BAHAN AJAR
Mata Kuliah
Kode MK
Semester
Pengampu
I.
:
:
:
:
Asuhan Kebidanan II (Asuhan Persalinan)
Bd. 302
III
Gita Kostania, S.ST, M.Kes.
Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan pada ibu bersalin pada setiap
tahapan persalinan.
II. Tujuan Pembelajaran
1.
Mahasiswa dapat menjelaskan pemantauan kemajuan persalinan,
kesejahteraan ibu dan janin pada kala 1 dengan tepat
2.
Mahasiswa dapat menjelaskan persiapan persalinan dengan tepat
3.
Mahasiswa dapat menjelaskan tanda bahaya kala 1 dengan tepat.
III. Materi
1.
Pemantauan kemajuan persalinan, kesejahteraan ibu dan janin
2.
Persiapan persalinan
3.
Tanda bahaya kala 1
IV. Uraian Materi
1. Pemantauan Kemajuan Persalinan, Kesejahteraan Ibu
dan Janin
Pemantauan Kemajuan Persalinan
Kemajuan persalinan ditandai dengan meningkatnya effacement dan
dilatasi cerviks yang diketahui melalui pemeriksaan dalam. Pemeriksaan
dalam dilakukan setiap 4 jam sekali atau apabila ada indikasi
(meningkatnya frekuensi dan durasi serta intensitas kontraksi, dan ada
tanda gejala kala 2).
1
Gita K/ Askeb II/2012
Selain effacement dan dilatasi cerviks, kemajuan persalinan dapat dinilai
dari penurunan, fleksi, dan rotasi kepala janin. Penurunan kepala dapat
diketahui dengan pemeriksaan abdomen (palpasi) dan atau pemeriksaan
dalam.
Pemantauan Kesejahteraan Ibu
Kesejahteraan ibu selama proses persalinan harus selalu dipantau, karena
reaksi ibu terhadap persalinan dapat bervariasi.
Pemantauan kesejahteraan ibu selama kala 1 disesuaikan dengan tahapan
pesalinan yang sedang dilaluinya, apakah ibu sedang dalam fase aktif
ataukah masih dalam fase laten persalinan. Pemantauan meliputi:
frekuensi nadi, suhu tubuh, tekanan darah, urinalisis, keseimbangan cairan,
pemeriksaan abdomen, dan pemeriksaan jalan lahir.
1) Frekuensi Nadi
Frekuensi nadi merupakan indikator yang baik dari kondisi fisik umum ibu.
Frekuensi nadi normal berkisar antara 60 – 90 kali per menit. Apabila
frekuensi nadi meingkat lebih dari 100 kali denyutan per menit, maka hal
tersebut dapat mengindikasikan adanya kecemasan yang berlebih, nyeri,
infeksi, ketosis dan atau perdarahan.
Frekuensi nadi pada kala 1 fase laten dihitung setiap 1 – 2 jam sekali, dan
pada kala 1 fase aktif setiap 30 menit.
2) Suhu Tubuh
Suhu tubuh ibu selama proses persalinan harus dijaga agar tetap dalam
kondisi normal (36,50 – 37,50 C).
Apabila terjadi pireksia, maka dapat menjadi indicator terjadinya infeksi,
ketosis, dehidrasi, atau dapat juga berkaitan dengan analgesia epidural.
Pada proses persalinan normal, pameriksaan suhu tubuh ibu pada kala 1
(fase laten dan fase aktif), dilakukan setiap 4 jam sekali.
3) Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan pemeriksaan yang sangat penting dilakukan
karena berhubungan dengan fungsi jantung, sehingga tekanan darah harus
dipantau dengan sangat cermat, terutama setelah diberikan anestesi spinal
atau epidural.
2
Gita K/ Askeb II/2012
Tekanan darah normal pada ibu bersalin cenderung mengalami sedikit
kenaikan dari tekanan darah sebelum proses persalinan, berkaitan dengan
adanya his.
Keadan hipotensi dapat terjadi akibat posisi ibu telentang, syok, atau
anestesi epidural.
Pada ibu yang mengalami pre-eklamsi atau hipertensi esensial selama
kehamilan, proses persalinan akan lebih meningkatkan tekanan darah,
sehingga pemantauan tekanan darah ibu harus lebih sering dan lebih
cermat.
Pada kondisi normal, tekanan darah selama kala 1 (fase laten dan fase
aktif), diukur setiap 2 – 4 jam sekali.
4) Urinalisis
Urin yang dikeluarkan selama proses persalinan harus dipantau, meliputi:
volume, glukosa urin, keton dan protein.
Volume urin berkaitan dengan fungsi ginjal secara keseluruhan, keton
berkaitan dengan adanya kelaparan atau distres maternal jika semua
energi yang ada telah terpakai (kadar keton yang rendah sering terjadi
selama persalinan dan dianggap tidak signifikan), glukosa berkaitan
dengan keadaan diabetes selama kehamilan, dan protein berkaitan
dengan pre-eklamsia atau bisa jadi merupakan kontaminan setelah
ketuban pecah dan atau adanya tanda infeksi urinaria.
5) Keseimbangan Cairan
Keseimbangan cairan dipantau untuk memastikan metabolisme dalam
tubuh ibu selama proses persalinan berjalan dengan baik.
Keseimbangan cairan meliputi kesesuaian antara cairan yang masuk (oral
dan atau intra vena) dan cairan yang keluar (keringat dan urin).
Semua urin yang keluar harus dicatat dengan baik, untuk memastikan
bahwa kandung kemih benar-benar dikosongkan.
Apabila diberikan cairan intra vena, harus dicatat dengan akurat. Yang
menjadi catatan penting adalah berapa banyak cairan yang tersisa jika
kantong infuse diganti dan hanya sebagian yang digunakan.
3
Gita K/ Askeb II/2012
6) Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan abdomen lengkap dilakukan pertama kali saat ibu datang
ke bidan, meliputi: bagian-bagian janin, penurunan kepala, dan
his/kontraksi. Pemeriksaan abdomen dilakukan berulang kali pada interval
tertentu selama kala 1 persalinan untuk mengkaji his dan penurunan
kepala.
Pemeriksaan his/kontraksi meliputi: frekuensi, lama, dan kekuatan
kontraksi harus dicatat dengan baik. Saat kontraksi uterus dimulai, nyeri
tidak akan terjadi selama beberapa detik dan akan hilang kembali di
akhir kontraksi. Untuk itu, pada pemeriksaan kontraksi, tangan bidan
tetap berada di perut ibu selama jangka waktu tertentu (10 menit).
Penurunan bagian terendah janin (presentasi) pada kala 1 persalinan,
hampir selalu dapat diraba dengan palpasi abdomen. Hasil pemeriksaan
dicatat dengan bagian per lima-an (ke-lima tangan pemeriksa), yang
masih dapat dipalpasi di atas pelvis.
Pada ibu primipara, kepala janin biasanya mengalami engagement
sebelum persalinan dimulai. Jika tidak demikian, tinggi kepala harus
diperkirakan dengan sering melalui palpasi abdomen untuk mengobservasi
apakah kepala janin akan dapat melewati pintu atas panggul dengan
bantuan kontraksi yang baik atau tidak.
Setelah kepala mangalami engagement, tonjolan oksipital sekalipun sulit
masih bisa diraba dari atas, tetapi sinsiput masih dapat dipalpasi akibat
adanya fleksi kepala sampai oksiput menyentuh dasar pelvis dan berotasi
ke depan.
7) Pemeriksaan Jalan lahir
Pemeriksaan jalan lahir (pemeriksaan dalam) bertujuan untuk mengetahui
kemajuan persalinan yeng meliputi: effacement dan dilatasi cerviks, serta
penurunan, fleksi dan rotasi kepala janin.
Sesuai evidence baced practice, tidak ada rekomendasi tentang waktu dan
frekuensi dilakukannya pemeriksaan dalam selama perslinan. Tetapi
intervensi ini dapat menimbulkan distress pada ibu, sehingga pemeriksaan
dalam dilakukan berdasarkan indikasi (his, tanda gejala kala 2, dan pecah
ketuban) dan atau dilakukan setiap 4 jam sekali. Semua hasil pemeriksaan
harus dicatat dengan baik.
4
Gita K/ Askeb II/2012
Pemantauan Kesejahteraan Janin
Kondisi janin selama persalinan dapat dikaji dengan mendapatkan
informasi mengenai frekuensi dan pola denyut jantung janin, pH darah
janin dan cairan amniotic. Dalam bahasan ini, hanya akan dibahas
mengenai denyut jantung janin.
Frekuensi denyut jantung janin dapat dikaji secara intermiten dengan
stetoskop Pinard atau alat Dopler atau dengan menggunakan electronic
fetal monitoring (EFM) secara kontinu, setiap 30 menit.
Pemantauan
intermiten
dilakukan
pada
keadaan
jantung
janin
diauskultasi dengan interval tertentu menggunakan stetoskop janin
monoaural (Pinard) atau alat Dopler.
Frekuensi jantung janin harus dihitung selama satu menit penuh untuk
mendengarkan variasi dari denyut ke denyut. Batasan normal antara 110 –
160 kali denyutan per menit.
Pemeriksaan denyut jantung janin dapat dilakukan saat kontraksi uterus
berlangsung, atau saat kontraksi sudah akan berakhir, untuk mendeteksi
adanya pemulihan lambat frekuensi jantung untuk kembali ke nilai dasar.
Normalnya frekuensi dasar dipertahankan selama kontraksi dan segera
sesudahnya. Namun demikian, di akhir persalinan terjadi beberapa
deselerasi bersama kontraksi yang dapat pulih dengan cepat yang terjadi
akibat kompresi tali pusat atau kompresi kepala janin, dan hal ini
merupakan suatu keadaan yang normal.
Pada pemantauan menggunakan EFM, transduser ultrasound dapat
dilekatkan pada abdomen di tempat jantung janin terdengar dengan
intensitas yang maksimal. Dengan layar modern dan hasil yang dapat
direkam dan dicetak, alat ini cukup adekuat untuk memantau
kesejahteraan janin dengan baik, terutama pada kasus gawat janin.
5
Gita K/ Askeb II/2012
2. Persiapan
Persalinan
Persiapan persalinan dimulai dari masa kehamilan, dengan pemberian KIE
(komunikasi, informasi dan edukasi) tentang persalinan. Sehingga
diharapkan ibu hamil sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi
persalinan.
Dalam mempersiapkan persalinan yang aman dan sehat, maka seorang
bidan dan ibu/klien harus dapat bekerja sama dalam hal: mengurangi
tingkat kecemasan, perencanaan persalinan dan orientasi tempat bersalin.
Adapun persiapan persalinan yang harus dilakukan oleh bidan adalah:
a. Ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi
b. Perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang diperlukan
c. Persiapan rujukan
d. Asuhan sayang ibu
Persiapan Ruangan untuk Persalinan dan Kelahiran Bayi
Persalinan dan kelahiran bayi dapat saja terjadi di tempat praktik bidan,
Puskesmas, Polindes, Rumah Sakit, maupun rumah klien. Untuk itu, setiap
akan menolong persalinan dan kelahiran bayi, pastikan ketersediaan
bahan-bahan dan sarana yang memadai, serta laksanakan upaya
pencegahan infeksi sesuai engan standar yang telah ditetapkan.
Dimanapun tempat persalinan dan kelahiran bayi terjadi, maka
siapkanlah:
a. Ruangan yang hangat dan bersih, memiliki sirkulasi udara yang baik
dan terlindung dari tiupan angin.
b. Sumber air bersih dan mengalir untuk cuci tangan dan memandikan
ibu sebelum dan sesudah melahirkan.
c. Air disinfeksi tingkat tinggi (DTT) untuk membersihkan vulva dan
perineum sebelum dilakukan periksa dalam dan membersihkan
perineum setelah bayi lahir.
d. Kecukupan air bersih, klorin, detergen, kain pembersih, kain pel dan
sarung tangan karet untuk membersihkan ruangan, lantai, perabotan,
dekontaminasi dan proses peralatan.
6
Gita K/ Askeb II/2012
e. Kamar mandi yang bersih, pastikan bahwa kamar mandi telah
didekontaminasi dengan larutan klorin 0,5%, dan dibersihkan dengan
detergen.
f. Tempat yang lapang untuk ibu berjalan-jalan dan menunggu saat
persalinan, melahirkan bayi dan untuk memberikan asuhan bagi ibu
dan bayinya setelah persalinan, dan pastikan privasi terjaga.
g. Penerangan yang cukup.
h. Tempat tidur yang bersih untuk ibu, tutupi kasur dengan perlak/bahan
yang mudah dibersihkan dan tidak tembus air/darah.
i.
Tempat yang bersih untuk memberikan asuhan bayi baru lahir.
j.
Meja yang bersih atau tempat untuk menaruh peralatan persalinan.
k. Meja untuk tindakan resusitasi bayi baru lahir.
Persiapan Perlengkapan, Bahan-Bahan dan Obat-Obatan yang
diperlukan
Bidan sebagai penolong harus sudah memastikan kelengkapan jenis dan
bahan-bahan yang diperlukan serta dalam keadaan siap pakai pada
setiap persalinan dan kelahiran bayi.
Apabila tempat persalinan dan kelahiran bayi akan terjadi jauh dari
fasilitas kesehatan, maka semua perlengkapan, bahan dan obat-obatan
dibawa ke lokasi persalinan.
Ketidakmampuan dalam menyediakan semua perlengkapan, bahan dan
obat-obat esensial yang dibutuhkan akan meningkatkan risiko terjadinya
penyulit pada ibu dan bayi baru lahir, sehingga keadaan ini dapat
membahayakan keselamatan ibu dan bayi.
Pada setiap persalinan dan kelahiran bayi :
a. Periksa semua peralatan sebelum dan sesudah memberikan asuhan,
dan segera ganti peralatan yang hilang/rusak.
b. Periksa semua obat-obatan dan bahan-bahan sebelum dan setelah
menolong ibu bersalin dan melahirkan bayinya, segera ganti obat
apapun yang telah digunakan atau hilang.
7
Gita K/ Askeb II/2012
c. Pastikan bahwa perlengkapan dan bahan-bahan sudah bersih dan siap
pakai diantaranya: partus set, hecting set, resusitasi set, semua dalam
keadaan sudah di-DTT atau steril.
Persiapan Rujukan
Apabila terjadi penyulit dan atau keterlambatan untuk merujuk ke fasilitas
kesehatan yang sesuai yang dapat membahayakan jiwa ibu dan janin,
maka kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarganya.
Apabila perlu dirujuk, maka siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis
semua asuhan yang telah diberikan dan semua hasil penilaian (termasuk
partograf) untuk dibawa ke fasilitas rujukan.
Apabila ibu datang hanya untuk mendapatkan asuhan persalinan dan
kelahiran bayi, dan ia tidak siap atau kurang memahami akan keadaan
yang dialaminya yang mengharuskan dirujuk, maka lakukan konseling
terhadap ibu dan keluarga tentang perlunya upaya rujukan.
Asuhan Sayang Ibu
Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan dan kelahiran bayi merupakan
salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas asuhan kebidanan
dengan asuhan sayang ibu maka diharapkan dapat mengatasi gangguan
emosional dan pengalaman yang menegangkan/tidak menyenangkan
selama proses persalinan.
Bentuk asuhan sayang ibu dalam persalinan:
a. Memberikan dukungan emosional (pujian, semangat, bimbingan)
b. Membantu pengaturan posisi ibu selama kala 1 dan kala 2
c. Memberikan cairan dan nutrisi
d. Pencegahan infeksi
e. Keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur.
Prinsip-prinsip umum asuhan sayang ibu :
a. Menyapa ibu dengan ramah dan sopan, bersikap dan bertindak tenang
dan berikan dukungan penuh selama proses persalinan dan kelahiran
bayi
b. Menjawab dengan baik setiap pertanyaan yang diajukan oleh ibu atau
anggota keluarga
8
Gita K/ Askeb II/2012
c. Anjurkan suami dan anggota keluarga ibu untuk hadir dan
memberikan dukungannya
d. Waspadai gejala dan tanda penyulit selama proses persalinan dan
lakukan tindakan yang sesuai jika diperlukan
e. Siap
dengan
rencana
rujukan
apabila
terjadi
penyulit
atau
kegawatdaruratan.
3. Tanda Bahaya Kala
1
Tanda bahaya kala 1 dapat diketahui dari hasil anamnesis maupun
observasi/pengamatan kala 1 meliputi keadaan ibu dan janin.
Temuan-temuan tanda bahaya kala 1 dari hasil anamnesis dan
pemeriksaan :
a. Perdarahan pervaginam selain lendir bercampur darah (show).
Tindakan : baringkan ibu miring, pasang infuse RL atau garam fisiologis
(NS) ukuran vena catether 16/18, rujuk segera dan dampingi.
b. Ketuban pecah disertai dengan keluar mekonium kental. Tindakan:
baringkan ibu miring, pantau ketat DJJ, segera rujuk dan dampingi
(membawa partus set dan penghisap lender De Lee).
c. Tanda-tanda atau gejala infeksi temperature >380 C, menggigil, nyeri
abdomen, cairan ketuban berbau. Tindakan : baringkan ibu miring,
pasang infuse RL atau garam fisiologis (NS) ukuran vena catether 16/18
dengan dosis 125 cc/jam, segera rujuk dan dampingi.
d. Tekanan darah lebih dari 160/110 mmHg dan atau terdapat protein
urine (pre eklamsia). Tindakan : baringkan ibu miring, pasang infuse RL
atau garam fisiologis (NS) ukuran vena catether 16/18, berikan dosis
awal 4 gram MgSO4 20% parenteral (IV) selama 20 menit, berikan 10
gram MgSO4 50% parenteral (IM), segera rujuk dan dampingi.
e. DJJ kurang dari 110 atau lebih dari 160 kali per menit pada dua kali
penilaian dengan jarak 5 menit dikatakan gawat janin. Tindakan :
baringkan ibu miring, pasang infuse RL atau garam fisiologis (NS)
ukuran vena catether 16/18 dengan dosis 125 cc/jam, segera rujuk dan
dampingi.
9
Gita K/ Askeb II/2012
f. Tanda dan gejala syok nadi cepat dan lemah (lebih dari 110 kali per
menit), TD menurun (sistolik kurang dari 90 mmHg), pucat, berkeringat
atau kulit lembab dan dingin, nafas cepat (lebih dari 30 kali per menit),
cemas dan bingung atau tidak sadar, dan produksi urine sedikit (kurang
dari 30 mL/jam). Tindakan : baringkan ibu miring (jika mungkin
naikkan kedua kaki ibu untuk meningkatkan aliran darah ke jantung),
pasang infuse RL atau garam fisiologis (NS) ukuran vena catether 16/18
dengan dosis awal 1 liter dalam waktu 15 – 20 menit dan dilanjutkan
dengan 2 liter dalam 1 jam pertama kemudian turunkan dengan dosis
125 mL/jam, segera rujuk dan dampingi.
g. Tanda dan gejala fase latent memanjang pembukaan cerviks
kurang dari 4 cm setelah 8 jam, kontraksi teratur (lebih dari 2 kali
dalam 10 menit). Tindakan : segera rujuk dan dampingi.
h. Tanda dan gejala partus lama pembukaan fase aktif melebihi garis
waspada (pada partograf), pembukaan cerviks kurang dari 1 cm tiap
jam, frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan
lamanya kurang dari 40 detik. Tindakan : rujuk segera dan dampingi.
V. Referensi
1.
Bobak, Lowdermilk, Jensen (Alih bahasa: Wijayarini, Anugerah). 2005.
Buku Ajar Keperawatan Maternitas, edisi 4. EGC, Jakarta.
2.
Cunningham, et.al. 2010. E-book Williams Obstetrics, edisi 23. The Mc
Graw-Hill Companies, USA.
3.
Fraser, Cooper (Alih bahasa: Rahayu, et.al.). 2009. Myles, Buku Ajar Bidan,
edisi 14. EGC, Jakarta.
4.
JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal. JNPK-KR Depkes RI, Jakarta.
5.
Simkin, Ancheta. 2005. Buku Saku Persalinan. EGC, Jakarta.
6.
Sumarah, Widyastuti, Wiyati. 2008. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan
Kebidanan pada Ibu Bersalin). Fitramaya, Yogyakarta.
VI. Tugas Mandiri
1.
Jelaskan cara menyiapkan larutan klorin 0,5% dari sediaan cair dan
padat!
2.
Jelaskan cara membuat air DTT !
10
Gita K/ Askeb II/2012
3.
Sebutkan persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan untuk
persalinan !
4.
Sebutkan atat-alat dan bahan yang harus disiapkan dalam bak
instrument (partus set) untuk menolong parsalinan dan kelahiran bayi !
VII. Evaluasi
1.
Bagaimanakah cara mengetahui kemajuan persalinan ?
2.
Apa sajakah yang perlu diperiksa untuk memantau kesejahteraan ibu?
3.
Bagaimanakah cara menghitung DJJ pada pemantauan kesejahteraan
janin, dan kapan dilakukan ?
4.
Sebutkan persiapan persalinan yang perlu dilakukan bidan !
5.
Sebutkan tanda bahaya kala 1 !
11
Gita K/ Askeb II/2012