kesesuaian informasi, dan membuat suatu kesimpulan tentang respons klien terhadap kondisi sakitnya.
Perumusan masalah keperawatan merupakan kesimpulan dari hasil pengkajian dan mengandung dua kategori mendasar, yaitu kekuatan dan perhatian terhadap masalah kesehatan klien. Perhatian terhadap masalah meliputi kemampuan perawat untuk mengatasi masalah secara mandiri, an perlunya keterlibatan profesi lain dan bekerja sama secara interdisiplin, serta perlu/tidaknya perawatan klien yang harus dirujuk ke tenaga kesehatan lain. Dengan demikian, berpikir kritis pada tahap pengkajian meliputi kegiatan mengumpulkan data dan validasi.
Perumusan diagnosis keperawatan merupakan tahap pengambilan keputusan yang paling kritis, karena harus menentukan masalah dan argumentasi secara rasional. Oleh karena itu, perlu dilatih sehingga lebih tajam dalam mengidentifikasi masalah.
Berpikir Kritis dalam Tahap Perencanaan
Berpikir dalam perencanaan brarti menggunakan pengetahuan untuk mengembangkan hasil untuk diharapkan. Selain itu juga memerlukan keterampilan guna mensintesis ilmu yang dimiliki untuk memilih tindakan yang tepat. Perencanaan asuhan keperawatan biasanya ditulis berisikan di mana dan bagaimana menolong klien berdasarkan responsnya terhadap kondisi penyakit. Bekerja dengan klien untuk memecahkan masalah yang dihadapinya adalah hal yang paling prioritas, begitu juga mengembangkan tujuan perawatan dan bekerja sama dalam pencapaian tujuannya.
Berpikir Kritis dalam Tahap Implementasi
Berfikir kristis pada tahap implementasi tindakan keperawatan adalah keterampilan dalam menguji hipotesis, karena tindakan keperawatn adalah tindakan nyata yang menentukan tingkat keberhasilan untuk mencapai tujuan. Bekerja melalui aktivitas khusus, yaitu asuhan keperawatan untuk membantu mencapai tujuan dalam perencanaan keperawatan, akan selalu menggunakan pikiran tentang apa yang harus dilakukan, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana intervensi keperawatan itu dilakukan.
Berpikir Kritis dalam Tahap Evaluasi
Berpikir kritis dalam tahap evaluasi adalah mengkaji efektivitas tindakan di mana perawat harus dapat mengambil keputusan tentang pemenuhan kebutuhan dasar klien, dan memutuskan apakah tindakan keperawatan perlu diulang. Berpikir dan kumpulkan informasi tentang respons klien setelah beberapa tindakan keperawatan dilakukan. Bekerja sama dengan klien dalam rangka evaluasi tindakan keperawatan adalah sangat penting. Berpikir kritis dalam tahap evaluasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan model konsep total recall.
Karakteristik Berpikir Kritis dalam Keperawatan
Berikut ini adalah karakteristik dari proses berpikir kritis dan penjabarannya.
Konseptualisasi
Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu konsep. Dan konseptualisasi merupakan pemikiran abstrak yang digeneralisasi secara otomatis menjadi simbol-simbol dan disimpan di dalam otak.
Rasional dan Beralasan (reasonable)
Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan mempunyai dasar kuat dari fakta atau fenomena nyata.
Reflektif
Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau persepsi dalam berpikir atau mengambil keputusan, tetapi akan menyediakan waktu untuk mengumpulkan data dan menganalisisnya berdasarkan disiplin ilmu, fakta, dan kejadian.
Bagian dari suatu sikap
Yaitu bagian dari suatu sikap yang harus diambil. Pemikir kritis akan selalu menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih buruk dibanding yang lain, dengan menjawab pertanyaan mengapa bisa begitu dan bagaimana seharusnya.
Kemandirian Berpikir
Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya, tidak pasif menerima pemikiran dan keyakinan orang lain, menganalisis semua isu, memutuskan secara benar, dan dapat dipercaya.
Berpikir Kritis Adalah Berpikir Kreatif
Maksudnya yaitu selalu menggunakan ketrampilan intelektualnya untuk mencipta berdasarkan suatu pemikiran yang baru dan dihasilkan dari sintesis beberapa konsep.
Berpikir Adil dan Terbuka
Yaitu mencoba untuk berubah, dari pemikiran yang salah dan kurang menguntungkan menjadi benar dan lebih baik. Perubahan dilakukan dengan penuh kesabaran dan kemauan, kemudian hasilnya disosialisasikan beserta argumentasi mengapa memilih dan memutuskan seperti itu.
Pengambilan Keputusan Berdasarkan Keyakinan
Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan kesimpulan, mencipta sesuatu pemikiran baru dan alternatif solusi tindakan yang akan diambil.
Cara Berpikir Kritis Yang Baik
Mengenali Masalah ( Defining and dlarifying problem)
Mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan pokok.
Membandingkan kesamaan dan perbedaan-perbedaan.
Memilih informasi yang relevan.
Merumuskan /memformulasikan masalah.
Menilai informasi yang relevan
Menyeleksi fakta, opini, hasil nalar/judgment.
Mengecek konsistensi.
Mengidentifikasi asumsi.
Mengenali kemungkinan faktor stereotip.
Mengenali kemungkinan emosi, propaganda, salah penafsiran kalimat.
Mengenali kemungkinan perbedaan informasi orientasi nilai dan ideologi.
Pemecahan Masalah / Penarikan kesimpulan
Mengenali data-data yang diperlukan dan cukup tidaknya data.
Meramalkan konsekuensi yang mungkin terjadi dari keputusan/pemecahan masalah/kesimpulan yang diambil.
Model dari Berpikir Kritis
Dalam berpikir kritis terdapat beberapa model, yaitu:
Ingatan Total (T)
Berarti mengingat atau mempelajari beberapa fakta atau tempat dan bagaimana cara untuk menemukannya ketika dibutuhkan. Fakta-fakta ini disimpan dalam ingatan atau pikiran, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Memori merupakan suatu proses yang kompleks. Beberapa orang dapat mengingat banyak fakta-fakta yang tampaknya asing tanpa berupaya keras, sementara orang lain harus berupaya keras.
2. Kebiasan (H)
Kebiasaan adalah pendekatan berpikir yang sering kali diulang sehingga menjadi sifat alami kedua. Kebiasaan menghasilkan cara-cara yang dapat diterima dalam melakukan segala hal. Kebiasaan memungkinkan seseorang melakukan suatu tindakan tanpa harus memikirkan sebuah metode dari setiap kali ia akan bertindak. Ada kebiasaan lain yang asal pemikirannya tidak jelas, ini adalah proses intuitif. Intuisi sering dijelaskan sebagai sebuah “reaksi dari dalam diri”. Polanyi (1964) menjelaskan fenomena serupa, yang disebut “pengetahuan yang diam”, yaitu langkah penemuan pengetahuan itu tidak dapat diidentifikasikan.
3. Penyelidikan (I)
Penyelidikan adalah memeriksa isu secara sangat mendetail dan mempertanyakan isu yang mungkin segera tampak dengan jelas. Apabila anda menggunakan tingkat pertanyaan ini dalam situasi sosial, anda akan disebut “terlalu memaksa”. Penyelidikan termasuk menggali dan mempertanyakan segala hal terutama asumsi pribadi seseorang dalam situasi tertentu. Penyelidikan berarti tidak menilai sesuatu berdasarkan bentuk luarnya, mencari faktor-faktor yang kurang jelas, meragukan semua pesan pertama, dan memeriksa segala sesuatu, walaupun hal tersebut tampak tidak bermakna.
4. Ide baru dan Kreativitas (N)
Ide baru dan Kreativitas merupakan model berpikir yang sangat khusus bagi anda. Ide baru dan Kreativitas sangat penting dalam keperawatan karena merupakan akar dari asuhan yang diindividualisasi atau asuhan yang sesuai dengan spesifikasi klien. Banyak hal yang dipelajari perawat yang harus digabungkan, disesuaikan, dan dikerjakan ulang untuk menyesuaikan dengan setiap situasi klien yang unik.
5. Mengetahui Bagaimana Anda Berpikir (K)
Mengetahui bagaimana anda berpikir adalah model T.H.I.N.K. yang terakhir, tetapi bukan tidak penting, berarti berpikir tentang pemikiran seseorang. Berpikir tentang pemikiran disebut “metakognisi” sebuah kata yang terdiri dari kata awalan, “meta”, yang berarti “diantara atau ditengah-tengah dari”, dan “kognisi”, yang berarti “proses mengetahui”. Apabila anda berada ditengah-tengah proses mencari tahu, Anda akan mengetahui bagaimana Anda berpikir. Mengetahui bagaimana anda berpikir tidak sesederhana seperti yang terdengar. Sebagian besar kita “hanya berpikir”, kita tidak menghabiskan banyak waktu untuk merenungkan bagaimana kita berpikir.
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu komponen penting dalam mempertanggungjawabkan profesionalisme dan kualitas pelayan asuhan keperawatan. Berpikir kritis merupakan pengujian rasional terhadap ide, pengaruh, asumsi, prisip, argumen, kesimpulan, isu, pertanyaan, keyakinan, dan aktivitas.
Proses keperawatan yang didasarkan pada paradigma model adaptasi dari Roy dan PNI mempunyai kerangka berpikir kritis yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara koherensi. Sakit terjadi jika individu tidak mampu beradaptasi secara holistis dari stresor yang didapatkan. Intervensi keperawatan bertujuan sebagai stimulus terhadap stres (sakit) yang berperan memperbaiki jenis koping (cognator) individu melalui proses pembelajaran. Perbaikan respons cognator berpengaruh terhadap sistem hormonal yang dirambatkan melalui mekanisme HPA-Aksis mempunyai efek terhadap respons imunitas (Th) dalam Roy disebut regulator.
Saran
Demikian atas ulasan dari makalah ini dari penulis untuk memperjelas dalam pembahasan “Konsep Berpikir Kritis Dalam Keperawatan”. apabila ada kekeliruan atau tidak jelasnya dalam makalah ini dapat menghubungi penulis, dan apabila ada kekurangan dari materi ini diharapkan pembaca dapat membantu dalam memperbaiki makalah ini.terimakasih.
Daftar Pustaka
Deswani. 2009. Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. 2009. Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktik. Jakarta: Salemba Medika.
Rubenfeld, M, Gaie. 2006. Berpikir Kritis dalam Keperawatan. Jakarta: EGC.
Rubenfeld, M, Gaie. 2010. Berpikir Kritis untuk Perawat: Strategis Berbasis Kompetensi. Jakarta:EGC
MAKALAH
SEJARAH KEPERAWATAN NASIONAL DAN INTERNASIONAL
Disusun Oleh :
Danik Supriyanti
STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS
S1 ILMU KEPERAWATAN KELAS BLORA
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan maksimal. Makalah yang berjudul “Sejarah Keperawatan Nasional dan Internasional”, disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar I.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik konstruktif dari berbagai pihak terutama dari dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar I untuk kesempurnaan dalam pembuatan makalah yang akan datang.
Akhirnya penyusunan berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya, khususnya bagi masyarakat luas.
Blora, 22 September 2017
Penyusun
Danik S
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Virginia Henderson memperkenalkan definising of nursing (defenisi keperawatan). Definisinya mengenai keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang pendidikannya. Ia menyatakan bahwa definisi keperawatan harus menyertakan prinsip kesetimbangan fisiologis. Definisi ini dipengaruhi oleh persahabatan Henderson dengan seorang ahli fisiologis bernama Stackpole. Henderson sendiri kemudian mengemukakan definisi keperawatan yang ditinjau dari sisi fungsional.
Definisi dari Virginia Henderson, seorang ahli teori keperawatan yang berasal dari Amerika ini, pada tahun 1966 mendefinisikan keperawatan dalam kaitannya dengan peran perawat. “Peran unik perawat adalah membantu individu, sakit atau sehat, dalam melakukan tindakan-tindakan yang berperan untuk kesehatan dan kesembuhan ( atau kemaian yang damai ), tindakan-tindakan itu akan dilakukan sendiri oleh individu tersebut seandainya ia memiliki kekuatan, kemauan, atau pengetahuan. Perawat melakukan hal ini sedemikian rupa sehingga individu tersebut memperoleh kemandirian secepat mungkin” (Henderson, 1966).
Peran keperawatan telah mengalami perubahan besar dalam tahun-tahun terakhir, terutama pada peran peran praktek ditingkat yang lebih tinggi, yang terus berkembang dengan pesat. Sumber : Ensiklopedia Keperawatan oleh Chris Brooker.
Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan profesional yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan. Layanan ini berbentuk layanan bio-psiko-sosio-spiritual komprehensif yang ditunjukkan bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia ( Lokakarya Keperawatan Nasioanal, 1983 ). Sumber : Konsep Dasar Keperawatan oleh Ns. Asmadi, S. Kep
Didunia keperawatan, Florence Nightingale diberi predikat sebagai pembaru, reaksioner, dan peneliti. Penelitiannya telah memberikan sumbangsih positif thaap usaha-usaha ke arah peningkatan dan perbaikan kinerja asuhan keperawatan dan kesehatan pada umumnya. Karya Nightingale yang berjdul Nothes on Nursing 1859 menjelaskan, aktivitas penelitian awalnya yang terfokus pada pentingnya lingkungan yang sehat dalam mendorong kesehaan fisik dan mental pasien (patient’s physical and mental wellbeing). Sumber : Riset Keperawatan : Sejarah dan Metodologi oleh Prof. Dr. Sudarwan Dahim
Rumusan masalah
Bagaimana perkembangan keperawatan Nasional?
Bagaimana perkembangan keperawatan Internasional?
Tujuan
Tujuan umum
Untuk memenuhi tugas ilmu keperawatan dasar dan untuk menambah wawasan para pembaca tentang “Sejarah Perkembangan Keperawatan Nasional dan Internasional”.
Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu mengetahui sejarah perkembangan keperawatan internasional dimulai dari zaman primitif, zaman permulaan masehi, zaman permulaan abad pertengahan, zaman pertengahan, zaman modern.
Mahasiswa mampu mengetahui sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia yang dimulai dari kuno, perawatan pada zaman penjajahan Belanda, zaman Jepang, zaman kemerdekaan RI
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah Keperawatan Internasional
Zaman Primitif
Keperawatan sudah ada sejak zaman adanya manusia dimuka bumi ini. Bisa dikatakan, keperawatan sudah ada sejak zaman purba. Pendapat ini didukung oleh kenyataan bahwa keperawatan awalnya adalah kegiatan yang dilakuan atas dasar “Mother Instinct ”. Setiap manusia pasti memiliki naluri. Jadi, bisa dikatakan naluri keperawatan ada dalam setiap pribadi manusia.
Perkembangan keperawatan pada zaman purba juga dipengaruhi oleh agama atau kepercayaan. Penduduk Mesir ( 5000 SM ) menyembah dewa Iris untuk meminta kesembuhan bagi orang yang sakit dan mendirikan kuil sebagai rumah sakit. Raja Asoka di India mendirikan sekolah-sekolah untuk mendidik para calon perawat, sedangkan penduduk Yunani mengenal dewa pengobatan yang disebut Aeskulapius dan membangun kuil menyerupai sanatorium untuk merawat orang-orang sakit. Di Romawi, pemerintahannya mendirikan rumah sakit dan memanfaatkan tenaga budak- laki-laki atau perempuan yang berkelakuan baik-sebagai perawat.
Zaman permulaan masehi
Zaman ini dipengaruhi oleh perkembangan dan penyebaran dua agama besar, yakni Kristen dan Islam. Kristen mengenalkan keperawatan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh biarawati, sedangkan Islam mengenalkan ilmu pengetahuan yang sangat maju dalam bidang pengobatan dan keperawatan yang dilandasi oleh kasih sayang. Banyak orang yang akhirnya beralih ke Negara Islam Timur Tengah untuk mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, termasuk ilmu pengobatan dan keperawatan. Pada zaman ini, muncul tokoh Islam yang sangat terkenal dalam bidang kedokteran, yaitu Ibnu Sina.
Zaman pertengahan
Pada zaman ini, terjadi perang besar antar agama yang dikenal dengan perang salib. Perang ini membawa banyak derita bagi rakyat seperti korban luka dan terbunuh, kelaparan, berbagai penyakit, dan lain-lain. Untuk mengatasi kondisi tersebut, mulai didirikan sejumlah rumah sakit guna memberi pertolongan dan perawatan bagi korban perang. Akhirnya, ilmu pengetahuan dan perawatan terus mengalami kemajuan. Akan tetapi, kiblat pembelajaran untuk ilmu pengobatan dan perawatan yang semula ada di negara Islam kini beralih ke negara Barat.
Zaman baru (Renaisans)
Pengaruh renaisans juga merambah ilmu keperawatan atau ilmu kesehatan. Pengeloaan rumah sakit yang semula dikerjakan oleh pihak gereja pada masa tersebut diambil alih oleh sipil akhirnya perawatan bagi oang sakit pun mengalami kemunduruan karena peran perawat digantikan oleh orang awam yang tidak mengerti tentang keperawatan.
Pada zaman ini,muncul seorang tokoh keperawatan yang bernama Florens Nightangel ia mengembangkan suatu model praktik asuhan keperawatan yang menyatakan bahwa kondisi sakit seseorang disebabkan oleh faktor lingkungan karenanya praktik keperawatan ditekankan pada perubahan lingkungan yang memberi pengaruh pada kesehatan.Selain itu pada zaman ini berdiri palang merah internasional yang dipelopori oleh Hendri Dunang lembaga ini dibentuk untuk menanpung para korban perang mendirikan rumah sakit dan mendidik perawat dalam melakukan p3k. Pekerjaanya dititik beratkan pada upaya memajukan kesehatan mencegah penyakit dan meringankan penderitaan pasien.
Zaman Modern
Kiprah Florence Nightangel dalam keperawatan rupanya berpengaruh besar pada perkembangan keperawatan diera berikutnya. Diantaranya adalah pembangunan sekolah-sekolah perawat dan pendirian perhimpunan perawat nasional Inggris oleh Erenwick pada tahun 1887. Perhimpuan ini bertujuan untuk mempersatuan perwat-perawat yang ada diseluruh Inggris. Kemudian pada 1 juli 1889 Erenwick juga mendirikan sebuah lembaga yang disebut ICN.
Setelah era tersebut dunia keperawatan terus berkembang dengan pesat. Kondisi ini munculnya tokoh-tokoh penting dalam keperawatan seperti, Hildegard E.Peplau ( 1952 ). Ia mengemukakan bahwa hubungan antar manusia merupakan dasar bagi perawat untuk mengkaji proses hubungan dengan pasien. Id jean Orlando ( 1961 ). Ia menekankan bahwa keperawatan bertujuan untuk merespon perilaku klien dalam memenuhi kebutuhan dengan segera. Virginia Handerson ( 1966 ). Ia menekankan bahwa perawat hanya membantu pasien dalam melakuan hal yang tidak dapat ia lakuan ia sendiri agar kemandirian pasien meningkat. Sister Calista Roy ( 1970 ). Ia menekankan bahwa peran perawat adalah untuk memberi kemudahan bagi pasien guna menggunakan pengembangan penyesuaian diri pasien. Martha E Rogher ( 1970). Ia menekankan bahwa manusia mempunyai sifat alamiah yang tidak dapat dipisahkan dari lingkungan.
Dan masih banyak lagi tokoh keperawatan lain yang tidak disebutkan disini. Lebih lanjut, perkembangan keperawatan di dunia bukan hanya berfokus pada aspek pelayanan, tetapi pada juga jenjang pendidikan keperawatan. Ditingkat dunia, pendidikan keperawatan sudah mencapai tingkat doktoral. Sayangnya, kondisi ini berbeda dengan perkembangan pendidikan keperawatan di negara kita.
Sejarah Perkembangan Keperawatan Nasional
Zaman VOC ( 1602-1799 )
Untuk kepentingan usaha perdagangan tentara Belanda, pada 1799 didirikan Binnen Hospital di Batavia ( sekarang di Jakarta ). Rumah sakit ini memanfaatkan tenaga perawat yang berasal dari Boemi Poetra ( Kaum Terjajah ) yang disebut dengan pembantu orang sakit ( POS ). Setelah VOC bubar didirikan sejumlah usaha dalam bidang kesehatan, antara lain Dinas Kesehatan Tentara. (Militaire Gezondsheids Deints) dan Dinas Kesehatan Rakyat (Burgerlijke Gezon Deints).
Zaman Penjajahan Belanda ( 1799-1811 )
Tidak ada usaha kesehatan yang menonjol pada masa ini. Secara umum, pemerintah hanya melanjutkan apa yang telah dirintis oleh pendahulunya (VOC).
Zaman Penjajahan Inggris ( 1811-1816 )
Pada masa ini, mulai berkembang bentuk usaha kesehatan yang dipelopori oleh Raffles. Usaha ini meliputi kegiatan vaksinasi cacar secara masal, perbaikan perawatan kesehatan jiwa, dan perawatan bagi tahanan.
Zaman Penjajahan Belanda II (1816-1942 )
Setelah pemerintahan diserahkan kembali pada Belanda, usaha kesehatan di Indonesia semakin maju. Pada masa ini, pemerintah berhasil meluncurkan undang-undang kesehatan yang disusun oleh Prof. Dr. Reinwardt. Selain itu, pada tahun 1819, Residen V Pabst mendirikan sebuah rumah sakit umum yang diberi nama Rumah Sakit Stadsverband dan berkedudukan di Glodok. Rumah sakit ini kemudian berganti nama menjadi Central Burgerlijke Ziekeninrichting dan dipindahkan ke Salemba.
Zaman Penjajahan Jepang (1942-1945 )
Pada zaman penjajahan Jepang, keperawatan di Indonesia boleh dikatakan mengalami kemunduran. Tampuk kepemimpinan rumah sakit diambil alih oleh Jepang dan sebagian lagi dipegang oleh bangsa Indonesia. Pada masa ini, wabah penyakit menyebar dimana-mana akibat minimnya suplai obat-obatan. Tidak hanya itu kita bahkan terpaksa menggunakan daun pisang dan pelepah batang pisang sebagai ganti balutan yang persediaannya sangat tipis. Dapat dikatakan, zaman penjajahan Jepang merupakan zaman yang sungguh tidak manusiawi.
Zaman Kemerdekaan Sampai Sekarang ( 1945-sekarang )
Pada awal kemerdekaan, ditemui banyak sekali kekurangan pada kondisi perumahsakitan dan perawatan di Indonesia, diantaranya adalah suplai obat-obatan yang minim. Kondisi ini lambat laun mulai mengalami perubahan, terutama dengan didirikannya sejumlah institusi pendidikaan keperawatan sampai jenjang tinggi.
Pola pikir individu, sedangkan pola pikir berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Dengan demikian, dapat kita katakan bahwa pola pikir seseorang yang berpendidikan rendah akan berbeda dengan pola pikir orang yang berpendidikan tinggi.
Perkembangan pendidikan keperawatan di luar negeri yang berlangsung mulus ternyata berbeda jauh dengan perkembangan keperawatan di Indonesia yang penuh dengan lika-liku dan tersendat-sendat. Tidak banyak literatur yang mencatat sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia secara khusus. Tidak bisa kita pungkiri, perkembangan keperawatan Asean lainnya, Indonesia masih ketinggalan jauh. Filiphina misalnya, negara itu telah memiliki fakultas Keperawatan sejak tahun 1948, sedangkan Thailand mempunyai Fakutas Keperawatan sejak awal tahun 1960.
Program Studi Ilmu Keperawatan yang kedua dibuka di Universitas Padjajaran Bandung. Langkah ini kemudian diikuti universitas-universitas lain diseluruh Indonesia. Perkembangan lain yang terjadi didunia pendidikan keperawatan adalah perubahan status pendidikan keperawatan yang semula berada dibawah tanggung jawab Departemen Kesehatan, secara bertahap beralih ke Departemen Pendidikan Nasional.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Keperawatan merupakan sebuah ilmu dan profesi yang memberikan pelayanan kesehatan guna untuk meningkatkan kesehatan bagi masyarakat. Keperawatan ternyata sudah ada sejak manusia itu ada dan hingga saat ini profesi keperawatan berkembang dengan pesat. Sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia tidak hanya berlangsung ditatanan praktik, dalam hal ini layanan keperawatan, tetapi juga didunia pendidikan keperawatan. Tidak asing lagi, pendidikan keperawatan memberi pengaruh yang besar terhadap kualitas pelayanan keperawatan. Karenanya, perawat harus terus meningkatkan kompetensi dirinya, salah satunya melalui pendidikan keperawatan yang berkelanjutan.
Saran
Dari kesimpulan yang ada maka kita sebagai perawat atau calon perawat harus terus meningkatkan kompetensi dirinya, salah satunya melalui pendidikan keperawatan yang berkelanjutan, sehingga kita tidak mengalami ketertinggalan dari keperawatan internasional.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008.Konsep Dasar Keperawatan.Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Chris Brooker. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Prof. Dr. Sudarwan Dahim. 2003. Riset Keperawatan Sejarah dan Metodologi. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.