Academia.eduAcademia.edu

Bertasawuf versi Syeikh Hisyam Kabbani

2016, Majalah Tebuireng

Syeikh Hisyam Kabbani berpendapat bahwa Keberadaan mursyid bukan syarat utama bertasawuf

1 Bertasawuf versi Syeikh Muhammad Hisyam Kabbani1 Oleh: Fadh Ahmad Arifan2 Jauh sebelum nama Syeikh Muhammad Hisyam Kabbani dan syeikh Nazim melejit seperti sekarang, pertama kali lihat foto beliau di notebook Dr. Abbas arfan (dosen Fakultas Syariah di UIN Malang). Dari situlah saya tahu bahwa beliau pengagum ajaran Naqsyabandiah haqqani. Kemudian dalam acara “jazirah islam” yang tayang tiap bulan Romadhon, saya saksikan liputan tentang minoritas Muslim di Meksiko. Di rumah salah seorang muslim disana, dipajang foto Syeikh Hisyam kabbani. Kata muslimah meksiko tersebut, ia tertarik masuk islam karena rekaman ceramah-ceramah syeikh Hisyam kabbani. Syeikh Hisyam adalah mursyid (guru) Tarekat Naqsyabandiah haqqani di Amerika. Beliau bersama keluarganya tiba ke Amerika pada tahun 1990. Beliau ternyata menantu syeikh Nazim al-Haqqani. Tentang sosok syekh Nazim, beliau pernah dibaiat oleh syeikh Dagestan menjadi anggota tarekat Naqsyabandiah. Pada tahun 1965 Syeikh Nazim pernah mengalami pengusiran di Siprus karena kritik kritiknya kepada pemerintah sekuler pimpinan uskup Makarios dan Dr Fazil.3 Tarekat Naqsyabandiah Haqqani resmi beraktivitas di Indonesia sejak bulan April tahun 1997. KH. Mustafa Mas'ud dibaiat dan ditunjuk sebagai (wakil) syeikh Nazim Haqqani. Aktivitas Tarekat ini berlangsung di zawiyah-zawiyah yang ada di Kampung melayu (Jakarta), Nagrek (jawa barat), dan Pekalongan. Pengikut tarekat ini dibekali buku saku yang berjudul "Sholat dan amalan harian Naqsyabandi".4 Di dalam Tarekat ini terdapat amalan wirid yang terbagi ke dalam 3 tingkatan. Pertama, Wirid harian untuk tingkat Murid. Kedua, wirid harian untuk tingkat Musta‟id, 1 Artikel ini telah dimuat dalam Majalah Tebuireng edisi Juni 2016 Penulis adalah alumni Jurusan Studi Islam di Pascasarjana UIN Malang dan kini menjadi Pengajar Aqidah akhlak di MTs-MA Muhammadiyah 2 kota Malang 3 Jamal malik dan John Hinnels (ed), Sufi-sufi Diaspora, (Jakarta: Mizan, 2015), hal 208-209 4 KH. A.Aziz Masyhuri, Ensiklopedi 22 Aliran Tarekat Dalam Tasawuf, (Surabaya : Imtiyaz, 2011), hal 170172 2 2 dan yang ketiga wirid harian untuk tingkat pemula serta Muhib (pecinta). Pengikutnya didorong membaca shalawat 300 kali tiap hari jumat, 1 juz al-Quran, surah al-Ikhlas (100 kali) dan 1 bagian kitab Dala‟ilu „l-khayrat. Ajaran wirid harian yang diamalkan dalam Tarekat ini bersumber dari Syeikh al-Dagestani, diharapkan dengan wirid harian ini, pengikutnya dapat mencapai seluruh maqam dalam tarekat Naqsyabandiah.5 Di Indonesia, ajaran tasawuf syekh Hisyam tidak dikategorikan menyimpang oleh MUI. Berbeda dengan di Malaysia, sejak tahun 2000, ajaran syeikh Hisyam Kabbani dan Naqsyabandiah Haqqani difatwa sesat oleh majelis fatwa kebangsaan. Menurut Syeikh Hisyam, Tasawuf tidak berangkat dari titik hampa. Dasar tasawuf disebutkan dua kali dalam Al-Quran. Pertama, saat Allah memerintah Rasulullah untuk memperhatikan para ahlu shufah dalam surah al-Kahfi ayat 28, yang berbunyi: “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya”. Kedua, terdapat pada surah al-Jin ayat 16: “Dan bahwasanya, jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak). Masih menurut alumnus Fakultas Kedokteran University of Louvain, Belgia, „’Sebagai sebuah thariqah (jalan), tasawuf banyak memberikan jalan (thuruq) bagi pengamalnya dalam upaya menuju Tuhan. Jalan tasawuf tak lain adalah ahlu sunnah waljamaah, bukan jalan Wahabi.‟‟6 Dalam bukunya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, beliau menjabarkan tujuan Tasawuf. Pertama, membersihkan hati dari segala keinginan dan kecenderungan yang buruk. Kedua, menghiasi hati dengan perilaku baik dan terpuji sebagaimana dituntut Quran dan sunnah Nabi. Tujuan akhir tasawuf menurut Syeikh hisyam adalah membantu kaum beriman untuk mencapai ihsan, atau tingkat kesempurnaan akhlak dengan menjadikan Nabi Muhammad sebagai teladan sempurna.7 Syeikh Hisyam berpendapat bahwa Keberadaan mursyid bukan syarat utama bertasawuf. "Sangat mungkin Anda bertasawuf dengan menyucikan dan memperbaiki 5 Lihat Muhammad hisyam Kabbani, The Naqshbandi Sufi Tradition, 2004 http://www.uinjkt.ac.id/syekh-hisyam-kabbani-tasawuf-sudah-ada-dalam-al-quran/ 7 Hisyam Kabbani, Tasawuf dan Ihsan, (Jakarta: Serambi, 2007), hal 22. 6 3 akhlak Anda tanpa bimbingan syeikh. Kecuali, jika kondisi memang mendorong Anda untuk mengikuti seorang syekh, seperti khawatir tergelincir, dalam keadaan seperti ini sebaiknya Anda mengikuti dan bertaklid kepada syeikh, baik dalam amalan maupun wirid-wirid".8 Terakhir sebelum menutup artikel ini, Doktrin zuhud seringkali salah penerapannya. Hal ini juga tak luput dari sorotan syeikh Hisyam, "Tak sedikit orang yang memahami zuhud adalah meninggalkan dunia lalu menyendiri (uzlah) di tempat sepi. Zuhud yang utama justru adalah berinteraksi dengan sesama manusia sembari terus berzikir kepada Allah.". Definisi zuhud versi Syeikh hisyam ada kesamaan dengan zuhud versi ulama Muhammadiyah, Buya Hamka. Wallahu‟allam 8 Republika online, 13 Juni 2012