Academia.eduAcademia.edu

MAKALAH IQ

PERKEMBANGAN INTELIGENSI KECERDASAN MAKALAH Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan Dosen pengampu: Dr. Lilik Sriyanti, M.Si. Oleh : Elfa Rahmah Agustin (111-14-101) JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015 BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Semua anak memiliki kecerdasan yang tinggi. Masing-masing anak memiliki kecerdasannya dalam bidangnya tersendiri. Ada juga anak yang memiliki berbagai kemampuan dalam menguasai hal atau sesuatu yang biasa disebut multi talent. Intelegensi kecerdasan atau biasa disebut IQ. Setiap orang pasti sudah tau dengan istilah ini yaitu sesuatu yang biasanya dibuat untuk mengukur kecerdasan seseorang. Dalam mengukur kecerdasan individu, para ahli membuat TPA (tes potensi akademik). Dengan mengerjakan soal-soal tersebut, kita dapat melihat persentasi kecerdasan suatu individu. Inteligensi ialah daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan mempergunakan alat-alat berfikir menurut tujuannya (Stern) (Kamus Pedagogik, 1953). Inteligensi kecerdasan, istilah ini sering menjadi momok tonggak kecerdasan seseorang, dalam hal ini sebagian individu beranggapan bahwa apabila nilai IQ-nya rendah maka ia bodoh. Padahal tidak semua yang memiliki nilai IQ yang rendah mereka bodoh, tetapi mereka memiiliki potensi lain yang lebih unggul. Bisa jadi individu tersebut dapat menguasai salah satu dari 8 jenis inteligensi kecerdasan, yaitu : kemampuan logika dan matematka, musik, kinestetik-jasmani, linguistik, spasial, antarpribadi, intrapribadi, dan naturalis. RUMUSAN MASALAH Apakah yang dinamakan perkembangan inteligensi? Apakah yang dinamakan inteligensi kecerdasan? Apa sajakah macam-macam inteligensi kecerdasan? Faktor apa yang mempengaruhi inteligensi kecerdasan? Bagaimana tes inteligensi itu? TUJUAN Mengetahui lebih dalam tentang inteligensi kecerdasan, macam-macam inteligensi kecerdasan, faktor yang mempengaruhi inteligensi kecerdasan, serta pengukuran inteligensi kecerdasan menurut beberapa ahli. MANFAAT Manfaat dari terbuatnya makalah ini adalah agar pembaca dapat lebih mengetahui tentang inteligensi kecerdasan suatu individu, dan dapat menempatkan individu tersebut dalam penempatan yang tepat BAB II PEMBAHASAN Pengartian perkembangan inteligensi (IQ) Dalam pembahasan tentang perkembangan kognitif anak usia sekolah, masalah kecerdasan atau inteligensi mendapat banyak perhatian di kalangan psikolog. Hal ini adalah karena inteligensi telah di anggap sebagai suatu norma yang menentukan perkembangan kemampuan dan pencapaian optimL hasil belajar anak di sekolah. Dengan mengetahui inteligensinya, seorang anak dapat di kategorikan sebagai anak yang pandai /cerdas (genius), sedang, atau bodoh (idiot). Pengertian inteligensi kecerdasan Inteligensi berasal dari kata Latin “intellegere” yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain (to organize, to relate, to bind together). Pengertian inteligensi memberikan bermacam-macam arti bagi para ahli. Inteligensi merupakan daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan mempergunakan alat-alat berfikir menurut tujuannya (Stern) (Kamus Pedagogik, 1953). Di sini dapat dilihat bahwa Stern menitik beratkan kepada soal adjustment” terhadap masalah yang dihadapinya. Pada orsng yang inteligen akan lebih cepat dan lebih tepat di dalam menghadapi masalah –masalah baru bila dibandingkan dengan orang yang inteligensinya rendah atau kurang inteligen. Di saming itu Thorndike sebagai seorang tokoh psikologi koneksionisme menyatakan bahwa: “Intelligence is demonstreble in ability of the individual to make good responses from the stand point of truth or fact” . (Skinner, 1959). Orang dianggap inteligen bila responnya merupakan respon yang baik terhadap stimulus yang diterimanya. Jadi individu itu adalah inteligen kalau respon yang diberikan tu sesuai dengan stimulus yang diterimanya. Untuk memberikan respon yang tepat, organisme harus mrmiliki lebih banyak hubungan stimulus dan respons, dan hal tersebut dapat diperoleh dari hasil pengalaman yang diperolehnya dan hasil respon-respon yang telah lalu. Penelitian yang dilakukan oleh psikolog Howard Gardner dan rekan-rekannya di Harvard University telah menunjukkan bahwa setiap anak mempunyai banyak cara berbeda untuk menjadi pandai, yaitu dengan cara melalui kata-kata, angka, gambar, musik, ekspresu fisik, pengalaman dengan alam, interaksi sosial, dan pemahaman diri sendiri. Inteligensi itu sendiri oleh David Wechsler (1958) di definisikan sebagai “keseluruhan kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif”. Banyak ahli yang mengemukakan tentang inteligensi, seperti Binet, Wehsler, Terman, thurston, Piaget, dan sebagainya. Masing-masing mengajukan pemikran atau konsep yang berbeda. Namun, kalau dicermati secara prinsip pengetian tersebut memiiki kesamaan. Salah satu pendapat yang cukup mewakili dari sekian konsep para ahli diantaranya ialah konsep Thornburg (1982). Menurut Thornburg (1982) intelgensi mengandung 4 unsur pengenrtian yakni: (a) kemampuan berpikir abstrak dan cermat, (b) kemampuan untuk mengambil suatu keputusan (judging), memahami terhadap suatu masalah secara menyeluruh (comprehend), teori yang rumit, serta mengetahui sebab-akibat suatu fenomena yang ditemui dalam kehidupannya, (c) kemampuan untuk melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan hidupnya, (d) seluruh kemampuan individu untuk melakukan suatu aktivitas guna menambangkan potensi dirinya. Jadi inteligensi memang mengandung ratio atau unsur pikiran. Makin banyak unsur ratio yang harus digunakan dalam suatu tindakan atau tingkah laku, makin berinteligensi tingkah laku tersebut. Macam-macam inteligensi Kecerdasan bahasa (linguistic intelligence) Kecerdasan linguistik adalah kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif. Pengamatan terhadap 3M (membaca, menulis, dan matematika) dalam kehidupan sekolah memperlihatkan bahwa kecerdasan linguistik mencangkup sedikitnya dua pertiga bagian dari interaksi belajar-mengajar: membaca dan menulis. Di dalam kedua kegiatan ini terdapat cakupan luas kemampuan linguistik, termasuk mengeja, kosakata, dan tata bahasa. Kemampuan individu untuk mengekspresikan otak sebelah kanan dalam bentuk ekspresi bahasa, yang terlihat dalam bentuk tulisan, seperti penyair, pengarang. Misalnya: Shakespare (Inggris), Rabidranath Tagore (India), Chairil Anwar, Sutan Takdir Alisyahbana, Muh. Yamin (Indonesia). Para ahlifisiologis, mengakui bahwa wilayah Area-Broca dianggap sebagai organ yan berperan untuk mengolah, menghasilkan kalimat tata bahasa. Kerusakan atau cidera pada organ ini, menyebabkan individu tidak mampu atau akan mengalami kesulitan untuk memahami atau mengartikan kata-kata atau kalimat. Kemungkinan individu akan mereka-reka proses pemikirannya, ketika diminta pertanggungjawabannya. Kecerdasan logika-metematika (logical-mathematical intelligence) Kemampuan individu untuk berpikir logika dan penghitungan matematis, yang sifatnya pasti. Orang akan senang menghadapi masalah-masalah yang menggunakan kemampuan untuk menangkap, memahami dan menganalisis suatu masalah perhitungan matematis. Kemampuan logika-matetatika yang dimilikinya, biasanya lebih menonjol dibandingkan dengan orang lain yang tidak mampu dalam bidang ini. Misalnya: pemenang nobel di bidang matematika dari AS, Barbara McClintoch. Kecerdasan spasial (spatial intelligence) Kemampuan untuk memahami, menganalisis hal-hal yang berkaitan dengan ruang tiga dimensi. Dengan kemampuan itu, individu dapat mengatur dan memecahkan masalah aspek keruangan. Aspek keruangan ini, tidak hanya berhubungn dengan masalah teknis kearsitekturan, sipil, tetapi juga masalah medi maupun seni. Orang profesional (ahli) yang tergolong memiliki kemampuan ini dintaranya: insinyur teknik arsitektur, sipil, dokter bedah, pemotong / penata rambut, pelukis, pemahat / pematung, navigator. B.J Habibie adalah salah satu tohoh jenius Indonesia yang memiliki kecerdasan spasial. Ia adalah lulusan fakultas teknik dari sebuah universitas di Jerman, yang kemudian menjadi menteri riset dan teknolog, bahkan terakhir menjadi presiden Republik Indonesia yang ke-3. Kecerdasan musik (musical intelligence) Kemampuan individu untuk memahami, mengerti, mengolah, mencipta atau mempertunjukkan masalah-masalah yang berhubungan dengan seni musik. Dengan kemampuan ini, individu mampu menganalisis kekurangan dan kelebihan suatu irama lagu, musik, nada, dan sebagainya. Orang-orang yang memiliki kecerdasan musik ini, misalnya: kritikus musik, pemusik baik tradisional maupun modern. Hal ini dapat ddilihat seperti: Mozart, Bethoven iduMarzuki ( Indonesia). Kecerdasan kinestetik (bodily-kinesthetic intelligence) Kemampuan individu untuk mengenali, memahami seluruh bagian-bagian organ tubuh, serta mampu untuk mengkspresikan emosi perasaannya dalam bentuk gerakan-gerakan fisik untuk tujuan snei maupun kegiatan olah raga. Orang yang memiliki kecerdasan ini, akan dapat menonjol prestasinya di bidang olah raga, seni tari, seni drama. Maka banyak tokoh atlet olah raga (Ade Ray – Atlet Binaraga, Susi Susanti – atlet bulu tangkis, dan masih banyak lagi). Kemampuan kinestesi ini terletak pada kortek motorik. Kerusakan pada bagian ini, menyebabkan individu tak mampu melakukan koordinasi otot maupun organ fisik yang baik. Kecerdasan interpersonal (intrapersonal inteligence) Kemampuan individu yang dicirikan dengan adanya kepekaan untuk memahami perasaan orang lain, sehingga ia dengan mudah dapat menjalin relasi dengan lingkungan sosialnya. Individu yang memiliki kecerdasan secara intrapersonal dapat menekuni di bidang: siar agama, guru/dosen, presenter, dan sebagainya. Kemampuan ini bersumber pada lobus frontal. Kerusakan di bagan ini dapat menyebabkan individu mengalami perubahan kepribadiannya, seperti ketidakmampuan unntuk bergaul, menyendiri atau menarik diri dari pergaulan. Kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intellegence) Walau mungkin paling sulit untuk dimengerti, kecerdasan ini mungkin yang paling pentig di antara ke delapan jenis kecerdasan. Pada intinya, ini adalah kecerdasan memahami diri sendiri, kecerdasan mengetahui diri anda yang sebernarnya. Ini adalah kecerdasan mengetahui apa kekuatan Andadan apa kelamahan Anda. Ada orang yang menghabiskan waktu percuma dengan mencoba menjadi pribadi yang bukan dirinya, sementara ada orang lain yang sudahsejak dini mengenali bakat utamanyadan dengan sengaja memupuknya untuk mencapai keberhasilan. Ini juga merupakan kecardasan untuk bisa marenungkan tujuan hidup sendiri dan untuk mempeercayi diri sendiri. Kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan yang penting bagi wirausaha dan individu independen lain yang harus memiliki persyaratan disiplin diri, keyakinan, dan pengetahuan diri untuk bisa memasuki bidang atau bisnis baru. Demikian juga para konselor, terapiss, dan profesional lain yang bekerja dengan emosi serta motivasi pribadi. Mereka semua mempergunakan kecerdasan ini untuk membantu orang lain mengembangkan perasaan positif terhadap diri sendiri. Kecerdasan naturalis (naturan intelligence) Kecerdasan naturalis melibatkan kemampuan mengenali bentuk-bentuk alam disekitar kita; burung, bunga, pohon, hewan, dan fauna serta flora lain. Ini jga mencangkup terhadap bentuk-bentuk alam lain, seperti misalnya susunan awan dan ciri geologis bumi. Kecerdasan ini dibutuhkan dalam banyak profesi, termasuk ahli biologi, penjaga hutan, dokter hewan, dan hortikulturis. Dalam kehidupan sehari-hari, kita menggunakan kecerdasan ini ketika berkebun, berkemah dengan teman atau keluarga, atau mendukung proyek ekologi lokal. Menurut Wilson dalam Anxs (2007), kecerdasan naturalis adalah kemampuan mengenali berbagai jenis flora dan fauna serta kejadian alam, misalnya asal-usul binatang, pertumbuhan tanaman, terjadinya hujan, manfaat air bagi kehidupan, tata surya, dan kejadian alam lainnya. Kecerdasan naturalis ini berkaitan dengan wilayah otak bagian kiri, yakni bagian yang peka terhadap pengenalan bentuk atau pola kemampuan membedakan dan mengklasifikasikan sesuatu. Jika anak dengan mudah dapat menandai pola benda-benda alam, dan mengingat benda-benda alam yang ada di sekitarnya, maka anak dapat dikatakan memiliki kecerdasan naturalis yang tinggi. Faktor yang mempengaruhi perkembangan inteligensi Kecerdasan adalah kemampuan untuk mengetahui antara beberapa benda, kemampuan untuk menciptakan untuk memperbarui, kemampuan untuk belajar, berfikir, memahami, menguasai, berkhayal, mengingat dan merasa, kemampuan untuk memecahkan masalah, mengerjakan tugas dengan berbagai tingkat kesulitan. Dalam definisi yang lain juga dikatakan bahwa IQ adalah bakat yang didapat dari keturunan, tapi lingkungan dan kondisi sekelilingnya juga memperbarui peningkatan presentasi kecerdasan seorang mealui pengalaman, pengetahuan yang didapat dan pengajaran. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas inteligensi seseorang yaitu: Faktor bawaan atau keturunan Ada sebagian kalangan yang berpendapat bahwa faktor genetik dapat mempengaruhi taraf inteligensi seseorang. Artinya, jika kedua orang tua memiliki inteligensi, besar kemungkinan anaknya memiliki inteligensi tinggi pula. Akan tetapi hal ini pun tidak terjadi demikian. Adakalanya kedua orang tua memiliki taraf inteligensi yang tinggi mempunyai anak dengan taraf inteligensi pada tingkat rata-arata, atau bahkan di bawah rata-rata. Sebagian pakar berpendapat bahwa pengaruh orang tua yang sedemikian besar terhadap perkembangan inteligensi anak adalah lebih disebabkan oleh upaya orang tua itu sendiri dalam memberdayakan anak-anaknya. Penelitian membuktikan banhwakorelasi nilai tes IQ dari satu keluarga sekitar 0,50. Sedangkan diantara 2 anak kembar, korelasi nilai tes IQ nya sangat tinggi, sekitar 0,90. Bukti lainnya adalah pada anak tang diadopsi. IQ mereka berkorelasi sekitar 0,40-0,50 dengan ayah dan ibu yang sebenarnya, dan hanya 0,10-0,20 dengan ayah dan ibu angkatnya. Selanjutnya bukti pada anak kembar yang diibesarkan seara terpisah, IQ mereka tetap berkorelasi sangat tinggi, walaupun mungkin mereka tidak pernah salng kenal. Faktor lingkungan Walaupun cirii-ciri dasarnya sudah dibawa sejak lahir, ternyata lingkungan sanggup menimbulkan perubahan-perubahan yang berarti. Intelgensi tentunya tidak bisa terlepas dari otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional juga memerankan peranan yang amat penting. Pengembangan pootensi anka mencapai aktualisalisasi optimal bukan hanya dipengaruhi faktor bakat, melainkan faktor lingkungan yang membimbing dan membentuk perkembangan anak. Faktor lingkungan justeru memberi andil besar dalam kecerdasan anak. Yang dimaksud tidak lain adalah upaya memberi iklim tumbuh kembang sebaik mungkin agar kecerdasan dapat berkembang optimal. Seperti yang dikemukakan oleh Conny Semiawan dalam bukunya yang berjuudul “Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Pendidikan Usia Dini” bahwa: “Seseorang secara genetis telah lahir dengan suatu organisme yang disebut inteligensi yang bersumber dari otaknya, kalau struktur otak sudah ditentukan oleh faktor biologis, berfungsinya otak tersebut sangat dipengaruhi oleh interaksi denngan lingkungannya.” Pengukuran inteligensi Iteligensi pada setiap anak tidak sama. Untuk mengukur perbedaan-perbedaan kemampuan individu tersebut, para psikolog telah mengembangkan sejumlah tes inteligensi. Dalam hal ini, Alfret Binet (1857-1911), seorang dokter dan psikolog Perancis, dipandang secara luas sebagai orang yang paling berjasa dalam mempelopori pengembangan tes inteligensi ini. Tes inteligensi yang dirancang oleh Binet ini berangkat dari konsep usia metal (Metal Age-MA) yang dikembangkannya. Binet menganggap anak-anak terbelakang secara metal akan bertingkah dan berkinerja seperti anak-anak normal yang berusia lebih muda. Ia mengembangkan norma-norma inteligensi dengan menguji 50 orang anak-anak dari usia 3 hingga 11 tahun yang tidka terbelakang secara metal. Anak-anak yang diduga terbelakang secara metal juga diuji, dan performa mereks dibandingkan dengan anak-anak yang usia kronologisnya sama di dalam sampel yang normal. Perbedaan antara usia mental (MA) dengan usia kronologis (CA) —usia sejak lahir— inilah yang digunakan sebagai ukuran inteligensi. Anak yang cerdas memiliki MA di atas CA, sedangkan anak yang bodoh memiliki MA di bawah CA. Ada bermacam-macam tes inteligesi. Ada tes inteligensi untuk anak, ada tes inteligensi untuk orang dewasa. Ada klasikal atau kelompok. Ada yang lisan, ada yang tertulis. Apa yang diukur oleh tes inteligensi yang satu belum tentu sama dengan apa yang diukur oleh tes inteligensi yang lain, meskipun keduanya bertujuan untuk mengukur inteligensi. Hal ini disebabkan adanya kemungkinan landasan teori tentang inteligensi pada tes inteligensi yang lain. Mungkin juga dasar pengukuran yang digunakan berbeda-beda. Sehubungan dengan apa yang diukur oleh tes inteligensi ada beberapa macam tes inteligensi: Tes inteligensi umum, yang bertujuan untuk memberikan gambaran yang umum mengenai taraf inteligensi umum dari seseorang. Tes inteligensi khusus, yang hanya memberikan keterangan tentang satu seg atau faktor yang spesifik dari inteligensi. Tes inteligensi diferensial, yang memberikan gambaran mengenai kemampuan seseorang di dalam berbagai segi atau faktor inteligensi yang memungkinkan didapatkannya profil atau gambaran segi-segi kekuatan dan kelemahan dari berfungsinya inteligensi seseorang. Jelaslah bahwa inteligensi yang biasanya dianggap hanya mengukur inteligensi umum, tidak demikian adanya. Tes inteligensi umum yang bertujuan memberikan gambaran tentang taraf inteligensi umum seseorang pada umumnya berdasarkan pada teori Spearman. Spearman dengan teori “dua faktor”-nya mengemukakan bahwa pelaksanaan setiap tugas kognitif (tugas yang membutuhkan pemikiran) membutuhkan faktor kemampuan umum (faktor g, yaitu singkatan dari general factor) dan faktor kemampuan spesifik untuk tugas tersebut (faktor s, singkatan dari spesific factor). Menurut penelitian Spearman, pengukuran kemampuan umun yang terbaik adalah melalui persoalan-persoalan yang membutuhkan kemampuan menalar yang abstrak. Ragam kecerdasan lain EQ: tahun 1995, Daniel Goleman mempopulerkan Kecerdasan Emosional yang lebih dikenal dengan istilah EQ. EQ merupakan persyaratan dasar untuk menggunakan potensi IQ secara efektif, jik bagiain-bagian otak untuk merasa telah rusak, maka seseorang tidak dapat berpikir efektif. Dalam keberhasilan berpikir seseorang, IQ (inteligensi) hanya berperan sebesar 20 persen, 80 persennya ditentukan oleh kecerdasan emosionalnya. Dalam bukunya Working with Emitional intelligence, ia BAB III PENUTUP KESIMPULAN Semua anak pada dasarnya cerdas. Hanya saja kecerdasan uniknya mungkin kurang cocok dengan sistem pendidikan yang lebih menekankan pada keterampilan 3M—menulis, membaca, matematika—padahal setiap anak memiliki 8 kecerdasan dengan kadar yang berbeda-beda, yaitu: Kecerdasan bahasa (linguistic intelligence) Kecerdasan logika-metematika (logical-mathematical intelligence) Kecerdasan spasial (spatial intelligence) Kecerdasan musik (musical intelligence) Kecerdasan kinestetik (bodily-kinesthetic intelligence) Kecerdasan interpersonal (intrapersonal inteligence) Kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intellegence) Kecerdasan naturalis (naturan intelligence) Perkembangan inteligensi kecerdasan setiap anak itu berbeda, setiap anak memiliki waktunya masing-masing untuk berkembang. Sebagian anak ada yang kecerdasannya berkembang dengan cepat, tapi juga ada anak yang kecardasannya berkembang dengan lambat. Perkembangan inteligensi dapat dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu, faktor keturunan atau gen, dan faktor lingkungan hidup anak tersebut. SARAN Anak yang memiliki inteligensi yang tinggi, mereka harus lebih dioptimalkan kemampuannya. Banyak anak yang memiliki inteligensi tetapi tidak semuanya terlihat dengan jelas. Ada sebagian anak yang memiliki inteligensi dan mereka hanya memendam kemampuan tersebut, karena bidang yang mereka kuasai tidak mendapat dukungan pada pihak tertentu. Maka anak tersebut harus diolah dengan sangat baik, agar anak tersebut dapat mengikuti perkembangan dengan baik dan benar. DAFTAR PUSTAKA Amstrong, Thomas, Setiap Anak Cerdas: penduan membantu anak belajar dengan memanfaatkan multiple intelligence-nya, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005 Dariyo, Agoes, Psikologi Perkembangan Remaja, Ghalia Indonesia, Bogor, 2004 Desmita, Psikologi Perkembangan, ROSDA, Bandung, 2010 Saparinah, Sadli, Inteligensi Bakat dan Test IQ, Graya Favorit Press, 1991 Walgito, Bimo, Pengantar Psikologi Umum, Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Umum UGM Yogyakarta, 1985 http://www.psychologymania.com/2011/07/jenis-jenis-intelegensi-menurut-howard.html