Academia.eduAcademia.edu

RPL A.pdf

MODUL DIKLAT PKB GURU PEDAGOGIK GRADE 9 MODUL GURU PEMBELAJAR PAKET KEAHLIAN PEDAGOGIK Kelompok Kompetensi A Penulis: Nasrah Natsir, S.Pd., M.Pd Penulis : Riana T.M. LEMBAGA PENGEMBANGAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN BIDANG KELAUTAN, PERIKANAN DAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan KOMUNIKASI (LPPPTK KPTK) Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan NOVEMBER Tahun 20162015 i HALAMAN PERANCIS Penulis : 1. Dr. Riana T. M (Email: [email protected] ; 081255192349) Layouter: 1. Descy Arfiyani, S.Sn (Email: [email protected] ; Telp: 085643304927) Ilustrator : 1. Faizal Reza Nurzeha, Amd (Email : [email protected] ; Telp: 085242177945) Copyright ©2016 Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan Tenaga Kependidikan Bidang Kelautan Perikanan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengkopi sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial tanpa izin tertulis dari Kementrian Pendidikan Kebudayaan. ii KATA SAMBUTAN Peran guru profesional dalam proses pembelajaran sangat penting sebagai kunci keberhasilan belajar siswa. Guru profesional adalah guru yang kopeten membangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Hal ini tersebut menjadikan guru sebagai komponen yang menjadi fokus perhatian pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam peningkatan mutu pendidikan terutama menyangkut kopetensi guru. Pengembangan profesionalitas guru melalui program Guru Pembelajar (GP) merupakan upaya peningkatan kompetensi untuk semua guru. Sejalan dengan hal tersebut, pemetaan kopetensi guru telah dilakukan melalui uji kompetensi guru (UKG) untuk kompetensi pedagogik dan profesional pada akhir tahun 2015. Hasil UKG menunjukan peta kekuatan dan kelemahan kompetensi guru dalam penguasaan pengetahuan. Peta kompetensi guru tersebut dikelompokan menjadi 10 (sepuluh) kelopok kompetensi. Tindak lanjut pelaksanaan UKG diwujudkan dalam bentuk pelatihan guru paska UKG melalui program Guru Pembelajar. Tujuannya untuk meningkatkan kompetensi guru sebagai agen perubahaan dan sumber belajar utama bagi peserta didik. Program Guru Pembelajar dilaksanakan melalui pola tatap muka, daring (online) dan campuran (blended) tatap muka dengan online. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenag Kependidikan (PPPPTK), Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kelautan Perikanan Teknologi Informasi dan Komunikasi (LP3TK KPTK) dan Lembaga Pengembangan dan Pemberayaan Kepala Sekolah (LP2KS) merupakan Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan yang bertanggung jawab dalam mengembangkan perangkat dan melaksanakan peningkaan kompetensi guru sesuai dengan bidangnya. Adapun peragkat pembelajaran yang dikembangkan tersebut adalah modul untuk program Guru Pembelajar (GP) tatap muka dan GP online untuk semua mata iii pelajaran dan kelompok kompetensi. Dengan modul ini diharapkan program GP memberikan sumbangan yang sangat besar dalam peningkatan kualitas kompetensi guru. Mari kita sukseskan program GP ini untuk mewujudkan Guru Mulia Karena Karya. Jakarta, Februari 2016 Direktur Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan Sumarna Surapranata, Ph.D NIP. 195908011985031002 iv KATA PENGANTAR Profesi guru dan tenaga kependidikan harus dihargai dan dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Hal ini dikarenakan guru dan tenaga kependidikan merupakan tenaga profesional yang mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat penting dalam mencapai visi pendidikan 2025 yaitu “Menciptakan Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif”. Untuk itu guru dan tenaga kependidikan yang profesional wajib melakukan pengembangan keprofesian berkelanjutan. Buku pedoman Pedoman Penyusunan Modul Diklat Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Bagi Guru dan Tenaga Kependidikan untuk institusi penyelenggara program pengembangan keprofesian berkelanjutan merupakan petunjuk bagi penyelenggara pelatihan di dalam melaksakan pengembangan modul yang merupakan salah satu sumber belajar bagi guru dan tenaga kependidikan. Buku ini disajikan untuk memberikan penyusunan modul sebagai salah satu bentuk bahan informasi tentang dalam kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi guru dan tenaga kependidikan. Pada kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi secara maksimal dalam mewujudkan buku ini, mudah-mudahan buku ini dapat menjadi acuan dan sumber inspirasi bagi guru dan semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan penyusunan modul untuk pengembangan keprofesian berkelanjutan. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk menyempurnakan buku ini di masa mendatang. Makassar, Februari 2016 Kepala LPPPTK KPTK Gowa Sulawesi Selatan, Dr. H. Rusdi, M.Pd, NIP 19650430 1991 93 1004 v DAFTAR ISI Halaman BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Tujuan 1 C. Peta Kompetensi 2 D. Ruang Lingkup 3 KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 KARAKTERISTIK 5 PESERTA DIDIK A. Indikator Keberhasilan 5 B. Indikator Pencapaian Kompetensi 5 C. Uraian Materi 5 1. Peserta Didik 5 2. Karakteristik 6 3. Pengertian Karakteristik Peserta Didik 7 4. Karakteristik Peserta Didik Berdasarkan 7 Aspek Fisik 5. Karakteristik Peserta Didik Berdasarkan 8 Aspek Intelektual 6. Karakteristik Peserta Didik Berdasarkan 9 Aspek Sosio-Emosional 7. Karakteristik Peserta Didik Berdasarkan 11 Aspek Moral 8. Karakteristik Peserta Didik berdasarkan Aspek 18 Spiritual 9. Karakteristik Peserta Didik berdasarkan Aspek 18 Latar Belakang Sosial-Budaya BAB II vi D. Rangkuman 19 E. Tugas 19 F. 20 Evaluasi / Latihan G. Balikan dan Tindak Lanjut 21 MATERI POKOK 2 POTENSI PESERTA DIDIK 22 A. Indikator Keberhasilan 22 B. Uraian Materi 22 1. Pengertian Potensi Peserta Didik 22 2. Potensi Peserta Didik Berdasarkan Bakat dan 23 Minat 3. Pengembangan Diri 23 4. Potensi Peserta Didik Sesuai Dengan Bakat 24 dan Minat BAB III C. Rangkuman 31 D. Tugas 31 E. Evaluasi / Latihan 32 F. 33 Balikan dan Tindak Lanjut MATERI POKOK 3 BEKAL AJAR AWAL PESERTA 34 DIDIK A. Indikator Keberhasilan 34 B. Uraian Materi 34 1. Bekal Ajar Diidentifikasi Berdasarkan Sikap 34 Awal 2. Bekal Ajar Diidentifikasi Berdasarkan 38 Pengetahuan Awal 3. Bekal Ajar Diidentifikasi Berdasarkan 41 Keterampilan Awal 4. Hasil Identifikasi Bekal Ajar Awal 43 Dimanfaatkan Untuk Penyusunan Program Pembelajaran BAB IV C. Rangkuman 45 D. Tugas 46 E. Evaluasi / Latihan 46 F. 48 Balikan dan Tindak Lanjut MATERI POKOK 4 KESULITAN BELAJAR PESERTA 49 DIDIK A. Indikator Keberhasilan 49 B. Uraian Materi 49 vii 1. Pengertian Kesulitan Belajar 49 2. Penyebab Kesulitan Belajar Peserta Didik 50 Berdasarkan Faktor Internal (Psikologis & Fisiologis) 3. Penyebab Kesulitan Belajar Peserta Didik 55 Berdasarkan Aspek Sosial dan Non Sosial (Faktor Eksternal) 4. Penyebab Kesulitan Belajar Peserta Didik 57 Berdasarkan Pencapaian Kompetensi Mata Pelajaran Yang Diampu 5. Mengidentifikasi Kecakapan Peserta Didik 60 Yang Memerlukan Perbaikan 6. BAB V 62 C. Rangkuman 66 D. Tugas 68 E. Evaluasi / Latihan 68 F. 69 Balikan dan Tindak Lanjut PENUTUP 70 A. Kesimpulan 70 B. Balikan dan Tindak Lanjut 71 DAFTAR PUSTAKA viii Remedial dan Program Pengayaan 72 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Model Karakteristik Peserta didik 6 Gambar 1.2 Faktor Kecerdasan Emosional 11 Gambar 3.1. Faktor Akademis 40 Gambar 3.2. Langkah Penyusunan Program Pembelajaran 44 Gambar 4.1. Kesulitan Belajar 50 ix DAFTAR TABEL Tabel 4.1. Distribusi Kecerdasan IQ menurut Stanford Revision x 51 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai seorang pendidik, sangat perlu memahami perkembangan peserta didik. Perkembangan peserta didik tersebut meliputi: perkembangan fisik, perkembangan sosio emosional, dan bermuara pada perkembangan intelektual. Pemahaman terhadap perkembangan peserta didik di atas, sangat diperlukan untuk merancang pembelajaran yang kondusif yang akan dilaksanakan. Untuk menjalankan proses pembelajaran yang optimal pendidik harus menganalisis peserta didiknya terlebih dahulu yang meliputi karakteristik umum, karakteristik akademik, maupun karakteristik uniknya yang dapat mempengaruhi kemampuan, intelektual, dan proses belajarnya. B. Tujuan 1. Kompetensi Dasar Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: a. Menjelaskan karakteristik aspek fisik, intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial-budaya b. Mengidentifikasi potensi peserta dalam mata pelajaran yang diampu c. Mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta dalam mata pelajaran yang diampu. d. Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta dalam mata pelajaran yang diampu 2. Indikator Keberhasilan peserta didik a. Karakteristik berkaitan aspek fisik dijelaskan sesuai perkembangan usia b. Karakteristik berkaitan dengan aspek Intelektual, dikelompokkan sesuai dengan kondisi yang ada c. Karakteristik berkaitan dengan aspek Sosial (kerjasama, tanggung jawab, kepedulian, tenggang rasa dll) diidentifikasi sesuai dengan budaya lingkungan, aspek Emosional (sabar, toleran, santun dll) diidentifikasi sesuai dengan perkembangan kematangan kejiwaan, dan aspek Moral (etika, tanggung jawab, disiplin dll), dijelaskan sesuai dengan norma yang berlaku. 1 d. Karakteristik berkaitan dengan aspek Spiritual (taat, jujur, ketaqwaan dll) dijelaskan sesuai dengan ajaran agama yang dianut e. Karakteristik yang berkaitan dengan aspek Latar belakang sosial-budaya (suku, agama, dan ras diidentifikasi persamaan dan perbedaannya f. Potensi dalam mata pelajaran yang diampu diidentifikasi sesuai bakat dan minat g. Hasil identifikasi bekal ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu dimanfaatkan untuk penyusunan program pembelajaran h. Kesulitan belajar dalam mata pelajaran yang diampu diidentifikasi sesuai capaian perkembangan intelektual. i. Kesulitan belajar peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu dikelompokkan sesuai tingkat kesulitan belajarnya C. Peta Kompetensi Berdasarkan tujuan pembuatan modul, maka materi akan dibahas mengacu pada standar kompetensi menurut Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007, yaitu menguasai karakteristik peserta didik. 2 Menguasai Karakteristik Peserta Didik Menguasai Teori dan Prinsip Prinsip Pembelajaran Mengembangkan Kurikulum Dan Rancangan Pembelajaran Menyelenggarakan Pembelajaran yang Mendidik Memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk Kepentingan Pembelajaran Memfasilitasi Pengembangan Potensi Peserta Didik Menyelenggarakan Evaluasi dan Penilaian Proses dan Hasil Belajar Memanfaatkan Hasil Evaluasi dan Penilaian Untuk Kepentingan Pembelajaran Berkomunikasi Secara Efektif, Empirik dan Santun dengan Peserta Didik Melakukan Tindakan Reflektif untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Gambar 1. Peta Kompetensi D. Ruang Lingkup 1. Materi Pokok 1. Karakteristik peserta didik a. Karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik b. Karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek Intelektual, c. Karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek Sosial d. Karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek Emosional ( sabar, toleran, santun) 3 e. Karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek Moral (etika, tanggung jawab, disiplin), f. Karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek Spiritual (taat, jujur, ketaqwaan ) g. Karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek Latar belakang sosial-budaya (suku, agama, dan ras diidentifikasi persamaan dan perbedaannya) 2. Materi Pokok 2. Potensi peserta didik a. Potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu diidentifikasi sesuai dengan bakat b. Potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu diidentifikasi sesuai dengan minat 3. Materi Pokok 3. Bekal ajar awal peserta didik a. Bekal ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu diidentifikasi berdasarkan hasil pre tes b. Hasil identifikasi bekal ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu dimanfaatkan untuk penyusunan program pembelajaran c. 4. Metode pembelajaran yang dapat mengaktualisasikan potensi peserta didik Materi Pokok 4. Kesulitan belajar peserta didik a. Kesulitan belajar peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu sesuai capaian perkembangan intelektual b. Kesulitan belajar peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu dikelompokkan sesuai tingkat kesulitan belajarnya 4 BAB I KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK A. Indikator Keberhasilan a. Karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik b. Karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek Intelektual, c. Karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek Sosial e. Karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek Emosional ( sabar, toleran, santun) f. Karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek Moral (etika, tanggung jawab, disiplin) g. Karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek Spiritual (taat, jujur, ketaqwaan ) h. Karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek Latar belakang sosial-budaya (suku, agama, dan ras diidentifikasi persamaan dan perbedaannya) B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Meyimpulkan pengertian Perkembangan Peserta Didik dan arti penting mempelajarinya untuk calon pendidik yang dapat menjadikan dasar pijakan dalam pembelajaran di sekolah 2. Meyimpulkan tentang karakteristik perkembangan rentang kehidupan manusia dan berbagai ranah perkembangan setiap individu. 3. Meyimpulkan dasar pemahaman untuk memahami perbedaaan secara individual dari setiap tahapan perkembangan individu. C. Uraian Materi Karakteristik Peserta Didik 5 1. Peserta Didik Peserta didik menjadi pokok persoalan dan tumpuan perhatian dalam semua proses transformasi yang dikenal dengan sebutan pendidikan. Sebagai komponen penting dalam sistem pendidikan, peserta didik sering disebut sebagai bahan mentah. Dalam perspektif psikologis, peserta didik adalah individu yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis menurut fitrahnya masing-masing. Sebagai individu yang tumbuh, peserta didik memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten ke arah titik optimal kemampuan. 2. Karakteristik Menurut Moh. Uzer Usman (1989) Karakteristik adalah mengacu kepada karakter dan gaya hidup seseorang serta nilai-nilai yang berkembang secara teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan mudah di perhatikan. Menurut Sudirman (1990) Karakteristik peserta didik adalah keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada peserta didik sebagai hasil dari pembawaan dari lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya. Peserta didik atau peserta didik adalah orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan pendidikan. Peserta didik adalah unsur penting dalam kegiatan interaksi edukatif karena sebagai pokok persoalan dalam semua aktifitas pembelajaran. Secara Umum karakteristik peserta didik adalah karakter/gaya hidup individu secara umum (yang dipengaruhi oleh usia, gender, latar belakang) yang telah dibawa sejak lahir dan dari lingkungan sosialnya untuk menantukan kualitas hidupnya. tersenyum cemberut Senang ekspresinya Suka menangis tertawa Tidak menentu sedih ceria bahagia Gambar 1.1 Model Karakteristik Peserta didik 6 3. Pengertian Karakteristik peserta didik Menurut Piuas Partanto, Dahlan (1994) Karakteristik berasal dari kata karakter dengan arti tabiat/watak, pembawaan atau kebiasaan yang dimiliki oleh individu yang relatif tetap. Menurut Moh. Uzer Usman (1989) Karakteristik adalah mengacu kepada karakter dan gaya hidup seseorang serta nilai-nilai yang berkembang secara teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan mudah di perhatikan. Menurut Sudirman (1990) Karakteristik peserta didik adalah keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada peserta didik sebagai hasil dari pembawaan dari lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya. 4. Karakteristik Peserta Didik berdasarkan aspek Fisik Pertumbuhan fisik adalah perubahan–perubahan fisik yang terjadi dan merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Perubahan-perubahan ini meliputi: perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh, munculnya ciri-ciri kelamin utama(primer) dan ciri kelamin kedua(skunder) Istilah pertumbuhan biasa digunakan untuk menyatakan perubahan-perubahan ukuran fisik yang secara kuantitatif yang semakin lama semakin besar atau tinggi. Pokok-pokok pertumbuhan dan perkembangan: a. Pertumbuhan fisik, pada dasarnya merupakan perubahan fisik dari kecil atau pendek menjadi besar dan tinggi yang prosesnya terjadi sejak sebelum lahir hingga dia dewasa pertumbuhan fisik ini sifatnya dapat di indra oleh mata dan dapat di ukur oleh satuan tertentu. b. Pertumbuhan fisik berpengaruh terhadaf: (1) Perkembangan Intelektual atau daya pikir Intelek atau daya pikir seseorang berkembang berjalan dengan pertumbuhan saraf otaknya dalam tahap ini inidividu lebih menonjolkan pada sikap refleknya terhadap stimular dan respon terhadap stimulan tersebut. (2) Perkembangan emosi. Berhubungan erat dengan keinginan untuk segera memenuhi kebutuhan terutama kebutuhan primer. Emosi ini merupakan perasaaan yang disertai oleh perubahan perilaku fisik sebagai contoh bayi yang lapar akan menangis dan akan semakin keras tangisanya jika tidak segera diberi makan. (3) Perkembangan Sosial 7 Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya, setiap individu tidak dapat berdiri sendiri atau membutuhkan bantuan individu lain demi untuk dapat mempertahankan kehidupanya. (4) Perkembangan Bahasa Fungsi pokok bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau sarana pergaulan dengan sesamanya. Bahasa sebagai alat komunikasi dapat diartikan sebagai tanda, gerak, dan suara untuk mnyampaikan isi pikiran dan perasaan kepada orang lain, (5) Bakat Khusus seseorang yang memiliki bakat akan mudah dapat diamati karena kemampuan yang dimilikinya berkembang dengan pesat, seperti kemampuan dibidang seni, olahraga, atau ketrampilan (6). Sikap, Nilai, dan Moral. Adapun masa anak-anak, perkembangan moral yang terjadi masih relatif terbatas. 5. Karakteristik peserta didik berdasarkan aspek intelektual Binet dan Simon mendefinisikan intelligensi sebagai kemampuan untuk mengarahkan fikiran atau tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut dilaksanakan, dan kemampuan untuk mengeritik diri sendiri atau melakukan autocriticsm. Istilah kemampuan dan kecerdasan luar biasa sering dipadankan dengan istilah "gifted" atau berbakat. Meskipun hingga saat ini belum ada satu definisi tunggal yang mencakup seluruh pengertian anak berbakat. Sebutan lain bagi anak gifted ini misalnya genius, bright, dan talented. Satu ciri yang paling umum diterima sebagai ciri anak berbakat ialah memiliki kecerdasan yang lebih tinggi dari anak normal, sebagaimana di ukur oleh alat ukur kecerdasan (IQ) yang sudah baku. Pada mulanya memang tingkat kecerdasan (IQ) dipandang sebagai satu-satunya ukuran anak berbakat. Pandangan ini disebut pandangan berdimensi tunggal tentang anak berbakat. Intelligensi adalah kemampuan dalam memberikan respon yang baik dari pandangan kebenaran atau fakta. Intelligensi terdiri atas berbagai kemampuan spesifik yang ditampakkan dalam wujud perilaku intelligen. Thorndike mengklasifikasikan intelligensi dalam bentuk kemampuan abstraksi yaitu suatu kemampuan untuk menggunakan gagasan dan simbolsimbol, kemampuan mekanik yaitu suatu kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan alat-alat mekanis dan pekerjaan dengan aktivitas indra gerak (sensorymotor), dan kemampuan sosial yaitu kemampuan menghadapi orang lain disekitar diri dengan cara yang efektif. 8 6. Karakteristik peserta didik berdasarkan aspek Sosio-Emosional Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Goleman (2000 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia. Goleman (2000 : 411) mengemukakan beberapa macam emosi yaitu : a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa c. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang, ngeri d. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat,bakti, hormat, kemesraan, kasih f. Terkejut : terkesiap, terkejut g. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka h. malu : malu hati, kesal Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa semua emosi menurut Goleman pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Goleman, (2000 : 65) orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia. 9 Faktor Kecerdasan Emosional Goleman menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang dicetuskannya menjadi lima kemampuan utama, yaitu; a. Mengenali Emosi Diri, Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. b. Mengelola Emosi, mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. c. Memotivasi Diri Sendiri, Presatasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri. d. Mengenali Emosi Orang Lain, Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Menurut Goleman (2000 :57) kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang. e. Membina Hubungan, Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi (Goleman, 2000:59). Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta kemauan orang lain. 1. 2. 3. 4. 5. 10 Mengenal emosi diri Mengelola emosi Memotivasi diri sendiri Mengenal emosi orang lain Membina hubungan Gambar 1.2 Faktor Kecerdasan Emosional 7. Karakteristik Peserta Didik Berdasarkan Aspek Moral 7.1. Pengertian Moral Istilah moral berasal dari kata Latin “mos” (moris) yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Nilai-nilai moral itu, seperti seruan untuk berbuat baik kepada orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara kebersihan, dan memelihara hak orang lain, serta larangan mencuri, berzina, membunuh, meminum minuman keras dan berjudi. Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya. 7.2. Perkembangan Moral Perkembangan moral adalah suatu perubahan yang berkaitan dengan budaya mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh sekelompok orang dalam hubungannya dengan kelompoknya ataupun dengan orang lain (Suryabrata, 1984). Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral (imoral). Tetapi dalam dirinya terdapat potensi moral yang siap untuk dikembangkan. Karena itu, dalam pengalamannya berinteraksi dengan orang lain (dengan orang tua, saudara, teman sebaya, atau guru), anak belajar memahami tentang perilaku mana yang baik, yang boleh dikerjakan dan tingkah laku yang buruk, yang tidak boleh dikerjakan. Teori Psikoanalisa tentang Perkembangan Moral Dalam menggambarkan perkembangan moral, teori psikoanalisa dengan pembagiaan struktur kepribadian manusia atas tiga, yaitu id, ego, dan superego. Id adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek biologis yang irasional dan tidak disadari. Ego adalah struktur kepribadian yang terdiri dari aspek psikologis, yaitu sub sistem ego yang rasional dan disadari, namun tidak memiliki moralitas. Sedangkan superego adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek sosial 11 yang berisikan sistem nilai dan moral, yang benar-benar memperhitungkan benar dan salahnya sesuatu. a. Teori belajar tentang perkembangan moral Teori belajar sosial melihat tingkah laku moral sebagai respons atas stimulus. Dalam hal ini, proses-proses penguatan, penghukuman dan peniruan digunakan untuk menjelaskan perilaku moral anak-anak. b. Teori Kognitif Piaget tentang Perkembangan Moral Teori kognitif Piaget mengenai perkembangan moral melibatkan prinsipprinsip dan proses-proses yang sama dengan pertumbuhan kognitif yang ditemui dalam teorinya tentang perkembangan intelektual. Bagi Piaget perkembangan moral digambarkan melalui aturan permainan. Berdasarkan hasil observasinya tahapan aturan-aturan permainan yang digunakan anak-anak, piaget menyimpulkan bahwa pemikiran anak-anak tentang moralitas dapat dibedakan atas dua tahap, yaitu: a) Tahap Heterononous Morality Tahap perkembangan moral yang terjadi pada anak usia kira-kira 6 hingga 9 tahun. Anak-anak pada masa ini yakin akan keadilan immanen, yaitu konsep bahwa bila suatu aturan yang dilanggar, hukuman akan segera dijatuhkan. b) Tahap Autonomous Morality Tahap perkembangan moral yang terjadi pada anak usia kira-kira 9 hingga 12 tahun. Anak mulai sadar bahwa aturan-aturan dan hukuman-hukuman merupakan ciptaan manusia dan dalam penerapan suatu hukuman atau suatu tindakan harus mempertimbangkan maksud pelaku serta akibat-akibatnya. c. Teori Kohlberg tentang Perkembangan Moral Teori kohlberg tentang perkembangan moral merupakan pelumas, modifikasi, dan redefeni atas teori Piaget. Teori ini didasarkan atas analisisnya terhadap hasil wawancara dengan anak laki-laki usia 10 hingga 16 tahun yang dihadapkan dengan suatu dilema moral, di mana mereka harus memilih antara tindakan menaati peraturan atau memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang bertentangan dengan beraturan. 12 Hal penting dari teori perkembangan moral Kohlberg adalah orientasinya untuk mengungkapkan moral yang hanya ada dalam pikiran dan yang dibedakan dengan tingkah laku moral dalam arti perbuatan nyata. Moral merupakan suatu kebutuhan yang penting bagi remaja, terutama sebagai pedoman untuk menentukan identitas dirinya, mengembangkan hubungan personal yang harmonis, dan menghindari konflik-konflik peran yang selalu terjadi dalam masa transisi. Moralitas pada hakitatnya adalah penyelesaian konflik antara dirinya dan orang lain, antara hak dan kewajiban . 7.3. Tahapan Perkembangan Moral Lawrence Kohlberg mengkatagorisasi dan mengklasifikasi respon yang dimunculkan kedalam tiga tingkatan: prakonfensional, konvensional, dan pascakonvensional. Karakteristik untuk masing-masing tahapan perkembangan moral yang dimaksud seperti berikut : 1) Tingkat I umur 0-9 tahun Prakonvensional, dimana moralitas heteronomy (orientasi kepatuhan dan hukuman) melekat pada aturan, dan individualisme (orientasi minat pribadi) kepentingan nyata individu. 2) Tingkat II 9-15 tahun Konvensional. Tahap Reksa interpersonal (orientasi keserasian interpersonal dan konformitas (sikap anak baik). Mengharapkan hidup yang terlihat baik oleh orang lain dan kemudian telah menganggap dirinya baik. Sistem sosial dan hati nurani (orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial (moralitas hukum dan aturan). Memenuhi tugas sosial untuk menjaga sistem sosial yang berlangsung. 3) Tingkat III diatas 15 tahun Pascakonvensional , Kontrak sosial Relatif menjunjung tinggi aturan dalam memihak kepentingan dan kesejahteraan untuk semua. Prinsip etika universal Prinsip etis yang dipilih sendiri, bahkan ketika ia bertentangan dengan hukum Perkembangan moral menurut Piaget terjadi dalam dua tahapan yang jelas. Tahap pertama disebut “tahap realisme moral” atau “moralitas oleh pembatasan” dan tahap kedua disebut “tahap moralitas otonomi” atau “moralitas oleh kerjasama atau hubungan timbal balik”. Pada tahap pertama, perilaku anak ditentukan oleh ketaatan otomatis terhadap peraturan tanpa penalaran atau penilaian. Mereka menganggap orang tua dan semua orang dewasa yang berwenang sebagai maha kuasa dan anak 13 mengikuti peraturan yang diberikan oleh mereka tanpa mempertanyakan kebenarannya. Pada tahap kedua, anak menilai perilaku atas dasar tujuan yang mendasarinya. Tahap ini biasanya dimulai antara usia 7 atau 8 tahun dan berlanjut hingga usia 12 tahun atau lebih. Anak mulai mempertimbangkan keadaan tertentu yang berkaitan dengan suatu pelanggaran moral. 7.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Moral Perkembangan moral seorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungannya. Anak memperoleh nilai-nilai moral dari lingkungannya, terutama dari orangtuanya. Dia belajar untuk mengenal nlai-nilai dan berprilaku sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Dalam mengembangkan nilai moral anak, peranan orangtua sangatlah penting, terutama pada waktu anak masih kecil. Beberapa sikap orangtua yang perlu diperhatikan sehubungan dengan perkembangan moral anak, diantaranya sebagai berikut : a. Konsisten dalam mendidik anak Ayah dan ibu harus memiliki sikap dan perlakuan yang sama dalam melarang atau membolehkan tingkah laku tertentu kepada anak. Suatu tingkah laku anak yang dilarang oleh orangtua pada suatu waktu, harus juga dilarang apabila dilakukan pada waktu lain. b. Sikap orangtua dalam keluarga Secara tidak langsung, sikap orangtua terhadap anak, sikap ayah terhadap ibu, atau sebaliknya, dapat mempengaruhi perkembangan moral anak, yaitu melalui proses peniruan (imitasi). Sikap orangtua yang keras (otoriter) cenderung melahirkan sikap disiplin semu pada anak, sedangkan sikap yang acuh tak acuh atau sikap masa bodoh, cenderung mengembangkan sikap kurang bertanggungjawab dan kurang mempedulikan norma pada diri anak. Sikap yang sebaiknya dimiliki oleh orangtua adalah sikap kasih saying, keterbukaan, musyawarah (dialogis).Interaksi perkembangan moral anak 14 dalam keluarga turut mempengaruhi c. Penghayatan dan pengamalan agama yang dianut Orangtua merupakan panutan (teladan) bagi anak, termasuk disini panutan dalam mengamalkan ajaran agama. Orangtua yang menciptakan iklim yang religius (agamis), dengan cara memberikan ajaran atau bimbingan tentang nilainilai agama kepada anak, maka anak akan mengalami perkembangan moral yang baik. d. Sikap konsisten orangtua dalam menerapkan norma Orangtua yang tidak menghendaki anaknya berbohong, atau berlaku tidak jujur, maka mereka harus menjauhkan dirinya dari prilaku berbohong atau tidak jujur. Dalam usaha membentuk tingkah laku sebagai pencerminan nilai-nilai hidup terterntu, Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan moral peserta didik, diantaranya yaitu: 1) Faktor tingkat harmonisasi hubungan antara orang tua dan anak. 2) Faktor seberapa banyak model (orang-orang dewasa yang simpatik, teman-teman, orang-orang yang terkenal dan hal-hal lain) yang diidentifikasi oleh anak sebagai gambaran-gambaran ideal. 3) Faktor lingkungan memegang peranan penting. Diantara segala lingkungan sosial yang berpengaruh, yang tampaknya sangat penting unsur adalah unsur lingkungan berbentuk manusia yang langsung dikenal atau dihadapi oleh seseorang sebagai perwujudan dari nilai-nilai tertentu. 4) Faktor selanjutnya yang memengaruhi perkembangan moral adalah tingkat penalaran. Perkembangan moral yang sifatnya penalaran menurut Kohlberg, dipengaruhi oleh perkembangan nalar sebagaimana dikemukakan oleh Piaget. Makin tinggi tingkat penalaran seseorang menrut tahap-tahap perkembangan Piaget, makin tinggi pula tingkat moral seseorang. 5) Faktor Interaksi sosial dalam memberi kesepakatan pada anak untuk mempelajari dan menerapkan standart perilaku yang disetujui masyarakat, keluarga, sekolah, dan dalam pergaulan dengan orang lain. 7.5. Karakteristik Perkembangan Moral 15 Karakteristik yang menonjol dalam perkembangan moral remaja adalah bahwa sesuai dengan tingkat perkembangan kognisi yang mulai mencapai tahapan berfikir operasional formal, yaitu mulai mampu berpikir abstrak dan mampu memecahkan masala-masalah yang bersifat hipotetis maka pemikiran remaja terhadap suatu permasalahan tidak lagi hanya terikat pada waktu, tempat, dan situasi, tetapi juga pada sumber moral yang menjadi dasar hidup mereka (Gunarsa,1988). Perkembangan pemikiran moral remaja dicirikan dengan mulai tumbuh kesadaran akan kewajiban mempertahankan kekuasaan dan pranata yang ada karena dianggap sebagai suatu yang bernilai, walau belum mampu mempertanggung jawabkannya secara pribadi (Monks, 1988). Perkembangan moral remaja yang demikian, jika meminjam teori perkembangan moral dari Kohlberg berarti sudah mencapai tahap konvensioanl. Pada akhir masa remaja seseorang akan memasuki tahap perkembangan pemikiran moral yang disebut tahap pascakonvensional ketika orisinilitas pemikiran moral remaja sudah semakin jelas. Pemikiran moral remaja berkembang sebagai pendirian pribadi yang tidak tergantung lagi pada pendapat atau pranata yang bersifat konvensional. Keragaman tingkat moral remaja disebabkan oleh faktor penentunya yang beragam juga. Salah satu faktor penentu atau yang mempengaruhi perkembangan moral remaja itu adalah orangtua. Menurut Adam dan Gullotta (1983) terdapat beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa orangtua mempengaruhi nilai remaja, yaitu sebagai berikut: a. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat moral remaja dengan tingka moral orangtua b. Ibu-ibu remaja yang tidak nakal mempunyai skor yang lebih tinggi dalam tahapan nalar moralnya daripada ibu-ibu yang anaknya nakal, dan remaja yan tidak nakal mempunyai skor lebih tinggi dalam kemampuan nalar moralnya dari pada remaja yang nakal c. Terdapat dua faktor yang dapat meningkatkan perkembangan moral anak atau remaja , yaitu: 1). Orangtua yang mendorong anak untuk berdiskusi secara demokratik terbuka mengenai berbagai isu, 2). Orangtua yang menerapkan disiplin terhadap anak dengan teknik berpikir induktif . 7.6. Upaya Optimalisasi Perkembangan Moral 16 Hurlock mengemukakan ada empat pokok utama yang perlu dipelajari oleh anak dalam mengoptimalkan perkembangan moralnya, yaitu: a. Mempelajari apa yang diharapkan kelompok sosial dari anggotany sebagaimana dicantumkan dalam hukum. Harapan tersebut terperinci dalam bentuk hukum, kebiasaan dan peraturan. Tindakan tertentu yang dianggap“benar” atau “salah” karena tindakan itu menunjang, atau dianggap tidak menunjang, atau menghalangi kesejahteraan anggota kelompok. Kebiasaan yang paling penting dibakukan menjadi peraturan hukum dengan hukuman tertentu bagi yang melanggarnya. b. Pengambangan hati nurani sebagai kendali internal bagi perliaku individu. Hati nurani merupakan tanggapan terkondisikan terhadap kecemasan mengenai beberapa situasi dan tindakan tertentu, yang telah dikembangkan dengan mengasosiasikan tindakan agresif dengan hukum. c. Pengembangan perasaan bersalah dan rasa malu. Setelah mengembangkan hati nurani, mereka dibawa dan digunakan sebagai pedoman perilaku. Rasa bersalah adalah sejenis evaluasi diri, khusus terjadi bila seorang individu mengakui perilakunya berbeda dengan nilai moral yang dirasakannya wajib untuk dipenuhi. Rasa malu adalah reaksi emosional yang tidak menyenangkan yang timbul pada seseorang akibat adanya penilaian negatif terhadap dirinya. d. Mencontohkan, memberikan contoh berarti menjadi model perilaku yang diinginkan muncul dari anak, karena cara ini bisa menjadi cara yang paling efektif untuk membentuk moral anak. e. Latihan dan Pembiasaan, menurut dan pembiasaan merupakan strategi penting dalam pembentukan perilaku moral pada anak usia dini. Sikap orang tua dapat dijadikan latihan dan pembiasaan bagi anak. Sejak kecil orang tua selalu merawat, memelihara, menjaga kesehatan dan lain sebagainya untuk anak. f. Kesempatan melakukan interaksi dengan anggota kelompok sosial. Interaksi sosial memegang peranan penting dalam perkembangan moral. Tanpa interaksi dengan orang lain, anak tidak akan mengetahui perilaku yang disetujui secara social, maupun memiliki sumber motivasi yang mendorongnya untuk tidak berbuat sesuka hati. Interaksi sosial awal terjadi didalam kelompok keluarga. 17 7.7. Upaya Sekolah dalam Rangka Mengembangkannya Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematik melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu peserta didik agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial. Masa remaja akhir sudah mampu memahami dan mengarahkan diri untuk mengemnbangkan dan memelihara identitas dirinya. Dalam proses perkembangan independensi sebagai antisipasi mendekati masa dewasa yang matang, remaja: a. Berusaha untuk bersikap hati-hati dalam berprilaku, memahami kemampuan dan kelemahan dirinya. b. Meneliti dan mengkaji makna, tujuan, dan keputusan tentang jenis manusi seperti apa yang dia inginkan. c. Memperhatikan etika masyarakat, keinginan orangtua dan sikap teman- temannya. d. Mengembangkan sifat-sifat pribadi yang diinginkannya. 8. Karakteristik Peserta Didik berdasarkan Aspek Spiritual Kecerdasan spiritual menurut Zohar dan Marshall (2005) adalah kecerdasan tertinggi (the ultimate inteligence) yang dimiliki manusia. Berdasarkan data-data ilmiah yang telah mereka kemukakan, semakin memberikan keyakinan pada kita bahwa potensi kecerdasan spiritual naluri ber-Tuhan memang sudah terpatri dalam diri manusia sejak lahir. Anak-anak dilahirkan dengan kecerdasan spiritual yang tinggi. Namun perlakuan yang tidak tepat dari orang tua, sekolah dan lingkungan seringkali merusak apa yang mereka miliki, padahal potensi SQ yang terpelihara akan mengoptimalkan IQ dan EQ. disinilah letak urgensi dari pendidikan. 9. Karakteristik Peserta Didik berdasarkan Aspek Latar Belakang SosialBudaya Usia remaja adalah usia yang sedang tumbuh dan berkembang baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif, baik fisik maupun psikisnya. Menganggap dirinya bukan anak-anak lagi, tetapi sekelilingnya menganggap mereka belum dewasa. Lingkungan teman memegang peranan dalam kehidupan remaja. 18 D. Rangkuman Dalam pengelolaan proses pembelajaran guru harus memiliki kemampuan mendesain program, menguasai materi pelajaran, mampu menciptakan kondisi kelas yang kondusif, terampil memanfaatkan media dan memilih sumber, memahami cara atau metode yang digunakan sesuai kebutuhan dari karakteristik anak. Karakteristik peserta didik mempunyai peranan yang penting dalam menentukan program dan strategi pembelajaran. Adapun karakteristik yang mendukung pembelajaran adalah aspek fisik, intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial-budaya dan untuk memperjelas karakteristik peserta didik. E. Tugas Kasus I Dari hasil identifikasi pengetahuan, keterampilan dan sikap awal peserta didik, menunjukan bahwa hasil identifikasi keterampilan dan pengetahuan awal peserta didik dari pre test rata-rata nilainya sebagian besar (70%) dibawah standar yang dipersyaratkan. Untuk sementara nilai sikap belum diperhitungkan pada proses ini. Diskusikan dalam kelompok Berdasarkan kasus diatas saudara sebagai guru yang profesional, menyelesaikan permasalahan tersebut yang terkait dengan, perencanaan program, pembelajaran dan pendekatan strategi pembelajaran yang digunakan? 19 F. Evaluasi / Latihan Petunjuk : 1. Bacalah dengan seksama soal berikut ini 2. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling benar Soal : 1. Dalam perspektif psikologis, peserta didik adalah ………………….. A. Individu yang sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan pembelajaran B. individu yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan C. individu yang sedang dalam proses perencanaan pendidikan dan pengajaran D. individu yang sedang berada dalam proses pendidikan dan perkembangan 2. Perubahan –perubahan yang terjadi pada aspek fisik peserta didik meliputi …. A. perubahan ukuran badan, perubahan proporsi tubuh, munculnya ciri-ciri kelamin utama(primer) dan ciri kelamin kedua(skunder) B. perubahan ukuran tubuh ,perubahan proporsi tubuh, munculnya ciri-ciri kelamin utama(primer) dan ciri kelamin kedua(skunder) C. perubahan bentuk badan ,perubahan proporsi tubuh, munculnya ukuran kelamin utama(primer) dan ciri kelamin kedua(skunder) D. perubahan tubuh ,perubahan proporsi tubuh, munculnya ukuran kelamin utama(primer) dan ciri kelamin kedua(skunder) 3. Secara Umum karakteristik peserta didik adalah ………… A. gaya hidup individu secara umum yang dipengaruhi oleh usia, gender, dan latar belakang yang dibawa sejak lahir dari lingkungan sosialnya untuk menentukan kualitas hidupnya B. gaya hidup individu secara umum yang dipengaruhi oleh lingkungan, dan, latar belakang yang telah dibawa sejak lahir dan dari orang tua untuk menantukan kualitas hidupnya C. gaya hidup kelompok secara umum yang dipengaruhi oleh gender, dan latar belakang yang telah dibawa sejak lahir dan dari lingkungan sosialnya untuk menantukan kualitas hidupnya D. gaya hidup individu secara umum yang dipengaruhi oleh usia, dan gender, yang telah dibawa sejak lahir dan dari lingkungan keluarga untuk menantukan kualitas hidupnya 20 4. Perubahan-perubahan karakteristik peserta didik dalam aspek psikologis dan sosial meliputi …. A. pertumbuhan fisik, perkembangan Intelektual atau daya pikir, perkembangan emosi perkembangan sosial, perkembangan bahasa , bakat khusus, sikap, nilai, dan moral B. pertumbuhan fisik, perkembangan budaya atau daya pikir, perkembangan emosi perkembangan sosial, perkembangan bahasa ,bakat khusus, sikap, nilai, dan moral C. pertumbuhan fisik, perkembangan Intelektual atau daya pikir, perkembangan emosi perkembangan budaya, perkembangan bahasa ,bakat khusus, sikap, nilai, dan moral D. pertumbuhan fisik, perkembangan Intelektual atau daya pikir, perkembangan religius perkembangan sosial, perkembangan bahasa ,bakat khusus, sikap, nilai, dan moral G. Balikan dan Tindak Lanjut 1. Balikan a. Apa saja yang sudah saudara lakukan berkaitan dengan materi kegiatan belajar ini ? 2. b. Manfaat apa saja yang saudara dapatkan dari materi kegiatan ini ? c. Aspek menarik apa yang anda temukan dari materi ajar kegiatan belajar ini? Tindak lanjut Peserta dinyatakan berhasil dalam mempelajari modul ini apabila telah mampu menjawab soal-soal evaluasi / latihan dalam modul ini, tanpa melihat atau membuka materi dengan nilai minimal 80. Bagi yang belum mencapai nilai minimal 80 diharapkan untuk lebih giat mendalami lagi sehingga dapat memperoleh nilai minimal 80 21 BAB II MATERI POKOK 2 POTENSI PESERTA DIDIK A. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan materi pokok 2 potensi peserta didik adalah a. Potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu diidentifikasi sesuai dengan bakat b. Potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu diidentifikasi sesuai dengan minat B. Uraian Materi 1. Pengertian Potensi Peserta Didik Potensi adalah kemampuan yang dimiliki setiap pribadi (individu) yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan sehingga dapat berprestasi. Setiap manusia pasti memiliki potensi dan bisa mengembangkan dirinya untuk menjadi yang lebih baik. Kemampuan yang dimiliki manusia merupakan bekal yang sangat pokok. Berdasarkan kemampuan itu, manusia akan berkembang dan akan membuka kesempatan luas baginya untuk memperkaya diri dan mencapai taraf perkembangan yang lebih tinggi dengan meningkatkan potensi sesuai dengan bidangnya. Potensi adalah kesanggupan, daya, kemampuan untuk lebih berkembang. Potensi peserta didik adalah kapasitas atau kemampuan dan karakteristik/sifat individu yang berhubungan dengan sumber daya manusia yang memiliki kemungkinan dikembangkan dan atau menunjang pengembangan potensi lain yang terdapat dalam diri peserta didik. Berbagai pengertian ini menegaskan bahwa setiap peserta didik memiliki kesanggupan, daya, dan mampu berkembang. Artinya, tidak boleh vonis kepada peserta didik tertentu bahwa ia tidak sanggup, berdaya, dan tidak mampu berkembang. Potensi peserta didik adalah kapasitas atau kemampuan dan karakteristik / sifat individu yang berhubungan dengan sumber daya manusia yang memiliki kemungkinan dikembangkan dan atau menunjang pengembangan potensi lain. Potensi itu meliputi potensi bakat dan minat 22 2. Potensi Peserta Didik Berdasarkan Bakat dan Minat Potensi, bakat, dan minat merupakan modal yang dimiliki setiap individu untuk dapat mencapai apa yang diinginkannya. Karena faktor itu pula seseorang menjadi dirinya sendiri. Potensi yang merupakan kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan menjadikan manusia selalu ingin berkembang. Bakat yang merupakan merupakan suatu kemampuan lebih yang ada pada diri manusia akan membuat manusia tersebut menjadi apa yang diinginkan dengan melatih bakat tersebut. Adapun minat yang merupakan sesuatu yang benar-benar diinginkan oleh seseorang. Ketiga hal ini yang ada pada setiap individu yang merupakan pemberian atau bawaan dari lahirnya. Permasalahnnya sekarang adalah, apakah kita telah melakukan hal-hal yang menopang potensi, bakat, dan minat kita untuk berkembang atau belum. 3. Pengembangan diri Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar kegiatan mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah atau madrasah. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler. Hal ini tentu berbeda antara sekolah yang satu dengan lainnya, sehingga dalam perencaan dalam melakukan pengembangan diri pun akan berbeda. Namun jika yang menjadi tujuan dari pengembangan diri ini adalah untuk mencapai apa yang dikehendaki oleh sekolah tersebut sepertinya kurang bijak, karena setiap peserta didik memiliki minat dan bakat yang berbeda-beda. Kegiatan pengembangan diri berupa palayanan konseling difasilitasi dan dilaksanakan oleh konselor, dan kegiatan pengembangan diri dapat dibina oleh konselor, guru dan atau tenaga kependidikan lain sesuai dengan kemampuan dan kewenangannya. Pengembangan diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pelayanan konseling dan kegiatan ekstra kurikuler dapat mengembangakan kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. 23 3.1. Tujuan Pengembangan Diri Tujuan umum pengembangan diri adalah untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi, dan perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan kondisi sekolah atau madrasah. Adapun tujuan khusus pengembangan diri adalah menunjang pendidikan peserta didik untuk mengembangkan beberapa hal, antara lain: (1) bakat, (2) minat, (3) kreativitas, (4) kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan, (5) kemampuan kehidupan keagamaan, (6) kemampuan sosial, (7) kemampuan belajar, (8) wawasan dan perencanaan karir, (9) kemampuan pemecahan masalah, dan (10) kemandirian. Kegiatan pengembangan diri ditujukan untuk membantu peserta didik untuk mengaktualisasikan dirinya dengan mengembangakan minat, bakat, dan potensi yang dimilikinya untuk menjadi pribadi yang seimbang antara jasmani dan rohani. Hal ini dari perhatian pemerintah melalui undang-undan dan permendiknas yang melandasi kegiatan ini. 4. Potensi Peserta didik sesuai dengan bakat dan minat 4.1. Pendahuluan Pendidikan merupakan proses dimana manusia dididik, dikembangkan, dan diharapkan mampu memenuhi kompetensi lulusan yang diharapkan. Pendidikan yang baik mampu mengembangkan berbagai macam potensi diri masing-masing siswa. Perbedaan potensi diri ini harus dapat dipahami dengan baik oleh guru maupun orangtua dalam proses mengembangkan potensi diri anak. 4.2. Perkembangan Peserta Didik Pendidikan yang berlaku di Indonesia, baik pendidikan yang diselenggarakan di dalam sekolah maupun di luar sekolah, pada umumnya diselenggarakan dalam bentuk klasikal. Penyelengaraan pendidikan klasikal ini berarti memberlakukan sama semua tindakan pendidikan kepada semua peserta didik, walaupun diantara masing-masing mereka sangat berbeda. Oleh karena itu, yang harus mendapatkan perhatian di dalam penyelenggaraan pendidikan adalah sifat-sifat dan kebutuhan umum remaja, seperti pengakuan akan kemampuannya, ingin untuk mendapatkan kepercayaan, kebebasan, dan semacamnya (Dadang : 2010). 24 Beberapa usaha yang perlu dilakukan didalam penyelenggaraan pendidikan, sehubungan dengan minat dan kemampuan peserta didik yang dikaitkan terhadap citacita kehidupannya antara lain adalah (Sunarto: 2010) : a. Bimbingan Karir dalam upaya mengarahkan peserta didik untuk menentukan pilihan jenis pendidikan dan jenis pekerjaan sesuai dengan kemampuannya. b. Memberikan latihan-latihan praktis terhadap peserta didik dengan orientasi kepada kondisi (tuntutan) lingkungan. c. Penyusunan kurikulum yang komprehensif dengan mengembangkan kurikulum muatan lokal. 4.3. Mengembangkan Potensi Diri Berdasarkan Bakat dan Minat Potensi diri peserta didik di asah di sekolah sejak dini, tanpa menghilangkan peran orang tua dalam proses pengembangan potensi diri peserta didik. Di sekolah guru sebagai ujung tombak pembelajaran mengajarkan berbagai ilmu dan ketrampilan kepada peserta didik. Sekolah Formal yang memiliki kurikulum menurut saya tidak efektif, karena setiap anak memiliki pola pikir dan potensi diri yang berbeda. Dalam kata lain kurikulum tidak bisa menjadi patokan dalam menjalankan proses pembelajaran. Potensi diri yang dimiliki masing-masing peserta didik seharusnya dapat disalurkan dengan baik oleh sekolah sebagai lembaga pendidikan. Kegiatan belajar yang monoton akan membuat anak merasa bosan dengan proses belajar mengajar. Kegiatan Ekstrakurikuler dapat menjadi salah satu jalan untuk menyalurkan antara peserta didik dengan bakat dan minat masing-masing. Kekhasan potensi diri yang dimiliki oleh seseorang berpengaruh besar pada pembentukan pemahaman diri dan konsep diri. Ini juga terkait erat dengan prestasi yang hendak diraih didalam hidupnya kelak. Kekurangan dan kelebihan yang dimiliki dalam konteks potensi diri adalah jika terolah dengan baik akan memperkembangkan baik secara fisik maaupun mental. Aspek diri yang dimiliki seseorang yang patut untuk diperkembangkan antara lain (Dimyati dan Mudjiono: 1999) : a. Diri fisik : meliputi tubuh dan anggotanya beserta prosesnya. b. Proses diri : merupakan alur atau arus pikiran, emosi dan tingkah laku yang konstan. c. Diri sosial : adalah bentuk fikiran dan perilaku yang diadopsi saat merespon orang lain dan masyarakat sebagai satu kesatuan yang utuh. 25 d. Konsep diri : adalah gambaran mental atau keseluruhan pandangan seseorang tentang dirinya. Setiap individu memiliki potensi diri, dan tentu berbeda setiap apa yang dimiliki antara satu orang dengan orang lain. Potensi diri dibedakan menjadi dua bentuk yaitu potensi fisik dan potensi mental atau psikis. Potensi diri fisik adalah kemampuan yang dimiliki seseorang yang dapat dikembangkan dan ditingkatkan apabila dilatih dengan baik. Kemampuan yang terlatih ini akan menjadi suatu kecakapan, keahlian, dan ketrampilan dalam bidang tertentu. Potensi diri fisik akan semakin berkembang bila secara intens dilatih dan dipelihara. Potensi diri psikis adalah bentuk kekuatan diri secara kejiwaan yang dimiliki seseorang dan memungkinkan untuk ditingkatkan dan dikembangkan bakat dan minat untuk dilatih dengan baik. 4.4. Mengenal Bakat Bakat didefinisikan sebagai kemampuan alamiah atau bawaan untuk memperoleh pengetahuan atau keterampilan yang relative bisa bersifat umum (misalnya bakat intelektual umum) atau khusus (bakat akademis khusus). Bakat khusus disebut juga talent. Bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu, akan tetapi diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman dan dorongan atau motivasi agar bakat itu dapat terwujud. 4.5. Jenis-Jenis Bakat 1. Bakat umum, merupakan kemampuan yang berupa potensi dasar yang bersifat umum, artinya setiap orang memiliki. 2. Bakat khusus, merupakan kemampuan yang berupa potensi khusus, artinya tidak semua orang memiliki misalnya bakat seni, pemimpin, penceramah, olahraga. Selain itu bakat khusus yang lain, yaitu : a. Bakat Verbal adalah bakat tentang konsep – konsep yang diungkapkan dalam bentuk kata – kata. b. Bakat Numerikal adalah bakat tentang konsep – konsep dalam bentuk angka. c. Bakat Skolastik adalah kombinasi kata – kata (logika) dan angka – angka. Kemampuan dalam penalaran, mengurutkan, berpikir dalam pola sebab- 26 akibat, menciptakan hipotesis, mencari keteraturan konseptual atau pola numerik, pandangan hidupnya umumnya bersifat rasional. Ini merupakan kecerdasan para ilmuwan, akuntan, dan pemprogram komputer.(Newton, Einstein, dsb.) d. Bakat Abstrak adalah bakat yang bukan kata maupun angka tetapi berbentuk pola, rancangan, diagram, ukuran – ukuran, bentuk – bentuk dan posisi-posisinya. e. Bakat mekanik adalah bakat tentang prinsip – prinsip umum IPA, tata kerja mesin, perkakas dan alat – alat lainnya. f. Bakat Relasi Ruang (spasial) adalah bakat untuk mengamati, menceritakan pola dua dimensi atau berfikir dalam tiga dimensi. Mempunyai kepekaan yang tajam terhadap detail visual dan dapat menggambarkan sesuatu dengan begitu hidup, melukis atau membuat sketsa ide secara jelas, serta dengan mudah menyesuaikan orientasi dalam ruang tiga dimensi. Ini merupakan kecerdasan para arsitek, fotografer, artis, pilot, dan insinyur mesin. (Thomas Edison, Pablo Picasso, Ansel Adams, dsb.) g. Bakat kecepatan ketelitian klerikal adalah bakat tentang tugas tulis menulis, ramu-meramu untuk laboratorium, kantor dan lain – lainnya. h. Bakat bahasa (linguistik) adalah bakat tentang penalaran analistis bahasa (ahli sastra) misalnya untuk jurnalistik, stenografi, penyiaran, editing, hukum, pramuniaga dan lain – lainnya. 4.6. Mengenal Minat Minat adalah suatu proses yang tetap untuk memperhatikan dan menfokuskan diri pada sesuatu yang diminatinya dengan perasaan senang dan rasa puas ( Hilgar & Slameto ; 1988 ; 59). Minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pikiran tertentu. (Maprare dan Slameto; 1988; 62). Jadi, dapat disimpulkan minat ialah suatu proses pengembangan dalam mencampurkan seluruh kemampuan yang ada untuk mengarahkan individu kepada suatu kegiatan yang diminatinya. 27 4.7. Jenis-Jenis Minat 1. Minat vokasional merujuk pada bidang – bidang pekerjaan. a. Minat profesional : minat keilmuan, seni dan kesejahteraan sosial. b. Minat komersial : minat pada pekerjaan dunia usaha, jual beli, periklanan, akuntansi, kesekretariatan dan lain – lain. c. 2. Minat kegiatan fisik, mekanik, kegiatan luar, dan lain – lain. Minat avokasional, yaitu minat untuk memperoleh kepuasan atau hobi. Misalnya petualang, hiburan, apresiasi, ketelitian dan lain – lain. 4.8. Karakteristik Minat Ada beberapa macam karakteristik minat, antara lain : a. Minat menimbulkan sikap positif terhadap suatu obyek b. Adanya sesuatu yang menyenangkan yang timbul dari sesuatu obyek c. Mengandung suatu penghargaan menimbulkan keinginan atau gairah untuk mendapatkan sesuatu yang menjadi keinginan atau gairah untuk mendapatkan sesuatu yang menjadi minatnya. Minat pada dasarnya dapat dibentuk dalam hubungannya dengan obyek. Yang paling berperan dalam pembentukan minat selanjutnya dapat berasal dari orang lain, meskipun minat dapat timbul dari dalam dirinya sendiri. Adapun pembentukan minat dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut : a. Memberikan informasi yang seluas-luasnya, baik keuntungan maupun kerugian yang ditimbulkan oleh obyek yang dimaksud. Informasi yang diberikan dapat berasal dari pengalaman, media cetak, media elektronik. b. Memberikan rangsangan, dengan cara memberikan hadiah berupa barang atau sanjungan yang dilakukan individu yang berkaitan dengan obyek. c. Mendekatkan individu terhadap obyek, dengan cara membawa individu kepada obyek atau sebaliknya mengikutkan individu-individu pada kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh obyek yang dimaksud. d. 28 Belajar dari pengalaman. 4.9. Cara Mengembangkan Bakat dan Minat a. Perlu Keberanian Keberanian membuat kita mampu menghadapi tantangan atau hambatan, baik yang bersifat fisik dan psikis maupun kendala-kendala sosial atau yang lainnya. Keberanian akan memampukan kita melihat jalan keluar berhadapan dengan berbagai kendala yang ada, dan bukan sebaliknya, membuat kita takut dan melarikan diri secara tidak bertanggung jawab. b. Perlu didukung Latihan Latihan adalah kunci dari keberhasilan. Latihan disini bukan saja dari segi kuantitasnya tetapi juga dari segi motivasi yang menggerakkan setiap usaha yang kelihatan secara fisik. c. Perlu didukung Lingkungan Lingkungan disini tentu dalam arti yang sangat luas, termasuk manusia, fasilitas, biaya dan kondisi sosial lainnya., yang turut berperan dalam usaha pengembangan bakat dan minat. d. Perlu memahami hambatan-hambatan pengembangan bakat dan cara mengatasinya. Disini sekali lagi kita perlu mengidentifikasi dengan baik kendala-kendala yang ada, kita kategorikan mana yang mudah diatasi dan mana yang sulit. Kemudian mulai kita memikirkan jalan keluarnya. 4.10. Persamaan BAKAT dengan MINAT Persamaan diantara bakat dan minat ini yaitu perlu adanya pengembangan melalui belajar agar kemampuan dan keinginan yang ada dapat menjadi sesuatu yang nyata. Jadi tidak hanya sebatas kemampuan dan keinginan saja. Melainkan adanya kemajuan atau bentuk nyata dari apa yang dimiliki dan apa yang diminati. Jika hal tersebut diasah, maka akan menjadi sesuatu yang bermanfaat sekali untuk diri sendiri maupun lingkungan. Namun, apabila tidak diasah, maka hanya menjadi bakat dan minat yang terpendam. Tidak akan membuahkan hasil yang lebih dari hanya sekedar kemampuan dan keinginan saja. Contohnya, Cita sangat suka menulis. Ia mempunyai bakat dan minatnya besar kearah menulis tersebut. Ia berlatih dan mencari pengetahuan bagaimana cara menulis yang baik dan benar. Terbukti dari beberapa cerpen dan puisi yang dibuatnya sangat 29 menarik untuk dibaca. Namun Cita mempunyai adik yang sama sepertinya, yaitu suka menulis. Tetapi hanya sekedar suka. Minat adiknya Cita untuk lebih mengembangkan kemampuan menulisnya tidak terlalu besar. Dan adiknya Cita lebih suka untuk mengembangkan minat yang ia sukai seperti berolahraga. 4.11. Perbedaan BAKAT dengan MINAT Perlu hati-hati bahwa BAKAT tidak selalu identik dengan MINAT. BAKAT yang tidak disertai dengan MINAT,maupun MINAT yang tidak disertai dengan BAKAT akan menimbulkan GAP. Bila orang tua tidak cukup cermat dengan hal ini,akan berdampak buruk bagi anak. BAKAT : (a) Inherent, (b) Natural, (c) Lepas dari aspek suka atau tidak suka, (d) Tidak mudah berubah dan permanen, (e) Aspek genetik lebih dominan MINAT : (a) Lingkungan, (b) Nurtural, (c) Orientasi pada hobi/kesukaan semata, (d) Mudah berubah sesuai dengan tren RESIKO TIDAK KENAL BAKAT a. Rugi waktu b. Rugi biaya c. Hilang peluang d. Lelah selalu coba-coba e. Aspek lingkungan lebih dominan 4.12. Faktor yang Mendukung untuk Mengembangkan Bakat dan Minat 4.12.1 Faktor Intern a. Faktor Bawaan (Genetik), Faktor ini merupakan faktor yang mendukung perkembangan individu dalam minat dan bakat sebagai totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak dalam segala potensi melalui fisik maupun psikis yang dimiliki individu sebagai pewarisan dari orang tuanya. b. Faktor kepribadian, Faktor kepribadian yaitu keadaan psikologis dimana perkembangan potensi anak tergantung pada diri dan emosi anak itu sendiri. Hal ini akan membantu anak dalam membentuk konsep serta optimis dan percaya diri dalam mengembangkan minat dan bakatnya (Ashar ; 2003). 30 4.12.2 Faktor Ekstern Faktor lingkungan, terbagi atas : a. Lingkungan keluarga, Lingkungan keluarga merupakan tempat latihan atau belajar dan tempat anak memperoleh pengalaman, karena keluarga merupakan lingkungan pertama dan paling penting bagi anak. (Sutiono ; 1998 ; 171). b. Lingkungan sekolah, suatu lingkungan yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar kondusif yang bersifat formal. Lingkungan ini sangat berpengaruh bagi pengembangan minat dan bakat karena di lingkungan ini minat dan bakat anak dikembangkan secara intensif. C. Rangkuman Kegiatan pengembangan diri ditujukan untuk membantu peserta didik untuk mengaktualisasikan dirinya dengan mengembangakan minat, bakat, dan potensi yang dimilikinya untuk menjadi pribadi yang seimbang antara jasmani dan rohani. Hal ini dari perhatian pemerintah melalui undang-undang dan permen yang melandari kegiatan ini. Ada banyak macam kegiatan dalam melakukan pengembangan diri, antara lain melalui kegiatan layanan konseling dan kegiatan bakat serta minat bagi peserta didik di sekolah atau madrasah. Melalui layanan konseling peserta didik dapat diarahkan kepada apa yang menjadi keinginannya dan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya secara pribadi maupun kelompok. Dalam melakukan pengembangan diri bagi peserta didik, konselor, guru dan juga tenaga kependidikan hendaknya memerhatikan kebutuhan-kebutuhan individual para peserta didik sehingga mudah untuk diarahkan dan ditingkatkan dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang tentunya sesuai dengan kebutuhannya. D. Tugas Lakukan tugas dibawah ini sesuai dengan langkah-langkahnya 1. Bentuk kelas menjadi 4 kelompok (@ 6 – 8 orang / kelompok) 2. Diskusikan “strategi yang dilakukan oleh guru jika dalam mengajar menghadapi peserta didik yang memiliki berbagai macam potensi peserta didik 3. Presentasikan hasil diskusi di depan kelas! 4. Perbaiki hasil diskusi berdasarkan masukan pada saat presentasi ! 5. Kumpulkan hasil perbaikan pada fasilitator ! 31 E. Evaluasi / Latihan Pilihlah jawaban pada soal dibawah ini dengan cara memberikan tanda silang pada huruf A, B, C atau D yang dianggap paling tepat ! 1. Potensi peserta didik adalah …. A. kapasitas atau kemampuan dan karakteristiki ndividu yang berhubungan dengan sumber daya manusia yang memiliki kemungkinan dikembangkan dan atau menunjang pengembangan potensi lain yang terdapat dalam diri peserta didik B. Kapasitas dan keterampilan serta karakteristik individu yang berhubungan dengan sumber daya alam yang memiliki kemungkinan dikembangkan dan atau menunjang pengembangan potensi lain yang terdapat dalam diri peserta didikindividu yang sedang dalam proses perencanaan pendidikan dan pengajaran C. Kapasitas atau kompetensi dan karakteristik individu yang berhubungan dengan sumber daya alam yang memiliki kemungkinan dikembangkan dan atau menunjang pengembangan potensi lain yang terdapat dalam diri peserta didik D. Kapasitas atau kemampuan dan karakteristik individu yang berhubungan dengan sumber daya alam yang memiliki kemungkinan dikembangkan dan atau menunjang pengembangan potensi lain yang terdapat dalam diri peserta didik 2. Kemampuan yang dimiliki seseorang yang dapat dikembangkan dan ditingkatkan apabila dilatih dengan baik. Kemampuan yang terlatih ini akan menjadi suatu kecakapan, keahlian, dan ketrampilan dalam bidang tertentu adalah …. A. B. C. D. 3. Potensi diri Potensi individu Potensi kelompok Potensi manusia Untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi, dan perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan kondisi sekolah adalah …. A. B. C. D. 32 tujuan pengembangan bakat dan minat tujuan pengembangan minat tujuan pengembangan bakat tujuan pengembangan diri 4. Tujuan pengembangan diri adalah …. A. Untuk mengembangkan bakat, minat, kreaktivitas, kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan, kemampuan kehidupan keagamaan, kemampuan profesional, kemampuan belajar, wawasan dan perencanaan karir, kemampuan pemecahan masalah, dan kemandirian. B. Untuk mengembangkan bakat, minat, kreaktivitas, kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan, kemampuan kehidupan keagamaan, kemampuan sosial, kemampuan belajar, wawasan dan perencanaan karir, kemampuan pemecahan masalah, dan kemandirian. C. Untuk mengembangkan bakat, minat, kreaktivitas, kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan, kemampuan kehidupan berkeluarga, kemampuan sosial, kemampuan belajar, wawasan dan perencanaan karir, kemampuan pemecahan masalah, dan kemandirian. D. Untuk mengembangkan bakat, minat, kreaktivitas, kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan, kemampuan kehidupan keagamaan, kemampuan sosial, kemampuan belajar, wawasan dan perencanaan pekerjaan, kemampuan pemecahan masalah, dan kemandirian. F. Balikan dan Tindak Lanjut 1. Balikan a. Apa saja yang sudah saudara lakukan berkaitan dengan materi kegiatan belajar ini ? b. Pengalaman baru apa, yang saudara peroleh dari materi ajar kegiatan belajar ini ? c. Apa saja yang telah saudara lakukan yang ada hubungannya dengan materi kegiatan ini tetapi belum ditulis dimateri ini ? 2. d. Manfaat apa saja yang saudara dapatkan dari materi kegiatan ini ? e. Aspek menarik apa yang anda temukan dari materi ajar kegiatan belajar ini? Tindak Lanjut Peserta dinyatakan berhasil dalam mempelajari modul ini apabila telah mampu menjawab soal-soal evaluasi / latihan dalam modul ini, tanpa melihat atau membuka materi dengan nilai minimal 80. Bagi yang belum mencapai nilai minimal 80 diharapkan untuk lebih giat mendalami lagi sehingga dapat memperoleh nilai minimal 80. 33 BAB III MATERI POKOK 3 BEKAL AJAR AWAL PESERTA DIDIK A. Indikator Keberhasilan 1. Sikap awal peserta didik diidentifikasi berdasarkan mata pelajaran yang diampu 2. Pengetahuan awal peserta didik diidentifikasi berdasarkan mata pelajaran yang diampu 3. Ketrampilan awal peserta didik diidentifikasi berdasarkan mata pelajaran yang diampu 4. Hasil identifikasi bekal ajar awal dimanfaatkan untuk penyusunan program pembelajaran B. Uraian Materi 1. Bekal Ajar Diidentifikasi Berdasarkan Sikap Awal 1.1. Pengertian Sikap Awal Sikap awal peserta didik merupakan salah satu variabel didefenisikan sebagai aspek-aspek atau kualitas perseorangan peserta didik. Aspek ini bisa berupa bakat, minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berfikir yang telah dimiliki peserta didik. 1.2. Identifikasi Sikap Awal Pengalaman belajar merupakan proses yang dinamis dan kompleks dalam keseharian hidup manusia, sehingga terus ditingkatkan secara skala waktu dan kualitas maupun kuantitas. Beberapa hal yang harus ditelaah dan diteliti terlebih dahulu tentang keadaan dasar atau sikap dasar atau kemampuan yang telah ada sebelum adanya proses belajar. hal ini diharapkan atau bertujuan agar para pendidik mampu mengukur pencapaian tujuan belajar yang dilakukan dilihat dari segi proses dan hasil. Dalam proses pengamatan ini, ada beberapa hal yang patut diperhatikan sebagai suatu perhatian yang lebih khusus diantaranya : a. Faktor-faktor akademis b. Faktorfaktor sosial c. Kondisi belajar 34 Adapaun sikap awal peserta didik menurut Goleman,Daniel (2000) dikelompokkan ke dalam delapan kelas yaitu : 1) Belajar isyarat (signal learning). Yaitu belajar dimana tidak semua reaksi sepontan manusia menimbulkan respon.dalam konteks inilah signal learning terjadi. Contohnya yaitu seorang guru yang memberikan isyarat kepada muridnya yang gaduh dengan bahasa tubuh tangan diangkat kemudian diturunkan. 2) Belajar stimulus respon. Belajar tipe ini memberikan respon yang tepat terhadap stimulus yang diberikan. Reaksi yang tepat diberikan penguatan (reinforcement) sehingga terbentuk perilaku tertentu (shaping). Contohnya yaitu seorang guru memberikan suatu bentuk pertanyaan atau gambaran tentang sesuatu yang kemudian ditanggapi oleh muridnya. Guru memberI pertanyaan kemudian peserta didik menjawab. 3) Belajar merantaikan (chaining). Tipe ini merupakan belajar dengan membuat gerakan-gerakan motorik sehingga akhirnya membentuk rangkaian gerak dalam urutan tertentu. Contohnya yaitu pengajaran tari atau senam yang dari awal membutuhkan proses-proses dan tahapan untuk mencapai tujuannya. 4) Belajar asosiasi verbal (verbal Association). Tipe ini merupakan belajar menghubungkan suatu kata dengan suatu obyek yang berupa benda, orang atau kejadian dan merangkaikan sejumlah kata dalam urutan yang tepat. Contohnya yaitu Membuat langkah kerja dari suatu praktek dengan bntuan alat atau objek tertentu. Membuat prosedur dari praktek kayu. 5) Belajar membedakan (discrimination). Tipe belajar ini memberikan reaksi yang berbeda–beda pada stimulus yang mempunyai kesamaan. Contohnya yaitu seorang guru memberikan sebuah bentuk pertanyaan dalam berupa kata-kata atau benda yang mempunyai jawaban yang mempunyai banyak versi tetapi masih dalam satu bagian dalam jawaban yang benar. Guru memberikan sebuah bentuk (kubus) peserta didik menerka ada yang bilang berbentuk kotak, seperti kotak kardus, kubus, dsb. 6) Belajar konsep (concept learning). Belajar mengklasifikasikan stimulus, atau menempatkan obyek- obyek dalam kelompok tertentu yang membentuk suatu konsep. (konsep : satuan arti yang mewakili kesamaan ciri). Contohnya yaitu memahami sebuah prosedur dalam suatu praktek atau juga 35 teori. Memahami prosedur praktek uji bahan sebelum praktek, atau konsep dalam kuliah mekanika teknik. 7) Belajar dalil (rule learning). Tipe ini meruoakan tipe belajar untuk menghasilkan aturan atau kaidah yang terdiri dari penggabungan beberapa konsep. Hubungan antara konsep biasanya dituangkan dalam bentuk kalimat. Contohnya yaitu seorang guru memberikan hukuman kepada peserta didik yang tidak mengerjakan tugas yang merupakan kewajiban peserta didik, dalam hal itu hukuman diberikan supaya peserta didik tidak mengulangi kesalahannya. 8) Belajar memecahkan masalah (problem solving). Tipe ini merupakan tipe belajar yang menggabungkan beberapa kaidah untuk memecahkan masalah, sehingga terbentuk kaedah yang lebih tinggi (higher order rule). Contohnya yaitu seorang guru memberikan kasus atau permasalahan kepada peserta didik untuk memancing otak mereka mencari jawaban atau penyelesaian dari masalah tersebut. Dalam mengenal dan mengetahui sikap awal dan karakteristik peserta didik biasanya diterapkan dalam beberapa hal, yaitu: 1) Secara langsung dengan menggunakan metode-metode tertentu dengan melakukan pengambilan data yang ada dilapangan, baik melalui pengumpulan data, observasi dan sebagainya. 2) Secara tidak langsung melalui orang-orang terdekat dari peserta didik yang bersangkutan. 3) Dan juga bisa dilakukan melalui lingkungan peserta didik yang bersangkutan. Adapun metode sederhana yang kiranya dapat dilakukan sebagai latihan dalam menganalisis sikap dan karakteristik peserta didik, sebagai berikut : 1) Kumpulkanlah data sikap awal peserta didik dari sampel. Di samping data dari orang- orang yang dekat dengan sasaran, diperlukan pula data dari sampel sasaran itu sendiri dengan bentuk self-report. Ikutilah langkahlangkah sebagai berikut:  Tulislah kembali perilaku khusus yang telah berhasil Anda buat dalam analisis intruksional; 36  Atas dasar perilaku khusus tersebut, buatlah skala penilaian dalam bentuk skala Likert (sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, dan sangat tidak setuju);  Berilah pengantar cara mengisi skala penilaian tersebut dan perbanyak secukupnya;  Berikan skala penilaian tersebut kepada sejumlah orang yang dapat mewakili populasi sasaran. Jumlahnya juga tergantung dari besarnya populasi sasaran. Yang paling penting diperhatikan adalah orangorang tersebut memang memiliki ciri seperti populasi sasaran, sehingga dapat dipandang sebagai sampel yang representative;  Kumpulkan hasil isian tersebut. 2) Kumpulkanlah data sikap awal peserta didik dengan mengikuti langkahlangkah sebagai berikut:  Buatlah daftar pertanyaan atau kuisioner tentang sikap awal peserta didik seperti;  Tempat kelahiran dan tempat dibesarkan;  Pekerjaan atau bidang pengetahuan yang menjadi keahliannya atau dicita-citakan untuk menjadi bidang keahliannya;  Kesenangan (hobi);  Bahasa sehari-hari dan bahasa asing yang dikuasai;  Alat-alat audio-visual yang dimiliki di rumah atau biasa digunakan seharihari; dan lain-lain yang dianggap penting bagi pengembangan desain instruksional.  Berikanlah kuisioner tersebut kepada sejumlah sampel yang dapat mewakili populasi sasaran;  Kumpulkan hasilnya. 3) Analisislah hasil pengumpulan data untuk menentukan sikap awal yang telah dikuasai. Kelompokkan sikap yang mendapat nilai cukup dan di atasnya. Pisahkan dari sikap yang masih sedang, kurang atau buruk. 4) Buatlah garis batas antara kedua kelompok perilaku tersebut pada bagan hasil analisis instruksional untuk menunjukkan dua hal sebagai berikut: 37  Sikap yang ada di bawah garis batas adalah perilaku yang telah dikuasai oleh populasi sasaran sampai tingkat cukup dan baik. Sikap ini tidak akan diajarkan kembali kepada peserta didik;  Sikap yang ada di atas garis batas adalah sikap yang belum dikuasai oleh populasi sasaran atau baru dikuasai sampai tingkat sedang, kurang, dan buruk. Sikap-sikap tersebut akan diajarkan kepada peserta didik. 5) Susunlah urutan sikap yang ada di atas garis batas untuk dijadikan pedoman dalam menentukan urutan materi pelajaran. 6) Tafsirkanlah data tentang karakteristik peserta didik untuk menggambarkan hal sebagai berikut:  Lingkungan budaya;  Pekerjaan atau bidang pengetahuan yang menjadi keahlian;  Kesenangan (hobi);  Bahasa yang dikuasai;  Alat audio visual yang dimiliki atau yang biasa digunakan sehari-hari;  dan lain-lain. Data tentang sikap peserta didik untuk digunakan dalam menyusun strategi pembelajaran pada tahap selanjutnya. 2. Bekal Ajar Diidentifikasi Berdasarkan Pengetahuan Awal 2.1. Pengertian Identifikasi Pengetahuan Awal Peserta Didik Identifikasi kemampuan awal peserta didik adalah salah satu upaya para guru yang dilakukan untuk memperoleh pemahaman tentang; tuntutan, bakat, minat, kebutuhan dan kepentingan peserta didik, berkaitan dengan suatu program pembelajaran tertentu. Tahapan ini dipandang begitu perlu mengingat banyak pertimbangan seperti; peserta didik, perkembangan sosial, budaya, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kepentingan program pendidikan/ pembelajaran tertentu yang akan diikuti peserta didik. 2.2. Tujuan Mengidentifikasi Pengetahuan Awal Tujuan Identifikasi kemampuan awal peserta didik adalah salah satu upaya para guru yang dilakukan untuk memperoleh pemahaman tentang; tuntutan, bakat, minat, kebutuhan 38 dan kepentingan peserta didik, berkaitan dengan suatu program pembelajaran tertentu. Tahapan ini dipandang begitu perlu mengingat banyak pertimbangan seperti; peserta didik, perkembangan sosial, budaya, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kepentingan program pendidikan/ pembelajaran tertentu yang akan diikuti peserta didik. Tujuan identifikasi untuk : a. Memperoleh informasi yang lengkap dan akurat berkenaan dengan pengetahuan awal peserta didik sebelum mengikuti program pembelajaran tertentu. b. Menyeleksi tuntutan, bakat, minat, kemampuan, serta kecenderungan peserta didik berkaitan dengan pemilihan program-program pembelajaran tertentu yang akan diikuti mereka. c. Menentukan desain program pembelajaran dan atau pelatihan tertentu yang perlu dikembangkan sesuai dengan kemampuan awal peserta didik. Untuk mengetahui pengetahuan awal peserta didik, seorang pendidik dapat melakukan tes awal (pre-test) untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik tersebut. Tes yang diberikan dapat berkaitan dengan materi ajar sesuai dengan panduan kurikulum. Selain itu pendidik dapat melakukan wawancara, observasi dan memberikan kuesioner kepada peserta didik, guru yang mengetahui kemampuan peserta didik atau calon peserta didik, serta guru yang biasa mengampu pelajaran tersebut. Teknik untuk mengidentifikasi karakteristik peserta didik adalah dengan menggunakan kuesioner, interview, observasi dan tes. Latar belakang peserta didik juga perlu dipertimbangkan dalam mempersiapkan materi yang akan disajikan, di antaranya yaitu faktor akademis dan faktor sosial : a. Faktor akademis Faktor-faktor yang perlu menjadi kajian guru adalah jumlah peserta didik yang dihadapi di dalam kelas, rasio guru dan peserta didik menentukan kesuksesan belajar. Di samping itu, indeks prestasi, tingkat inteligensi peserta didik juga tidak kalah penting. 39 Gambar 3.1. Faktor Akademis b. Faktor sosial Usia kematangan (maturity) menentukan kesanggupan untuk mengikuti sebuah pembelajaran. Demikian juga hubungan kedekatan sesama peserta didik dan keadaan ekonomi peserta didik itu sendiri mempengaruhi pribadi peserta didik tersebut. Mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik dalam pengembangan program pembelajaran sangat perlu dilakukan, yaitu untuk mengetahui kualitas perseorangan sehingga dapat dijadikan petunjuk dalam mendeskripsikan strategi pengelolaan pembelajaran. Aspek-aspek yang diungkap dalam kegiatan ini bisa berupa bakat, motivasi belajar, gaya belajar kemampuan berfikir, minat dll Hasil kegiatan mengidentifikasi kemampuan awal dan karakteristik peserta didik akan merupakan salah satu dasar dalam mengembangkan sistem instruksional yang sesuai untuk peserta didik. 2.3. Langkah-Langkah Identifikasi Pengetahuan Awal a. Melakukan pengamatan terhadap peserta didik secara perorangan . Pengamatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan test kemampuan awal yang digunakan untuk mengetahui konsep konsep, prosedutr-prosedur, atau pronsip prinsip yang telah dikuasai b. Hasil pengemasan yang dilakukan pada langkah petama, ditabulasi untuk mendapatkan klasifikasi dan rinciannya. Hasil tabulasi untuk daftar klasifikasi 40 karakteristik menonjol yang perlu diperhatikan dalam menentukan strategi pengelolaan. c. Pembuatan daftar strategi karakteristik peserta didik . Daftar ini perlu dibuat untuk menentukan strategi pengelolaan pembelajaran. 2.4. Teknik Identifikasi Pengetahuan Awal Teknik yang paling tepat untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik yaitu teknik tes. Teknik tes ini menggunakan tes prasyarat dan tes awal (pre-requisite dan pretes). Sebelum memasuki pelajaran sebaiknya guru membuat tes prasyarat dan tes awal, Tes prasyarat adalah tes untuk mengetahui apakah peserta didik telah memiliki pengetahuan keterampilan yang diperlukan atau disyaratkan untuk mengikuti suatu pelajaran. Sedangkan tes awal (pre test) adalah tes untuk mengetahui seberapa jauh peserta didik telah memiliki pengetahuan atau keterampilan mengenai pelajaran yang hendak diikuti. Hasil pre tes juga sangat berguna untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan yang telah dimiliki dan sebagai perbandingan dengan hasil yang dicapai setelah mengikuti pelajaran. Jadi kemampuan awal sangat diperlukan untuk menunjang pemahaman peserta didik sebelum diberi pengetahuan baru karena kedua hal tersebut saling berhubungan. 3. Bekal Ajar Diidentifikasi Berdasarkan Keterampilan Awal 3.1. Pengertian Keterampilan Awal Peserta Didik Pengertian identifikasi keterampilan Awal peserta didik adalah Kegiatan menganalisis pengetahuan awal dalam pengembangan pembelajaran merupakan pendekatan untuk mengetahuan kondisi keteramiplan yang dimiliki peserta didik apa adanya. 3.2. Tujuan dan Manfaat Identifikasi Keterampilan Awal Tujuan identifikasi keterampilan awal peserta didik adalah salah satu upaya para guru yang dilakukan untuk memperoleh pemahaman tentang; tuntutan, bakat, minat, kebutuhan dan kepentingan peserta didik, berkaitan dengan suatu program pembelajaran tertentu. Tahapan ini dipandang begitu perlu mengingat banyak pertimbangan seperti; peserta didik, perkembangan sosial, budaya, ekonomi, ilmu 41 pengetahuan dan teknologi, serta kepentingan program pendidikan/ pembelajaran tertentu yang akan diikuti peserta didik. Manfaat identifikasi keterampilan awal peserta didik: a. Memperoleh informasi yang lengkap dan akurat berkenaan dengan keterampilan awal peserta didik sebelum mengikuti program pembelajaran tertentu. b. Menyeleksi tuntutan, bakat, minat, keterampilan, serta kecenderungan peserta didik berkaitan dengan pemilihan program-program pembelajaran tertentu yang akan diikuti mereka. c. Menentukan desain program pembelajaran dan atau pelatihan tertentu yang perlu dikembangkan sesuai dengan kemampuan awal peserta didik. 3.3. Strategi Identifikasi Keterampilan Awal Ada beberapa strategi/cara yang dapat guru lakukan untuk mengetahui keterampilan awal peserta didik, misalnya: a. Asesmen keterampilan Awal peserta didik Berbasis Kinerja /Asesmen pengetahuan awal peserta didik. Cara paling reliabel dalam melakukan asesmen ini adalah dengan memberikan sebuah tugas, dapat berupa kuis, atau bentuk lain, yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan diberikan, yang dalam pengerjaan tugas akan memerlukan penggunaan pengetahuan awal yang telah mereka miliki sebelum mengikuti pembelajaran anda. Tentunya, saat merancang kuis atau tugas tersebut, terlebih dahulu guru mengidentifikasi pengetahuan prasyarat atau keterampilan prasyarat apa yang diperlukan untuk pembelajaran yang akan dilakukan. b. Asesmen Keterampilan Awal Mandiri (Self Assessment) /Asesmen pengatahuan awal mandiri Untuk melakukan cara yang kedua ini, guru dapat membuat sebuah angket singkat untuk evaluasi mandiri (evaluasi diri) setiap peserta didik yang akan mengikuti pembelajaran. Cara ini sebenarnya relatif mudah dilakukan, karena angket yang dibuat sederhana saja. Berikut contoh angket untuk asesmen kemampuan awal mandiri: Contoh Angket Sederhana Untuk Mengetahui keterampilan awal peserta didik 42 Seberapa luas pengetahuanmu tentang sepeda motor 1) Saya belum pernah mendengar istilah itu. 2) Saya tahu pada mata pelajaran keterampilan sepeda motor. 3) Saya tahu pada pelajaran keterampilan sepeda motor terjadi, tujuannya, manfaat, bahkan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 4) Saya pernah melakukan bongkar pasang sepeda motor dan memahami dengan baik, tujuannya, manfaatnya, bahkan faktor-faktor yang mempengaruhinya. c. Peta Konsep / Concept map Peta konsep dapat dijadikan alat untuk mengecek keterampilan awal yang telah dimiliki peserta didik sebelum mengikuti pembelajaran. Caranya, tuliskan sebuah kata kunci utama tentang kegiatan yang akan dipelajari hari itu di tengah-tengah papan tulis. Misalnya "membubut tirus". Berikutnya guru meminta peserta didik menjelaskan/mengerjakan atau menuliskan konsep-konsep yang relevan (berhubungan) dengan konsep membnubut tirus dan membuat hubungan antara konsep membubut tirus dengan konsep yang disebut (ditulisnya) tadi. 4. Hasil Identifikasi Bekal Ajar Awal Dimanfaatkan Untuk Penyusunan Program Pembelajaran Belajar merupakan proses mengarahkan daya upaya dan potensi yang ada pada setiap individu mulai dari hal yang tidak tahu menjadi tahu, tentunya pada tahap ini menuju pada hal yang positif. Pemilihan Strategi dan Metode Pembelajaran didasarkan pada pengetahuan, keterampilan dan sikap awal peserta didik. dapat membantu guru dalam menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan pengetahuan, keteraampilan, sikap dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami peserta didik. Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam Strategi Pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan unsure- unsur strategi dari setiap usaha, yaitu: a. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi pemakai lulusan yang memerlukannya. b. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran. 43 c. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran. d. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha. e. Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah: f. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik. g. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif. h. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran. i. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan. Mengidentifikasi sikap, pengetahuan dan keterampilan Mempertimbangkan strategi dan metode Menerapkan hasil identifikasi bekal ajar pada penyusunan program pembelajaran Menetapkan unsure-unsur strategi Gambar 3.2. Langkah Penyusunan Program Pembelajaran 44 Seorang guru harus memainkan peran yang berbeda di sekolah, tidak hanya dalam pelaksanaan pembelajaran, tetapi juga berperan sebagai pembimbing bagi peserta didik. Bimbingan adalah jenis bantuan kepada peserta didik untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi. Pengetahuan tentang psikologi pendidikan memungkinkan guru untuk memberikan bimbingan pendidikan dan kejuruan yang diperlukan untuk peserta didik pada tingkat usia yang berbeda-beda. Guru harus melakukan dua kegiatan penting di dalam kelas seperti mengajar dan mengevaluasi. Kegiatan evaluasi membantu dalam mengukur hasil belajar pesertya didik. Psikologi pendidikan dapat membantu guru dalam mengembangkan evaluasi pembelajaran peserta didik yang lebih adil, baik dalam teknis evaluasi, pemenuhan prinsip-prinsip evaluasi maupun menentukan hasil-hasil evaluasi. C. Rangkuman Kegiatan menganalisis pengetahuan awal dalam pengembangan pembelajaran merupakan pendekatan menerima peserta didik apa adanya dan menyusun sistem pembelajaran atas dasar keadaan peserta didik tersebut. Karena itu, kegiatan menganalisis pengetahuan awal peserya didik merupakan proses untuk mengetahui pengetahuan yang dikuasai peserta didik sebelum mengikuti proses pembelajaran, bukan untuk menentukan kemampuan pra-syarat dalam rangka menyeleksi pesera didik sebelum mengikuti proses pembelajaran. Konsekuensi digunakannya cara ini adalah titik mulai suatu kegiatan belajar tergantung kepada perilaku awal peserta didik. Karakteristik peserta didik merupakan salah satu variabel dari kondisi pengajaran. Variabel ini didefenisikan sebagai aspek-aspek atau kualitas peserta didik. Aspek-aspek ini bisa berupa bakat, minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir dan kemampuan awal ( hasil belajar ) yang telah dimilikinya. Karakteristik peserta didik akan amat berpengaruh dalam pemilihan setrategi pengelolaan, yang berkaitan dengan bagaimana menata pengajaran, khususnya komponen-komponen strategi pengajaran, agar sesuai dengan karakteristik peserta didik.. Perilaku yang akan diajarkan ini kemudian dirumuskan dalam bentuk tujuan instruksional khusus atau TIK. Kegiatan ini memberi manfaat: a. Untuk mengetahui kualitas perseorangan sehingga dapat dijadikan petunjuk dalam mendeskripsikan strategi pengelolaan pembelajaran; 45 b. Hasil kegiatan mengidentifikasi sikap,pengetahuan dan keterampilan awal peserta didik akan merupakan salah satu dasar dalam mengembangkan strategi dan sistem instruksional yang sesuai untuk peserta didik. Cara melaksanakan kegiatan ini adalah sebagai berikut: a. Dilakukan di waktu awal sebelum menyusun instruksional pengajaran; c. Teknik yang digunakan dapat dengan tes, interview, observasi, dan kuisioner; d. Dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran atau orang-orang yang dianggap paham dengan kemampuan peserta didik. D. Tugas Diskusikan dalam kelompok (Waktu : 15 menit ) Bagaimana merencanakan program pembelajaran dan strategi pembelajaran berdasarkan pengetahuan, keterampilan dan sikap awal yang dimiliki oleh peserta didik? E. Evaluasi / Latihan Petunjuk: 1. Bacalah dengan seksama soal berikut ini 2. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling benar Soal : 1. Pengertian menganalisiis pengetahuan Awal peserta didik adalah …………… A. B. C. D. 2. 46 Kegiatan menganalisis pengetahuan awal dalam pengembangan pembelajaran merupakan pendekatan menerima peserta didik apa adanya dan menyusun sistem pembelajaran atas dasar keadaan peserta didik tersebut Kegiatan menelaah pengetahuan awal dalam pengembangan pembelajaran merupakan pendekatan menerima peserta didik apa adanya dan menyusun sistem pembelajaran atas dasar keadaan peserta didik tersebut Kegiatan mengidentifikasi pengetahuan awal dalam pengembangan pembelajaran merupakan pendekatan menerima peserta didik apa adanya dan menyusun sistem pembelajaran atas dasar keadaan peserta didik tersebut Kegiatan mengukur pengetahuan awal dalam pengembangan pembelajaran merupakan pendekatan menerima peserta didik apa adanya dan menyusun sistem pembelajaran atas dasar keadaan peserta didik tersebut Langkah-Langkah identifikasi Pengetahuan Awal adalah …….. A. B. C. D. 3. melakukan observasi, tabulasi karakteristik, dan pembuatan daftar strategi karakteristik peserta didik melakukan pengamatan, tabulasi karakteristik, dan pembuatan daftar strategi karakteristik peserta didik melakukan dokumentasi, tabulasi karakteristik, dan pembuatan daftar strategi karakteristik peserta didik melakukan simulasi, tabulasi karakteristik, dan pembuatan daftar strategi karakteristik peserta didik Sikap awal peserta didik menurut Gagne dikelompokkan ke dalam delapan kelas yaitu : A. B. C. D. 4. Tujuan Identifikasi kemampuan awal peserta didik adalah …. A. B. C. D. 5. belajar langsung, belajar stimulus, belajar merantaikan, belajar asosiasi verbal, belajar membedakan, belajar konsep, belajar dalil, dan belajar memecahkan masalah belajar isyarat, belajar stimulus, belajar merantaikan, belajar asosiasi verbal, belajar membedakan, belajar konsep, belajar dalil, dan belajar memecahkan masalah belajar membedakan, belajar stimulus, belajar merantaikan, belajar asosiasi verbal, belajar membedakan, belajar konsep, belajar dalil, dan belajar memecahkan masalah belajar demonstrasi, belajar stimulus, belajar merantaikan, belajar asosiasi verbal, belajar membedakan, belajar konsep, belajar dalil, dan belajar memecahkan masalah salah satu upaya para guru untuk memperoleh pemahaman tentang; tuntutan, bakat, minat, kebutuhan dan kepentingan peserta didik, berkaitan dengan suatu program pembelajaran tertentu salah satu upaya peserta didik untuk memperoleh pemahaman tentang; tuntutan, bakat, minat, kebutuhan dan kepentingan guru, berkaitan dengan suatu program pembelajaran tertentu salah satu upaya para guru untuk memperoleh pemahaman tentang; tuntutan, bakat, minat, kebutuhan dan kepentingan peserta didik, berkaitan dengan suatu program pembelajaran tertentu salah satu upaya para guru yang dilakukan untuk memperoleh pemahaman tentang; tuntutan, bakat, minat, kebutuhan dan kepentingan peserta didik, berkaitan dengan suatu program pembelajaran tertentu Teknik untuk mengidentifikasi karakteristik peserta didik adalah …. A. B. C. D. dengan menggunakan angket, interview, observasi dan tes dengan menggunakan non tes, kunjungan, observasi dan tes dengan menggunakan kuesioner, interview, observasi dan tes dengan melakukan studi ekserkusi, interview, observasi dan tes 47 F. Balikan dan Tindak Lanjut 1. Balikan a. Apa saja yang sudah saudara lakukan berkaitan dengan materi kegiatan belajar ini ? b. Pengalaman baru apa, yang saudara peroleh dari materi ajar kegiatan belajar ini ? c. Apa saja yang telah saudara lakukan yang ada hubungannya dengan materi kegiatan ini tetapi belum ditulis dimateri ini ? 2. d. Manfaat apa saja yang saudara dapatkan dari materi kegiatan ini ? e. Aspek menarik apa yang anda temukan dari materi ajar kegiatan belajar ini? Tindak Lanjut Peserta dinyatakan berhasil dalam mempelajari modul ini apabila telah mampu menjawab soal-soal evaluasi / latihan dalam modul ini, tanpa melihat atau membuka materi dengan nilai minimal 80. Bagi yang belum mencapai nilai minimal 80 diharapkan untuk lebih giat mendalami lagi sehingga dapat memperoleh nilai minimal 80 48 BAB IV MATERI POKOK 4 KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK A. Indikator Keberhasilan Penyebab kesulitan belajar peserta didik diidentifikasi berdasarkan faktor internal (psikologis & fisiologis) 1. Penyebab kesulitan belajar peserta didik diidentifikasi berdasarkan faktor eksternal (sosial & non sosial) 2. Hasil identifikasi kesulitan belajar peserta didik dimanfaatkan dalam program perbaikan (remedial) 3. Hasil identifikasi kesulitan belajar peserta didik dimanfaatkan dalam program pengayaan B. Uraian Materi 1. Pengertian Kesulitan Belajar Kesulitan belajar yang didefenisikan oleh The United States Office of Education (USOE) yang dikutip oleh Abdurrahman (2003 : 06) menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ajaran atau tulisan. Di samping defenisi tersebut, ada definisi lain yang yang dikemukakan oleh The National Joint Commite for Learning Dissabilites (NJCLD) dalam Abdurrahman (2003 : 07) bahwa kesulitan belajar menunjuk kepada suatu kelompok kesulitan yang didefenisikan dalam bentuk kesulitan nyata dalam kematian dan penggunan kemampuan pendengaran, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar atau kemampuan dalam bidang studi matematika. Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar itu biasa dikenal dengan sebutan prestasi rendah/kurang (under achiever). Peserta didik ini tergolong memiliki IQ tinggi tetapi prestasi belajarnya rendah (di bawah rata-rata kelas). Dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar ialah suatu keadaan dimana peserta didik tidak dapat menyerap pelajaran dengan sebagaimana mestinya. Dengan kata lain 49 ia mengalami kesulitan untuk menyerap pelajaran tersebut, baik kesulitan itu dari dirinya sendiri, dari sekitarnya ataupun karena faktor-faktor lain yang menjadi pemicunya. Dalam hal ini, kesulitan belajar ini akan membawa pengaruh negative terhadap hasil belajarnya. Jika kadang kita beranggapan bahwa hasil belajar yang baik itu diperoleh oleh peserta didik yang memiliki inteligensi di atas rata-rata, namun sebenarnya terkadang bukan inteligensi yang menjadi satu-satunya satunya tolak ukur prestasi belajar. Justru terkadang kesulitan belajar ini juga turut berperan dalam mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Mengapa prestasi rendah Mengapa belajar sulit Ancaman apa yang mengganggu belajar Bagaimana menghilangkan gangguan Gambar 4.1. Kesulitan Belajar 2. Penyebab Kesulitan Belajar Peserta Didik Berdasarkan Faktor Internal (Psikologis & Fisiologis) 2.1. Faktor Fisiologis Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar peserta didik ini berkaitan dengan kurang berfungsinya otak, susunan syaraf ataupun bagian-bagiantubuh lain. Para guru harus menyadari bahwa hal yang paling berperan pada waktu belajar adalah kesiapan otak dan sistem syaraf dalam menerima, memproses, menyimpan, ataupun memunculkan kembali informasi yang sudah disimpan. Kalau ada bagian yang tidak beres pada bagian tertentu dari otak seorang peserta didik, maka dengan sendirinya si siswa akan mengalami kesulitan belajar. Bayangkan kalau sistem syaraf atau otak anak kita karena sesuatu dan lain hal kurang berfungsi secara sempurna. 50 2.2. Faktor Psikologis Faktor–faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi , minat, sikap dan bakat. a) Kecerdasan / Intelegensia Peserta Didik Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas manusia. Para ahli membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman dan Merill sebagai berikut ((Fudyartanto 2002). Tabel 4.1. Distribusi Kecerdasan IQ menurut Stanford Revision Tingkat kecerdasan (IQ) 140 – 169 120 – 139 110 – 119 90 – 109 80 – 89 70 – 79 20 — 69 Klasifikasi Amat superior Superior Rata-rata tinggi Rata-rata Rata-rata rendah Batas lemah mental Lemah mental Dari table tersebut, dapat diketahui ada 7 penggolongan tingkat kecerdasan manusia, yaitu: A. Kelompok kecerdasan amat superior (very superior) merentang antara IQ140—IQ 169; B. Kelompok kecerdasan superior merenytang anatara IQ 120—IQ 139; C. Kelompok rata-rata tinggi (high average) menrentang anatara IQ 110— IQ 119; 51 D. Kelompok rata-rata (average) merentang antara IQ 90—IQ 109; E. Kelompok rata-rata rendah (low average) merentang antara IQ 80—IQ 89; F. Kelompok batas lemah mental (borderline defective) berada pada IQ 70—IQ 79; G. Kelompok kecerdasan lemah mental (mentally defective) berada pada IQ 20—IQ 69, yang termasuk dalam kecerdasan tingkat ini antara lain debil, imbisil, idiot. b) Motivasi Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar peserta didik. Motivasilah yang mendorong peserta didik ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi menurut Sumadi Suryabrata adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan. c) Minat Secara sederhana,minat (interest) kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003) minat bukanlah istilah yang popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. d) Sikap Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk bereaksi atau merespons dangan cara yang relatif tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya, baik secara positif maupun negatif (Syah, 2003). Sikap dapat didefinisikan dengan berbagai cara dan setiap definisi itu berbeda satu sama lain. Trow mendefinisikan sikap sebagai suatu kesiapan mental atau emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat. 52 e) Bakat Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang dan sebagai kemampuan umum yang dimilki seorang siswa untuk belajar (Syah, 2003). Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu secara sadar untuk memperoleh perubahan perilaku seperti dalam pengetahuan, kebiasaan, keterampilan, sikap, persepsi kebiasaan dan tingkah laku afektif lainnya sebagai hasil dalam pengalaman. Belajar dipengaruhi oleh faktor psikologis. Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong kedalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: inteligensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kelelahan. a) Inteligensi Inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, peserta didik yang mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat inteligensi yang rendah. b) Perhatian Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka peserta didik harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajarannya tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehimgga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajarannya itu sesuai dengan hobi atau bakatnya. c) Minat Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat peserta didik, peserta didik tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segansegan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajarannya itu. Bahan 53 pelajaran yang menarik minat peserta didik, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar. d) Bakat Jika bahan pelajaran yang dipelajari peserta didik sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya itu. Adalah penting untuk mengetahui bakat peserta didik dan menempatkan peserta didik belajar di sekolah yang sesuai dengan bakatnya. e) Motivasi Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong peserta didik agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motivasi untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan/ menunjang belajar. Menurut Syah (2003: 151), motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1) motivasi intrinsik dan 2) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri peserta didik sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. f) Kematangan Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat dan tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terusmenerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar. g) Kesiapan Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi response atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, 54 karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik. 3. Penyebab Kesulitan Belajar Peserta Didik Berdasarkan Aspek Sosial dan Non Sosial (Faktor Eksternal) 3.1. Berdasar Aspek Sosial Yang termasuk lingkungan sosial adalah pergaulan peserta didik dengan orang lain disekitarnya, sikap dan perilaku orang disekitar peserta didik dan sebagainya. Lingkungan sosial yang banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orangtua dan keluarga peserta didik itu sendiri. Sifat-sifat orangtua, peraktk pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegitan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa. a. Lingkungan Sekolah. Seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang peserta didik. Hubungan harmonis antra ketiganya dapat menjadi motivasi bagi peserta didik untuk belajar lebih baikdisekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi peserta didik untuk belajar. b. Lingkungan Masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal peserta didik akan memengaruhi belajar peserta didik. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar peserta didik, paling tidak peserta didik kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilkinya. c. Lingkungan Keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaankeluarga, semuannya dapat negati dampak terhadap aktivitas belajar peserta didik. Hubungan anatara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu peserta didik melakukan aktivitas belajar dengan baik. 55 Oleh karena itu ada beberapa negative penyebab kesulitan belajar yang berkait dengan sikap dan keadaan keluarga serta masyarakat sekeliling yang kurang mendukung siswa tersebut untuk belajar sepenuh hati. Intinya, lingkungan di sekitar peserta didik harus dapat membantu mereka untuk belajar semaksimal mungkin selama mereka belajar di sekolah. Dengan cara seperti ini, lingkungan dan sekolah akan membantu para peserta didik,harapan bangsa ini untuk berkembang dan bertumbuh menjadi lebih cerdas. Peserta didik dengan kemampuan cukup seharusnya dapat dikembangkan menjadi peserta didik berkemampuan baik, yang berkemampuan kurang dapat dikembangkan menjadi berkemampuan cukup. Sekali lagi, orang tua, guru,dan masyarakat, secara sengaja atau tidak sengaja, dapat menyebabkan kesulitan bagi peserta didik. Karenanya, peran orang tua dan guru dalam membentengi para peserta didik dari pengaruh negative masyarakat sekitar, disamping perannya dalam memotivasi para peserta didik untuk tetap belajar menjadi sangat menentukan. 3.2. Berdasar Aspek Non Sosial Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah; a. Lingkungan alamiah adalah lingkungan tempat tinggal anak didik, hidup, dan berusaha didalamnya. Dalam hal ini keadaan suhu dan kelembaban udara sangat berpengaruh dalam belajar anak didik. Anak didik akan belajar lebih baik dalam keadaan udara yang segar. Dari kenyataan tersebut, orang cenderung akan lebih nyaman belajar ketika pagi hari, selain karena daya serap ketika itu tinggi. Begitu pula di lingkungan kelas. Suhu dan udara harus diperhatikan. Agar hasil belajar memuaskan. Karena belajar dalam keadaan suhu panas, tidak akan maksimal. b. Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, bukupanduan, silabi dan lain sebagainya. c. Faktor materi pelajaran factor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan peserta didik begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikandengan kondisi perkembangan peserta didik. Karena itu, agar 56 guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajr peserta didik, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan konsdisi peserta didik. 4. Penyebab Kesulitan Belajar Peserta Didik Berdasarkan Pencapaian Kompetensi Mata Pelajaran Yang Diampu 4.1. Pengertian Belajar Sebelum membahas mengenai penyebab kesulitan kesulitan belajar, akan lebih jelas jika kita memahami terlebih dahulu pengertian belajar dan kesulitan belajar beserta penyebabnya. Belajar merupakan suatu perubahan dalam diri seseorang yang terjadi karena pengalaman. Menurut C.T. Morgan dalam Introduction to Psycology (1961) merumuskan belajar sebagai “suatu perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman yang lalu” (Sobur, 2003: 219). Jadi bisa disimpulkan bahwa belajar sangat erat kaitannya dengan perubahan tingkah laku seseorang. Akan tetapi perubahan yang bukan terjadi karena adanya proses-proses belajar tidak dapat dikatakan sebagai belajar. Perubahan selain belajar antara lain karena adanya proses fisiologis (misal: sakit) dan perubahan terjadi karena adanya proses-proses pematangan (misal : bayi yang mulai dapat berjalan). Ada dua pandangan mengenai perubahan yang terjadi dalam proses-proses belajar, antara lain : a. Pandangan Behavioristik Menurut pandangan ini (seperti J.B. Watson, E.L. Thorndike, dan B.F. Skinner) Belajar adalah perubahan tingkah laku, dengan cara seseorang berbuat pada situasi tertentu. Yang dimaksud tingkah laku disini ialah tingkah laku yang dapat diamati ( berfikir dan emosi tidak menjadi perhatian dalam pandangan ini, karena tidak dapat diamati secara langsung. Diantara keyakinan prinsipil yang terdapat dalam pandangan ini ialah anak lahir tanpa warisan kecerdasan, bakat, persaan, dan warisan abstrak lainnya. Semua kecakapan timbul setelah manusia melakukan kontak dengan lingkungan. 57 b. Pandangan Kognitif Menurut Pandangan ini (seperti Jean Piaget, Robert Glaser, John Anderson, Jerome Bruner, dan David Ausubel) Belajar adalah proses internal mental manusia yang tidak dapat diamati secara langasung. Perubahan terjadi dalam kemampuan seseorang untuk bertingkah laku dan berbuat dalam situasi tertentu, perubahan dalam tingkah lauku hanyalah suatu refleksi dari perubahan internal dan tak dapat diukur tanpa dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental. (aspek-aspek yang tidak dapat diamati seperti pengetahuan, arti, perasaan, keinginan, kreatifitas, harapan dan pikiran). Menurut Crow & crow dalam buku Educational Psycology (1958) menyatakan ”Learnig is acquisition of habits, knowledge, nad attitude”, belajar adalah memeproleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap. Belajar dalam pandangan mereka menunjuk adanya perubahan yang progresif dari tingkah laku (Sobur, 2003). Pengertian ini menyangkut pada proses yang mempunyai konotasi urutan langkah atau kemajuan yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan. Any change in any object or organism, particularly a behavioral or psychological change (proses adalah suatu perubahan yang progresif menyangkut tingkah laku atau kejiwaan) (Syah, 2006). Dari berbagai pendapat dan pandangan mengenai definisi belajar terlepas dari berbagai macam kelemahan-kelemahan dari masing pandangan dapat disimpulkan bahwa belajar suatu porses yang terjadi dalam diri seseorang (pandangan kognitif), tetapi juga menekankan pentingnya perubahan dalam tingkah laku yang dapat diamati sebagai pertanda bahwa belajar telah berlangsung (pandangan behavioristik) dengan menunjukkan perubahan yang progresif pada tingkah laku sehinga hasil yang dicapai maksimal. 4.2. Pengertian Kesulitan Belajar Untuk memperjelas tentang kesulitan belajar , penulis akan memaparkan beberapa pengertian menurut pendapat para ahli sebagai berikut : Kesulitan Belajar Kesulitan belajar yang didefenisikan oleh The United States Office of Education (USOE) yang dikutip oleh Abdurrahman (2003:06) menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ajaran atau tulisan. 58 Di samping defenisi tersebut, ada definisi lain yang yang dikemukakan oleh The National Joint Commite for Learning Dissabilites (NJCLD) dalam Abdurrahman (2003:7) bahwa kesulitan belajar menunjuk kepada suatu kelompok kesulitan yang didefenisikan dalam bentuk kesulitan nyata dalam kematian dan penggunan kemampuan pendengaran, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar atau kemampuan dalam bidang studi biologi. Sedangkan menurut Sunarta (1985 : 7) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kesulitan belajar adalah “kesulitan yag dialami oleh peserta didik dalam kegiatan belajarnya, sehingga berakibat prestasi belajarnya rendah dan perubahan tingkah laku yang terjadi tidak sesuai dengan partisipasi yang diperoleh sebagaimana teman-teman kelasnya. Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa kesulitan belajar adalah suatu keadaan dalam proses belajar mengajar dimana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Kesulitan belajar pada dasarnya adalah suatu gejala yang nampak dalam berbagai manivestasi tingkah laku, baik secara langsung maupun tidak langsung. Disebutkan pula mengenai individu yang mengalami kesulitan belajar menunjukkan gejala sebagai berikut. a. Hasil belajar yang dicapai rendah dibawah rata-rata kelompoknya. b. Hasil belajar yang dicapai sekarang lebih rendah disbanding sebelumnya. c. Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. d. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar. e. Menunjukkan sikap yang kurang wajar, misalnya masa bodoh dengan proses belajar, mendapat nilai kurang tidak menyesal, dst. f. Menunjukkan perilaku yang menyimpang dari norma, misalnya membolos, pulang sebelum waktunya, dst. g. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, misalnya mudah tersinggung, suka menyendiri, bertindak agresif, dan lain-lain. Pada dasarnya kesulitan belajar tidak hanya dialami oleh peserta didik yang berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh peserta didik berkampuan tinggi. selain itu, kesulitan belajar juga dapat dialami oleh peserta didik yang berkampuan rata– rata (normal) disebabkan oleh faktor –faktor tertentu yang menghambat tercapainya kinerja akademik sesuai dengan harapan. 59 5. Mengidentifikasi Kecakapan Peserta Didik Yang Memerlukan Perbaikan 5.1. Konsep Identifikasi Masalah Kesulitan Belajar Sebelum mengidentifikasi kecakapan atau masalah kesulitan belajar peserta didik, guru sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu mengenali gejala dengan cermat terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda peserta didik tersebut. Upaya ini disebut diagnosis yang bertujuan menetapkan “jenis penyakit” yakni jenis kesulitan belajatr peserta didik yang memerlukan perbaikan. Banyak langkah-langkah diagnostik yang dapat ditempuh guru, antara lain yang cukup terkenal adalah prosedur Weener & Senf (1982) sebagaimana yang dikutip wardani (1991) sebagai berikut: a. Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang peserta didik ketika mengikuti pelajaran. b. Memeriksa penglihatan dan pendengaran peserta didik khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar. c. Mewawancarai orang tua atau wali peserta didik untuk mengetahi hal ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar. d. Memberikan tes diagnostic bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami peserta didik/kecakapan yang memerlukan perbaikan. e. Memberikan tes kemampuan intelegensia (IQ) khususnya kepada peserta didik yang diduga mengalami kesulitan belajar. f. Menganalisis hasil; diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antar bagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik yang memerlukan pemecahan masalah. g. Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan. h. Menyusun program perbaikan, khususnya program remedial teaching (pengajaran perbaikan). 60 5.2. Langkah–langkah Hasil Identifikasi Program Pemecahan Masalah a. Analisis Hasil Identifikasi program Data dan informasi yang diperoleh guru melalui diagnostik kesulitan belajar tadi perlu dianalisis sedemikian rupa, sehingga jenis kesulitan khusus yang dialami peserta didik yang berprestasi rendah itu dapat diketahui secara pasti. b. Menentukan Kecakapan Bidang Bermasalah Bidang-bidang kecakapan bermasalah dapat dikategorikan menjadi tiga macam: 1) Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru sendiri. 2) Bidang kecakapan bermasalh yag tidak dapt ditangani oleh guru dengan bantuan orang tua. 3) Bidang kecakapan bermasalah yang tidak dapat ditangani baik oleh guru maupun orangtua. c. Menyusun program Perbaikan Dalam hal menyusun program pengajaran perbaikan (remedial teching), sebelumya guru perlu menetapkan hal-hal sebagai berikut: d. 1) Tujuan pengajaran remedial 2) Materi pengajaran remedial 3) Metode pengajaran remedial 4) Alokasi waktu pengajaran remedial 5) Evaluasi kemajuan siswa setelah mengikuti program pengajaran remedial. Melaksanakan Program Perbaikan Kapan dan dimana program pengajaran memerlukan perbaikan yang telah dirancang itu dapat anda laksanakan? Pada prinsipnya, program pengajaran perbaikan itu lebih cepat dilaksanakan lebih baik. Tempat penyelenggaraannya bisa dimana saja, asal tempat itu memungkinkan untuk peserta didik (peserta didik yang memerlukan bantuan) memusatkan perhatiannaya terhadap proses pengajaran perbaikan tersebut. 5.3. Pemecahan Masalah Kesulitan Belajar Tugas pendidik atau guru adalah mempersiapkan generasi bangsa agar mampu menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya dikemudian hari .Dalam menjalankan tugas ini pendidikan berupaya mengembangkan potensi (fitrah) sebagai anugrah Allah yang 61 tersimpan dalam diri anak, baik yang bersifat jasmaniah maupun ruhaniah, melalui pembelajaran sebuah pengetahuan, kecakapan, dan pengalaman berguna bagi hidupnya. Secara umum Guru berarti orang yang dapat menjadi anutan serta menjadikan jalan yang baik demi kemajuan. Guru adalah perencana dan pelaksana dari sistem pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. Guru adalah pihak utama yang langsung berhubungan dengan peserta didik dalam upaya proses pembelajaran, peran guru itu tidak terlepas dari keberadaan kurikulum. Peranan guru sangat penting dalam pelaksanaan proses pembelajaran, selain sebagai nara sumber guru juga merupakan pembimbing dan pengayom bagi para peserta didik yang ada dalam suatu kelompok belajar. hal tersebut sesuai dengan ungkapan T. Rustandy (1996 : 71) yang mengatakan bahwa : Guru memegang peranan sentral dalam proses pembelajaran, memiliki karakter dan kepribadian masing-masing yang tercermin dalam tingkah laku pada waktu pelaksanaan proses pembelajaran. Pola tingkah laku guru dalam proses pembelajaran biasanya ditiru oleh peserta didik dalam perjalanan hidup sehari-hari, baik di lingkungan keluarga ataupun masyarakat, karena setiap peserta didik mempunyai keragaman dalam hal kecakapan maupun kepribadian. Keragaman kecakapan dan kepribadian ini mempengaruhi terhadap situasi yang dihadapi dalam proses pembelajaran. Beberapa cara mengatasi kesulitan dalam belajar dapat dilakukan dengan cara belajar yang efektif dan efisien. Cara demikian merupakan problematika yang perlu mendapatkan perhatian cukup serius. Orang tua dan Guru kerap kali memberikan saransaran kepada peserta didik agar rajin belajar karena rajin adalah pangkal cerdas. Orang cerdas akan mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan perkembangan zaman yang serba kompleks. 6. Remedial dan Program Pengayaan 6.1. Remedial Remedial merupakan suatu treatmen atau bantuan untuk mengatasi kesulitan belajar. Berikut adalah beberapa program asesmen yang bisa dijalankan atau dijadikan acuan dalam melakukan pengajaran remedial. Yang antara lain dalam bidang berhitung, membaca pemahaman dan menulis. 62 Remediasi adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk membetulkan kekeliruan yang dilakukan peserta didik. Kalau dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran, kegiatan remediasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran yang kurang berhasil. Kekurangberhasilan pembelajaran ini biasanya ditunjukkan oleh ketidakberhasilan peserta didik dalam menguasai kompetensi yang diharapkan dalam pembelajaran. Dari pengertian di atas diketahui bahwa suatu kegiatan pembelajaran dianggap sebagai kegiatan remediasi apabila kegiatan pembelajaran tersebut ditujukan untuk membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Guru melaksanakan perubahan dalam kegiatan pembelajarannya sesuai dengan kesulitan yang dihadapi para peserta didik.. Sifat pokok kegiatan pembelajaran remedial ada tiga yaitu: a. menyederhanakan konsep yang komplek b. menjelaskan konsep yang kabur c. memperbaiki konsep yang salah tafsir. Beberapa perlakuan yang dapat diberikan terhadap sifat pokok remedial tersebut antara lain berupa: penjelasan oleh guru, pemberian rangkuman, dan advance organizer, pemberian tugas dan lain-lain. Asumsi yang mendasari pertimbangan metode pembelajaran remedial dengan pendekatan secara individual terhadap peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dengan pemberian rangkuman dan advance organizer adalah: (1) belajar hakekatnya adalah individual (2) pembelajaran klasikal akan selalu dihadapkan dengan ketidaktuntasan belajar (3) kalau peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dan diberikan pembelajaran kembali secara klasikal seperti pembelajaran utama, peserta didik akan mengalami kesulitan yang serupa (4) rangkuman dan advance organizer merupakan strategi pembelajaran untuk memudahkan pemahaman materi 6.2. Pengayaan Pengayaan adalah kegiatan tambahan yang dieberikan kepada peserta didik yang telah mencapai ketentuan dalam belajar yang diamaksudkan untuk menambah wawasan atau memeperluas pengetahuannya dalam materi pelajaran yang telah dipelajarinya. Disamping itu pembelajaran pengayaan bisa diartikan memberikan pemahaman yang lebih dalam dari pada sekedar standar kompetensi dalam kurikulum. Dalam hal ini, mukhtar dan rusmini (2009) menguatakan bahwa kegiatan pengayaan 63 merupakan kegiatan yang relatif bebas, karena bersifat memperluas, memperdalam dan menunjang satuan pelajaran yang diterapkan kepada semua siswa yang sudah tuntas dalam belajar. Artinya, kegiatan pengayaan ini bukanlah merupakan suatu kasus yang dialami oleh peserta didik yang belum tuntas yang disebabkan oleh kelambatan, kesulitan atau kegagalan dalam belajar. Kegiatan pengayaan ini ada dua macam, yaitu ; a. Pengayaan horizontal , yaitu upaya memberikan tugas sampingan yang akan memperkaya pengetahuan peserta didik mengenai materi yang sama. b. Pengayaan vertikal, yaitu kegiatan pengyaan yang berupa peningkatan dari tingkat pengetahua yang sedang diajarkarkan ketingkat yang lebih tinggi diajarkan, sehingga peserta didik maju dari satuan pelajaran sedang yang diajarkan kesatuan pelajaran berikutnya menurut kemampuan dan kecerdasannya sendiri. 6.3. Tujuan Pengayaan Adapun tujuan pengayaan selain untuk meningkatakan pemahaman dan wawasan tehadap materi yang sedang atau telah dipelajarinya juga agar peserta didik dapat belajar secara optimal baik dalam hal pendaya gunaan kemampuannya maupun perolehan dari hasil belajar. 6.4. Prosedur Pelaksanaan Program Pengayaan Kegiatan program pengayaan diawali dari kegiatan pembelajaran atau dengan penyajian pelajaran terlebih dahulu denagan mengacu kepada kriteria belajar tuntas. Pelaksanaan program pengayaan didasarkan pada hasil tes formatif atau sumaatif yang fungsinya sebagai feed back bagi guru dalam rangka memeperbaiki kegiatan pembelajran, Ada tiga jenis kegiatan pengayaan : a. Kegiatan eksploratori yang bersifat umum yang dirancang untuk disajikan kepada peserta didik. b. Keterampilan proses yang dibutuhkan oleh peserta didik agar berhasil melakukan investigasi terhadap topic yang diminati dalam pelajaran c. Pemecahan masalah kepada peserta didik yang memiliki kemampuan belajar yang tinggi. Pemecahan maslah ditandai dengan (1) identifikasi bidang permaslahan yang akan dipecahkan, (2) penentuan focus masalah yang akan dikerjakan, (3) penggunaan sumber belajar (4) pengumpulan data 64 dengan teknik yang relevan, (5) analisis data , dan (6) penyimpulan hasil identifikasi. 6.5. Pelaksanaan Program Pengayaan Pemberian program pengayaan adalah pemberian bantuan pada peserta didik yang memiliki kemampuan lebih baik kecepatan maupun kemampuan belajarnya. Agar pemberian pengayaan memenuhi sasaran maka perlu ditempuh langkah-langkah : 1) Mengidentifikasi kemampuan peserta didik 2) Memberikan perlakuan pembelajaran pengayaan Tujuan identifikasi kemampuan belajar : a. Belajar lebih cepat b. Menyimpan informasi lebih mudah c. Keingintahuan yang tinggi d. Berfikir mandiri e. Memiliki banyak minat Teknik : a. Tes IQ untuk mengetahui tingkat kecerdasan b. Tes iventori untuk mengetahui bakat , minat, hobi, dan kebiasaan peserta didik c. Wawancara untuk menggali lebih dalam program pengayaan yang akan diberikan pada peserta didik d. Pengamatan (observasi) untuk mengetahui perilaku belajar pesrta didik Bentuk pelaksannaan pengayaan : a. Belajar kelompok b. Belajar mandiri c. Pembelajaran berbasis tema d. Pemadatan kurikulum 65 C. Rangkuman Kesulitan belajar adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ajaran atau tulisan. Dalam keadaan di mana peserta didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan “kesulitan belajar”. Kesulitan belajar yang dimaksud disini ialah kesukaran yang dialami peserta didik dalam menerima atau menyerap pelajaran, kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik ini terjadi pada waktu mengikuti pelajaran yang disampaikan/ditugaskan oleh seorang guru. Dalam definisi lain dikatakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi di mana peserta didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar itu biasa dikenal dengan sebutan prestasi rendah/kurang (under achiever). Peserta didik ini tergolong memiliki IQ tinggi tetapi prestasi belajarnya rendah (di bawah rata-rata kelas). Selanjutnya untuk memperluas wawasan pengetahuan mengenai alternatifalternatif atau cara-cara pemecahan masalah kesulitan belajar, guru sangat dianjurkan mempelajari buku-buku khusus mengenai bimbingan dan penyuluhan. Selain itu, guru juga sangat dianjurkan untuk mempertimbangkan penggunaan model-model mengajar tertentu yang dianggap sesuai sebagai alternatif lain atau pendukung cara memecahkan masalah kesulitan belajar. Dalam pembelajaran remedial diperlukan untuk menyebuhkan atau membuat baik materi dari pelajaran yang dikiranya sulit untuk dipahami, maka siswa harus mengulang materi tersebut untuk membuat siswa tersebut paham dengam materinya. Tujuan guru melaksanakan kegiatan remedial adalah membantu siswa yang mengalami kesulitan menguasai kompetensi yang telah ditentukan agar mencapai hasil belajar yang lebih baik. Terdapat 6 fungsi dalam pembelajaran remedial yaitu fungsi korektif, fungsi emahaman, fungsi penyesuaian, fungsi pengayaan, fungsi akselerasi, fungsi terapeutik. Dalam pembelajaran pengayaan yaitu suatu kegiatan yang diberikan kepada siswa kelompok cepat agar mereka dapat mengembangkan potensinya secara optimal dengan memanfaatkan sisa waktu yang dimilikinya, kegiatan pengayaan dilaksanakan dengan tujuan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperdalam penguasaan materi pelajaran yang berkaitan dengan tugas belajar yang sedang dilaksanakan sehingga tercapai tingkat perkembangan yang optimal. Terdapat 3 faktor 66 dalam pembelajaran pengayaan yaitu faktor siswa, faktor manfaat edukatif, faktor waktu. Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam kegiatan remedial yaitu Analisis hasil diagnosis, Identifikasi penyebab kesulitan, Penyusunan rencana dan Pelaksanaan kegiatan. Sedangkan langkah-langkah untuk pelaksanaan pembelajaran pengayaan yaitu Identifikasi Kelebihan Kemampuan Belajar dan Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Pengayaan. 67 D. Tugas Kegiatan Individu ! Buatlah rangkuman dari materi pokok 4 kegiatan belajar sub. materi 1 dan sub. materi 2! Hasilnya serahkan kepada fasilitator. E. Evaluasi / Latihan Petunjuk: 1. Bacalah dengan seksama soal berikut ini 2. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling benar Soal : 1. Apa yang dimaksudkan dengan kesulitan belajar ….. A. B. C. D. 2. Aspek yang mempengaruhi kesulitan belajar peserta didik adalah …….. A. B. C. D. 3. aspek aspek aspek aspek fisiologis , psikologis, aspek sosial dan non sosial lingkungan , gender, aspek sosial dan non sosial keturunan , psikologis, aspek sosial dan non sosial gender , psikologis, aspek sosial dan non sosial Yang termasuk lingkungan sosial adalah ……… A. B. C. D. 68 suatu keadaan dimana peserta didik tidak dapat menyerap pelajaran dengan sebagaimana mestinya suatu keadaan dimana peserta didik tidak dapat menyerap pengetahuan dengan sebagaimana mestinya suatu keadaan dimana peserta didik tidak dapat menyerap keterampilan dengan sebagaimana mestinya suatu keadaan dimana peserta didik tidak dapat menyerap pengetahuan dan keterampilan dengan sebagaimana mestinya pergaulan peserta didik dengan teman disekitarnya, sikap dan perilaku guru disekitar peserta didik pergaulan peserta didik dengan lingkungan disekitarnya, sikap dan perilaku lingkungan disekitar peserta didik . pergaulan peserta didik dengan orang lain disekitarnya, sikap dan perilaku orang disekitar peserta didik pergaulan peserta didik dengan masyarakat disekitarnya, sikap dan perilaku masyarakat disekitar peserta didik . 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah …. A. B. C. D. 5. pribadi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kelelahan inteligensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kelelahan akademik, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kelelahan sosial, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kelelahan Jenis- jenis kegiatan pengayaan …… A. kegiatan perancangan, keterampilan proses, dan pemecahan masalah B. kegiatan eksperimen, keterampilan proses, dan pemecahan masalah C. kegiatan perencanaan, keterampilan proses, dan pemecahan masalah D. kegiatan eksploratori, keterampilan proses, dan pemecahan masalah F. Balikan dan Tindak Lanjut 1. Balikan a. Apa saja yang sudah saudara lakukan berkaitan dengan materi kegiatan belajar ini ? b. Pengalaman baru apa, yang saudara peroleh dari materi ajar kegiatan belajar ini ? c. Apa saja yang telah saudara lakukan yang ada hubungannya dengan materi kegiatan ini tetapi belum ditulis dimateri ini ? d. Manfaat apa saja yang saudara dapatkan dari materi kegiatan ini ? e. Aspek menarik apa yang anda temukan dari materi ajar kegiatan belajar ini? 2. Tindak lanjut Peserta dinyatakan berhasil dalam mempelajari modul ini apabila telah mampu menjawab soal-soal evaluasi / latihan dalam modul ini, tanpa melihat atau membuka materi dengan nilai minimal 80. Bagi yang belum mencapai nilai minimal 80 diharapkan untuk lebih giat mendalami lagi sehingga dapat memperoleh nilai minimal 80 69 PENUTUP A. Kesimpulan Kegiatan pembelajaran modul ini memberikan informasi tentang pemahaman karakteristik peserta didik, identifikasi potensi peserta didik, identifikasi belajar peserta didik dan identifikasi kesulitan belajar peserta ddidik. Dalam modul ini memberikan informasi kepada guru harus memiliki kemampuan mendesain program, menguasai materi pelajaran, mampu menciptakan kondisi kelas yang kondusif, terampil memanfaatkan media dan memilih sumber, memahami cara atau metode yang digunakan sesuai kebutuhan dari karakteristik anak. Karakteristik peserta didik akan amat berpengaruh dalam pemilihan setrategi pengelolaan, yang berkaitan dengan bagaimana menata pengajaran, khususnya komponen-komponen strategi pengajaran, agar sesuai dengan karakteristik peserta didik. Perilaku yang akan diajarkan ini kemudian dirumuskan dalam bentuk tujuan instruksional, kegiatan ini memberi manfaat: a. Untuk mengetahui kualitas perseorangan sehingga dapat dijadikan petunjuk dalam mendeskripsikan strategi pengelolaan pembelajaran; b. Hasil kegiatan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa akan merupakan salah satu dasar dalam mengembangkan sistem instruksional yang sesuai untuk siswa. Cara melaksanakan kegiatan ini adalah sebagai berikut: a. Dilakukan di waktu awal sebelum menyusun instruksional pengajaran; b. Teknik yang digunakan dapat dengan tes, interview, observasi, dan kuisioner; c. Dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran atau orang-orang yang dianggap paham dengan kemampuan peserta didik Faktor- faktor yang mempengaruhi proses belajar terdiri atas faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis. Sedangkan faktor eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan factor lingkungan nonsosial. 70 Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan peserta didik, motivasi, minat, sikap dan bakat. Faktor-faktor eksternal yang meliputi lingkungan social diantaranya faktor sekolah, masyarakat, dan keluarga. B. Balikan dan Tindak Lanjut 1. Balikan a. Apa saja yang sudah saudara lakukan berkaitan dengan materi kegiatan belajar ini ? b. Pengalaman baru apa, yang saudara peroleh dari materi ajar kegiatan belajar ini ? c. Apa saja yang telah saudara lakukan yang ada hubungannya dengan materi kegiatan ini tetapi belum ditulis dimateri ini ? 2. d. Manfaat apa saja yang saudara dapatkan dari materi kegiatan ini ? e. Aspek menarik apa yang anda temukan dari materi ajar kegiatan belajar ini? Tindak Lanjut Peserta dinyatakan berhasil dalam mempelajari modul ini apabila telah mampu menjawab soal-soal evaluasi / latihan dalam modul ini, tanpa melihat atau membuka materi dengan nilai minimal 80. Bagi yang belum mencapai nilai minimal 80 diharapkan untuk lebih giat mendalami lagi sehingga dapat memperoleh nilai minimal 80 71 DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman,2003. Desain Instruksional. Tiga Searngkai Solo Abin Cyamudin Maknum,2003. Psikologi Pendidikan.Jakarta:Pedoman Ilmu Jaya Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Edisi 1, Cetakan 4, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003. Anisah.2011,Psikologi Belajar Mengajar.Bandung: Citra Aditya Bachri,Syaiful.2000.Mengembangkan Bakat dan Kreaktifitas Peserta PT.Gramedia Didik. Jakarta: Bahri Djamarah, 2002. Psikologi Belajar. Jakarta, CV Rineka Cipta. Bobbi Deporter & Hernacky, Mike, 2004. Quantum Learning, Jakarta: Kaifa Clark,B.1998. Educational Psychology. New York Dadang,2010. Mengembangkan Bakat dan Kreaktifitas Peserta Didik.Jakarta:PT.Gramedia Dahlan,1994. Identifikasi Perilaku dan karakteristik Siswa. Jakarta: PT.Gramedia Djali, 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara DePorter, dkk. (2000). Quantum teaching: Mempraktikkan quantum learning di ruangruang kelas. PT. Mizan Pustaka: Bandung. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Eveline Siregar,2010. Belajar dan Pembelajaran.Bandung: Alfabeta Fudyatanto.2002. Psikologi Pendidikan. Bandung:Bumi Aksara Goleman, Daniel, Working With Emotional Intelligence (terjemahan). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000 Gunarso,1988. Identifikasi Prilaku Siswa.Jakarta:PT.Gramedia Gordon Dryden & Jeannette Vos. (1999). Revolusi belajar: The learning revolution. Bandung: Kafia Jim Barret & Geoff Williams. Tes Bakat Anda. Cetakan IV, Terjemahan Oleh Tito Ananta Darwis, Rasyid. Jakarta : Penerbit gaya Media Pratama.2000 Munzert 72 Konsultan Ahli : Indri Savitri, Kepala Divisi Klinik dan Layanan Masyarakat LPTUI ,Psikolog,Salemba, Jakarta Lukmanul Hakim, 2010. Perencanaan Pembelajaran, Bandung, CV Wacana Prima Mahmud,1990. Teori Pembelajaran, Jogyakarta:Mirza Media Pustaka Muhibbin syah, 2003. Psikologi belajar. Jakarta. PT. Raja Grafinda Persada Modul Psikologi Perkembangan, Universitas Negeri Jakarta, 2004 Monks, 1988. Social Psychology, New York, Randowm House Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Teknologi Pengajaran, Cetakan keempat, Penerbit Sinar Baru Algensindo, Bandung, 2003 Nana Syaodih.S. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung. Remaja Rosdakarya. Nashar, 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal Dalam Kegiatan Pembelajaran. Jakarta. Delia Press Richard I. Arends, Learning To Teach, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008 Rustandi,T,1998. Psikologi Belajar. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada Slameto. (1988). Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Bina Aksar Sobur,2003. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta Syah, 2003. Analisis Pembelajaran dan Indentifikasi Perilaku serta karakteristik Siswa. Jakarta:PT.Gramedia Suryabrata,1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta Cv. Rajawali Sunarto,2010. Keberbakatan Intelektual. Jakarta: Grasindo Sudirman, 1990.Pengantar Psikologi Pendidikan.Yayasan Penerbitan Fak.Psikologi Yogyakarta Uno,H. 2007. Analisis Kontek dan Karakteristik Siswa. Bandung: Sinar Baru Algesindo Usman.U. 1989. Menjadi Guru Profesional. Bandung.PT.Remaja Rosdakarya Utami,2003. Kesulitan belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta:Rineka Cipta Warkitri,1990. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar.Jakarta: PT.Gramedia Wardani,1991. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Aksara Baru Yusuf,2004.Mengembangkan Bakat dan Minat. Jakarta :PT.Gramedia Zohar dan Marshal, 2005. Spiritual Capital. Bandung:PT. Mizan Pustaka 73 MODUL GURU PEMBELAJAR Desain Sistem Basis Data Paket Keahlian Rekayasa Perangkat Lunak Kelompok Kompetensi A Penulis : Abdul Munif, S.Pd, S.ST, M.Kom Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2016 2 HALAMAN PERANCIS Penulis: 1. Abdul Munif, S.Pd, S.ST, M.Kom Penelaah: 1. Alwan Ali Latief, S.T, MT Ilustrator: 1. 2. Faizal Reza Nurzeha, Amd Sierra Maulida Asrin, ST Layouter: 1. Janwar Fajrin, S.T [085299970328] Copyright ©2016 Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan Tenaga Kependidikan Bidang Kelautan Perikanan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengkopi sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial tanpa izin tertulis dari Kementrian Pendidikan Kebudayaan. i KATA SAMBUTAN Peran guru profesional dalam proses pembelajaran sangat penting sebagai kunci keberhasilan belajar siswa. Guru Profesional adalah guru yang kopeten membangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Hal ini tersebut menjadikan guru sebagai komponen yang menjadi fokus perhatian pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam peningkatan mutu pendidikan terutama menyangkut kopetensi guru. Pengembangan profesionalitas guru melalui program Guru Pembelajar (GP) merupakan upaya peningkatan kompetensi untuk semua guru. Sejalan dengan hal tersebut, pemetaan kopetensi guru telah dilakukan melalui uji kompetensi guru (UKG) untuk kompetensi pedagogik dan profesional pada akhir tahun 2015. Hasil UKG menunjukanpeta kekuatan dan kelemahan kompetensi guru dalam penguasaan pengetahuan. Peta kompetensi guru tersebut dikelompokan menjadi 10 (sepuluh) kelopok kompetensi. Tindak lanjut pelaksanaan UKG diwujudkan dalam bentuk pelatihan guru paska UKG melalui program Guru Pembelajar. Tujuannya untuk meningkatkan kompetensi guru sebagai agen perubahaan dan sumber belajar utama bagi peserta didik. Program Guru Pembelajar dilaksanakan melalui pola tatap muka, daring (online) dan campuran (blended) tatap muka dengan online. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenag Kependidikan (PPPPTK), Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kelautan Perikanan Teknologi Informasi dan Komunikasi (LP3TK KPTK) dan Lembaga Pengembangan dan Pemberayaan Kepala Sekolah (LP2KS) merupakan Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan yang bertanggung jawab dalam mengembangkan perangkat dan melaksanakan peningkaan kompetensi guru sesuai dengan bidangnya. Adapun peragkat pembelajaran yang dikembangkan tersebut adalah modul untuk program Guru Pembelajar (GP) tatap muka dan GP online untuk semua mata pelajaran dan kelompok kompetensi. Dengan modul ini diharapkan program GP memberikan sumbangan yang sangat besar dalam peningkatan kualitas kompetensi guru. Mari kita sukseskan program GP ini untuk mewujudkan Guru Mulia Karena Karya. Jakarta, Februari 2016 Direktur Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan Sumarna Surapranata, Ph.D NIP. 195908011985031002 iii iv KATA PENGANTAR Profesi guru dan tenaga kependidikan harus dihargai dan dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Hal ini dikarenakan guru dan tenaga kependidikan merupakan tenaga profesional yang mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat penting dalam mencapai visi pendidikan 2025 yaitu “Menciptakan Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif”. Untuk itu guru dan tenaga kependidikan yang profesional wajib melakukan pengembangan keprofesian berkelanjutan. Modul Diklat Guru Pembelajar merupakan petunjuk bagi penyelenggara pelatihan di dalam melaksakan pengembangan modul yang merupakan salah satu sumber belajar bagi guru dan tenaga kependidikan. Modul ini disajikan untuk memberikan informasi tentang penyusunan modul sebagai salah satu bentuk bahan dalam kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi guru dan tenaga kependidikan. Pada kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi secara maksimal dalam mewujudkan modul ini, mudah-mudahan modul ini dapat menjadi acuan dan sumber inspirasi bagi guru dan semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan penyusunan modul untuk pengembangan keprofesian berkelanjutan. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk menyempurnakan modul ini di masa mendatang. Makassar, Februari 2016 Kepala Dr. H. Rusdi, M.Pd. NIP. 19650430 199103 1 004 v vi DAFTAR ISI HALAMAN PERANCIS ............................................................................. ii KATA SAMBUTAN .................................................................................. iii DAFTAR ISI ............................................................................................. vii DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiii DAFTAR TABEL ..................................................................................... xv PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................ 1 B. Tujuan ......................................................................................................... 2 C. Peta Kompetensi ......................................................................................... 2 D. Ruang Lingkup Penggunaan Modul ............................................................ 4 E. Saran Cara Penggunaan Modul .................................................................. 4 Ragam Model Struktur Basis Data ....................................................... 9 A. Tujuan Pembelajaran .................................................................................. 9 B. Indikator pencapaian kompetensi ................................................................ 9 C. Uraian materi .............................................................................................. 9 1. Definisi Struktur Basis Data ................................................................... 9 2. Skema Atau Abstraksi Basis Data ....................................................... 10 3. Pemodelan data .................................................................................. 11 4. Model keterhubungan entitas (Entity Relationalship Model/ERD) ........ 12 5. Model Hirarki Basis Data (Hierarchical Model) ..................................... 13 6. Model Jaringan Basis Data (Network Model). ...................................... 14 7. Model data Relational .......................................................................... 16 D. Aktivitas Pembelajaran .............................................................................. 17 E. Latihan ...................................................................................................... 18 F. Rangkuman............................................................................................... 18 vii G. Umpan Balik.............................................................................................. 19 H. Kunci Jawaban .......................................................................................... 19 Arsitektur Aplikasi Sistem Basis Data ................................................ 23 A. Tujuan Pembelajaran ................................................................................ 23 B. Indikator pencapaian kompetensi .............................................................. 23 C. Uraian materi ............................................................................................ 23 1. Definisi Arsitektur Aplikasi Basis Data.................................................. 23 2. Centralized Database manajemen Sistem (CDBMS) ........................... 24 3. Distributed Database manajemen Sistem (DDBMS) ............................ 25 4. Client-Server Architecture .................................................................... 27 5. Arsitektur N-tier atau multi tier ............................................................. 30 D. Aktivitas Pembelajaran .............................................................................. 32 E. Latihan ...................................................................................................... 33 F. Rangkuman............................................................................................... 34 G. Umpan Balik.............................................................................................. 34 H. Kunci Jawaban .......................................................................................... 34 Menemukan Entitas dan Atribut ............................................................ 37 A. Tujuan Pembelajaran ................................................................................ 37 B. Indikator Pencapaian Kompetensi ............................................................. 37 C. Uraian materi ............................................................................................ 37 1. Definisi ERD ........................................................................................ 37 2. Komponen-Komponen ERD ................................................................ 37 3. Prosedur Merancang ERD ................................................................... 42 D. Aktifitas Pembelajaran............................................................................... 42 viii 1. Metode Menemukan Entitas ................................................................ 42 2. Prosedur menemukan Entitas .............................................................. 43 3. Prosedur Menemukan atribut. .............................................................. 45 E. Latihan/Tugas ........................................................................................... 47 F. Rangkuman............................................................................................... 48 G. Umpan Balik.............................................................................................. 48 Menemukan Relasi dan Menggambar ERD......................................... 52 A. Tujuan Pembelajaran ................................................................................ 52 B. Indikator Pencapaian Kompetensi ............................................................. 52 C. Uraian materi ............................................................................................ 52 1. Relasi .................................................................................................. 52 2. Batasan Partisipasi .............................................................................. 53 D. Aktifitas Pembelajaran: Prosedur menemukan Relasi ............................... 55 E. Latihan / Tugas ......................................................................................... 60 F. Rangkuman............................................................................................... 60 G. Umpan Balik.............................................................................................. 61 Memetakan ER MOdel Ke Relational Model........................................ 65 A. Tujuan Pembelajaran ................................................................................ 65 B. Indikator Pencapaian Kompetensi ............................................................. 65 C. Uraian materi ............................................................................................ 65 1. Definisi Relational Model ..................................................................... 65 2. Algoritma Pemetakan model Relasi Entitas (ERD) Ke Relasi Tabel (Relational Model)....................................................................................... 66 D. Aktifitas Pembelajaran .............................................................................. 68 E. Latihan / Tugas ......................................................................................... 72 F. Rangkuman............................................................................................... 72 G. Umpan Balik.............................................................................................. 73 Ketergantungan Fungsional ................................................................ 77 A. Tujuan Pembelajaran ................................................................................ 77 B. Indikator Pencapaian Kompetensi ............................................................. 77 C. Uraian materi ............................................................................................ 77 ix D. Aktifitas Pembelajaran: menganalisis ragam bentuk ketergantungan ........ 78 1. Ketergantungan Fungsional ................................................................. 78 2. Ketergantungan Fungsional Penuh ...................................................... 78 3. Ketergantungan Transitif...................................................................... 79 4. Ragam Contoh Ketergantungan Fungsional. ....................................... 79 E. Latihan / Tugas: Mengamati Ketergantungan fungsional ........................... 81 F. Rangkuman............................................................................................... 82 G. Umpan Balik.............................................................................................. 82 Ragam Bentuk Teknik NormalisasiData .............................................. 86 A. Tujuan Pembelajaran ................................................................................ 86 B. Indikator Pencapaian Kompetensi ............................................................. 86 C. Uraian materi ............................................................................................ 86 1. Definisi Normalisasi ............................................................................. 86 2. Bentuk-Bentuk Normalisasi.................................................................. 87 3. Proses-Proses Normalisasi data .......................................................... 88 D. Aktifitas Pembelajaran: Menganalisis Bentuk-Bentuk Teknik Normalisasi Data ............................................................................................................... 89 1. Bentuk tidak normal (Unnormalized Form) ........................................... 89 2. Bentuk Normal Tahap pertama (1st Normal Form) ............................... 90 3. Bentuk Normal Tahap Kedua (2nd Normal Form) .................................. 91 4. Bentuk Normal Tahap Ketiga (3rd Normal Form) .................................. 92 5. Boyce Codd Normal Form (BCNF) ...................................................... 92 6. Bentuk Normal Tahap ke empat (4th Normal Form) .............................. 94 7. Bentuk Normal Tahap Kelima (5th Normal Form) ................................. 95 E. Latihan / Tugas / Kasus............................................................................. 97 F. Rangkuman............................................................................................... 98 G. Umpan Balik.............................................................................................. 98 x Sistem manajemen basis data ........................................................... 102 A. Tujuan Pembelajaran .............................................................................. 102 B. Indikator pencapaian Kompetensi ........................................................... 102 C. Uraian materi .......................................................................................... 102 1. Definisi Sistem manajemen basis Data .............................................. 102 2. Sistem manajemen basis data relasional ........................................... 104 3. Ragam jenis SMBD ........................................................................... 105 D. Aktifitas Pembelajaran: Mengamati Berbagai Ragam Jenis DBMS ......... 109 E. Latihan .................................................................................................... 110 F. Rangkuman............................................................................................. 111 G. Umpan Balik............................................................................................ 112 H. Kunci Jawaban ........................................................................................ 112 EVALUASI ............................................................................................ 113 PENUTUP ............................................................................................. 115 A. Kesimpulan ............................................................................................. 115 B. Tindak lanjut............................................................................................ 115 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 117 GLOSARIUM ........................................................................................ 119 xi xii DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Peta kedudukan Modul Desain Sistem Basis Data ............................. 2 Gambar 2. Struktur Modul Diklat PKB Guru RPL Kompetensi A Desain sistem Data ............................................................................................................................ 4 Gambar 3. Struktur hirarki basis data................................................................. 10 Gambar 4. Arsitektur tiga-skema sistem manajemen basis data ........................ 11 Gambar 5. . Contoh Entity Relationship Diagram ............................................... 13 Gambar 6. Model Herarki Sistem Perkuliahan (Level Konseptual) ..................... 13 Gambar 7. Struktur pengkodean record data (model level fisik) ......................... 14 Gambar 8. Model struktur jaringan basis data.................................................... 15 Gambar 9. Organisasi record data pada model jaringan .................................... 15 Gambar 10. Arsitektur CDBMS .......................................................................... 25 Gambar 11. Arsitektur DDMS ............................................................................ 26 Gambar 12. Struktur DDBMS............................................................................. 27 Gambar 13. Arsitektur Basis Data Client server ................................................. 27 Gambar 14. Arsitektur two tier client server ....................................................... 29 Gambar 15. Aarsitektur three-tier client server................................................... 30 Gambar 16. Arstektur N-Tier client server .......................................................... 31 Gambar 17. Arsitektur basis data amazon.com ................................................. 31 Gambar 18. Notasi entitas kuat (kotak satu) dan entitas lemah (kotak dua) ...... 38 Gambar 19. Gambar simple attribute (JenisKel, NmDepan, Inisial, NmBlk) dan composite attribute (Nama) ................................................................................ 39 Gambar 20. Single value Atribute (NmDepan) dan multivalue Atribute (Lokasi) . 39 Gambar 21. Gambar Derived Attribute Jumlah Pegawai (JmlPegawai) ............. 40 Gambar 22. Notasi Primary Key Attribute (NoKTP) ............................................ 41 Gambar 23. Struktur entitas pegawai beserta atributnya.................................... 41 Gambar 24. Gambar entitas proyek dan entitas tanggungan beserta atributnya 47 Gambar 25. Diagram struktur entitas beserta atributnya. .................................. 47 Gambar 26. Ragam relasi antar entitas ............................................................. 53 xiii Gambar 27. Notasi relasi entitas untuk entitas kuat (b) dan entitas lemah (c) .... 53 Gambar 28. Relasi dengan batasan partisipasi total. ......................................... 54 Gambar 29. Relasi dengan batasan (constraint) partisipasi parsial .................... 54 Gambar 30. . Diagram relasi entitas pegawai dan departemen .......................... 59 Gambar 31. ERD sistem basis data pegawai perusahaan A .............................. 60 Gambar 32. Mapping ER ke tabel untuk entitas kuat. ........................................ 68 Gambar 33. Mapping ER ke tabel untuk entitas lemah ...................................... 69 Gambar 34. Mapping multivalue attribute........................................................... 69 Gambar 35. Mapping relasi binary 1:1 ............................................................... 70 Gambar 36. Mapping ER to tabel relasi one to many ......................................... 70 Gambar 37. Mapping ER to tabel relasi one to many ......................................... 71 Gambar 38. Mapping untuk relasi N-narry ......................................................... 71 Gambar 39. Relasi Tabel hasil pemetakan ERD ................................................ 72 Gambar 40. Langkah-langkah proses normalisasi data. .................................... 88 Gambar 41. Hasil dekomposisi tabel mahasiswa untuk memenuhi bentuk 1NF . 90 Gambar 42. Tabel relasional Dealer-Distributor-Kendaraan (DDK) .................... 96 xiv DAFTAR TABEL Tabel 1. Peta Kompetensi Modul Diklat PKB Guru RPL Grade 1 ......................... 3 Tabel 2. Contoh tabel dan keterhubungannya ................................................... 16 Tabel 3. Lembar Kerja (LK 1.1) Analisis Ragam Model Struktur Basis Data ..... 17 Tabel 4. Lembar Kerja (LK 2.1) Analisis Ragam Arsitektur Aplikasi Basis Data . 32 Tabel 5. Daftar entitas dan atributnya ................................................................ 40 Tabel 6. Identifikasi atribute ............................................................................... 46 Tabel 7. Identifikasi hubungan antara dua entitas dua arah ............................... 56 Tabel 8. Identifikasi hubungan antara dua entitas satu arah .............................. 57 Tabel 9. Identifikasikan rasio kardinalitas dari setiap hubungan ......................... 57 Tabel 10. Indentifikasi batasan partisipasi (min, max) antara dua entitas. .......... 58 Tabel 11.Kosa kata / istilah dalam beberapa ragam model ................................ 66 Tabel 12. Tabel pemasok barang ...................................................................... 78 Tabel 13. Tabel Pengiriman barang ................................................................... 78 Tabel 14. Tabel Pengiriman barang yang melibatkan atribut kota ...................... 79 Tabel 15. Tabel nilai mahasiswa ........................................................................ 79 Tabel 16. Tabel mahasiswa yang tidak normal .................................................. 89 Tabel 17.Tabel mahasiswa (Nis, nama mahasiswa, hobi1,hobi2,hobi3) yang tidak normal ............................................................................................................... 89 Tabel 18. Tabel seminar .................................................................................... 93 Tabel 19. contoh relasi yang belum memenuhi bentuk normal tahap 4 .............. 94 Tabel 20. Penyederhanaan relasi atau tabel 8.4 ................................................ 95 Tabel 21. Relasi Dealer Distributor dan kendaraan ............................................ 96 xv xvi PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru dan tenaga kependidikan wajib melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian secara berkelanjutan agar dapat melaksanakan tugas profesionalnya. Program Guru Pembelajar (GP) adalah pengembangan kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan yang dilaksanakan sesuai kebutuhan, bertahap, dan berkelanjutan untuk meningkatkan profesionalitasnya. GP sebagai salah satu strategi pembinaan guru dan tenaga kependidikan diharapkan dapat menjamin guru dan tenaga kependidikan sehingga mampu secara terus menerus memelihara, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensinya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pelaksanaan kegiatan PKB akan mengurangi kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki guru dan tenaga kependidikan dengan tuntutan profesional yang dipersyaratkan. Program Diklat GP ini membutuhkan modul yang berfungsi sebagai salah satu sumber belajar. Modul Diklat PKG Guru Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) Kompetensi A “Desain Basis Data ” ini dapat digunakan oleh guru dan tenaga kependidikan dan berfungsi sebagai acuan untuk memenuhi tuntutan kompetensinya, sehingga guru dapat melaksanakan tugasnya secara professional sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Modul ini mempelajari tentang prinsip-prinsip perancangan sistem basis data. Melalui modul ini guru bermain peran sebagai database administrator yang merupakan salah satu job tittle di dunia industri teknologi informasi. Database administrator mempunyai tanggung jawab terhadap pengelolaan data dalam sistem informasi. Database administrator mempunyai tugas: merancang struktur basis data, memelihara keamanan data, melakukan perawatan, backup, menjaga konsistensi dan validasi data. Hal ini akan berpengaruh besar terhadap keabsahan informasi hasil pengolahan data. 1 B. Tujuan Tujuan disusunnya modul diklat GP RPL Kompetensi A ini adalah memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada guru atau peserta diklat tentang merancang sistem basis data dengan benar melalui aktifitas observasi dan praktikum. Setelah mempelajari modul ini diharapkan guru dapat: “Merencanakan DBMS yang mampu memfasilitasi pengguna untuk menyimpan, memperoleh, dan mengubah data di dalam basis data”. Sedangkan indikator pencapaian kompetensinya adalah: 1. Menganalisis struktur hirarki dan bentuk diagram antar entitas dalam basis data. 2. Membuat Entity Relationship Diagram 3. Menganalisis teknik normalisasi basis data. 4. Membuat basis data menggunakan fitur visual DBMS C. Peta Kompetensi Modul ini merupakan modul ke-1 dari 10 modul yang akan digunakan untuk memenuhi sepuluh level diklat PKB. Berdasarkan struktur jenjang diklat PKB modul desain system basis data ini termasuk dalam jenjang Dasar. Modul ini akan digunakan untuk Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) bagi guru-guru produktif Sekolah menengah Kejuruan pada paket keahlian Rekayasa Perangkat Lunak. Gambar 1. Peta kedudukan Modul Desain Sistem Basis Data 2 Tabel 1. Peta Kompetensi Modul Diklat GP RPL Kompetensi A Standar kompetensi Kompetensi Kompetensi Kompetensi Guru Indikator pencapaian Utama Inti Guru (KIG) Keahlian (KGK) Kompetensi Profesional 1. Menguasai 1.1. Merencanakan 1.1.1. Menganalisis materi, DBMS yang mampu struktur hirarki dan struktur, memfasilitasi bentuk diagram antar konsep dan pengguna pola pikir menyimpan, untuk entitas dalam basis data. keilmuan yang memperoleh, mendukung mengubah data di Relationship mata dalam basis data. Diagram pelajaran yang diampu dan 1.1.2. Membuat Entity 1.1.3. Menganalisis teknik normalisasi basis data 1.1.4. Membuat basis data menggunakan fitur visual pada DBMS 1.1.5. Membuat basis data menggunakan Data Definition Language 1.1.6. Membuat relasi antar tabel menggunakan fitur visual pada DBMS. 1.1.7. Membuat manipulasi data menggunakan Data Manipulation Language. 1.1.8. Membuat pengaturan privilages pada DBMS 3 D. Ruang Lingkup Penggunaan Modul Modul ini terdiri dari empat materi pokok. Setiap materi pokok terdapat beberapa kegiatan pembelajarar. Setiap kegiatan pembelajaran terdiri dari tujuan pembelajaran, indikator essential, uraian materi, aktifitas pembelajaran, latihan/tugas/kasus, rangkuman dan umpan balik. Materi dalam modul ini mencakup empat topik yaitu: 1) Struktur basis data, 2) Entity Relationship Diagram, 3) Normalisasi Data dan 4) Oracle Database Manajemen System. Gambar 2. Struktur Modul Diklat GP RPL Kompetensi A Desain sistem Data E. Saran Cara Penggunaan Modul Modul desain iystem basis data ini terdiri dari empat topik utama. Peserta diklat dapat mempalajari sesui dengan urutan topik mulai topik 1 sampai topik 4. Keempat topik tersebut tidak memiliki ketergantungan secara penuh, sehingga peserta diklat dapat mempelajari tidak secara berurutan. Akan tetapi untuk masing-masing topik setiap kegiatan belajar mempunyai keterkaitan secara penuh. Ini berarti untuk setiap topik materi yang dipelajari harus secara berurutan sesuai urutan kegiatan belajar. Untuk setiap kegiatan belajar uruatan yang harus dilakukan oleh peserta diklat dalam mempelajari modul ini adalah: 4 1. Membaca tujuan pembelajaran sehingga memahami target atau goal dari kegiatan belajar tersebut. 2. Membaca indikator pencapaian kompetensi sehingga memahami obyek yang akan dijadikan kriteria pengukuran untuk mencapai tujuan pembelajaran. 3. Membaca uraian materi pembelajaran sehingga memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap terhadap kompetensi yang akan dicapai 4. Melakukan aktifitas pembelajaran dengan urutan atau kasus permasalahan sesuai dengan contoh. 5. Mengerjakan latihan/soal atau tugas dengan mengisi lembar kerja yang telah disediakan. 6. Menjawab pertanyaan dalam umpan balik yang akan mengukur tingkat pencapaian kompetensi melalui penilaian diri. 5 6 7 8 RAGAM MODEL STRUKTUR BASIS DATA A. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti kegiatan belajar 1 ini, diharapkan bahwa:  Melalui observasi peserta diklat dapat menganalisis enam ragam model struktur basis data dengan tepat B. Indikator pencapaian kompetensi  Menganalisis ragam model struktur basis data. . C. Uraian materi 1. Definisi Struktur Basis Data Struktur basis data merupakan serangkaian pengetahuan tentang pemodelan data. Pengetahuan tentang File, table, field, record indeks, abstraksi data dan serangkaian konsep yang digunakan untuk membuat deskripsi struktur basis data. Melalui deskripsi struktur basis data dapat ditentukan jenis data, hubungan dan konstrain (keterbatasan) data yang ditangani. Dalam basis data, data diorganisasikan kedalam bentuk elemen data (field), rekaman (record), dan berkas (file). Definisi dari ketiganya adalah sebagai berikut: • Elemen (kolom atau field) data adalah satuan data terkecil yang tidak dapat dipecah lagi menjadi unit lain yang bermakna. Misalnya data siswa terdiri dari NIS, Nama, Alamat, Telepon atau Jenis Kelamin. • Rekaman (record) merupakan gabungan sejumlah elemen data yang saling terkait. Istilah lain dari record adalah baris atau tupel. • Berkas (file) adalah himpunan seluruh record yang bertipe sama. 9 Gambar 3. Struktur hirarki basis data 2. Skema Atau Abstraksi Basis Data Abstraksi data adalah merupakan tingkatan atau level bagaimana melihat data dalam sistem basis data. Abstraksi data diwujudkan dalam pemodelan data, merupakan sejumlah konsep yang digunakan untuk membuat deskripsi struktur basis data. Melalui deskripsi struktur basis data, dapat ditentukan jenis data dan hubungannya dengan data lainnya. Skema basis data merupakan deskripsi dari basis data yang spesifikasinya ditentukan dalam tahap perancangan. Skema ini digunakan untuk memisahkan antara fisik basis data dan program aplikasi pemakai. Penggambaran skema basis data biasanya ditampilkan dalam diagram yang berisi sebagian detail data dari deskripsi basis data. Secara umum arsitektur basis data menggunakan arsitektur tiga skema yang meliputi tiga level yaitu: 1. Level internal atau skema internal. Level ini mendifinisikan secara detail penyimpanan basis data dan pengaksesan data. Pada level ini memuat deskripsi struktur penyimpanan basis data, menggunakan model data fisikal, 10 2. Level Konseptual (skema konseptual), memuat deskripsi struktur basis data secara keseluruhan untuk semua pemakai. Level ini memuat deskripsi tentang entity, atribut, relasi dan konstrain tanpa memuat deskripsi data secara detail. 3. Level eksternal (skema eksternal atau view), mendefinisikan pandangan data terhadap sekelompok pemakai (local view) dengan menyembunyikan data lain yang tidak diperlukan oleh kelompok pemakai tersebut. Gambar 4. Arsitektur tiga-skema sistem manajemen basis data 3. Pemodelan data Pemodelan data merupakan sarana untuk melakukan abstraksi data, sejumlah konsep untuk membuat deskripsi stuktur basis data. Kebanyakan model data memuat spesifikasi untuk operasi dasar (basic operation) dalam pengaksesan dan pembaharuan data. Pada perkembangan terakhir dikenal dengan istilah tabiat data (data behavior) pada pemrograman berorientasi obyek. Terdapat sejumlah cara dalam merepresentasikan model untuk perancangan basis data. Secara umum pemodelan basis data dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: 11 1. Object based logical model. Dalam pemodelan ini struktur atau hirarki basis data diilustrasikan berdasarkan obyek.. Model ini meliputi: 1) Model keterhubungan entitas (Entity Relationalship Model atau ERD). 2) Model Data Semantik (Semantic Data Model). 2) Model data Fungsional (Function Data Model). 2. Record-based logical model. Dalam model ini struktur basis data diilustrasikan berdasarkan record. Model ini meliputi: 1) Model relational (Relational Model). 2) Model Herarkis (Hierarchical Model) 3) Model Jaringan (Network Model). 4. Model keterhubungan entitas (Entity Relationalship Model/ERD) Diagram relasi entitas atau entity-relationship diagram (ERD) adalah suatu diagram dalam bentuk gambar atau simbol yang mengidentifikasi tipe dari entitas di dalam suatu sistem yang diuraikan dalam data dengan atributnya, dan menjelaskan hubungan atau relasi diantara entitas tersebut. ERD merupakan model jaringan yang menggunakan susunan data yang disimpan dalam sistem secara abstrak. ERD berupa model data konseptual, yang merepresentasikan data dalam suatu organisasi. ERD menekankan pada struktur dan relationship data. ERD digunakan oleh profesional sistem untuk berkomunikasi dengan pemakai eksekutif tingkat tinggi dalam perusahaan atau organisasi yang tidak tertarik pada pelaksanaan operasi sistem sehari-hari, namun lebih menekankan kepada beberapa hal yaitu:  Data apa saja yang diperlukan untuk bisnis mereka?  Bagaimana data tersebut berelasi dengan data lainnya?  Siapa saja yang diperbolehkan mengakses data tersebut? 12 Gambar 5. . Contoh Entity Relationship Diagram 5. Model Hirarki Basis Data (Hierarchical Model) Dalam model ini data disusun menurut struktur pohon. Puncak dari herarki disebut dengan root sedangkan entitas atau interface di bawahnya dikenal sebagai induk (parent). Entitas induk mempunyai beberapa sub entitsas yang disebut anak (child). Entitas dalam model hirarki dilambangkan dengan empat persegi panjang. Sedangkan relasi atau hubungan dengan entitas lain dinotasikan dengan garis. Gambar dibawah ini menjelaskan salah satu contoh model hirarki basis data level konseptual sistem perkuliahan. Gambar 6. Model Herarki Sistem Perkuliahan (Level Konseptual) 13 Dari gambar struktur hirarki basis data diatas dapat dibuat struktur pengkodean record data (level fisik) untuk setiap entitas beserta hubungan antar entitas. Susuan herarkhi ditujukkan dengan tanda anak panah pada data (field) yang digunakan sebagai kunci data (primary key, daerah diarsir). Relasi dalam herarkhi model hubungan antar entitas dinyatakan dalam satu-banyak (one to many) atau satu – satu (one to one). Kelemahan hararkhi model adalah tidak dapat dilakukan pencarian data pada field atribut. Misalnya tidak dapat menampilkan data pda tabel mata kuliah berdasarkan jum_SKS, karena jum_SKS bukan kunci data. Masalah ini dapat diatasi dengan mengubah struktur data dengan memberi hubungan khusus (misalnya dengan variabel pointer). Gambar 7. Struktur pengkodean record data (model level fisik) 6. Model Jaringan Basis Data (Network Model). Dalam model jaringan entitas induk maupun anak dapat terdiri lebih dari dua entitas. Model ini merupakan pengembangan model hirarki. Relasi antara entitas dalam network model adalah satu ke satu (one to one) atau satu ke banyak (one to many). 14 Gambar 8. Model struktur jaringan basis data Dalam network data model tidak diperbolehkan terdapat relasi banyak ke banyak (many to many). Untuk membuat relasi many to many dalam network model dibutuhkan entitas perantara yang disebut sebagai rekaman silang (intersection record). Dari gambar 1.6 entitas registrasi adalah merupakan entitas perantara antara etitas mahasiswa dengan entitas mata kuliah. Gambar 9. Organisasi record data pada model jaringan 15 7. Model data Relational Model Data Relasional adalah suatu model basis data yang menggunakan tabel dua dimensi, yang terdiri atas baris dan kolom untuk menggambarkan sebuah berkas data. Model ini menunjukkan cara mengelola atau mengorganisasikan data secara fisik dalam memory sekunder. Hal in akan berdampak pula pada bagaimana pengguna mengelompokkan data dan membentuk keseluruhan data yang terkait dalam sistem yang kita buat. Tabel 2. Contoh tabel dan keterhubungannya Tabel Siswa NIS Nama Alamat 10296832 Nurhayati Jakarta 10296126 Astuti Jakarta 31296500 Budi Depok 41296525 Prananingrum Bogor 50096487 Pipit Bekasi 21196353 Quraish Bogor Tabel Mata pelajaran Kode Nama Mata pelajaran KK021 P. Basis Data 2 KD132 SIM 3 KU122 Pancasila 2 Tabel NILAI NIS 16 SKS Kode MID FINAL 10296832 KK021 60 75 10296126 KD132 70 90 31296500 KK021 55 40 41296525 KU122 90 80 21196353 KU122 75 75 50095487 KD132 80 0 10296832 KD132 40 30 D. Aktivitas Pembelajaran Dalam kegiatan ini peserta diklat akan melakukan analisis terhadap ragam pemodelan struktur basis data. Bentuk kelompok diskusi setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang. Bacalah seluruh langkah dibawah ini kemudian lakukan dengan cermat dan teliti. 1. Baca dan Amati uraian materi diatas dan carilah sumber bacaan lain yang relevan melalui media internet. 2. Analisalah ragam pemodelan struktur basis data yang meliputi antara lain E/R digram (ERD), semantic data model, functional data model, Relational Model, Hierarchical Model dan Network Mode. Tentukan minimal Lima kriteria atau parameter yang dijadikan dasar untuk menganalisis model struktur basis data tersebut. (LK 1.1) 3. Tuliskan deskrepsi singkat dan contoh diagram untuk functional model, dan semantic data model (LK 1.2) 4. Diskusi dan komunikasikan hasilnya dalam kelompok dan buatlah kesimpulan. 5. Buatlah Laporan dan komunikasikan hasil laporan dan pembahasan dengan tutor. Tabel 3. Lembar Kerja (LK 1.1) Analisis Ragam Model Struktur Basis Data Kriteria Jenis Model Model Hierarchical Model Simbol, Level notasi, (Tiga Skema) komponen …… ……….. Network Model ER Model Relational Model functional data model semantic data model 17 E. Latihan 1. Suatu model data yang merupakan himpunan data dan prosedur dalam relasi yang menjelaskan hubungan logis antar data dalam suatu sistem basis data, model tersebut meliputi entity relationship model, semantic data model, function model, binary model dan infological model. Model tersebut adalah: a) Model data berbasis Obyek b) Model data berbasis record c) Model data secara fisik d) Model data secara konsep 2. Suatu Level dalam arsitektur tiga schema basis data yang memuat deskripsi struktur basis data secara keseluruhan untuk semua pemakai, memuat deskripsi tentang entity, atribut, relasi dan konstrain tanpa memuat deskripsi data secara detail adalah . . . . . . a) Level/skema Internal b) Level/skema konseptual c) Level/skema eksternal d) Level/skema Modular 3. Suatu model data yang memiliki struktur pohon dan hubungan bertingkat, model ini terdiri dari beberapa node (filed) yang berisi rincian data agregat data, dan record. Field-fieldnya hanya memiliki satu buah induk (parent), masing-masing parent memiliki banyak child (anak) adalah . . . . . . a) Entity Relationship Model b) Semantic Data Model c) Relational Model d) Hierarchi Model F. Rangkuman Struktur basis data merupakan serangkaian pengetahuan tentang, file, table, field, record indeks, abstraksi data adalah serangkaian konsep yang digunakan untuk membuat deskripsi basis data. Struktur basis data menitik beratkan pada berbagai ragam pemodelan data yang menggambarkan tentang 18 obyek-obyek basis data, jenis data, hubungan dan konstrain data yang ditangani. Secara umum pemodelan basis data dikelompokkan menjadi dua yaitu Object based logical model dan Record-based logical model. Object based logical model. Dalam pemodelan ini struktur atau hirarki basis data diilustrasikan berdasarkan object. Model ini meliputi: 1) Model keterhubungan entitas (Entity Relationalship Model atau ERD). 2) Model Data Semantik (Semantic Data Model). 2) Model data Fungsional (Function Data Model). Record-based logical model. Dalam model ini struktur basis data diilustrasikan berdasarkan record. Model ini meliputi: 1) Model relational (Relational Model). 2) Model Herarkis (Hierarchical Model) 3) Model Jaringan (Network Model). G. Umpan Balik 1. Apakah saudara sudah memahami karakteristik Model ERD dan berapa prosen pencapaian kompetensinya? 2. Apakah saudara sudah memahami karakteristik Model semantic data model dan berapa prosen pencapaian kompetensinya? 3. Apakah saudara sudah memahami karakteristik Functional data model dan berapa prosen pencapaian kompetensinya? 4. Apakah saudara sudah memahami karakteristik Relational model dan berapa prosen pencapaian kompetensinya? 5. Apakah saudara sudah memahami karakteristik Hierarchical Model dan berapa prosen pencapaian kompetensinya? 6. Apakah saudara sudah memahami karakteristik Network Mode dan berapa prosen pencapaian kompetensinya? H. Kunci Jawaban 1. A. 2. B. 3. D. 19 20 21 22 ARSITEKTUR APLIKASI SISTEM BASIS DATA A. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti kegiatan belajar 2 ini diharapkan:  Melalui observasi peserta diklat dapat menganalisis empat ragam bentuk arsitektur aplikasi sistem basis data dengan benar. B. Indikator pencapaian kompetensi  Menganalisis ragam bentuk arsitektur aplikasi sistem basis data C. Uraian materi 1. Definisi Arsitektur Aplikasi Basis Data Arsitektur aplikasi basis data menjelaskan rancangan dasar aplikasi basis data yang akan dibangun. Arsitektur basis data menggambarkan diagram interaksi antara komponen-komponen penyusun sistem manajemen basis data. Komponen-komponen tersebut meliputi perangkat hardware, software, jaringan komputer, dan pengguna. Berdasarkan arsitekturnya aplikasi sistem manajemen basis data (SMBD) dibedakan menjadi beberapa macam antara lain adalah sebagai berikut: a. SMBD terpusat (CDBMS). Pada sistem ini semua proses utama dan fungsi sistem manajemen basis data seperti user application programs dan user interface programs berada secara terpusat di satu komputer berkecepatan dan kapasitas tinggi (main frame). Pengguna mengakses basis data menggunakan terminal komputer. b. SMBD terdistribusi (DDBMS) Pada sistem ini data disimpan pada beberapa tempat (site), setiap tempat diatur dengan suatu DBMS yang dapat berjalan secara independent. Perangkat lunak dalam sistem ini akan mengatur pendistribusian data secara transparan. 23 c. SMBD paralel. Sistem manajemen basis data ini menggunakan beberapa prosesor dan disk yang dirancang untuk dijalankan secara paralel dan simultan. Sistem ini digunakan untuk memperbaiki kinerja dari DBMS Dari tiga ragam jenis SMBD diatas terdapat beberapa model arsitektur aplikasi SMBD. Perkembangan Arsitektur SMBD cukup pesat dan cepat dengan mengikuti trend yang sejalan dengan kemajuan arsitektur sistem komputer serta teknologi informasi dan komunikasi. Beberapa ragam jenis arsitektur aplikasi SMBD tersebut antar lain ialah: 1) Arsitektur Teleprocessing. 2) Arsitektur File-Server Architecture 3) Arsitektur Singgle tier. 4) Arsitektur two-tier client/server. 5) Arsitektur three-tier client/server. 6) Arsitektur N-tier client/server. 7) Paralel arsitektur 2. Centralized Database manajemen Sistem (CDBMS) Pada sistem ini semua proses utama dan fungsi sistem manajemen basis data seperti user application programs dan user interface programs berada secara terpusat di satu komputer berkecepatan dan kapasitas tinggi (main frame). Pengguna mengakses basis data menggunakan terminal komputer. Pada arsitektur ini digunakan komputer main frame yg menyediakan semua proses utama seperti fungsinya pada DBMS (user application programs & user interface programs). Bentuk arsitektur terpusat ini menggambarkan pengaksesan terminal-terminal komputer (client) pada komputer server, berupa display informasi dan kontrol saja, karena pada terminal komputer tidak memungkinkan memiliki resource yang lebih. Seiring perkembangan teknologi dan turunnya harga hardware, banyak terminal user digantikan dengan PC, akan tetapi DBMS masih ditempatkan terpusat (Application program execution & user interface processing ditempatkan pada satu mesin). Gambar dibawah ini menjelaskan Arsitektur Centralized Database manajemen Sistem (CDBMS) 24 Gambar 10. Arsitektur CDBMS 3. Distributed Database manajemen Sistem (DDBMS) DDBMS memiliki satu logikal basis data yang dibagi ke dalam beberapa fragment. Dimana setiap fragment disimpan pada satu atau lebih komputer dibawah kontrol dari DBMS yang terpisah dengan mengkoneksi komputer menggunakan jaringan komunikasi. DDBMS memungkinkan direplikasi dan alokasi penyimpanan disembunyikan sehingga tidak diketahui pengguna. Pada sistem ini data disimpan pada beberapa tempat (site), setiap tempat diatur dengan suatu DBMS yang dapat berjalan secara independent. Perangkat lunak dalam sistem ini akan mengatur pendistribusian data secara transparan. Setiap site memiliki kemampuan untuk mengakses permintaan pengguna pada data lokal dan juga mampu untuk memproses data yang disimpan pada komputer lain yang terhubung dengan jaringan. Pengguna mengakses basis data terdistribusi dengan menggunakan dua aplikasi yaitu aplikasi lokal dan aplikasi global, 25 Gambar 11. Arsitektur DDMS Tigal hal penting yang harus terdapat pada basis data terdistribusi adalah:  Independensi data terdistribusi: pemakai tidak perlu mengetahui dimana data berada (merupakan pengembangan prinsip independensi  data fisik dan logika). Transaksi terdistribusi yang atomic: pemakai dapat menulis transaksi yang mengakses dan mengubah data pada beberapa tempat seperti  mengakses transaksi. Transparansi basis data terdistribusi agar terlihat sistem ini seperti basis data tersentralisasi. Hal Ini mengacu pada prinsip dasar dari DBMS. Transparansi memberikan fungsional yang baik untuk pengguna tetapi mengakibatkan banyak permasalahan yang timbul dan harus diatasi oleh DDBMS. Terdapat dua tipe basis data terdistribusi yaitu   Homogen: yaitu sistem dimana setiap tempat menjalankan tipe DBMS yang sama. Heterogen: yaitu sistem dimana setiap tempat yang berbeda menjalankan DBMS yang berbeda, baik Relational DBMS (RDBMS) atau non relational DBMS. 26 Gambar 12. Struktur DDBMS 4. Client-Server Architecture Konsep arsitektur client/server mengasumsikan sebuah kerangka dasar (framework) yang terdiri atas banyak PC yang terhubung melalui LAN beserta tipe-tipe jaringan komputer lainnya. Suatu Client adalah mesin user yang menyediakan kemampuan user interface dan local processing. Suatu Server adalah mesin yang menyediakan berbagai service ke mesin client (file access, printing, archiving, or database access). Ada kemungkinan suatu mesin hanya menginstall software client saja, yang lain software server, atau bahkan keduanya pada satu mesin (seperti pada gambar physical client/server sebelumnya). Dua arsitektur DBMS yang mendasari framework client/server ialah two-tier client/server dan three-tier client/server. Gambar 13. Arsitektur Basis Data Client server 27 Tugas dari komputer Client adalah: 1) Mengatur user Interface. 2) Menerima dan memeriksa syntax input dari user. 3) Membangun (Generates) permintaan DB dan mengirimkannya ke server. 4) Memberikan respon balik ke user. Sedangkan tugas dari komputer server adalah: 1) Menerima & memroses permintaan DB dari client. 2) Memeriksa autorisasi. 3) Menjamin batasan integritas data. 4) Menampilkan queri/proses update dan mengirimkannya ke user. 5) Memelihara System Catalog. 6) Menyediakan kontrol recovery. 7) Menyediakan akses basis data yang akurat. Kelebihan dari sistem arsitektur client-server ini ialah: 1. Client bertanggung jawab dalam mengelola antar muka pemakai (mencakup logika penyajian data, logika pemrosesan data, logika aturan bisnis). 2. Database server bertanggung jawab pada penyimpanan, pengaksesan, dan pemrosesan database. 3. Otentikasi pemakai, pemeriksaan integrasi, pemeliharaan data dictionary dilakukan pada database server. 4. Akses yang lebih luas terhadap database. 5. Meningkatkan performa dan konsistensi. 6. Pengurangan biaya hardware, biaya komunikasi dan beban jaringan Pada database client/server, saat pengaksesan DBMS dibutuhkan: program membuka koneksi ke DBMS server, sekali koneksi terbuat maka program client dapat berkomunikasi dengan DBMS. Contoh: ODBC (Open Database Connectivity) yang menyediakan API (Application Programming Interface), JDBC, yg digunakan program client Java utk akses ke DBMS. Interaksi antara client dan server selama pemrosesan query SQL adalah sebagai berikut: 1. Client melakukan parsing query pemakai dan memecahnya ke dalam sejumlah query independent untuk setiap tempat. Setiap query tersebut dikirim ke server yang sesuai. 2. Setiap server memproses query lokal dan mengirim relasi hasil ke client. 28 3. Client mengkombinasikan hasil sub query untuk memproduksi hasil dari query asal yang dikirim. Pada pendekatan tersebut Server SQL: juga disebut transaction server (database processor (DP) / back-end machine / DBMS), sedangkan Client: disebut application processor (AP) atau front-end machine. Gambar 14. Arsitektur two tier client server Three Tier Architecture merupakan inovasi dari arsitektur clientserver. Pada arsitektur Three-tier ini terdapat application server yang berdiri di antara client dan database server. Contoh dari application server adalah IIS sebagainya. (Internet Information Services), WebSphere, dan Arsitektur ini memisahkan antara logika aplikasi dari manajemen data, yang meliputi: 1. Presentation Tier (Client) Berisi interface natural yang dibutuhkan user untuk membuat request, menyediakan input dan melihat hasil. (GUI) 2. Middle Tier (Application Layer/Web Server) Berisi logika aplikasi untuk dieksekusi, berbagai macam kode program (C++, Java, dll) sebagai proses bisnis logic yang kompleks. (Application Programs, Web Pages). 29 3. Data Management Tier (Database Server) Berisi DBMS. Gambar 15. Aarsitektur three-tier client server 5. Arsitektur N-tier atau multi tier Istilah arsitektur ini muncul karena dalam implementasi aplikasi basis data dimungkinkan suatu aristektur aplikasi terdiri dari banyak tier. Salah satu contoh aplikasi basis data yang menggunakan arsitektur ini ialah situs amazon .com, dimana pelanggan internet dapat memesan buku secara online. Pelanggan dapat melihat katalog buku amazon.com yang sebenarnya ada pada database amazon.com. Jika pelanggan ingin memesan salah satu buku, maka pelanggan tersebut perlu memasukkan informasi mengenai dirinya dan yang terlebih penting adalah data mengenai kartu kreditnya. Untuk dapat memesan buku data kartu kredit pelanggan tersebut harus divalidasi terlebih dahulu: seperti kode PIN, masa berlaku kartu, limit kredit. Setelah dinyatakan valid maka pelanggan dapat melakukan transaksi pemesanan buku. 30 Gambar 16. Arstektur N-Tier client server Gambar 17. Arsitektur basis data amazon.com 31 D. Aktivitas Pembelajaran Dalam kegiatan ini peserta diklat akan melakukan analisis terhadap ragam model arsitektur aplikasi basis data. Buatlah kelompok diskusi setiapkelompok terdiri dari 3 – 4 orang. Bacalah seluruh langkah dibawah ini kemudian lakukan dengan cermat dan teliti.. 1. Baca dan Amati uraian materi diatas dan carilah sumber bacaan lain yang relevan melalui media internet! 2. Analisalah ragam arsitektur aplikasi basis data yang meliputi antara lain CDBMS, DDMS dan client server database. Tentukan pula minimal lima kriteria atau parameter yang dijadikan dasar untuk menganalisis arsitektur aplikasi database tersebut. 3. Diskusi dan komunikasikan hasilnya dalam kelompok dan buatlah kesimpulan. 4. Buatlah Laporan dan komunikasikan hasil laporan dan pembahasan dengan tutor. Tabel 4. Lembar Kerja (LK 2.1) Analisis Ragam Arsitektur Aplikasi Basis Data Model CDMS Kriteria Deskripsi singkat Perangkat keras Perangkat lunak. Keuntungan 32 DDMS Two tier client Three tier clinet server server Kelebihan ……………… ……………… ……………... ……………… E. Latihan 1. Suatu arsitektur Sistem manajemen basis data yang menggunakan beberapa prosesor dan disk, dirancang untuk dapat dijalankan secara bersama-sama dan bekerja secara simultan, dengan tujuan agar dapat memperbaiki kinerja dari basis data tersebut.. Arsitektur tersebut adalah . . . . . . a) Centralized Database manajemen Sistem (CDBMS) architecture b) Distributed Database manajemen Sistem (DDBMS) architecture c) Teleprocessing architecture d) Paralel architecture 2. Suatu lapisan atau layer dalam arstektur aplikasi client-server yang terdiri dari data base dan fungsi-fungsi sistem manajemen basis data adalah . . . . . a) Presentation Tier b) Middle Tier c) Data Tier d) Eksternal Tier 3 Tugas dari komputer server pada arsitektur aplikasi sistem manajemen basis data client-server adalah . . . . . . a) Mengatur tampilan user Interface dan memberikan respon balik ke user b) Menampilkan queri atau proses update dan mengirimkannya ke user c) Menerima dan memeriksa perintah-perintah atau syntax masukan dari user d) Membangun (Generates) permintaan basis data dan mengirimkannya ke server 33 F. Rangkuman Arsitektur aplikasi basis data menjelaskan rancangan dasar aplikasi basis data yang akan dibangun. Arsitektur basis data menggambarkan diagram interaksi antara komponen-komponen penyusun sistem manajemen basis data. Beberapa ragam jenis arsitektur aplikasi SMBD antar lain ialah: CDMS, DDMS, Arsitektur Teleprocessing, Arsitektur File-Server Architecture, Arsitektur Singgle tier, Arsitektur two-tier client/server, Arsitektur three-tier client/server, Arsitektur N-tier client/server, Paralel arsitektur. G. Umpan Balik 1. Apakah saudara sudah Memahami karakteristik arsitektur CDMS dan berapa prosen pencapaian kompetensinya? 2. Apakah saudara sudah Memahami karakteristik arsitektur DDMS dan berapa prosen pencapaian kompetensinya? 3. Apakah saudara sudah Memahami karakteristik arsitektur Two-tier client server dan berapa prosen pencapaian kompetensinya? 4. Apakah saudara sudah Memahami karakteristik arsitektur Three-tier client server dan berapa prosen pencapaian kompetensinya? H. Kunci Jawaban 1. D 2. C 3. B 34 35 36 MENEMUKAN ENTITAS DAN ATRIBUT A. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti kegiatan belajar 3 ini diharapkan, melalui praktikum peserta diklat dapat;   Membuat ilustrasi atau deskripsi sistem basis data dengan benar. Menemukan entitas dan attribute sesuai ilustrasi sistem basis data. B. Indikator Pencapaian Kompetensi  Membuat ilustrasi atau deskripsi sistem basis data  Menemukan entitas dan attribute. . C. Uraian materi 1. Definisi ERD Diagram relasi entitas atau entity-relationship diagram (ERD) adalah suatu diagram dalam bentuk gambar atau simbol yang mengidentifikasi tipe dari entitas di dalam suatu sistem yang diuraikan dalam data dengan atributnya, dan menjelaskan hubungan atau relasi diantara entitas tersebut. ERD merupakan model jaringan yang menggunakan susunan data yang disimpan dalam sistem secara abstrak. ERD berupa model data konseptual yang merepresentasikan data, karakteristik data (atribut-atributnya) dan relasi dua atau lebih data dalam suatu organisasi sehingga membentuk basis data relasional. ERD menekankan pada struktur dan relationship data. 2. Komponen-Komponen ERD Untuk menggambarkan ERD yang mengilustrasikan relasi dua atau lebih data dalam suatu sistem basis data digunakan beberapa komponen. Komponen-komponen tersebut ialah Entitas, Atribute dan Relasi 37 a) Entity atau Entitas Entitas adalah obyek yang mewakili sesuatu dalam dunia nyata dan dapat dibedakan antara satu dengan lainnya (unique).Setiap entitas memiliki beberapa atribut yang mendeskripsikan karakteristik dari objek. Entitas dapat berupa: • Data Fisik (seperti mobil, rumah, manusia, pegawai, peserta diklat. • Abstrak atau konsep (seperti department, pekerjaan, mata pelajaran) • Kejadian (pembelian, penjualan, peminjaman, dll) Entitas dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu Entitas kuat dan entitas lemah. Entitas lemah adalah yang keberadaannya tergantung pada entitas lain. Gambar dibawah ini menjelaskan notasi umum entitas kuat dengan nama entitas pegawai dan entitas lemah dengan nama entitas tanggungan. Entitas tanggungan disebut sebagai entitas lemah karena jika data seorang pegawai dihapus maka data tanggungannya juga akan terhapus. Keberadaan data tanggungan tergantung pada data di pegawai Gambar 18. Notasi entitas kuat (kotak satu) dan entitas lemah (kotak dua) b) Atribute Attribute merupakan karakteristik dari entitas atau relationship, yang menyediakan penjelasan detail tentang entitas atau relationship. Dalam penerapannya (level fisik) atribut merupakan field atau kolom dari sebuah tabel. Misalnya entitas mahasiswa memiliki atribute nama, alamat, NIM. Berdasarkan karakteristik atau sifatnya, atribut dapat dikelompokkan menjadi; 1) Simple attribute dan composite attribute. 2) Single valued attribute dan multi valued attribute. 3) Mandatory attribute 4) Derived attribute (attribut turunan) dan 5) key attribute. 38 Simple Attribute atau atomic attribute adalah attribut terkecil yang tidak dapat dibagi-bagi lagi menjadi atribut yang lebih kecil. Contohnya adalah atribut JenisKel pada entitas pegawai. Gambar dibawah ini menjelaskan simbol atau notasi Simple Attribute Gambar 19. Gambar simple attribute (JenisKel, NmDepan, Inisial, NmBlk) dan composite attribute (Nama) Composite attribute adalah atribut yang dapat dibagi menjadi atribut yang lebih kecil. Attribut ini dapat diartikan attribute atomic yang menggambarkan atribut dasar dengan suatu arti tertentu. Contoh: atribut Nama pada entitas pegawai dapat dipecah menjadi atribut NmDepan, Inisial dan NmBlk. Gambar diatasmenjelaskan simbol atau notasi composite attribute. Atribut nama merupakan composite attribute. Single value Attribute adalah suatu atribut yang hanya mempunyai satu nilai. Misalnya atribut NmDepan pada entitas pegawai. NmDepan seorang pegawai selalu bernilai satu nilai, tidak mungkin lebih dari satu. Multi Value attribute adalah atribut yang dapat memiliki lebih dari satu nilai yang jenisnya sama dari sebuah data tunggal. Misalnya atribut lokasi pada entitas departemen dapat berisi 2 nilai atau lebih seperti Surabaya atau Jakarta. Gambar diatas menjelaskan simbol atau notasi Multi Value attribute. Gambar diatas menjelaskan simbol atau notasi Single value Attribute Gambar 20. Single value Atribute (NmDepan) dan multivalue Atribute (Lokasi) 39 Derived Attribute atau Atribut Turunan adalah atribut yang nilainilainya diperoleh dari pengolahan atau dapat diturunkan dari atribut atau tabel lain yang berhubungan. Misalnya atribut JmlPegawai pada entitas Departemen. Gambar 21. Gambar Derived Attribute Jumlah Pegawai (JmlPegawai) c) Key attribute Key adalah merupakan suatu atribut yang menandakan kunci dari suatu entitas yang bersifat unik. Key attribute adalah satu atau beberapa atribut yang mempunyai nilai unik sehingga dapat digunakan untuk membedakan data pada suatu baris/record dengan baris lain pada suatu entitas. Key attribute dibedakan menjadi tiga yaitu: 1) Superkey 2) Candidat Key dan 3) Primary key Tabel dibawah ini menjelaskan beberapa contoh nama entitas beserta nama atribut-atributnya. Tabel 5. Daftar entitas dan atributnya Nama entitas Nama Atribute Pegawai NIP, NUPTK, Nama, Alamat, Agama, jenis kelamin Siswa NIS, Nama, Alamat, Agama, jenis kelamin Mata pelajaran Kode_mapel, Nama_mapel, Semester, Departemen No, Nama, lokasi Superkey adalah satu atau gabungan beberapa atribut yang dapat membedakan setiap baris data dalam sebuah tabel secara unik. Misalnya superkey untuk entitas pegawai antara lain: 1) NoKTP, Nama, Alamat, JenisKel, Gaji. 2) NoKTP, Nama, Alamat, JenisKel. 3) NoKTP, Nama, Alamat. 4) NoKTP, Nama. 5) Nama (jika dapat dijamin kalau tidak ada nama yang sama antara satu baris dengan baris yang lain). 6) NoKTP 40 Candidat Key adalah merupakan superkey yang jumlah atributnya paling sedikit. Misalnya candidat key untuk entitas pegawai antara lain:  Nama (jika dapat dijamin kalau tidak ada nama yang sama antara satu baris dengan baris yang lain)  NoKTP Primary key adalah suatu candidat key yang dipilih menjadi kunci utama karena sering dijadikan acuan untuk mencari informasi, ringkas, menjadi keunikan suatu baris. Misalnya NoKTP antara satu pegawai dengan pegawai lain pasti berbeda, dalam hal ini noKTP dapat digunakan sebagai suatu key. Gambar diatas menjelaskan simbol atau notasi primary key. Gambar 22. Notasi Primary Key Attribute (NoKTP) Gambar 23. Struktur entitas pegawai beserta atributnya 41 3. Prosedur Merancang ERD ER diagram digunakan oleh profesional sistem untuk berkomunikasi dengan pemakai eksekutif tingkat tinggi dalam perusahaan atau organisasi yang tidak tertarik pada pelaksanaan operasi sistem sehari-hari, namun lebih menekankan kepada beberapa hal yaitu:  Data apa saja yang diperlukan untuk bisnis mereka?  Bagaimana data tersebut berelasi dengan data lainnya?  Siapa saja yang diperbolehkan mengakses data tsb? Terdapat beberapa pendekatan dalam membuat sistem basis data yang baik antara lain teknik dnormalisasi data dan ERD, Untuk menggambarkan ER diagaram setidaknya ada tiga langkah yang harus dilakukan oleh perancang basis data yaitu: 1. Menemukan atau mendefinisikan entitas. 2. Menemukan atau mendefinisikan atribute. 3. Menemukan atau mendefinisikan relasi. 4. Menggambarkan ERD menggunakan notasi-notasi standar. D. Aktifitas Pembelajaran 1. Metode Menemukan Entitas Entitas adalah obyek yang mewakili sesuatu dalam dunia nyata dan dapat dibedakan antara satu dengan lainnya (unique).Setiap entitas memiliki beberapa atribut yang mendeskripsikan karakteristik dari objek tersebut. Adapun prosedur atau langkah-langkah yang seharusnya dilakukan untuk menemukan atau mendefinisikan Entitas dalam suatu sistem data base adalah sebagai berikut : 1. Buat ilustrasi atau gambaran cerita (role of bussiness) tentang sistem yang akan dicari entitasnya. 2. Tandai setiap objek yang diwakili oleh kata benda yang ada di dalam ilustrasi tersebut. 3. Untuk setiap objek tersebut yakinkan bahwa ia memiliki karakteristik yang nanti disebut sebagai atribut. 42 4. Tentukan objek yang merupakan entitas (Jika memang ia memiliki karakteristik jadikan ia sebagai entitas) 5. Menggambarkan entitas beserta atributnya menggunakan notasi simbol yang telah ditentukan. 2. Prosedur menemukan Entitas Pernyataan dibawah ini menjelaskan salah satu contoh langkahlangkah yang dilakukan untuk menemukan atau mengidintifikasi entitas dengan kasus sistem basis data di perusahaan A. Prosedur untuk menemukan entitas tersebut adalah sebagai berikut: 1. Langkah 1: Membuat gambaran cerita tentang sistem kepegawaian di suatu perusahaan A. Perusahaan A memiliki 100 pegawai. Setiap pegawai dipimpin pengawas/mandor dari pegawai perusahaan itu sendiri dan tidak semua pegawai memimpin pegawai yang lain, sehingga satu pengawas dapat memimpin beberapa pegawai. Setiap pegawai bekerja untuk suatu departemen dan dalam suatu departemen dapat terdiri dari beberapa pegawai. Setiap departemen dikepalai oleh seorang pegawai yang bekerja mulai tanggal tertentu. Sebuah departemen dapat berada di beberapa lokasi. Selain bekerja di suatu departemen pegawai dapat bekerja pada beberapa proyek. Setiap proyek dikendalikan/diatur oleh suatu departemen, namun suatu departemen tidak harus mengendalikan/mengatur proyek. Satu departemen dapat mengendalikan beberapa proyek dan satu proyek hanya dikendalikan oleh satu departemen Satu proyek dapat terdiri dari beberapa pegawai. Untuk keperluan penggajian perusahaan memerlukan data tanggungan pegawai. Seorang pegawai dapat menanggung beberapa tanggungan. Jika seorang pegawai pindah maka datanya akan dipindahkan / dihapus berikut data tanggungan / keluarganya. 43 2. Langkah 2. Menandai pada soal cerita diatas setiap objek yang diwakili oleh kata benda yang ada di dalam ilustrasi tersebut. Perusahaan A memiliki 100 pegawai. Setiap pegawai dipimpin pengawas/mandor dari pegawai perusahaan itu sendiri dan tidak semua pegawai memimpin pegawai yang lain, sehingga satu pengawas dapat memimpin beberapa pegawai. Setiap pegawai bekerja untuk suatu departemen dan dalam suatu departemen dapat terdiri dari beberapa pegawai. Setiap departemen dikepalai oleh seorang pegawai yang bekerja mulai tanggal tertentu. Sebuah departemen dapat berada di beberapa lokasi. Selain bekerja di suatu departemen pegawai dapat bekerja pada beberapa proyek. Setiap proyek dikendalikan/diatur oleh suatu departemen, namun suatu departemen tidak harus mengendalikan/mengatur proyek. Satu departemen dapat mengendalikan beberapa proyek dan satu proyek hanya dikendalikan oleh satu departemen.Satu proyek dapat terdiri dari beberapa pegawai. Untuk keperluan penggajian perusahaan memerlukan data tanggungan pegawai. Seorang pegawai dapat menanggung beberapa tanggungan. Jika seorang pegawai pindah maka datanya akan dipindahkan / dihapus berikut data tanggungan atau keluarganya. 3. Langkah 3: Untuk setiap objek tersebut yakinkan bahwa ia memiliki karakteristik yang nanti disebut sebagai atribut. Sehingga kita menemukan entitas dan kemungkinan atributnya adalah sebagai berikut : 44  Kandidat Entitas: kandidiat Atribut, kandidat atribut….  Perusahaan: NoPerusahaan, nama, alamat  Pengawas:NoKTP, Nama, Alamat, Jenis kelamin,gaji  Lokasi : Lokasi  Pegawai: NoKTP, Nama, Alamat, Jenis kelamin,gaji  Departemen: Nomor, Nama, lokasi, jumlah pegawai  Proyek: Nomor, nama, lokasi Tanggungan: nama, jenis kelamin, tanggal lahir, hubungan dengan pegawai 4. Langkah 4: Tentukan objek yang merupakan entitas (Jika memang ia memiliki karakteristik jadikan ia sebagai entitas) Entitas: Atribut1, atribut2, atribut3,… entitas / bukan entitas a) Perusahaan: NoPerusahaan, nama, alamat (hanya berisi satu baris data)  bukan entitas b) Pegawai: NoKTP, Nama, Alamat, Jenis kelamin,gaji  entitas kuat c) Pengawas:NoKTP, Nama, Alamat, Jenis kelamin,gaji  sama dengan entitas Pegawai d) Departemen: Nomor, Nama, lokasi, jumlah pegawai  entitas kuat e) Lokasi : lokasi (karakteristiknya departemen, tidak memiliki karakteristik lain (unik))  bukan entitas f) Proyek: Nomor, nama, lokasi  entitas kuat g) Tanggungan: Nama, jenis kelamin, tanggal lahir, hubungan dengan pegawai merupakan entitas lemah karena keberadaannya tergantung dari entitas kuat pegawai. 3. Prosedur Menemukan atribut. Atribut adalah merupakan sifat-sifat atau karakteristik pada suatu entitas. Nama atribut ini identik dengan nama kolom atau field pada suatu 45 tabel dalam basis data. Atribut dapat dibedakan menjadi beberapa macam antara lain adalah: 1. Simple Attribute dan Composite Attribute 2. Single Valued Attribute dan Multi Valued Attribute 3. Mandatory Attribute 4. Derived Attribute (Attribut Turunan) 5. Key Attribute (Atribut Kunci) Adapaun untuk menemukan atribut dpat dilakukan melalui langkah-langkah dibawah ini yaitu: 1. Tentukan dan lengkapi karakteristik dari tiap-tiap entitas 2. Dari setiap karakteristik tersebut tentukan termasuk atribut apa Tabel 6. Identifikasi atribute Entitas (Tipe entitas) Pegawai (entitas kuat) Proyek (entitas kuat) Lokasi (entitas kuat) Tanggungan (Entitas lemah 3. Tipe Atribut Keterangan NoKTP, Nama, NmDepan,insial, NmBlk Alamat, Jenis kelamin gaji Nomor, nama, lokasi Simple atribut Composite atribut Simple atribut Simple atribut Simple atribut Simple atribut Simple atribut, Simple atribut, Simple atribut, Primary key KodeLokasi Multivalue Satu depertemen dimungkinkan mempunyai lebih dari satu lokasi nama, jenis kelamin, tanggal lahir, hubungan Simple atribut, Simple atribut, Simple atribut Simple atribut primary key Menggambarkan entitas beserta atributnya dengan notasi yang sesuai 46 Nama Atribut Gambar 24. Gambar entitas proyek dan entitas tanggungan beserta atributnya Gambar 25. Diagram struktur entitas beserta atributnya. E. Latihan/Tugas 1. Buat ilustrasi atau gambaran cerita tentang sistem basis data yang saudara akan buat. (Lembar kerja 3.1) 2. Tandai setiap objek yang diwakili oleh kata benda yang ada di dalam ilustrasi tersebut. Lembar kerja 3.2) 3. Untuk setiap objek tersebut yakinkan bahwa ia memiliki karakteristik (atribut). Tuliskan Kandidat entitas beserta atribut-atributnya (LK 3.3) 47 4. Tentukan objek yang merupakan entitas (Jika memang ia memiliki karakteristik jadikan ia sebagai entitas). Untuk setiap obyek pada LK 3.3 tambahkan keterangan: entitas (lemah atau kuat) atau bukan entitas. 5. Tentukan dan lengkapi karakteristik dari tiap-tiap entitas dan tentukan tipe atau jenis atribut (LK 3.4) 6. Menggambarkan entitas beserta atributnya menggunakan notasi standar (LK 3.5). F. Rangkuman Diagram relasi entitas atau entity-relationship diagram (ERD) adalah suatu diagram dalam bentuk gambar atau simbol yang mengidentifikasi tipe dari entitas di dalam suatu sistem yang diuraikan dalam data dengan atributnya, dan menjelaskan hubungan atau relasi diantara entitas tersebut. Prosedur mengidentifikasi entitas dan atribut adalah: 1) membut ilustrasi atau gambaran cerita tentang sistem yang akan dicari entitasnya. 2) Menandai setiap objek yang diwakili oleh kata benda yang ada di dalam ilustrasi tersebut. 3) Menuliskan kandidat entitas dan atribut dari obyek tersebut. 4) Menetapkan entitas dan tipe entitas. 5) Menetapkan atribut beserta type atributnya. 6) Menggambarkan entitas beserta atributnya menggunakan notasi simbol yang telah ditentukan. G. Umpan Balik 1. Apakah saudara sudah mampu membuat ilustrasi / deskripsi sistem basis data dan berapa prosen tingkat pencapaian kompetensinya? 2. Apakah saudara sudah mampu mengidentifikasi atau menemukan entitas dan berapa prosen tingkat pencapaian kompetensinya? 3. Apakah saudara sudah mampu mengidentifikasi atau menemukan atribut dan berapa prosen tingkat pencapaian kompetensinya? 4. Apakah saudara sudah mampu menggambarkan struktur entitas beserta atributnya menggunakan notasi atau symbol yang standar dan berapa prosen tingkat pencapaian kompetensinya? 48 49 50 51 MENEMUKAN RELASI DAN MENGGAMBAR ERD A. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti kegiatan belajar 4 diharapkan, melalui praktikum peserta diklat dapat:   Menemukan relasi sesuai ilustrasi sistem basis data. Menggambar entity relationship diagram sistem basis data. B. Indikator Pencapaian Kompetensi  Menemukan relasi sesuai ilustrasi sistem basis data.  Menggambar entity relationship diagram sistem basis data. C. Uraian materi 1. Relasi Relasi menyatakan hubungan antara dua atau beberapa entitas. Setiap relasi mempunyai batasan (constraint) terhadap kemungkinan kombinasi entitas yang berpartisipasi. Batasan tersebut ditentukan dari situasi yang diwakili relasi tersebut. Ragam atau jenis relasi dibedakan menjadi beberapa macam antara lain adalah: a. Relasi Binary. Relasi binary merupakan relasi antara dua entitas. Relasi binary ini dibedakan menjadi :  Relasi One-to-one (notasi 1:1)  Relasi One-to-many (notasi 1:N) atau many-to-one (notasi N:1)  Relasi Many-to-many (notasi M:N) b. Relasi Ternary. Relasi ternary adalah merupakan relasi antara tiga entitas atau lebih. Dalam Relasi One-to-one (1:1) setiap atribute dari satu entitas berpasangan dengan satu attribute dari entitas yang direlasikan. Dalam relasi One-to-many (1:N) atau many-to-one (N:1) satu atribute berelasi 52 dengan beberapa atribute dari entitas yang direlasikan. Dalam Manyto-many (M:N) satu atribute berelasi dengan beberapa atribute dari entitas yang direlasikan. Begitu pula sebaliknya. Gambar 26. Ragam relasi antar entitas Sebagaimana entias dalam relasi juga dapat dibedakan menjadi relasi kuat dan relasi lemah. Gambar dibawah ini menjelaskan notasi umum untuk relasi kuat dan relasi lemah. Gambar 27. Notasi relasi entitas untuk entitas kuat (b) dan entitas lemah (c) 2. Batasan Partisipasi Batasan partisipasi atau batasan hubungan entitas menjelaskan bagaimana data itu berelasi, batasan ini menentukan bagaimana (harus ataukah tidak) berpartisipasi suatu entitas dengan relasinya pada entitas lain. Batasan partisipasi dibedakan menjadi dua yaitu: 1) Partisipasi Total (harus berpartisipasi) dan 2) Partisipasi Parsial (tidak harus berpartisipasi) Contoh relasi yang merupakan partisipasi total adalah relasi antara pegawai dengan departemen dengan nama relasi bekerja untuk dan partisipasi total disisi pegawai. Dari deskripsi basis data disebutkan bahwa: “Semua pegawai harus bekerja di bawah suatu departemen” Dari pernyataan diatas mengindikasikan bahwa relasi disisi pegawai adalah relasi total yang ditandai dengan kata kunci harus. Untuk menggambarkan relasi dengan partisipasi total tersebut dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu: 53  Menggunakan garis ganda pada relasi disisi pegawai  Menggunakan satu garis pada relasi disisi pegawai digabungkan dengan minimum 1 (minimum bekerja pada 1 departemen) Gambar 28. Relasi dengan batasan partisipasi total. Contoh relasi yang merupakan partisipasi parsial adalah relasi antara pegawai dengan departemen dengan nama relasi mengepalai daan partisipasi parsial disisi pegawai. Deskripsi basis data menyebutkan : “Beberapa pegawai mengepalai sebuah departemen (setiap pegawai tidak harus mengepalai suatu departemen) “ Pernyataan diatas menjelaskan bahwa relasi disisi pegawai adalah mempunyai partisipasi parsial. Hal ini ditandai dengan kata kunci (beberapa pegawai ...... atau tidak harus.....). Untuk menggambarkan relasi dengan partisipasi parsial tersebut dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu:  Menggunakan satu garis pada relasi disisi pegawai  Menggunakan satu garis pada relasi disisi pegawai digabungkan dengan minimum 0 (tidak mengepalai departemen) Gambar 29. Relasi dengan batasan (constraint) partisipasi parsial 54 D. Aktifitas Pembelajaran: Prosedur menemukan Relasi Prosedur atau langkah-langkah yang seharusnya dilakukan untuk menemukan atau mendefinisikan relasi dalam suatu sistem data base adalah sebagai berikut: 1. Dari gambaran cerita sistem, tandai setiap hubungan yang diwakili oleh kata kerja yang ada di dalam ilustrasi beserta entitas yang berhubungan. 2. Identifikasikan rasio kardinalitas dari setiap hubungan. 3. Identifikasikan batasan partisipasi dari setiap hubungan yang ada berikut kemungkinan atribut yang muncul dari setiap hubungan. 4. Gambarkan hubungan tersebut dalam bentuk notasi diagram dan gabungkan dengan notasi Entitas dan atribut yang dibuat sebelumnya. Pernyataan dibawah ini menjelaskan contoh langkah-langkah menemukan relasi untuk kasus Sistem Kepegawaian di perusahaan A (lihat kembali deskripsi sistem basis data pada kegiatan belajar sebelumnya), yaitu sebagai berikut: 1. Langkah 1 Menandai relasi dari deskriipsi cerita. Dari gambaran cerita sistem, tandai dan tentukan setiap hubungan yang diwakili oleh kata kerja yang ada di dalam ilustrasi dan entitas yang berhubungan. 55 Perusahaan A memiliki 100 pegawai. Setiap pegawai dipimpin pengawas/mandor dari pegawai perusahaan itu sendiri dan tidak semua pegawai memimpin pegawai yang lain. Sehingga satu pengawas dapat memimpin beberapa pegawai. Setiap pegawai bekerja untuk suatu departemen dan dalam suatu departemen dapat terdiri dari beberapa pegawai. Setiap departemen dikepalai oleh seorang pegawai yang bekerja mulai tanggal tertentu. Tidak semua pegawai mengepalai departemen. Sebuah departemen dapat berada di beberapa lokasi. Selain bekerja di suatu departemen pegawai dapat bekerja pada beberapa proyek. Setiap proyek dikendalikan/diatur oleh suatu departemen, namun suatu departemen tidak harus mengendalikan/mengatur proyek. Satu departemen dapat mengendalikan beberapa proyek dan satu proyek hanya dikendalikan oleh satu departemen.Satu proyek dapat terdiri dari beberapa pegawai. Untuk keperluan penggajian perusahaan memerlukan data tanggungan pegawai. Seorang pegawai dapat menanggung beberapa tanggungan. Jika seorang pegawai pindah maka datanya akan dipindahkan / dihapus berikut data tanggungan atau keluarganya. 2. Langkah 2 Identifikasi hubungan antara entitas. Indentifikasi hubungan dilakukan dengan membuat tabel sepeti terlihat di bawah ini. Hubungan berlangsung dua arah dari entitas 1 ke entitsas 2 dan sebaliknya. Kata kunci hubungan satu sisi menggunakan kata aktif dan dari sisi sebaliknya menggunakan kata kunci pasif. Tabel 7. Identifikasi hubungan antara dua entitas dua arah Entitas 1 56 Hubungan Entitas 2 Pengawas (Pegawai) memimpin Pegawai Pegawai dipimpin Pengawas(Pegawai) Pegawai bekerja untuk Departemen Departemen terdiri dari Pegawai Pegawai mengepalai Departemen Departemen dikepalai Pegawai Pegawai bekerja pada Proyek Proyek terdiri dari Pegawai Departemen mengatur Proyek Proyek diatur Departemen Pegawai menanggung Tanggungan Tanggungan ditanggung Pegawai Tabel 8. Identifikasi hubungan antara dua entitas satu arah Entitas 1 Hubungan Entitas 2 Pengawas(Pegawai) memimpin Pegawai Pegawai bekerja untuk Departemen Pegawai mengepalai Departemen Pegawai bekerja pada Proyek Departemen mengatur Proyek Pegawai menanggung Tanggungan 3. Langkah 3 Identifikasi rasio kardinalitas Identifikasi rasio kardinalitas menjelaskan batasan (constraint) terhadap kemungkinan kombinasi entitas yang berpartisipasi. Identifikasi rasionalitas dapat dinyatakan dengan dua pendekatan yaitu: 1) banyaknya entitas berpartisipasi (one-one, one-many, many-one atau many-many), dan 2) Banyaknya entitas berpartisipasi (minimal dan maksimal). Tabel 9. Identifikasikan rasio kardinalitas dari setiap hubungan Entitas 1 Banyaknya Entitas 1 yang berpartisipasi Hubungan Banyaknya Entitas 2 berpartisipasi Entitas 2 Pegawai 1 memimpin N Pegawai Pegawai 1 dipimpin 1 Pegawai Pegawai 1 bekerja untuk 1 Departemen Departemen 1 terdiri dari N Pegawai 57 Pegawai 1 mengepalai 1 Departemen Departemen 1 dikepalai 1 Pegawai Pegawai 1 bekerja pada N Proyek Proyek 1 terdiri dari N Pegawai Departemen 1 mengatur N Proyek Proyek 1 diatur 1 Departemen Pegawai 1 menanggung N Tanggungan Tanggungan 1 ditanggung 1 Pegawai Relasi antar entitas juga dapat diwujudkan dengan melibatkan identifikasikan batasan partisipasi dari setiap hubungan yang ada. Tabel dibawah ini menjelaskn relasi yang melibatkan banyaknya partisipasi (minimal dan maksimal). Tabel 10. Indentifikasi batasan partisipasi (min, max) antara dua entitas. Entitas 1 Banyaknya Entitas 1 yang berpartisipa si Hubungan Banyaknya Entitas 2 yang berpartisipa si (min,max) (0,N) (0,1) Entitas 2 Pegawai Pegawai 1 1 memimpin dipimpin Pegawai 1 bekerja untuk (1,1) Departemen Departemen 1 terdiri dari (1,N) Pegawai Pegawai 1 mengepalai (0,1) Departemen Departemen 1 dikepalai (1,1) Pegawai Pegawai 1 bekerja pada (1,N) Proyek Proyek 1 terdiri dari (1,N) Pegawai Departemen 1 mengatur (0,N) Proyek Proyek 1 diatur (1,1) Departemen Pegawai 1 menanggung (0,N) Tanggungan Tanggungan 1 ditanggung (1,1) Pegawai 4. Langkah 4 menggambarkan relasi antar entitas 58 Pegawai Pegawai Dari tabel Identifikasikan rasio kardinalitas untuk setiap hubungan dan tabel indentifikasi batasan partisipasi (min, max) diatas dapat digambarkan diagram relasi entitasnya, seperti terlihat digambar dibawah ini. Gambar 30. . Diagram relasi entitas pegawai dan departemen (a) melibatkan batasan partisipasi, (b) melibatkan rasio kardinalitas (min,max) dan partisipasi total/parsial Dengan cara yang sama dapat ditemukan dan digambarkan relasi antar entitas lainnya. Gambar dibawah ini menjelaskan ER diagram secara lengkap untuk sistem basis data kepegawaian di perusahaan A 59 Gambar 31. ERD sistem basis data pegawai perusahaan A E. Latihan / Tugas Berdasarkan uraian materi diatas dan hasil kegiatan belajar sebelumnya (kegiatan belajar 3), lakukan kegiatan berikut dengan cermat dan teliti: 1. Temukan atau identifikasi semua relasi dari deskripsi sistem basis data yang telah saudara buat dalam kegiatan pembelajaran 2 (LK 4.1) 2. Identifikasi untuk semua relasi entitas (dua arah) sesuai dengan langkah 1 (LK 4.2) 3. Identifikasi rasio kardinalitas untuk setiap relasi dengan melibatkan banyaknya entitas berpartisipasi dan batasan partisipasi (min,max) (LK 4.3) 4. Gambarkan semua relasi antar entitas sehingga menghasilkan entity relationship diagram lengkap sistem basis data (LK 4.4) F. Rangkuman Prosedur yang dilakukan untuk menemukan relasi dalam suatu sistem basis data adalah: 1) Dari gambaran cerita sistem, tandai setiap hubungan yang diwakili oleh kata kerja yang ada di dalam ilustrasi beserta entitas yang berhubungan. 2) Identifikasikan rasio kardinalitas dari setiap hubungan. 3) 60 Identifikasikan batasan partisipasi dari setiap hubungan yang ada berikut kemungkinan atribut yang muncul dari setiap hubungan. 4) Gambarkan hubungan tersebut dalam bentuk notasi diagram dan gabungkan dengan notasi Entitas dan atribut yang dibuat sebelumnya. G. Umpan Balik 1. Apakah saudara mampu menemukan semua relasi dalam deskripsi sistem basis data dan berapa prosen tingkat pencapaian kompetensinya? 2. Apakah saudara mampu mengidentifikasi semua hubungan antar entitas dalam dua arah dan satu arah dan berapa prosen tingkat pencapaian kompetensinya? 3. Apakah saudara mampu mengidentifikasi rasio kardinalitas setiap relasi yang melibatkan banyaknya entitas yang berpartisipasi dan batasan partisipasi min-max dan berapa prosen tingkat pencapaian sistem basis kompetensinya? 4. Apakah saudara mampu menggambar ERD data menggunakan notasi yang telah distandarisasi dan berapa prosen tingkat pencapaian kompetensinya? 61 62 63 64 MEMETAKAN ER MODEL KE RELATIONAL MODEL A. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti kegiatan belajar 5 ini diharapkan :  Melalui praktikum peserta diklat dapat memetakan ER model ke dalam relasi tabel. B. Indikator Pencapaian Kompetensi  Memetakan ER model ke dalam relasi tabel. C. Uraian materi 1. Definisi Relational Model Model Data Relasional adalah suatu model basis data yang menggunakan tabel dua dimensi, yang terdiri atas baris dan kolom untuk menggambarkan sebuah berkas data. Model ini menunjukkan cara mengelola atau mengorganisasikan data secara fisik dalam memori sekunder. Hal ini akan berdampak pada bagaimana mengelompokkan data dan membentuk keseluruhan data yang terkait dalam sistem yang akan dibuat. ER Model (ERD) Yang merupakan representasi konseptual basis data harus dipetakan ke dalam relational model (relasi tabel) agar secara langsung dapat diimplementasikan ke basis data. Dalam relational model dikenal beberapa istilah yaitu:   Relasi: Sebuah tabel yang terdiri dari beberapa kolom dan beberapa baris.  Atribut: Kolom pada sebuah relasi (field).  Domain: Kumpulan nilai yang valid untuk satu atau lebih atribut  Tupel: Baris pada sebuah relasi (record).  Derajat (degree):Jumlah atribut dalam sebuah relasi (jumlah field) Cardinality: Jumlah tupel dalam sebuah relasi (jumlah record) 65 Tabel Berikut ini menjelaskan beberapa kosakata yang umum digunakan. Beberapa istilah yang sama memiliki pengertian berbeda tergantung pada model yang digunakan. Istilah dalam kolom paling kiri di bawah (ER Mode) bukan merupakan empat komponen dalam konstruksi ER model. Tabel 11.Kosa kata / istilah dalam beberapa ragam model 2. Algoritma Pemetakan model Relasi Entitas (ERD) Ke Relasi Tabel (Relational Model). Di dalam basis data yang menjadi pusat perhatian dan intisari sistem adalah tabel dan relasinya. Istilah tabel ini muncul dari abstraksi data pada level fisik.Tabel ini sama artinya dengan entitas dari model data pada level konseptual. Setiap orang bisa membuat tabel tetapi membuat tabel yang baik tidak semua orang dapat melakukannya. Kebutuhan akan membuat tabel yang baik ini ini melahirkan beberapa teori atau metode antara lain ialah pemetakan ER to table dan Normalisasi. Uraian materi di bawah ini menjelaskan pemetakan ER model ke relasi tabel sedangkan Algoritma atau Langkah-langkah yang dilakukan untuk memetakan ER diagram ke tabel relasional yaitu sebagai berikut: 1. Untuk setiap entitas kuat EK, buat tabel baru EK yang menyertakan seluruh simple atribut dan simple atribut dari composite atribut yang ada. Pilih salah satu atribut kunci sebagai primary key. 2. Untuk setiap entitas lemah EH, buat tabel baru EH dengan mengikutsertakan seluruh simple atribut. Tambahkan primary key dari entitas kuatnya (owner entity type) yang akan digunakan sebagai primary key bersama-sama partial key dari entitas lemah. 66 3. Untuk setiap multivalued atribut R, buatlah tabel baru R yang menyertakan atribut dari multivalue tersebut. Tambahkan primary key dari relasi yang memiliki multivalue tersebut. Kedua atribut tersebut membentuk primary key dari tabel R. 4. Untuk setiap relasi binary 1:1, tambahkan primary key dari sisi yang lebih “ringan” ke sisi (entitas) yang lebih “berat”. Suatu sisi dianggap lebih “berat” timbangannya apabila mempunyai partisipasi total. Tambahkan juga simple atribut yang terdapat pada relasi tersebut ke sisi yang lebih “berat”. Apabila kedua partisipasi adalah sama-sama total atau sama-sama partial, maka dua entitas tersebut boleh digabung menjadi satu tabel. 5. Untuk setiap relasi binary 1:N yang tidak melibatkan entitas lemah, tentukan mana sisi yang lebih “berat” (sisi N). Tambahkan primary key dari sisi yang “ringan” ke tabel sisi yang lebih “berat”. Tambahkan juga seluruh simple atribut yang terdapat pada relasi biner tersebut. 6. Untuk setiap relasi binary M:N, buatlah tabel baru R dengan atribut seluruh simple atribut yang terdapat pada relasi biner tersebut. Tambahkan primary key yang terdapat pada kedua sisi ke tabel R. Kedua foreign key yang didapat dari kedua sisi tersebut digabung menjadi satu membentuk primary key dari tabel R. 7. Untuk setiap relasi lebih dari dua entitas, n-nary (ternary), meliputi dua alternatif yaitu: a. Buatlah tabel R yang menyertakan seluruh primary key dari entitas yang ikut serta. Sejumlah n foreign key tersebut akan membentuk primary key untuk tabel R. Tambahkan seluruh simple atribut yang terdapat pada relasi n-ary tersebut. b. Mengubah bentuk relasi ternary menjadi entitas lemah, kemudian memperbaiki relasi yang terjadi antara entitas lemah tersebut dengan entitas-entitas kuatnya dan melakukan algoritma pemetakan sesuai dengan aturan mapping. 67 D. Aktifitas Pembelajaran Uraian dibawah ini menjelaskan urutan langkah memetakan ER model ke relasi tabel. Sistem basis data yang dijadikan contoh adalah sistem basis data perusahaan A seperti dijelaskan dalam kegiatan belajar 3 dan 4. Perhatikan kembali gambar 31 ERD sistem basis data perusahaan A. pada kegiatan pembelajaran 4 diatas Langkah-langkah yang dilakukan untuk memetakan ER diagram ke relational model, yaitu : 1. Berdasarkan algoritma nomor 1 aturan tentang entitas kuat maka lakukan beberapa langkah dibawah ini : a. Untuk setiap entitas kuat Entitas Kuat, buat tabel baru Eks. b. Sertakan seluruh simple atribut. c. Sertakan simple atribut dari composite atribut yang ada. d. Pilih salah satu atribut kunci sebagai primary key. Gambar 32. Mapping ER ke tabel untuk entitas kuat. 2. Berdasarkan algoritma nomor 2 aturan tentang entitas entitas lemah. Untuk setiap entitas lemah EH, laakukan beberapa langkah dibawah ini : a. Buat tabel baru EH. b. Sertakan seluruh simple atribut c. Tambahkan primary key dari entitas kuatnya (owner entity type) yang akan digunakan sebagai primary key bersama-sama partial key dari entitas lemah. 68 Gambar 33. Mapping ER ke tabel untuk entitas lemah 3. Berdasarkan algoritma nomor 2 aturan tentang relasi multivalue atribut.Untuk setiap multivalued atribut R, a. buatlah tabel baru R yang menyertakan atribut dari multivalue tersebut. b. Tambahkan primary key dari relasi yang memiliki multivalue tersebut. Kedua atribut tersebut membentuk primary key dari tabel R Gambar 34. Mapping multivalue attribute 4. Untuk setiap relasi binary 1:1, tambahkan primary key dari sisi yang lebih “ringan” ke sisi (entitas) yang lebih “berat”. Suatu sisi dianggap lebih “berat” timbangannya apabila mempunyai partisipasi total. Tambahkan juga simple atribut yang terdapat pada relasi tersebut ke sisi yang lebih “berat”. 69 Gambar 35. Mapping relasi binary 1:1 5. Untuk setiap relasi binary 1:N yang tidak melibatkan entitas lemah, tentukan mana sisi yang lebih “berat” (sisi N). Tambahkan primary key dari sisi yang “ringan” ke tabel sisi yang lebih “berat”. Tambahkan juga seluruh simple atribut yang terdapat pada relasi biner tersebut Gambar 36. Mapping ER to tabel relasi one to many 6. Untuk setiap relasi binary M:N, buatlah tabel baru R dengan atribut seluruh simple atribut yang terdapat pada relasi biner tersebut. Tambahkan primary key yang terdapat pada kedua sisi ke tabel R. Kedua foreign key yang didapat dari kedua sisi tersebut digabung menjadi satu membentuk primary key dari tabel R 70 Gambar 37. Mapping ER to tabel relasi one to many 7. Untuk setiap relasi n-ary (ternary), a. Buatlah tabel R yang menyertakan seluruh primary key dari entitas yang ikut serta. Sejumlah n foreign key tersebut akan membentuk primary key untuk tabel R. Tambahkan seluruh simple atribut yang terdapat pada relasi n-ary tersebut. b. Sama dengan proses yang dilakukan untuk langkah ke 6. Karena dalam ER-D perusahaan ini tidak ada relasi n-ary maka langkah ini tidak dilakukan. Gambar 38. Mapping untuk relasi N-narry Dengan menggunakan cara yang sama dapat dilakukan pemetaan ER diagram ke tabel untuk setiap relasi entitas dari ER diagram sistem basis data perusahaan A. 71 Gambar 39. Relasi Tabel hasil pemetakan ERD E. Latihan / Tugas Berdasarkan hasil kegiatan belajar 3 dan 4 yang telah saudara kerjakan, buatlah diagram relational model yang merupakan pemetakan ER diagram, mengilustrasikan model data fisik dan menjelaskan relasi antar tabel. 1. Pemetakan Entitas Kuat ke tabel (LK 5.1) 2. Pemetakan Entitas Lemah ke tabel (LK 5.2) 3. Pemetakan relasi 1 to 1 (ERD) ke Relational Model) (LK 5.3) 4. Pemetakan relasi 1 to N (ERD) ke Relational Model (LK 5.4) 5. Pemetakan relasi N to N (ERD) ke Relational Model (LK 5.5) F. Rangkuman Model Data Relasional adalah suatu model basis data yang menggambarkan sebuah berkas data, meliputi tabel dua dimensi. terdiri atas baris dan kolom. ER Model (ERD) merupakan representasi konseptual basis data harus dipetakan ke relational model (relasi tabel) sehingga secara langsung dapat diimplementasikan ke basis data. Aturan dalam memetakan ERD ke relational model meliputi tujuh ketentuan yaitu pemetaan untuk; 1) Entitas kuat, 2) Entitas lemah, 3) Multivalue attribute, 4) Relasi binary 1 to 1, 5) Relasi 1 to N, 6) Relasi M to N dan 7) Relasi Threenary. 72 G. Umpan Balik 1. Apakah saudara mampu memetakan entitas kuat dalam ERD ke model relational dan berapa prosen tingkat pencapaian kompetensinya? 2. Apakah saudara mampu memetakan entitas lemah dalam ERD ke model relational dan berapa prosen tingkat pencapaian kompetensinya? 3. Apakah saudara mampu memetakan relasi 1 to 1 pada ERD ke model relational dan berapa prosen tingkat pencapaian kompetensinya? 4. Apakah saudara mampu memetakan relasi 1 to N pada ERD ke model relational dan berapa prosen tingkat pencapaian kompetensinya? 5. Apakah saudara mampu memetakan relasi N to N pada ERD ke model relational dan berapa prosen tingkat pencapaian kompetensinya? 73 74 75 76 KETERGANTUNGAN FUNGSIONAL A. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti kegiatan belajar 6 ini diharapkan :  Melalui observasi peserta diklat dapat menganalisis tiga bentuk ketergantungan dalam suatu tabel dengan benar. B. Indikator Pencapaian Kompetensi  Menganalisis Ragam bentuk ketergantungan dalam suatu tabel C. Uraian materi Tabel adalah kompulan data yang tersusun dalam format baris (record) dan kolom (field atau atribut). Atribut lebih umum digunakan dalam perancangan basis data, karena menunjukkan fungsinya sebagai pembentuk karakteristik (sifat–sifat) yang melekat pada sebuah tabel. Relasi menyatakan hubungan antara dua atau beberapa entitas. Setiap relasi mempunyai batasan (constraint) terhadap kemungkinan kombinasi entitas yang berpartisipasi. Batasan tersebut ditentukan dari situasi yang diwakili relasi tersebut. Dalam suatu tabel keberadaan suatu atribut dapat tergantung pada atribut lainnya. Satu atribut dapat juga tidak bergantung pada atribut lainnya. Dilihat dari keberadaan atau ketergantungan atribut terhadap atribut yang lain dalam basis data dikenal beberapa jenis yaitu ketergantungan fungsional, ketergantungan transitif dan ketidaktergantungan (non KF). 77 D. Aktifitas Pembelajaran: ketergantungan menganalisis ragam bentuk 1. Ketergantungan Fungsional Atribut Y pada relasi R dikatakan tergantung fungsional pada atribut X (R,X  R,Y), jika dan hanya jika setiap nilai X pada relasi R mempunyai tepat satu nilai Y pada R.Misal, terdapat skema database Pemasok_barang. Dengan tabel pemasok (No_pem, Na_pem) Tabel 12. Tabel pemasok barang No_pem Na_pem P01 Baharu P02 Sinar P03 Harapan Ketergantungan fungsional dari tabel Pemasok_barang adalah : No_pem  Na_pem (nama pemasuk tergantung secara fungsional dari Nomer pemasok) 2. Ketergantungan Fungsional Penuh Atribut Y pada relasi R dikatakan tergantung fungsional penuh pada atribut X pada relasi R, jika Y tidak tergantung pada subset dari X (bila X adalah key gabungan). Contoh tabel Kirim_barang (No_pem, Na_pem, No_bar, Jumlah) Tabel 13. Tabel Pengiriman barang No_pem P01 P01 P01 P02 P03 78 Na_pem Baharu Baharu Baharu Sinar Harapan No_bar B01 B02 B03 B03 B02 Jumlah 1000 1500 2000 1000 2000 Ketergantungan fungsionalnya adalah : No_pem  Na_pem No_bar, No_pem  Jumlah (tergantung penuh terhadap keynya) 3. Ketergantungan Transitif Atribut Z pada relasi R dikatakan tergantung transitif pada atribut X, jika atribut Y tergantung pada atribut X pada relasi R dan atribut tergantung pada atribut Y pada relasi R. Contoh perhatikan tabel dibawah ini : Tabel 14. Tabel Pengiriman barang yang melibatkan atribut kota Ketergantungan fungsional : No_pem  Kode_kota Kode_kota  Kota, maka No_pem  Kota 4. Ragam Contoh Ketergantungan Fungsional. Diberikan sebuah tabel T berisi paling sedikit 2 buah atribut, yaitu A dan B. Kita dapat menyatakan notasi berikut ini : AB Yang berarti A secara fungsional menentukan B atau B secara fungsional tergantung pada A, jika dan hanya jika setiap kumpulan baris (row) yang ada di tabel T, pasti ada 2 baris data (row) di tabel dengan nilai A yang sama, maka nilai B pasti juga sama. Definisi yang paling formal untuk itu adalah : Diberikan 2 row r1 dan r2 dalam tabel T dimana A  B. jika r1(A) = r2(A) maka r1(B) = r2(B) Tabel 15. Tabel nilai mahasiswa 79 nama_kul nim nama_mhs indeks_nilai row 1 Sistem Basis Data 040001 Santi Purnamasari A row 2 Sistem Basis Data 040002 Budi Setyawan B row 3 Struktur Data 040001 Santi Purnamasari A row 4 Struktur Data 040002 Budi Setyawan C row 5 Struktur Data 040003 Kartika Sari B row 6 Komunikasi Data 040001 Santi Purnamasari B row 7 Riset Operasi 040002 Budi Setyawan C Dengan melihat data di atas dan dengan pertimbangan intuisi kita, maka ketergantungan fungsional yang dapat kita ajukan adalah :  nim  nama_mhs yang berarti bahwa atribut nama_mhs hanya tergantung pada atribut nim. Hal ini dibuktikan dari fakta : untuk setiap nilai nim yang  sama maka pasti nilai nama_mhsnya juga sama. nama_kul, nim  indeks_nilai yang berarti bahwa atribut indeks_nilai tergantung pada atribut nama_kul dan nim secara bersama–sama, memang kita tidak dapat menunjukkan fakta, bahwa untuk setiap nilai nama_kul dan nim yang sama, maka nilai indeks_nilainya juga sama, karena nama_kul, nim merupakan key (sehingga bersifat unik) untuk tabel tersebut. Tetapi, ketergantungan fungsional tersebut sesuai dengan pengertian bahwa setiap indeks_nilai diperuntukkan pada mahasiswa tertentu untuk mata kuliah tertentu yang diambilnya. Tanpa memperhatikan pengertian ketergantungan secara alamiah terhadap tabel tersebut, kita juga dapat mengajukan sejumlah ketidaktergantungan (non KF) dengan hanya melihat fakta yang ada,yaitu : 80  nama_kul nim yang artinya atribut nim tidak tergantung pada atribut nama_kul. Buktinya terlihat pada row 1 dan row 2 : dengan nilai nama_kul yang  sama, tapi nilai nimnya berbeda. nim nideks_nilai yang artinya atribut indeks_nilai tidak bergantung pada atribut nim. Buktinya terlihat pada row 1 dan row 3 : dengan nilai nim yang sama, tapi nilai indeks_nilai berbeda. E. Latihan / Tugas: Mengamati Ketergantungan fungsional Kerjakan langkah-langkah dibawah ini dengan cermat dan teliti. 1. Lihat dan amati hasil tugas belajar kegiatan 5 :pemetaan ER diagram ke relasi tabel. 2. Pastikan dalam relasi tabel diatas terdapat relasi one to one, relasi one to many, relasi many to many dan relasi dan relasi ternary. 3. Untuk setiap tabel dalam langkah dua di atas lengkapi data dengan menambahkan record-record dengan jumlah record 3-5 record. Tampilkan hasilnya dalam tabel. (LK 6.1) 4. Dari hasil tabel pada langkah tiga Pilih dua tabel kemudian tuliskan ketergantungan fungsionalnya dan non ketergantungan fungsionalnya (LK 6.2) 5. Dari hasil tabel pada langkah tiga, jika ada pilih satu tabel kemudian tuliskan ketergantungan fungsional transitifnya (LK 6.3) 6. Kumpulkan data-data setiap langkah dan analisis data tersebut menggunakan analisis diskriptif. 7. Diskusi dan komunikasikan hasilnya dalam kelompok dan buatlah kesimpulan. 8. Buatlah Laporan dan komunikasikan hasil laporan dan pembahasan dengan tutor / widyaiswara. 81 F. Rangkuman Suatu atribut Y pada relasi R dikatakan tergantung fungsional pada atribut X (R,X  R,Y), jika dan hanya jika setiap nilai X pada relasi R mempunyai tepat satu nilai Y pada R. Suatu atribut Y pada relasi R dikatakan tergantung fungsional penuh pada atribut X pada relasi R, jika Y tidak tergantung pada subset dari X (bila X adalah key gabungan). Suatu atribut Z pada relasi R dikatakan tergantung transitif pada atribut X, jika atribut Y tergantung pada atribut X pada relasi R dan atribut tergantung pada atribut Y pada relasi R. G. Umpan Balik 1. Apakah saudara sudah mampu memahami ketergantungan fungsional dan berapa prosen tingkat pencapaian kompetensinya? 2. Apakah saudara sudah mampu memahami ketergantungan transitif dan berapa prosen tingkat pencapaian kompetensinya? 3. Apakah saudara sudah mampu memahami ketidakketergantungan (non ketergantungan fungsional dan berapa prosen tingkat pencapaian kompetensinya? 82 83 84 85 RAGAM BENTUK TEKNIK NORMALISASI DATA A. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti kegiatan belajar 7, melalui observasi diharapkan peserta diklat dapat:  menganalisis ragam bentuk teknik normalisasi data B. Indikator Pencapaian Kompetensi  Menganalisis ragam bentuk teknik normalisasi data. C. Uraian materi 1. Definisi Normalisasi Normalisasi adalah suatu teknik yang menstrukturkan atau mendekomposisi atau memecah data menggunakan cara–cara tertentu untuk mencegah timbulnya permasalahan pengolahan data dalam basis data. Permasalahan yang dimaksud adalah berkaitan dengan penyimpangan–penyimpangan (anomalies) yang terjadi akibat adanya kerangkapan data dalam relasi dan inefisiensi pengolahan data. Proses normalisasi akan menghasilkan relasi yang optimal, jika: 1. Memiliki struktur record yang mudah untuk dimengerti. 2. Memiliki struktur record yang sederhana dalam pemeliharaan. 3. Memiliki struktur record yang mudah untuk ditampilkan kembali untuk memenuhi kebutuhan pemakai. 4. Minimalisasi kerangkapan data guna meningkatkan kinerja sistem. Dalam merancang basis data terdapat dua pendekatan yang sering dilakukan yaitu: 1) Model entity–relationship-diagram (ERD) yang telah dijelaskan dalam kegiatan belajar 3, 4, 5. dan 2) Menerapkan normalisasi terhadap struktur tabel yang telah diketahui. 86 Dalam pendekatan normalisasi, perancangan basis data bertitik tolak dari situasi nyata. Basis data telah memiliki item–item data yang siap ditempatkan dalam baris dan kolom pada tabel–tabel relasional. Demikian juga dengan sejumlah aturan tentang keterhubungan antara item–item data tersebut. Sementara pendekatan model data ER lebih tepat dilakukan jika yang diketahui baru prinsip sistem basis data secara keseluruhan. Pada penerapannya dua pendekatan tersebut dilakukan secara bersama–sama. Untuk kepentingan evaluasi dan dokumentasi, hasil normalisasi diwujudkan dalam sebuah model data. Model data yang sudah jadi tersebut dapat dimodifikasi dengan pertimbangan tertentu. Selanjutnya diimplementasikan dalam bentuk sejumlah struktur tabel pada sebuah basis data. Struktur ini dapat diuji kembali dengan menerapkan aturan– aturan normalisasi, hingga akhirnya diperoleh sebuah struktur basis data yang benar–benar efektif dan efisien. Begitulah kedua pendekatan dapat saling memperkuat satu sama lain. 2. Bentuk-Bentuk Normalisasi Normalisasi data adalah proses yang berkaitan dengan model data relasional untuk mengorganisasi himpunan data dengan ketergantungan dan keterkaitan yang tinggi atau erat. Hasil dari proses normalisasi adalah tabel–tabel data dalam bentuk normal (normal form), yaitu tabel–tabel data yang terhindar dari dua hal yaitu: Pengulangan informasi dan Potensi inkonsistensi data pada operasi pengubahan. Terdapat enam bentuk normal (normal form) dalam teknik normalisasi data, keenam bentuk tersebut adalah : 1. Bentuk Normal Tahap pertama (1st Normal Form) 2. Bentuk Normal Tahap Kedua (2nd Normal Form) 3. Bentuk Normal Tahap Ketiga (3rd Normal Form) 4. Bentuk Normal Boyce - Code (BCNF) 5. Bentuk Normal Tahap Keempat (4rd Normal Form) 6. Bentuk Normal Tahap Kelima (5rd Normal Form) 87 3. Proses-Proses Normalisasi data Dalam proses normalisasi, data diuraikan dalam bentuk tabel, selanjutnya dianalisis berdasarkan persyaratan tertentu ke beberapa tingkat. Apabila tabel yang diuji belum memenuhi persyaratan tertentu, maka tabel tersebut perlu dipecah menjadi beberapa tabel yang lebih sederhana sampai memenuhi bentuk yang optimal. Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan normalisasi data diperlihatkan dalam gambar dibawah ini: Gambar 40. Langkah-langkah proses normalisasi data. 88 D. Aktifitas Pembelajaran: Menganalisis Bentuk-Bentuk Teknik Normalisasi Data 1. Bentuk tidak normal (Unnormalized Form) Bentuk tidak normal ini memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu antara lain adalah :  Merupakan kumpulan data yang akan direkam  Tidak ada keharusan mengikuti suatu format tertentu  Dapat saja data tidak lengkap atau terduplikasi  Data dikumpulkan apa adanya sesuai dengan kedatangannya. Beberapa contoh tabel yang tidak normal dijelaskan dalam tabel 8.1 dan tabel 8.2 dibawah ini. Tabel 16. Tabel mahasiswa yang tidak normal Tabel 17.Tabel mahasiswa (Nis, nama mahasiswa, hobi1,hobi2,hobi3) yang tidak normal 89 2. Bentuk Normal Tahap pertama (1st Normal Form) Bentuk normal ke satu 1 NF ini mempunyai beberapa ciri antara lain yaitu:  Setiap data dibentuk dalam flat file (file data/ rata)  Data dibentuk dalam satu record demi satu record dan nilai dari field field berupa "atomic value", tidak dapat dibagi-bagi lagi.  Tidak ada set atribute yang berulang ulang atau atribute bernilai ganda (multivalue).  Tidak ada set atribut composite atau kombinasinya dalam domain data yang sama.  Tiap field hanya satu pengertian, bukan merupakan kumpulan kata yang mempunyai arti mendua, hanya satu arti saja dan juga bukanlah pecahan kata sehingga artinya lain. Untuk dapat memenuhi aturan 1NF, maka contoh tabel 8.1 dan tabel 8.2 diatas dirubah atau dipecah (dekomposisi) menjadi 2 entitas, yakni entitas siswa dan entitas hobi seperti gambar berikut : Gambar 41. Hasil dekomposisi tabel mahasiswa untuk memenuhi bentuk 1NF 90 3. Bentuk Normal Tahap Kedua (2nd Normal Form) Bentuk normal kedua mempunyai beberapa persyaratan antara lain adalah :  Bentuk data telah memenuhi kriteria bentuk normal kesatu.  Atribute bukan kunci haruslah bergantung secara fungsi pada kunci utama atau primary key.  Sudah ditentukan kunci kunci field, dimana kunci field haruslah unik dan dapat mewakili atribute lain yang menjadi anggotanya. Sebagai contoh ditentukan sebuah tabel siswa sebagai berikut : NIS Nama_siswa Alamat Kode_ Mapel Nama_Mapel Nama_Guru Tabel di atas telah memenuhi 1NF, namun belum memenuhi 2NF, {NIS, Kode_Mapel} yang dianggap sebagai primary key sedangkan: Tabel di atas perlu didekomposisi menjadi beberapa tabel untuk memenuhi syarat 2NF. Dekomposisi sesuai dengan functional dependencynya (FD) adalah sebagai berikut : FD 1 : {NIS, Kode_Mapel}  Nilai FD 2 : NIS  {Nama_siswa, Alamat} FD 3 : Kode_mapel {Nama_mapel, Nama_guru} Dari ketiga FD di atas, dekomposisi tabel menjadi sebagai berikut : Tabel Nilai : (NIS, Kode_mapel, Nilai) Tabel Siswa :(NIS, Nama_siswa, Alamat) Tabel Mapel :(Kode_mapel, Nama_mapel, Nama_Guru) 91 Nilai 4. Bentuk Normal Tahap Ketiga (3rd Normal Form) Untuk menjadi bentuk normal ketiga (3 NF) suatu tabel harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Memenuhi bentuk 2 NF (normal kedua) 2. Atribut bukan kunci tidak memiliki dependensi transitif terhadap kunci utama atau primary key. 3. Setiap atribute bukan kunci haruslah bergantung hanya pada primary key dan pada primary key secara menyeluruh Berikut ini adalah contoh relasi yang telah memenuhi bentuk 2 NF, tetapi belum memenuhi bentuk 3 NF : NIS Nama_siswa Alamat_jln Alamat_kota Alamat_prov Kodepos Pada relasi di atas, masih terdapat atribut non primary key (yakni Alamat_kota dan Alamat_Prov) yang memiliki ketergantungan terhadap atribut non primary key yang lain, yaitu Kode_pos. Kodepos {Alamat_kota, Alamat_prov} Untuk memenuhi syarat 3NF, maka relasi tersebut harus didekomposisi sebagai berikut : Siswa : (NIS, Nama_siswa, Alamat_jn, Kodepos) Kodepos : (Kodepos, Alamat_kota, Alamat_prov) 5. Boyce Codd Normal Form (BCNF) BCNF merupakan bentuk normal sebagai perbaikan terhadap 3NF. Suatu relasi yang memenuhi BCNF selalu memenuhi 3NF, tetapi tidak untuk sebaliknya. Suatu relasi yang memenuhi 3NF belum tentu memenuhi BCNF. Karena dalam bentuk 3 NF masih memungkinkan terjadi anomali. Sebuah tabel dikatakan memenuhi BCNF jika untuk semua ketergantungan fungsional dengan notasi X  Y, maka X harus merupakan candidate key pada tabel tersebut. Jika tidak demikian, maka tabel tersebut harus didekomposisi berdasarkan ketergantungan fungsional yang ada, sedemikian hingga X menjadi candidat key dari tabel–tabel hasil 92 dekomposisi. Contoh tabel yang tidak memenuhi BCNF adalah sebagai berikut : Ditentukan suatu tabel A = (E, F, G, H, I) dan berlaku ketergantungan fungsional, sebagai berikut yaitu : E, F  G, H, I F, G  H, I Tabel A tersebut tidak memenuhi BCNF karena ada pasangan key F, G yang bukan candiday key, sehingga F, G  H, I. Sedangkan E, F adalah candidat key karena E, F  G, H, I Karena terdapat 2 ketergantungan fungsional maka tabel A tidak memenuhi BCNF. Untuk memenuhi aturan BCNF maka tabel tersebut harus didekomposisikan menjadi: A1 = (E, F, G) dengan ketergantungan fungsional E, F  G A2 = (F, G, H, I) dengan ketergantungan fungsional F, G  H, I Contoh lain untuk bentuk ini adalah tabel SEMINAR, dengan kunci primernya adalah no_peserta dan kode_seminar, dengan asumsi bahwa:   Peserta dapat mengambil 1 atau 2 seminar.  Setiap peserta dibimbing oleh salah satu dari 2 instruktur seminar.  Setiap seminar membutuhkan 2 instruktur. Setiap instruktur boleh hanya membimbing 1 seminar saja. Pada contoh relasi berikut, no_peserta dan kode_seminar menunjukkan seorang instruktur. Tabel 18. Tabel seminar No_Peserta Kode_seminar Nama_instruktur 2201001 2281 Santi 2201002 2281 Karyadi 2201003 2291 Jeni 2201002 2291 Rendi 2201004 2291 Rendi 93 Bentuk relasi SEMINAR adalah memenuhi bentuk normal ketiga (3NF), tetapi tidak BCNF karena Kode_seminar masih bergantung fungsi pada instruktur, jika setiap instruktur dapat mengajar hanya pada satu seminar. Kode_seminar bergantung fungsi pada satu atribut bukan superkey seperti yang disyaratkan oleh BCNF. Maka relasi SEMINAR harus didekomposisi menjadi dua relasi, yaitu relasi pengajar dan seminar_instruktur, seperti berikut ini : Pengajar : (Nama_instruktur, Kode_seminar) dan Seminar_instruktur : (No_peserta, Nama_instruktur) 6. Bentuk Normal Tahap ke empat (4th Normal Form) Suatu tabel relasional dikatakan dalam bentuk normal keempat (4NF) jika memenuhi beberapa ketentuan sebagai berikut : Bila telah berada dalam bentuk BCNF dan tidak ada multivalued dependency nontrivial. Multivalued dependency (MVD) dipakai dalam bentuk normal keempat (4NF). Dependensi ini dipakai untuk menyatakan hubungan satu ke bantak (one tomany). Setiap atribut di dalamnya tidak mengalami ketergantungan pada banyak nilai atau dengan kalimat lain, bahwa semua atribut yang mengalami ketergantungan pada banyak nilai adalah bergantung secara fungsional (functionally dependency) Berikut ini adalah salah satu contoh tabel relasional yang belum memenuhi 4NF : Tabel 19. contoh relasi yang belum memenuhi bentuk normal tahap 4 94 Relasi tersebut menggambarkan mengenai dosen yang mengajar matakuliah tertentu dengan isi matakuliah yang bersangkutan. Contoh tabel dibawah ini menjelaskan dua dosen yang mengajar pengenalan komputer, yaitu Budi dan Sanjaya. Tabel 20. Penyederhanaan relasi atau tabel 8.4 Adapun isi matakuliah Pengenalan Komputer adalah Dasar Komputer, Pengenalan Pengolahan Kata dan Pengenalan Lembaran Kerja. Relasi berikut ini memperlihatkan relasi yang telah dinormalisasikan berdasarkan relasi sebelumnya. Langkah selanjutnya adalah untuk memenuhi syarat bentuk normal tahap 4), maka relasi tersebut diatas dapat didekomposisi menjadi dua relasi sebagai berikut :   Matakuliah_dosen : (Matakuliah, Dosen) Matakuliah_isi : (Matakuliah, Isi) 7. Bentuk Normal Tahap Kelima (5th Normal Form) Bentuk Normal 5NF dibangun berdasarkan konsep joint dependency sedangkan keempat bentuk sebelumnya dibangun berdasarkan functional dependency. Joint dependency menjelaskan bahwa apabila sebuah tabel telah didekomposisi menjadi tabel-tabel lebih kecil, tabel tersebut harus bisa digabungkan lagi (join) untuk membentuk tabel semula. Bentuk normal kelima ini sering disebut juga sebagai Projection Join Normal Form (PJNF). Suatu tabel memenuhi bentuk normal 5rdNF jika dan hanya jika Kerelasian antar data dalam relasi tersebut tidak dapat direkonstruksi dari struktur relasi yang memuat atribut yang lebih sedikit. Sebagai contoh: terdapat hubungan dealer yaitu suatu perusahaan distributor kendaraan. Dalam hal ini distributor memiliki sejumlah produk kendaraan. Tabel relasional dibawah ini menjelaskan relasi tabel dealer, kendaraan dan distributor. 95 Tabel 21. Relasi Dealer Distributor dan kendaraan Relasi tersebut telah memenuhi dependensi gabungan, Sehingga relasi tersebut dapat didekomposisi menjadi tiga buah relasi yaitu :    Deal_Dist (Dealer_Distributor). Dist_Kend (Distributor_Kendaraan). Deal_Kend (Dealer_Kendaraan). Gabungan ketiga relasi tersebut akan membentuk relasi Dealer- Distributor-Kendaraan (DDK) dan gabungan ketiganya. Kemungkinan proyeksi tabel relasional tersebut akan menghasilkan suatu relasi antara yang salah, namun ketiganya akan menghasilkan relasi sesuai aslinya. Gambar dibawah ini menjelaskan tabel relasional Dealer-DistributorKendaraan (DDK) Gambar 42. Tabel relasional Dealer-Distributor-Kendaraan (DDK) 96 E. Latihan / Tugas / Kasus Sebuah Perusahaan PEC-TECH ingin membangun system informasi menggunakan basis data untuk pengelolaan barang. Informasi yang akan diperoleh adalah data stock barang keluar pada Warehouse PEC-TECH. Sementara ini, pengelolaan data masih menggunakan Microsoft excel dengan contoh keluaran Laporan Barang Keluar dan Laporan Rekapitulasi Barang Keluar diperlihatkan dalam tabel dibawah ini. Tabel Laporan barang keluar Tabel Laporan Rekapitulasi Barang Keluar 97 Dengan menggunakan teknik normalisasi kerjakan langkah-langkah berikut: 1. Buatlah tabel yang menjelaskan bentuk unnormal form (LK 7.1) 2. Buatlah tabel yang menjelaskan Normalisasi Pertama (1NF/ First Normal Form) (LK 7.2) 3. Buatlah tabel yang menjelaskan Normalisasi Ke Dua (2 NF /Second Normal Form) (LK 7.3) 4. Jika memungkinkan buatlah tabel yang menjelaskan Normalisasi Ke Tiga (3 NF /Second Normal Form) (LK 7.4) 5. Gambarkan Entity Relationship Diagram (LK 7.5) 6. Gambarkan Diagram Relational Model (LK 7.6) F. Rangkuman Normalisasi data adalah proses yang berkaitan dengan model data relasional untuk mengorganisasi himpunan data dengan ketergantungan tinggi. Hasil dari proses normalisasi adalah tabel data dalam bentuk normal. Terdapat enam bentuk normal tabel yaitu: 1) Bentuk Normal Tahap pertama (1st NF). 2) Bentuk Normal Tahap Kedua (2nd NF). 3) Bentuk Normal Tahap Ketiga (3rd NF). 4) Bentuk Normal Boyce - Code (BCNF). 5) Bentuk Normal Tahap Keempat (4rd NF). 6) Bentuk Normal Tahap Kelima (5rd NF) G. Umpan Balik 1. Apakah saudara sudah mampu memahami bentuk normalisasi tahap pertama (1st NF) dan berapa prosen tingkat pencapaian kompetensinya? 2. Apakah saudara sudah mampu memahami bentuk normalisasi tahap kedua (2st NF) dan berapa prosen tingkat pencapaian kompetensinya? 3. Apakah saudara sudah mampu memahami bentuk normalisasi tahap ketiga (3st NF) dan berapa prosen tingkat pencapaian kompetensinya? 4. Apakah saudara sudah mampu memahami bentuk normal Boyce - Code (BCNF). dan berapa prosen tingkat pencapaian kompetensinya ? 5. Apakah saudara sudah mampu memahami bentuk normalisasi tahap keempat (4st NF) dan berapa prosen tingkat pencapaian kompetensinya? 6. Apakah saudara sudah mampu memahami bentuk normalisasi tahap kelima (5st NF) dan berapa prosen tingkat pencapaian kompetensinya? 98 99 100 101 SISTEM MANAJEMEN BASIS DATA A. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti kegiatan belajar 8 ini diharapkan:   Melalui observasi peserta diklat dapat menganalisis berbagai ragam jenis perangkat lunak Sistem manajemen Basis Data dengan benar. Melalui praktek peserta diklat dapat membuat basis data menggunakan fitur-fitur visual perangkat lunak sistem menejemen basis data. B. Indikator pencapaian Kompetensi  Menganalisis berbagai ragam jenis perangkat lunak Sistem manajemen Basis  Membuat basis data menggunakan fitur-fitur visual perangkat lunak sistem menejemen basis data C. Uraian materi 1. Definisi Sistem manajemen basis Data Sistem manajemen basis data (database management system, DBMS), atau sering disingkat SMBD, adalah suatu sistem atau perangkat lunak yang dirancang untuk mengelola suatu basis data dan menjalankan operasi terhadap data yang diminta banyak pengguna. SMBD telah berkembang menjadi bagian standar di bagian pendukung (back office) suatu perusahaan atau organisasi. DBMS merupakan perangkat lunak yang dirancang untuk dapat melakukan utilisasi dan mengelola koleksi data dalam jumlah yang besar. DBMS juga dirancang untuk dapat melakukan manipulasi data secara lebih mudah. Sebelum ada DBMS, data pada umumnya disimpan dalam bentuk flat file, yaitu file teks yang ada pada sistem operasi. Sampai sekarang masih ada aplikasi yang menyimpan data dalam bentuk flat secara langsung. Menyimpan data dalam bentuk flat file mempunyai kelebihan dan kekurangan. Penyimpanan dalam bentuk ini mempunyai manfaat yang 102 optimal jika ukuran filenya relatif kecil, seperti file password pada sistem operasi Unix dan Unix-like. File password pada umumnya hanya digunakan untuk menyimpan nama yang jumlahnya tidak lebih dari 1000 orang. Selain dalam bentuk flat file, penyimpanan data juga dapat dilakukan dengan menggunakan program bantu seperti spreadsheet. Penggunaan perangkat lunak ini memperbaiki beberapa kelemahan dari flat file, seperti bertambahnya kecepatan dalam pengolahan data. Namun demikian metode ini masih memiliki banyak kelemahan, diantaranya adalah masalah manajemen dan keamanan data yang masih kurang. Penyimpanan data dalam bentuk DBMS mempunyai banyak manfaat dan kelebihan dibandingkan dengan penyimpanan dalam bentuk flat file atau spreadsheet, diantaranya : 1. Performa untuk penyimpanan data dalam bentuk DBMS cukup besar, sangat jauh berbeda dengan performance data yang disimpan dalam bentuk flat file. Disamping memiliki unjuk kerja yang lebih baik, juga akan didapatkan efisiensi penggunaan media penyimpanan dan memori 2. Integritas data lebih terjamin dengan penggunaan DBMS. Masalah redudansi sering terjadi dalam flat file. Redudansi adalah kejadian berulangnya data atau kumpulan data yang sama dalam sebuah database yang mengakibatkan pemborosan media penyimpanan. 3. Independensi. Perubahan struktur database dimungkinkan terjadi tanpa harus mengubah aplikasi yang mengaksesnya sehingga pembuatan antarmuka ke dalam data akan lebih mudah dengan penggunaan DBMS. 4. Sentralisasi. Data yang terpusat akan mempermudah pengelolaan database. Kekonsistenan data yang diakses secara bersama-sama akan lebiih terjamin dari pada data disimpan dalam bentuk file atau worksheet yang tersebar. 5. Keamanan. DBMS memiliki sistem keamanan yang lebih fleksibel daripada pengamanan pada file sistem operasi. Keamanan dalam DBMS akan memberikan keluwesan dalam pemberian hak akses kepada pengguna. 103 2. Sistem manajemen basis data relasional Sebuah sistem manajemen basis data relasional atau dikenal sebagai relational database management system (RDBMS) adalah sebuah program komputer (atau secara lebih tipikal adalah seperangkat program komputer) yang dirancang untuk mengatur atau mengelola sebuah basis data sebagai sekumpulan data yang disimpan secara terstruktur, dan melakukan operasi-operasi data atas permintaan penggunanya. RDBMS banyak diterapkan pada berbagai bidang kerja, misalnya akuntansi, manajemen sumber daya manusia, dan lain sebagainya. Pada awalnya RDBMS hanya dimiliki oleh perusahaan-perusahaan berskala besar dan memiliki perangkat komputer yang sesuai dengan spesifikasi standar yang dibutuhkan. Pada saat itu standar yang diminta dapat dikatakan sangat tinggi yaitu untuk mendukung jumlah data yang besar. Saat ini implementasinya sudah sangat banyak dan adaptatif dengan kebutuhan spesifikasi data yang rasional sehingga dapat dimiliki dan diimplementasikan oleh segala kalangan sebagai bagian dari investasi perusahaan. Edgar F. Codd memperkenalkan istilah RDBMS pada makalah seminarnya yang berjudul "A Relational Model of Data for Large Shared Data Banks". Salah satu definisi yang cukup dikenal secara luas atas sebuah sistem basis data relasional adalah “12 hukum Codd”. Namun demikian, pada awal implementasinya banyak model relasional yang tidak mengikuti seluruh elemen yang terdapat dalam hokum Codd tersebut. Hal tersebut menjadikan terminologinya berkembang untuk mendeskripsikan sebuah tipikal sistem basis data yang lebih luas. Dalam cakupan yang minimum sistem tersebut memenuhi kriteria sebagai berikut:  menyajikan data pada pengguna dalam bentuk relasional (ditampilkan dalam bentuk tabular, sebagai koleksi dari tabel dimana  setiap tabel beriisi sekumpulan baris dan kolom) menyediakan operator relasional untuk memanipulasi data dalam bentuk tabular 104 3. Ragam jenis SMBD Beberapa software atau perangkat lunak DBMS yang sering digunakan dalam membuat aplikasi program basis data dan sangat populer antara lain adalah MySQL, MS SQL Server, Oracle, IBM DB/2, dan PostgreSQL. Sementara di pasaran terdapat sejumlah software DBMS baik yang komersial atau open source antara lain adalah sebagai berikut: : a. DBMS yang bersifat komersial: 4th Dimension, Dataphor, Daffodil database, DB2, FileMaker Pro, FrontBase, Informix, InterBase, Matisse [1], Microsoft Access, Microsoft SQL Server, Microsoft Visual FoxPro, Mimer SQL, Netezza, NonStop SQL, Oracle, Progress 4GL, Sand Analytic Server (sebelumnya dikenal sebagai Nucleus), SmallSQL, Sybase Adaptive Server Anywhere (sebelumnya dikenal sebagai Watcom SQL), Sybase Adaptive Server Enterprise, Sybase Adaptive Server IQ, Teradata, ThinkSQL [2], VistaDB, VMDS. b. DBMS yang bersifat open source: antara lain : Cloudscape, Derby, Firebird, H2, HSQLDB, Ingres, MaxDB, MonetDB, MySQL, PostgreSQL, SQLite, tdbengine a) MySQL MySQL adalah sebuah perangkat lunak sistem manajemen basis data relasional (DBMS) yang mendukung sistem multithread, multi-user, dengan sekitar 6 juta instalasi di seluruh dunia. MySQL tersedia sebagai perangkat lunak gratis di bawah lisensi GNU General Public Licenci (GPL), tetapi mereka juga menjual dibawah lisensi komersial untuk kasus-kasus dimana penggunaannya tidak cocok dengan penggunaan GPL. Tidak seperti Apache, merupakan software yang dikembangkan oleh komunitas umum, dan dicipta sehingga code sumber dimiliki oleh penulisnya masing-masing. MySQL dimiliki dan disponsori oleh sebuah perusahaan komersial Swedia yaitu MySQL AB. MySQL AB memegang penuh hak cipta hampir atas semua kode sumbernya. Kedua orang Swedia dan satu orang Finlandia yang mendirikan MySQL AB adalah: David axmark, Allan larsson, dan Michael “monthy widenius. MySQL 105 memiliki beberapa kelebihan dan keistimewaan antara lain adalah sebagai berikut: 1. Portabilitas. MySQL dapat berjalan stabil pada berbagai sistem operasi seperti Windows, Linux, FreeBSD, Mac Os X Server, Solaris, Amiga. 2. Perangkat lunak sumber terbuka. MySQL didistribusikan sebagai perangkat lunak sumber terbuka (open source), dibawah lisensi GPL sehingga dapat digunakan secara gratis. 3. Multi-user. MySQL dapat digunakan oleh beberapa pengguna dalam waktu yang bersamaan tanpa mengalami masalah atau konflik. 4. 'Performance tuning', MySQL memiliki kecepatan yang menakjubkan dalam menangani query sederhana, dengan kata lain dapat memproses lebih banyak SQL per satuan waktu. 5. Ragam tipe data. MySQL memiliki ragam tipe data yang sangat kaya, seperti signed/unsigned integer, float, double, char, text, date, timestamp, 6. Perintah dan Fungsi. MySQL memiliki operator dan fungsi secara penuh yang mendukung perintah Select dan Where dalam perintah (query). 7. Keamanan. MySQL memiliki beberapa lapisan keamanan seperti level subnetmask, nama host, dan izin akses user dengan sistem perizinan yang mendetail serta sandi terenkripsi. 8. Skalabilitas dan Pembatasan. MySQL mampu menangani basis data dalam skala besar, dengan jumlah rekaman (records) lebih dari 50 juta dan 60 ribu tabel serta 5 milyar baris. Selain itu batas indeks yang dapat ditampung mencapai 32 indeks pada tiap tabelnya. 9. Konektivitas. MySQL dapat melakukan koneksi dengan klien menggunakan protokol TCP/IP, Unix Soket (UNIX), Named Pipes (NT). 106 10. Lokalisasi. MySQL dapat mendeteksi pesan kesalahan pada klien dengan menggunakan lebih dari dua puluh bahasa. Meski pun demikian, Bahasa Indonesia belum termasuk di dalamnya. 11. Antar Muka. MySQL memiliki antar muka (interface) terhadap berbagai aplikasi dan bahasa pemrograman dengan menggunakan fungsi API (Application Programming Interface). 12. Klien dan Peralatan. MySQL dilengkapi dengan berbagai peralatan (tool) yang dapat digunakan untuk administrasi basis data, dan pada setiap peralatan yang ada disertakan petunjuk online. 13. Struktur tabel. MySQL memiliki struktur tabel yang lebih fleksibel dalam menangani ALTER TABLE, dibandingkan basis data lainnya semacam PostgreSQL ataupun Oracle. b) Oracle Oracle adalah relational database management system (RDBMS) untuk mengelola informasi secara terbuka, komprehensif dan terintegrasi. RDBMS Oracle pertama kali dikembangkan oleh Larry Ellison, Bob Miner dan Ed Oates lewat perusahaan konsultasinya bernama Software Development Laboratories (SDL) pada tahun 1977. Pada tahun 1983, perusahaan ini berubah nama menjadi Oracle Corporation. Oracle Server menyediakan solusi yang efisien dan efektif karena kemampuannya dalam hal sebagai berikut:       Dapat bekerja di lingkungan client/server (pemrosesan tersebar) Menangani manajemen space dan basis data yang besar Mendukung akses data secara simultan Performansi pemrosesan transaksi yang tinggi Menjamin ketersediaan yang terkontrol Lingkungan yang terreplikasi Oracle merupakan DBMS yang paling rumit dan paling mahal di dunia, namun banyak orang memiliki kesan yang negatif terhadap Oracle. Keluhan-keluhan yang mereka lontarkan mengenai Oracle antara lain adalah terlalu sulit untuk digunakan, terlalu lambat, terlalu 107 mahal. Jika dibandingkan dengan MySQL yang bersifat gratis, maka Oracle lebih terlihat tidak kompetitif karena berjalan lebih lambat daripada MySQL meskipun harganya sangat mahal. Oracle dirancang khusus untuk organisasi berukuran besar, bukan untuk ukuran kecil dan menengah. Kebutuhan organisasi berukuran besar tidaklah sama dengan organisasi yang kecil atau menengah yang tidak akan berkembang menjadi besar. Organisasi yang berukuran besar membutuhkan fleksibilitas dan skalabilitas agar dapat memenuhi tuntutan akan data dan informasi yang bervolume besar dan terus menerus bertambah besar. Kelebihan oracle adalah fleksibilitas sistem yaitu kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan berbagai kebutuhan dan kondisi khusus yang dapat berubah-ubah. Sebagai contoh, organisasi yang besar membutuhkan server yang terdistribusi dan memiliki redundancy sehingga pelayanan bisa diberikan secara cepat dan tidak terganggu jika ada server yang mati. Organisasi tersebut juga mempunyai berbagai macam aplikasi yang dibuat dengan beragam bahasa pemrograman dan berjalan di berbagai platform yang berbeda. Oracle memiliki banyak sekali fitur yang dapat memenuhi tuntutan fleksibilitas dari organisasi besar tersebut. Berbagai fitur tersebut membuat Oracle menjadi DBMS yang rumit dan sulit untuk dipelajari, namun itu adalah harga yang harus dibayar untuk mendapatkan fleksibilitas yang dibutuhkan dalam sistem informasi di organisasi yang berukuran besar. Kelebihan lainnya adalah skalabilitas yang mengacu pada kemampuan untuk terus berkembang dengan penambahan sumber daya. Organisasi yang besar harus mampu melakukan transaksi data dalam volume yang besar dan akan terus bertambah besar. Jika dijalankan hanya pada satu server saja, MySQL memang bisa berjalan lebih cepat daripada Oracle. Namun jika satu server sudah tidak bisa lagi menangani beban yang terus bertambah besar, kinerja MySQL mengalami stagnasi karena keterbatasan server tersebut. Namun Oracle mendukung fitur Grid yang dapat mendayagunakan lebih dari satu server serta data storage dengan mudah dan 108 transparan. Hanya dengan menambahkan server atau data storage ke dalam Oracle Grid, maka kinerja dan kapasitas Oracle dapat terus berkembang untuk mengikuti beban kerja yang terus meningkat. c) Microsoft SQL server Microsoft SQL Server adalah perangkat lunak relational database management system (RDBMS) yang didesain untuk melakukan proses manipulasi database berukuran besar dengan berbagai fasilitas. Microsoft SQL Server merupakan produk andalan Microsoft untuk database server. Kemampuannya dalam manajemen data dan kemudahan dalam pengoperasiannya membuat RDBMS ini menjadi pilihan para database administrator. DBMS merupakan suatu sistem perangkat lunak yang memungkinkan user (pengguna) membuat, memelihara, mengontrol, dan mengakses database secara praktis dan efisien. Dengan DBMS, user akan lebih mudah mengontrol dan mamanipulasi data yang ada. Sedangkan RDBMS atau Relationship Database Management System merupakan salah satu jenis DBMS yang mendukung adanya relationship atau hubungan antar table. RDBMS (Relational Database Management System) adalah perangkat lunak untuk membuat dan mengelola database, sering juga disebut sebagai database engine. Istilah RDBMS, database server-software, dan database engine mengacu ke hal yang sama, sedangkan RDBMS bukanlah database. Beberapa contoh dari RDBMS diantaranya Oracle, Ms SQL Server, MySQL, DB2, Ms Access. D. Aktifitas Pembelajaran: Mengamati Berbagai Ragam Jenis DBMS Dalam kegiatan ini peserta diklat akan melakukan pengamatan terhadap ragam jenis DBMS secara berkelompok. Bacalah seluruh langkah pengamatan dibawah ini kemudian lakukan dengan cermat dan teliti dengan perangkat yang telah disediakan. 1. Bentuk kelompok diskusi setiap kelompok terdiri dari tiga orang. 109 2. Dengan menggunakan fasilitas internet carilah sumber bacaan, tulis alamat situsnya dan buat ringkasan yang menjelaskan tentang aturanaturan RDBMS (Hukum Codd) dan catat hasilnya pada LK 8.1. 3. Menganalisis berbagai ragam jenis DBMS (My SQL, SQL Server, ORACLE, dll). Untuk setiap DBMS diskusikan dan deskripsikan tentang: 1) Industri/manufaktur pembuat 2) versi/release tahun mengeluarkan DBMS 3) fitur-fitur yang ada dalam DBMS 4) Diagram atau gambar arsitektur DBMS. 5) kelebihan atau kekurangan setiap DBMS. Catat hasilnya pada LK 8.2. 4. Berdasarkan hasil langkah 3, Tulis perbedaan berbagai ragam jenis DBMS tersebut dengan menggunakan chek list dan tentukan kriteria atau parameternya (fitur-fiturnya). Catat hasilnya pada LK 8.3. 5. Pilih salah satu perangkat Lunak DBMS, pasang dan konfigurasi perangkat di komputer atau laptop. Catat hasilnya pada LK 8.4. 6. Dengan menggunakan fitur visual DBMS buatlah database relasional sesuai rancangan yang telah saudara buat (kegiatan pembelajaran 4 dan 5). Tuliskan / capture struktur tabel basis datanya (kamus data). Catat hasilnya pada LK 8.5. 7. Gambarkan atau capture diagram relasi tabel basis datanya dengan menggunakan fitur visual perangkat DBMS. Tulispada LK 8.6.! 8. Kumpulkan data dan analisis data menggunakan analisis diskriptif. 9. Komunikasikan hasilnya dalam kelompok dan buatlah kesimpulan. 10. Presentasikan hasil diskusi bersama-sama dengan kelompok lainnya dan Tutor / Widyaiswara pendamping. E. Latihan 1. Penyimpanan data dalam bentuk DBMS mempunyai banyak manfaat dan kelebihan dibandingkan dengan penyimpanan dalam bentuk flat file, antara lain adalah dapat mengatasi masalah redudansi yaitu berulangnya data atau kumpulan data yang sama dalam suatu basis data. Hal tersebut merupakan kelebihan DBMS yang berkaitan dengan . . . . . . a) Integritas data b) Independensi data 110 c) Performansi data d) Keamanan data 2. Salah satu tujuan penggunaan basis data adalah mengurangi adanya informasi atau data yang tidak lengkap baik relatif terhadap kebutuhan pemakai maupun terhadap waktu. Hal ini dapat dilakukan melalui penambahan record-record data, perubahan struktur basis data, menambah field pada tabel atau menambah tabel baru. Tujuan penggunaan basis data ini berkaitan dengan karakteristik . . . . a) Completeness b) Availability c) Sharability d) Accuracy 3. Salah satu kriteria yang dapat dijadikan acuan dalam mengukur kinerja perangkat lunak sistem manajemen basis data adalah berkaitan dengan kemampuan dalam hal perijinan akses user dengan sistem perijinan yang mendetail, sandi terenkripsi dan berlapis-lapis. Kriteria atau performa tersebut adalah . . . a) Portabilitas sistem b) Performance Tuning sistem c) Keamanan sistem d) Multi-user sistem F. Rangkuman Sistem manajemen basis data (database management system, DBMS), atau sering disingkat SMBD, adalah suatu sistem atau perangkat lunak yang dirancang untuk mengelola suatu basis data dan menjalankan operasi terhadap data yang diminta banyak pengguna. Sebuah sistem manajemen basis data relasional atau dikenal sebagai relational database management system (RDBMS) adalah sebuah program komputer (atau secara lebih tipikal adalah seperangkat program komputer) yang dirancang untuk mengatur atau mengelola sebuah basis data sebagai sekumpulan data yang disimpan secara terstruktur, dan melakukan operasioperasi data atas permintaan penggunanya. 111 Hukum cood adalah suatu ketentuan atau aturan dan definisi standar dari sebuah sistem basis data relasional, yang diperkenalkan oleh Edgar F. Codd. Hukum Codd terdiri dari dua belas kriteria atau ketentuan. Software atau perangkat lunak DBMS yang sering digunakan dalam aplikasi program dan sangat populer adalah MySQL, MS SQL Server, Oracle, IBM DB/2, dan PostgreSQL DBMS yang bersifat open source: antara lain : Cloudscape, Derby, Firebird, H2, HSQLDB, Ingres, MaxDB, MonetDB, MySQL, PostgreSQL, SQLite, tdbengine G. Umpan Balik 1. Apakah saudara sudah mampu menganalisis ragam jenis perangkat lunak sistem management basis data dan berapa prosen tingkat pencapaian kompetensinya? 2. Apakah saudara sudah mampu membedakan ragam jenis perangkat lunak Sistem manajemen basis data? H. Kunci Jawaban 1) A 2) A 3) C 112 EVALUASI 1. Arsitektur basis data tiga schema yang mendefinisikan pandangan data terhadap sekelompok pemakai (local view) dengan menyembunyikan data lain yang tidak diperlukan oleh kelompok pemakai tersebut adalah . . . . . . A Level eksternal B Level internal C Level konseptual D Level logical 2. Suatu model data merupkan model data berbasis obyek, menekankan pada prosedur, sub rutin untuk mendapatkan logika program, hubungan antar proses objek-objek dan data yang terlibat dalam sistem adalah . . . . A) Functional data model B) Semantic Data Model C) Relational Model D) Hierarchi Model 3. Berdasarkan karakteristiknya diagram aplikasi sistem basis data dibawah ini menerapkan prinsip . . . . . . A B C D Arsitektur Multi Tier Arsitektur three Tier Arsitektur DDBMS Arsitektur parallel 4. Dalam entity relathionship model yang merupakan kumpulan entitas dalam bentuk data fisik adalah . . . . . . a) Department, Pegawai, Penjualan b) Pekerjaan, Mata_Pelajaran, Peminjaman c) Pembelian, Pegawai, Departement d) Mobil, Pegawai, Peserta_Diklat 5. Tugas dari komputer server pada arsitektur aplikasi sistem manajemen basis data client-server adalah . . . . . . A. Mengatur tampilan user Interface dan memberikan respon balik ke user 113 B. Memeriksa autorisasi, Otentikasi pemakai, integrasi dan pemeliharaan data dictionary C. Menerima dan memeriksa perintah-perintah atau syntax masukan dari user D. Membangun (Generates) permintaan basis data dan mengirimkannya ke server 6. Dari deskripsi basis data disebutkan bahwa: “Setiap Departemen harus dikepalai oleh seorang pegawai “ Pernyataan paling tepat yang menjelaskan batasan partisipasi relasi antara departemen dan pegawai adalah . . . . . . A. Partisipasi parsial -- relasi disisi departemen B. Partisipasi total -- relasi disisi departemen C. Partisipasi parsial -- relasi disisi pegawai D. Partisipasi total -- relasi disisi pegawai 7. Dari analisis tabel didapatkan kesimpulan sebagai berikut: • Data dibentuk dalam satu record demi satu record dan nilai dari field field berupa "atomic value", tidak dapat dibagi-bagi lagi. • Tidak ada set atribute yang berulang ulang atau atribute bernilai ganda (multivalue). • Tidak ada set atribut composite atau kombinasinya dalam domain data yang sama. Dilihat dari bentuknya tabel tersebut adalah .... a) 1st Normal Form b) 2nd Normal Form c) 3rd Normal Form d) Unnormalized Form 8. Suatu Relasi R mempunyai atribute S, T dan U. Pernyataan yang benar tentang atribut U pada relasi R dikatakan tergantung transitif pada atribut S adalah . . . . . . A. Jika T --> S dan U --> T maka U --> S B. Jika S --> T dan T --> U maka S --> U C. Jika S --> U dan U --> T maka S --> U D. jika T --> S dan T --> U maka U --> S 114 PENUTUP A. Kesimpulan Desain sistem basis data merupakan salah satu modul diklat PKB level dasar yang harus dikuasai oleh guru produktif Rekayasa perangkat Lunak. Melalui modul ini peserta diklat diharapkan mampu memiliki kompetensi dalam merancang sistem basis data. Proses perancangan sistem basis data diawali dengan pemahaman konsep ragam model struktur dan arsitektur aplikasi sistem basis data melalui aktifitas observasi dan analisis. Hasil dari perancangan bertujuan untuk mendapatkan sistem basis data yang baik dan benar dengan menerapkan teknik normalisasi data dan perancangan ERD. Pendekatan yang dilakukan dalam merancang sistem basis data ini adalah pendekatan praktek dengan mengambil studi kasus sistem database perusahaan. Diakhir modul dengan menggunakan DBMS Oracle database XE peserta dapat mengimplementasikan rancangan basis data (level konseptual) ke dalam aplikasi sistem basis data (level fisik). Dalam mengimplementasikan sistem basis data menitikberatkan kepada penggunaan perangkat GUI yang telah disediakan oleh Oracle database XE. B. Tindak lanjut Modul desain basis data ini memberikan kepada peserta diklat pengetahuan dan ketrampilan dalam merancang sistem basis data. Selain itu juga memberikan sebagian ketrampilan dalam implementasi sistem basis data dengan menggunakan perangkat visual berbasis grafis (GUI). Dengan perangkat grafis pengguna akan mudah dalam pengelolaan basis data. Pada modul berikutnya “sistem manajemen basis data” menitikberatkan kepada ketrampilan dalam menggunakan Bahasa SQL untuk mengelola basis data. Ruang lingkup materi meliputi, Data Definition Language (DDL), Data Manipulation Language (DML) dan Data Control Language (DCL), query, view, privilages. Pengelaolaan data tidak hanya satu tabel tetapi meliputi banyak tabel yang saling berelasi. 115 116 DAFTAR PUSTAKA Ramakrishnan, Ragu dan Gehrke Johannes, (2004), “Sistem manajemen Basis data” Edisi 3, terjemahan, Mc Graw Hill Education, diterbitkan ulang ulang Penerbit Andi, Kusrini, (2007) “Strategi perancangan dan pengelolaan basis data”, penerbit Andi, Yogyakarta Ramon A, Mata Toledo dan Pauline K, Cushman, (2007), “ Schaum Outlines Dasar Dasar Data Base Relasional ”, terjemahan MC Graw Hill Education, Diterbitkan ulang oleh Penerbit Erlangga, Jakarta. --------“The Oracle Database 10g Express Edition Tutorial”, last updated: March 1, 2006 http://www.conceptdraw.com/solution-park/software-erd http://www.oracle.com/technetwork/database/express-edition/database10gxe459378.html 117 118 GLOSARIUM Abstraksi data adalah merupakan tingkatan atau level bagaimana melihat data dalam sistem basis data, sejumlah konsep yang digunakan untuk membuat deskripsi struktur basis data, diwujudkan dalam pemodelan data, melalui deskripsi tersebutdapat ditentukan jenis data dan hubungannya deangan data lain Attribute adalah merupakan karakteristik dari entitas atau relationship, yang menyediakan penjelasan detail entitas atau relationship tersebut. Dalam penerapannya (level fisik) atribut merupakan field atau kolom dari sebuah tabel. Basis Data: adalah kumpulan data yang saling berhubungan yang disimpan secara bersama sedemikian rupa dan tanpa pengulangan (redundancy) yang tidak perlu, untuk memenuhi berbagai kebutuhan Entitas adalah obyek yang mewakili sesuatu dalam dunia nyata dan dapat dibedakan antara satu dengan lainnya (unique). Entitas dapat berupa: Data Fisik (seperti mobil, rumah, manusia, pegawai), abstrak atau konsep (seperti department, pekerjaan, mata pelajaran) dan Kejadian (pembelian, penjualan, peminjaman) Key attributeadalah suatu atribut yang menandakan kunci dari suatu entitas dan bersifat atau mempunyai nilai unik sehingga dapat digunakan untuk membedakan data pada suatu baris atau record dengan baris lain pada suatu entitas Pemodelan dataadalah merupakan sarana untuk melakukan abstraksi data dan sejumlah konsep untuk membuat deskripsi stuktur basis data. Terdapat sejumlah cara dalam merepresentasikan model dalam perancangan basis 119 data. Secara umum dikelompokkan menjadi dua yaitu: Object based logical model dan Record-based logical model Sistem manajemen basis data (SMBD) adalahatau data base mangemen system (DBMS) merupakan sebuah tatanan (keterpaduan) yang terdiri atas sejumlah komponen-komponen fungsional (komputer) yang saling berhubungan secara bersama-sama, bertujuan untuk memenuhi suatu proses atau pekerjaaan tertentu, program aplikasi yang dibuat dan bekerja dalam satu system Skema basis data atau abstraksi data merupakan deskripsi dari basis data yang spesifikasinya ditentukan dalam tahap perancangan. Arsitektur tiga skema basis data meliputi tiga level yaitu: Level Internal atau skema internal, Level Konseptual (skema konseptual) dan Level eksternal (skema eksternal atau view), Struktur atau arsitektur basis data kumpulan dari komponen-komponen basis data dan hubungan antar komponen tersebut, merupakan serangkaian pengetahuan tentang File, table, field, record indeks, abstraksi dan pemodelan data serta serangkaian konsep yang digunakan untuk membuat deskripsi struktur basis data. Entitas atau Entity adalah obyek yang mewakili sesuatu dalam dunia nyata dan dapat dibedakan antara satu dengan lainnya (unique). Setiap entitas memiliki beberapa atribut yang mendeskripsikan karakteristik dari objek. Simple Attribute atau atomic attribute adalah attribut terkecil yang tidak dapat dibagi-bagi lagi menjadi atribut yang lebih kecil. Composite attribute adalah atribut yang dapat dibagi lagi menjadi beberapa atribut yang lebih kecil. Single value Attribute adalah suatu atribut yang hanya mempunyai satu buah nilai. 120 Multi Value attribute adalah atribut yang dapat memiliki lebih dari satu nilai yang jenisnya sama dari sebuah data tunggal. Derived Attribute atau Atribut Turunan adalah atribut yang nilai-nilainya diperoleh dari pengolahan atau dapat diturunkan dari atribut atau tabel lain yang berhubungan. Key Attribute adalah merupakan suatu atribut yang menandakan kunci dari suatu entitas yang bersifat unik. Key attribute dapat terdiri dari satu atau beberapa atribut yang mempunyai nilai unik sehingga dapat digunakan untuk membedakan data pada suatu baris/record dengan baris lain pada suatu entitas. Super key adalah satu atau gabungan beberapa atribut yang dapat membedakan setiap baris data dalam sebuah tabel secara unik. Candidat Key adalah merupakan superkey yang jumlah atributnya paling sedikit. Primary key adalah suatu candidat key yang dipilih menjadi kunci utama karena sering dijadikan acuan untuk mencari informasi, ringkas, menjadi keunikan suatu baris. Relasi menyatakan hubungan antara dua atau beberapa entitas. Setiap relasi mempunyai batasan (constraint) terhadap kemungkinan kombinasi entitas yang berpartisipasi. Batasan partisipasi atau batasan hubungan entitas menjelaskan bagaimana data itu berelasi, batasan ini menentukan bagaimana (harus ataukah tidak) berpartisipasi suatu entitas dengan relasinya pada entitas lain 121