KONSELING PSIKOLOGI KLINIS BERBASIS MOBILE
Rita Wiryasaputra 1) Rendra Gustriansyah 2) Wawan Nurmansyah 3)
1,2)
Teknik Informatika Universitas Indo Global Mandiri
Jl. Jend. Sudirman no. 629 KM.4, Palembang 30113 Indonesia
email :
[email protected],
[email protected]
3)
Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknik Musi
Jl. Bangau no. 60, Palembang 30113 Indonesia
email :
[email protected]
Abstract
People, who lives in modern city, uses smartphone as lifestyle. Functionality of smartphone, price and internet access is
getting more easier, cheaper and faster. People can get mental disorder easily, because it was congetial factor since inborn.
Mental disorder referred to as an abnormal condition. Psychologist can help and makes some interview (question and
answering technique) to exploring the problems of client. Interview is a part of counseling process. Development of MKonseling will be built by Expert System, which is an information system that uses human knowledge (Psychologist)
captured in computer to solve problems that ordinarily require human expertise and reasoning. Reasoning of rules are
modified from forward chaining method so results can be used as an overview of mobile counseling. Research is not to
make justification mental disorder, it is just probability of mental disorder.
Key words: Counseling, Expert System, Mobile
Abstrak :
Penggunaan perangkat mobile seperti ponsel cerdas (smartphone) menjadi kebutuhan masyarakat, dikarenakan
kemultifungsian perangkat mobile, harga yang relatif terjangkau, dukungan akses jaringan internet yang semakin mudah,
murah dan cepat. Perkembangan kota modern dengan tingkat kemacetan lalu lintas, polusi, kesenjangan sosial, padatnya
lapangan pekerjaan berdampak pada tingginya tingkat stress warga kota. Tingkat stress dapat menimbulkan gangguan
psikologi dan dapat dialami oleh siapa saja, hanya pemicunya yang beragam. Kondisi ini dapat diminimalisasi dengan
bantuan penanganan seorang psikolog melalui wawancara (teknik tanya jawab) dalam penggalian permasalahan yang
dialami oleh klien. Wawancara merupakan bagian dari tahap konseling. Minimnya jumlah konseling psikologi klinis
dengan para psikolog menjadi salah satu faktor pemikiran pembangunan aplikasi gangguan psikologi bermetode Sistem
Pakar Forward Chaining dalam mendiagnosa awal kemungkinan gejala gangguan psikologi. Hasil mobile konseling
merupakan gambaran proses konseling dengan psikolog, dan tidak menjustifikasi gangguan psikologi yang diderita klien.
Kata kunci: Konseling, Mobile, Sistem Pakar
1. Pendahuluan
Penggunaan perangkat mobile seperti ponsel cerdas
(smartphone) menjadi kebutuhan masyarakat, dikarenakan
multi fungsinya perangkat mobile tersebut dan harganya
yang relatif terjangkau. Perangkat mobile dapat digunakan
sebagai sumber informasi atau media komunikasi.
Smartphone merupakan peralatan terpopuler dalam
komputasi bergerak [1]. Saat ini, akses jaringan internet di
negara Indonesia menjadi semakin mudah, murah dan
cepat, misalnya provinsi Sumatera Selatan ditetapkan
sebagai cyber city yang merupakan konsep kota modern
berbasis teknologi, dimana masyarakat dapat mengakses
layanan informasi tanpa batas melalui internet. Dari 1,3
milyar lebih pengguna internet, hanya 37% pengguna yang
mengakses langsung internet melalui PC (personal
computer) atau laptop, 33% menggunakan PC dan
perangkat mobile, sedangkan 30% sisanya mengakses
internet melalui perangkat mobile [2]. Terdapat 2,5 (dua
koma lima) milyar perangkat mobile yang telah digunakan
dalam berbagai keperluan, dan sekitar 80% populasi dunia
tergabung dalam jaringan untuk berkomunikasi [3]. Pada
tahun 2015, diperkirakan akan ada 5 (lima) milyar
pengguna perangkat mobile [4]. Perkembangan kota
modern yang semakin pesat, seperti tingginya tingkat
kemacetan lalu lintas, polusi, kesenjangan sosial, padatnya
lapangan pekerjaan, tingkat individualisme yang tinggi
menimbulkan tingkat stress warga kota semakin
meningkat. Tingkat stress yang meningkat dapat
berdampak pada gangguan psikologi. Gangguan psikologi
dapat dialami oleh siapa saja, bahkan telah dimiliki oleh
setiap orang sejak lahir. Hanya faktor pemicu gangguan
tersebut yang beragam. Salah satu cara meminimalisasi
faktor pemicu gangguan adalah dengan menyalurkan hobi
maupun menurunkan tingkat stress secara sementara,
dengan bepergian ke tempat-tempat hiburan yang banyak
menjamur dan berkembang atau melakukan konseling
kepada human expert, dalam hal ini adalah psikolog.
Konseling adalah upaya bantuan yang diberikan seorang
pembimbing yang terlatih dan berpengalaman, terhadap
individu-individu yang membutuhkannya, agar individu
tersebut berkembang potensinya secara optimal, mampu
mengatasi masalahnya, dan mampu menyesuaikan diri
terhadap lingkungan yang selalu berubah [5]. Salah satu
bagian teknik konseling adalah wawancara (tanya jawab
dengan memberikan bentuk jawaban ya atau tidak).
Jumlah profesi psikolog terbatas. Keberadaan psikolog
klinis dan psikiater masih dibawah rasio ideal dengan
jumlah penduduk, yaitu 0,22:100 ribu [6]. Seseorang kerap
menghindari untuk berkonsultasi dengan psikolog, karena
berarti dirinya mengalami gangguan kesehatan mental dan
hal ini dianggap tabu. Terkadang seseorang mendatangi
psikolog
dalam
kondisi
yang
relatif
cukup
memprihatinkan, sehingga perlu penanganan yang lebih
mendalam dan memakan waktu yang relatif lebih lama.
Penelitian bertujuan membangun aplikasi sistem pakar
konseling psikologi klinis yang dapat mendiagnosa
kemungkinan seseorang mengalami gangguan berbasiskan
mobile, dimana tidak memberikan justifikasi gangguan
psikologi.
Manfaat penelitian adalah
1. Menghasilkan suatu rekomendasi penanganan
terhadap permasalahan yang dihadapi oleh klien.
2. Memberikan gambaran kepada masyarakat umum
tentang proses konseling dengan psikolog.
3. Melatih masyarakat untuk dapat berkonsultasi
dengan seorang psikolog dengan mengemukakan
kondisi yang dialami dan dirasakan.
4. Menjadi tolak ukur bagi psikolog atas kinerja yang
telah dilakukan sebelumnya.
5. Membumikan profesi psikolog
Penelitian untuk mendiagnosa kecenderungan perilaku
abnormal terhadap seseorang telah diimplementasikan
dengan bahasa pemrograman Visual Basic versi 6.0 dan
manajemen basisdata Microsoft Access 2003.
Pembatasan hak akses yang diterapkan pada sistem,
untuk mengolah basis pengetahuan dan basis aturan
hanya dapat dilakukan oleh admin/pakar [7]. Penelitian
dalam lingkup psikologi klinis secara on-line, dengan
menggunakan pemenuhan kondisi untuk lebih dari dua
gejala dalam satu jenis gangguan pada pendiagnosaan
awal klien gangguan psikologi klinis[8].
2. Tinjauan Pustaka
2.1 Sistem Pakar
Sistem pakar adalah sistem komputer yang mengemulasi
kemampuan pengambilan keputusan dari seorang
ahli/pakar [9]. Struktur sistem pakar ditunjukkan pada
gambar 1.
Komponen-komponen sistem pakar sebagai berikut :
a. Antar Muka Pengguna
Sistem pakar berisi pemrosesan bahasa dan
komunikasi antar pengguna dan komputer dengan
berorientasi pada permasalahan pengguna. Proses
komunikasi ini dapat dilakukan dengan baik bila
menggunakan bahasa natural yang kadang kala
direpresentasikan dalam bentuk menu, form atau
grafik.[10]
b. Basis pengetahuan
Basis pengetahuan berisi pengetahuan utama yang
relevan untuk memahami, memformulasikan dan
menyelesaikan masalah. Basis pengetahuan memiliki
dua elemen dasar, yaitu fakta dan aturan yang
menggunakan pengetahuan untuk memecahkan
masalah pada domain yang spesifik. Terbentuknya
aturan
berdasarkan
dari
fakta–fakta
yang
direpresentasikan dengan If-Then-else.
c. Mesin inferensi
Inferensi merupakan proses untuk menghasilkan
informasi dari fakta yang diketahui atau diasumsikan.
Konsep yang digunakan dalam mesin inferensi ada
dua macam, yaitu : runut balik (backward chainning)
dimana proses penalaran dimulai dari tujuan yang
diinginkan dan runut maju (forward chainning)
dimana proses penalaran dimulai dari kondisi atau
fakta yang diketahui menuju tujuan yang diinginkan.
d. Memory kerja
Memori kerja merupakan bagian dari sistem pakar
yang menyimpan fakta–fakta yang diperoleh saat
dilakukan proses konsultasi. Fakta–fakta inilah yang
nantinya akan diolah oleh mesin inferensi
berdasarkan pengetahuan yang disimpan dalam basis
pengetahuan untuk menentukan suatu keputusan
menyelesaikan masalah.
e. Fasilitas penjelasan
Fasilitas penjelasan merupakan proses yang
dilakukan oleh mesin inferensi selama sesi
konsultasi mencerminkan proses penalaran seorang
pakar karena pengguna kadangkala bukanlah dari
seorang ahli dibidangnya tersebut.
f. Fasilitas akuisisi pengetahuan
Seorang pakar memiliki kemampuan mengakuisisi
pengetahuan
berdasarkan
pengetahuan
yang
dimilikinya dan cara memakainya, belajar dari
pengetahuan
tersebut,
serta
meningkatkan
pengetahuan untuk konsultasi dimasa depan.
Mulai
Studi Pustaka
Teori Konseling
Definisi sistem pakar
Mobile Konseling
Psikologi Klinis
Aplikasi Mobile
Sistem Pengembangan Perangkat Lunak
Model Waterfall
Pengkajian tujuan pengembangan
Penetapan sasaran
Melakukan studi kelayakan
Identifikasi masalah
Analisa teknologi
Analisa informasi
Perancangan interface
Perancangan knowledge pakar
Perancangan basis data
Pemilihan sumber daya hardware/software
Penulisan program
Pengujian
Upload informasi
2.2 Penalaran Runut Maju (Forward Chaining)
Proses penalaran runut maju (forward chaining)
dimulai dengan menampilkan kumpulan fakta data atau
fakta yang menyakinkan menuju konklusi akhir. Jadi
dimulai dari premis–premis atau pemasukkan informasi
selanjutnya menuju konklusi. Sehingga informasi masukan
dapat berupa data, bukti, temuan ataupun runut maju
adalah diawali dari data hinga menuju tujuan.
Basis
pengetahuan
(Kaidah)
Mesin Inferensi
Analisis
Memory Kerja
(Fakta)
Agenda
Fasilitas
Penjelasan
Perencanaan
Perancangan
Fasilitas Akuisisi
Pengetahuan
Implementasi
Antar Muka
Pengguna
Selesai
Gambar 1. Struktur Sistem Pakar
2.3. Probabilitas Pendekatan Klasik
Probabilitas pendekatan klasik merupakan teori
pengambilan
keputusan
yang
memiliki
sifat
ketidakpastian. Apabila suatu peristiwa (Event) E dapat
terjadi sebanyak h dari sejumlah n kejadian yang
mempunyai kemungkinan sama untuk terjadi maka
probabilitas peristiwa E atau P(E) dapat dirumuskan
menggunakan formula persamaan 1. Formula simbol yang
digunakan pada psikologi klinis menjadi :
(1)
Keterangan:
P(F|g) : Probabilitas jenis gangguan jika gejala diketahui
P(g|F) : Probabilitas munculnya gejala jika jenis gangguan
diketahui
P(g) : Probabilitas gejala tanpa melihat jenis gangguan
apapun
3. Pembahasan dan Hasil Penelitian
Penelitian konseling psikologi klinis berbasis mobile
menggunakan metode penelitian dengan model
pengembangan perangkat lunak Waterfall [11],dan
secara rinci ditunjukkan pada gambar 2.
Gambar 2. Metode Penelitian Konseling Berbasis Mobile
Tahapan penelitian terdiri dari:
1. Tahapan Studi Pustaka
Tahapan studi pustaka merupakan tahapan mengkaji
dan membaca beberapa pustaka yang berkaitan dengan
ilmu psikologi klinis, jurnal penelitian, buku untuk
mendapatkan pengetahuan–pengetahuan berkaitan
dengan penelitian ini.
2. Perencanaan
Tahapan perencanaan terdiri dari penentuan tujuan
penelitian, penetapan sasaran dan melakukan studi
kelayakan. Terdapat beberapa faktor dalam studi
kelayakan yaitu penentuan masalah, pembentukan
sasaran sistem secara keseluruhan, pengidentifikasian
pengguna sistem, pembentukan lingkungan sistem.
3. Analisis
Tahapan perencanaan terdiri dari
a. Analisis teknologi
Menganalisis teknologi yang digunakan dalam
pembangunan Mobile-Konseling mencakup hardware,
software, peralatan jaringan, alat peripheral lainnya.
Setelah memperoleh perspektif tentang end-user, tahap
selanjutnya adalah mencari karakteristik atau tipe smart
phone yang akan digunakan. Dari 123 (seratus dua
puluh tiga) angket yang disebarkan kepada pelajar di
kota Palembang Sumatera Selatan tentang perangkat
mobile yang digunakan, maka smartphone dengan
sistem operasi Blackberry dan Android adalah sistem
operasi pada smartphone yang relatif dipergunakan.
Hal ini menjadi faktor pertimbangan penggunaan
perangkat lunak yang didukung sistem operasi
Android.
Tabel 1. Persentase pengguna phone dengan sistem operasi Android
aturan produksi penalaran runut maju. Apabila data
inputan tidak sesuai dengan kaidah aturan produksi maka
hasil diagnosa akan menggunakan metode Probabilitas
Pendekatan Klasik. Ditunjukkan pada gambar 3.
Akuisisi Pengetahuan
Pakar
(Psikologi Klinis)
Sistem Pakar
Aturan Produksi
(Rule Base)
If Then
Tidak memenuhi rule
No.
1
2
3
4
Sistem Operasi
Blackberry RIM
Android
Symbian
IOS
Persentase
36
57
5
2
Perangkat pengembangan menentukan kinerja dari
aplikasi yang akan dibangun. Adapun lingkungan
pengembangan terdiri dari
o Processor core i3
o Harddisk 320 GB
o Random Access Memory (RAM) 1 GB
o Mouse dan keyboard
o Monitor
o \MySQL Server
o Netbeans Version 7.0
o JME (Java Micro Edition) sebagai platform dasar
yang berjalan di setiap perangkat mobile yang
mendukung Java API.
o Jenis handphone dengan operation system Android
b. Perangkat Analisis informasi
Partisipan penelitian ini adalah para psikolog dan klien.
Penelitian dilakukan di klinik Psikologi Professional
Palembang. Teknik wawancara dengan narasumber
yaitu psikolog klinis professional dilakukan sebagai
salah satu proses transfer pengetahuan (akuisisi
pengetahuan). Tahapan ini dilakukan intensif kepada
pakar psikologi klinis untuk pengisian pengetahuan
pada sistem. Pengetahuan yang diisikan pada sistem
dapat diambil dari penyelesaian permasalahan oleh
narasumber yang telah didokumentasikan dan
diterjemahkan kembali oleh pakar agar dapat
disesuaikan pada tahapan implementasi pengisian
pengetahuan pada sistem.
4. Perancangan
Terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
a. Perancangan interface sistem
Perancangan interface sistem dilakukan dengan tujuan
agar end user dapat dengan mudah menggunakan sistem
tanpa harus dilakukan latihan terlebih dahulu.
b. Perancangan informasi
Data inputan (berupa gejala dan gangguan) akan
disimpan.Hasil analisa diagnosa (kesimpulan dari solusi
penanganan terhadap gangguan) dipengaruhi oleh proses
kondisi pendiagnosaan suatu gangguan dengan kaidah
Gejala > 2 pada
Gangguan
Masukkan
Jawaban (Y/T)
dari
Gejala
T
Antar Muka
Pengguna
Pengguna
Info diagnosa
Kemungkinan
Jenis Gangguan
Y
Data Base
Pengetahuan
Model Probabilitas
Pendekatan Klasik
Gambar 3. Arsitektur Penelitian
5. Implementasi
Implementasi penelitian terdiri dari beberapa tahap,
yaitu :
A. Penulisan program
Penulisan program dalam bahasa pemrograman Java
Mobile disesuaikan dengan rancangan interface yang
ada dan spesifikasi hardware.
B. Pengujian
Tahapan pengujian kebenaran fungsional perangkat
lunak dilakukan dengan metode Blackbox agar sistem
dapat dinyatakan siap digunakan. Pengujian dilakukan
secara localhost, dan selanjutnya diupload secara
global dengan hosting yang telah dibeli.
Penelitian menggunakan pencarian gejala-gejala yang
telah diklasifikasikan pada Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders (DSM) dan dipublikasikan
oleh Asosiasi Psikiatri Amerika, serta menggunakan
International Statistical Classification of Diseases and
Related Health Problems (ICD). Gejala-gejala dan jenis
gangguan merupakan data inputan dan disimpan dalam
aturan produksi. Penalaran yang digunakan pada penelitian
merupakan penalaran runut maju (forward chainning)
dimana proses penalaran dimulai dari kondisi atau fakta
yang diketahui menuju tujuan yang diinginkan. Sistem
digambarkan sebagai proses konseling melibatkan 2 orang,
yaitu seorang yang berprofesi sebagai psikolog dan
penderita (klien). Konseling dilakukan untuk mengetahui
permasalahan gangguan psikologi atau mental dan tidak
termasuk fisik yang dialami oleh seorang klien. Semua
aliran data dari proses – proses yang dilakukan oleh pakar
atau pengguna tergambar dari State Transition Diagram
(STD) dan dijadikan tool analisa dari proses sistem. Proses
interaksi antara pakar (psikolog) dengan pengguna
ditunjukkan pada gambar 4. Hasil analisa diagnosa
(kesimpulan dari solusi penanganan terhadap gangguan)
dipengaruhi oleh proses kondisi pendiagnosaan suatu
gangguan. Apabila data inputan tidak sesuai dengan aturan
produksi maka hasil diagnosa akan menggunakan metode
Probabilitas Pendekatan Klasik. Proses diawali dengan
pemilihan pada menu utama, apakah memilih mulai
penggunaan aplikasi atau tidak. Jika dipilih proses mulai
maka terjadi proses interaksi pengguna terhadap sistem
sebagai proses konseling (tanya jawab). Konseling
dilakukan dengan memberikan pertanyaan gejala-gejala
dan pertanyaan tersebut dijawab oleh pengguna akhir
dengan memilih jawaban ya atau jawaban tidak. Dari
sekian banyak pertanyaan yang diberikan, apabila jawaban
sesuai dengan kaidah aturan produksi maka hasil proses
adalah pengguna berkondisi normal. Apabila dari sekian
banyak pertanyaan yang dijawab tidak memenuhi kaidah
aturan produksi maka hasil proses adalah pengguna
kemungkinan mengalami gangguan psikologi. Beberapa
contoh gejala, gangguan dari hasil observasi dengan pakar
psikologi klinis ditunjukkan dalam tabel 2 dan tabel 3.
Kaidah merupakan suatu aturan produksi yang digunakan
sistem untuk menemukan suatu hasil. Karena penalaran
yang dipergunakan adalah merupakan penalaran runut
maju maka bila pengguna memberikan masukkan (YA)
pada pertanyaan yang diberikan oleh sistem maka sistem
akan melacak pada kaidah yang berhubungan dengan
pertanyaan selanjutnya. Jawaban (YA) yang diberikan oleh
pengguna pada sistem, menunjukkan untuk memberikan
pertanyaan selanjutnya yang berhubungan dengan hasil
akhir dan bila jawaban (TIDAK) maka pertanyaan
selanjutkan yang diberikan oleh sistem berkaitan dengan
hasil akhir yang lainnya. Kaidah penegakkan diagnosa
gangguan psikologi klinis direpresentasikan dalam struktur
pohon. Contoh kasus, apabila pengguna mengalami
pikiran obsesif (g1) maka pengguna menjawab YA.
Selanjutnya pertanyaan berikutnya, apakah pengguna
mengalami gangguan tapi gangguan tersebut tidak
mempengaruhi fisik (g2), apabila pengguna menjawab YA
kembali, maka pertanyaan diberikan kembali. Pengguna
diminta untuk menjawab pertanyaan apakah pengguna
menghindari situasi fobik (g5). Apabila pengguna
menjawab YA kembali, maka pertanyaan selanjutnya
adalah apakah pengguna mengalami pemikiran yang anehaneh bila situasi sosial diluar rumah. Jika pengguna
menjawab YA, maka hasil proses adalah kemungkinan
pengguna mengalami gangguan psikologi klinis Fobia
sosial (G2)
Tabel 2. Tabel nama gangguan
No
Kode
G1
G2
G3
G4
Nama jenis gangguan psikologi klinis
Agorafobia
Fobia sosial
Fobia khas (terisolasi)
Anxietas Paroksismal
Menu Utama
Keluar
Mulai
Tanya Jawab
Proses sesuai
kaidah aturan
Probabilitas
klasik
Hasil berupa
pernyataan kondisi
normal
Hasil berupa pernyataan
kemungkinan gangguan
psikologi
Gambar 4. State Transition Diagram Penelitian
Tabel 3. Tabel nama gejala
No
kode
g1
g2
g3
g4
g5
g6
g7
g8
g9
g10
g11
Nama gejala
pikiran obsesif
tidak adanya gangguan dipengaruhi oleh fisik
terjadi pemikiran aneh-aneh bila melakukan aktifitas disuatu
tempat atau saat berpergian
lebih merasa aman dan nyaman dirumah
menghindari situasi fobik
terjadi pemikiran yang aneh-aneh bila situasi sosial diluar
rumah
berfikir yang aneh-aneh terbatas pada objek tertentu
adanya merasa dipengaruhi oleh fisik
memiliki masa satu bulan berlangsung
tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat
diduga sebelumnya
panik bila membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan
terjadi
Adapun hasil penelitian adalah sebagai berikut:
Penerapan aplikasi sebaiknya digunakan oleh pihak
psikologi. Dari pihak yang terkait, terdapat multi pendapat
dimana salah satunya menyatakan bahwa aplikasi sistem
seolah-olah mengambil peran profesi psikolog.
Antarmuka yang dibuat merupakan antarmuka
sederhana yang berbentuk question answering (tanya
jawab berbentuk ya atau tidak). Antarmuka sistem
ditunjukkan pada gambar 5.
Penelitian Konseling Psikologi Klinis berbasis mobile
menggunakan smartphone yang berbasiskan Java. Hal ini
didasari oleh angket yang disebarkan ke 123 (seratus dua
puluh tiga) responden.
Aplikasi dapat dijadikan alat bantu untuk pembelajaran
mahasiswa jurusan psikologi dalam memberikan diagnosa
awal. Sebagian besar data yang dimasukkan merupakan
data yang terambil dari panduan Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders (DSM).
4. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian adalah
sebagai berikut:
Pengetahuan yang bersifat statis. Kekurangan dari
penelitian adalah representasi pengetahuan atas pakar
yang dibuat masih bersifat statis, tidak dapat diupdate
dan merupakan permasalahan yang paling sering
dijumpai dalam proses konseling.
Pengetahuan pada penelitian selanjutnya, diharapkan
dapat bersifat dinamis.
Penerapan
konseling
sistem
mobile
dalam
mendiagnosa kemungkinan gangguan psikologi klinis
membantu pendiagnosaan awal gangguan psikologi
klinis. Ditunjukkan pada gambar 6.
Gambar 6. Hasil Konseling Psikologi Klinis Berbasis Mobile
REFERENSI
Gambar 5. Antarmuka Konseling Psikologi Klinis berbasis mobile
[1] Hart, J. dan Hannan, M. 2004, “The Future of Mobile
Technology and Mobile Wireless Computing”, Emerald
Publshing, Campus-Wide Information Systems vol21 Iss:5,
pp.201-204
[2] Bubley, D., 2008, The Relative Importance of PC and
Mobile –Based Internet Access diakses Juni 2013 http://
http://seekingalpha.com/article/60477-the-relativeimportance-of-pc-and-mobile-based-internet-access
[3] Kushchu, I, 2007, “Positive Contributions of Mobile Phones
to Society”, Publication Mobile Government Consortium
International United of Kingdom
[4] Hassan,A. dan Semkwiji, D., 2011, “The Role of Mobile
Phones on Sustainable Livelihood”, Economic and Social
Research Foundation, Tanzania, Discussion Paper no. 33
[5] Willis, S., 2013, “Konseling Individual Teori dan Praktek”,
Alfabeta Bandung
[6] Hamid, E. S., 2012, Tenaga Psikologi di Indonesia Masih
Kurang, http://www.psikologizone.com/tenaga-psikologi-diindonesia-masih-kurang/065116062, diakses 07 Juni 2013
[7] Lempao, C.T., 2011, Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa
Kecenderungan Perilaku Abnormal, Naskah Publikasi,
Jurusan Teknik Informatika, AMIKOM Yogyakarta.
[8] Nurmansyah, W., 2012, “Sistem Pakar untuk Menentukan
Jenis Gangguan Psikologi Klinis Menggunakan Forward
Chaining dan Formula Bayes
(Studi Kasus: Klinik
Psikologi UGM)”, Tesis, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta
[9] Giarratano, J. dan Riley, G., 2005, Expert System Principles
and Programming, edisi 4., Thomson Course Technologi
[10] Turban, E. dan Aronson, J.E., 2001, Decision Support
System and Intelligence Systems, edisi 6., Prentice Hall
[11] Wiryasaputra,R., Gustriansyah, R., dan Nurmansyah, W.,
Pembangunan M-Konseling Psikologi Klinis, Prosiding
Seminar
Nasional
Teknologi
Informasi
(Public
Telecommunication Database Management Systems in
Information Technology” ISSN 1829-9156,no.1 vol 10