Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
Sumberdaya pesisir dan laut yang dimiliki Indonesia sangat beragam baik jenis maupun potensinya yang merupakan keunggulan komparatif yang dapat dikembangkan menjadi keunggulan kompetitif untuk menggerakkan perekonomian nasional. Ekosistem pesisir dan pesisir digolongkan kedalam empat ekosistem utama yaitu mangrove, padang lamun, estuari, dan terumbu karang. Estuari berasal dari kata aetus yang artinya pasang-surut. Estuari merupakan suatu perairan semi tertutup yang berada dibagian hilir sungai dan masih berhubungan dengan laut, sehingga memungkinkan terjadinya percampuran antara air tawar dan air laut (PP Nomor 60 Tahun 2007). Ekosistem estuari digambarkan sebagai ekosistem transisi antara habitat air tawar dan air asin . Oleh karena itu ekosistem ini sangat dipengaruhi oleh pasang surut dan air laut bercampur dengan air darat yang menyebabkan salinitasnya lebih rendah daripada air laut. Muara sungai, rawa pasang-surut, teluk di pantai dan badan air di belakang pantai pasir temasuk estuari.
Indonesia merupakan negara kepulauan dan memiliki garis pantai yang terpanjang di dunia, mencapai 81.000 km, yang secara garis besar dapat dibagi menjadi kawasan budidaya dan kawasan non budidaya. Pantai non budidaya dapat berupa daerah konservasi dan daerah yang tidak dibudidayakan, misalnya karena sumber daya alam yang miskin dan atau karena keadaan alamnya yang sulit, dicapai seperti daerah pantai yang terjal, kering, rawan bencana alam. Kondisi lingkungan pesisir di beberapa pantai di Indonesia cenderung mengalami penurunan kualitas sehingga lingkungan pesisir di lokasi tersebut dapat berkurang fungsinya atau bahkan sudah tidak mampu berfungsi lagi untuk menunjang pembangunan dan kesejahteraan penduduk secara berkelanjutan. Penurunan kualitas lingkungan pesisir di banyak tempat terjadi terutama akibat pencemaran dan atau perusakan lingkungan di sekitanya. Pencemaran lingkungan pantai dapat terjadi karena masukan polutan dari kegiatan di sepanjang garis pantai, dan atau secara tidak langsung: melalui aliran sungai, kegiatan di lepas pantai, karena intrusi air laut ke dalam air tanah dan sebagainya.Sedangkan kerusakan lingkungan Pantai berupa: abrasi pantai, kerusakan hutan bakau (mangrove), kerusakan terumbu karang, penurunan sumber daya perikanan, kerusakan padang lamun dan sebagainya. Keadaan ini disebabkan oleh sering terjadinya pencemaran, baik yang berasal dari kegiatan di daratan maupun aktivitas di perairan itu sendiri, perusakan taman laut, terumbu karang dan hutan bakau, ini akibat eksploitasi yang berlebihan terhadap sumber daya alam lingkungan pesisir dan laut pada umumnya. Agar fungsi lingkungan pesisir dapat dilestarikan, maka perlu dilakukan tindak kerja pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan tersebut. Berkenaan dengan pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup, UU No. 4/ 82 ditetapkan bahwa pengelolaan lingkungan hidup adalah untuk mewujudkan lingkungan yang baik dan sehat
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi
Abstrak Secara geografis, Kepulauan Aruah merupakan gugusan pulau-pulau kecil terluar yang terletak di perairan Selat Malaka, yang berbatasan dengan Malaysia. Metoda penelitian geologi kelautan terdiri dari, Pemetaan geologi pantai dan lepas pantai, penentuan posisi, pengukuran pasang surut, pengukuran kedalaman dasar laut dan pengukuran luas terumbu karang. Hasil pengukuran luas gugusan Terumbu karang di sekitar Kepulauan Aruah pada waktu pasang yaitu: Pulau Jemur (31.3800 ha), Pulau Kalironggo (39.0229 ha), Pulau Sarong Alang (0.5081 ha), Pulau Pandan (3.5940 ha), Pulau Labuhan Bilik (15.5340 ha), Pulau Tukong Mas (19.4271), Pulau Pasir (25.853), Pulau Batu Adang (43.1740), Pulau Batu Berlayar (70.9140), dan Pulau Batu Mandi (9.0770 ha). Pulau Tukong Simbang terdapat 7 gugusan pulau kecil, dimana pada saat air laut mengalami surut terendah membentuk satu kesatuan pulau dengan luas mencapai 104,9 ha. Kedalaman dasar laut di daerah penelitian maksimum 80 meter, dengan perbedaan p...
Dari judul makalah ini, terdapattiga kata Inanci yang patut diicermati yitu (1) aspek sosial ekonomi, (2) strategi pernberdayaan masyarakat, dan (3) pengelolaan pesisir secara terpadu. Kaitan atau hubungan antara ketiga kata kunci ini telah diungkapkan pada judul makalah irk Dapat dilihat bahwa aspek sosial ekonomi masyarakat pesisir serta upaya-upaya pemberdayaan mereka menmpakanvariabel penting ddam rnengernbangkan pengelolaan sumberdaya pesisir secara terpadu. Bagaimma mjud dan esensi hubungan antara variabel iri akan diur~kan pada makalah ini. Nmun terleblh dahulu &an diuraikan mengenai aspekaspek sosial ekonomi dan strategi pernberdayam rnasyarakat pesisir. Pada bagian di4ukan beberapa c o d keaatan pemberdayaan masyarakat pesisir serta irnplikasinya bagi pengermabmgan pengeloiaan laya ah pesisir secara terpadu.
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.506 pulau besar dan kecil. Dengan total garis pantai yang diperkirakan mencapai 81.000 km, Indonesia adalah juga negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia, setelah Kanada.
Ekosistem hutan mangrove memiliki fungsi ekologis, ekonomis dan sosial yang penting dalam pembangunan, khususnya di wilayah pesisir. Meskipun demikian, kondisi hutan mangrove di Indonesia terus mengalami kerusakan dan pengurangan luas dengan kecepatan kerusakan mencapai 530.000 ha/tahun. Sementara laju penambahan luas areal rehabilitasi mangrove yang dapat terealisasi masih jauh lebih lambat dibandingkan dengan laju kerusakannya, yaitu hanya sekitar 1.973 ha/tahun. Demikian juga kondisi hutan mangrove di Sumatera Barat hanya 4,7% yang baik, sementara 95,3% dalam keadaan rusak. Oleh karena itu, perlu dilakukan berbagai upaya untuk memulihkan kembali hutan mangrove yang rusak agar dapat kembali memberikan fungsinya bagi kesejahteraan manusia dan mendukung pembangunan wilayah pesisir. Peningkatan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang arti penting keberadaan mangrove dalam mendukung kehidupan perekonomian masyarakat pesisir perlu terus digalakkan. Pengikutsertaan masyarakat dalam upaya rehabilitasi dan pengelolaan mangrove dapat menjadi kunci keberhasilan pelestarian mangrove. Upaya ini harus disertai dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat, misalnya melalui kegiatan silvofishery, pemanenan (seperti: kayu, nira nipah, kepiting bakau, kerang bakau, dan lain-lain) secara lestari serta pengembangan wisata. Isu tsunami dapat menjadi pemicu untuk menggalakkan kembali rehabilitasi hutan mangrove yang rusak di pantai barat Sumatera dalam rangka meredam efek merusak dari tsunami, mengingat pantai barat Sumatera merupakan jalur gempa yang berpotensi menimbulkan tsunami.
Bulu merupakan salah satu desa yang terletak di ujung barat kabupaten Tuban.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Conférence d'ouverture, Rencontres Philosophiques de Langres, "la création", Jeudi 3 octobre, 2024
International Journal of Cultural Property, 2023
Mehmet Genç Anısına Osmanlı İktisat Çalışmaları I, 2023
Book of Abstracts. April Conference Fifteen 'Humanity/Humanities', Jagiellonian University in Krakow, 2023
Records Management Journal, 2003
ICAD Proceedings, 2001
EPD: Society and Space, 2023
Il patrimonio culturale in mutamento. Le sfide dell'uso - The cultural heritage in the process of change. The challenges of use, Atti del XXXV° Convegno Internazionale Scienza e Beni Culturali Bressanone, 1-5 luglio 2019, 2019
Scandia Journal of Medieval Norse Studies, 2022
Tasavvur / Tekirdağ İlahiyat Dergisi, 2023
Sosial Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial, 2018
Research data journal for the humanities and social sciences, 2021
European urology focus, 2017
Sultan Qaboos University medical journal, 2014
Educational Studies in Mathematics
Journal of Spatial Information Science
Balkan Region Conference on Engineering and Business Education, 2017