Academia.eduAcademia.edu

KONSELING PSIKOLOGI KLINIS BERBASIS MOBILE

People, who lives in modern city, uses smartphone as lifestyle. Functionality of smartphone, price and internet access is getting more easier, cheaper and faster. People can get mental disorder easily, because it was congetial factor since inborn. Mental disorder referred to as an abnormal condition. Psychologist can help and makes some interview (question and answering technique) to exploring the problems of client. Interview is a part of counseling process. Development of M-Konseling will be built by Expert System, which is an information system that uses human knowledge (Psychologist) captured in computer to solve problems that ordinarily require human expertise and reasoning. Reasoning of rules are modified from forward chaining method so results can be used as an overview of mobile counseling. Research is not to make justification mental disorder, it is just probability of mental disorder. Abstrak : Penggunaan perangkat mobile seperti ponsel cerdas (smartphone) menjadi kebutuhan masyarakat, dikarenakan kemultifungsian perangkat mobile, harga yang relatif terjangkau, dukungan akses jaringan internet yang semakin mudah, murah dan cepat. Perkembangan kota modern dengan tingkat kemacetan lalu lintas, polusi, kesenjangan sosial, padatnya lapangan pekerjaan berdampak pada tingginya tingkat stress warga kota. Tingkat stress dapat menimbulkan gangguan psikologi dan dapat dialami oleh siapa saja, hanya pemicunya yang beragam. Kondisi ini dapat diminimalisasi dengan bantuan penanganan seorang psikolog melalui wawancara (teknik tanya jawab) dalam penggalian permasalahan yang dialami oleh klien. Wawancara merupakan bagian dari tahap konseling. Minimnya jumlah konseling psikologi klinis dengan para psikolog menjadi salah satu faktor pemikiran pembangunan aplikasi gangguan psikologi bermetode Sistem Pakar Forward Chaining dalam mendiagnosa awal kemungkinan gejala gangguan psikologi. Hasil mobile konseling merupakan gambaran proses konseling dengan psikolog, dan tidak menjustifikasi gangguan psikologi yang diderita klien.

KONSELING PSIKOLOGI KLINIS BERBASIS MOBILE Rita Wiryasaputra 1) Rendra Gustriansyah 2) Wawan Nurmansyah 3) 1,2) Teknik Informatika Universitas Indo Global Mandiri Jl. Jend. Sudirman no. 629 KM.4, Palembang 30113 Indonesia email : [email protected], [email protected] 3) Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknik Musi Jl. Bangau no. 60, Palembang 30113 Indonesia email : [email protected] Abstract People, who lives in modern city, uses smartphone as lifestyle. Functionality of smartphone, price and internet access is getting more easier, cheaper and faster. People can get mental disorder easily, because it was congetial factor since inborn. Mental disorder referred to as an abnormal condition. Psychologist can help and makes some interview (question and answering technique) to exploring the problems of client. Interview is a part of counseling process. Development of MKonseling will be built by Expert System, which is an information system that uses human knowledge (Psychologist) captured in computer to solve problems that ordinarily require human expertise and reasoning. Reasoning of rules are modified from forward chaining method so results can be used as an overview of mobile counseling. Research is not to make justification mental disorder, it is just probability of mental disorder. Key words: Counseling, Expert System, Mobile Abstrak : Penggunaan perangkat mobile seperti ponsel cerdas (smartphone) menjadi kebutuhan masyarakat, dikarenakan kemultifungsian perangkat mobile, harga yang relatif terjangkau, dukungan akses jaringan internet yang semakin mudah, murah dan cepat. Perkembangan kota modern dengan tingkat kemacetan lalu lintas, polusi, kesenjangan sosial, padatnya lapangan pekerjaan berdampak pada tingginya tingkat stress warga kota. Tingkat stress dapat menimbulkan gangguan psikologi dan dapat dialami oleh siapa saja, hanya pemicunya yang beragam. Kondisi ini dapat diminimalisasi dengan bantuan penanganan seorang psikolog melalui wawancara (teknik tanya jawab) dalam penggalian permasalahan yang dialami oleh klien. Wawancara merupakan bagian dari tahap konseling. Minimnya jumlah konseling psikologi klinis dengan para psikolog menjadi salah satu faktor pemikiran pembangunan aplikasi gangguan psikologi bermetode Sistem Pakar Forward Chaining dalam mendiagnosa awal kemungkinan gejala gangguan psikologi. Hasil mobile konseling merupakan gambaran proses konseling dengan psikolog, dan tidak menjustifikasi gangguan psikologi yang diderita klien. Kata kunci: Konseling, Mobile, Sistem Pakar 1. Pendahuluan Penggunaan perangkat mobile seperti ponsel cerdas (smartphone) menjadi kebutuhan masyarakat, dikarenakan multi fungsinya perangkat mobile tersebut dan harganya yang relatif terjangkau. Perangkat mobile dapat digunakan sebagai sumber informasi atau media komunikasi. Smartphone merupakan peralatan terpopuler dalam komputasi bergerak [1]. Saat ini, akses jaringan internet di negara Indonesia menjadi semakin mudah, murah dan cepat, misalnya provinsi Sumatera Selatan ditetapkan sebagai cyber city yang merupakan konsep kota modern berbasis teknologi, dimana masyarakat dapat mengakses layanan informasi tanpa batas melalui internet. Dari 1,3 milyar lebih pengguna internet, hanya 37% pengguna yang mengakses langsung internet melalui PC (personal computer) atau laptop, 33% menggunakan PC dan perangkat mobile, sedangkan 30% sisanya mengakses internet melalui perangkat mobile [2]. Terdapat 2,5 (dua koma lima) milyar perangkat mobile yang telah digunakan dalam berbagai keperluan, dan sekitar 80% populasi dunia tergabung dalam jaringan untuk berkomunikasi [3]. Pada tahun 2015, diperkirakan akan ada 5 (lima) milyar pengguna perangkat mobile [4]. Perkembangan kota modern yang semakin pesat, seperti tingginya tingkat kemacetan lalu lintas, polusi, kesenjangan sosial, padatnya lapangan pekerjaan, tingkat individualisme yang tinggi menimbulkan tingkat stress warga kota semakin meningkat. Tingkat stress yang meningkat dapat berdampak pada gangguan psikologi. Gangguan psikologi dapat dialami oleh siapa saja, bahkan telah dimiliki oleh setiap orang sejak lahir. Hanya faktor pemicu gangguan tersebut yang beragam. Salah satu cara meminimalisasi faktor pemicu gangguan adalah dengan menyalurkan hobi maupun menurunkan tingkat stress secara sementara, dengan bepergian ke tempat-tempat hiburan yang banyak menjamur dan berkembang atau melakukan konseling kepada human expert, dalam hal ini adalah psikolog. Konseling adalah upaya bantuan yang diberikan seorang pembimbing yang terlatih dan berpengalaman, terhadap individu-individu yang membutuhkannya, agar individu tersebut berkembang potensinya secara optimal, mampu mengatasi masalahnya, dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu berubah [5]. Salah satu bagian teknik konseling adalah wawancara (tanya jawab dengan memberikan bentuk jawaban ya atau tidak). Jumlah profesi psikolog terbatas. Keberadaan psikolog klinis dan psikiater masih dibawah rasio ideal dengan jumlah penduduk, yaitu 0,22:100 ribu [6]. Seseorang kerap menghindari untuk berkonsultasi dengan psikolog, karena berarti dirinya mengalami gangguan kesehatan mental dan hal ini dianggap tabu. Terkadang seseorang mendatangi psikolog dalam kondisi yang relatif cukup memprihatinkan, sehingga perlu penanganan yang lebih mendalam dan memakan waktu yang relatif lebih lama. Penelitian bertujuan membangun aplikasi sistem pakar konseling psikologi klinis yang dapat mendiagnosa kemungkinan seseorang mengalami gangguan berbasiskan mobile, dimana tidak memberikan justifikasi gangguan psikologi. Manfaat penelitian adalah 1. Menghasilkan suatu rekomendasi penanganan terhadap permasalahan yang dihadapi oleh klien. 2. Memberikan gambaran kepada masyarakat umum tentang proses konseling dengan psikolog. 3. Melatih masyarakat untuk dapat berkonsultasi dengan seorang psikolog dengan mengemukakan kondisi yang dialami dan dirasakan. 4. Menjadi tolak ukur bagi psikolog atas kinerja yang telah dilakukan sebelumnya. 5. Membumikan profesi psikolog Penelitian untuk mendiagnosa kecenderungan perilaku abnormal terhadap seseorang telah diimplementasikan dengan bahasa pemrograman Visual Basic versi 6.0 dan manajemen basisdata Microsoft Access 2003. Pembatasan hak akses yang diterapkan pada sistem, untuk mengolah basis pengetahuan dan basis aturan hanya dapat dilakukan oleh admin/pakar [7]. Penelitian dalam lingkup psikologi klinis secara on-line, dengan menggunakan pemenuhan kondisi untuk lebih dari dua gejala dalam satu jenis gangguan pada pendiagnosaan awal klien gangguan psikologi klinis[8]. 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Sistem Pakar Sistem pakar adalah sistem komputer yang mengemulasi kemampuan pengambilan keputusan dari seorang ahli/pakar [9]. Struktur sistem pakar ditunjukkan pada gambar 1. Komponen-komponen sistem pakar sebagai berikut : a. Antar Muka Pengguna Sistem pakar berisi pemrosesan bahasa dan komunikasi antar pengguna dan komputer dengan berorientasi pada permasalahan pengguna. Proses komunikasi ini dapat dilakukan dengan baik bila menggunakan bahasa natural yang kadang kala direpresentasikan dalam bentuk menu, form atau grafik.[10] b. Basis pengetahuan Basis pengetahuan berisi pengetahuan utama yang relevan untuk memahami, memformulasikan dan menyelesaikan masalah. Basis pengetahuan memiliki dua elemen dasar, yaitu fakta dan aturan yang menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah pada domain yang spesifik. Terbentuknya aturan berdasarkan dari fakta–fakta yang direpresentasikan dengan If-Then-else. c. Mesin inferensi Inferensi merupakan proses untuk menghasilkan informasi dari fakta yang diketahui atau diasumsikan. Konsep yang digunakan dalam mesin inferensi ada dua macam, yaitu : runut balik (backward chainning) dimana proses penalaran dimulai dari tujuan yang diinginkan dan runut maju (forward chainning) dimana proses penalaran dimulai dari kondisi atau fakta yang diketahui menuju tujuan yang diinginkan. d. Memory kerja Memori kerja merupakan bagian dari sistem pakar yang menyimpan fakta–fakta yang diperoleh saat dilakukan proses konsultasi. Fakta–fakta inilah yang nantinya akan diolah oleh mesin inferensi berdasarkan pengetahuan yang disimpan dalam basis pengetahuan untuk menentukan suatu keputusan menyelesaikan masalah. e. Fasilitas penjelasan Fasilitas penjelasan merupakan proses yang dilakukan oleh mesin inferensi selama sesi konsultasi mencerminkan proses penalaran seorang pakar karena pengguna kadangkala bukanlah dari seorang ahli dibidangnya tersebut. f. Fasilitas akuisisi pengetahuan Seorang pakar memiliki kemampuan mengakuisisi pengetahuan berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya dan cara memakainya, belajar dari pengetahuan tersebut, serta meningkatkan pengetahuan untuk konsultasi dimasa depan. Mulai Studi Pustaka      Teori Konseling Definisi sistem pakar Mobile Konseling Psikologi Klinis Aplikasi Mobile Sistem Pengembangan Perangkat Lunak Model Waterfall    Pengkajian tujuan pengembangan Penetapan sasaran Melakukan studi kelayakan    Identifikasi masalah Analisa teknologi Analisa informasi    Perancangan interface Perancangan knowledge pakar Perancangan basis data     Pemilihan sumber daya hardware/software Penulisan program Pengujian Upload informasi 2.2 Penalaran Runut Maju (Forward Chaining) Proses penalaran runut maju (forward chaining) dimulai dengan menampilkan kumpulan fakta data atau fakta yang menyakinkan menuju konklusi akhir. Jadi dimulai dari premis–premis atau pemasukkan informasi selanjutnya menuju konklusi. Sehingga informasi masukan dapat berupa data, bukti, temuan ataupun runut maju adalah diawali dari data hinga menuju tujuan. Basis pengetahuan (Kaidah) Mesin Inferensi Analisis Memory Kerja (Fakta) Agenda Fasilitas Penjelasan Perencanaan Perancangan Fasilitas Akuisisi Pengetahuan Implementasi Antar Muka Pengguna Selesai Gambar 1. Struktur Sistem Pakar 2.3. Probabilitas Pendekatan Klasik Probabilitas pendekatan klasik merupakan teori pengambilan keputusan yang memiliki sifat ketidakpastian. Apabila suatu peristiwa (Event) E dapat terjadi sebanyak h dari sejumlah n kejadian yang mempunyai kemungkinan sama untuk terjadi maka probabilitas peristiwa E atau P(E) dapat dirumuskan menggunakan formula persamaan 1. Formula simbol yang digunakan pada psikologi klinis menjadi : (1) Keterangan: P(F|g) : Probabilitas jenis gangguan jika gejala diketahui P(g|F) : Probabilitas munculnya gejala jika jenis gangguan diketahui P(g) : Probabilitas gejala tanpa melihat jenis gangguan apapun 3. Pembahasan dan Hasil Penelitian Penelitian konseling psikologi klinis berbasis mobile menggunakan metode penelitian dengan model pengembangan perangkat lunak Waterfall [11],dan secara rinci ditunjukkan pada gambar 2. Gambar 2. Metode Penelitian Konseling Berbasis Mobile Tahapan penelitian terdiri dari: 1. Tahapan Studi Pustaka Tahapan studi pustaka merupakan tahapan mengkaji dan membaca beberapa pustaka yang berkaitan dengan ilmu psikologi klinis, jurnal penelitian, buku untuk mendapatkan pengetahuan–pengetahuan berkaitan dengan penelitian ini. 2. Perencanaan Tahapan perencanaan terdiri dari penentuan tujuan penelitian, penetapan sasaran dan melakukan studi kelayakan. Terdapat beberapa faktor dalam studi kelayakan yaitu penentuan masalah, pembentukan sasaran sistem secara keseluruhan, pengidentifikasian pengguna sistem, pembentukan lingkungan sistem. 3. Analisis Tahapan perencanaan terdiri dari a. Analisis teknologi Menganalisis teknologi yang digunakan dalam pembangunan Mobile-Konseling mencakup hardware, software, peralatan jaringan, alat peripheral lainnya. Setelah memperoleh perspektif tentang end-user, tahap selanjutnya adalah mencari karakteristik atau tipe smart phone yang akan digunakan. Dari 123 (seratus dua puluh tiga) angket yang disebarkan kepada pelajar di kota Palembang Sumatera Selatan tentang perangkat mobile yang digunakan, maka smartphone dengan sistem operasi Blackberry dan Android adalah sistem operasi pada smartphone yang relatif dipergunakan. Hal ini menjadi faktor pertimbangan penggunaan perangkat lunak yang didukung sistem operasi Android. Tabel 1. Persentase pengguna phone dengan sistem operasi Android aturan produksi penalaran runut maju. Apabila data inputan tidak sesuai dengan kaidah aturan produksi maka hasil diagnosa akan menggunakan metode Probabilitas Pendekatan Klasik. Ditunjukkan pada gambar 3. Akuisisi Pengetahuan Pakar (Psikologi Klinis) Sistem Pakar Aturan Produksi (Rule Base) If  Then Tidak memenuhi rule No. 1 2 3 4 Sistem Operasi Blackberry RIM Android Symbian IOS Persentase 36 57 5 2 Perangkat pengembangan menentukan kinerja dari aplikasi yang akan dibangun. Adapun lingkungan pengembangan terdiri dari o Processor core i3 o Harddisk 320 GB o Random Access Memory (RAM) 1 GB o Mouse dan keyboard o Monitor o \MySQL Server o Netbeans Version 7.0 o JME (Java Micro Edition) sebagai platform dasar yang berjalan di setiap perangkat mobile yang mendukung Java API. o Jenis handphone dengan operation system Android b. Perangkat Analisis informasi Partisipan penelitian ini adalah para psikolog dan klien. Penelitian dilakukan di klinik Psikologi Professional Palembang. Teknik wawancara dengan narasumber yaitu psikolog klinis professional dilakukan sebagai salah satu proses transfer pengetahuan (akuisisi pengetahuan). Tahapan ini dilakukan intensif kepada pakar psikologi klinis untuk pengisian pengetahuan pada sistem. Pengetahuan yang diisikan pada sistem dapat diambil dari penyelesaian permasalahan oleh narasumber yang telah didokumentasikan dan diterjemahkan kembali oleh pakar agar dapat disesuaikan pada tahapan implementasi pengisian pengetahuan pada sistem. 4. Perancangan Terdiri dari beberapa tahap, yaitu: a. Perancangan interface sistem Perancangan interface sistem dilakukan dengan tujuan agar end user dapat dengan mudah menggunakan sistem tanpa harus dilakukan latihan terlebih dahulu. b. Perancangan informasi Data inputan (berupa gejala dan gangguan) akan disimpan.Hasil analisa diagnosa (kesimpulan dari solusi penanganan terhadap gangguan) dipengaruhi oleh proses kondisi pendiagnosaan suatu gangguan dengan kaidah Gejala > 2 pada Gangguan Masukkan Jawaban (Y/T) dari Gejala T Antar Muka Pengguna Pengguna Info diagnosa Kemungkinan Jenis Gangguan Y Data Base Pengetahuan Model Probabilitas Pendekatan Klasik Gambar 3. Arsitektur Penelitian 5. Implementasi Implementasi penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu : A. Penulisan program Penulisan program dalam bahasa pemrograman Java Mobile disesuaikan dengan rancangan interface yang ada dan spesifikasi hardware. B. Pengujian Tahapan pengujian kebenaran fungsional perangkat lunak dilakukan dengan metode Blackbox agar sistem dapat dinyatakan siap digunakan. Pengujian dilakukan secara localhost, dan selanjutnya diupload secara global dengan hosting yang telah dibeli. Penelitian menggunakan pencarian gejala-gejala yang telah diklasifikasikan pada Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) dan dipublikasikan oleh Asosiasi Psikiatri Amerika, serta menggunakan International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems (ICD). Gejala-gejala dan jenis gangguan merupakan data inputan dan disimpan dalam aturan produksi. Penalaran yang digunakan pada penelitian merupakan penalaran runut maju (forward chainning) dimana proses penalaran dimulai dari kondisi atau fakta yang diketahui menuju tujuan yang diinginkan. Sistem digambarkan sebagai proses konseling melibatkan 2 orang, yaitu seorang yang berprofesi sebagai psikolog dan penderita (klien). Konseling dilakukan untuk mengetahui permasalahan gangguan psikologi atau mental dan tidak termasuk fisik yang dialami oleh seorang klien. Semua aliran data dari proses – proses yang dilakukan oleh pakar atau pengguna tergambar dari State Transition Diagram (STD) dan dijadikan tool analisa dari proses sistem. Proses interaksi antara pakar (psikolog) dengan pengguna ditunjukkan pada gambar 4. Hasil analisa diagnosa (kesimpulan dari solusi penanganan terhadap gangguan) dipengaruhi oleh proses kondisi pendiagnosaan suatu gangguan. Apabila data inputan tidak sesuai dengan aturan produksi maka hasil diagnosa akan menggunakan metode Probabilitas Pendekatan Klasik. Proses diawali dengan pemilihan pada menu utama, apakah memilih mulai penggunaan aplikasi atau tidak. Jika dipilih proses mulai maka terjadi proses interaksi pengguna terhadap sistem sebagai proses konseling (tanya jawab). Konseling dilakukan dengan memberikan pertanyaan gejala-gejala dan pertanyaan tersebut dijawab oleh pengguna akhir dengan memilih jawaban ya atau jawaban tidak. Dari sekian banyak pertanyaan yang diberikan, apabila jawaban sesuai dengan kaidah aturan produksi maka hasil proses adalah pengguna berkondisi normal. Apabila dari sekian banyak pertanyaan yang dijawab tidak memenuhi kaidah aturan produksi maka hasil proses adalah pengguna kemungkinan mengalami gangguan psikologi. Beberapa contoh gejala, gangguan dari hasil observasi dengan pakar psikologi klinis ditunjukkan dalam tabel 2 dan tabel 3. Kaidah merupakan suatu aturan produksi yang digunakan sistem untuk menemukan suatu hasil. Karena penalaran yang dipergunakan adalah merupakan penalaran runut maju maka bila pengguna memberikan masukkan (YA) pada pertanyaan yang diberikan oleh sistem maka sistem akan melacak pada kaidah yang berhubungan dengan pertanyaan selanjutnya. Jawaban (YA) yang diberikan oleh pengguna pada sistem, menunjukkan untuk memberikan pertanyaan selanjutnya yang berhubungan dengan hasil akhir dan bila jawaban (TIDAK) maka pertanyaan selanjutkan yang diberikan oleh sistem berkaitan dengan hasil akhir yang lainnya. Kaidah penegakkan diagnosa gangguan psikologi klinis direpresentasikan dalam struktur pohon. Contoh kasus, apabila pengguna mengalami pikiran obsesif (g1) maka pengguna menjawab YA. Selanjutnya pertanyaan berikutnya, apakah pengguna mengalami gangguan tapi gangguan tersebut tidak mempengaruhi fisik (g2), apabila pengguna menjawab YA kembali, maka pertanyaan diberikan kembali. Pengguna diminta untuk menjawab pertanyaan apakah pengguna menghindari situasi fobik (g5). Apabila pengguna menjawab YA kembali, maka pertanyaan selanjutnya adalah apakah pengguna mengalami pemikiran yang anehaneh bila situasi sosial diluar rumah. Jika pengguna menjawab YA, maka hasil proses adalah kemungkinan pengguna mengalami gangguan psikologi klinis Fobia sosial (G2) Tabel 2. Tabel nama gangguan No Kode G1 G2 G3 G4 Nama jenis gangguan psikologi klinis Agorafobia Fobia sosial Fobia khas (terisolasi) Anxietas Paroksismal Menu Utama Keluar Mulai Tanya Jawab Proses sesuai kaidah aturan Probabilitas klasik Hasil berupa pernyataan kondisi normal Hasil berupa pernyataan kemungkinan gangguan psikologi Gambar 4. State Transition Diagram Penelitian Tabel 3. Tabel nama gejala No kode g1 g2 g3 g4 g5 g6 g7 g8 g9 g10 g11 Nama gejala pikiran obsesif tidak adanya gangguan dipengaruhi oleh fisik terjadi pemikiran aneh-aneh bila melakukan aktifitas disuatu tempat atau saat berpergian lebih merasa aman dan nyaman dirumah menghindari situasi fobik terjadi pemikiran yang aneh-aneh bila situasi sosial diluar rumah berfikir yang aneh-aneh terbatas pada objek tertentu adanya merasa dipengaruhi oleh fisik memiliki masa satu bulan berlangsung tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya panik bila membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan terjadi Adapun hasil penelitian adalah sebagai berikut: Penerapan aplikasi sebaiknya digunakan oleh pihak psikologi. Dari pihak yang terkait, terdapat multi pendapat dimana salah satunya menyatakan bahwa aplikasi sistem seolah-olah mengambil peran profesi psikolog. Antarmuka yang dibuat merupakan antarmuka sederhana yang berbentuk question answering (tanya jawab berbentuk ya atau tidak). Antarmuka sistem ditunjukkan pada gambar 5. Penelitian Konseling Psikologi Klinis berbasis mobile menggunakan smartphone yang berbasiskan Java. Hal ini didasari oleh angket yang disebarkan ke 123 (seratus dua puluh tiga) responden. Aplikasi dapat dijadikan alat bantu untuk pembelajaran mahasiswa jurusan psikologi dalam memberikan diagnosa awal. Sebagian besar data yang dimasukkan merupakan data yang terambil dari panduan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM). 4. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian adalah sebagai berikut: Pengetahuan yang bersifat statis. Kekurangan dari penelitian adalah representasi pengetahuan atas pakar yang dibuat masih bersifat statis, tidak dapat diupdate dan merupakan permasalahan yang paling sering dijumpai dalam proses konseling. Pengetahuan pada penelitian selanjutnya, diharapkan dapat bersifat dinamis. Penerapan konseling sistem mobile dalam mendiagnosa kemungkinan gangguan psikologi klinis membantu pendiagnosaan awal gangguan psikologi klinis. Ditunjukkan pada gambar 6. Gambar 6. Hasil Konseling Psikologi Klinis Berbasis Mobile REFERENSI Gambar 5. Antarmuka Konseling Psikologi Klinis berbasis mobile [1] Hart, J. dan Hannan, M. 2004, “The Future of Mobile Technology and Mobile Wireless Computing”, Emerald Publshing, Campus-Wide Information Systems vol21 Iss:5, pp.201-204 [2] Bubley, D., 2008, The Relative Importance of PC and Mobile –Based Internet Access diakses Juni 2013 http:// http://seekingalpha.com/article/60477-the-relativeimportance-of-pc-and-mobile-based-internet-access [3] Kushchu, I, 2007, “Positive Contributions of Mobile Phones to Society”, Publication Mobile Government Consortium International United of Kingdom [4] Hassan,A. dan Semkwiji, D., 2011, “The Role of Mobile Phones on Sustainable Livelihood”, Economic and Social Research Foundation, Tanzania, Discussion Paper no. 33 [5] Willis, S., 2013, “Konseling Individual Teori dan Praktek”, Alfabeta Bandung [6] Hamid, E. S., 2012, Tenaga Psikologi di Indonesia Masih Kurang, http://www.psikologizone.com/tenaga-psikologi-diindonesia-masih-kurang/065116062, diakses 07 Juni 2013 [7] Lempao, C.T., 2011, Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Kecenderungan Perilaku Abnormal, Naskah Publikasi, Jurusan Teknik Informatika, AMIKOM Yogyakarta. [8] Nurmansyah, W., 2012, “Sistem Pakar untuk Menentukan Jenis Gangguan Psikologi Klinis Menggunakan Forward Chaining dan Formula Bayes (Studi Kasus: Klinik Psikologi UGM)”, Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta [9] Giarratano, J. dan Riley, G., 2005, Expert System Principles and Programming, edisi 4., Thomson Course Technologi [10] Turban, E. dan Aronson, J.E., 2001, Decision Support System and Intelligence Systems, edisi 6., Prentice Hall [11] Wiryasaputra,R., Gustriansyah, R., dan Nurmansyah, W., Pembangunan M-Konseling Psikologi Klinis, Prosiding Seminar Nasional Teknologi Informasi (Public Telecommunication Database Management Systems in Information Technology” ISSN 1829-9156,no.1 vol 10