BAB 1
PENDAHULUAN
. Latar Belakang
Cleft Lip and Palate (CLP) atau bibir sumbing adalah cacat bawaan yang menjadi masalah tersendiri di kalangan masyarakat, terutama penduduk dengan status sosial ekonomi yang lemah. Akibatnya operasi dilakukan terlambat dan malah dibiarkan sampai dewasa. FoghAndersen di Denmark melaporkan kasus bibir sumbing dan celah langit-langit 1,47/1000 kelahiran hidup. Hasil yang hampir sama juga dilaporkan oleh Woolf dan Broadbent di Amerika Serikat serta Wilson untuk daerah Inggris. Neel menemukan insiden 2,1/1000 penduduk di Jepang.Insiden bibir sumbing di Indonesia belum diketahui. Hidayat dan kawan-kawan di propinsi Nusa Tenggara Timur antara April 1986 sampai Nopember 1987 melakukan operasi pada 1004 kasus bibir sumbing atau celah langit-langit pada bayi, anak maupun dewasa di antara 3 juta penduduk.Etiologi bibir sumbing dan celah langit-langit adalah multifaktor. Selain factor genetik juga terdapat faktor non genetik atau lingkungan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya bibir sumbing dan celah langit-langit adalah usia ibu waktu melahirkan, perkawinan antara penderita bibir sumbing, defisiensi Zink waktu hamil dan defisiensi vitamin B6 dan asam folat. Bayi yang terlahir dengan bibir sumbing harus ditangani oleh klinisi dari multidisiplin dengan pendekatan team-based, agar memungkinkan koordinasi efektif dari berbagai aspek multidisiplin tersebut.
Kelainan ini sebaiknya secepat mungkin diperbaiki karena akan mengganggu pada waktu menyususui dan akan mempengaruhi pertumbuhan normal rahang serta perkembangan bicara. Penatalaksanaan Cleft Lip and Palate (CLP) adalah operasi. Bibir sumbing dapat ditutup pada semua usia, namun waktu yang paling baik adalah bila bayi berumur 10 minggu, berat badan mencapai 10 pon, Hb >10g%. Dengan demikian umur yang paling baik untuk operasi sekitar 3 bulan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bustami dan kawan-kawan diketahui bahwa alasan terbanyak anak penderita bibir sumbing terlambat (berumur antara 5-15 tahun) untuk dioperasi adalah keadaan sosial ekonomi yang tidak memadai dan pendidikan orang tua yang masih kurang.
Penyebab utama bibir sumbing karena kekurangan seng dan karena kawin dengan kerabat. Bagi tubuh, seng sangat dibutuhkan enzim tubuh walau yang diperlukan sedikit, tapi jika kekurangan berbahaya. Makanan yang mengandung seng antara lain daging, sayur – sayuran dan air. Di NTT airnya bahkan tidak mengandung seng sama sekali. Soal kawin antar kerabat atau saudara memang pemicu munculnya penyakit degeneratif (keturunan) yag sebelumnya resesif, kelaian ini juga bisa dipicu kekurangan gizi lainnya seperti vitamin B6 dan B kompleks, misalnya infeksi pada janin pada usia muda dan salah minum obat-obatan atau jamu juga bisa megakibatkan bibir sumbing.
Terobosan terbaru untuk kasus bibir sumbing didasarkan paska studi terhadap DNA pada sekitar 8000 orang yang memiliki riwayat bibir sumbing di 10 negara. Dari angka tersebut diperoleh sembilan variasi yang disebut Single Nucleotida Poly morphisms (SNP5) dalam gen bernama IRF6. gen IRF6 merupakan gen penyebab terjadinya kasus bibir sumbing. Selain itu, mereka yang mengalami cacat tersebut disebabkan karena kekurangan nutrisi dan faktor keturunan. Labiopalatoskisis merupakan deformitas daerah mulut berupa celah atau sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna semasa embrional berkembang, bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh bersatu. Belahnya belahan dapat sangat bervariasi, mengenai salah satu bagian atau semua bagian daridasar cuping hidung, bibir, alveolus dan palatum durum serta molle. Suatu klasifikasi berguna membagi struktur- struktur yang terkena menjadi : Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus dan palatum durum di belahan foramen incisivum. Palatum sekunder meliputi palatum durum dan molle posterior terhadap foramen. Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum primer dan palatum sekunder dan dapat unilateral atau bilateral. Kadang-kadang terlihat suatu belahan submukosa, dalam kasus ini mukosanya utuh dengan belahan mengenai tulang dan jaringan otot palatum. Labiopalatoskisis ini dapat segera diperbaiki dengan pembedahan. Bila sumbing mencakup pula palatum mole atau palatum durum, bayi akan mengalami kesukaran.
Rumusan Masalah
Bagaimana anatomi dan fisiologi mulut dan geligi ?
Apa definisi dari bibir sumbing?
Apa klasifikasi dari bibir sumbing?
Bagaimana epidemologi bibir sumbing?
Bagaimana etiologi dari bibir sumbing?
Bagaimana manifestasi klinis dari bibir sumbing?
Bagaimana pemeriksaan penunjang dari bibir sumbing?
Bagaimana penatalaksanaan dari bibir sumbing?
Bagaimana komplikasi dari bibir sumbing?
Bagaimana pencegahan dari bibir sumbing?
Bagaimana asuhan keperawatan keperawatan yang harus dilakukan untuk pasien dengan bibir sumbing ?
Tujuan
Tujuan Umum
Setelah pembelajaran mata kuliah keperawatan pencernaan II materi bibir sumbing diharapkan mahasiswa semester 4 dapat memahami mengaplikasikan dalam asuhan keperawatan pasien dengan gangguan pencernaan yakni bibir sumbing atau labiopalatoskisis.
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui definisi labiopalatoskisis
Untuk mengetahui anatomi fisiologi mulut
Untuk mengetahui patofisiologi labiopalatoskisis
Untuk mengetahui manifestasi klinis labiopalatoskisis
Untuk mengetahui komplikasi labiopalatoskisis
Untuk mengetahui penatalaksanaan labiopalatoskisis
Untuk mengetahui prognosis labiopalatoskisis
Untuk mengetahui tindakan asuhan keperawatan pada pasien dengan labiopalatoskisis.
Manfaat
Menambah pemahaman mengenai anatomi fisiologi mulut
Menambah sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan bagi pembaca.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi dan fisologi
Mulut
Mulut atau oris adalah pemulaan saluran pencernaan yang terdiri atas dua bagian yakni; bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi. Dan bagian rongga mulut bagian dalam, rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan mandibularis, disebelah belakang bersambung dengan faring. Selaput lendir mulut ditutupi oleh epitelium yang berlapis lapis, dibawahnya terdapat kelenjar kelenjar halus yang mengeluarkan lendir. Selaput ini kaya akan pembuluh darah dan juga memuat banyak ujung akhir saraf sensoris.
Disebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan disebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir atau mukosa. Otot orbikularis oris menutupi bibir. Levator anguli oris mengangkat dan depressor anguli oris menekan ujung rambut. Palatum terdiri dari :
Palatum durum ( palatum keras) yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dan sebelah depan tulang maksilaris dan lebih kebelakang terdiri dari dua tulang palatum.
Palatum mole ( palatum lunak) terletak dibelakang yang merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak, terdiri dari jaringan fibrosa dan selaput lendir.
Gerakannya dikendalikan oleh ototnya sendiri, disebelah kanan dan kiri dari tiang fauses terdapat saluran lendir menembus tonsil. Pipi dilapisi oleh mukosa yang mengandung papilla, otot yang terdapat pada pii adalah buksinator. Di rongga mulut terdapat geligi, kelenjar ludah dan lidah.
Geligi
Geligi ada dua macam;
Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak berumur 6-7 bulan. Lengkap pada umur 2,5 tahun jumlahnya 20 buah disebut juga gigi susu, terdiri dari 8 buah gigi seri( dens insisivus), 4 buah gigi taring ( dens kaninus), 8 gigi geraham ( dens molare).
Gigi tetap atau permanen tumbuh pada umur 6-18 tahun, jumlahnya 32 buah, terdiri dari : 8 buah gigi seri, 4 buah gigi taring, 8 gigi geraham depan (molare), 12 gigi geraham (premolare).
Fungsi ggi terdiri dari gigi seri untuk memotong makanan, gigi taring gunanya untuk memutus makanan yang keras, dan geraham untuk mengunyah makanan yang sudah dipotong. Bagian-bagian gigi :
Mahkota gigi atau corona, merupakan bagian yang tampak di atas gusi. Terdiri atas :
Lapisan email, merupakan lapisan paling keras.
Tulang gigi (dentin), didalamnya terdapat saraf dan pemnuluh darah.
Rongga gigi ( pulpa), merupakan bagian anatara corona dan radeks.
Leher gigi (kolum), merupakan bagian yang berada dalam gusi
Akar gigi ( radiks), merupakan bagian yang tertanam pada tulang rahang. Akar gigi melekat pada tulang rahang dengan perantara semen gigi.
Semen gigi melapisi akar gigi dan membantu menahan gigi agar tetap melekat pada gusi. Semen gigi terdiri atas :
Lapisan semen, merupakan pelindung akar gigi dan gusi
Gusi merupakan tempat gigi tumbuh ( syaifuddin, 2006)
Definisi Bibir Sumbing
Bibir sumbing adalah malformasi yang disebabkan oleh gagalnya prosesus nasal median dan maksilatis untuk menyatu selama perkembangan embrionik ( Wong, 2003)
Labiopalatoskisis merupakan kongenital yang berupa adanya kelainan bentuk pada struktur wajah ( Ngastiah, 2005)
Klasifikasi Bibir Sumbing
Unillateral incomplete
Apabila celah sumbing terjadi hanya dislah satu sisi bibir dan tidak memanjang ke hidung.
Unilateral complete
Apanila celah sumbing terjadi hanya disalah satu bibr dan memanjang hingga ke hidung.
Bilateral complete
Apabila celah sungbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
Labio palato skisis
Merupakan suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah mulut, palato skisis ( sumbung palatum) dan labio skisis ( sumbing tulang) untuk menyatu selama perkembangan embrio. ( Hidayat, 2005)
Epidemologi
1:300-600. 60% mencakup bibir. 1:20 jika kedua orang tua mengalami bibir sumbing. (Sodikin.2009)
Etiologi
Faktor herediter
Sebagai faktor yang sudah dipastikan. 75 % dari faktor keturunan resesif dan 25% bersifat dominan. Karena mengalami mutasi gen dan kelainan kromosom.
Faktor eksternal / lingkungan
Faktor usia ibu
Obat-obatan , asetosal, aspirin ( Schardein, 1985), rifampisin, fenasetin, sulfonamid, aminoglikosid, indometasin, asam flufetamat, ibuprofen, penisilamin, antihistamin dapat menyebabkan celah langit – langit. Antineoplastik, kortikosteroid.
Nutrisi
Penyakit infeksi seperti sifilis, virus Rubella
Radiasi
Stress emosional
Trauma ( trimester pertama) ( Wong. 2003)
Manifestasi Klinis
Masalah asupan makanan merupakan masalah pertama yang terjadi pada bayi dengan bibir sumbing. Kesulitan dalam melakukan hisapan pada payudara ibu atau dot. Tekanan lembut pada pipi bayi dapat meningkatkan kemampuan hisapan oral. Keadaan tambahan yang ditemukan adalah reflek hisap dan menelan pada bayi dengan bibir sumbing tidak sebaik bayi normal, dan bayi lebih banyak menghisap udara pada saat menyusu.
Bibir sumbing dapat berkisar dari sedikit takik pada bagian merah bibir atas hingga pemisahan total bibir yang memanjang hingga kedalam hidung. Dapat dijumpai pada satu atau kedua sisi bibir atas. Sumbing langit langit dapat dijumpai sebagai bagian dari deformitas bibir sumbing atau sebagai kelainan garis tengah tersendiri yang melibatkan palatum sekunder.
Pada labio schisis :
Distorsi hidung, tampak sebagian atau kedua duanya
Adanya celah bibir
Pada palato schisis :
Tampak ada celah pada tekak atau uvula.
Palato lunak dan keras atau foramen incisivus.
Adanya rongga pada hidung.
Distorsi hidung.
Teraba ada celah atau terbukanya langit – langit pada waktu periksa.
Mengalami kerusakan dalam mengisap atau makan ( Sodikin, 2011)
Pemeriksaan penunjang
Foto Rontgen
Untuk memeriksa kelainan pada rongga mulut.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan pada bibir, palatum, hidung, dan uvula. Kaji tanda – tanda dan gejala yang mengikutnya seperti kesulitan menelan, infeksi pada telinga, pada saat bayi menyusu, air susu keluar dari hidung, dan gangguan berbicara.
MRI untuk evaluasi abnormal
Untuk melihat kelainan – kelainan pada rongga mulut
Pemeriksaan USG
Sumbing bbir lebih mudah di diagnosis melalui ultrasond kehamilan. Diagnosis dapat dibuat pada awal kehamilan 18 minggu. Prenatal diagnosis memberikan orangtua dan tim medis keuntungan dari perencanaan lanjutan untuk perawatan bayi. (Belajar ilmu bedah.2010)
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan idealnya, anak dengan bibir sumbing ditatalaksana oleh “tim labiopalatoskisis” yang terdiri dari spesialis bedah, maksilofasial, terapis bicara dan bahasa, dokter gigi, ortodentis, psikolog dan perawat spesialis. Perawatan dan dukungan pada bayi dan keluarganya diberikan sejak lahir sampai umur 18 tahun. Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada saat usia 3 bulan. Ada tiga tahap penatalaksanaan yakni :
Tahap sebelum operasi
Pada tahap sebelum operasi yang dipersiapkan adalah ketahanan tubuh bayi menerima tindakan operasi, asupan gizi, yang cukup dilihat dari keseimbangan berat badan yang dicapai dan usia yang memadai. Patokan yang biasa dipakai adalah rule of ten meliputi berat badan lebih dari 10 pounds atau sekitar 4-5 kg, Hb lebih dari 10 gr % dan usia lebih dari 10 minggu, jika bayi belum mencapai rule of ten ada beberapa nasehat yang harus diberikan pada orang tua agar kelainan dan komplikasi yang terjadi tidak bertambah parah. Misalnya memberi minum harus dengan dot khusus dimana ketika dot dibalik susu dapat memancar keluar sendiri dengan jumlah yang optimal artinya tidak terlalu besar sehingga membuat bayi tersedak atau terlalu kecil sehingga membuat asupan gizi menjadi tidak cukup, jika dot dengan besar lubang khusus ini tidak tersedia bayi cukup diberi minum dengan bantuan sendok secara perlahan dalam posisi setengah duduk atau tegak untuk menghindari masuknya susu melewati langit – langit yang terbelah. Selain itu celah bibir harus direkatkan dengan manggunakan plaster khusus non alergik untuk mencegah agar celah bibir menjadi tidak jauh akibat proses tumbuh kembang yang menyebabkan menonjolnya gusi kearah depan akibat dorongan lidah pada prolabium, karena jika hal ini terjadi tindakan koreksi pada saat operasi akan menjadi sulit dan secara kosmetika hasil kahir yang didapat tidak sempurna. Plester non alergenik tadi harus tetap direkatkan sampai waktu operasi tiba.
Tahap sewaktu operasi
Tahapan selanjutnya dalah tahapan operasi, pada saat ini yang diperhatikan adalah soal kesiapan tubuh bayi menerima perlakuan operasi, hal ini hanya bisa diputuskan oleh seorang ahlli bedah. Operasi untuk langit – langit optimal usia 18-20 bulan mengingat anak aktif bicara usia 2 tahun dan presekolah. Palatoplasty dilakukan sedini mungkin ( 15-24 bulan) sebelum anak mulai bicara lengkap sehingga pusat bicara di otak belum membentuk cara bicara. Jika operasi dilakukan terlambat, sering hasil operasi dalam hal kemampuan mengeluarkan suara normal atau sangat sulit dicapai. Operasi yang dilakukan sesudah 2 tahun harus diikuti dengan speech teraphy karena jika tidak septelah operasi suara sangau pada saat bicara tetap terjadi karena anak sudah biasa melafalkan suara yang salah, sudah ada mekanisme kompensasi memosisikan lidah pada posisi salah.
Tahap setelah operasi
Dokter bedah yang emnangani akan memberikan instruksi pada orang tua pasien misalnya setelah operasi bibir sumbing luka bekas operasi dibiarkan terbuka dan tetap menggunakan sendok atau dot khusus. Cara menyusui bagi ibu dengan bayi bibir sumbing :
Memberikan informasi pentngnya ASI
Usaha untuk menutup celahatau sumbing agar bayi dapat memegang puting dan areola dalam mulutnya
Memerah susu dan memberikan kepada anaknya menggunakan cangkir atau sendok teh.
Komplikasi
Obstruksi jalan nafas
Seperti disebutkan sebelumnya, pasca bedah obstruksi jalan nafas adalah komplikasi yang paling penting dalam periode pasca operasi langsung. Situasi ini biasanya hasil dari prolaps dari lidah ke oropharynx sementara pasien tetap dibius dari anasthesi. Intraoperative penempatan lidah tarikan jahitan membantu dalam pengelolaan situasi ini. Obstruksi jalan napas juga daat menjadi masalah berkepanjangan karena perubahan pada saluran nafas dinamika, terutama pada anak – anak dengan rahang kecil.
Pendarahan
Intraoperative pendarahan adalah komplikasi yang potensial. Karena kaya suplai darah ke langit – langit, yang memerlukan transfusi darah yang signifikan dapat terjadi. Ini dapat berbahaya pada bayi, dalam total volume darah yang rendah. Sebelum operasi penilaian tingkat Hb dan platelet adala important. 6 injeksi epinefrin sebelum insisi dan langit – langit intraoperative hidroklorida oxymetaxoline penggunaan material kemasan yang basah dapat mengurangi kehilangan darah. Untuk mencegah kehilangan darah pasca operasi, wilayah demucosalized langit-langit harus dikemas dengan avinate atau agen hemostatic serupa.
Palatal fistula
Luka dehiscnece ( palatal fistula) dapat terjadi sebagai komplikasi dalam periode pasca operasi langsung, atau dapat memjadi masalah yang tertunda. Sebuah fistula palatal dapat terjadi dimana saja di sepanjang belahan asli situs. Insiden ini telah dilaporkan setinggi 34% dan tingkat keparahan sumbing asli telah terbukti berkolerasi dengan risiko terjadinya fistula.
Kelainan midface
Perawatan sumbing langit – langit d beberapa lembaga telah berfokus pada awal intervensi bedah. Salah satu efek negatif berkenaan dengan pertumbuhan rahang atas. Sumbing langit langit mungkin perlu orthognatik operasi.
Pencegahan
Menghindari merokok
Ibu yang merokok mungkin merupakan faktor risiko lingkungan terbaik yang telah dipelajari untuk terjadinya celah orofacial. Ibu yang menggunakan tembakau selama kehamilan secara konsisten terkait dengan peningkatan resiko terjadinya celah-celah orofacial.
Menghindari alkohol
Peminum alkohol berat selama kehamilan diketahui dapat mempengaruhi tumbuh kembang embrio, dan langit-langit mulut sumbing telah dijelaskan memiliki hubungan dengan terjadinya defek sebanyak 10% kasus pada sindrom alkohol fetal (fetal alcohol syndrome).
Memperbaiki nutrisi ibu
Nutrisi yang adekuat dari ibu hamil saat konsepsi dan trimester I kehamilan sangat penting bagi tumbuh kembang bibir, palatum dan struktur kraniofasial yang normal dari fetus. Nutrisi-nutrisi yang penting dan dibutuhkan seorang ibu saat hamil antara lain asam folat, vitamin B-6 dan vitamin A.
Modifikasi pekerjaan
Dari data-data yang ada dan penelitian skala besar menyerankan bahwa ada hubungan antara celah orofasial dengan pekerjaan ibu hamil (pegawai kesehatan, industri reparasi, pegawai agrikulutur). Maka sebaiknya pada wanita hamil lebih baik mengurangi jenis pekerjaan yang terkait. Pekerjaan ayah dalam industri cetak, seperti pabrik cat, operator motor, pemadam kebakaran atau bertani telah diketahui meningkatkan resiko terjadinya celah orofasial.
Prognosis
Kelainan bibir ssumbing merupakan kelainan bawaan yang dapat dimodifikasi atau disembuhkan. Kebanyakan anak lahir dengan kondisi ini melakukan operasi saat usia dini, dan hal ini sangat memperbaiki penampilan wajah secara signifikan. Dengan adanya teknik pembedahan yang makin berkembang, 80% anak dengan bibir sumbing yang telah dilaksanakan mempunyai perkembangan kemampuan bicara baik. Tetapi bicara yang berkesinambungan menunjukkan hasil peningkatan yang baik pada masalah masalah berbicara pada anak bibir sumbing.
Asuhan Keperawatan Teoritis.
Pengkajian:
Identitas klien : Meliputi nama, alamat, umur
Keluhan utama : Pasien dengan bibir sumbing mengeluh kesulitan dalam menelan(menyusu) sehingga asupan nutrisi kurang dari kebutuhan
Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Dahulu
Mengkaji riwayat kehamilan ibu, apakah ibu pernah mengalami trauma pada kehamilan Trimester I. bagaimana pemenuhan nutrisi ibu saat hamil, kecukupan asam folat, obat-obat yang pernah dikonsumsi oleh ibu dan apakah ibu pernah stress saat hamil.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengkaji berat/panjang bayi saat lahir, pola pertumbuhan, pertambahan/ penurunan berat badan, riwayat otitis media dan infeksi saluran pernafasan atas.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kehamilan, riwayat keturunan.
Pemeriksaan Fisik:
Inspeksi kecacatan pada saat lahir untuk mengidentifikasi karakteristik sumbing.
Kaji asupan cairan dan nutrisi bayi.
Kaji kemampuan hisap, menelan, bernafas.
Kaji tanda-tanda infeksi.
Palpasi dengan menggunakan jari.
Kaji tingkat nyeri pada bayi.
Pengkajian Keluarga
Observasi infeksi bayi dan keluarga.
Kaji harga diri/ mekanisme kuping dari anak/ orangtua.
Kaji reaksi orangtua terhadap operasi yang akan dilakukan.
Kaji kesiapan orangtua terhadap pemulangan dan kesanggupan mengatur perawatan di rumah.
Kaji tingkat pengetahuan keluarga
Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa 1 : Imbalance nutrition: less than body requirements related factors weaknes of muscles required for swallowing related factors biological factors.
Domain : 2 Nutrition
Class : 1 Ingestion
Kode 00002
Kriteria Hasil NOC
Intervensi NIC
Nutritional status : adequacy of nutrient
Nutritional status : food and fluid intake
Weight control
Setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam, pasien menunjukkan keseimbangan nutrisi dibuktikan dengan indkator : (p.386)
Albumin serum
Pre albumin serum
Hematokrit
Hemoglobin
Total ion binding capacity
Jumlah limfosit
Nutrition Monitoring : (p.276)
Menimbang berat badan pasien.
Kaji adanya alergi makanan
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Ajarrkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
Monitor adanya BB dan gula darah
Monitor lingkungan selama makan
Monitor turgor kulit
Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb, dan kadar Ht
Monitor mual muntah
Monitor intake nutrisi
Monitor pucat, kemerahan, dan kekerngan jarngan konjungtiva
Atur posisi semifowler/fowler selama makan
Anjurkan banyak minum
Pertahankan terapi IV line
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
Kolaborasi dengan dokter tentang kebuthan suplemen makanan seperti NGT/TPN sehingga intake cairan yang adequat dapat dipertahankan.
Diagnosa 2 : pra bedah : resiko aspirasi b.d terganggunya kemampuan untuk menelan
( Risk for aspiration related factors with impaired ability to swallow)
Class : 2 physical injury
Domain 11 safety/protection
Kode 00039
Kriteria hasil NOC:
Intervensi NIC: (p.87 p.369)
Aspiration prevention (p.95)
Swallowing status (p.529)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam pasien tidak mengalami aspirasi dengan kriteria :
Mengidentifikasi faktor risiko
Memposisikan tubuh tegak lurus pada saat makan dan minum
Menghindari faktor risiko
Memelihara oral hygine
Memilih makanan sesuai dengan kemampuan menelan
Mengendalikan sekresi oral
Mampu mengunyah
Penerimaan terhadap makanan
Monitor kemampuan menelan
Monitor status pulmonal
Monitor kebutuhan pencernaan
Meminimalkan penggunaan sedative dan narcotic
Memposisikan tegak lurus 30 derajat – 90 derajat
Mengawasi saat makan atau mendampingi seperlunya
Menjaga set suction tersedia
Kolaborasikan dengan tim kesehata lain untuk mendukung penyembuhan pasien
Menentukan kemampuan pasien untuk fokus pada pembelajaran memakan dan menelan
Mendukung privasi pasien
Kolaborasi dengan terapi bicarauntuk mengajarkan ke keluarga pasien tentang regimen latihan menelan
Menginstruksikan pasien agar tidak berbicara saat makan
Menginstruksikan pasien untuk membuka dan menutup mulut sebagai manipulasi makan
Diagnosa 3 : post op : resiko infeksi b.d prosedur infasive
Domain 11 safety/protection
Class 1 infection
Kode 00004
Kriteria hasil NOC
Intervensi NIC
Risk Control (p.435)
Knowledge : Infection control
Immune status
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil :
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Meunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Menunjukkan perilaku hidup sehat
Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal
Pertahankan teknik aseptif
Batasi pengunjung bila perlu
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
Tingkatkan intake nutrisi
Berikan terapi antibiotik
Monitor tanda dan geajala infeksi sistemik dan lokal
Pertahankan teknik isolasi
Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas dan drainase
Monitor adanya luka
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
BAB 3
STUDI KASUS
Asuhan keperawatan Kasus (Clef Lip Palate/ Sumbing)
Ny.S datang ke rumah sakit Universitas Airlangga Surabaya dengan anaknya yang bernama An.T yang berumur 3 bulan dengan keluhan terdapat belahan pada bibir yang menyebabkan anaknya susah untuk menelan dan menyusu. Pasien terlihat kurus karena berkurangnya nafsu makan. Ny.S mengatakan bahwa saat ia sedang mengandung pada trimester pertama pernah mengalami trauma. Saat dilakukan pemeriksaan teraba ada celah (terbukanya langit – langit), palato lunak dan keras.
3.1 Pengkajian
Identitas pasien
Nama : An.T
Usia : 3 bulan
Jenis kelamin : laki - laki
Alamat : Surabaya
Keluhan utama
Ny.S mengatakan An.T susah untuk menelan makanan dan menyusu.
Riwayat penyakit sekarang
An.T terdapat belahan di bibir
Riwayat Penyakit Dahulu
Ny.S mengatakan bahwa saat ia sedang mengandung pada trimester pertama pernah mengalami trauma.
Riwayat penyakit keluarga
Data tidak ditemukan
Riwayat gaya hidup
Data tidak ditemukan
Pemeriksaan Fisik
B1 (Breathing) : Normal
B2 (Blood) : Normal
B3 (Brain) : Cemas
B4 (Bladder) : Normal
B5 (Bowel) : susah menelan dan menyusu, terlihat kurus (BB menurun)
B6 (Bone) : normal
3.2 Analisa Data
No.
Data Fokus
pathway
Masalah Keperawatan
1.
DS :
Ny.S mengatakan anaknya An.T susah untuk menelan dan menyusu
Berkurangnya nafsu makan
DO :
Terdapat belahan pada bibir
Anak terlihat kurus
Trauma pada trimester 1 kehamilan
Kegagalan perkembangan jaringan lunak dan tulang
Kegagalan penyatuan prosesus nasal medial dan maxilaris
Celah kecil s/d kelainan hebat pada wajah
Celah pada bibir
Labioskisis / sumbing
Gangguan menelan
Berkurangnya nafsu makan
Intake makanan tidak adekuat
Nutrisi kurang dari kebutuhan
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan
2.
DS :
Susah menelan dan menyusu
DO :
Terdapat celah (terbukanya langit-langit)
Palato lunak dan keras
Trauma pada trimester 1 kehamilan
Kegagalan perkembangan jaringan lunak atau tulang pada trimester 1
Kegagalan penyatuan susunan palato
Terdapat celak pada tekak, palato lunak dan keras
Palatoskisis
Gangguan menelan
Resiko aspirasi
Resiko Aspirasi
3.
DS :
Susah menelan dan menyusu
DO :
Terdapat belahan pada bibir
Ada celah pada tekak (terbukanya langit – langit)
Palato lunak dan keras
Trauma pada trimester 1 kehamilan
Kegagalan perkembangan jaringan lunak dan tulang
Kegagalan penyatuan prosesus nasal medial dan maxilaris serta kegagalan penyatuan susunan palato
Labioskisis dan palatoskisis
Pembedahan
Perawatan luka pembedahan tidak baik
Resiko infeksi
Resiko infeksi
3.3 Diagnosis Keperawatan
1. Diagnosa 1 : Imbalance nutrition: less than body requirements related factors weaknes of muscles required for swallowing related factors biological factors.
Domain : 2 Nutrition
Class : 1 Ingestion
Kode 00002
Kriteria Hasil NOC
Intervensi NIC
Nutritional status : adequacy of nutrient
Nutritional status : food and fluid intake
Weight control
Setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam, pasien menunjukkan keseimbangan nutrisi dibuktikan dengan indkator : (p.386)
Albumin serum
Pre albumin serum
Hematokrit
Hemoglobin
Total ion binding capacity
Jumlah limfosit
Nutrition Monitoring : (p.276)
Menimbang berat badan pasien.
Kaji adanya alergi makanan
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Ajarrkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
Monitor adanya BB dan gula darah
Monitor lingkungan selama makan
Monitor turgor kulit
Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb, dan kadar Ht
Monitor mual muntah
Monitor intake nutrisi
Monitor pucat, kemerahan, dan kekerngan jarngan konjungtiva
Atur posisi semifowler/fowler selama makan
Anjurkan banyak minum
Pertahankan terapi IV line
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
Kolaborasi dengan dokter tentang kebuthan suplemen makanan seperti NGT/TPN sehingga intake cairan yang adequat dapat dipertahankan.
Diagnosa 2 : pra bedah : resiko aspirasi b.d terganggunya kemampuan untuk menelan
( Risk for aspiration related factors with impaired ability to swallow)
Class : 2 physical injury
Domain 11 safety/protection
Kode 00039
Kriteria hasil NOC:
Intervensi NIC: (p.87 p.369)
Aspiration prevention (p.95)
Swallowing status (p.529)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam pasien tidak mengalami aspirasi dengan kriteria :
Mengidentifikasi faktor risiko
Memposisikan tubuh tegak lurus pada saat makan dan minum
Menghindari faktor risiko
Memelihara oral hygine
Memilih makanan sesuai dengan kemampuan menelan
Mengendalikan sekresi oral
Mampu mengunyah
Penerimaan terhadap makanan
Monitor kemampuan menelan
Monitor status pulmonal
Monitor kebutuhan pencernaan
Meminimalkan penggunaan sedative dan narcotic
Memposisikan tegak lurus 30 derajat – 90 derajat
Mengawasi saat makan atau mendampingi seperlunya
Menjaga set suction tersedia
Kolaborasikan dengan tim kesehata lain untuk mendukung penyembuhan pasien
Menentukan kemampuan pasien untuk fokus pada pembelajaran memakan dan menelan
Mendukung privasi pasien
Kolaborasi dengan terapi bicarauntuk mengajarkan ke keluarga pasien tentang regimen latihan menelan
Menginstruksikan pasien agar tidak berbicara saat makan
Menginstruksikan pasien untuk membuka dan menutup mulut sebagai manipulasi makan
Diagnosa 3 : post op : resiko infeksi b.d prosedur infasive
Domain 11 safety/protection
Class 1 infection
Kode 00004
Kriteria hasil NOC
Intervensi NIC
Risk Control (p.435)
Knowledge : Infection control
Immune status
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil :
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Meunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Menunjukkan perilaku hidup sehat
Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal
Pertahankan teknik aseptif
Batasi pengunjung bila perlu
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
Tingkatkan intake nutrisi
Berikan terapi antibiotik
Monitor tanda dan geajala infeksi sistemik dan lokal
Pertahankan teknik isolasi
Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas dan drainase
Monitor adanya luka
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
BAB 4
KESIMPULAN
Bibir sumbing adalah malformasi yang disebabkan oleh gagalnya prosesus nasal median dan maksilatis untuk menyatu selama perkembangan embrionik ( Wong, 2003)
Labioskisis merupakan kongenital yang berupa adanya kelainan bentuk pada struktur wajah ( Ngastiah, 2005)
Penyebab bibir sumbing anatara lain: faktor herediter, sebagai faktor yang sudah dipastikan. 75 % dari faktor keturunan resesif dan 25% bersifat dominan. Karena mengalami mutasi gen dan kelainan kromosom,faktor eksternal / lingkungan, faktor usia ibu, obat-obatan , asetosal, aspirin ( schardein, 1985), rifampisin, fenasetin, sulfonamid, aminoglikosid, indometasin, asam flufetamat, ibuprofen, penisilamin, antihistamin dapat menyebabkan celah langit – langit. antineoplastik, kortikosteroid,nutrisi,penyakit infeksi seperti sifilis, virus rubella,radiasi,stress emosional,trauma ( trimester pertama) ( Wong. 2003)
Bibir sumbing dapat berkisar dari sedikit takik pada bagian merah bibir atas hingga pemisahan total bibir yang memanjang hingga kedalam hidung. Dapat dijumpai pada satu atau kedua sisi bibir atas. Sumbing langit langit dapat dijumpai sebagai bagian dari deformitas bibir sumbing atau sebagai kelainan garis tengah tersendiri yang melibatkan palatum sekunder.
DAFTAR PUSTAKA
Chapter II_3 Maloklusi Pdf. Diakses pada tanggal 16 Maret 2016 pukul 12.20 WIB
Eddy Hariyanto-Fkg Unhas.pdf. Diakses pada tanggal 16 Maret 2016 pukul 12.40 WIB
Davies, lorna dan Mcdonald, Sharon. 2009. Pemeriksaan Kesehatan Bayi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak : Gangguan Sistem Gastrointestnal dan Hepatobilier. Jakarta : Salemba Medika.
Herdman, T. H. & Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). NANDA International Nursing Diagnoses: Definition and Classification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell
Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak : Gangguan Sistem Gastrointestnal dan Hepatobilier. Jakarta : Salemba Medika.
Sue Moorhead, et. al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC): Measurement of Health Outcomes
5th Edition. USA: Elsevier
29