Academia.eduAcademia.edu

TOKOH DUNIA PENDIDIKAN

TOKOH DUNIA PENDIDIKAN Ki Hajar Dewantara, tokoh pejuang pendidikan Indonesia, terlahir pada 2 Mei 1889. Tanggal kelahirannya di peringati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Beliau terlahir dalam lingkungan keluarga Kraton Yogyakarta dengan nama asli Raden Soewardi Soerjadingrat . Sebagai bangsawan kraton, maka Ki Hajar mendapatkan hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak dari colonial Belanda ketika itu. Beliau berhasil menamatkan sekolah dasar ELS, lalu melanjutkan pendidikannya ke STOVIA, sekolah dokter untuk pelajar Indonesia di Jakarta. Lantaran sakit, Beliau tidak bisa menyelesaikan pendidikannya di STOVIA. Ki Hajar Dewantara tidak lantas vakum karena tidak mampu melanjutkan pendidikannya di STOVIA, Beliau kemudian beralih menjadi wartawan dan menulis untuk beberapa surat kabar. Beliau juga aktif di berbagai kegiatan social dan politik. Tulisan – tulisan Ki Hajar Dewantara mampu membangkitkan semangat anti kolonialisme Belanda. Tulisannya yang terkenal “Seandainya Aku Seorang Belanda” ( judul asli : Als keens Nederlander was ) yang dimuat dalam surat kabar de Expres milik Dr. Douwes, tahun 1913, membuat Belanda marah. Tulisan tersebut merupakan protes atas rencana Belanda untuk mengumpulkan derma dari Indonesia yang ketika itu belum merdeka untuk perayaan kemerdekaan Belanda dari jajahan Prancis. Meski kerap kali membuat Belanda tersinggung, Ki Hajar Dewantara tidak berhenti menulis. Kemarahan Pemerintah Belanda hingga sampai pada puncaknya ketika Gubernur Jendral Idendurg memerintahkan agar Ki Hajar Dewantara di asingkan ke Pulau Bangka tanpa proses peradilan terlebih dahulu. Namun kemudian pengasingan tersebut dialihkan ke negeri Belanda atas permintaan kedua rekan Ki Hajar Dewantara yakni Dr. Douwes Dekkar dan Dr. Cipto Mangonekoesoemo Masa pengasingan di Belanda justru membuat Ki Hajar Dewantara belajar lebih giat. Beliau mendalami bidang pendidikan dan pengajaran hingga akhirnya mendapatkan sertifikat Europeesche Akte, Ki Hajar akhirnya kembali ke tanah air pada 1918. Selanjutnya Beliau memfokuskan diri pada bidang pendidikan sebagai bentuk perjuangan untuk tujuan Indonesia Merdeka. Bentuk perjuangannya Beliau wujudkan dengan mendirikan National Onderwijs Institut Tamansiswa atau lebih dikenal dengan Perguruan Nasional Tamansiswa pada 3 Juli 1922 bersama rekan – rekan seperjuangannya. Tulisan – tulisan Ki Hajar Dewanatara kini tidak lagi bermuansa politik tetapi beralih ke bidang pendidikan dan kebudayaan. Tulisan Beliau berisi tentang konsep pendidikan yang berwawasan kebangsaan, Melalui konsep pendidikan itulah, Beliau meletakkan dasar – dasar bagi pendidikan nasional Indonesia. Ki Hajar Dewantara mempunyai semboyan terkenal tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus menciptakan prakarsa dan ide), dan ing ngarasa sung tulada (didepan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan baik), yang sampai saat ini masih dipertahankan dalam dunia pendidikan kita. Dimasa Indonesia merdeka, Ki Hajar Dewantara diangkat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaaan yang pertama. Beliau juga pernah menjadi anggota parlemen. Di akhir hayatnya, ribuan orang menyemut mengiringi jenazahnya hingga dimakamkan di pemakaman Taman Siswa. Ki Hajar Dewantara dianugerahi sebagai pahlawan Nasional dan tanggal kelahirannya, 2 Mei, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional setiap tahunnya. PENDIDIKAN ITU MAHAL, TAPI TAK SEMAHAL NIAT DAN TEKAD KITA Ada pepatah mengatakan “tuntutlah ilmu sampai ke negeri cina”. Pepatah itu memang mungkin benar adanya. Namun, faktanya yang terjadi banyak orang yang kurang begitu tahu mengenai arti sesungguhnya pepatah tersebut. Banyak orang (remaja terutama) yang belum memiliki mental yang kuat selalu beranggapan bahwa menuntut ilmu cukup sampai di SMA/SMK sederajat setelah itu bekerja. Mereka tak menyadari ada jenjang yang lebih tinggi lagi yang bisa menjadi batu loncatan kita mendapatkan kesuksesan. Tak sedikit pula beranggapan meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi adalah sesuatu hal yang mahal. Faktor ekonomi memang menjadi penyebab utama dari semua masalah tersebut. Di Negara Indonesia ini kebanyakan adalah kalangan menegah ke bawah. Sehingga mereka lebih mementingkan hidupnya sekarang yang susah ketimbang susah dirasa begitu dalam sekarang namun menyimpan kesuksesan di masa mendatang. Bebarapa tahun lalu, ketika saya menuju bangku kuliah pertama kali setelah diterima di salah satu PTN. Ada cerita unik dibalik kisah saya dan keluarga saya dalam menghadapi masalah ini. Keluarga saya adalah keluarga yang pas – pasan. Meski ada program bidik misi yang menggratiskan biaya kuliah bahkan diberi biaya hidup, Namun tak bisa ku ambil. Mengingat propesi ayah saya adalah seorang (PNS). Selain itu, pandangan hidup ku yang selalau memikirkan bahwa “Meski Kita Susah, Tapi Masih Ada Yang Di Bawah Kita”. Dari si itulah saya mengambil kesimpulan bahwa susah bukan berarti merasa sedih . Dengan diterimanya saya di salah satu (PTN) dengan jalur biasa, bukan rahasia lagi kalau masuk kuliah harus menyiapkan dana yang begitu besar. Apalagi waktu itu, keluarga ku sedang memiliki hutang yang begitu besar untuk acara pernikahan kakak ku. Jarak yang begitu singkat antara pengumuman hasil seleksi san pembayaran pertama yang mencapai belasan juta, orang tua saya harus memutar otaknya sedalam mungkin agar saya bisa meneruskan ke jenjang yang tinggi. Akhirnya dengan ikhlas kakak ku satunya menawarkan kepada orang tua ku agar sepeda motornya dijula untuk biaya masuk kuliah adiknya yaitu aku. Walau sebenarnya ibu tidak tega karena saat itu kakak ku bekerja sebagai karyawan kotrak saja. Akhirnya sepeda motor itu dijual dan aku bisa masuk ke Pendidikan Tinggi. Sekarang aku bersyukur masih bisa bertahan untuk kuliah ditengah himpitan ekonomi yang semakin menjadi – jadi. Selanjutnya aku bisa meyimpulkan bahwa “ PENDIDKAN ITU MAHAL, TAPI TAK SEMAHAL DENGAN NIAT DAN TEKAD KITA”. BERBURU BEASISWA MENCARI ILMU SETINGGI LANGIT Salam kenal untuk sobat ! Perkenalan, saya Nabhan F Choiron, lahir dan besar di Malang Sebelumnya, saya menempuh pendidikan SI di Universitas Negeri Malang jurusan Sabtra Inggris. Waktu kuliah SI, saya mendapat beasiswa BMU (Dari pemerintah untuk lulusan SMA yang ingin melanjutkan kuliah SI) untuk tahun pertama, dan selanjutnya sampai selesai kuliah saya juga menerima beasiswa IKABIMA (Ikatan Alumni Bahasa Inggris Malang). Kemudian, selesai studi SI saya lalu melanjutkan kuliah S2 program Master In Perfoming Arts Studies Program Erasmus Mundas Di Belgia, Perancis dan Spanyol dengan Beasiswa Dikti. Apa kelebihan dari kampus tempat Nabhan kuliah ketika di Belgia dan Perancis ? Mungkin dari segi fasilitas, kenyamanan, birokrasi, atau hal lainnya. Menurut pengalaman saya selama berkuliah di Belgia dan Perancis, jika dibandingkan dengan berkuliah di Indonesia adalah pada dasarnya sama saja. Pendidikan di Indonesia saai ini sudah semakin menunjukkan kemajuan dari kualitas pengajaran disbanding dengan kampus luar negeri pada umumnya. Dari segi birokasi pun menurut saya sama saja, sama susah dimana – mana. Setiap kampus mempunyai jalur birokasi yang pastinya berbeda dengan kampus lain. Kebetulan saya sempat berkuliah di (Tiga kampus) bahkan Negara yang berbeda. Saya menemui pengalaman yang berbeda pula dari setiap birokasi kampus. Namun, yang paling mengesankan dan tak akan lupa saat saya belajar di kampus Perancis. Birokasi di kampus Perancis terutama kampus saya waktu itu sungguhlah rumit dan mengurus emosi serta tenaga. Orang – orang Perancis yang kaku dengan sistemnya yang boleh dikatakan lebih (organized) dari pada kampus saya di Belgia. Namun, kurang (fleksibel) saat ada permasalahan yang saya hadapi sebagai (Mahasiswa Internasional), Sehinga membuat frustasi. Karena saya tidak bisa memegang kartu Mahasiswa Selama (Satu Semester) dimana Kartu Mahasiswa adalah satu – satunya akses untuk memakai fasilitas kampus, perpustakaan, dan pembayaran makan di kantin. Namun, dari segi fasilitas yang ada, baik di Belgia dan Perancis; Seperti akses julnal yang sangat membantu para scholar mengerjakan penelitian atau tugas, akses leisure atau ekstrakurikuler kampus yang terintegrasi, koleksi perpustakaan, dan beberapa hal lainnya, belum saya temui di Universitas di Indonesia. Alasan apa yang mendasari Nabhan untuk mengambil jurusan yang ditekuni saat ini? Apakah pernah mengalami kesulitan? Jika pernah, lalu bagaimana cara kamu mengatasinya? Kebetualan saya mengambil jurusan (Perfoming Arts Studies). Alasan awal saya mengambil jurusan tersebut karena saya memang tertarik dan ingin belajar lebih jauh mengenai dunia seni pertunjukkan, dimana juga saya masih jarang menemui orang yang belajar seni pertunjukkan di Eropa. Mungkin karena saya bisa dibilang baru di dunia seni pertunjukkan, mengingat saya bukan dari lulusan seni melainkan Sastra. Saat saya belajar sastra ada mata kuliah drama, dan saya tertarik untuk lebih konsentrasi di bidang tersebut. Banyak kesulitan yang saya hadapi, terutama saat awal – awal perkulihan. Ternyata ilmu tentang dunia seni pertunjukkan saya masih jauh dari teman – teman seperkulihan saya, terutama jika di banding dengan Mahasiswa Eropa lainnya yang memang sudah malang – melintang di dunia teater dan tari. Banyak yang harus saya kejar supaya tidak tertinggal dari teman yang lain. Namun, kendala terbesar yang saya hadapi waktu itu adalah bahasa. Mengingat semua perkulihan di kampus saya adalah bahasa Perancis dimana saya tidak memiliki dasar bahasa tersebut, saya juga tak pernah mengambil kursus khusus bahasa Perancis sebelum berangkat. Sebenarnya saya diharuskan datang (satu bulan) sebelum perkulihan di mulai untuk mendapatkan bekal kursus bahasa intensif di Brussels waktu itu, Namun saya ada masalah dengan aplikasi visa saya, sehingga saya datang di Brussels cukup terlambat dan tidak ada persiapan bahasa Perancis yang memadai. Saya sendiri pun seorang lulusan Sastra Inggris. Namun, dengan jam belajar yang lebih, banyak membaca buku bahasa Perancis di luar jam kuliah, serta banyak diskusi dan bertanya kepada teman – teman sekelas yang kebetulan baik semua, Alhamdulillah akhirnya bisa lulus semua mata kuliah yang diujikan. Walau ada satu mata kuliah yang saya harus sampai mengulang (empat kali), karena propesornya yang secara personal memang susah, dan mata kuliahnya yang super susah, berhubungan Mahasiswa local pun banyak yang baru bisa lulus setelah ujian kedua. Bagaimana sistem perkulihan dan kurikulum pendidikan di Belgia dan Perancis, Apakah ada perbedaan yang mencolok dengan Indonesia? Saya rasa, sistem perkulihan hampir sama secara umum, baik di Indonesia, Belgia dan Perancis. Kadang yang membuat berbeda adalah sistem Universitas, lingkungan serta dosen pengampu mata kuliah itu sendiri. Hanya saja di Belgia misalnya, absen tidak begitu penting pada umumnya, tidak seperti di Perancis yang absen sepertinya mempengaruhi nilai akhir Mahasiswa. Di Belgia bisa saja datang pada saat ujian dan lulus jika memang bisa. Kecuali mata kuliah praktik yang memang butuh kehadiran setiap siswa. Berbeda dengan di Perancis, Mahasiswa di absen satu persatu, sehingga dosen lebih kenal dengan siswanya. Saya rasa sama dengan di Indonesia, ada kampus yang absen merupakan hal penting ada yang tidak. Seperti kampus saya sewaktu berkuliah di Universitas Negeri Malang, setiap dosen memanggil nama list Mahasiswanya. Bagaimana karakter dosen dalam menyampaikan mata kuliah ketika di Belgia dan Perancis? Menurut saya, karakter dosen kembali lagi ke personal masing – masing dosen. Sama saja dengan di Indonesia. Tapi, secara general boleh saya bilang hubungan dosen dan Mahasiswa di luar lebih fleksibel dan tidak terkesan ada batas, bisa saja dosen menjadi teman. Namun, situasi secara kultural juga mendukung, masing – masing bisa menempatkan posisi sebagai Mahasiswa dosen atau teman di waktu yang tepat. Walau di Indonesia saya juga temui dosen yang lebih bersahabat dengan Mahasiswa, tetapi masih saya temui Mahasiswa yang tidak bisa menempatkan posisi yang semestinya sebagai seorang Mahasiswa. Bagaimana cara menentukan Kartu Rencana Studi, yang biasa kalau di Indonesia dikenal dengan KRS, entah itu di Belgia dan Perancis? Secara umum sepertinya sudah sama proses (KRS) di Indonesia dan luar negeri, khususnya Belgia dan Perancis. Yang membedakan tentu saja istilah di masing – masing kampus tersebut, dan mungkin sistem informasi yang sudah berjalan di masing – masing kampus. Mungkin juga kembali dari informasi yang sudah terintegrasi dan sistematis, membuat (KRS) di Belgia dan Perancis terlihat lebih mudah, dan bisa dilakukan dimana saja melalui online ineternet. Bagaimana perbandingan karakteristik dari masyarakat Belgia dan Perancis? Pada umunya masyarakat Belgia lebih (open) terhadap perbedaan dari pada di Perancis. Di Belgia menurut saya orang lebih terbuka terhadap perbedaan. Mengingat mungkin orang Belgia sendiri sudah terdiri dai (dua) bahasa sebagai bahasa resmi, yaitu (Flemish Belanda) dan Perancis. Bisa ditemui orang Hitam berteman akrab dengan orang kulit putih, Banyak perempuan berjilbab juga bersekolah di sekolah public, dan masih banyak lagi. Sedangkan di Perancis, orang lebih tertutup terhadap orang baru. Lebih susah mencari dan (make friends) dengan orang Perancis. Walau pun kalau sudah menjadi teman baik, itu lain cerita. Tetapi di Belgia masyarakatnya lebih (welcome) terhadap orang baru. Bagaimana Kebudayaan Pemuda Di Belgia Dan Perancis? Khususnya Yang Masih Sebaya Dengan Nabhan? Pada umumnya kehidupan pemuda Perancis dan Belgia sama saja mungkin dengan Indonesia. Pemuda-pemuda seumuran saya ada yang sudah mulai bekerja dan meniti karir, ada juga yang masih sibuk menuntut ilmu dan berkarya. Ada juga pemuda-pemuda di sini suka traveling serta tidak takut untuk mencoba hal-hal yang baru. Pengalaman Menarik Apa Yang Tidak Pernah Bisa Diperlupakan Selama Di Belgia Dan Perancis? Susah kalau ditanya pengalaman menarik. Karena setiap pengalaman menurut saya unik, baik pengalaman yang menyenangkan atau yang menyebabkan. Tetapi mungkin pengalaman menari saat menghibur para orang tua di sebuah panti jompo di Coruna Spain bersama keempat teman saya yang menghadiri workshop international merupakan pengalaman yang terbaik. Tarian karnaval Baranquilla Columbia yang mendatangkan langsung dari seorang carnavaler/penari dari Kolumbia, bersama-sama kita membuat pertunjukkan di sebuah panti jompo. Berbuat sesuatu terutama menghibur orang lain menurut saya merupakan pengalaman yang menarik,. Atau mungkin berkeliling Laut Mediterania, Teluk Baie Des Ange Nice Perancis di malam hari menggunakan perahu. Kebetulan saya kenal dengan salah seorang pemilik perusahaan kapal di Inggris dan organisasi Encompass Trust yang kebetulan tinggal di Nice Perancis selatan. Melihat Nice malam dari arah laut merupakan pengalaman yang menarik juga, sambil belajar menahkoda kapal. Prestasi Di Australia Satu lagi Mahasiswa Indonesia di Australia menunjukkan prestasinya. Harryadi Irwan, Mahasiswa di Wiliam Angliss Institute di Melbourna, masuk dalam nominasi Pelajar Paling Inspiratif 2015 di Australia. Penghargaan ini diselenggarakan oleh dewan Pelajar Internasional Australia (Council of Internasional Students Australia, CISA) sebuah lembaga yang membawahi para Mahasiswa Internasional di Australia. Selain Harryadi, dalam kategori pelajar paling inspiratif ini ada (emapat) Mahasiswa lainnya yaitu: Wen Kai Tony Wang asal China di University of Melbourna, Huong Dang asal Vietnam di Swinburne University of Technology, Saraswathy Varatharajullu dari Singapura di University of Tasmania, dan Sahil Puri Dari India di Victoria University. Dalam perbincangan dengan wartawan ABC Australia Plus Indonesia L. Sastra Wijaya hari Rabu (24/6) malam lalu, Harryadi mengatakan dia bangga bisa masuk dalam nominasi sebagai Mahasiswa Ineternasional paling inspiratf se-Australia tersebut. Pengumuman pemenang akan dilakukan (delapan) Juli mendatang di Melbourne. “Saya tidak tahu apakah akan menang atau tidak. Nominasi lain juga bagus-bagus. Namun sudah nisa masuk dalam (lima) besar saja sudah merupakan kebaggaan,” kaat Harry. Harryadi sebelumnya sudah mendapat penghargaan sebagai Mahasiswa Internasional terbaik di Negara Bagian Victoria tahun 2014. “Saya seorang yanag masuk dalam nominasi Houng Dang dari Vietnam juga pernah menjadi Mahasiswa Internasional terbaik Victoria. Dia menang di tahun 2013,” tambah Harry. Selain melanjutkan kuliah di Wiliam Angliss Insitute, menurut Harryadi, sejak menerima penghargaan sebagai Mahasiswa terbaik se-Victoria, dia melanjutkan banyak kegiatan untuk membantu Mahasiswa lain dan juga mempromosikan sekolahannya. “Saya menjadi pembicara dalam berbagai kegitan baik di dalam maupun di luar kampus. Utamanya berbagai pengalaman dengan Mahasiswa Internasional lainnya. Saya juga terlibat dalam program mentoring di Wiliam Angliss,” kata Mahasiswa asal Pontianak (Kalimantan Barat) tersebut. Selain Harryadi Irawan, dalam nominasi CISA tahun 2015, juga terdapat Mahasiswa asal Indonesia lainnya. Untuk kategori pelajar terbaik dari sekolah kejuruan (VET/TAPE), Dharumawan Santosa dari Eynesbury College di Adelaide Selatan masuk dalam nominasi, sementara itu dalam kategori Asossiasi Pelajar Terbaik, Persatuan Pelajar Indonesia Australia (PPIA) juga masuk dalam nominasi. (PPIA) masuk dalam nominasi, bersama dengan Klub Pelajar Internasional Charles Sturt University (CSU ISC), Aossiasi Pelajar Afghanistan University Queensland (AFSA UQ), Federasi Pelajar Internasional Australia (AFIS), dan Dewan Pelajar Internasional Malaysia di Australia (MASCA). Cinta Laura (lahir di Quakenbruck, Jerman, 17 Agustus 1993; Umur 23 tahun) adalah aktris dan penyanyi muda Indonesia yang saat ini mulai berkarier di dunia Internasinoal. Cita mulai dikenal di masyarakat saat membintangi sinetron Cinderella (Apakah Cinta Hanyalah Mimpi)?. Cinta mendapatkan penghargaan SCTV Awards dalam kategori “ Aktris Ngetop “ pada tahun 2007. Setelah sukses mendapatkan penghargaan, ia juga menjadi pemeran utama dalam sinetron keduanya yaitu Upik Abu dan Laura yang diproduksi oleh Sinemart yang ditayangkan di RCTI. Dalam hal ini, Cinta memberikan sesuatu yang baru, yaitu ia merekam sebuah lagu berjudul “You Say Aku” yang menjadi soundtrack sinetron tersebut. Cinta Laura juga membintangi film layar lebar, Oh Baby yang diproduksi oleh MD Picture pada tahun 2008. Dalam film tersebut, Cinta diharuskan berakting dan mencari. Cinta juga mendalami dunia tarik suara dengan menyanyikan dua lagu dalam soundtrack film ini, “Oh Baby” We Can Do It.” Setelah mencoba kemampuannya dengan belajar oleh vocal dan sempat tampil sepanggung dengan Ahamd Dhani menyanyikan lagu “Umbrella” milik Rihanna dalam SCTV Awarda, Cinta akhirnya mulai rekaman sebuah lagu bersama Duo Maia dalam lagu “Penghianat Cinta”. Album studio pertamanya sendiri yaitu berjudul Cinta Laura (self titled) dirilia pada tahun 2010, Album ini terjual lebih dari (Satu) juta keeping CD. Untuk mempromosikan album ini, Cinta Laura mengeluarkan beberapa single yaitu “Cinta atau Uang”, “Shoot Me”. Dan “Guardian Angel” yang menduduki posisi nomor teratas di beberapa tangga lagu radio dan televisi nasional. Melalui album studio pertamanya ini juga, Cinta memperoleh multi platinum Awards. Lagu “Cinta atau Uang” sendiri juga merupakan soundtrack film Seleb Kota Jogja (SKJ) yang juga ia bintangi pada tahun 2010. Tak hanya mengutamakan dunia hiburan, setelah lulus bersekolah di Jakarta International School dan mendapatkan nilai A, ia melanjutkan studinya di Colombia Unversity, Amerika. Untuk menyukseskan karier Cinta Laura dalam industry music, ia berduet dengan Guy Sebastian., penyanyi Ausralia dala, lagu “Who’s That Girl” yang dirilis pada tahun 2011. Album ini terdapat dua single yaitu “Tulalit” dan “All Of My Life”. Selain itu, ia juga membintangi di seluruh bioskop dunia. Saat liburan dari kuliahnya di Amerika, Cinta juga tampil dalam beberapa acara televise, khususnya Yuk Keep Smile, TransTV. Pada Ajang Piala Oscar 2014, Cinta Laura juga menghadiri acara penghargaan perfilman dunia tersebut dengan mengenakan pakaian batik khas Indonesia. Cinta juga telah lulus dengan gelar kehormatan cum laude dari University Columbia, New York. Cinta meraih dua gelar sarjana sekaligus hanya dalam waktu tuga tahun. Perjalanan hidup seorang B,J Habibie Vidi Albino (lahir di Jakarta, 29 Maret 1990; umur 26 tahun; umur 26 tahun; terlahir dengan nama Oxavia Aldiano) adalah seorang pennyanyi berkebangsaan Indonesia. Vidi telah mengeluarkan album yang berjudul Pelangi di Malam Hari, Lelaki Pilihan dan Yang Kedua. Vidi juga pernah mengikuti festival Java Jazz 2005. Vidi juga membawakan beberapa lagu daur ulang berjudul Cinta Jangan Kau Pergi yang pernah dipopulerkan oleh Sheila Madjid dan Nuansa Bening yang dipopulerkan oleh Keenam Nasution. Vidi Albino dipercaya oleh Susilo Bambang Yudhoyono untuk membawakan lagu ciptaannya yang berjudul Jiwaku Terang Di Malam Itu. Vidi Albino memiliki fans club bernama VIDIES. Ia memulai debut aktingnya dalam Drama musikal (Stereo (serial televise), yang ditayangkan di stasiun televise NET. Pendidikan Sunting Sumber : SD Al Azhar 4 (1996-2002) SMP Al Azhar 3 (2002- 2005 SMA Al Azhar 1 (2005-2008) Universitas Pelit Harapan jurusan Management (2009-2013) Berklee College pf Music University og Manachaster (2013-2014) Biografi B.J Habibie – Banyak orang mencari mengenai kisah, profil atau biografi singkat B.J Habibie. Dia adalah salah satu tokoh panutan dan menjadi kebanggaan bagi banyak orang di Indonesia dan juga Presiden ketiga Republik Indonesia, dialah Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Nacharuddin jusuf Habibie dilahirkan di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada taggal 25 juni 1936. Beliau merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowaedojo. Habibie yang menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tnggal 12 Mei 1962 ini dikarunia dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareg Kemal. Masa kecil Habibie dilalui bersama saudara-saudaranya di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Sifat tegas berpegang pada prinsip telah ditunjukkan Habibie sejak kanak-kanak. Habibie yang punya kegemaran menunggang kuda dan membaca ini dikenal sangat cerdas ketika masih menduduki sekolah dasar, namun ia harus kehilangan bapaknya yang meninggal dunia pada 3 September 1950 karena terkena serangan jantung saat ia sedang shalat Isya. Tak lama setelah ayanhnya meninggal, Ibunya kemudian menjual rumah dan kendaraannya dan pindah ke Bandung bersama Habibie, seoeninggal ayahnya, ibunya membanting tulang membiayai kehidupan anak-anaknya terutama Habibie. Karena kemauan untuk belajar Habibie kemudian menuntut ilmu di Gourverments Middlebare School. Di SMA, beliau mulai tampak menonjol prestasinya, terutama dalam pelajaran-pelajaran eksakta. Habibie menjadi sosok favorit di sekolahanya. Masuk ITB dan Kuliah di Jerman, Karena kecerdasannya, Setelah tamat SMA di bandung tahun 1954, beliau masuk ITB (Institut Teknologi Bandung), Ia tidak sampai selesai disana karena beliau mendapatkan beasiswa dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk melanjutkan kuliahnya di Jerman, karena mengingat pesan Bung Karno tentang Penerbangan dengan spesialisasi Kontruksi pesawat terbang di Rhein Westfalen Aachen Tecnische Hochschule (RWTH). Ketika sampai di Jerman, beliau sudah bertekad untuk sungguh-sungguh dirantau dan harus sukses, dengan mengingat jerih payah ibunya yang membiayai kuliah dan kelhidupanya sehari-hari. Beberapa tahun kemudian, pada tahun 1955 di Achean, 99% Mahasiswa Indonesia yang belajar di sana diberikan beasiswa penuh. Hanya beliaulah yang memiliki paspor hijau atau swasta dari pada teman-temannya yang lain. Musim liburan bukan liburan lagi bagi beliau justru kesempetan emas yang harus di isi dengan ujian dan mencari uang untuk membeli buku. Sehabis masa libur, semua kegitan disampingkan kecuali belajar. Berbeda dengan teman-temanya yang lain, mereka; lebih banyak menggunakan waktu liburan musim panas untuk bekerja, mencari pengalaman dan uang tanpa mengikuti ujian. Beliau mendapat gelar Diploma ing, dari Technische Hochshule, jerman tahun 1960 dengan predikat Cumlaude (Sempurna) dengan nilai rata-rata 9,5 Dengan gelar insinyur, beliau mendaftar diri untuk bekerja di Firma Talbot, sebuah industry kereta api Jerman.