JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN (JAKA)
ISSN : 2356 - 2706
Vol. 1, No . 1, Maret 2014
J URN AL AK UN T ANSI
Hal. 79– 92
DAN K EU AN GAN
“ Research, invent,
S olve and share “
ANALISIS FLYPAPER EFFECT PADA DANA ALOKASI UMUM (DAU),
DANA ALOKASI KHUSUS (DAK), DANA BAGI HASIL (DBH), DAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP BELANJA DAERAH
(BD) KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT
Rini Nurdini1)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jenderal Soedirman
Adi Wiratno2)
2)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jenderal Soedirman
Yusriati Nur Farida3)
3)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jenderal Soedirman
1)
Abstract
This study aims to analyze the phenomenon of flypaper effect on the General
Allocation Fund (DAU), Special Allocation Fund (DAK), DBH, and revenue (PAD)
of the shopping area (BD) districts/cities in West Java. This research is quantitative
and population in this study were 26 districts/cities in West Java by using saturated
sample and census methods.
The results of the study and analysis of the data show that the DAU, DBH,
and PAD partially positive influence on local shopping and partially DAK does not
have a positive influence on the shopping area. Under the influence of DAU, DAK,
and DBH simultaneously to shopping area greater than the influence of the PAD to
the shopping area, it can be stated that there has been a phenomenon of flypaper
effect on shopping district/cities in West Java. This shows that the local goverment
districts/cities in West Java is still dependent on transfer funds from the central
goverment.
Keywords: flypaper effect, DAU, DAK, DBH, PAD, shopping area
PENDAHULUAN
Adanya implementasi otonomi daerah dan desentralisasi fiskal di Indonesia
yang ditandai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 1999 yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, membawa implikasi
tersendiri dalam proses pembangunan didaerah, yaitu dengan adanya perubahan
pola penerimaan dan pengeluaran daerah pada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD). UU ini menegaskan bahwa untuk pelaksanaan kewenangan
pemerintah daerah (pemda), pemerintah pusat (pempus) akan mentransferkan dana
79
perimbangan kepada pemerintah daerah yang terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana
Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus.
Tujuan utama implementasi transfer yang dilakukan oleh pemerintah pusat
terhadap pemerintah daerah adalah untuk merubah dari eksternalisasi fiskal menjadi
internalisasi fiskal, perbaikan sistem perpajakan, koreksi ketidak-efisienan fiskal,
dan pemerataan fiskal antar daerah (Oates, 1999). Namun, alokasi transfer di
negara-negara yang sedang berkembang pada umumnya lebih banyak didasarkan
pada aspek belanja tetapi kurang memperhatikan kemampuan pengumpulan pajak
lokal (Naganathan dan Sivagnanam, 1999). Akibatnya, dari tahun ke tahun
pemerintah daerah selalu menuntut transfer yang lebih besar lagi dari pemerintah
pusat (Shah, 1994).
Fenomena flypaper effect membawa implikasi lebih luas bahwa transfer akan
meningkatkan belanja pemerintah daerah yang lebih besar daripada penerimaan
transfer itu sendiri (Turnbull, 1998). Desentralisasi fiskal telah membawa
konsekuensi semakin meningkatnya transfer dana perimbangan dari pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah. Trend APBD tahun 2009-2013 secara nasional
digambarkan dalam Grafik 1. yang berisi persentase pendapatan dan pengeluaran
daerah.
Grafik 1. Trend APBD 2009-2013 (dalam milyaran rupiah)
Sumber : Data APBD konsolidasi 2009-2013 (diolah)
Dari grafik tersebut diatas dapat kita ketahui bahwa setiap tahun sejak 2009
hingga 2013 Pendapatan Daerah meningkat rata-rata 15,6% begitupun dengan
anggaran belanja daerah yang mengalami peningkatan rata-rata 14,4 %. Pendapatan
daerah yang terdiri dari PAD, Dana Perimbangan (DAU, DAK,dan DBH), serta
lain-lain pendapatan daerah yang sah dapat kita lihat komposisinya dalam grafik 2.
80
Grafik 2. Trend Komposisi Pendapatan Daerah TA 2009-2013
(dalam milyaran rupiah)
Sumber : Data APBD konsolidasi 2009-2013 (diolah)
Komposisi setiap jenis pendapatan daerah terlihat pada grafik diatas, dimana
PAD dan Dana Perimbangan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan
PAD rata-rata setiap tahunnya dari tahun 2009 hingga 2013 sebesar 22,4%
sedangkan peningkatan Dana Perimbangan berkisar 11,1%. Namun, porsi Dana
Perimbangan (DAU, DAK, dan DBH) masih dominan setiap tahunnya, walaupun
telihat laju peningkatannya lebih rendah bila dibandingkan laju peningkatan PAD.
Prakosa (2004) yang melakukan penelitian pada kabupaten/kota Jawa Tengah
dan DIY serta Maimunah (2006) meneliti kabupaten/kota di pulau Sumatra,
menunjukkan hasil terjadinya flypaper effect dimana daya prediksi DAU terhadap
belanja daerah lebih tinggi dibanding daya prediksi PAD. Penelitian lain dilakukan
oleh Mentayani, Hayati, dan Rusmanto (2012) di kabupaten/kota Provinsi
Kalimantan Selatan dan Pramuka (2010) yang meneliti pemerintah daerah di Jawa
menyatakan tidak terjadi flypaper effect pada daerah yang diteliti karena pengaruh
PAD terhadap belanja daerah lebih besar dibanding pengaruh DAU.
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka rumusan masalah yang diajukan
adalah: (1) Apakah DAU, DAK, DBH, dan PAD berpengaruh secara parsial
terhadap Belanja Daerah kabupaten/kota di Jawa Barat ?; (2) Apakah terjadi
flypaper effect pada Belanja Daerah kabupaten/kota di Jawa Barat ?
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Untuk memberikan bukti
empiris bahwa DAU, DAK, DBH, dan PAD berpengaruh secara parsial terhadap
Belanja Daerah kabupaten/kota di Jawa Barat; (2) Untuk memberikan bukti empiris
terjadinya fenomena flypaper effect pada Belanja Daerah kabupaten/kota di Jawa
Barat.
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: (1) Bagi
peneliti diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai sumber-sumber
penerimaan dan pengeluaran daerah serta kontribusinya dalam laporan APBD; (2)
Bagi dunia pendidikan, khususnya bagi Mahasiswa Akuntansi untuk memberi
kontribusi teori serta bukti empiris sebagai bahan referensi dan data tambahan bagi
penelitian selanjutnya dibidang kajian ini; (3) Bagi instansi pemerintah, penelitian
ini diharapkan untuk dapat memberikan masukan bagi pemerintah dalam hal
penyusunan kebijakan di masa mendatang yang berkaitan dengan perencanaan,
81
pengendalian, dan evaluasi dari APBN dan APBD, serta UU dan PP yang
menyertainya.
Penelitian ini berdasarkan pada teori keagenan (agency theory) yaitu
hubungan kontrak antara prinsipal dan agen (Abdullah, Syukry dan Asmara, 2006).
Salah satu wujud nyata dari hubungan agen dan prinsipal yang menjadi perhatian
publik adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah
yaitu desentralisasi, termasuk desentralisasi fiskal. Akibat yang ditimbulkan dari
penerapan teori keagenan dapat menimbulkan hal positif dalam bentuk efisiensi,
tetapi lebih banyak yang menimbulkan hal negatif dalam bentuk perilaku
opportunistik (opportunistic behaviour). Hal tersebut terjadi karena pihak agensi
memiliki informasi keuangan yang lebih daripada pihak prinsipal (keunggulan
informasi), sedangkan dari pihak prinsipal memanfaatkan kepentingan pribadi atau
golongannya sendiri (self-interest) karena memiliki keunggulan kekuasaan
(discretionary power). Masalah keagenan yang timbul di kalangan eksekutif
cenderung memaksimalkan utiliti (self-interest) dalam pembuatan atau penyusunan
APBD karena memiliki keunggulan informasi (asimetri informasi), akibatnya
eksekutif cenderung melakukan “budgetary slack”.
Berbagai penelitian yang berkaitan dengan flypaper effect menggunakan
variabel yang bervariasi dalam memproksikan dana perimbangan dan belanja
daerah. Kurniawati (2010) mengunakan variabel DAU, PAD, dan belanja daerah
adapun Tuasikal (2008) menggunakan variabel DAU, DAK, PAD, dan PDRB serta
belanja modal. Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan adanya pengaruh dana
perimbangan dan PAD terhadap belanja daerah. Berdasarkan teori dan penelitianpenelitian tersebut, maka model penelitian tampak sebagai berikut:
Gambar 1. Model Penelitian
Pengaruh dana perimbangan terhadap belanja daerah
Studi yang dilakukan oleh Sukartono (2010) menjelaskan PAD, DAU, DBH
berpengaruh positif terhadap BD diterima secara signifikan dan DAK berpengaruh
positif terhadap BD namun tidak signifikan. Begitupun Tuasikal (2008), secara
simultan temuan penelitiannya menunjukkan bahwa DAU, DAK, PAD dan PDRB
berpengaruh terhadap belanja modal pemerintah daerah. Julitawati, Darwanis, dan
Jalaluddin (2012) dalam penelitiannya menegaskan bahwa Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dan Dana Perimbangan (DAU, DAK, DBH) berpengaruh terhadap kinerja
82
keuangan pemerintah daerah. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, maka
peneliti mengajukan hipotesis :
H1 : DAU berpengaruh positif terhadap BD
H2 : DAK berpengaruh positif terhadap BD
H3 : DBH berpengaruh positif terhadap BD
Pengaruh PAD terhadap belanja daerah
Studi empiris yang dilakukan oleh Prasetyaningsih (2011) menunjukkan
bahwa secara simultan pajak daerah, retribusi daerah, dan penerimaan lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah lainnya berpengaruh positif terhadap belanja
daerah. Setiaji dan Aji (2007) pada penelitian yang telah dilakukannya menegaskan
bahwa setelah otonomi terjadi penurunan peran (share) PAD terhadap total belanja
daerah. Kurniawati (2010) menjelaskan pula bahwa DAU dan PAD berpengaruh
signifikan terhadap belanja daerah. Berdasarkan penelitian terdahulu tersebut maka
dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :
H4 : PAD berpengaruh positif terhadap BD
Flypaper Effect
Penelitian mengenai flypaper effect sudah banyak dilakukan. Maimunah
(2006) dengan mengambil sampel pada kabupaten/kota di Pulau Sumatera
menunjukkan bahwa secara terpisah maupun serempak, DAU dan PAD
berpengaruh secara signifikan terhadap belanja daerah, baik tanpa lag maupun
dengan lag, pengaruh DAU terhadap BD lebih kuat daripada pengaruh PAD. Ini
berarti telah terjadi flypaper effect pada belanja daerah kabupaten/kota di Pulau
Sumatera.
Penelitian lain dilakukan oleh Tuasikal (2008) menunjukkan bahwa DAU,
DAK, dan PAD berpengaruh positif terhadap alokasi belanja modal daerah
kabupaten/kota di Indonesia, sementara PDRB tidak berpengaruh. Kusumadewi
dan Rahman (2007) menegaskan pengaruh DAU terhadap belanja daerah lebih kuat
daripada PAD terhadap belanja daerah. Prakosa (2004) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa dalam model prediksi belanja daerah, daya prediksi DAU
terhadap belanja daerah lebih tinggi dibanding daya prediksi PAD. Berdasarkan
uraian dari penelitian-penelitian tersebut maka hipotesis untuk mengetaui ada
tidaknya flypaper effect adalah :
H5 : DAU, DAK, dan DBH secara simultan lebih berpengaruh terhadap BD
daripada pengaruh PAD terhadap BD.
METODE PENELITIAN DAN TEKNIK ANALISIS DATA
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan
untuk menjelaskan suatu fenomena empiris yang disertai data statistik, karakteristik
dan pola hubungan antar variabel. Objek yang diteliti adalah realisasi Dana Alokasi
Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Bagi Hasil (DBH), Pendapatan
Asli Daerah (PAD), dan Belanja Daerah (BD) pada laporan anggaran pendapatan
dan belanja negara (APBD) kabupaten/kota di Jawa Barat yang telah
83
mempublikasikannya dalam 5 tahun berturut-turut mulai dari tahun 2009 hingga
2013.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kabupaten/kota di
provinsi Jawa Barat yang berjumlah 26 kabupaten/kota. Dalam penelitian ini
sampelnya adalah seluruh populasi tersebut, bisa juga disebut sampel jenuh dengan
metode sensus. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
berupa laporan APBD pemerintah daerah kabupaten/kota di Jawa Barat, yaitu
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana alokasi Khusus
(DAK), Dana Bagi Hasil (DBH), dan belanja daerah yang diperoleh dari situs
departemen keuangan Dirjen Perimbangan Keuangan (www.djpk.depkeu.go.id).
Data sekunder dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode dokumentasi,
yaitu pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan, mencatat, dan
menghitung data-data yang berhubungan dengan penelitian. Selain itu dilakukan
survei pustaka, yaitu dengan mencari teori-teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu
yang berkaitan dengan penelitian ini.
Beberapa teknik analisis data yang digunakan yaitu statistik deskriptif
bertujuan untuk dapat melihat profil dari data penelitian tersebut dengan hubungan
yang ada antar variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut. Uji asumsi klasik
yang terdiri dari : (a) Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data
dalam variabel yang digunakan dalam penelitian.Uji statistik yang dapat digunakan
untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non-parametrik KolmogorovSmirnov (K-S). Jika hasil Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai signifikan
diatas 0,05 maka data residual terdistribusi dengan normal; (b) Uji multikolinearitas
bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel bebas (Ghozali, 2006).Cara untuk mengetahui apakah terjadi
multikolinearitas atau tidak yaitu dengan melihat nilai Tolerance dan Variance
Inflation Factor (VIF). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolinearitas adalah nilai Tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10
(Ghozali, 2003); (c) Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi berganda linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
(sekarang) dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
Autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji statistik Run Test, bila nilai
probabilitasnya > alpha maka nilai residual menyebar secara acak dapat diterima
(Suliyanto, 2011); (d) Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Apabila hasil uji diatas level signifikan > 0,05 berarti tidak
terdapat gejala heteroskedastisitas.
Persamaan model regresi dalam penelitian ini yaitu Ya + β X + β X +
β X + β X + e dimana Y adalah belanja daerah, a adalah konstanta, β adalah
koefisien regresi, X1 DAU, X2 DAK, X3 DBH, X4 PAD, dan e adalah error.
Untuk menguji H1 , H2 , H3 , dan H4 digunakan uji t, yaitu untuk menguji
pengaruh secara parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen
dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan, dengan tingkat keyakinan
95% (α = 0,05). Untuk menguji H5 , digunakan uji F dengan maksud menguji apakah
secara simultan variabel bebas berpengaruh terhadap variabel tidak bebas. Dalam
menguji H5 , digunakan pula uji koefisien determinasi (R2 ), untuk melihat berapa
84
proporsi variasi dari variabel bebas secara bersama-sama dalam mempengaruhi
variabel tidak bebas. Analisis hal tersebut dilakukan dengan melihat nilai adjusted
R Square dari hasil uji simultan variabel DAU, DAK, dan DBH terhadap belanja
daerah selanjutnya akan dibandingkan dengan nilai R Square dari hasil uji parsial
variabel PAD terhadap belanja daerah. Jika nilai adjusted R Square hasil uji
simultan variabel DAU, DAK, dan DBH terhadap belanja daerah lebih besar di
bandingkan nilai R Square hasil uji parsial variabel PAD terhadap belanja daerah
maka dapat dinyatakan telah terjadi flypaper effect (Maimunah, 2006).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Deskriptif dari variabel-variabel penelitian dilakukan dengan menggunakan
program SPSS 17 for Windows yang outputnya ditunjukkan oleh tabel 1, berikut
ini:
Tabel 1. Hasil statistik deskriptif
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa Dana Alokasi Umum (DAU)
memiliki nilai minimum sebesar 209,610.0 juta rupiah yaitu Kota Banjar pada tahun
2009 dan nilai maksimum sebesar 1,887,770.0 juta rupiah yaitu Kabupaten Bogor
pada tahun 2013. Nilai mean dari DAU sebesar 813,216.292 juta rupiah dan nilai
standar deviasinya sebesar 338,553.5105.
Dana Alokasi Khusus (DAK) memiliki nilai minimum sebesar 1,967.0 juta
rupiah yaitu Kota Cimahi pada tahun 2011 dan nilai maksimum sebesar 216,695.0
juta rupiah yaitu Kabupaten Bogor pada tahun 2013. Rata-rata dari DAK yaitu
sebesar 65,092.146 juta rupiah dan jarak menyimpang dari rata-rata (standar
deviasi) sebesar 42,709.1426.
Dana Bagi Hasil (DBH) memiliki nilai minimum sebesar 44,327.0 juta rupiah
yaitu Kota Banjar pada tahun 2010 dan nilai maksimum sebesar 526,521.0 juta
rupiah yaitu Kabupaten Bekasi pada tahun 2010. Adapun rata-rata dan standar
deviasinya masing-masing sebesar 151,980.562 dan 105,929.9377.
85
Pendapatan Asli Daerah (PAD) memiliki nilai minimum sebesar 25,849.0
juta rupiah yaitu Kota Banjar pada tahun 2009 dan nilai maksimum sebesar
1,442,775.0 juta rupiah yaitu Kota Bandung pada tahun 2013. Rata-rata dari PAD
adalah 235,755.838 juta rupiah dan jarak menyimpang dari rata-rata (standar
deviasi) sebesar 263,307.0558.
Belanja Daerah (BD) memiliki nilai minimum sebesar 316,962.0 juta rupiah
yaitu Kota Banjar pada tahun 2010 dan nilai maksimum sebesar 4,614,271.0 juta
rupiah yaitu Kabupaten Bogor pada tahun 2013. Belanja daerah memiliki jumlah
rata-rata sebesar 1,570,010.408 dan standar deviasi sebesar 783,826.4575.
Uji Asumsi Klasik
Tabel 2. Hasil Uji Asumsi Klasik
Dari hasil uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov
menunjukkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,869 > 0,05, yang berarti bahwa
nilai residual berdistribusi normal. Hasil uji multokolinearitas menunjukkan nilai
Tolerance DAU 0,253 ; DAK 0,336 ; DBH 0,699 ; dan PAD 0,512 sedangkan nilai
VIF diperoleh DAU 3,951 ; DAK 2,976 ; DBH 1,431 ; dan PAD 1,953. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai Tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10, maka dapat
disimpulkan tidak terjadi gejala multikolinearitas dalam model regresi yang berarti
tidak ada korelasi antar variabel bebas. Hasil uji autokorelasi menunjukkan nilai
Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,725 lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dinyatakan
bahwa nilai residual menyebar secara acak diterima, dengan demikian maka tidak
terjadi autokorelasi dalam persamaan regresi tersebut. Dengan menggunakan
metode Park dalam uji multikolinearitas diketahui bahwa model regresi tidak
terjadi gejala heteroskedastisitas. Hal ini karena Sig variabel DAU sebesar 0,010 >
0,05 ; DAK sebesar 0,561 > 0,05 ; DBH sebesar 0,421 > 0,05 ; dan PAD sebesar
0,978 > 0,05.
Model Regresi
Dari hasil output SPSS 17 for Windows atas uji regresi dihasilkan estimasi
model regresi sebagai berikut :
BD = -40997,388 + 1,362 DAU + 0,521 DAK + 1,117 DBH + 1,270 PAD + e
Yang berarti bahwa :
- Kostanta sebesar -40997,338 menjelaskan bahwa jika seluruh variabel
independen bernilai konstan (0), maka nilai BD adalah –Rp
40.997.338.000.000.000
86
- Koefisien regresi DAU sebesar 1,362 memiliki arti apabila variabel
independen lainnya selain DAU dalam keadaan konstan, maka setiap
kenaikan DAU sebesar Rp 1.000.000 akan menaikkan BD sebesar Rp
1.362.000.000.000
- Koefisien regresi DAK sebesar 0,521 artinya apabila variabel independen
lainnya bernilai konstan selain DAK, maka setiap kenaikan DAK sebesar
Rp 1.000.000 akan menaikkan BD sebesar Rp 521.000.000.000
- Koefisien regresi DBH sebesar 1,117 artinya apabila variabel independen
selain DBH memiliki nilai konstan, maka setiap kenaikan DBH sebesar Rp
1.000.000 akan menaikkan BD sebesar Rp 1.117.000.000.000
- Koefisien regresi PAD sebesar 1,270 memiliki arti apabila variabel
independen lainnya selain PAD bernilai konstan, maka setiap kenaikan
PAD sebesar Rp 1.000.000 akan menaikkan BD sebesar Rp.
1.270.000.000.000.
Tabel 3. Hasil uji regresi dan uji hipotesis
Dari tabel 3 tesebut, diketahui nilai Fhitung 1262,23 > Ftabel 2,44 hal ini
menunjukkan bahwa secara simultan variabel independen DAU, DAK, DBH, dan
PAD berpengaruh positif terhadap belanja daerah. Nilai adjusted R Square sebesar
0,975 menyatakan bahwa secara serentak DAU, DAK, DBH, dan PAD
mempengaruhi belanja daerah sebesar 97,5% dan 2,5% dipengaruhi oleh variabel
lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Hasil Uji Hipotesis 1 : DAU berpengaruh positif terhadap BD. Berdasarkan
tabel 3 diatas dengan tingkat kesalahan (alpha) = 0,05 diperoleh nilai Sig DAU
sebesar 0,000 dan t hit ung sebesar 21,295 dimana nilai t t abel sebesar 1,65714. Karena
nilai t hi tung > t t abel atau nilai Sig < alpha, maka H0 ditolak, atau dengan kata lain
hipotesis pertama yang menyatakan bahwa DAU berpengaruh positif terhadap
belanja daerah, diterima.
Hasil Uji Hipotesis 2 : DAK berpengaruh positif terhadap BD. Dari tabel 3
dapat diketahui bahwat hitung 1,183 < 1,65714 atau nilai Sig 0,239 > 0,05 itu berarti
bahwa H0 diterima dan hipotesis kedua yang menyatakan bahwa DAK berpengaruh
positif terhadap belanja daerah, ditolak.
Hasil Uji Hipotesis 3 : DBH berpengaruh positif terhadap BD. Hasil output
dalam tabel 3 menunjukkan bahwa nilai Sig DBH sebesar 0,000 < 0,05 serta nilai
t hitung sebesar 9,079 >t t abel 1,65714. Maka dapat dinyatakan bahwa H0 ditolak dan
87
hipotesis ketiga diterima yang berarti DBH mempunyai pengaruh positif terhadap
belanja daerah.
Hasil Uji Hipotesis 4 : PAD berpengaruh positif terhadap BD. Dalam tabel 3
menunjukkan nilai Sig PAD 0,000 < 0,05 dan nilai t hi tung 21,952 > t tabel 1,65714
maka terjadi penolakan terhadap H0 dan hipotesis keempat yang menyatakan bahwa
PAD berpengaruh positif terhadap belanja daerah, diterima.
Hasil Uji Hipotesis 5 : DAU, DAK, dan DBH secara simultan berpengaruh
lebih signifikan terhadap BD daripada pengaruh PAD terhadap BD.
Tabel 4. Hasil perbandingan antara uji F (DAU, DAK, DBH) dengan uji t (PAD)
terhadap BD
Dari tabel 4 hasil uji F pada DAU, DAK, dan DBH menunjukkan nilai Fhi tung
sebesar 316,066 dengan nilai Ftabel sebesar 2,44. Karena Fhitung >Ft abel maka dapat
dinyatakan bahwa DAU, DAK,dan DBH secara serentak berpengaruh positif
terhadap belanja daerah.
Dari tabel 4 diatas, nilai Adjusted R Square DAU, DAK, DBH secara simultan
terhadap BD sebesar 0,880 yang artinya bahwa DAU, DAK, dan DBH secara
simultan berpengaruh terhadap belanja daerah sebesar 88%. Sedangkan nilai R
Square PAD terhadap BD sebesar 0,663 yang berarti bahwa PAD berpengaruh
terhadap belanja daerah sebesar 66,3%. Dari hasil perbandingan tersebut, pengaruh
simultan DAU, DAK, dan DBH terhadap BD lebih besar dibanding pengaruh PAD
terhadap BD. (0,880 > 0,663), dengan kata lain hipotesis terakhir diterima, hal ini
menunjukkan bahwa telah terjadi fenomena flypapar effect pada DAU, DAK, DBH,
dan PAD terhadap BD kabupaten/kota di Jawa Barat.
Pembahasan
a. Pengaruh DAU terhadap belanja daerah
Dalam output uji hipotesis diketahui bahwa secara parsial DAU berpengaruh
positif terhadap belanja daerah, yang bermakna bahwa semakin besar DAU maka
semakin besar pula balanja daerah. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Sukartono (2010) yang menjelaskan bahwa DAU berpengaruh
positif terhadap BD diterima secara signifikan.Begitupun dengan penelitian
Tuasikal (2008) menegaskan bahwa DAU berpengaruh positif terhadap alokasi
belanja modal.
DAU suatu daerah ditentukan atas besar kecilnya celah fiskal (fiscal gap)
suatu daerah, yang merupakan selisih antara kebutuhan daerah (fiscal need) dan
88
potensi daerah (fiscal capacity). Alokasi DAU bagi daerah yang potensi fiskalnya
besar tetapi kebutuhan fiskalnya kecil akan memperoleh alokasi DAU relatif kecil.
Sebaliknya, daerah yang potensi fiskalnya kecil akan tetapi kebutuhan fiskalnya
besar akan memperoleh alokasi DAU relatif besar. Kebutuhan fiskal yang besar
akan mempengaruhi belanja daerah yang semakin besar pula.
b. Pengaruh DAK terhadap belanja daerah
Dengan melihat hasil uji hipotesis kedua, diketahui bahwa DAK tidak
berpengaruh positif terhadap belanja daerah, hasil ini tidak sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Tuasikal (2008) menyatakan bahwa DAK
berpengaruh positif terhadap belanja modal, dimana belanja modal merupakan
salah satu komponen dalam belanja daerah. Begitupun dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Sukartono (2010) menjelaskan bahwa DAK berpengaruh positif
terhadap belanja daerah, hasil analisisnya diterima namun tidak signifikan.
Hal ini disebabkan karena DAK merupakan bagian dari dana perimbangan
yang secara absolut nilainya relatif kecil dan hanya digunakan untuk mendanai
kegiatan khusus yang merupakan bagian dari program yang menjadi prioritas
nasional dan menjadi urusan daerah. DAK dimaksudkan untuk membantu
membiayai kegiatan-kegiatan khusus didaerah tertentu yang merupakan urusan
daerah dan sesuai dengan prioritas nasional, khususnya untuk membiayai
kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat yang belum mencapai
standar tertentu atau untuk mendorong percepatan pembangunan daerah. Dengan
demikian, tidak semua daerah mendapatkan alokasi DAK. Nilai DAK yang relatif
kecil tersebut tidak mempengaruhi besarnya belanja daerah yang dikeluarkan.
c. Pengaruh DBH terhadap belanja daerah
DBH berpengaruh positif terhadap belanja daerah, hasil penelitian ini
konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukartono (2010) bahwa
DBH berpengaruh positif terhadap DB diterima secara signifikan. DBH merupakan
dana bagi hasil yang bersumber dari pajak dan sumber daya alam dimana persentase
pembagiannyapemerintah daerah mendapatkan bagian yang lebih besar dibanding
pemerintah pusat. Hal ini dikarenakan daerahlah yang sebagai penghasil dan
pengelola kekayaan daerah itu sendiri yang digunakan untuk membangun dan
mensejahterakan daerahnya.
Pembangunan tersebut dan pengeluaran lain yang berhubungan dengan
pengelolaan kekayaan daerah akan mempengaruhi besarnya belanja daerah, jadi
semakin besar DBH akan berpengaruh terhadap semakin besarnya belanja daerah.
d. Pengaruh PAD terhadap belanja daerah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PAD berpengaruh positif terhadap
belanja daerah.hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Prakosa,
2004), (Pramuka, 2010), (Tuasikal, 2008), serta (Mentayani, Hayati, dan Rusmanto,
2012) yang masing-masing menyatakan bahwa PAD berpengaruh secara positif
terhadap BD diterima secara signifikan.
PAD yang merupakan sumber penerimaan daerah sendiri perlu terus
ditingkatkan agar dapat menanggung sebagian beban belanja yang diperlukan untuk
menyelenggarakan pemerintahan dan kegiatan pembangunan yang setiap tahun
meningkat sehingga kemandirian otonomi daerah yang luas, nyata, dan
bertanggung jawab dapat dilaksanakan. Semakin besar belanja daerah yang
89
dianggarkan, pemerintah daerah akan semakin berusaha meningkatkan pendapatan
asli daerahnya.
e. Fenomena Flypaper Effect
Dengan mengacu pada hipotesis kelima dalam penelitian ini, dapat diketahui
telah terjadi fenomena flypaper effect pada DAU, DAK, DBH, dan PAD terhadap
BD kabupaten/kota di Jawa Barat. Ini berarti bahwa pemerintah daerah
kabupaten/kota di Jawa Barat masih memiliki ketergantungan yang besar terhadap
dana transfer dari pemerintah pusat.
Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Prakosa
(2004) menegaskan terjadinya flypaper effect dalam model prediksi belanja daerah
dimana daya prediksi DAU lebih besar dibandingkan daya prediksi PAD.
Maimunah (2006) menunjukkan hasil yang sama bahwa pengaruh DAU lebih kuat
daripada pengaruh PAD terhadap BD. Kusumadewi dan Rahman (2007)
menjelaskan pula hasil penelitiannya bahwa DAU berpengaruh lebih signifikan
terhadap belanja daerah daripada pengaruh PAD.
Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Pramuka (2010) yang mengungkapkan bahwa tidak ditemukan
fenomena flypaper effect pada kabupaten/kota di Jawa. Begitu pula atas penelitian
Mentayani, Hayati, dan Rusmanto (2012) yang melakukan penelitian di Provinsi
Kalimantan Selatan, menyatakan bahwa PAD berpengaruh lebih besar
dibandingkan DAU sehingga tidak terjadi flypaper effect di daerah tersebut.
Perbedaan hasil penelitian ini bisa terjadi akibat perbedaan potensi daerah dan
kebutuhan daerah yang diteliti sebagaimana yang dijelaskan oleh Kurnia dan
Ananda (2013) dalam penelitiannya bahwa fenomena flypaper effect tidak terjadi
pada kabupaten/kota yang berada pada kuadran ideal atau daerah dengan Indeks
Kemampuan Keuangan dan pertumbuhan ekonominya berada di atas rata-rata.
Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan terjadinya flypaper effect di
kabupaten/kota Jawa Barat, hal ini menyiratkan bahwa pemerintah daerah
kabupaten/kota di Jawa Barat perlu memaksimalkan Pendapatan Asli Daerahnya.
Namun bukan berarti pemerintah daerah harus mencukupi kebutuhan daerahnya
dengan pendapatan asli daerahnya sendiri yang pada akhirnya pemerintah daerah
berusaha meningkatkan PAD setinggi-tingginya dengan menaikkan pajak dan
retribusi daerah. Harus dipahami bahwa otonomi daerah tidak berarti eksploitasi
daerah untuk menghasilkan PAD setinggi-tingginya. Jika otonomi diartikan sebagai
eksploitasi PAD, maka justru masyarakat daerah yang akan terbebani.
Penelitian ini memiliki keterbatasan yang memerlukan perbaikan pada
penelitian-penelitian selanjutnya. Adapun keterbatasan yang dimaksud adalah : (1)
Dalam penelitian ini belum menggambarkan seberapa besar belanja pemerintah
daerah yang digunakan dalam upaya untuk mensejahterakan penduduk disuatu
daerah. Hal ini dapat digambarkan dengan menggunakan pengukuran rasio belanja
daerah terhadap jumlah penduduk (belanja daerah per kapita); (2) Penelitian ini
belum merinci jenis belanja daerah sehingga belum dapat memperlihatkan
kontribusi dari setiap jenis belanja sebagai faktor yang mendorong peningkatan
kualitas layanan publik. Jenis belanja daerah bisa dirinci menjadi belanja pegawai,
belanja modal, serta belanja barang dan jasa.
90
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : (1) Secara parsial, DAU, DBH, dan
PAD berpengaruh positif terhadap belanja daerah namun DAK tidak memiliki
pengaruh positif terhadap belanja daerah kabupaten/kota di Jawa Barat; (2) Telah
terjadi fenomena flypapet effectpada belanja daerah kabupaten/kota di Jawa Barat.
Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah Jawa Barat masih mengandalkan
dana transfer dari pemerintah pusat sebagai sumber penerimaan daerah.
Implikasi dari penelitian ini berdasarkan atas kesimpulan penelitian adalah :
(1) Dengan adanya fenomena flypaper effect, diharapkan mampu mendorong
kemandirian daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah dan meningkatkan
kesadaran pemerintah daerah untuk menggali potensi daerahnya sehingga dapat
meningkatkan pendapatan asli daerah. (2) Tingginya dana tranfer dari pemerintah
pusat dapat dimaksimalkan penggunaanya untuk menggali potensi daerah dan
pembangunan daerah yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan asli
daerah. Misalnya dengan mengelola tempat-tempat wisata daerah lebih efektif
dengan membuat akses jalan ke tempat wisata mudah. Peningkatan pendapatan
daerah juga bisa dilakukan dengan cara memperbaiki sistem pemungutan pajak atau
retribusi. Sulitnya prosedur pembayaran pajak membuat masyarakat enggan
membayar pajak atau retribusi. Jika prosedur tersebut diperbaharui menjadi lebih
mudah, kesadaran masyarakat untuk membayar pajak dan retribusi daerah akan
meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah ,
Syukry., Asmara, John Andra. 2006. Perilaku Oportunistik Legislatif
dalam Penganggaran Daerah; Bukti Empiris atas Aplikasi Agency Theory
di Sektor Publik. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang 23-26 Agustus
2006.
Jawa Barat Dalam Angka. (http://jabar.bps.go.id/publikasi/jawa-barat-dalamangka-2013) diakses 13 November 2014
Julitawati, Darwanis, dan Jalaluddin. 2012, Pengaruh Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dan Dana Perimbangan terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah
Kabupaten/Kota di Provindi Aceh.ISSN 2302-0164.Volume 1. No 1. pp.
15- 29.
Kurnia dan Ananda, 2013. Analisis Flypaper Effect berdasarkan Pemetaan Indeks
Kemampuan Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi (Studi Kasus Pada
Kabupaten/Kota di Jawa Timur). Universitas Brawijaya. Malang.
Kurniawati, 2010. Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) terhadap belanja pemerintah daerah provinsi, kota, dan
kabupaten di Indonesia. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Kusumadewi, Dyah Ayu dan Rahman, Arief. 2007. Flypapaer Effect Pada Dana
Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap
Belanja Daerah (BD) Pada Kabupaten / Kota Di Indonesia. JAAI Volume
11 Nomor 1, Yogyakarta, p 72 – 73.
91
Maimunah, Mutiara, 2006, Flypaper Effect Pada Dana Alokasi Umum (DAU)
dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Daerah Pada
Kabupaten / Kota di Pulau Sumatra, Simposium Nasional Akuntansi
IX, Padang.
Mentayani, Hayati, dan Rusmanto. 2012. Flypaper effectpada dana alokasi umum
dan pendapatan asli daerah terhadap belanja daerah pada kota dan
kabupaten di provinsi Kalimantan Selatan. Jurnal Spread April 2012
Volume 2 Nomor 1.
Naganathan, M. dan K.J. Sivagnanam, (1999), “Federal Transfers and Tax Efforts
of States in India”, Indian Economic Journal, 47(4), April: 101-10.
Oates, Wallace. (1999). An essay on fiscal federalism. Journal of Economic
Literature 37: 1120-1149.
Prakosa, Kesit Bambang, 2004, Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU)
dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Prediksi Belanja Daerah
Studi Empirik di Wilayah Provinsi Jawa Tengah dan DIY, JAAI Volume
8 Nomor 2, UII, Yogyakarta, p. 104 – 107.
Pramuka, Bambang Agus. 2010. Flypaper Effect Pada Pengeluaran Pemerintah
Daerah Di Jawa. Jurnal Ekonomi Pembangunan.
Republik Indonesia. 1999, UU No. 22 Tahun 1999, Tentang Pemerintahan Daerah
________________. 1999, UU No. 25 Tahun 1999, Tentang Perimbangan
KeuanganAntara Pusat dan Daerah.
________________. 2004, Undang –Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah, Pustaka Pergaulan, Jakarta.
________________. 2004, Undang –Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Pustaka
Pergaulan, Jakarta.
Setiaji, Wirawan, dan Priyo Hari Adi. 2007. Peta Kemampuan Keuangan Sesudah
Otonomi Daerah: Apakah Mengalami Pergeseran (studi pada kabupaten
dan kota se Jawa Bali), Simposium Nasional Akuntansi, Juli 26-28,
Makssar.
Shah, A., (1994), “The Reform of Intergovernmental Fiscal Relations in
Developing and Emerging Market Economies”, Policy and Paper Series,
No. 23, The World Bank, Washington, DC.
Sukartono, 2010.Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan
terhadap belanja daerah serta analisis flypaper effect kabupaten/kota di
Jawa Tengah tahun 2006-2008. Telaah Manajemen.
Suliyanto, (2011). Ekonometrika Terapan: teori dan aplikasi dengan SPSS : ANDI
Yogyakarta.
Tuasikal, 2008.Pengaruh DAU, DAK, PAD, dan PDBR terhadap belanja modal
pemerintah daerah kabupaten/kota di Indonesia.Jurnal Telaah dan
RisetAkuntansi Vol. 1, No. 2. Juli 2008Hal.142-155.
Turnbull, G.K., (1998), “The Overspending and Flypaper Effect of Fiscal Illusion:
Theory and Empirical Evidence”, Journal of Urban Economics, 44(1), Juli:
1-26.
92