F-
w
h a n g e Vi
e
y
bu
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
UNIT AKSES KEUANGAN DAN UMKM
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
JL. GAJAH MADA NO.1, SAMARINDA 75122, INDONESIA
Tel : 62-541-741022 Fax : 62-541-732644
http://www.bi.go.id
o
.d o
m
C
lic
k
m
w
w
w
o
C
lic
k
to
Perlu adanya inisiasi dari banyak pihak, baik pemerintah maupun swasta
.c
.d o
dalam
upaya pelestarian tenun Samarinda sebagai warisan budaya lokal.
c u -tr a c k
Terjalinnya koordinasi yang baik dari pihak penenun, pemerintah, dan swasta
dalam pengembangan produk ini mutlak diperlukan. Maksimalisasi transfer
knowledge terkait dengan teknis produksi, pola pemasaran, maupun
manajemen keuangan diperlukan untuk memperkaya kualitas sumber daya
manusia. Pembentukan lembaga ketiga, diharapkan mampu menjadi pihak
independen yang berperan untuk; (1) Menjaga stabilitas supply bahan baku,
dalam hal kuantitas bahan baku maupun kuantitas harga, (2) Menjaga
stabilitas dan keseragaman harga jual agar tidak merugikan penenun, (3)
Menyediakan saluran distribusi, (4) Secara kontinyu menyediakan fasilitas
transfer knowledge terkait dengan proses produksi dan non produksi, serta (5)
Menjadi penjamin dan penyalur satu pintu bagi pembiayaan yang dilakukan
oleh pihak perbankan maupun non perbankan kepada penenun, agar bantuan
pembiayaan yang diberikan dapat terdistribusi dengan baik.
w
w
w
w
to
bu
y
N
O
W
!
XC
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
Tenun Samarinda:
Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
2014
.c
F-
N
O
W
!
h a n g e Vi
e
bu
.c
.d o
m
o
o
c u -tr a c k
C
lic
k
w
w
w
.d o
to
bu
to
C
lic
k
w
w
w
y
PD
XC
y
m
w
er
N
O
W
!
h a n g e Vi
e
w
PD
XC
er
F-
c u -tr a c k
Tenun Samarinda:
Potensi Wisata dan
Pelestarian Budaya
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
2014
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
i
.c
F-
N
O
W
!
h a n g e Vi
e
bu
o
c u -tr a c k
.c
Halaman ini sengaja dikosongkan
ii
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
w
w
w
.d o
C
lic
k
to
bu
to
C
lic
k
w
w
w
y
PD
XC
y
m
w
er
N
O
W
!
h a n g e Vi
e
w
PD
XC
er
F-
c u -tr a c k
.c
F-
N
O
W
!
h a n g e Vi
e
bu
.c
.d o
m
o
o
c u -tr a c k
C
lic
k
w
w
w
.d o
to
bu
to
C
lic
k
w
w
w
y
PD
XC
y
m
w
er
N
O
W
!
h a n g e Vi
e
w
PD
XC
er
F-
c u -tr a c k
Kata Pengantar
Kain tenun sebagai kain budaya menjadi sangat pening dalam kehidupan masyarakat
Indonesia. Beragam jenis kain tenun telah dikembangkan dan menjadi ciri budaya lokal di
beberapa wilayah di Indonesia. Misalnya tenun Sumba yang dikembangkan di daerah Nusa
Tenggara, tenun ikat Kalimantan, tenun ikat Jawa atau tenun polos Jawa yang sering disebut
kain lurik, tenun Sumatera dan seterusnya. Tenun, apapun jenisnya, memiliki daya tarik yang
kuat. Selain kualitas serat kainnya lebih unggul dari kain buatan pabrik, tenun memiliki nilai
sosial dan budaya yang inggi karena tenun biasanya dikerjakan secara bersama-sama dengan
kreasi moif yang mencerminkan budaya yang dikembangkan masyarakat setempat. Secara
ekonomi pun selembar kain tenun memiliki nilai jual yang menguntungkan untuk menambah
pendapatan dan meningkatkan kesejahteraan.
Kain tradisional tenun Samarinda, atau yang dikenal dengan Sarung Samarinda, termasuk
salah satu tenun yang menjadi ciri khas daerah dan warisan budaya yang masih dipelihara
hingga saat ini. Sarung Samarinda mempunyai keterikatan erat dengan sejarah cikal bakal
berdirinya Kota Samarinda sehingga terdapat muatan lokal yang sangat kental pada produk
tersebut. Selain itu, tenun ini juga mempunyai potensi ekonomi inggi yang dapat dikembangkan
dan diproyeksikan akan menjadi pendukung lokomoif pertumbuhan ekonomi baru di wilayah
Samarinda.
Pada tahun 2012 Pemerintah Kota Samarinda telah mencanangkan Kampung Tenun
Samarinda yang berlokasi di Samarinda Seberang sebagai daerah tujuan wisata nasional. Konsep
daerah tujuan wisata budaya idak hanya fokus kepada para pengrajin tenun semata sebagai
pelaku usaha utama, tetapi juga melibatkan pelaku usaha sektor-sektor pendukung lainnya
seperi sektor perdagangan, transportasi, penginapan, kuliner, dan lainnya yang mayoritas
merupakan pelaku UMKM.
Menyadari pening dan strategisnya peran UMKM untuk pengembangan Kampung Tenun
menjadi suatu daerah tujuan wisata, berbagai program peningkatan kapasitas dan kemandirian
UMKM khususnya pengrajin tenun di Kampung Tenun terus dilakukan oleh pemerintah dan
pihak terkait, termasuk Bank Indonesia. Namun demikian, upaya pemberdayaan ini masih
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
iii
.c
F-
N
O
W
!
h a n g e Vi
e
bu
o
c u -tr a c k
.c
memiliki kendala terkait kualitas sumber daya manusia, akses pasar, manajemen usaha dan
pembiayaan.
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka menyediakan rujukan bagi stakeholders
untuk pengembangan Kampung Tenun sebagai daerah tujuan wisata, maka menjadi kebutuhan
untuk penyediaan informasi mengenai Kampung Tenun secara komprehensif melipui potensi,
tantangan serta rekomendasi dalam bentuk kajian atau peneliian. Dalam hal ini Bank Indonesia
bekerjasama dengan Inkubator Bisnis Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman
telah menyusun buku yang berjudul “Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian
Budaya”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang bersedia membantu dan
bekerja sama serta memberikan informasi dan masukan selama pelaksanaan kajian. Besar
harapan kami, bahwa buku ini dapat melengkapi informasi dan menjadi rujukan untuk
mewujudkan Kampung Tenun sebagai daerah tujuan wisata di Samarinda.
Samarinda, Januari 2014
Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Kalimantan Timur
iv
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
w
w
w
.d o
C
lic
k
to
bu
to
C
lic
k
w
w
w
y
PD
XC
y
m
w
er
N
O
W
!
h a n g e Vi
e
w
PD
XC
er
F-
c u -tr a c k
.c
F-
N
O
W
!
h a n g e Vi
e
bu
.c
.d o
m
o
o
c u -tr a c k
C
lic
k
w
w
w
.d o
to
bu
to
C
lic
k
w
w
w
y
PD
XC
y
m
w
er
N
O
W
!
h a n g e Vi
e
w
PD
XC
er
F-
c u -tr a c k
Daftar Isi
Kata Pengantar ...........................................................................................................
Datar Isi.....................................................................................................................
Ringkasan Eksekuif ....................................................................................................
iii
v
1
Bab I Dinamika dan Potensi ......................................................................................
1.1 Sejarah Kampung Tenun dan Perkembangannya........................................................
1.2 Sekilas tentang Tenun Samarinda ...............................................................................
1.3 Proil Usaha Tenun sebagai Pelaku Utama di Kampung Tenun ...................................
1.4 Pola Pembiayaan ........................................................................................................
1.5 Proil Usaha Sektor Pendukung di Kampung Tenun ....................................................
1.6 Pola Kemitraan ...........................................................................................................
1.7 Kendala Pengembangan Kampung Tenun Sebagai Sentra ..........................................
7
7
9
14
22
23
26
27
Bab II Tinjauan Pasar .................................................................................................
2.1 Permintaan dan Penawaran .......................................................................................
2.2 Harga dan Faktor Penentu ..........................................................................................
2.3 Peta Saluran Distribusi ................................................................................................
2.4 Dinamika Persaingan dan Potensi Pasar ....................................................................
2.5 Kendala Pasar dan Pemasaran ....................................................................................
29
29
32
33
35
37
Bab III Produkivitas Tradisional .................................................................................
3.1 Lokasi Usaha ...............................................................................................................
3.2 Fasilitas Produksi dan Peralatan .................................................................................
3.3 Bahan Baku .................................................................................................................
3.4 Proses Produksi ..........................................................................................................
3.5 Jenis dan Mutu Produksi ............................................................................................
3.6 Produksi Opimum ......................................................................................................
3.7 Kendala Produksi ........................................................................................................
41
41
42
45
47
54
56
56
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
v
.c
F-
N
O
W
!
h a n g e Vi
e
bu
o
c u -tr a c k
.c
Bab IV Tinjauan Keuangan ..........................................................................................
4.1 Asumsi dan Parameter................................................................................................
4.2 Komponen dan Struktur Biaya ....................................................................................
4.3 Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja ...............................................................
4.4 Proyeksi Produksi dan Pendapatan.............................................................................
4.5 Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point ...................................................................
4.6 Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Usaha .....................................................................
4.7 Analisis Sensiivitas .....................................................................................................
4.8 Pola Pembiayaan Sarung Samarinda ..........................................................................
59
59
61
63
68
68
71
73
77
Bab V Aspek Sosial dan Dampak Lingkungan .............................................................
5.1 Aspek Ekonomi dan Sosial ..........................................................................................
5.2 Dampak Lingkungan ...................................................................................................
81
81
83
Bab VI Rekomendasi...................................................................................................
6.1 Gambaran Menyeluruh Kampung Tenun ....................................................................
6.2 Kampung Tenun: Perpaduan Ekonomi Kreaif dan Penyelamatan Budaya .................
6.3 Industrialisasi Sederhana Kampung Tenun sebagai Desinasi Wisata.........................
85
85
86
96
Datar Pustaka ............................................................................................................
100
vi
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
w
w
w
.d o
C
lic
k
to
bu
to
C
lic
k
w
w
w
y
PD
XC
y
m
w
er
N
O
W
!
h a n g e Vi
e
w
PD
XC
er
F-
c u -tr a c k
.c
F-
N
O
W
!
h a n g e Vi
e
bu
.c
.d o
m
o
o
c u -tr a c k
C
lic
k
w
w
w
.d o
to
bu
to
C
lic
k
w
w
w
y
PD
XC
y
m
w
er
N
O
W
!
h a n g e Vi
e
w
PD
XC
er
F-
c u -tr a c k
Daftar Tabel
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
1.9
Sebaran Jumlah Penduduk .......................................................................................
Rekapitulasi Mata Pencaharian Kelurahan Baqa dan Mesjid ...................................
Data Pengrajin Tenun Sarung Samarinda Kecamatan Samarinda Seberang ............
Datar Nama KUB Sarung Samarinda .......................................................................
Klasiikasi Kelompok Berdasarkan Akivitas .............................................................
Pembinaan UKM Tenun Sarung Samarinda .............................................................
Sarana Pendukung Wisata Kampung Tenun .............................................................
Data UMKM Kecamatan Samarinda Seberang .........................................................
Produk Kerajinan Manik ...........................................................................................
8
8
18
19
20
22
23
24
25
2.1
2.2
2.3
Rata-rata Jumlah Produksi Sarung Samarinda per-Penenun.................................... 30
Jumlah dan Nilai Penjualan Rata-rata Sarung Samarinda Tiap Pedagang Pengumpul 31
Jumlah Kunjungan Wisata Kalim ............................................................................. 36
3.1
Tingkat Produksi Opimum Sarung Samarinda ........................................................
56
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
4.10
4.11
4.12
Asumsi Dasar Kelayakan Usaha Sarung Samarinda ..................................................
Komposisi Biaya Investasi Usaha Sarung Samarinda ................................................
Komposisi Biaya Operasional Tahun I Usaha Sarung Samarinda ..............................
Rincian Kebutuhan Dana Usaha Sarung Samarinda (Asumsi I) ................................
Rincian Kebutuhan Dana Usaha Sarung Samarinda (Asumsi II) ...............................
Rincian Kebutuhan Dana Usaha Sarung Samarinda (Asumsi III) ..............................
Datar Angsuran Pembiayaan Konvensional ............................................................
Datar Angsuran Pembiayaan Syariah ......................................................................
Proyeksi Produksi dan Pendapatan Sarung Samarinda Tahun I ...............................
Proyeksi Perolehan Laba Selama 5 Tahun (Pembiayaan Konvensional) ...................
Proyeksi Perolehan Laba Selama 5 Tahun (Pembiayaan Syariah).............................
Tingkat BEP Sarung Samarinda pada Nilai Penjualan dan Unit Penjualan ...............
60
62
63
64
64
65
66
67
68
69
69
70
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
vii
.c
F-
N
O
W
!
h a n g e Vi
e
bu
o
c u -tr a c k
.c
4.13
4.14
4.15
4.16
4.17
4.18
4.19
4.20
Analisis Kelayakan Usaha Sarung Samarinda ...........................................................
Analisis Sensiivitas Sarung Samarinda Asumsi I (Pembiayaan Konvensional) .........
Analisis Sensiivitas Sarung Samarinda Asumsi I (Pembiayaan Syariah) ..................
Analisis Sensiivitas Sarung Samarinda Asumsi II (Pembiayaan Konvensional) ........
Analisis Sensiivitas Sarung Samarinda Asumsi II (Pembiayaan Syariah) .................
Analisis Sensiivitas Sarung Samarinda Asumsi III (Pembiayaan Konvensional) .......
Analisis Sensiivitas Sarung Samarinda Asumsi III (Pembiayaan Syariah) ................
Ringkasan Pola Pembiayaan Pada Usaha Sarung Samarinda ...................................
72
73
74
75
75
76
76
78
Daftar Gambar
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
Moif Balo Pucuk Mabunga, Moif Balo Hata, dan Moif Sari Penganin ................
Macam-macam Moif Tenun Samarinda..................................................................
Variasi Produk Tenun Sarung Samarinda .................................................................
Contoh Pakaian Resmi Khas Sarung Samarinda .......................................................
Rantai Nilai Tenun Sarung Samarinda ......................................................................
Rantai Nilai Tambah Tenun Sarung Samarinda (dalam Rupiah) ...............................
Contoh Gaun Modiikasi Tenun Sarung Samarinda ..................................................
12
14
15
15
17
18
26
2.1
2.2
Bagan Saluran Distribusi Sarung Samarinda ............................................................
Contoh Produk Turunan yang Dibuat dari Tenun Sarung Samarinda .......................
34
38
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
Gang Pertenunan Samarinda Seberang ...................................................................
Peralatan Pewarnaan Benang, dan Gambar Benang Setelah Dimasak ....................
Alat Pintal Benang ....................................................................................................
Aparsing (Alat untuk Memasukkan Benang) ............................................................
Alat Tenun Gedokan .................................................................................................
Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM)..............................................................................
Alat Jemur Tenun Sarung Samarinda yang Dilengkapi dengan Pemberat ................
41
42
43
43
44
44
45
viii Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
w
w
w
.d o
C
lic
k
to
bu
to
C
lic
k
w
w
w
y
PD
XC
y
m
w
er
N
O
W
!
h a n g e Vi
e
w
PD
XC
er
F-
c u -tr a c k
.c
F-
N
O
W
!
h a n g e Vi
e
bu
.c
3.8
3.9
.d o
m
o
o
c u -tr a c k
C
lic
k
w
w
w
.d o
to
bu
to
C
lic
k
w
w
w
y
PD
XC
y
m
w
er
N
O
W
!
h a n g e Vi
e
w
PD
XC
er
F-
c u -tr a c k
3.10
3.11
3.12
3.13
3.14
3.15
3.16
3.17
Jenis Benang Mastuli ...............................................................................................
Pewarna Benang dari Bahan Pewarna Kimia dan Bahan Untuk
Pewarna Benang Alami ............................................................................................
Simulasi Anyaman dalam Penenunan ......................................................................
Bagan Proses Produksi Sarung Samarinda ...............................................................
Contoh Benang yang Dipintal...................................................................................
Penyusunan Benang dalam Rak ...............................................................................
Boom/Genderang Lusi .............................................................................................
Simulasi Proses Penenunan .....................................................................................
Simulasi Proses Penjahitan ......................................................................................
Klasiikasi Standar Mutu Tenun Sarung Samarinda ..................................................
45
46
47
48
51
51
51
52
53
55
4.1
Pola Penyaluran Kredit Usaha Sarung Samarinda ....................................................
77
6.1
Pemetaan Kendala dan Rekomendasi dalam Upaya Penyelamatan
Sarung Samarinda sebagai Warisan Budaya ............................................................
95
Daftar Lampiran
1
2
3
4
5
6
Rincian Harga Pokok Produksi Sarung Samarinda Tahun ke-1 .................................
Komposisi Biaya Usaha Sarung Samarinda (Asumsi I) ..............................................
Rincian Angsuran Pinjaman Usaha Sarung Samarinda Asumsi I
(Pembiayaan Konvensional) .....................................................................................
Proyeksi Laba Rugi Usaha Sarung Samarinda (Asumsi I, Pembiayaan
Konvensional)...........................................................................................................
Proyeksi Arus Kas dan Analisis Kelayakan Investasi Usaha Sarung Samarinda
(Asumsi I, Pembiayaan Konvensional)......................................................................
Rincian Angsuran Pinjaman Usaha Sarung Samarinda Asumsi I
(Pembiayaan Syariah)...............................................................................................
103
103
108
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
ix
104
106
107
.c
F-
N
O
W
!
h a n g e Vi
e
bu
o
c u -tr a c k
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
x
.c
Proyeksi Laba Rugi Usaha Sarung Samarinda (Asumsi I, Pembiayaan Syariah) ........
Proyeksi Arus Kas dan Analisis Kelayakan Investasi Usaha Sarung Samarinda
(Asumsi I, Pembiayaan Syariah) ...............................................................................
Komposisi Biaya Usaha Sarung Samarinda (Asumsi II) .............................................
Rincian Angsuran Pinjaman Usaha Sarung Samarinda Asumsi II (Pembiayaan
Konvensional)...........................................................................................................
Proyeksi Laba Rugi Usaha Sarung Samarinda (Asumsi II, Pembiayaan
Konvensional)...........................................................................................................
Proyeksi Arus Kas dan Analisis Kelayakan Investasi Usaha Sarung Samarinda
(Asumsi II, Pembiayaan Konvensional).....................................................................
Rincian Angsuran Pinjaman Usaha Sarung Samarinda Asumsi II (Pembiayaan
Syariah) ....................................................................................................................
Proyeksi Laba Rugi Usaha Sarung Samarinda (Asumsi II, Pembiayaan Syariah) .......
Proyeksi Arus Kas dan Analisis Kelayakan Investasi Usaha Sarung Samarinda
(Asumsi II, Pembiayaan Syariah) ..............................................................................
Komposisi Biaya Usaha Sarung Samarinda (Asumsi III) ............................................
Rincian Angsuran Pinjaman Usaha Sarung Samarinda Asumsi III (Pembiayaan
Konvensional)...........................................................................................................
Proyeksi Laba Rugi Usaha Sarung Samarinda (Asumsi III, Pembiayaan
Konvensional)...........................................................................................................
Proyeksi Arus Kas dan Analisis Kelayakan Investasi Usaha Sarung Samarinda
(Asumsi III, Pembiayaan Konvensional)....................................................................
Rincian Angsuran Pinjaman Usaha Sarung Samarinda Asumsi III (Pembiayaan
Syariah) ....................................................................................................................
Proyeksi Laba Rugi Usaha Sarung Samarinda (Asumsi III, Pembiayaan Syariah) ......
Proyeksi Arus Kas dan Analisis Kelayakan Investasi Usaha Sarung Samarinda
(Asumsi III, Pembiayaan Syariah) .............................................................................
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
109
110
111
112
114
115
116
117
118
119
120
122
123
124
125
126
.d o
m
o
w
w
w
.d o
C
lic
k
to
bu
to
C
lic
k
w
w
w
y
PD
XC
y
m
w
er
N
O
W
!
h a n g e Vi
e
w
PD
XC
er
F-
c u -tr a c k
.c
.c
N
O
W
!
m
C
lic
k
.d o
o
o
m
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Ringkasan Eksekutif
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
Ringkasan Eksekutif
Tenun Sarung Samarinda merupakan ciri khas dan warisan budaya yang erat kaitannya
dengan sejarah berdirinya kota Samarinda, sehingga produk tersebut memiliki kearifan lokal
yang kental. Potensi ekonomi yang inggi mendorong dilakukannya berbagai upaya untuk
meningkatkan popularitas tenun Samarinda dan melestarikannya. Upaya tersebut sejalan
dengan kebijakan Pemerintah Kota Samarinda yang pada tahun 2012 telah mencanangkan
Kampung Tenun Samarinda yang berlokasi di Samarinda Seberang sebagai daerah tujuan
wisata nasional. Hal ini membuka peluang untuk pemberdayaan sektor riil dan ekonomi kreaif
(UMKM) di sektor pendukung wisata Kampung Tenun diantaranya restoran, hotel, tempat parkir
yang representaif, pemandu wisata dari penduduk setempat, galeri, showroom produk dan
lokasi usaha yang dapat berfungsi sebagai workshop yang menjadi fokus dalam pengembangan
wisata budaya.
Secara umum, kendala perkembangan tenun Samarinda terletak pada rendahnya daya
serap pasar produk ini. Tidak stabilnya jumlah permintaan idak mampu memoivasi penenun
untuk menciptakan kreasi produk, baik melalui kreasi moif, inovasi bahan baku, teknis produksi,
dan diferensiasi produk. Kondisi resiprokal terjadi pada kendala ini di mana, sebagai produk
fashion yang sangat tergantung pada selera pasar, desain tenun Samarinda dinilai kurang dapat
menarik minat konsumen. Keidakstabilan permintaan dipengaruhi pula oleh minimnya moda
distribusi melalui ketersediaan pasar dan keterbukaan akses pasar.
Perlu adanya inisiasi dari banyak pihak, baik pemerintah maupun swasta dalam upaya
pelestarian tenun Samarinda sebagai warisan budaya lokal. Terjalinnya koordinasi yang
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
1
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
baik dari pihak penenun, pemerintah, dan swasta dalam pengembangan produk ini mutlak
diperlukan. Maksimalisasi transfer knowledge terkait dengan teknis produksi, pola pemasaran,
maupun manajemen keuangan diperlukan untuk memperkaya kualitas sumber daya manusia.
Pembentukan lembaga keiga, diharapkan mampu menjadi pihak independen yang berperan
untuk; (1) Menjaga stabilitas supply bahan baku, dalam hal kuanitas bahan baku maupun
kuanitas harga, (2) Menjaga stabilitas dan keseragaman harga jual agar idak merugikan
penenun, (3) Menyediakan saluran distribusi, (4) Secara koninyu menyediakan fasilitas transfer
knowledge terkait dengan proses produksi dan non produksi, serta (5) Menjadi penjamin
dan penyalur satu pintu bagi pembiayaan yang dilakukan oleh pihak perbankan maupun non
perbankan kepada penenun, agar bantuan pembiayaan yang diberikan dapat terdistribusi
dengan baik.
2
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Ringkasan Eksekutif
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
N
O
W
!
.d o
o
m
o
.c
m
C
lic
k
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Ringkasan Eksekutif
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
Rantai Nilai Tenun Samarinda
WZ/DZzd/s/d/^
KƉĞƌĂƚŝŽŶ
/ŶďŽƵŶĚ
KƵƚďŽŶĚ
>ŽŐŝƐƚŝĐ
>ŽŐŝƐƚŝĐ
ĂŚĂŶ ĂŬƵ
hƚĂŵĂ͗
Ǧ ĞŶĂŶŐ
^ƵƚĞƌĂWŽůŽƐ
Ǧ ĞŶĂŶŐ
ƐƵƚĞƌĂ
tĂƌŶĂ
Ǧ WĞǁĂƌŶĂĂŶ
Ǧ WĞŵďƵĂƚĂŶ
ŵŽƚŝĨ
Ǧ DĞŵĂƐƵŬŬĂŶ
ĞŶĂŶŐ
Ǧ WĞŶĐĞůƵƉĂŶ
ĂŚĂŶ
ƉĞŶŽůŽŶŐ͗
Ǧ WĞǁĂƌŶĂ
ƚĞŬƐƚŝů
Ǧ WĞǁĂƌŶĂ
Ǧ WĞŵďƵĂƚĂŶ
ŵŽƚŝĨ
WĞŶŐŚĂŶŝĂŶ
Ǧ WĞŶĞŶƵŶĂŶ
Ǧ WĞŵŽƚŽŶŐĂŶ
ŬĂŝŶƚĞŶƵŶ
Ǧ WĞŶũĂŚŝƚĂŶ
ƐĂƌƵŶŐ
DĂƌŬĞƚŝŶŐ
ĂŶĚ^ĂůĞƐ
Ǧ ŝƐƚƌŝďƵƐŝŬĞ
ƉĞƌƚŽŬŽĂŶĚĂŶ'ĞƌĂŝ
h<D
Ǧ ŝŝŬƵƚƐĞƌƚĂŬĂŶĚĂůĂŵ
ƉƌŽŵŽƐŝĚĂŶƉĂŵĞƌĂŶ
LJĂŶŐŵĞůĂůƵŝŝŶŝƐŝĂƚŝĨ
ƉĞŵĞƌŝŶƚĂŚĚĂŶƚŽŬŽŚ
ƐĞŶƚƌĂ͘
Ǧ WĞŶũƵůĂŶƐĞĐĂƌĂ
ůĂŶŐƐƵŶŐ
Ǧ WĞŶŐĞƉĂŬĂŶ
Ǧ >ĂďĞůŝƐĂƐŝ
Ǧ WĞŵďƵĂƚŵŽƚŝĨ
Ǧ WĞŶŐŚĂŶŝ
Ǧ WĞŶĞŶƵŶ
/ŵƉŽƌƚŝƌ
:ĂŬĂƌƚĂĂƚĂƵ
^ƵƌĂďĂLJĂ
WĞŶĞŶƵŶ
ŝƐƚƌŝďƵƚŽƌĚĂĞƌĂŚ
WĞĚĂŐĂŶŐ
WĞŶŐƵŵƉƵů
ĂŶŬ/ŶĚŽŶĞƐŝĂ͕
ŝŶĂƐĚĂŶ^<WƚĞƌŬĂŝƚ
/ŶĨƌĂƐƚƌƵĐƚƵƌĞ
Ǧ ŬƐĞƐũĂůĂŶŬĞŬĂŵƉƵŶŐ^ĂƌƵŶŐ
dĞŶƵŶ
Ǧ ŬƐĞƐdƌĂŶƐƉŽƌƚĂƐŝ
Ǧ WĞŶĐĂŶĂŶŐĂŶ ŬĂŵƉƵŶŐ ƚĞŶƵŶ
ƐĞďĂŐĂŝĚĂĞƌĂŚǁŝƐĂƚĂ
,Z
Ǧ
Ǧ
Ǧ
Ǧ
WĞůĂƚŝŚĂŶƉĞŵďƵĂƚĂŶŵŽƚŝĨ͕
ŬĞǁŝƌĂƵƐĂŚĂĂŶ͕ƉĞǁĂƌŶĂĂŶĂůĂŵŝ͕
ƉĞŶŐĞůŽůĂĂŶƉĞƌŵŽĚĂůĂŶ͘
WĞŶĚĂŵƉŝŶŐĂŶ
ĂŶƚƵĂŶůĂƚdĞŶƵŶ͕ďĂŶƚƵĂŶŵŽĚĂů
ĞŶĂŶŐ͘
WĞŵďĞŶƚƵŬĂŶŬĞůŽŵƉŽŬhƐĂŚĂ
ĞƌƐĂŵĂLJĂŶŐƚĞůĂŚƚĞƌďĞŶƚƵŬ
ƐĞďĂŶLJĂŬϲ<hŝŶŝƐŝĂƐŝĚĂƌŝ
ĞƐƉĞƌŝŶĚĂŐ<ŽƚĂ^ĂŵĂƌŝŶĚĂ͕
WƌŽǀŝŶƐŝĚĂŶĂŶŬ/ŶĚŽŶĞƐŝĂ
dŽŬŽ
^ŽƵǀĞŶŝƌ
dĞĐŚŶŽůŽŐLJ
Ǧ dĞŬŚŶŽůŽŐŝƐĞĚĞƌŚĂŶĂŚĂŶLJĂ
ĚŝůĂŬƵŬĂŶƉĂĚĂƉĞŵŝŶƚĂůĂŶ
ďĞŶĂŶŐƐƵƚĞƌĂ͘
Ǧ dĞŚŶŽůŽŐŝƐĞĚĞƌŚĂŶĂŚĂŶLJĂ
ƉĂĚĂĚĞƐĂŝŶŵŽƚŝĨ
Ǧ dĞŚŶŽůŽŐŝƐĞĚĞƌŚĂŶĂŚĂŶLJĂ
ƉĂĚĂƉƌŽƐĞƐƉĞŶŐŝŬĂƚĂŶǁĂƌŶĂ
ĚĂŶƉĞǁĂƌŶĂĂůĂŵŝ
^hWWKZd/E'd/s/d/^
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
3
.c
w
PD
w
Ǥ
ǡ
Ǥ
Ǥ
Ǥ
Ǥ
Ǥ
Ȁ
PD
y
bu
w
!
W
O
N
.c
m
h a n g e Vi
e
to
c u -tr a c k
k
lic
XC
C
.d o
F-
w
o
er
Ǥ
w
w
ǣ
Ǥ
Ǥ
er
ie w
!
m
W
O
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
N
Ringkasan
Eksekutif
y
bu
.c
o
hange V
to
c u -tr a c k
k
lic
XC
C
.d o
F-
w
4
Pemetaan Kendala dan Rekomendasi
.c
.d o
m
o
m
o
c u -tr a c k
C
lic
k
to
bu
y
bu
C
lic
k
to
w
w
w
.d o
w
er
Ringkasan Eksekutif
w
w
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
Ringkasan Pola Pembiayaan Tenun Samarinda
��
����������������
������
�
�����������
�����������������������������������������������������������������
�����
�
�����������������������
�� ����������������������������������������������������������������
������������������
�� �������������������������������������������������
�
���������������������
��������������������
����������������
�������������
�� ���������
�� �����������
������
�
������������
�
�
�������������������
���������������
�� ��������������
�� ����������������������
�
�
���������������������������
����������������������
����������������������������������
�������������������������
��������������
�
��
��
������������
�������������������
��
��������
��������������������������
���������������������
���
��������������������������
���������������������
���������
��������������������������
���������������������
�������������
��������������������������
���������������������
�������������������
���������������������
�������
����������������
������
���������
���������
���������
�� ����������������������������
�� �����������������������������
���������
����������
����������
����������������������������������������������
����������������
��
���������������������������������
�������������������
�������������������
�������������������
�������������������
����������������������������������������������������������
����
�������������
���
��������
�������
��������
���������
���������
����������
����������
����������
����������
������
������
������
������
����
����
����
����
������
������
��������������
������
������
�����������������������������������������������������
�����������������������
�������������������������������������������������������
�������������������������
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
5
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
Halaman ini sengaja dikosongkan
6
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Ringkasan Eksekutif
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
N
O
W
!
.d o
o
m
o
.c
m
C
lic
k
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Bab 1 - Dinamika dan Potensi
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
BAB 1
Dinamika dan Potensi
1.1. Sejarah Kampung Tenun dan Perkembangannya
Kampung Tenun merupakan representasi keragaman budaya yang keberadaannya idak
lepas dari sejarah panjang terbentuknya Kota Samarinda. Filosoi itu diilhami oleh pemberian
nama daerah Sama Rendah untuk suku Bugis yang mendapatkan suaka dari Kesultanan Kutai.
Sama Rendah di maksudkan agar semua penduduk, baik asli maupun pendatang berderajat
sama. Tidak ada perbedaan antara orang Bugis, Kutai, Banjar dan suku lainnya.
Ada belasan kampung suku Bugis yang tersebar di daerah Samarinda Seberang. Namanya
pun beragam; Kampung Wajo, Senglang, Sidrap atau sesuai nama kampung asal di Sulawesi.
Para pendatang ini bermukim secara berkelompok di sepanjang sungai Mahakam yang
mencerminkan asimilasi budaya asli suku Bugis pesisiran dengan budaya Islam. Ikatan kampung
juga masih kuat diwarnai dengan asas gotong royong dan kebiasaan tolong-menolong yang
sering dilakukan dalam penyelenggaraan hajat ataupun adanya kemalangan.
Kaum wanita suku Bugis pendatang mewarisi keahlian turun temurun dari leluhur
mereka, yaitu menenun benang sutera. Kegiatan ini dilakukan untuk mengisi waktu luang
menunggu suami pulang bekerja, sembari mengasuh anak. Awalnya hasil tenun tersebut hanya
untuk keperluan sendiri, namun seiring berjalannya waktu tenun menjadi komoditas yang
diperjualbelikan dan sudah dianggap sebagai emas bagi mereka.
Mayoritas para pengrajin tenun bermukim di gang-gang berdekatan yang terletak di
Kampung Pamanah Gang Pertenunan, atau lebih dikenal dengan Kampung Tenun. Secara
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
7
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
Pada tahun 2012 jumlah penduduk Kampung Tenun yang merupakan gabungan dari
Kelurahan Baqa dan Kelurahan Masjid mencapai 29 ribu orang, terdiri dari 14.705 orang pria
dan 14.374 orang wanita. Rincian data demograi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.1.
Sebaran Jumlah Penduduk
��
���������������
���������
������
�
�
��������
���������
���������
�
����
�����
�����
������
�����
��
�
������
�����
�����
������
�����
��
�����
������
������
������
�����
��
����������������������������������������������
Jumlah angkatan kerja yang berusia 18-56 tahun di Kampung Tenun sebanyak 3.578
orang, dimana 2.020 orang diantaranya bekerja penuh dan 103 orang bekerja idak tentu.
Pengusaha dan pedagang terkait tenun sarung Samarinda merupakan mata pencaharian
utama, selain nelayan dan pegawai swasta mengingat Kampung Tenun terletak di pinggiran
sungai Mahakam dan dahulunya termasuk kawasan industri pengolahan kayu. Rincian mata
pencaharian penduduk dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.2.
Rekapitulasi Mata Pencaharian Kelurahan Baqa Dan Mesjid
��
����������������
�
��������������������
�
����
���������
����
������
�����
���
���
��
�����
���
�
�������������������
�
������
���
��
�
�����������
���
�����
�
����������
��
���
�
�������
��
����
�
��������
��
���
�
����
���
�����
���������������������������������������������
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
administraif Kampung Tenun terletak di Kelurahan Baqa dan Kelurahan Mesjid, Kecamatan
Samarinda Seberang, Kota Samarinda, atau sekitar 15 km dari ibukota Samarinda dengan luas
wilayah sebesar 2.20 km2.
8
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 1 - Dinamika dan Potensi
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
N
O
W
!
.d o
o
m
o
.c
m
C
lic
k
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Bab 1 - Dinamika dan Potensi
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
Keberadaan masyarakat Kampung Tenun yang berkumpul dalam satu wilayah geograis
dengan keahlian menenun memiliki keunikan tersendiri dan mampu menjadi daerah tujuan
wisata budaya yang potensial. Sehingga pada tanggal 04 Maret 2012 Pemerintah Kota Samarinda
dan Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) telah mencanangkan Kampung Tenun sebagai
daerah tujuan wisata budaya di Samarinda. Pemerintah Kota bersama SKPD terkait dan Bank
Indonesia terus melakukan berbagai pembenahan dalam mewujudkan hal tersebut, diantaranya
adalah perbaikan fasilitas utama seperi semenisasi gang pertenunan, renovasi rumah tua
yang berfungsi sebagai cagar budaya, pembenahan rumah-rumah sebagai media workshop
dan penghijauan. Kedepannya pemerintah daerah akan membangun sebuah desinasi wisata
budaya religi terpadu yang menggunakan transportasi air sebagai sarana dalam mengunjungi
daerah-daerah wisata dengan tujuan terakhir di Kampung Tenun.
1.2. Sekilas tentang Tenun Samarinda
Sejarah Sarung Tenun
Sarung Samarinda atau Tajong Samarinda adalah
sebuah karya kerajinan rakyat berupa tenunan tradisional
dari Kota Samarinda yang selanjutnya diproses menjadi
sarung. Kerajinan ini berasal dari daerah Sulawesi Selatan,
dibawa oleh orang-orang Bugis ke Samarinda tepatnya
Samarinda Seberang pada sekitar abad ke 18, dan
berkaitan erat dengan sejarah kedatangan suku Bugis ke
Kalimantan Timur.
Sarung Samarinda berasal
dari Sulawesi Selatan dan
berkaitan erat dengan sejarah
kedatangan suku Bugis ke
Kalimantan Timur.
Menurut lontara atau silsilah kedatangan suku Bugis, semua berawal dari kedatangan
suku Bugis ke Tanah Kutai pada tahun 1665 keika terjadi kerusuhan di Kerajaan Bone. Kerusuhan
tersebut terjadi karena La Ma Dukellang menikam hingga tewas bangsawan inggi Kerajaan Bone
keika diadakan sabung ayam saat upacara pernikahan antara putra Kerajaan Goa dengan putri
Sultan Bone. Terjadilah peperangan yang tak seimbang sehingga La Ma Dukellang beserta 3
putranya dan 8 orang bangsawan Wajo ditambah 200 pengiring dengan kelengkapan 14 perahu
layar meninggalkan Wajo menuju Tanah Kutai. Tetapi mereka kehabisan perbekalan di tengah
perjalanan dan berlabuh di pasir. Banyak orang-orang dari Wajo dan Sopeng berdatangan
kemudian karena idak tahan dijajah oleh Kerajaan Bone. Karena semakin banyaknya pendatang,
diadakanlah musyawarah besar. Hasil musyawarah itu memerintahkan Lamohang Daeng
Mangkona untuk pergi ke Kutai. Mulanya Kerajaan Kutai di bawah pimpinan Pangeran Dipai
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
9
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
Nama Samarinda berasal dari penyebutan warga
sekitar pada sistem pemukiman yang dibuat oleh Puo Ado
yang menyamaratakan tinggi bangunan tempat tinggal
yaitu sama inggi maupun sama rendahnya. Lama kelamaan
penyebutan Sama Rendah berubah menjadi Samarinda.
Datang dan menetapnya suku Bugis memberi warna baru
dalam sistem pemerintahan Kerajaan Kutai Kartanegara
Ing Martadipura. Kehidupan antara warga pendatang
dan penduduk dapat berjalan harmonis dan membantu
pemerintahan Kerajaan Kutai dalam menjaga stabilitas
keamanan. Suku Bugis menetap dan terus mengembangkan
tradisi mereka termasuk kebiasaan menenun. Kebiasaan ini
menghasilkan produk olah tenun yang dibuat secara manual
dengan alat tenun bukan mesin (ATBM).
Nama Samarinda
berasal dari kata Sama
Rendah, mencerminkan
tinggi bangunan yang
sama tinggi dan sama
rendahnya, dan bermakna
bahwa penduduk asli dan
pendatang berderajat sama,
saling menghormati dan
menghargai.
Pada awalnya usaha kerajinan tenun di Kampung Tenun masih berupa kegiatan sampingan,
seperi banyak dijumpai di lingkungan masyarakat pedesaan lainnya yang sering mengembangkan
berbagai jenis usaha kerajinan. Biasanya kegiatan kerajinan masyarakat desa semula hanya
bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Namun kini industri kerajinan rakyat
berkembang menjadi sentra industri kecil, dengan skala produksi yang cukup besar dan menjadi
mata pencaharian pokok, terutama bagi masyarakat yang idak memiliki pekerjaan tetap.
Sarung Samarinda sebagai salah satu hasil asimilasi budaya suku Bugis dan Kutai yang
dibawa dari tanah asalnya dan dikembangkan sebagai usaha keluarga atau home industri,
sampai kini terkenal sampai mancanegara sebagai hasil budaya khas daerah Kalimantan Timur
dengan kualitas yang inggi. Lahir dari tangan penenun Bugis, Sarung Samarinda berkembang
karena berhasil memadukan moif Bugis, Dayak dan Kutai.
Keragaman moif dan bentuk asimilasi budaya
Sejak dulu kain tenun memiliki fungsi sosial dan fungsi ekonomi. Fungsi sosial tenun
dapat diamai dari jenis, ragam dan moif sehelai kain tenun. Apakah keturunan bangsawan,
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
Mojo Kusumo akan memberi sebidang tanah di daerah Loa Buah kepada rombongan Lamohang
Daeng Mangkona, tetapi akhirnya Pengeran memberikan tanah di wilayah Samarinda Seberang
serta hak otonomi untuk mengembangkan daerahnya sendiri. Selain itu, Lamohang Daeng
Mangkona juga diberikan gelar Pua Ado oleh Raja Kutai pada tanggal 20 April 1708.
10
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 1 - Dinamika dan Potensi
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
.c
N
O
W
!
m
C
lic
k
.d o
o
o
m
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Bab 1 - Dinamika dan Potensi
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
kepala adat, atau rakyat jelata, semuanya bisa diketahui dari kain yang menutupi tubuhnya.
Kain tenun juga mempunyai fungsi ekonomi. Di masa lalu, keika uang belum begitu populer,
kain tenun sering dijadikan alat tukar barang (barter). Mengingat proses pembuatannya yang
rumit, kain tenun memiliki nilai tukar yang cukup inggi. Dalam perkembangannya kain tenun
menjadi komoditas berharga yang dapat menggerakan ekonomi sekaligus menjadi tumpuan
sumber pencaharian masyarakat.
Berdasarkan bahan dan moifnya, kain tenun di Indonesia bisa dibedakan menjadi
beberapa jenis. Misalnya ulos, songket, lurik, dan ikat (Alamsyah, dkk., 2013). Ulos merupakan
kain tenun khas Batak. Tiga jenis lainnya tersebar di berbagai daerah di Indonesia yang memiliki
karakterisik tertentu. Songket, misalnya, memiliki sulaman benang emas dari perak pada
jalinan benang yang ditenun. Kain lurik mempunyai moif bergaris, yang disusun berdasarkan
jalinan benang berwarna-warni. Sementara tenun ikat punya moif hias, yang disusun dengan
cara mengikat dan mewarnai benang bahan tenunan. Jenis yang disebut terakhir inilah yang
memiliki wilayah persebaran terluas di Indonesia, termasuk tenun yang diproduksi masyarakat
Kampung Tenun. Di samping itu, kain tenun ikat dibedakan menjadi dua jenis yaitu kain tenun
ikat pakan serta kain tenun ikat lusi.
Umumnya, tenun ikat pakan diproduksi oleh masyarakat di daerah-daerah yang
mendapat pengaruh dari agama Hindu, Budha, dan Islam. Misalnya daerah-daerah di Jawa,
Bali, Sumatera, Kalimantan, serta Sulawesi. Ciri-cirinya antara lain memiliki warna kain yang
cerah, meriah, serta ditandai dengan adanya benang emas dan perak. Berbeda dengan tenun
ikat lusi yang hanya terdapat di sebagian kawasan imur Indonesia seperi Sumba, Flores dan
Timor yang idak terlalu terpengaruh budaya Hindu, Budha, dan Islam (Alamsyah., dkk. 2013).
Warna maupun moifnya pun terkesan lebih sederhana. Dengan demikian, tenun Sarung
Samarinda termasuk dalam jenis tenun ikat pakan karena pemilihan warna yang lebih cerah
seperi warna hitam, puih, merah, hijau, ungu, biru laut dan hijau daun. Moif tenun Sarung
Samarinda pada dasarnya memiliki kesamaan dengan moif kain tenun yang berasal dari
Sulawesi Selatan karena adanya kesamaan historis keberadaan tenun Samarinda dan tenun
Sulawesi Selatan. Sehingga tenun sarung Samarinda merupakan introduksi Lipa’ Sa’be (songket)
Sulawesi yang berasimilasi dengan kebudayaan suku Dayak secara bentuk, corak dan produksi
sehingga menghasilkan moif yang beragam. Dalam perkembangannya, moif tenun Sarung
Samarinda juga mengadopsi moif dan corak dari suku Kutai dan Dayak.
Mayoritas moif dan corak tenun Sarung Samarinda berbentuk kotak-kotak dengan
ukuran yang variaif; besar maupun kecil. Petak yang dihasilkan dari garis saling memotong
tersebut mengandung falsafah nenek moyang mereka: Siri’ na Pacce (malu dan empai) yang
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
11
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
Mayoritas motif
dan corak tenun
s a ru ng S a m a ri nda
berbentuk kotak-kotak,
mengandung filsafah
“Siri’ na Pacce” (malu
dan empati).
Secara garis besar Sarung Samarinda terbagi menjadi iga
moif yaitu moif Hata, Soeharto, dan sari penganin. Hata ialah
sarung dengan corak kotak besar yang diapit persegi panjang
hitam dan dilintasi garis merah, biru, dan hitam. Ada yang
mengatakan, corak kotak-kotak terinspirasi dari permintaan
Sultan Kutai Kartanegara yang ingin agar masyarakat Wajo
membuat tenunan yang berbeda dari buatan orang Sulawesi yang disebut songket, sehingga
penenun terdahulu membuat corak kotak-kotak sebagai pakem. Pengaruh Kerajaan Kutai
Kertanegara terlihat pada moif kotak-kotak yang merupakan bagian dari busana khas Kerajaan
Kutai Kartanegara saat berlangsung kegiatan Erau. Seiring perkembangan zaman, bermunculan
juga corak baru yang ternyata terinspirasi dari ukiran-ukiran orang Dayak yang ditunjukkan
pada tenun dengan corak Balo Pucuk Mabunga.
Gambar 1.1.
Moif Balo Pucuk Mabunga, Moif Balo Hata, dan Moif Sari Penganin
Moif lain yang menjadi ciri khas atau ikon Sarung Samarinda adalah Balo’ Hata.
Penamaan tersebut bertujuan untuk menghormai proklamator Indonesia Mohammad Hata,
Wakil Presiden RI yang pertama. Menurut kalangan penenun, moif sarung yang diproduksi
awalnya idak dinamai. Keika ada usul untuk menamai sebuah corak dengan Hata, usul itu
diterima. Sumber lain mengatakan proses penamaan ini pertama kali pada tahun 1949 saat
Bung Hata-Wakil Presiden RI mengunjungi daerah Samarinda Seberang. Diantara berbagai
pilihan sarung yang ditawarkan, Bung Hata memilih corak besar yang diapit persgi panjang
hitam yang dilintasi garis merah, biru dan hitam yang saat itu bernama moif Kemumu. Setelah
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
dalam penerjemahannya kurang lebih bermakna sebagai: hak
seseorang dibatasi oleh hak orang lain. Selain itu manusia harus
memahami mana haknya dan mana yang bukan haknya.
12
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 1 - Dinamika dan Potensi
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
N
O
W
!
itu corak Kemumu digani namanya menjadi Moif Belang
Hata. Untuk corak Soeharto dapat dilihat kotak-kotak yang
lebih kecil dengan warna yang berbeda. Menurut berbagai
sumber yang diperoleh, penamaan moif tersebut karena
Presiden Soeharto beberapa kali mengunjungi Samarinda dan
saat membeli sarung hampir selalu memilih moif tersebut.
Moif terakhir disebut Sari Penganin, yaitu sarung
yang diberikan mempelai wanita yang bersuku asli Kampong
Tenun atau ‘orang Samarinda’ kepada mempelai laki-laki
setelah melaksanakan prosesi akad nikah. Sehingga sarung ini
kebanyakan hanya digunakan oleh pria yang telah menikah
sebagai salah satu idenitas.
.d o
o
m
o
.c
m
C
lic
k
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Bab 1 - Dinamika dan Potensi
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
Motif yang menjadi
ikon sarung Samarinda
adalah Balo’ Hatta. Motif
ini sebagai penghargaan
kepada Wakil Presiden
RI 1 – Bung Hatta –
sewaktu berkunjung ke
Samarinda dan memilih
sarung dengan motif
tersebut.
Keiga moif tersebut; Hata, Soeharto, dan Sari Penganin, menurut kalangan perajin
amat digemari terutama corak Hata. Itulah corak khas yang diduga termasuk salah satu corak
awal yang dibuat para perajin. Selain itu, terdapat banyak ragam moif lain tenun Sarung
Samarinda; Balo So’bi, Siparapre, Balo Hata Ungu, Negara Baliyare Mar-Mar, Pucuk Rebung,
Billa Takajo, Tabagolog, Coka Mannipi dan Jepa-Jepa Kamummu. Keragaman moif tersebut
merupakan asimilasi dari kebudayaan yang berbeda; Bugis, Dayak dan Kutai. Berikut adalah
contoh beberapa corak dan moif dari tenun Sarung Samarinda:
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
13
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
1.3. Profil usaha tenun sebagai pelaku utama di Kampung
Tenun
Sarung Samarinda atau Tajong Samarinda adalah jenis kain tenunan tradisional yang
merupakan khas Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Sarung ini ditenun dengan menggunakan
Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) yang disebut Gedokan. Produk yang dihasilkan untuk satu
buah sarung memakan waktu 15 hari untuk sarung berkualitas sangat baik. Bahan baku utama
adalah benang sutera alam (warm silk) dan benang sutera impor yang disebut spoon silk yang
memiliki kualitas inggi. Benang sutera diimpor dari Cina karena sutera Cina memiliki kualitas
yang lebih bagus dibanding sutera lokal.
Usaha tenun Sarung Samarinda merupakan salah satu bentuk kegiatan kerajinan
yang memiliki ingkat kompleksitas cukup inggi sehingga dibutuhkan keahlian khusus serta
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
Gambar 1.2.
Macam-macam Moif Tenun Sarung
14
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 1 - Dinamika dan Potensi
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
N
O
W
!
.d o
o
m
o
.c
m
C
lic
k
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Bab 1 - Dinamika dan Potensi
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
membutuhkan waktu yang cukup lama dalam menghasilkan sebuah produk. Kombinasi
kompleksitas produksi dan kualitas bahan baku yang inggi menghasilkan sebuah tenunan
dengan kerapatan dan kehalusan kain tenun yang sangat baik sehingga tenunan terasa dingin
dikulit dan memberikan kenyamanan saat digunakan - citra ekslusif tenun Sarung Samarinda.
Ciri khas utama tenun yang asli adalah dapat dilipat sampai seukuran genggaman tangan dan
semakin lama digunakan akan semakin memperhalus kualitas kain.
Produk tenun Sarung Samarinda secara umum terdiri atas 2 (dua) jenis produk yaitu
sarung laki-laki dan sarung perempuan. Perbedaan diantara kedua jenis ini secara spesiik
terletak pada moifnya. Sarung laki-laki umumnya bermoif kotak-kotak, sementara sarung
perempuan bermoif polos dengan hiasan tenun imbul (Sobbi’). Perbedaan lainnya terdapat
pada warna, yaitu sarung perempuan cenderung berwarna lebih terang dan variaif dibanding
sarung laki-laki.
Gambar 1.3.
Variasi Produk Tenun Sarung Samarinda
Perkembangan tenun Sarung Samarida idak hanya terdapat
pada moif saja, tetapi juga pada variasi produk. Sebelumnya penenun
hanya memproduksi dalam bentuk sarung, saat ini diproduksi pula
dalam bentuk kain bahan pakaian. Perkembangan ini mengikui selera
pasar yang menginginkan tenun Sarung Samarinda idak hanya dalam
bentuk sarung, melainkan juga dalam bentuk kain bahan pakaian. Hal
ini dikarenakan adanya pergeseran selera pemanfaatan tenun Sarung
Samarinda yang saat ini banyak dijadikan pakaian resmi maupun
kasual. Pergeseran fungsi tenun yang sebelumnya hanya diolah
menjadi sarung, mendapat respon yang cukup baik dari Pemerintah
Kota Samarinda. Hal ini ditunjukkan dengan rencana Walikota
Gambar 1.4.
Contoh Pakaian Resmi
Khas Sarung Samarinda
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
15
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
Kerajinan tenun Sarung Samarinda pada tahun 2013 mampu menghasilkan volume
produksi sebanyak 216 unit/tahun per pedagang pengumpul dengan nilai produksi
Rp285.000.000,- dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 200 orang. Pemasaran tenun Sarung
Samarinda dilakukan secara langsung oleh pengrajin ataupun melalui pengumpul. Pemasaran
terbesar dilakukan oleh pengumpul yang memiliki akses langsung ke pasar seperi Citra Niaga,
Kebun Sayur di Balikpapan, Fitriyah dan pusat penjualan souvenir maupun UKM center lainnya.
Pemasaran dengan skala lebih luas biasanya lewat berbagai event pameran dan promosi.
Daerah pemasaran tenun Sarung Samarinda melipui Kalimantan Timur, Jakarta, Bali,
Manado, dan Padang, serta diekspor juga ke negara-negara muslim lainnya. Permintaan dari luar
negeri idak koninyu, tapi tergantung musim-pada musim haji dan lebaran permintaan sarung
sangat inggi. Pembayaran produk yang dijual oleh penenun antara lain dilakukan dengan cara
tunai, sistem bagi hasil melalui bantuan benang dari pemodal dan sistem konsinyasi.
Gambaran rantai nilai (value chain) untuk tenun Sarung Samarinda dapat dilihat pada
gambar berikut.
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
Samarinda yang akan menerbitkan Peraturan Walikota tentang kewajiban seluruh pegawai
pemerintah ingkat II untuk mengenakan baju kerja Sarung Samarinda seiap hari Kamis dan
Jumat serta menjadi baju khas resmi di acara-acara khusus.
16
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 1 - Dinamika dan Potensi
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
N
O
W
!
.d o
o
m
o
.c
m
C
lic
k
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Bab 1 - Dinamika dan Potensi
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
WZ/DZzd/s/d/^
KƉĞƌĂƚŝŽŶ
/ŶďŽƵŶĚ
KƵƚďŽŶĚ
>ŽŐŝƐƚŝĐ
>ŽŐŝƐƚŝĐ
ĂŚĂŶ
ĂŬƵ
hƚĂŵĂ͗
Ǧ ĞŶĂŶŐ
^ƵƚĞƌĂWŽůŽƐ
Ǧ ĞŶĂŶŐ
ƐƵƚĞƌĂ
tĂƌŶĂ
Ǧ WĞǁĂƌŶĂĂŶ
Ǧ WĞŵďƵĂƚĂŶ
ŵŽƚŝĨ
Ǧ DĞŵĂƐƵŬŬĂŶ
ĞŶĂŶŐ
Ǧ WĞŶĐĞůƵƉĂŶ
ĂŚĂŶ
ƉĞŶŽůŽŶŐ͗
Ǧ WĞǁĂƌŶĂ
ƚĞŬƐƚŝů
Ǧ WĞǁĂƌŶĂ
Ǧ WĞŵďƵĂƚĂŶ
ŵŽƚŝĨ
WĞŶŐŚĂŶŝĂŶ
Ǧ WĞŶĞŶƵŶĂŶ
Ǧ WĞŵŽƚŽŶŐĂŶ
ŬĂŝŶƚĞŶƵŶ
Ǧ WĞŶũĂŚŝƚĂŶ
ƐĂƌƵŶŐ
Ǧ
Ǧ
DĂƌŬĞƚŝŶŐ
ĂŶĚ^ĂůĞƐ
Ǧ ŝƐƚƌŝďƵƐŝŬĞ
ƉĞƌƚŽŬŽĂŶĚĂŶ'ĞƌĂŝ
h<D
Ǧ ŝŝŬƵƚƐĞƌƚĂŬĂŶĚĂůĂŵ
ƉƌŽŵŽƐŝĚĂŶƉĂŵĞƌĂŶ
LJĂŶŐŵĞůĂůƵŝŝŶŝƐŝĂƚŝĨ
ƉĞŵĞƌŝŶƚĂŚĚĂŶƚŽŬŽŚ
ƐĞŶƚƌĂ͘
Ǧ WĞŶũƵůĂŶƐĞĐĂƌĂ
ůĂŶŐƐƵŶŐ
WĞŶŐĞƉĂŬĂŶ
>ĂďĞůŝƐĂƐŝ
Ǧ WĞŵďƵĂƚŵŽƚŝĨ
Ǧ WĞŶŐŚĂŶŝ
Ǧ WĞŶĞŶƵŶ
/ŵƉŽƌƚŝƌ
:ĂŬĂƌƚĂĂƚĂƵ
^ƵƌĂďĂLJĂ
WĞŶĞŶƵŶ
ŝƐƚƌŝďƵƚŽƌĚĂĞƌĂŚ
WĞĚĂŐĂŶŐ
WĞŶŐƵŵƉƵů
ĂŶŬ/ŶĚŽŶĞƐŝĂ͕
ŝŶĂƐĚĂŶ^<WƚĞƌŬĂŝƚ
/ŶĨƌĂƐƚƌƵĐƚƵƌĞ
dŽŬŽ
^ŽƵǀĞŶŝƌ
,Z
Ǧ ŬƐĞƐũĂůĂŶŬĞŬĂŵƉƵŶŐ^ĂƌƵŶŐ
dĞŶƵŶ
Ǧ ŬƐĞƐdƌĂŶƐƉŽƌƚĂƐŝ
Ǧ WĞŶĐĂŶĂŶŐĂŶ ŬĂŵƉƵŶŐ ƚĞŶƵŶ
ƐĞďĂŐĂŝĚĂĞƌĂŚǁŝƐĂƚĂ
Ǧ
Ǧ
Ǧ
Ǧ
WĞůĂƚŝŚĂŶƉĞŵďƵĂƚĂŶŵŽƚŝĨ͕
ŬĞǁŝƌĂƵƐĂŚĂĂŶ͕ƉĞǁĂƌŶĂĂŶĂůĂŵŝ͕
ƉĞŶŐĞůŽůĂĂŶƉĞƌŵŽĚĂůĂŶ͘
WĞŶĚĂŵƉŝŶŐĂŶ
ĂŶƚƵĂŶůĂƚdĞŶƵŶ͕ďĂŶƚƵĂŶŵŽĚĂů
ĞŶĂŶŐ͘
WĞŵďĞŶƚƵŬĂŶŬĞůŽŵƉŽŬhƐĂŚĂ
ĞƌƐĂŵĂLJĂŶŐƚĞůĂŚƚĞƌďĞŶƚƵŬ
ƐĞďĂŶLJĂŬϲ<hŝŶŝƐŝĂƐŝĚĂƌŝ
ĞƐƉĞƌŝŶĚĂŐ<ŽƚĂ^ĂŵĂƌŝŶĚĂ͕
WƌŽǀŝŶƐŝĚĂŶĂŶŬ/ŶĚŽŶĞƐŝĂ
dĞĐŚŶŽůŽŐLJ
Ǧ
Ǧ
Ǧ
dĞŬŚŶŽůŽŐŝƐĞĚĞƌŚĂŶĂŚĂŶLJĂ
ĚŝůĂŬƵŬĂŶƉĂĚĂƉĞŵŝŶƚĂůĂŶ
ďĞŶĂŶŐƐƵƚĞƌĂ͘
dĞŚŶŽůŽŐŝƐĞĚĞƌŚĂŶĂŚĂŶLJĂ
ƉĂĚĂĚĞƐĂŝŶŵŽƚŝĨ
dĞŚŶŽůŽŐŝƐĞĚĞƌŚĂŶĂŚĂŶLJĂ
ƉĂĚĂƉƌŽƐĞƐƉĞŶŐŝŬĂƚĂŶǁĂƌŶĂ
ĚĂŶƉĞǁĂƌŶĂĂůĂŵŝ
^hWWKZd/E'd/s/d/^
Gambar 1.5. Rantai Nilai Tenun Sarung Samarinda
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
17
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
�������
�������
����������������
������
����
�������
����������������
�������
�������
������
���
�������
�������
������
���������
���������
�������
��������
���������
������
��
�������
�������
������
����
������
����
Gambar 1.6.
Rantai Pemetaan Nilai Tambah Tenun Sarung Samarinda (dalam rupiah)
Jumlah pelaku usaha untuk komoditas Sarung Samarinda diperkirakan berjumlah lebih
dari 200 pelaku usaha, dengan rincian sebagai berikut; 3 supplier benang, 200 orang penenun,
dan 8 distributor atau agen yang memiliki gerai. Banyak penenun memilih mengikatkan diri
Tabel 1.3.
Data Pengrajin Tenun Sarung Samarinda Kec. Samarinda Seberang
��
��
��������������
�������������
����������������
��������
�����
����������������
���
��
������
��
��
������
��
�
������
��
��
������
���
��
������
���
���
�����
��
��
��������������
��������������������������������������������
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
�������
��������
18
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 1 - Dinamika dan Potensi
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
N
O
W
!
.d o
o
m
o
.c
m
C
lic
k
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Bab 1 - Dinamika dan Potensi
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
dengan toko atau galeri tertentu agar memperoleh penghasilan tetap dengan produksi 2-3
(bahkan lebih) sarung perbulan. Moif sarung penenun tersebut sudah ditentukan sesuai
keinginan pemilik galeri. Seiap penenun dapat membuat satu Sarung Samarinda dalam waktu
seminggu dengan ukuran panjang 4 m dan lebar 50 cm untuk moif sederhana dan kecil. Semakin
banyak dan besar moif yang diinginkan semakin lama waktu pembuatannya. Tentunya sarung
tenun dengan moif ini memiliki nuansa yang berbeda dengan sarung biasa pada umumnya.
Sebagian besar pelaku usaha di industri ini adalah industri rumah tangga. Mereka
menjadikan usaha sentra sebagai sumber nakah utama, meskipun ada sebagian kecil yang
menjadikannya sebagai usaha sampingan. Umumnya keahlian kerja diperoleh secara otodidak
dan pendidikan informal yang diperoleh dari pelaihan-pelaihan yang diadakan oleh pihak
pemerintah maupun swasta. Proses produksi menggunakan teknologi semi otomais, dan
didasarkan pada pesanan (make to order). Sumber daya manusia yang tersedia tergolong
rendah, karena rata-rata berlatar pendidikan SMP hingga SMA. Para pelaku usaha sebagian
besar telah tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB), dengan harapan usaha yang
dijalankan akan terus berkembang.
Tabel 1.4.
Datar Nama KUB Sarung Samarinda
��
��������
����������������
��������������
������
�������
�
��������������
��������������
�������������
��������
�
����������������������������
��������������
�����������
��������
�
��������������������
��������������
�����������
��������
�
��������������������
��������������
����������
��������
�
�������������
��������������
��������������
��������
�
�����������
��������������
�����������
��������
�
����������������������
��������������
������������
������������������������
Mayoritas penenun mengikatkan diri pada Kelompok Usaha Bersama yang diinisiasi oleh
SKPD dan Bank Indonesia dengan jumlah anggota 15 sampai 25 orang. Keberadaan KUB belum
memberikan perubahan berari dalam pengelolaan produksi, pemasaran maupun pendapatan
para penenun. Namun beberapa ketua KUB yang memiliki modal dan akses pasar yang lebih
baik biasanya menjadi pengumpul sehingga memiliki perputaran produksi yang lebih baik.
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
19
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
Tabel 1.5.
Klasiikasi Kelompok Berdasarkan Akiitas
�������������
��������������������
��������������
���������������������
��������������������
����������������
�����������������
��������������������������
��������������
�����������
������������
���������������
�������������������
�������������������
����������������������
���������������������
��������������
����������������������
��������������
���������������������
���������������
��������������������
����������������
�����������
���������������������
���������������������
���������
������������
�������������������
��������������
������������������
�����
����������������
��������
������������������
�����������������������
������������������������
�������������������
��������
�����
�����������
����������������
�������������������������
��������������������������
�����������������������
���������������������
����������������������
������������������
���������������������
��������������
������
���������������������
������������������
��������������
������������������������
��������
���������������
��������
�����������������
��������������������������
�������������������������
�����������������������
�����������������
�����������������
�������������������
��������������������
��������������������
���������������
��������������
�����������������
������������������
�����������
������������������
������������������
��������������������
Meskipun belum banyak KUB yang melakukan diversiikasi produk, namun ada beberapa
KUB yang mencoba melakukan inovasi dengan memproduksi hasil tenun menjadi produk non
sarung seperi busana; kemeja, kaos, bahkan baju resmi. Selain itu inovasi lain yang pernah
dilakukan adalah pewarnaan alami untuk menghasilkan kain tenun yang memiliki warna dan
corak yang lebih variaif. Pewarnaan alami dicirikan oleh moif yang memiliki warna lebih
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
Berdasarkan peneliian dan FGD yang dilakukan, secara garis besar kelompok penenun
diklasiikasikan berdasarkan akiitasnya, yaitu kelompok kurang akif dan kelompok idak
akif.
20
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 1 - Dinamika dan Potensi
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
N
O
W
!
.d o
o
m
o
.c
m
C
lic
k
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Bab 1 - Dinamika dan Potensi
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
lembut, idak mencolok dan sangat berbeda dengan moif asli yang cenderung memiliki variasi
warna yang tajam.
Berdasarkan kepemilikan, usaha tenun Sarung Samarinda merupakan usaha milik
perseorangan dan kelompok mikro, namun belum berbentuk badan usaha seperi UD, CV
maupun PT. Seluruh usaha tenun ini masih tradisional dan belum memiliki legalitas izin usaha
seperi Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Datar Perusahaan (TDP), Ijin Usaha Industri
(IUI), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan ijin gangguan usaha.
Upah yang diterima penenun berkisar antara Rp200-300 ribu perbulan, sesuai kualitas
sarung yang dihasilkan (bahan, moif serta kehalusan pengerjaan). Apabila dibutuhkan, tenaga
penenun tambahan akan didatangkan dari daerah asal misalnya Wajo dan Sengkang, yang
sifatnya sementara sesuai dengan jangka waktu bekerja yang diperlukan.
Diinjau dari jumlah pelaku usaha yang terlibat dalam rantai hulu hilir, sentra tenun
Sarung Samarinda tergolong dalam bentuk dari pasar persaingan sempurna. Produsen sarung
tenun idak memiliki kemampuan untuk mempengaruhi harga karena keterbatasan informasi
pasar dan juga rendahnya posisi tawar penenun dimata pengumpul. Kualitas sarung tenun
yang hampir sama diantara penenun dalam hal corak maupun jenis bahan menjadi indikator
lain dari bentuk pasar persaingan sempurna.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui penambahan pengetahuan untuk
meningkatkan mutu produksi sangat diperlukan. Inovasi produk diharapkan dapat menjadi
jalan keluar bagi menurunnya perkembangan usaha sarung tenun ini. Potensi sarung tenun
sebagai komoditas unggulan daerah sebenarnya masih sangat inggi, terlebih lagi dengan
dibentuknya Kampung Tenun oleh pemerintah. Kemungkinan masuknya pelaku usaha baru
masih dimungkinkan untuk menciptakan variasi baru dan ketersediaan produk yang lebih
banyak.
Dekranasda Kalimanan Timur melakukan kerjasama dan
koordinasi dengan Dekranasda Pusat dan Kota Samarinda untuk
menetapkan dan mengembangkan Kampung Tenun sebagai
sentra tenun Sarung Samarinda. Sementara itu SKPD berperan
dalam penguatan sentra berupa pembinaan dalam manajemen,
pemasaran usaha dan pemberian bantuan alat produksi. Dalam hal
ini, Pemkot juga menggandeng pihak swasta, BUMN, perbankan,
asosiasi, dan koperasi untuk turut berkontribusi mewujudkan
Kampung Tenun sebagai sentra tenun Sarung Samarinda.
Kampung Tenun
ditetapkan sebagai
sentra tenun sarung
Samarinda dan
daerah tujuan wisata
di Samarinda.
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
21
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
��
��������������
�
���������������������������������
�
����������������������������������������������
�
��������������������������������������������������������
�
��������������������������������������������
�
�����������������������������������������������������������
�
�������������������������
�
��������������������������������
�
������������������������
�
������������������������������������������
�������������������������
1.4. Pola Pembiayaan
Sarung Samarinda merupakan produk khas Kalim yang menjadi komoditas unggulan
daerah. Kekhasan moif dan bahan yang berkualitas inggi menjadikan komoditas ini sebagai
produk dengan harga jual yang cukup inggi. Struktur permodalan internal bersumber dari
modal sendiri, baik berupa uang kas maupun peralatan tenun. Tingginya ingkat penggunaan
modal sendiri dalam usaha menunjukkan rendahnya sokongan modal dari pihak keiga. Sebagian
besar anggota sentra terutama penenun memiliki modal yang terbatas untuk mengelola usaha
yaitu sebesar Rp3.000.000 sampai dengan Rp5.000.000. Modal ini terhitung kecil mengingat
bahan baku yang diperlukan harus diimpor dari Cina. Bantuan permodalan yang pernah
diterima pengerajin tenun antara lain pinjaman lunak BUMN terkait program Corporate Social
Responsibility serta hibah secara berkala berupa bahan baku produksi tenun seperi benang
sutera dan pewarna dari instansi dan SKPD terkait.
Banyak faktor yang menyebabkan pengrajin tenun idak berhubungan dengan pihak keiga
terutama dengan perbankan terkait permodalan. Hal ini dipicu keidakpahaman anggota sentra
terhadap prosedur pengajuan pinjaman untuk pengembangan usaha. Sebagian besar anggota
sentra masih beranggapan bahwa prosedur pengajuan pinjaman atau kredit untuk modal kerja
sangat rumit dan membutuhkan jangka waktu yang lama, sehingga mereka lebih memilih untuk
mengembangkan usaha sesuai dengan jumlah modal yang mereka miliki sendiri.
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
Tabel 1.6.
Pembinaan UKM Tenun Sarung Samarinda
22
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 1 - Dinamika dan Potensi
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
.c
Di sisi lain, banyak sekali sumber pendanaan yang
sebenarnya dapat dimanfaatkan oleh penenun. Namun karena
terbatasnya informasi yang diterima dan kurangnya sosialisasi,
sumber pendanaan ini jarang dimanfaatkan. Sebut saja Kredit
Usaha Rakyat (KUR), Skim Program Kemitraan dan Bina Ligkungan
(PKBL), Kupedes dan bentuk-bentuk pembiayaan syariah seperi
Murabahah, Musyarakah dan lain sebagainya. Berbagai bentuk
kredit tersebut diperuntukkan untuk pembiayaan bagi usaha
kecil dan mikro dengan suku bunga kompeiif dan feasible
untuk perputaran usaha kecil. Ditambah lagi dengan jaminan
yang digunakan untuk pengajuan kredit yang tidak terlalu
memberatkan, seperi BPKB kendaraan bermotor dan seriikat
tanah.
.d o
m
o
m
o
c u -tr a c k
C
lic
k
to
bu
y
bu
C
lic
k
to
w
w
w
.d o
w
er
Bab 1 - Dinamika dan Potensi
w
w
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
Salah satu faktor
yang menyebabkan
pengrajin enggan
berhubungan dengan
perbankan adalah
asimetri informasi
tentang produk
perbankan dan prosedur
pengajuan.
1.5. Profil Usaha Sektor Pendukung Di Kampung Tenun
Gaung Kampung Tenun sebagai tujuan wisata rupanya belum menjadi pemicu bagi
industri lain untuk menggeliat. Hal ini ditunjukkan dengan belum banyaknya faktor pendukung
wisata seperi hotel, penginapan dan restoran yang representaif, agen perjalanan yang
menawarkan wisata, ketersediaan lahan parkir serta tokoh kampung yang dapat berindak
sebagai pramuwisata.
Tabel 1.7.
Sarana Pendukung Wisata Kampung Tenun
��
���������
������
�
��������
�
�
������������
�
�
������������������
�
�
����������������
��
�
���������������
���������������������������������������������
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
23
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
Masyarakat diharapkan ikut berparisipasi mengembangkan Kampung Tenun dengan
melibatkan diri dalam perekonomian yang akan semakin menggeliat seiring kedatangan
wisatawan dari berbagai daerah. Berdasarkan hasil survei, industri yang mendukung terwujudnya
wisata Kampung Tenun saat ini hanya usaha kerajinan manik-manik khas suku Dayak. Jumlahnya
pun idak banyak, hanya sekitar 30 pengrajin dengan skala mikro. Padahal jika kerajinan manik
diintegrasikan dengan tenun akan menjadi sebuah cinderamata yang lengkap mewakili khas
budaya Kalimantan Timur.
Tabel 1.8.
Data UMKM Kecamatan Samarinda Seberang
��
���������
������
�
����������������
�
�
�����������������
�
�
�����������������������
�
�
�����������������������
��
�
������������������
���
�
������������������������
�
�������������������������������������������
Pelaku usaha kerajinan manik yang berada dalam kawasan Kampung Tenun merupakan
kerajinan yang turun temurun meski idak diketahui dengan pasi sejak kapan akiitas ini
dilakukan. Pengrajin manik biasanya memiliki usaha yang terpisah dengan pengrajin tenun,
meskipun ada beberapa diantaranya berprofesi sebagai penenun sekaligus pengrajin manik.
Produk yang dihasilkan dari kerajinan manik ini diantaranya adalah cinderamata berbentuk
perhiasan, perabotan rumah tangga, tas, baju adat dan berbagai produk lainnya. Harga yang
ditawarkan bervariasi mulai kisaran Rp10 ribu sampai dengan Rp500 ribu. Secara rinci hasil
kerajinan manik disajikan dalam tabel berikut:
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
Jika diinjau dari aspek transportasi, lokasi industri tenun Sarung Samarinda mudah
ditempuh karena hanya berjarak +16 km dengan waktu tempuh 30 menit dari Kota Samarinda
menggunakan kendaraan. Atau dapat juga menggunakan transportasi air/sungai. Sarana dan
prasarana transportasi pun cukup memadai, seperi jalan raya aspal yang cukup besar dan
pelabuhan perahu yang cukup layak.
24
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 1 - Dinamika dan Potensi
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
N
O
W
!
.d o
o
m
o
.c
m
C
lic
k
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Bab 1 - Dinamika dan Potensi
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
Tabel 1.9.
Produk Kerajinan Manik
��
������������
����������
�
�����������
������
�
������
�������������
�
�������������
��������������
�
������
���������������
�
�������������
�������������
�
����
��������������
�
������������
�������������
�
���
���������������
�
���������
�������������
��
������
�������������
��
����
��������������
��
������
��������������
��
������
�����������
��
������������������
���������������
�������������������������
Produk kerajinan manik mempunyai rantai pemasaran yang sederhana. Pengrajin manik
umumnya memproduksi kerajinan manik berdasarkan pesanan, kemudian menjual produknya
pada toko oleh-oleh khas Kalim maupun UKM Center. Selanjutnya toko akan melakukan
pengemasan dan pelabelan. Selain itu, pengrajin juga dapat menjual hasil kerajinan kepada
pengumpul yang selanjutnya akan didistribusikan ke daerah-daerah lain seperi Balikpapan,
Bontang dan Tarakan.
Struktur permodalan internal untuk komoditas kerajinan manik Samarinda bersumber
dari modal sendiri. Modal yang dimiliki rata-rata sebesar Rp50 ribu sampai dengan Rp200 ribu.
Sementara untuk pengumpul atau pihak penjual kerajinan manik, nilai modal mampu mencapai
angka Rp400 ribu. Berdasarkan hasil survei kepada sampel pengrajin, hanya 1 pengrajin yang
pernah mendapat bantuan pinjaman dari Bank BRI dengan skema KUR. Dengan demikian,
struktur modal yang hanya dibiayai dari modal sendiri menunjukkan kekuatan ekonomi yang
belum memadai dan memberikan dampak signiikan terhadap usaha yang dijalankan, utamanya
untuk meningkatkan kuanitas dan kualitas kerajinan manik itu sendiri.
Sebagian besar produsen kerajinan manik adalah industri rumah tangga dengan sistem
make to order. Pelaku industri ini umumnya adalah ibu rumah tangga dan bermula dari usaha
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
25
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
Bahan baku berupa manik diperoleh dari daerah setempat dan mudah ditemui di pasaran.
Pembelian bahan baku lebih banyak dilakukan secara individual dan idak terkoordinasi dalam
suatu kelompok. Jumlah bahan baku manik yang digunakan untuk sekali produksi berkisar 2
hingga 12 pon. Suplier bahan baku tersebut antara lain H. Hadri, Toko manik yang berada di
Pasar Pagi, Hj. Tasse dan Sugeng yang semuanya berdomisili di Samarinda.
1.6. Pola Kemitraan
Tenun Samarinda memerlukan sebuah inovasi produk guna menambah nilai jual. Tenun
idak sekedar diproduksi menjadi sarung, tetapi diperlukan perubahan selera-dari produk
sarung menjadi busana. Perubahan ini pening dilakukan mengingat keterbatasan fungsi sarung
dalam kehidupan sehari-hari. Berbeda halnya dengan busana yang permintaan pasarnya idak
pernah surut dan selalu berkembang sesuai dengan tren fashion dan inovasi desain. Jika tenun
Sarung Samarinda telah dicanangkan sebagai tenun khas Samarinda, muliplier efect yang
terjadi adalah banyak instansi pemerintah maupun lembaga pendidikan yang akan berlombalomba menggunakan tenun sebagai salah satu idenitas busana instansi tersebut. Misalnya,
penggunaan unsur tenun Sarung Samarinda dalam salah satu seragam sekolah.
Perubahan selera ini tak lepas dari kemitraan yang dibangun dengan desainer. Beberapa
desainer lokal telah melakukan berbagai inovasi memasukkan tenun Sarung Samarinda dalam
Gambar 1.7.
Contoh Gaun Modiikasi Tenun Sarung Samarinda
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
keluarga. Teknologi yang digunakan pun masih sederhana sehingga idak menggunakan mesin
dan peralatan yang canggih. Siklus usaha manik-manik adalah 1 bulan, dimana dalam jangka
waktu tersebut seorang pengrajin mampu membuat 3 sampai 40 buah manik-manik dalam
bentuk kalung dan taplak.
26
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 1 - Dinamika dan Potensi
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
.c
.d o
m
o
m
o
c u -tr a c k
C
lic
k
to
bu
y
bu
C
lic
k
to
w
w
w
.d o
w
er
Bab 1 - Dinamika dan Potensi
w
w
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
berbagai busana. Contohnya desainer IAmToBe, yang merupakan rekanan Dinas Kebudayaan
Pariwisata dan Kominfo Kota Samarinda untuk mendesain baju resmi khas Samarinda dan
kemeja kerja yang digunakan seiap hari Kamis dan Jumat. Kemitraan selanjutnya yang
diperlukan adalah kerjasama dengan desainer nasional. Tujuannya agar tenun Sarung Samarinda
dapat lebih dikenal melalui berbagai even promosi berskala nasional dan internasional yang
diselenggarakan oleh desainer terkenal seperi Nelwan Anwar, Itang Yunaz, Carmanita, Rumah
Mode Prajudi dan lainnya.
Peranan galeri sebagai media showroom idak dapat dilepaskan dari rantai nilai produksi.
Bentuk kemitraan yang telah dilakukan oleh pemilik galeri dan penenun biasanya dilakukan
dalam proses bantuan modal benang sutera. Pemilik galeri memberikan modal benang untuk
diproses oleh penenun. Hasil tenun berupa sarung akan diserahkan kepada pemilik galeri untuk
selanjutnya akan dilakukan pengepakan, labelisasi dan pemasaran. Penenun mendapatkan upah
sebagai penggani biaya tenaga kerja. Bentuk kerjasama ini cukup membantu penenun dalam
melangsungkan usahanya terlebih pada saat sepi permintaan/low season.
1.7. Kendala Pengembangan Kampung Tenun Sebagai Sentra
Secara garis besar karakteristik penenun nasional
memiliki kesamaan dinamika sosial. Begitu pula dengan kondisi
yang dialami oleh penenun yang berada di Kampung Tenun
Samarinda Seberang. Hasil peneliian yang dilakukan Babang
(2008) serta hasil penelitian ini menunjukkan kesamaan
yaitu penenun memiliki kelemahan dalam kerjasama antar
kelompok. Hal ini merupakan satu kendala yang penting
untuk diatasi karena berdampak pada beberapa hal seperi
ketidakseragaman penenun dalam menentukan harga,
kurangnya sharing informasi hingga keterbatasan jangkauan
pasar. Dampak lainnya adalah terbentuknya sifat individualisik
yang akan menyebabkan sulitnya memecahkan masalah
bersama secara berkelanjutan.
Kendala utama dalam
pengembangan Kampung
Tenun adalah rendahnya
kerjasama antar
kelompok, keterbatasan
pemasaran, rendahnya
tingkat pendidikan,
dan keterbatasan
keterampilan pengrajin
tenun.
Keberadaan awal sarung tenun yang hanya merupakan usaha sampingan sedikit banyak
memberikan pengaruh pada moivasi berusaha. Kondisi ini sangat menonjol pada kelompok
yang kurang akif dan idak akif. Kedekatan tempat inggal serta hubungan kekerabatan belum
cukup mempengaruhi moivasi berusaha diantara penenun. Jarangnya pertemuan kelompok
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
27
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
Kendala lain yang dihadapi mayoritas pengrajin adalah keterbatasan pemasaran. Seiap
KUB mengandalkan jejaring yang dimilikinya. Bagi kelompok yang kurang akif dan idak akif,
jejaring pemasarannya masih sangat terbatas. Penjualan hanya kepada pembeli langsung
dan belum mempunyai langganan tetap. Mereka idak mempunyai bargaining posiion yang
kuat, sehingga seringkali tenun dijual dibawah harga pasar terutama saat terdesak kebutuhan
ekonomi.
Tingkat pendidikan penenun yang rendah dan kurangnya kemampuan ekonomi juga
menjadi kendala yang dihadapi mayoritas penenun. Modal usaha seringkali digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Orientasi konsumsi lebih diutamakan dibandingkan keberlanjutan
usaha. Pengetahuan mengenai hal-hal pening dalam manajemen usaha belum dimiliki oleh
penenun, terutama pengelolaan usaha berkelanjutan. Contohnya, bantuan dari dinas terkait
seringkali dianggap sebagai hibah atau hadiah, sehingga idak ada kewajiban moral untuk
mengembalikan atau mengembangkan bantuan tersebut.
Selanjutnya, yang idak kalah peningnya adalah keterbatasan keahlian yang dimiliki oleh
penenun. Keterampilan yang diperlukan untuk menghasilkan tenun dengan kualitas terbaik dan
moif yang bervariasi adalah keahlian pewarnaan, pemolaan, dan penenunan. Saat ini mayoritas
penenun hanya menguasai keahlian mewarnai dan menenun saja. Sementara untuk keahlian
pemolaan yang merupakan ini dari pembuatan desain moif tenun Samarinda hanya dikuasai
oleh 3 orang penenun. Ini tentu saja berpotensi menjadi masalah besar, terutama terkait waktu
dan biaya proses produksi tenun (disarikan dari thesis Babang, 2008).
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
dan diskusi terkait kerajinan tenun mengakibatkan kurangnya kebersamaan dan melupakan apa
yang menjadi tujuan dari pembentukan kelompok. Masing-masing anggota memiliki kesibukan
masing-masing diluar akiitas menenun. Kelompok umumnya sedikit menggeliat pada saat
adanya bantuan atau pembinaan dari pihak lain.
28
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 1 - Dinamika dan Potensi
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
N
O
W
!
.d o
o
m
o
.c
m
C
lic
k
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Bab 2 - Tinjauan Pasar
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
BAB 2
Tinjauan Pasar
2.1. Permintaan dan Penawaran
Tenun Samarinda atau Sarung Samarinda merupakan warisan produk budaya tradisional
yang dibuat oleh ibu rumah tangga Kampung Tenun disela-sela kesibukan mengurus rumah
tangga. Akiitas menenun ini telah lama dilakukan oleh mereka secara turun temurun. Sarung
Samarinda awalnya hanya memiliki 1 (satu) jenis produk yakni sarung laki-laki, namun dalam
perkembangannya produk tenun Sarung Samarinda mulai dimodiikasi ke dalam jenis produk
lain yakni sarung perempuan. Perbedaan di antara kedua jenis ini secara spesiik terletak pada
moifnya. Sarung laki-laki umumnya bermoif kotak-kotak, sementara sarung perempuan
bermoif polos dengan hiasan tenun imbul (Sobbi’). Perbedaan lainnya terdapat pada warna,
dimana sarung perempuan cenderung berwarna lebih terang dan variaif daripada sarung
laki-laki. Selain sebagai perlengkapan ibadah, sarung laki-laki biasanya digunakan pada acaraacara khusus seperi upacara adat maupun pernikahan. Sementara sarung perempuan seperi
umumnya produk tenun lain biasanya digunakan pada acara-acara resmi seperi pernikahan atau
wisuda. Sebagai produk buatan tangan, Sarung Samarinda cukup populer di mata konsumen.
Begitu populernya Sarung Samarinda kemudian di Pulau Jawa muncul sarung-sarung buatan
mesin yang dicap dengan merek Sarung Samarinda. Sebagai produk kebanggaan daerah,
Sarung Samarinda sering dijadikan buah tangan bagi tamu atau wisatawan yang datang ke
Kalimantan Timur.
Perkembangan moif dan variasi produk yang lebih beragam menjadi salah satu faktor
yang dapat mendorong minat konsumen untuk membeli produk Sarung Samarinda. Selama
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
29
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
Sekitar 65% dari total produksi Sarung Samarinda
Sarung Samarinda
diproduksi berdasarkan pesanan konsumen. Pesanan umumnya
dijual langsung kepada
datang dari instansi pemerintah, pedagang pengumpul atau
konsumen berdasarkan
konsumen langsung kepada penenun. Sementara itu sisanya
pesanan, dan sebagian
diproduksi tanpa adanya pesanan khusus dengan moif dan
dijual melalui pedagang
corak warna mengikui selera pasar. Penjualan Sarung Samarinda
pengumpul.
sebagian besar dilakukan melalui pedagang pengumpul karena
kurang memadainya ketersediaan jalur distribusi langsung
dari penenun kepada konsumen akhir. Pedagang pengumpul
umumnya memiliki toko souvenir produk khas Kalim, seperi Toko Fitriah, Toko Hj. Fatmawai,
Toko Achmadsyah, Ibu Marhumi, dan lain sebagainya. Sebagian pedagang pengumpul adalah
Ketua KUB dan sebagian lainnya tergabung dalam KUB yang telah terbentuk. Kesempatan untuk
menjual Sarung Samarinda secara langsung kepada konsumen akhir biasanya muncul keika
penyelenggaraan event-event khusus seperi pameran.
Dalam 1 bulan produksi penenun mampu memproduksi sarung laki-laki sekitar 20-25
unit. Sedangkan jika penenun hanya menenun sarung perempuan saja, jumlah produksi berkisar
Tabel 2.1.
Rata-rata Jumlah Produksi Sarung Samarinda per-Penenun
��������������
��
������
������������
�����������
�����������
������
���������
������
������������
�����������
������
���������
������
�
�������������������������
�����
����
����
���
�
�������������������������
�������
������
������
�����
�������������������������
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
dekade sebelumnya produk tenun Samarinda Seberang berkutat pada output sarung saja.
Agar jangkauan produk lebih luas, inisiaif pengembangan produk selain sarung juga diarahkan
ke produk fashion seperi kemeja, hem, blazer, topi, peci, under skirt, atau handbag dan
aksesoris fashion lainnya. Untuk memperkuat awareness masyarakat Samarinda terhadap
tenun Samarinda, Walikota Samarinda mewajibkan pegawai pemkot untuk mengenakan tenun
seiap hari Jumat. Secara reguler Dinas Pariwisata Kota Samarinda juga menyelenggarakan event
pentas modeling berbahan tenun Samarinda di Samarinda atau Jakarta dengan menghadirkan
perancang kenamaan.
30
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 2 - Tinjauan Pasar
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
N
O
W
!
.d o
o
m
o
.c
m
C
lic
k
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Bab 2 - Tinjauan Pasar
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
antara 8-10 unit. Jika penenun memproduksi sarung laki-laki dan sarung perempuan (mix
product) maka jumlah sarung yang dapat dihasilkan berkisar antara 8-10 unit sarung laki-laki
dan 5-8 unit sarung perempuan.
Data diatas menunjukkan esimasi kapasitas produksi Sarung Samarinda dari seiap
penenun secara umum. Tidak semua penenun memproduksi sarung dalam jumlah yang sama,
tergantung jumlah permintaan atau pesanan konsumen maupun pedagang pengumpul.
Sesuai dengan sifat produknya, jumlah penjualan Sarung Samarinda dalam satu tahun
cukup fluktuatif. Periode awal sampai menjelang pertengahan tahun jumlah penjualan
cenderung lebih rendah. Pada bulan-bulan tersebut sebagian besar penjualan hanya berasal dari
kunjungan wisatawan dan pesanan konsumen namun hanya dalam jumlah kecil. Peningkatan
penjualan umumnya terjadi di semester kedua. Pada rentang periode tersebut terdapat
beberapa momen khusus yang mendorong meningkatnya volume penjualan seperi bulan
Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha, dan HUT RI. Jumlah permintaan paling inggi terjadi menjelang
bulan Ramadhan sampai Idul Fitri dan menjelang Idul Adha. Peningkatan permintaan juga
terjadi jika ada event-event khusus regional maupun nasional seperi Pekan Olahraga Nasional,
agenda nasional, fesival-fesival budaya dan pameran.
Jumlah penjualan Sarung Samarinda teringgi umumnya pada sarung laki-laki. Untuk
sarung perempuan, jumlah penjualan meningkat pada bulan-bulan wisuda lulusan universitas
yakni sekitar bulan Januari, Mei dan September serta pada periode sering digelar pernikahan
yakni pasca Idul Fitri dan Idul Adha. Tabel berikut memberikan gambaran umum rata-rata nilai
penjualan Sarung Samarinda pertahun di ingkat pedagang pengumpul.
Tabel 2.2.
Jumlah dan Nilai Penjualan Rata-rata Sarung Samarinda Tiap Pedagang Pengumpul
��
��������������
����������������
����������������
������
����������������
���������
���������������
������
��������������������
��������������
�����
����������
�
����������
��
��
����������
�
����������
�
������������
��
��
����������
�
����������
�
�����������
��
��
� � ��������
���������������������
�
�����������
��
�����������
�������������������������
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
31
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
2.2. Harga dan Faktor Penentunya
Sarung Samarinda memiliki harga jual yang relatif lebih
mahal dibandingkan dengan produk kerajinan khas Kalim lainnya.
Harga jual Sarung Samarinda cenderung tetap dari tahun ke tahun.
Sarung Samarinda untuk laki-laki rata-rata dijual seharga Rp300.000Rp375.000 per unit, sementara Sarung Samarinda untuk perempuan
rata-rata dijual seharga Rp500.000-Rp700.000 per unit. Variasi harga
jual Sarung Samarinda cukup inggi, tergantung jenis, bahan baku
(benang dan pewarna) serta desain/moif sarung. Secara lebih
terperinci, harga Sarung Samarinda ditentukan oleh faktor-faktor
sebagai berikut:
Harga jual Sarung
Samarinda
berkisar antara Rp
300 ribu – Rp 700
ribu, tergantung
jenis, bahan dan
desain/motif.
Jenis dan harga bahan baku (benang polos)
Jenis bahan baku menjadi faktor penentu harga produk. Semakin inggi kualitas bahan
baku benang maka harga yang ditawarkan pun semakin inggi. Bahan baku yang digunakan
umumnya diimpor dari China oleh imporir di Surabaya. Bahan baku impor memiliki
kualitas lebih baik dibandingkan dengan bahan baku lokal namun dapat diperoleh dengan
harga terjangkau. Satu pack benang polos (isi 50 gincir) dibanderol sekitar Rp2.350.000Rp2.375.000, atau Rp47.000-Rp47.500 per gincir. Jika benang telah diwarnai maka harga
1 gincir benang senilai Rp50.000.
32
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
Sarung Samarinda merupakan produk dengan pangsa pasar masyarakat golongan
menengah karena harganya yang cukup inggi. Jika dibandingkan dengan produk tenun Indonesia
lainnya, minat pasar terhadap Sarung Samarinda memang idak seinggi produk tenun seperi
Songket dari Sumatera. Selain karena varian moif yang cenderung monoton, penggunaan
bahan dan cara pengemasan menjadikan Sarung Samarinda kalah eksklusif dibandingkan
produk tenun Indonesia lain, padahal proses produksinya memiliki kerumitan yang kurang lebih
sama. Sekitar 60% penjualan Sarung Samarinda berorientasi lokal, yakni penjualan langsung
oleh penenun kepada konsumen atau kepada toko-toko produk khas Kalim. Selain dijual di
pasar lokal, 30% penjualan Sarung Samarinda dipasarkan ke luar daerah seperi Balikpapan,
Kutai Kartanegara, Bontang, serta beberapa wilayah lain di Kalim. Sementara itu penjualan
ke luar Kalim di antaranya mencakup Jakarta, Bali, Manado, dan Padang. Untuk pasar ekspor,
sekitar 5% penjualan Sarung Samarinda mampu menembus negara Malaysia, Yordania, dan
Australia.
1.
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 2 - Tinjauan Pasar
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
.d o
N
O
W
!
m
o
m
o
.c
2.
C
lic
k
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Bab 2 - Tinjauan Pasar
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
Jenis bahan pewarna
Jenis bahan pewarna juga turut menentukan harga jual. Bahan pewarna alam membuat
produk Sarung Samarinda dijual dengan harga yang lebih inggi dibandingkan jika
menggunakan bahan pewarna sinteis. Hal ini disebabkab bahan pewarna alam idak
tersedia di pasaran sehingga harus diproduksi sendiri oleh penenun, sementara bahan
pewarna sinteis mudah diperoleh di pasaran lokal.
3.
Desain sarung
Semakin rumit moif dan variasi warna maka harga yang ditawarkan juga semakin inggi.
Harga Sarung Samarinda untuk laki-laki lebih murah jika dibandingkan dengan Sarung
Samarinda untuk perempuan karena perbedaan ingkat kerumitan produksinya.
Beragamnya harga jual Sarung Samarinda terkadang justru mengakibatkan distorsi harga.
Sarung Samarinda untuk laki-laki terkadang dijual terlalu rendah hingga Rp200.000 per unit,
karena penenun idak mengadakan bahan baku sendiri-bantuan benang dari dinas- sehingga
menjual sarung sekedar untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi.
2.3. Peta Saluran Distribusi
Saluran distribusi adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung dan terlibat
dalam proses untuk menjadikan suatu barang atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi
(Kotler, 1997: 140). Tersedianya saluran distribusi yang memadai merupakan faktor kunci
tersalurkannya suatu produk kepada konsumen. Berdasarkan peneliian, Sarung Samarinda
didistribusikan kepada konsumen melalui 2 cara, yakni:
1.
Distribusi langsung
Yaitu Sarung Samarinda disalurkan langsung dari penenun kepada konsumen. Sekitar
30% penenun mampu mendistribusikan produk tenunnya langsung pada konsumen akhir
melalui gerai pribadi di bagian depan workshop maupun melalui keikutsertaan dalam
pameran regional maupun nasional. Pola distribusi langsung memungkinkan ingkat
keuntungan yang lebih inggi bagi penenun, karena Sarung Samarinda dapat dijual sesuai
harga pasar.
2.
Distribusi idak langsung
Yaitu Sarung Samarinda didistribusikan dari penenun kepada konsumen melalui
pedagang perantara, seperi pedagang pengumpul dan toko souvenir produk khas Kalim.
Sekitar 70% penenun mendistribusikan produknya melalui pola distribusi ini. Sebagian
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
33
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
besar pedagang pengumpul berada di sekitar lokasi penenun, yakni di sepanjang Jl. P.
Bendahara, Samarinda Seberang. Sementara untuk toko souvenir produk khas Kalim
terletak di pusat kota, yakni di daerah Citra Niaga, Pasar Pagi Samarinda, atau Bandara
Sepinggan dan Kebun Sayur di Balikpapan. Pedagang pengumpul ada juga yang memiliki
toko souvenir produk khas Kalim, sehingga untuk model distribusi ini hanya melibatkan
satu rantai pemasaran.
;ĂͿ ϯϬй
;ďͿ ϱϱй
WEEhE
W'E'
WE'hDWh>
dK<K^KhsE/Z
<KE^hDE
;ĐͿ ϭϱй
Gambar 2.1.
Bagan Saluran Distribusi Sarung Samarinda
Saluran distribusi idak langsung pada Sarung Samarinda ini terjadi karena: (1) Sebagian
besar penenun yang didominasi oleh wanita berusia lanjut tidak memiliki akses untuk
mendistribusikan sendiri produk tenunnya sehingga satu-satunya pilihan hanyalah menjual
kepada pengumpul di sekitar tempat produksi, (2) Adanya kerjasama antara penenun dan
pengumpul, dimana pengumpul memberdayakan penenun untuk membuat produk tenun
yang akan dijual di toko/outlet miliknya.
Penenun yang bekerja pada pedagang pengumpul ini idak mendapatkan upah secara
bulanan. Beberapa alternaif pengupahan dalam kerjasama ini, yaitu:
1.
Pedagang pengumpul membayarkan sejumlah uang untuk mengambil Sarung Samarinda
yang telah selesai ditenun, umumnya berkisar antara Rp200.000-Rp225.000 per sarung
laki-laki, dan Rp400.000-Rp425.000 per sarung perempuan. Nilai yang lebih inggi
memungkinkan untuk dibayar tergantung pada desain sarung.
2.
Penenun akan mendapatkan sejumlah benang untuk ditenun menjadi Sarung Samarinda
dalam jumlah yang dipesan oleh pengumpul. Seluruh hasil produksi akan diserahkan
kepada pengumpul. Penenun tidak menerima sejumlah uang melainkan hanya
34
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
o
.c
m
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 2 - Tinjauan Pasar
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
N
O
W
!
.d o
o
m
o
.c
m
C
lic
k
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Bab 2 - Tinjauan Pasar
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
memperoleh sisa benang dari proses produksi pesanan pengumpul untuk kemudian
ditenun dan dijual. Sayangnya, sisa benang yang ada seringkali idak cukup untuk dapat
ditenun menjadi 1 lembar Sarung Samarinda, sehingga penenun harus melakukan proses
kerjasama lanjutan untuk memenuhi kekurangan sisa benang.
3.
Serupa dengan alternaif kedua namun yang diperoleh penenun adalah Sarung Samarinda
yang sudah ditenun. Sebagai contoh, seorang pedagang pengumpul memesan 20 sarung
untuk diproduksi, keika Sarung Samarinda selesai diproduksi 16 sarung dijual oleh
pedagang pengumpul, sementara 4 sarung sisanya dijual oleh penenun.
2.4. Dinamika Persaingan dan Potensi Pasar
Pasar produk Sarung Samarinda memiliki ingkat persaingan yang inggi. Masing-masing
penenun memiliki daya tarik tersendiri bagi konsumen sehingga produknya diminai oleh
konsumen. Penenun umumnya bersaing lewat variasi desain Sarung Samarinda. Desain yang
sedang diminai umumnya diproduksi juga oleh penenun lain, dengan corak yang sama atau
pun berbeda. Sarung Samarinda sebagai produk konsumsi yang sangat dipengaruhi oleh selera
konsumen dan kualitas bahan menjadi poin tersendiri dalam persaingan usaha. Secara umum
persaingan usaha di antara penenun Sarung Samarinda terjadi pada hal-hal berikut, yaitu:
1.
Kepemilikan modal
Industri tenun Sarung Samarinda merupakan industri rumah tangga dengan jumlah
modal terbatas. Naiknya harga bahan baku benang semakin menyulitkan penenun
yang umumnya bermodal kecil. Mempertahankan margin proit dengan menurunkan
kualitas benang berpotensi menurunkan selera dan minat pasar terhadap Sarung
Samarinda. Minimnya modal juga menyebabkan menurunnya kapabilitas penenun
untuk menyediakan stok bahan baku terutama benang polos dalam jumlah yang cukup.
Bantuan modal yang diberikan oleh pemerintah daerah melalui Disperindagkop Provinsi
Kalim dan Kota Samarinda selama ini berupa bantuan benang polos yang ruin diberikan
sekali dalam setahun serta bantuan mesin tenun. Bantuan diberikan hanya kepada
penenun yang merupakan anggota dari KUB binaan instansi pemerintah. Sementara itu,
pinjaman dana dari pihak keiga untuk memperkuat modal belum pernah diterima oleh
penenun.
2.
Desain produk
Sebagai produk yang sangat tergantung pada selera konsumen maka Sarung Samarinda
sangat dipengaruhi oleh variasi moif dan warna. Penenun yang berusia lebih tua memiliki
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
35
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
Jumlah tenaga kerja
Untuk menyelesaikan 1 lembar Sarung Samarinda diperlukan 1 orang tenaga kerja.
Umumnya 1 lembar Sarung Samarinda untuk laki-laki dapat dikerjakan dalam waktu
2-3 hari, sedangkan untuk sarung perempuan dalam waktu 4-5 hari. Ini belum termasuk
waktu untuk pewarnaan, pemintalan benang serta penyelesaian pasca proses tenun.
Pesanan dalam jumlah besar hanya dapat dikerjakan oleh penenun yang memiliki tenaga
kerja tambahan selain dirinya sendiri. Bahkan ada penenun yang mengirimkan bahan
baku kepada penenun di Sulawesi Selatan untuk menganisipasi lonjakan pesanan.
Sarung Samarinda sebagai produk khas Samarinda memiliki potensi pasar yang cukup luas.
Makin maraknya upaya pelestarian dan sosialisasi Sarung Samarinda melalui penyelenggaraan
event-event regional maupun nasional dan didukung oleh kebijakan pemerintah daerah
diharapkan mampu menjadi insenif perluasan pasar dari tahun ke tahun. Selain itu, faktor
pendorong perluasan pasar Sarung Samarinda dijelaskan sebagai berikut:
1.
Peningkatan kunjungan wisata di Kalim
Jumlah kunjungan wisata di Kalim menjadi salah satu trigger peningkatan potensi pasar
Sarung Samarinda. Pada tabel berikut dapat terlihat jumlah kunjungan wisatawan Kalim
yang terus meningkat seiap tahunnya.
Tabel 2.3.
Jumlah Kunjungan Wisatawan Kalim
�����������������������
��
�����
���������
����������
�����
�����������
����������
�����������
�
����
������������
�
����
������������
�������������
�
����
������������
����
���������������
����
�
����
������������
����
���������������
����
�
����
������������
�����
���������������
� ���
���
�������������������������������������������������������
36
���������������
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
���������������
�����
.d o
m
o
.c
kreaiitas moif yang cenderung lebih rendah. Mereka cenderung memproduksi Sarung
Samarinda dengan moif dan warna yang monoton. Sementara penenun yang berusia
lebih muda memiliki kreiitas yang lebih baik dalam penentuan moif dan warna. Selain
itu, persaingan dalam penggunaan bahan pewarna juga terjadi, yakni antara bahan
pewarna alam yang memberikan warna lebih lembut dengan bahan pewarna sintesis
yang memberikan warna lebih menyala.
3.
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 2 - Tinjauan Pasar
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
N
O
W
!
.d o
o
m
o
.c
m
C
lic
k
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Bab 2 - Tinjauan Pasar
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
Sebagai produk khas Kalim, khususnya Samarinda, Sarung Samarinda tentunya menjadi
salah satu produk yang dicari oleh wisatawan sebagai souvenir. Meningkatnya jumlah
kunjungan wisata diharapkan mampu meningkatkan pula jumlah penjualan Sarung
Samarinda.
2.
Peningkatan kualitas produk
Sarung Samarinda sebenarnya idak kalah dengan produk tenun nasional lainnya. Kualitas
bahan yang digunakan sudah cukup baik. Kurangnya minat konsumen terhadap Sarung
Samarinda dibandingkan dengan produk tenun nasional lain adalah karena minimnya
variasi desain dari produk ini. Selain itu, perlu adanya peningkatan kualitas pada
bahan pewarnaan karena beberapa produk Sarung Samarinda terkadang luntur dalam
pencucian.
3.
Program pemerintah dalam sosialisasi Sarung Samarinda
Campur tangan pemerintah daerah menjadi hal yang cukup krusial dalam upaya
pelestarian dan sosialisasi Sarung Samarinda. Salah satunya lewat penyelenggaraan
event-event bertaraf regional maupun nasional, seperi event Kemilau Sarung Samarinda
yang digelar pada awal September 2013 oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata dan
Informasi Komunikasi Kota Samarinda bekerjasama dengan Dewan Kesenian Daerah
Samarinda. Event ini bertujuan untuk mendapatkan 6 desain Sarung Samarinda yang akan
diimplementasikan pada baju baik pegawai Pemkot Samarinda. Kebutuhan terhadap
Sarung Samarinda diharapkan meningkat seiring dengan kebijakan ini.
2.5. Kendala Pasar dan Pemasaran
Sarung Samarinda, dalam perkembangannya tentu saja
mengalami beragam kendala terutama terkait pasar dan pemasaran.
Beberapa kendala tersebut antara lain:
1.
Rendahnya daya serap pasar terhadap produk tenun Sarung
Samarinda, tercermin pada jumlah permintaan yang idak
stabil. Stabilitas pasar sebuah produk ditentukan oleh
beberapa faktor di antaranya kualitas, baik bahan maupun
desain, nilai tambah produk dan ingkat persaingan dengan
produk sejenis. Sarung Samarinda dihasilkan dari kualitas
bahan yang cukup baik namun dengan desain yang monoton
sehingga mengurangi minat konsumen. Sarung Samarinda
Kendala pasar
yang dihadapi
adalah rendahnya
daya serap pasar,
minimnya nilai
tambah produk
dan ketersediaan
media distribusi
pemasaran.
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
37
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
Sarung Samarinda dinilai kurang memiliki nilai tambah karena sebagian besar produk
jadinya hanya dalam bentuk sarung. Hanya sebagian kecil yang membuat produk turunan
seperi pakaian, tas, dan assesoris. Aplikasi Sarung Samarinda pada berbagai produk jadi
lainnya akan memberikan nilai tambah serta variasi pilihan bagi wisatawan.
Gambar 2.2.
Contoh Produk Turunan yang Dibuat dari Tenun Sarung Samarinda
3.
Harga jual Sarung Samarinda cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan produk
tenun Indonesia lainnya, padahal ingkat kerumitan produksinya idak jauh berbeda. Dari
sudut pandang penenun, harga pasar Sarung Samarinda saat ini kurang menguntungkan
terutama untuk sarung laki-laki, sementara menurut konsumen harga Sarung Samarinda
cukup inggi. Konsumen memandang Sarung Samarinda sebagai produk yang idak
ekslusif karena desain yang monoton dan kemasan yang kurang menarik meskipun proses
pembuatan sarung tergolong rumit dan bahan baku yang digunakan adalah benang semi
sutera yang berkualitas. Selain itu, munculnya produk-produk sarung prining berharga
murah menjadi pesaing tersendiri bagi Sarung Samarinda.
38
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
untuk laki-laki masih mempertahankan moif pakem yakni moif kotak-kotak. Inovasi
yang dilakukan selama ini hanya pada ukuran kotak dan warna. Minat konsumen sarung
laki-laki umumnya lebih rendah jika dibandingkan dengan sarung perempuan karena
desain sarung perempuan lebih menarik, meskipun dengan varian yang terbatas. Perlu
adanya terobosan besar dalam modiikasi desain Sarung Samarinda sehingga mampu
menjadi produk yang bernilai jual inggi dan menarik lebih banyak konsumen.
2.
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 2 - Tinjauan Pasar
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
.c
4.
N
O
W
!
m
C
lic
k
.d o
o
o
m
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Bab 2 - Tinjauan Pasar
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
Minimnya ketersediaan media distribusi pemasaran Sarung Samarinda menyebabkan
alternaif pemasaran sangat terbatas. Sebagian besar penenun memilih distribusi idak
langsung karena kurangnya akses informasi dan pasar untuk mendistribusikan produk
langsung kepada konsumen. Selain itu, usia penenun yang umumnya paruh baya sehingga
idak memiliki akses penjualan secara mandiri serta adanya keterikatan penenun
dengan pedagang pengumpul sesuai perjanjian kerja. Model distribusi ini memberikan
keuntungan yang minim bagi para penenun karena harga jual sarung dibawah harga
pasar. Jika penenun mampu mendistribusikan langsung kepada konsumen, sarung dapat
dijual pada harga pasar.
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
39
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
Halaman ini sengaja dikosongkan
40
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 2 - Tinjauan Pasar
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
N
O
W
!
.d o
o
m
o
.c
m
C
lic
k
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Bab 3 - Produktivitas Tradisional
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
BAB 3
Produktivitas
Tradisional
3.1. Lokasi Usaha
Pengrajin Kampung Tenun berdomisili
dalam satu wilayah geograis yang berdekatan
yakni di Kelurahan Masjid dan Baqa, Kecamatan
Samarinda Seberang. Umumnya mereka memiliki
kekerabatan antara satu dan lainnya sehingga
membentuk populasi penenun yang cukup besar.
Kedekatan antar pengrajin ini mempermudah
aktifitas menenun dan kerjasama diberbagai
aspek proses produksi. Sebagai tempat usaha,
pengrajin tenun biasanya memanfaatkan teras
rumah tempat inggal mereka untuk kegiatan
menenun. Beberapa penenun ada yang sudah
melengkapinya dengan galeri untuk memajang
hasil tenun mereka.
Gambar 3.1.
Gang Pertenunan Samarinda Seberang
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
41
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
Untuk melestarikan usaha tenun Sarung Samarinda, salah satunya dipengaruhi oleh
ketersediaan sumber bahan baku. Kemudahan memperoleh bahan baku akan memperlancar
proses produksi. Bahan baku benang polos diperoleh dari pemasok lokal berdomisili idak
jauh dari Kampung Tenun. Beberapa diantaranya masih akif sebagi penenun dan pedagang
pengumpul.
3.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan
Proses produksi tenun Sarung Samarinda dikerjakan dengan tenaga manusia, mulai dari
proses mewarnai benang, memintal, menenun, hingga proses mencuci. Berikut uraian fasilitas
dan peralatan produksi standar untuk menenun Sarung Samarinda.
Peralatan pewarnaan benang
Standar minimal peralatan pewarnaan yang dibutuhkan adalah panci sebagai alat
merebus benang, kompor dan bahan bakar.
1
2
3
Gambar 3.2. Peralatan pewarnaan benang (1 dan 2), Benang tenun sebelum dan sesudah
pewarnaan (kanan: benang mentah, kiri: benang setelah dimasak dan diwarnai) (3)
2.
Unuseng (alat pintal)
Uneseng digunakan untuk memintal benang sebelum benang di atur dan disusun untuk
pemolaan.
42
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
Menurut teori, penetapan lokasi usaha memperimbangkan banyak faktor seperi
kedekatan dengan bahan baku, akses pada konsumen, kemudahan transportasi, faktor sejarah
dan lainnya. Untuk Kampung Tenun, pemilihan lokasi usaha berdasarkan pada historikal
keberadaan penduduk setempat. Arinya terkandung nilai sejarah dari suatu produk yang
mereleksikan sejarah keberadaan mereka.
1.
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 3 - Produktivitas Tradisional
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
N
O
W
!
.d o
o
m
o
.c
m
C
lic
k
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Bab 3 - Produktivitas Tradisional
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
Gambar 3.3.
Alat pintal benang yang menggunakan dinamo (1) dan yang manual (2)
Terdapat 2 jenis alat pintal yaitu alat pintal yang menggunakan mesin dinamo sebagai
penggerak dan alat pemintal yang bersifat tradisional.
3.
Aparsing (alat untuk memasukan benang)
Alat ini digunakan untuk memasukkan
benang saat proses pemolaan sehingga
mempermudah penenun dalam membentuk
dan menentukan pola sarung. Proses
pemasukan benang ini dikenal dengan
istilah penghanian. Proses penghanian
tergolong rumit karena memerlukan
kemampuan matemaika untuk menentukan
jumlah benang dan struktur pola sarung.
Gambar 3.4.
Berdasarkan hasil survei, saat ini hanya
Aparsing (alat untuk memasukan benang)
ada sekitar 2 orang dengan kemampuan
melakukan penghanian dan telah berusia
lanjut. Kondisi ini sudah seharusnya menjadi perhaian Pemerintah Kota Samarinda demi
menjaga kelestarian tenun Sarung Samarinda.
4.
Alat tenun tradisional, bangunan dan lahan
Alat tenun yang digunakan masih bersifat tradisional. Model alat tenun yang pertama
adalah alat tenun yang digunakan sambil duduk behonjor, dikenal dengan nama gedokan.
Diantara peralatan tenun lainnya gedokan memiliki sistem kerja yang paling sederhana,
sehingga proses penenunan akan memakan waktu hingga 1 bulan lamanya dengan alat
ini. Kain tenun yang dihasilkan dari gedokan lebih tebal dan lebih mahal dibandingkan
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
43
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
Model alat tenun yang kedua dikenal dengan nama Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).
Tidak ada satupun teknologi mesin yang terdapat di alat tenun ini. ATBM terbuat dari
kayu dan berukuran jauh lebih besar dibandingkan gedokan. Proses penenunan dengan
menggunakan ATBM membutuhkan waktu 1 hingga 3 hari.
Gambar 3.5. Alat Tenun Gedokan
Gambar 3.6. Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM)
Alat pengencangan
Setelah tahap penenunan selesai, kain tenun harus dikencangkan dengan cara
dibentangkan dengan alat khusus yang dilengkapi pemberat seperi pada gambar di
bawah ini. Tujuannya adalah agar kain tenun idak mengkerut atau keriing.
44
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
hasil tenunan yang dihasilkan dari alat tenun lainnya.
5.
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 3 - Produktivitas Tradisional
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
N
O
W
!
.d o
o
m
o
.c
m
C
lic
k
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Bab 3 - Produktivitas Tradisional
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
Gambar 3.7.
Alat jemur tenun Sarung Samarinda yang dilengkapi dengan pemberat
3.3. Bahan Baku
1.
Benang sutera
Bahan baku utama tenun Sarung Samarinda
adalah benang sutera yang diproduksi di China
dan diimpor oleh pengusaha di Surabaya.
Benang ini biasanya diperoleh para penenun
di pedagang pengepul yang berlokasi di sekitar
Kelurahan Masjid dan Baqa. Benang kualitas
No. 1 biasa dikenal dengan sebutan benang
mastuli, sedangkan benang dengan kualitas
No. 2 disebut dengan nama benang mesres.
Hasil tenunan yang menggunakan benang
mastuli terasa lebih lembut bila dibandingkan
dengan benang mesres.
2.
Gambar 3.8 .
Jenis benang Mastuli
Pewarna benang
Pewarna benang yang biasa digunakan oleh para pengrajin terdiri dari 2 jenis yaitu
pewarna kimia teksil dan alami. Pewarna kimia dapat diperoleh di pedagang pengepul,
sementara pewarna alami diperoleh dari bahan-bahan alam seperi kunyit untuk warna
kuning atau orange, kulit bawang merah dan serutan kayu ulin untuk warna merah
atau pink, serta daun pandan dan daun suji untuk warna hijau. Pengetahuan mengenai
pewarnaan alami ini diperoleh melalui pelaihan-pelaihan yang biasa diadakan oleh
Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop).
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
45
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
Kain yang diwarnai dengan pewarna kimia dan pewarna alam memiliki perbedaan yang
cukup mencolok. Warna tenun yang menggunakan pewarna kimia lebih terang dan kuat,
sementara warna tenun dengan pewarna alam terlihat lebih sot/lembut.
Air dan minyak tanah
Air menjadi salah satu bahan baku penolong dalam proses pewarnaan, yaitu saat
perendaman. Sedangkan minyak tanah selain dibutuhkan sebagai bahan bakar pada
proses memasak, juga digunakan sebagai pencampur saat benang sedang dimasak atau
setelah dimasak pada saat air masih mendidih agar pewarna kimia meresap dengan
sempurna kedalam serat benang.
4.
Tepung kanji
Agar benang idak mudah putus, rusak dan mudah ditenun, benang harus dilumuri
tepung kanji sebelum dijemur agar helaian iap benang menjadi lebih tebal dan kuat.
Proses pelumuran ini dilakukan pada saat benang masih dalam kondisi basah setelah
proses pewarnaan agar tepung kanji dapat melekat pada benang.
46
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
Gambar 3.9.
Pewarna benang dari bahan pewarna kimia dan bahan untuk pewarna benang alami
3.
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 3 - Produktivitas Tradisional
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
N
O
W
!
.d o
o
m
o
.c
m
C
lic
k
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Bab 3 - Produktivitas Tradisional
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
3.4. Proses Produksi
Menenun merupakan proses pembuatan kain yang dibentuk oleh silangan atau anyaman
benang lusi dan pakan. Benang lusi adalah benang yang membawa warna dasar kain atau benang
yang membujur membentuk panjang kain sarung, sementara benang pakan adalah benang
yang menentukan moif desain kain atau benang yang melintang membentuk lebar kain.
Kain tenun akan terbentuk dengan cara menganyamkan atau menyilangkan benang lusi
dan pakan saling tegak lurus sehingga membentuk konstruksi tertentu.
Sumber : Wikipedia
Keterangan gambar:
(1) Benang lusi (membujur verikal, warna merah)
(2) Benang pakan (melintang horizontal, biru) dalam anyaman polos
Gambar 3.10.
Simulasi anyaman dalam penenunan
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
47
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
Gambar 3.11.
Bagan Proses Produksi Sarung Samarinda
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
Proses Pembuatan Tenun Sarung Samarinda
48
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 3 - Produktivitas Tradisional
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
.c
.d o
m
o
m
o
c u -tr a c k
C
lic
k
to
bu
y
bu
C
lic
k
to
w
w
w
.d o
w
er
Bab 3 - Produktivitas Tradisional
w
w
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
Langkah 1. Pewarnaan benang
Total waktu proses mewarnai adalah 2-3 hari. Pada proses pewarnaan benang terdapat
dua tahapan yang harus dilakukan yaitu :
1.
Persiapan bahan
Proses ini tergantung pada jenis bahan pewarna yang digunakan yaitu pewarna kimia
atau pewarna alami. Jika menggunakan bahan pewarna kimia yang mudah diperoleh
di pedagang pengumpul, penenun dapat langsung melakukan penakaran jumlah bahan
pewarna yang akan digunakan. Untuk memperoleh warna pekat seperi hitam dan merah
diperlukan perbandingan 1:1 yaitu 1 gram pewarna untuk satu gincir benang. Sementara
untuk memperoleh warna terang membutuhkan perbandingan 1:4 yaitu 1 gram pewarna
untuk 4 gincir benang.
Jika menggunakan bahan pewarna alami, maka harus dibuat terlebih dahulu karena idak
ada yang menjualnya. Proses pembuatannya adalah sebagai berikut (Herdiana, 2013):
a.
Proses bejana
Yaitu proses membuat pewarna alami dengan cara merebus bahan-bahan yang akan
dijadikan zat pewarna. Hal yang perlu diperhaikan adalah berat bahan (benang) yang
akan diproses sehingga jumlah larutan zat warna alam yang dihasilkan cukup untuk
mencelup. Perbandingan yang biasa digunakan adalah 1:30. Misalnya berat benang
100 gram maka kebutuhan warna alam adalah 3 liter. Bahan pewarna alam dapat
berasal dari kulit kayu dan daun seperi serat kayu ulin, kayu mahoni, kulit bawang
merah, secang, ingi, jambal, daun rambutan, daun alpukat, daun jai, daun mangga
dan lainnya. Tahapan proses pewarnaan bejana dijelaskan sebagai berikut:
b.
1.
Timbang bahan pewarna alam yang dikehendaki sesuai dengan perbandingan
yang telah ditetapkan
2.
Seiap 1 kg bahan pewarna alam direbus dengan menggunakan 10 liter air
3.
Rebus bahan pewarna hingga rebusan tersebut berkurang setengahnya
4.
Diamkan larutan warna hingga dingin, kemudian saring dan siap digunakan
untuk mewarnai benang.
Proses direct (langsung)
Yaitu proses membuat pewarna alami dengan cara ditumbuk atau di-blender
kemudian diambil air atau tumbukannya untuk kemudian digunakan. Bahan alam
yang dapat digunakan seperi kunyit dan wortel untuk warna kuning atau orange,
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
49
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
Proses pencelupan warna
Proses pencelupan warna merupakan proses pewarnaan benang polos sebelum ditenun,
terdiri atas beberapa tahapan sebagai berikut:
a.
Perendaman benang
Benang mentah direndam di dalam air dingin selama 1 (satu) hari yang bertujuan
untuk melemaskan benang.
b.
Penirisan benang
Benang yang telah direndam kemudian diiriskan dengan menggantungkan pada
alat penjemuran.
c.
Perebusan benang dan pencampuran dengan minyak tanah
Proses perebusan benang dilakukan dalam larutan pewarna selama 2 jam. Proses
ini mensyaratkan penggunaan air bersih untuk merebus. Benang hanya boleh
dimasukan pada saat air telah mendidih sambil sesekali diaduk agar warna meresap
merata. Untuk meningkatkan daya serap benang, ditambahkan minyak tanah
sejumlah 2 (dua) sendok makan untuk 20 liter air.
d.
Pembilasan benang dan pelumuran tepung kanji
Selanjutnya adalah pembilasan benang yang telah direbus dengan air dingin agar
gumpalan bahan pewarna yang melekat pada benang dapat mengendap sehingga
memberikan tekstur halus pada benang. Untuk meningkatkan ketebalan helai
benang agar idak mudah putus saat ditenun, benang dilumuri dengan tepung
kanji. Pelumuran ini dilakukan saat benang dalam keadaan basah agar kanji dapat
melekat sempurna pada iap helaian benang.
50
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
daun katuk dan daun suji untuk warna hijau. Sebagai contoh, untuk menghasilkan
warna kuning dari kunyit diperlukan 1 kg kunyit kemudian ditumbuk atau di-blender
dan ditambahkan air secukupnya kemudian disaring. Kemudian tambahkan 5 liter air
ke hasil saringan. Ini cukup untuk pewarnaan satu helai kain (2 meter). Sementara
untuk menghasilkan warna hijau dari daun suji maupun daun katuk pada prinsipnya
sama yaitu bahan-bahan tersebut ditumbuk atau di-blender. Kemudian direbus agar
warna yang dihasilkan maksimal. Hal ini dilakukan karena proses direct menghasilkan
warna ipis dan idak pekat.
2.
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 3 - Produktivitas Tradisional
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
.c
e.
.d o
m
o
m
o
c u -tr a c k
C
lic
k
to
bu
y
bu
C
lic
k
to
w
w
w
.d o
w
er
Bab 3 - Produktivitas Tradisional
w
w
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
Penjemuran benang
Tahap akhir adalah penjemuran benang basah yang telah dilumuri kanji pada batangbatang bambu. Kecepatan penjemuran sangat tergantung pada intensitas cahaya
matahari.
Langkah 2. Pemintalan dan Penghanian
Proses pemintalan dan penghanian terdiri dari
tahapan sebagai berikut:
1.
Proses pengkelosan/pemintalan
Proses penggulungan atau pemintalan benang
disebut proses pengelosan/pengkelosan yang
bertujuan untuk memudahkan penenun dalam
menata benang pada proses pemidangan. Benang
warna dipintal menjadi gulungan-gulungan kecil
dengan menggunakan alat pintal sederhana atau
bobbin yang terbuat dari kayu dan terdiri dari 3 bagian
yaitu uneseng, roweng, dan tudungen. Satu pack
benang dengan berat 5 kg dapat dijadikan 30 buah
kon benang yang sudah tergulung (Adnyani, 2013).
2.
Proses pemidangan
Benang yang sudah dipintal/dikelos kemudian ditata
pada rak benang sesuai dengan pola matemais
moif sarung yang akan dibuat. Selanjutnya, ujung
benang ditarik ke penamplik (sisir) atau pemidangan
untuk menghitung jumlah putaran atau tumpukkan
yang akan menentukan besar kecilnya moif yang
diinginkan (Adnyani, 2013).
3.
Gambar 3.12.
Contoh benang yang dipintal
Gambar 3.13.
Penyusunan benang dalam rak
Proses penghanian (proses merapatkan benang)
Yaitu proses mengatur dan menggulung benang
pada boom/gendering lusi secara sejajar dan sesuai
lebar kain yang diinginkan. Seluruh benang (sekitar
3600 helai benang) yang digulung harus sama
panjang dan sama tegangnya (Adnyani, 2013).
Gambar 3.14.
Boom/genderang lusi
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
51
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
Alat tenun pada prinsipnya digunakan untuk mengikat helai-helai benang lusi dan
benang pakan yang dimasukkan secara melintang di antara helai-helai benang lusi dengan pola
silang-menyilang atau disebut dengan anyaman. Sebagian besar produk tenun dibuat dengan
menggunakan iga teknik anyaman; Anyaman polos, Anyaman sain, dan Anyaman keper. Agar
proses penenunan dapat dilaksanakan dengan baik, perlu diketahui gerakan-gerakan pokok
selama proses tersebut. Sesuai dengan urutan kerjanya, gerakan-gerakan tersebut antara lain
(Adnyani, 2013):
1.
Pembukaan mulut lusi yaitu membuka benang-benang lusi sehingga membentuk celah
yang disebut mulut lusi.
2.
Peluncuran pakan yaitu pemasukan atau peluncuran benang pakan menembus mulut
lusi sehingga benang lusi dengan pakan saling menyilang membentuk anyaman.
3.
Pengetekan yaitu merapatkan benang pakan yang baru diluncurkan dengan benang
sebelumnya yang telah menganyam dengan benang lusi.
4.
Penggulungan kain yaitu menggulung kain sedikit demi sedikit sesuai dengan anyaman
yang telah terjadi.
5.
Penguluran lusi yaitu mengulur benang lusi dari gulungannya sedikit demi sedikit
sesuai dengan kebutuhan proses pembentukan mulut lusi dan penyilangan benang
berikutnya.
Kisi gun
Benang
lusi
Kain Tenunan
Kisi gun
Penggulung
ani
Suri
Anak torak
Benang
pakan
Penggulung kain
Sumber : Adnyani 2013
Gambar 3.15.
Simulasi Proses Penenunan
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
Langkah 3. Proses Penenunan
52
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 3 - Produktivitas Tradisional
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
N
O
W
!
.d o
o
m
o
.c
m
C
lic
k
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
Dalam 1 set proses penenunan, umumnya penenun menggunakan 1 pack (50 gincir)
benang untuk menghasilkan kain tenun dengan ukuran lebar 60 cm (sesuai dengan ukuran
lebar ATBM), dan panjang 80 m. Jika dikonversikan, sama dengan 20 unit sarung.
Langkah 4. Proses Penjahitan dan Pengencangan
Hasil proses penenunan masih berupa kain tenun panjang dan belum menjadi produk
berbentuk sarung sehingga memerlukan adanya proses lanjutan. Satu sarung dihasilkan dari
kain tenun dengan ukuran 60 cm x 4 m. Kain tersebut kemudian dibagi menjadi 2 bagian,
masing-masing memiliki ukuran panjang 2m. Kedua lembar kain tenun tersebut kemudian
dijahit pada sisi panjangnya sehingga menghasilkan kain tenun berukuran 120 cm x 2 m.
Selanjutnya, kedua sisi kain tenun yang berukuran 120 cm dijahit sehingga membentuk sarung
dengan ukuran 120 cm x 1 m.
��
�����
��
����
��
����
��
����
�����
��
��
��
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Bab 3 - Produktivitas Tradisional
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
Gambar 3.16.
Simulasi Proses Penjahitan
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
53
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
Langkah 5. Proses Pengemasan
Proses pengemasan dan pengepakan tenun Sarung Samarinda tergolong sederhana.
Penenun umumnya hanya mengemas produk dengan wadah plasik tanpa diberi label. Hal
ini menyebabkan penenun idak memiliki nilai tambah dalam penjualan Sarung Samarinda.
Pengemasan yang lebih baik dengan kemasan berlabel dilakukan oleh pedagang pengumpul
yang memesan wadah kemasan dari daerah Yogyakarta.
3.5. Jenis dan Mutu Produksi
Tenun Sarung Samarinda yang diproduksi oleh para penenun di Kampung Tenun terlihat
berbeda dibandingkan dengan produk iruan yang didatangkan dari Pulau Jawa dan ramai dijual
di sentra penjualan oleh-oleh yang ada di Kota Samarinda. Tenun iruan tersebut idak dibuat
melalui proses tenun tradisional melainkan melalui proses cetak mesin. Harga jual pun jauh
lebih murah yaitu berkisar antara Rp20.000,- hingga Rp70.000 per lembarnya.
Beberapa perbedaan mendasar antara tenun Sarung Samarinda asli dengan iruan
yaitu:
a.
Tenun Sarung Samarinda asli memiliki sisi ujung kain sarung yang idak rata.
b.
Permukaan kain sarung terlihat kasar dan jika disentuh terasa halus.
c.
Sambungan kain dijahit menggunakan tangan (idak menggunakan mesin jahit).
d.
Dalam 1 lembar tenun terdapat jahitan sambungan yang terletak di tengah-tengah,
disebabkan ukuran dasar kain tenun Samarinda umumnya memiliki lebar 1 meter.
Meskipun tenun Sarung Samarinda belum memiliki standar mutu baku seperi Standar
Nasional Indonesia (SNI) untuk melindungi kepeningan konsumen, produsen, dan negara dalam
aspek keamanan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan hidup, para penenun
tetap berusaha menjaga kualitas produksi mereka lewat mekanisme dibawah ini.
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
Proses penjahitan seringkali menimbulkan kerutan pada bagian yang dijahit. Sehingga
diperlukan teknik pengencangan untuk menghilangkan kerutan tersebut. Teknik yang digunakan
adalah dengan menggantungkan kedua sisinya pada batang kayu, dimana bagian bawah batang
kayu dipasang pemberat batu. Selain itu, proses ini juga bertujuan agar serat dan corak tersusun
rapi sehingga tampil indah tanpa perlu disetrika.
54
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 3 - Produktivitas Tradisional
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
y
N
O
W
!
w
Jenisdanjumlahbenang
yangdigunakansebagai
bahanbaku.
Bentuk,designdanmotif
daritenunsarung
samarinda
Kualitasterbaikdari
Tenunsarungsamarinda
adalahhasiltenunan
yangmenggunakan
benangmastuliyangakan
menghasilkantenunan
yanglebihhalus.
Kualitaskeduaadalah
tenunsarungsamarinda
yangmenggunakan
bahanbakucampuran
antarabenangmastuli
danbenangmesres.
Kualitasketigaadalah
tenunanyanghanya
menggunakanbahanbaku
benangmesresyang
menghasilkantenunlebih
kasar.
Semakinsedikithelaian
benanglusidanpakan
yangdigunakandalam
prosesmenenun,maka
semakinmurahdan
rendahkualitastenun
sarungsamarindayang
dihasilkan.Karenahal
tersebutberpengaruh
terhadapkerapatanserat
kainyangmengakibatkan
tebaltipisnyakainsarung
Tenunsarung
samarindauntuk
wanitadantenun
sarungsamarinda
untukpriayang
bermotifkanpucuk
rebungbernilailebih
tinggidibandingkan
tenunsarunglakiͲlaki
yangbermotifkan
kotakͲkotak.Hal
tersebutdikarenakan
padakeduajenistenun
sarungsamarinda
tersebutproses
tenunandan
pembuatanmotif
sulamanlebihrumit.
Selainitukeduajenis
sarungtersebut
menggunakanvariasi
benangemas,
dibandingkanmotif
sarunglakiͲlakibiasa
(motifkotakͲkotak).
Bahanbakupewarnakain
c u -tr a c k
Prosespertenunan
Penggunaanbahan–
bahanpewarnaalami
sebagaibahanpewarna
tenunsarung
samarindaakan
menyebabkanharga
sarungmenjadilebih
mahaldikarenakan
tenunansarung
berbahanwarnaalami
lebihamanbagi
konsumendanlebih
bernilaikaryaseni.
Dibandingkantenun
sarungyang
menggunakanpewarna
kimia
.d o
o
m
o
.c
m
C
lic
k
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
h a n g e Vi
e
er
w
w
w
.d o
XC
Bab 3 - Produktivitas Tradisional
Produktivitas Tradisional |
w
w
w
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
Prosesmenenun
denganmenggukanan
alattenuntradisional
jenisgedokanmemiliki
kualitashasitenun
yangjauhlebihbaik
dibandingkanhasil
tenunanyang
menggunakanATBM.
Haltersebut
dikarenakanseratkain
tenunanjauhlebih
rapatsehinggatenunan
menjadilebihtebal.
Haltersebut
mengakibatkanwaktu
pembuatanmenjadi
jauhlebihlama.Yaitu1
sarungmembutuhkan
waktuhingga1bulan.
Sehinggatidakheran
hargaperlembartenun
sarungsamarindayang
menggunakanalat
tenuntradisional
gedokanbernilailebih
mahaldibandingkan
tenunanyang
menggunakanalat
tenunbukanmesin
(ATBM).
Gambar3.17 KlasifikasiStandarMutuTenunSarungSamarinda
Gambar 3.17.
Klasiikasi Standar Mutu Tenun Sarung Samarinda
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
55
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
Produk tenun Sarung Samarinda terbagi menjadi 2 jenis yaitu sarung wanita dan
sarung laki-laki. Berikut adalah informasi produksi opimum tenun Sarung Samarinda seiap
tahunnya.
Tabel 3.1.
Tingkat Produksi Opimun Sarung Samarinda
��������
�������
��������
������
����
������
���������
����
���������
��������
���
���
���
��
��������
��
��
��
�
�����������������
�����������������
�����������������
����������������
��������������
��������
Berdasarkan tabel diatas, diketahui iap penenun dapat memproduksi tenun Sarung
Samarinda hingga 25 unit perbulan jika hanya memproduksi sarung laki-laki saja dan 10 unit
perbulan untuk produksi sarung perempuan saja. Namun penenun hanya dapat memproduksi
10 unit sarung laki-laki dan 8 unit sarung perempuan perbulan jika ditenun dalam periode
bulan yang sama.
3.7. Kendala Produksi
Proses produksi tenun Sarung Samarinda idak terlepas dari beberapa kendala yang
menghambat perkembangan produk ini, yaitu :
Tingginya ingkat harga bahan baku benang yang digunakan dalam proses produksi.
Bahan baku tenun Sarung Samarinda adalah benang sutera jenis warm silk dan spun
silk yang telah digunakan sejak lama oleh para penenun, termasuk para pendahulu
mereka. Benang sutera jenis spun silk lebih disukai dan sering digunakan karena memiliki
karakterisik kain yang super halus, idak susut, jenis kain jatuh dan sangat nyaman dipakai.
Penenun lebih memilih menggunakan benang sutera impor dari China dibandingkan
benang sutera lokal karena harga jual benang impor yang lebih murah. Benang sutera
jenis spun silk diimpor oleh pengusaha di Surabaya. Sebagian besar penenun selama ini
memperoleh benang dari pedagang pengumpul seharga Rp2.350.000 hingga Rp2.375.000
56
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
3.6. Produksi Optimum
1.
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 3 - Produktivitas Tradisional
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
N
O
W
!
.d o
o
m
o
.c
m
C
lic
k
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Bab 3 - Produktivitas Tradisional
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
per-pack. Harga ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu seharga
Rp1.900.000. Penenun sendiri kesulitan untuk melakukan pengadaan benang dalam
jumlah besar karena minimnya modal dan idak adanya kepasian permintaan produk
tenun Sarung Samarinda sehingga dikhawairkan terjadinya penumpukan stok.
2.
Tidak adanya akses langsung dengan supplier bahan baku
Bahan baku biasanya diperoleh dari pedagang pengumpul yang memiliki akses dengan
supplier di Surabaya. Keadaan ini menjadi idak menguntungkan bagi penenun karena
harga benang menjadi lebih inggi karena rantai distribusi yang lebih panjang.
3.
Rendahnya ingkat produkiitas
Jumlah penenun yang terbatas seringkali menjadi
Kendala produksi
alasan tidak dapat terpenuhinya sejumlah pesanan
yang dihadapi adalah
yang datang. Penenun Sarung Samarinda didominasi
tingginya harga bahan
oleh wanita usia dengan usia diatas 40 tahun. Mayoritas
baku, terbatasnya akses
keluarga yang mempunyai leluhur sebagai penenun
ke suplier dan rendahnya
menurunkan keahlian menenun kepada anak cucu
tingkat produktifitas,
mereka. Berdasarkan informasi yang diperoleh,
kreatifitas dan inovasi.
komunitas penenun yang berada di Kelurahan Baqa
dan Masjid semakin mengalami penurunan dari jumlah
718 penenun pada tahun 1984 dan menjadi 159 pada
tahun 2010 (www.desantara.or.id). Penurunan tersebut diakibatkan oleh banyaknya
para penenun yang meninggal dunia serta kurangnya minat para remaja putri untuk
menenun. Peluang kerja ditempat lain dengan gaji yang menjanjikan semakin mendorong
menurunnya minat terhadap akiitas pertenunan.
4.
Rendahnya kreaiitas dan inovasi
Sebagai produk usaha kreaif, sentuhan kreaiitas para penenun menjadi poin pening
dalam penciptaan produk yang berkualitas tinggi dan menarik minat konsumen.
Sayangnya, hal tersebut idak berlaku bagi penenun Sarung Samarinda. Warna dan corak
yang digunakan oleh para penenun tersebut cenderung monoton untuk mempertahankan
pakem moif Sarung Samarinda sehingga kurang menarik minat konsumen. Sampai saat
ini corak dan moif tenun Sarung Samarinda idak banyak berubah.
Selain itu, keragaman produk tenun Samarinda juga idak terlalu banyak. Masyarakat luas
hanya mengenal produk sarung Samarinda. Belum banyak ditemukan produk turunan
lain seperi pakaian, tas, aksesoris, dan lainnya.
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
57
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
5.
Terbatasnya penenun dengan keahlian menghani
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
Moif Sarung Samarinda idak hanya tergantung pada kreaiitas penenun, namun juga
pada tenaga penghani yang memperhitungkan pola matemais penyusunan benang
warna sebelum proses penenunan dilakukan. Umumnya penenun tidak memiliki
keahlian dalam melakukan kegiatan penghanian. Selama ini penghanian dilakukan oleh
2 orang penghani yang telah berusia senja. Begitu terbatasnya jumlah penghani semakin
mempersulit perkembangan moif Sarung Samarinda.
58
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 3 - Produktivitas Tradisional
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
N
O
W
!
.d o
o
m
o
.c
m
C
lic
k
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
BAB 4
Eksplorasi Keuangan:
Mengurai Potensi Finansial
Tenun Samarinda
4.1. Asumsi dan Parameter
Perencanaan inansial memegang peranan krusial dalam pengelolaan suatu usaha,
utamanya terkait dengan kombinasi sumber dana. Kecukupan jumlah modal menjadi salah satu
faktor yang menentukan perkembangan usaha. Pemilik modal besar memiliki kapabilitas yang
lebih inggi untuk mengembangkan usahanya, dibandingkan dengan pemodal kecil. Penenun
Sarung Samarinda dengan modal terbatas umumnya hanya bekerja sebagai buruh tenun pada
pedagang pengumpul. Sementara porsi penenun dalam klasiikasi ini terhitung cukup inggi.
Perbankan menjadi salah satu pihak yang diharapkan mampu memberikan jalan keluar atas
kendala permodalan tersebut.
Analisis inansial yang disajikan diharapkan mampu menjadi perimbangan bagi pihak
perbankan dalam untuk turut berparisipasi dalam mempertahankan dan mengembangkan
potensi Sarung Samarinda sebagai produk kreaif khas Kalim. Secara spesiik, kajian aspek
inansial dalam suatu studi kelayakan bertujuan untuk (Suliyanto, 2010; 184):
a.
Menganalisis sumber dana untuk menjalankan usaha
b.
Menganalisis besarnya kebutuhan biaya investasi yang diperlukan
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
59
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
Menganalisis besarnya kebutuhan modal kerja yang diperlukan
d.
Memproyeksikan rugi laba usaha, arus kas, dan neraca dari usaha yang akan
dijalankan
e.
Menganalisis sumber dana
f.
Menganalisis ingkat pengembalian investasi berdasarkan beberapa analisis kelayakan
bisnis, seperi Payback Period (PP/PBP), Net Present Value (NPV), Proitability Index (PI),
Internal Rate of Return (IRR), dan Average Rate of Return (ARR).
Kepemilikan aset sebagai alternaive jaminan pinjaman bank merupakan hal yang perlu
untuk diperhaikan. Sekitar 70% penenun Sarung Samarinda di wilayah Samarinda Seberang
memiliki sendiri aset berupa rumah inggal dan kendaraan bermotor. 30% sisanya memiliki aset
berupa kendaraan bermotor, sementara rumah inggal diperoleh dengan menyewa. Realitas
ini menunjukkan potensi pembiayaan yang cukup inggi bagi pengembangan usaha Sarung
Samarinda.
Tabel 4.1.
Asumsi Dasar Kelayakan Usaha Sarung Samarinda
��
������
�
�����������
�
������
������
�
�����
�����������������������������
��
�����
�
��������������������
��
����
�
��������������������������
��
����
�
����
����������������
����������������
�
���������������������
����������������
�������
�������
����������������
�������
�������
����
���������
������
���������
������������
���������������������������������
���
�
����������������������������������
��
�
���������������������
��
�
��������������������
�������������������
60
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
���
�����
.d o
m
o
.c
c.
�
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
N
O
W
!
.d o
o
m
o
.c
m
C
lic
k
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
Model kelayakan usaha ini merupakan pengembangan usaha kerajinan Sarung Samarinda
yang telah berjalan dan untuk menumbuhkan kemandirian usaha, serta upaya replikasi usaha
baru. Asumsi dasar investasi diterapkan untuk seiap 1 orang penenun, di mana nilai proyek
adalah sepanjang proses produksi, mulai pengadaan bahan baku, persiapan penenunan,
proses menenun, dan berlanjut pada proses penjualan secara mandiri. Untuk kepeningan
analisis kelayakan inansial, umur proyek diasumsikan selama 5 (lima) tahun. Proses produksi
Sarung Samarinda dilakukan sepanjang tahun selama 12 bulan, di mana produk yang dihasilkan
merupakan mix product yakni sarung laki-laki dan sarung perempuan. Jumlah produksi
diasumsikan pada jumlah produksi opimum.
Analisis kelayakan usaha dilakukan dalam 3 (iga) asumsi;
Asumsi kelayakan
Pertama, biaya investasi termasuk pengadaan lahan dan
usaha yang digunakan,
bangunan untuk tempat usaha. Asumsi pertama ini diterapkan
yaitu (1) pengadaan
pada replikasi usaha baru. Kedua, biaya investasi idak termasuk
lahan dan bangunan,
pengadaan lahan dan bangunan untuk tempat usaha. Asumsi
(2) penyewaan lahan
kedua, mengkondisikan bahwa lahan dan bangunan untuk
dan bangunan, (3)
tempat usaha idak dimiliki sendiri oleh penenun melainkan
lahan dan bangunan
melalui sewa lahan dan bangunan di mana besaran sewa
milik pribadi.
ditetapkan sebesar Rp7.000.000 per-tahun, dan meningkat
10% seiap tahunnya. Keiga, biaya investasi idak termasuk
pengadaan lahan dan bangunan untuk tempat usaha. Pada
skenario ini, diasumsikan bahwa penenun memanfaatkan lahan dan bangunan tempat inggal
yang dimiliki secara pribadi sebagai tempat usaha. Nilai pendapatan dan biaya selama umur
proyek diasumsikan naik 10% seiap tahunnya, kecuali untuk biaya penyusutan dan biaya
bunga.
4.2. Komponen dan Struktur Biaya
Komponen biaya dalam analisis kelayakan usaha Sarung Samarinda terbagi atas 2 (dua)
jenis biaya, yakni biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi merupakan biaya yang
dikeluarkan untuk merealisasikan suatu proyek bisnis (Umar, 2003; 178). Umumnya biaya
investasi digunakan untuk pengadaan aset tetap seperi lahan, bangunan, dan peralatan
produksi, selain itu juga untuk pengadaan aset tetap tak berwujud seperi hak paten dan lisensi.
Biaya investasi untuk produksi Sarung Samarinda disajikan dalam 3 (iga) asumsi seperi yang
telah diuraikan pada bagian sebelumnya.
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
61
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
�����������
��
�����������
����������
������������
��������������
�
�����
����������
�
�
�
��������
����������
�
�
�
�������������������
�������
�������
�������
�
�����������
�������
�������
�������
�
�����������������
���������
���������
���������
�
������������������������
������
������
������
�������
�������
�������
����������
�
��������������������
�
�����������
���������
���������
���������
�
���������������
���������
���������
���������
����������
����������
����������
�����
��������������������������������������������
Jenis biaya yang kedua adalah biaya operasional, yakni biaya yang dibutuhkan dalam
proses produksi, dan secara langsung berhubungan dengan proses produksi. Umumnya biaya
operasional terdiri atas biaya pembelian bahan baku dan bahan penolong, serta akivitas lain
yang merupakan bagian dari proses produksi. Biaya operasional untuk memproduksi Sarung
Samarinda pada ingkat produksi opimum selama tahun I disajikan dalam tabel berikut:
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
Tabel 4.2.
Komposisi Biaya Investasi Usaha Sarung Samarinda
62
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
.c
.d o
m
o
m
o
c u -tr a c k
C
lic
k
to
bu
y
bu
C
lic
k
to
w
w
w
.d o
w
er
Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda
w
w
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
Tabel 4.3.
Komposisi Biaya Operasional Tahun I Usaha Sarung Samarinda
�����������
��
�����������
�
����������������
�
��������������
�
��������������������������������
�
�������������������������������
�
����������
������������
��������������
����������
����������
����������
���������
���������
���������
����������
����������
����������
���������
���������
���������
�����������������������������
�������
�������
�������
�
���������������������������
���������
���������
���������
�
����������
�
���������
�
�
����������������
���������
�
���������
����������
����������
����������
�����
��������������������������������������������
��
��������
� �����������������������������������������������������������������������������������������
���
���������
� �����������������������������������������������������
���� ����������
� ��������������������������������������������������������������������
����� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������
4.3. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja
Kebutuhan dana investasi untuk memenuhi
Kebutuhan dana investasi
biaya investasi usaha Sarung Samarinda sebagian besar
dan modal kerja untuk usaha
digunakan untuk pengadaan lahan dan bangunan (khusus
tenun Samarinda adalah Rp
asumsi I), sementara untuk pengadaan peralatan relaif
69 juta (termasuk investasi
kecil. Komposisi pembiayaan oleh bank untuk jenis kredit
lahan dan bangunan), atau
investasi diasumsikan sebesar 65% dan modal sendiri
Rp 23 juta (tanpa investasi
sebesar 35%. Sementara itu, kebutuhan dana modal
lahan dan bangunan)
kerja untuk pemenuhan biaya operasional sebagian besar
digunakan untuk pengadaan bahan baku. Untuk jenis kredit
modal kerja komposisi pembiayaan oleh bank diasumsikan
sebesar 90%, dan modal sendiri sebesar 10%. Asumsi usaha Sarung Samarinda terdiri atas 3
(iga) asumsi seperi yang telah diuraikan sebelumnya, di mana nilai kebutuhan dana untuk
masing-masing asumsi tersebut berbeda-beda, kecuali untuk asumsi II dan III.
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
63
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
�
������������������
����������������
�����������
���������������
����������
����������������������
�
����������
�������������������������������
����������
�������������������
����������������
���������������
����������
���������������������������������
���������
������������������������
�
�����������
�����������������
����������
������������������������
����������������
����������
���������������
����������
������������������
����������
�������������������
Tabel 4.5.
Rincian Kebutuhan Dana Usaha Sarung Samarinda (Asumsi II)
��
�
������������������
����������������
���������
���������������
���������
���������������
������������������������
����������
����������
���������
����������
������������������������
����������������
����������
���������������
���������
������������������
����������
�������������������
64
���������������������������������
�������������������
����������������
�
����������
�����������������
����������������������
�
�����������
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
���������������������������������
.d o
m
o
.c
Tabel 4.4.
Rincian Kebutuhan Dana Usaha Sarung Samarinda (Asumsi I)
��
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
.c
.d o
m
o
m
o
c u -tr a c k
C
lic
k
to
bu
y
bu
C
lic
k
to
w
w
w
.d o
w
er
Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda
w
w
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
Tabel 4.6.
Rincian Kebutuhan Dana Usaha Sarung Samarinda (Asumsi III)
��
�
������������������
����������������
���������
���������������
���������
���������������������������������
����������
�������������������
����������������
���������������
������������������������
�
����������
�����������������
����������������������
�
�����������
����������
���������������������������������
���������
����������
������������������������
����������������
����������
���������������
���������
������������������
����������
�������������������
Analisis kelayakan usaha ini dilakukan dengan menerapkan 2 (dua) alternaif pembiayaan
yakni pembiayaan konvensional dan syariah. Pembiayaan konvensional terdiri atas pinjaman
usaha umum, di mana pinjaman ini digunakan untuk pembiayaan yang bernilai di atas
Rp20.000.000. Alternaif pinjaman konvensional lainnya adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR), di
mana pinjaman ini digunakan untuk pembiayaan yang bernilai maksimal Rp20.000.000. Untuk
pembiayaan syariah digunakan jenis pembiayaan Murabahah.
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
65
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
��
����������������
����������������
��������������
��������������
��������������
��������������
��������������
���������
�������������������
���������������������
���������
�������
���������
�������
�������
�������
���������
������
�
����������
�������������������
�������
������
�������
���������������������
�������
�������
�������
�������
������
�
�����������
�������������������
�������
������
�������
���������������������
�������
�������
�������
������
�������
���������������������������������������������
Besarnya angsuran pinjaman untuk kredit investasi dan modal kerja untuk asumsi I
sebesar Rp22.742.832 per-tahun. Nilai angsuran ini menyerap 30,90% dari total nilai penjualan
untuk tahun ke-1, 28,09% untuk tahun ke-2, dan 25,54% untuk tahun ke-3. Tingkat penyerapan
yang cukup inggi ini disebabkan oleh nilai pinjaman investasi yang cukup inggi karena
memenuhi keperluan pengadaan lahan dan bangunan.
Sementara itu besarnya angsuran pinjaman kredit investasi dan modal kerja untuk asumsi
II dan III sebesar Rp8.332.368 per-tahun. Besaran jumlah pinjaman yang sama antara asumsi
II dan III menyebabkan jumlah angsuran yang sama pula. Nilai angsuran ini menyerap 9,92%
dari total nilai penjualan untuk tahun ke-1, 9,02% untuk tahun ke-2, dan 8,20% untuk tahun
ke-3. Tingkat penyerapan yang idak terlalu besar ini disebabkan oleh nilai pinjaman yang juga
idak terlalu besar karena idak adanya pengadaan lahan dan bangunan.
66
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
Tabel 4.7.
Datar Angsuran Pembiayaan Konvensional
�
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
.c
.d o
m
o
m
o
c u -tr a c k
C
lic
k
to
bu
y
bu
C
lic
k
to
w
w
w
.d o
w
er
Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda
w
w
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
Tabel 4.8.
Datar Angsuran Pembiayaan Syariah
��������
��
����������������
������������
����������
�
���������������
��������������
��������������
��������������
���������
�������������������
���������������������
���������
�������
���������
�������
������
�������
������
�
���������
����������
�������������������
�������
������
�������
���������������������
�������
������
�������
������
�
�������
�����������
�������������������
�������
������
�������
���������������������
�������
������
�������
������
�������
���������������������������������������������
Besarnya angsuran pinjaman untuk kredit investasi dan modal kerja untuk asumsi I
sebesar Rp18.126.204 per-tahun. Nilai angsuran ini menyerap 21,58% dari total nilai penjualan
untuk tahun ke-1, 19,62% untuk tahun ke-2, dan 17,83% untuk tahun ke-3. Tingkat penyerapan
yang cukup inggi ini disebabkan oleh nilai pinjaman investasi yang cukup inggi karena
memenuhi keperluan pengadaan lahan dan bangunan.
Sementara itu besarnya angsuran pinjaman kredit investasi dan modal kerja untuk asumsi
II dan III sebesar Rp6.779.532 per-tahun. Besaran jumlah pinjaman yang sama antara asumsi
II dan III menyebabkan jumlah angsuran yang sama pula. Nilai angsuran ini menyerap 8,07%
dari total nilai penjualan untuk tahun ke-1, 7,34% untuk tahun ke-2, dan 6,67% untuk tahun
ke-3. Tingkat penyerapan yang idak terlalu besar ini disebabkan oleh nilai pinjaman yang juga
idak terlalu besar karena idak adanya pengadaan lahan dan bangunan.
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
67
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
4.4. Proyeksi Produksi dan Pendapatan
Tingkat produksi Sarung Samarinda dalam analisis kelayakan usaha ini diasumsikan
pada ingkat produksi opimum, yakni 10 Sarung laki-laki dan 8 Sarung perempuan dalam 1
(satu) bulan untuk 1 (satu) penenun. Selama umur proyek, ingkat produksi dilakukan dalam
kapasitas opimum. Jumlah produksi menjadi salah satu faktor penentu pencapaian sejumlah
pendapatan. Pendapatan dalam analisis kelayakan ini bersumber dari penjualan Sarung
Samarinda, jenis laki-laki maupun perempuan, dengan asumsi seluruh Sarung Samarinda yang
diproduksi habis terjual.
Tabel 4.9.
Proyeksi Produksi dan Pendapatan Sarung Samarinda Tahun I
������������
�
����������������
�
����������������
�����
���������������
����������
���������������
����������������
�������������
��������������
���
�������
����������
��
�������
����������
���
����������
�������������������
Variasi harga jual Sarung Samarinda cukup inggi, karena keragaman moif dan corak
sarung mempengaruhi harga itu sendiri. Diasumsikan ingkat penjualan Sarung Laki-laki adalah
pada moif Belang Hata dengan harga Rp300.000, dengan perimbangan moif ini adalah moif
yang frekuensi penjualannya cukup inggi. Sementara itu ingkat penjualan Sarung Perempuan
pada moif bunga (sobbi’) kecil dengan harga Rp500.000 karena ingkat produksi dan frekuensi
penjualan moif ini cukup inggi pula.
4.5. Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point
Proyeksi Laba Rugi menunjukkan ingkat perolehan laba atau rugi yang dihasilkan oleh
usaha Sarung Samarinda selama periode umur proyek, yakni 5 (lima) tahun. Nilai pendapatan
dan biaya diasumsikan meningkat 10%, kecuali biaya penyusutan dan biaya bunga.
68
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
��
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
.c
.d o
m
o
m
o
c u -tr a c k
C
lic
k
to
bu
y
bu
C
lic
k
to
w
w
w
.d o
w
er
Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda
w
w
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
Tabel 4.10.
Proyeksi Perolehan Laba selama 5 tahun (Pembiayaan Konvensional)
��
��������������������
�����������
��������
���������
����������
�
����������
����������
���������
����������
�
����������
����������
����������
����������
�
����������
����������
����������
����������
�
����������
����������
����������
����������
�
����������
����������
����������
����������
���������������������������������������������
Tabel 4.11.
Proyeksi Perolehan Laba selama 5 tahun (Pembiayaan Syariah)
��
��������������������
�����������
��������
���������
����������
�
����������
����������
����������
����������
�
����������
����������
����������
����������
�
����������
����������
����������
����������
�
����������
����������
����������
����������
�
����������
����������
����������
����������
���������������������������������������������
Tingkat profit margin rata-rata dalam pendekatan
pembiayaan konvensional, untuk asumsi ke-1 sebesar 13,58%,
asumsi ke-2 sebesar 11,49%, dan asumsi ke-3 sebesar 18,87%.
Hasil ini menunjukkan bahwa 13,58% (asumsi ke-1), 11,49%
(asumsi ke-2), dan 18,87% (asumsi ke-3) dari nilai penjualan
bersih merupakan jumlah pencapaian laba. Sementara itu,
ingkat proit margin rata-rata dalam pendekatan pembiayaan
syariah, untuk asumsi ke-1 sebesar 19,07%, asumsi ke-2 sebesar
13,33%, dan asumsi ke-3 sebesar 20,72%. Hasil ini menunjukkan
Tingkat profit margin
rata-rata berkisar
antara 11,49% 18,87% (pendekatan
konvensional), atau
13,33% - 20,72%
(pendekatan
syariah).
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
69
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
Tujuan utama dijalankannya suatu usaha adalah pencapaian keuntungan yang opimal.
Dalam hal pengendalian terhadap suatu usaha, perlu dilakukan analisis Break Even Point (BEP)
agar usaha yang dijalankan dapat mencapai keuntungan yang diharapkan. BEP adalah suatu
kondisi di mana pada periode tersebut suatu usaha idak mendapatkan keuntungan dan juga
idak menderita kerugian (Sutrisno, 2009; 178). Tingkat BEP rata-rata untuk Sarung Samarinda
disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.12.
Tingkat BEP Sarung Samarinda pada Nilai Penjualan dan Unit Penjualan
��
�����
������
��������
����������
������������������������
����������
����������
����������
���������
���������
���������
�������������������
��
��
��
�������������������
��
�
��
�������������������
�������������������
�
���������
����������
�������������������
Pada asumsi ke-1 dan 3, untuk menghindari kerugian
Break even point usaha
maka penenun harus menjual Sarung laki-laki minimal 35 unit
tenun adalah sejumlah
pada ingkat penjualan Rp12.661.932, dan 10 Sarung perempuan
29 – 35 unit sarung
pada ingkat penjualan Rp5.961.945. Sementara pada asumsi
laki-laki dan 9 – 10
ke-2, untuk menghindari kerugian maka penenun harus
sarung perempuan.
menjual Sarung laki-laki minimal 29 unit pada ingkat penjualan
Rp10.514.858, dan 9 Sarung perempuan pada ingkat penjualan
Rp5.759.752. Tingkat BEP yang sama antara Asumsi ke-1 dan ke-3
terjadi karena kedua asumsi ini sama-sama menanggung biaya penyusutan bangunan sebagai
komponen biaya tetap. Kedua asumsi tersebut memiliki bangunan sebagai aset pribadi namun
dengan perolehan yang berbeda. Sementara pada asumsi ke-2, penenun idak menanggung
biaya penyusutan bangunan karena tempat usaha Sarung Samarinda diperoleh melalui sewa
sehingga idak ada unsure kepemilikan penenun pada bangunan tersebut.
70
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
bahwa 19,07% (asumsi ke-1), 13,33% (asumsi ke-2), dan 20,72% (asumsi ke-3) dari nilai penjualan
bersih merupakan jumlah pencapaian laba.
�
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
.c
.d o
m
o
m
o
c u -tr a c k
C
lic
k
to
bu
y
bu
C
lic
k
to
w
w
w
.d o
w
er
Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda
w
w
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
4.6. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Usaha
Proyeksi arus kas terdiri atas arus kas masuk (cash inlow) dan arus kas keluar (cash
ouflow). Arus kas masuk bersumber dari nilai penjualan selama 1 (satu) tahun, dengan asumsi
seluruh Sarung Samarinda yang diproduksi habis terjual. Sementara arus kas keluar melipui
biaya investasi, biaya operasional, termasuk angsuran pinjaman, dan pajak penghasilan. Proyeksi
arus kas untuk keiga asumsi tersebut disajikan dalam Lampiran 5,12, dan 19 untuk pembiayaan
konvensional dan Lampiran 8, 15, dan 22 untuk pembiayaan syariah.
Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk menilai kelayakan investasi dari suatu usaha.
Metode analisis kelayakan usaha yang digunakan adalah:
1.
Payback Period (PBP)
Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk menghitung lama periode yang
digunakan untuk mengembalikan uang yang telah diinvestasikan dari aliran kas masuk
tahunan yang dihasilkan oleh proyek investasi tersebut (Suliyanto, 2010; 196).
2.
Net Present Value (NPV)
Metode ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai sekarang dari aliran kas masuk
bersih dengan nilai sekarang dari biaya pengeluaran suatu investasi (Suliyanto, 2010;
200).
3.
Internal Rate of Return (IRR)
Metode ini digunakan untuk menghitung ingkat bunga yang dapat menyamakan antara
present value dari semua aliran kas masuk dengan aliran kas keluar dari suatu investasi
proyek (Suliyanto, 2010; 208).
Berdasarkan analisis kelayakan usaha yang telah dilakukan
diperoleh hasil bahwa pembiayaan usaha Sarung Samarinda
pada asumsi ke-2 dan ke-3 dinilai layak untuk diberikan bantuan
pembiayaan, dengan pendekatan konvensional maupun
syariah. Pada kedua asumsi ini, biaya investasi idak termasuk
pengadaan lahan dan bangunan karena telah tersedianya aset
tersebut melalui sewa (asumsi ke-2) maupun kepemilikan pribadi
(asumsi ke-3). Dalam kondisi ini, penenun menanggung beban
keuangan yang idak terlalu inggi karena besaran pinjaman
yang idak terlalu inggi pula. Sementara, asumsi ke-1 idak
layak untuk dilakukan, dengan pembiayaan konvensional
maupun pembiayaan syariah. Pada asumsi ini, di mana biaya
Usaha tenun layak
untuk dibiayai jika
biaya investasi awal
tidak termasuk
pengadaan lahan
dan bangunan, atau
dengan kata lain
menggunakan lahan
dan bangunan milik
sendiri atau sewa.
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
71
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
�����������������������
�������������������
���������
��������
���������
������������������
����������
��������
���������
����������
��
���
���
���
���
���
���
���
��������
����������
����������
����������
����������
����������
�����������
����������
����������
�����������
����������
����������
������
������
������
�����
������
������
���������������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
�����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����
����
����
����
����
����
������
������
������
������
������
������
������������������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
�����������������
��
��
��
��
��
��
������������������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
�����������������
��
�
��
��
�
��
�����������
�����
�����
�����������
�����
�����
��������
���
���������
�������������
����
����������������
����������������
������������������
�������������������
investasi termasuk pengadaan lahan dan bangunan, periode PBP diperoleh terlalu panjang,
bahkan jauh melebihi jangka waktu pinjaman. Selain itu NPV dan IRR yang bernilai negaif
juga menjadi indikator idak layaknya kondisi ini untuk dibiayai. Faktor pendorong rendahnya
nilai kelayakan pada asumsi ke-1 ini karena ingginya nilai biaya investasi, sementara ingkat
produksi iap penenun terbatas dan harga jual Sarung Samarinda yang idak terlalu inggi. Hal
ini menyebabkan kemampuan penenun untuk mengembalikan pinjamannya rendah, sehingga
meningkatkan beban keuangan penenun. Diinjau dari B/C Raio, di antara keiga asumsi
tersebut, asumsi ke-1 memiliki nilai B/C Raio yang paling rendah. Rasio ini menggambarkan
proporsi biaya terhadap pendapatan, di mana untuk keiga asumsi diperoleh nilai B/C Raio lebih
dari 1 yang menunjukkan bahwa jumlah pendapatan lebih besar daripada jumlah biaya. Secara
keseluruhan, pada asumsi ke-1 usaha Sarung Samarinda mampu membukukan laba selama umur
proyek. Sayangnya, laba yang dihasilkan idak mampu mengembalikan biaya pengeluaran yang
telah dilakukan selama umur proyek bahkan jauh melebihi jangka waktu pinjaman, sehingga
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
Tabel 4.13.
Analisis Kelayakan Usaha Sarung Samarinda
72
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
N
O
W
!
.d o
o
m
o
.c
m
C
lic
k
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
asumsi ini idak layak untuk dibiayai. Sementara pada asumsi ke-2 dan ke-3, usaha Sarung
Samarinda mampu membukukan laba dan mampu mengembalikan biaya pengeluaran yang
telah dilakukan selama umur proyek, sehingga asumsi ini layak untuk dibiayai.
4.7. Analisis Sensitivitas
Analisis sensiivitas bertujuan untuk menguji status kelayakan keputusan investasi
apabila faktor-faktor atau parameter-parameter perhitungan berubah. Analisis proyeksi arus
kas di masa yang akan datang pasi menghadapi suatu keidakpasian. Keidakpasian tersebut
dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan suatu proyek bisnis dalam beroperasi untuk
menghasilkan laba bagi suatu enitas usaha (Umar, 2003; 191-192). Fluktuasi harga bahan baku
dan biaya operasional lain, maupun luktuasi harga jual merupakan contoh keidakpasian yang
mungkin terjadi di masa yang akan datang.
Analisis sensiivitas dalam kelayakan usaha Sarung Samarinda ini dilakukan pada 3 (iga)
skenario, yakni (1) proyeksi pendapatan diasumsikan naik, dan biaya diasumsikan tetap, (2)
proyeksi pendapatan diasumsikan turun, dan besaran pos-pos biaya diasumsikan tetap, serta
(3) proyeksi pendapatan diasumsikan tetap, dan biaya naik. Untuk besaran presentase kenaikan
maupun penurunan digunakan jumlah yang berbeda untuk seiap asumsi. Hal ini dilakukan untuk
memberikan gambaran yang jelas mengenai nilai prosentase minimum maupun maksimum dari
kenaikan dan penurunan biaya serta pendapatan yang dapat ditolerir dalam rangka penilaian
kelayakan investasi pada usaha Sarung Samarinda.
Tabel 4.14.
Analisis Sensiivitas Sarung Samarinda Asumsi I (Pembiayaan Konvensional)
������
��������������������
��������
���
�����������
������
��������������������������������
���������
������
��������������������������������
�����������
�������
�������������������������������
�����������
������
�������������������
Berdasarkan analisis kelayakan investasi yang telah dilakukan, asumsi ke-1 merupakan
kondisi yang idak layak untuk dibiayai. Pada jenis pembiayaan konvensional, berdasarkan
analisis sensiivitas yang dilakukan, jika pendapatan naik 10% dan biaya diasumsikan tetap maka
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
73
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
Tabel 4.15.
Analisis Sensiivitas Sarung Samarinda Asumsi I (Pembiayaan Syariah)
������
��������������������
��������
���
�����������
�����
���������
������
��������������������������������
�����������
������
�������������������������������
�����������
������
�������������������������������
�������������������
Hal yang sama terjadi pada pendekatan pembiayaan syariah, di mana jika terjadi kenaikan
pendapatan maka asumsi ke-1 layak untuk dibiayai. Minimal kenaikan pendapatan yang perlu
dicapai sebesar 7%, melalui kenaikan harga Sarung Samarinda paling sedikit 7%.
Pada asumsi ke-2, diberlakukan presentase kenaikan yang berbeda dengan asumsi
sebelumnya untuk dapat diketahui ingkat maksimal kenaikan biaya karena adanya peningkatan
biaya operasional, maupun penurunan pendapatan karena ingkat produksi opimum yang
idak tercapai. Untuk skenario pertama idak ada perubahan terhadap kriteria kelayakan usaha
Sarung Samarinda, di mana pada keadaan ini usaha dinilai layak untuk dibiayai. Sementara
pada skenario berikutnya, maksimal penurunan pendapatan adalah sebesar 4%, karena keika
pendapatan turun lebih besar dari 4% maka usaha Sarung Samarinda idak layak untuk dibiayai
karena menghasilkan nilai NPV dan IRR yang bernilai negaif. Arinya jika ingkat produksi
opimum idak tercapai, maksimal penurunan jumlah produksi adalah sebesar 4%, sehingga
nilai pendapatan akan turun pada ingkat prosentase yang sama. Pada skenario ke-3, ingkat
kelayakan pembiayaan masih dapat dipertahankan jika kenaikan biaya maksimal mencapai 4%.
Kenaikan biaya ini dapat disebabkan oleh peningkatan unsur-unsur biaya operasional dalam
produksi Sarung Samarinda. Jika biaya naik lebih dari 4% maka usaha Sarung Samarinda ini
idak lagi layak untuk dibiayai karena nilai NPV dan IRR yang negaif.
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
asumsi ini layak untuk dibiayai. Kenaikan pendapatan dapat dicapai melalui peningkatan harga
jual Sarung Samarinda minimal 10%, karena peningkatan pendapatan melalui peningkatan
jumlah produksi sulit dicapai mengingat produksi yang dilakukan telah mencapai ingkat
opimum. Sementara untuk dua skenario berikutnya, asumsi ini tetap berada pada kriteria
idak layak untuk dibiayai.
74
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
N
O
W
!
.d o
o
m
o
.c
m
C
lic
k
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
Tabel 4.16.
Analisis Sensiivitas Sarung Samarinda Asumsi II (Pembiayaan Konvensional)
������
��������
���
��������������������
����������
������
�������������������������������
����������
������
��������������������������������
���������
������
�������������������������������
���������
������
�������������������
Pada pendekatan pembiayaan syariah keadaan yang serupa pun terjadi hanya saja dalam
ingkat prosentase yang berbeda. Penurunan pendapatan yang dapat ditolerir maksimal sebsar
4%, dan peningkatan biaya maksimal 5%. Jika melebihi dari ingkat ambang batas tersebut
maka usaha Sarung Samarinda idak lagi layak untuk dibiayai.
Tabel 4.17.
Analisis Sensiivitas Sarung Samarinda Asumsi II (Pembiayaan Syariah)
������
��������
���
��������������������
����������
������
�������������������������������
����������
�����
��������������������������������
���������
������
�������������������������������
���������
������
�������������������
Asumsi ke-3 merupakan keadaan yang memiliki nilai kelayakan usaha paling inggi di
antara asumsi-asumsi yang lain, namun idak berari bahwa asumsi ini tetap berada pada
kriteria layak dalam keadaan apapun. Untuk skenario pertama idak ada perubahan terhadap
kriteria kelayakan usaha Sarung Samarinda, di mana pada keadaan ini usaha dinilai layak untuk
dibiayai.
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
75
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
������
��������
���
��������������������
����������
������
�������������������������������
����������
������
���������������������������������
���������
������
��������������������������������
���������
������
�������������������
Pada skenario berikutnya, untuk dapat mempertahankan kelayakan pembiayaannya maka
analisis ini mensyaratkan penurunan pendapatan maksimal 12%, di mana ingkat penurunan
produksi dari ingkat opimum yang dapat ditolerir adalah 12%. Pada skenario terakhir ambang
batas kenaikan biaya adalah sebesar 15%, di mana kenaikan biaya yang dapat ditolerir maksimal
sebesar 15%. Jika pendapatan turun lebih dari 12% (untuk skenario ke-2) dan biaya naik lebih
dari 15% (untuk skenario ke-3) maka ingkat kelayakan usaha Sarung Samarinda akan bergeser
pada kriteria idak layak karena menghasilkan nilai NPV dan IRR yang negaif.
Tabel 4.19.
Analisis Sensiivitas Sarung Samarinda Asumsi III (Pembiayaan Syariah)
������
��������
���
��������������������
����������
������
�������������������������������
����������
������
���������������������������������
���������
������
��������������������������������
���������
������
�������������������
Pendekatan pembiayaan syariah mensyaratkan penurunan pendapatan dan peningkatan
biaya pada prosentase yang lebih kecil. Ambang batas penurunan pendapatan adalah sebesar
13%, karena jika pendapatan turun melebihi prosentase tersebut maka usaha Sarung Samarinda
idak lagi layak untuk dibiayai. Sementara kenaikan biaya maksimal sebesar 16%, yang arinya
jika kenaikan biaya mencapai angka lebih dari 16% maka kriteria kelayakan usaha Sarung
Samarinda bergeser pada kriteria idak layak untuk dibiayai.
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
Tabel 4.18.
Analisis Sensiivitas Sarung Samarinda Asumsi III (Pembiayaan Konvensional)
76
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
N
O
W
!
.d o
o
m
o
.c
m
C
lic
k
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
4.8. Pola Pembiayaan Sarung Samarinda
Diinjau dari analisis kelayakan yang telah dilakukan pada usaha Sarung Samarinda,
usaha ini terhitung potensial untuk dibiayai. Berdasarkan 3 (iga) asumsi yang dilakukan,
asumsi ke-2 dan ke-3 adalah asumsi yang layak dibiayai, sehingga pembiayaan oleh pihak keiga
dapat dilakukan pada penenun yang telah memiliki tempat usaha, baik melalui penyewaan
maupun milik pribadi. Sementara, pada penenun yang idak memiliki tempat usaha sehingga
perlu adanya pengadaan lahan dan bangunan, pembiayaan pihak keiga idak layak untuk
dilakukan kecuali adanya peningkatan harga jual, seperi yang diuraikan dalam hasil analisis
sensiivitas.
Pembiayaan oleh pihak keiga baik dari perbankan maupun non perbankan perlu dilakukan
untuk dapat memperkuat basis permodalan penenun sehingga tenun Sarung Samarinda dapat
berkembang. Penyaluran pembiayaan sendiri akan lebih bermanfaat jika pembiayaan dilakukan
dalam kelompok, karena tenun Sarung Samarinda melibatkan sejumlah penenun. Pendekatan
kelompok dapat dilakukan antara lain dengan pendekatan Pengembangan Hubungan Bank
dengan Kelompok Swadaya Masyarakat (PHBK) (Bank Indonesia, 2006). Kelompok Swadaya
Masyarakat ini merupakan pihak keiga yang dapat berbentuk lembaga Koperasi, di mana
seluruh penenun berada dalam koordinasi lembaga keiga ini.
Gambar 4.1.
Pola Penyaluran Kredit Usaha Sarung Samarinda
Lembaga keiga berperan sebagai pihak keiga yang memiliki hubungan internal dengan
penenun dan eksternal dengan lembaga pembiayaan bank maupun non bank. Lembaga ini
sekaligus sebagai pihak penjamin pembiayaan, dalam ari keika suatu pinjaman dijamin oleh
sebuah lembaga yang turut bertanggung jawab terhadap penyaluran dan pengembalian kredit
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
77
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
maka nilai bankable-nya dapat diingkatkan. Kredit disalurkan kepada penenun oleh bank
maupun lembaga non bank melalui lembaga keiga/koperasi, di mana lembaga inilah yang akan
meneruskannya kepada penenun. Lembaga ini juga berperan dalam mengawasi penggunaan
serta pembayaran angsuran pinjaman dan bunga seiap periode pembayarannya. Melalui
pelibatan lembaga ini, penyaluran kredit kepada penenun memberikan manfaat yang lebih
maksimal karena adanya pengawasan pihak keiga.
Tabel 4.20.
Ringkasan Pola Pembiayaan pada Usaha Sarung Samarinda
��
����������������
������
�
�����������
������������������������������������������������������
����������������
�
�����������������������
�� ����������������������������������������������������������
������������������������
�� �������������������������������������������������
�
���������������������
��������������������
����������������
�������������
�� ���������
�� �����������
������
������
���������
���������
���������
����������
���������
����������
�
������������
�� ����������������������������
�� �����������������������������
�
�������������������
����������������������������������������������
�
���������������
�� ��������������
�� ����������������������
����������������
���������������������������
���������������������������������
��
����������������������
�
����������������������������������
��������
�������������������
�������
�������������������
��������
�������������������������
��������������
�
������������
��
�������������������
�������������������
���������
�������������������
���������
����������������������������������������������������������
����
��
�������������
���
��������
��������������������������
����������
����������
���������������������
����������
����������
��������������������������
������
������
Tenun
Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
���������������������
������
������
���
78
���������
.d o
m
o
.c
�
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
���������
��������������
Tabel 4.20.
�������������������
Ringkasan Pola Pembiayaan�������������������
pada Usaha Sarung Samarinda (Lanjutan)
���������
�
��
������������
����������������
����������������������������������������������������������
������
��
�
�������������������
�����������
����
�������������
������������������������������������������������������
����������������
���
��
�����������������������
��������
��������������������������
���������������������
�
�� ����������������������������������������������������������
������������������������
����������
����������
�� �������������������������������������������������
����������
����������
���������������������
���
��������������������������
��������������������
���������������������
�
�������������
������
����������������
������
������
������
������
���������
��
���������
��
�����������
��������������������������
���������
����
���������
���������
����
����������
���������������������
������
�������������
������������
����
���������
����
����������
��������������������������
�� ����������������������������
�� �����������������������������
������
���������������������
�������������������
�������������������
���������������
������
����������������������������������������������
��������������
���������������������
��
��������������
��
����������������������
�������
����������������
�����������������������������������������������������
��
�
���������������������������
����������������
����������������������
�����������������������
���������������������������������
�������������������������������������������������������
�
����������������������������������
�������������������������
�������������������
�
�
��
.
������
������
��������
�������
�������������������
��������
�������������������������
��������������
�������������������
���������
�������������������
���������
�
������������
����������������������������������������������������������
��
�������������������
����
�������������
��
���
��������
��������������������������
����������
����������
���������������������
����������
����������
��������������������������
������
������
���������������������
������
������
��������������������������
����
����
���������������������
����
����
��������������������������
������
������
���������������������
������
������
���
���������
�������������
�������������������
��
���������������������
�������
��������������
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
�����������������������������������������������������
�����������������������
79
N
O
W
!
y
m
o
w
do
c u -tr a c k
��������
�������������������������
�
w
bu
PD
m
.c
h a n g e Vi
e
�������
�������������������
o
c u -tr a c k
XC
to
y
bu
to
C
lic
k
�
����������������������
Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda
��������
����������������������������������
�������������������
F-
w
w
.d o
���������������������������������
w
w
w
��
���������������������������
C
lic
k
w
�� ����������������������
�
er
N
O
W
!
h a n g e Vi
e
er
PD
F
C
-X
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
Halaman ini sengaja dikosongkan
80
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
N
O
W
!
.d o
o
m
o
.c
m
C
lic
k
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Bab 5 - Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
BAB 5
Aspek Sosial Ekonomi
dan Dampak Lingkungan
5.1. Aspek Ekonomi dan Sosial
Dahulu kerajinan tenun Samarinda mampu menggerakkan sektor riil dan UMKM dalam
penyerapan tenaga kerja, yang sebagian besar berprofesi sebagai ibu tumah tangga. Jumlah
tenaga kerja yang terserap sebanyak 210 orang di dua kelurahan. Berdasarkan hasil peneliian
dilapangan, tenun Sarung Samarinda rata-rata dapat menyerap tenaga kerja penenun sebanyak
15-20 orang dalam satu KUB. Menariknya kegiatan ini mampu menyerap tenaga kerja usia non
produkif, karena mayoritas pengrajin tenun sudah berusia lanjut. Selain karena kegiatan utama
dalam melakukan usaha tenun, pengrajin yang sudah berusia lanjut menyukai kegiatan usaha
ini sebagai pengisi waktu di usia senja. Selain itu akiitas menenun ini dapat memberikan
kesempatan bagi pelaku yang putus sekolah dan memiliki ingkat pendidikan yang rendah. Hasil
survei menunjukkan bahwa mayoritas pengrajin usaha tenun hanya mengenyam pendidikan
sampai pada ingkat menengah pertama dengan prosentase 37%, kemudian lulusan sekolah
dasar sebanyak 33%, idak tamat sekolah dasar sebesar 18,5% dan hanya 11,12% yang
mengenyam pendidikan sampai ingkat menengah atas.
Semenjak daerah wisata Kampung Tenun dicanangkan, ekonomi kreaif yang berskala
mikro mulai tumbuh walaupun terkesan lambat. Namun hal ini masih dapat dimaklumi
karena membangun daerah menjadi desinasi wisata bukanlah hal mudah. Keberadaan sektor
pendukung wisata memicu percepatan pertumbuhan ekonomi lokal. Keberadaan pengrajin
manik, warung-warung kecil, showroom atau display sederhana di teras rumah menjadi kegiatan
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
81
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
Selain aspek ekonomi, aspek sosial menjadi perhaian dalam fokus survei. Keterbukaan
pada pasar yang lebih luas telah mendorong munculnya bentuk-bentuk pola hidup konsumif
untuk mendapatkan gengsi atau status sosial, ataupun persaingan-persaingan di dalam usaha
perdagangannya. Karena mobilitas masyarakat cukup inggi dalam rangka pengembangan usaha
atau untuk mendapatkan pembeli, maka pengaruh dari pola kehidupan kota juga telah merambah
ke Kampung Tenun dengan unsur posiif maupun negaifnya (Alamsyah, dkk., 2013).
Dampak sosial yang mungkin paling nyata adalah
Salah satu dampak
perubahan yang terjadi terhadap kaum wanita. Yang paling terlihat
sosial pengembangan
jelas adalah bagaimana peran wanita menjadi lebih besar dalam
tenun Samarinda
perekonomian keluarga. Perubahan ini menyebabkan perempuan
adalah meningkatnya
mulai mengalami perbaikan status di dalam masyarakat. Secara
status dan peran
umum wanita lebih dihargai karena bisa mengambil bagian yang
perempuan, yaitu
penting dalam perekonomian keluarga. Hal ini memberikan
sebagai penopang
kebanggaan kepada diri mereka sendiri dan lebih menghargai diri
perekonomian
karena bisa membantu secara langsung dalam pemenuhan nakah
keluarga.
keluarga. Di samping itu, dengan perkembangan tersebut, mulai
ada kesadaran tentang permasalahan gender dan feminisme.
Walaupun sebagian besar dari penenun kemungkinan belum pernah mendengar kata ‘feminisme’
namun penenun yang usianya lebih muda mulai mengeri dan menyetujui konsepnya.
Suku-suku di Indonesia sebagian besar menganut paham patrialisme dalam keluarga,
termasuk diantaranya suku Bugis yang menetap sebagai bagian masyarakat Kampung Tenun.
Secara adat, masyarakat merasa bangga bila memiliki anak laki-laki dan merasa paling dihargai.
Dahulu, sebuah keluarga merasa malu kalau idak mempunyai anak laki-laki. Namun sekarang,
hal itu idak begitu pening lagi. Bahkan ada kecenderungan di mana penghargaan anak
perempuan lebih inggi dibandingkan dulu. Misalnya dari perspekif ekonomi, anak perempuan
cenderung dilihat sebagai aset keluarga yang berharga dibandingkan dengan saudara lakilakinya, karena anak perempuan pandai menenun dan berhasil mendapatkan uang.
Selain itu keberadaan industri kerajinan tenun terhadap eksistensi kebudayaan Bugis
semakin memiliki pengaruh besar. Pengetahuan tentang proses penenunan Sarung Samarinda
idak akan hilang. Namun ari moif akan hilang sama sekali jika idak ada upaya untuk
melestarikannya, generasi penerus tenun Sarung Samarinda idak memahami ilosoi moif dan
idak memiliki moivasi untuk mempelajari. Mayoritas penenun hanya tertarik untuk membuat
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
yang mampu memberikan tambahan pendapatan penduduk setempat dalam membiayai
kehidupan sehari-hari.
82
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 5 - Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
.c
N
O
W
!
m
C
lic
k
.d o
o
o
m
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Bab 5 - Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
tenunan dengan moif yang paling laku dijual dan berpendapat bahwa ilosoi dari moif tenunan
idak terlalu pening. Hal ini sangat disayangkan karena sikap seperi ini idak mendukukung
pelestarian tenun Sarung Samarinda. Disamping itu pengetahuan dalam pembuatan moif
secara tradisional sudah idak ada lagi karena inggal iga penenun berusia lanjut yang memiliki
keahlian ini. Menurut para penenun proses pembuatan moif terlalu rumit dan memerlukan
waktu lama. Penenun hanya berorientasi pada memperoleh keuntungan secepat mungkin.
5.2. Dampak lingkungan
Perkembangan kerajinan tenun di Samarinda Seberang saat ini mengalami kemajuan
yang cukup berari sehingga banyak menimbulkan dampak posiif terhadap perekonomian
masyarakat. Akan tetapi disamping dampak posiif, kegiatan ini juga memberikan dampak
negaif terhadap lingkungan. Saat ini penggunaan pewarna sinteis dalam industri teksil sudah
idak dapat dihindari lagi, mengingat harganya yang murah, warnanya lebih tahan lama, dan
pilihan warna yang lebih beragam jika dibandingkan dengan pewarna alami.
Namun tak dapat disangkal terdapat banyak resiko pewarnaan
Limbah pemakaian
kimiawi yang berakibat buruk bagi pengrajin maupun lingkungannya.
bahan kimia
Efek negatif pewarna kimiawi dalam proses pewarnaan oleh
dalam proses tenun
pengrajin tenun adalah risiko iritasi dan dampak paling berbahaya
berpotensi merusak
dapat terkena kanker kulit. Ini terjadi karena saat proses pewarnaan,
lingkungan jika
umumnya para perajin idak menggunakan sarung tangan sebagai
tidak diolah dengan
pengaman, kalaupun memakai, idak benar-benar terlindung secara
layak.
maksimal. Akibatnya, kulit tangan terus-menerus bersinggungan
dengan pewarna kimia berbahaya seperti Naptol yang lazim
digunakan dalam industri baik. Bahan kimia yang termasuk dalam
kategori B3 (bahan beracun berbahaya) ini dapat memacu kanker kulit.
Disamping itu pewarna sinteis memiliki sifat yang sulit terurai di alam. Apalagi umumnya
UKM maupun home industry banyak terdapat di daerah yang dekat dengan aliran sungai.
Sehingga apabila limbah tersebut dibuang ke badan air, maka akan mengakibatkan terjadinya
perubahan kualitas air. Penurunan kualitas air, diantaranya ditunjukkan dengan meningkatnya
kekeruhan air yang disebabkan adanya polusi zat warna, akan menghalangi masuknya cahaya
matahari ke dasar perairan dan mengganggu keseimbangan proses fotosintesis, ditambah lagi
adanya efek mutagenik dan karsinogen dari zat warna tersebut, membuatnya menjadi masalah
yang serius. Selain itu air limbah pewarna teksil di Indonesia rata-rata mengandung 750 mg/l
padatan tersuspensi, 500 mg/l BOD, dan 750-1500 mg/l COD (htp://one.indoskripsi.com). Nilai
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
83
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
Oleh karena itu air limbah ini harus diolah dengan baik sebelum dibuang ke badan
lingkungan. Masalah yang dihadapi masyarakat yang inggal didaerah sekitar kegiatan kerajinan
tenun Samarinda Seberang adalah ingkat pencemaran air tanah dan sungai yang sudah sangat
memprihainkan. Pencemaran ini disebabkan oleh air limbah hasil buangan industri yang idak
terkelola dengan baik. Masyarakat yang inggal di sekitar pengrajin umumnya menggunakan
air sungai dan air tanah sebagai sumber air untuk mencuci, mandi dan memasak. Tentu saja
hal ini sangat membahayakan karena kondisi air, tanah, dan sungai yang tercemar sangat
membahayakan kesehatan masyarakat karena mengandung unsur-unsur kimia korosif, polutan
organik dan ingkat keasaman yang cukup inggi.
Pengolahan limbah produksi juga diwajibkan bagi para penenun di Kampung Tenun.
Walikota Samarinda telah membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di kawasan
Kampung Tenun dengan menggunakan dana yang bersumber dari APBN. Tujuannya adalah
untuk menghasilkan aliran dan limbah padat atau lumpur yang cocok untuk pembuangan
atau penggunaan kembali terhadap lingkungan. Pembangunan IPAL tersebut adalah bentuk
komitmen pemerintah dalam mengembangkan kawasan Kampung Tenun di Kecamatan
Samarinda Seberang. Lahan yang dipersiapkan untuk membangun IPAL tersebut merupakan
bantuan dari pihak swasta melalui program Corporate Social Responsbility (CSR) sebagai bentuk
kepedulian perusahaan pertambangan di Samarinda.
Pemerintah Provinsi Kalim juga sangat mendukung pencanangan kawasan Samarinda
Seberang sebagai Kampung Tenun. Sehingga Pemerintah Kota Samarinda terus melakukan
pembenahan yang dimulai dari perbaikan rumah tua hingga perbaikan jalan termasuk
mempercanik Kampung Tenun dengan menyediakan pot bunga dan tempat sampah agar layak
dijadikan salah satu sarana objek wisata dan dapat dapat mendukung peningkatan ekonomi
masyarakat.
Namun berdasarkan hasil penelitian masih banyak para penenun yang tidak
memanfaatkan fasilitas IPAL yang telah dibangun oleh pemerintah kota Samarinda dikarenakan
jarak IPAL yang cukup jauh. Selain itu benang hasil proses pewarnaan yang dilakukan di fasilitas
IPAL idak dapat dijamin keamanannya, mengingat benang tersebut memiliki nilai ekonomis
yang cukup inggi, kurang lebih seharga Rp50.000 per gincir. Para penenun lebih memilih
untuk melakukan proses pewarnaan di sungai dekat rumah mereka yang tentu saja berpotensi
merusak lingkungan.
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
ini jauh melebihi standar baku mutu lingkungan (Agusina.Dkk, 2011). Limbah pewarna yang
dibuang sembarangan juga bisa mencemari lingkungan. Ekosistem sungai rusak. Akibatnya,
ikan-ikan mai dan air sungai idak dapat dimanfaatkan lagi (Agusina, dkk., 2013).
84
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 5 - Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
N
O
W
!
.d o
o
m
o
.c
m
C
lic
k
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Bab 6 - Rekomendasi: Perpaduan Ekonomi Kreatif dan Penyelamatan Budaya
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
BAB 6
Rekomendasi:
Perpaduan Ekonomi Kreatif
dan Penyelamatan Budaya
6.1. Gambaran menyeluruh Kampung Tenun
Secara umum Kampung Tenun memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Hanya
saja belum dapat dimaksimalkan. Salah satu potensi yang belum tergali adalah dukungan
pemerintah yang cukup besar, termasuk diantaranya pencanangan Kampung Tenun sebagai
daerah desinasi wisata budaya. Pencanangan tersebut memberikan peluang yang sangat
luas bagi penduduk lokal untuk memberikan andil. Pemberdayaan ekonomi kreaif di sektor
pendukung wisata Kampung Tenun masih terbuka lebar untuk dikembangkan, diantaranya
adalah restoran, hotel, tempat parkir yang representaif, pemandu wisata dari penduduk
setempat, galeri, showroom produk dan lokasi usaha yang dapat berfungsi sebagai workshop
yang menjadi fokus dalam pengembangan wisata budaya. Selain itu peran pemerintah dalam
pergeseran fungsi kain tenun Samarinda yang sebelumnya hanya berfungsi sebagai sarung
menjadi busana, memberikan angin segar dalam pengembangan potensi sarung tenun.
Diharapkan pergeseran fungsi tersebut mampu menciptakan pasar yang jauh lebih luas dan
akan berpengaruh posiif pada permintaan tenun.
Selain itu penyerapan tenaga kerja di sektor kerajinan rumah tangga yang cukup besar
mampu menopang perekonomian keluarga. Sektor ini menyerap tenaga kerja dari lapisan
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
85
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
6.2. Kampung Tenun: Perpaduan Ekonomi Kreatif dan
Penyelamatan Budaya
Tak dapat dipungkiri bahwa perkembangan tenun Sarung Samarinda idak lepas dari
berbagai kendala. Seperi halnya yang umum dihadapi pelaku usaha UMKM di Indonesia,
hampir di seiap aspek terdapat kendala yang menyebabkan tenun Sarung Samarinda belum
dapat dikembangkan menjadi sebuah industri ataupun klaster.
Inovasi Produk, Moif dan Corak Tenun
Berdasarkan pengamatan di lapangan dan hasil
Inovasi produk, motif dan
wawancara mendalam yang dilakukan dengan penenun,
corak tenun mencakup
penghani dan pedagang pengumpul, dapat diambil
pengembangan industri
kesimpulan bahwa masalah utama yang dirasakan para
hilir, pengkayaan motif
penenun adalah permintaan pasar yang idak stabil.
dan desain sesuai selera
Jika ditelusuri lebih jauh, masalah ini berakar pada daya
pasar, peningkatan
serap pasar yang rendah. Arinya pasar atau konsumen
minat dan kecintaan
idak memiliki keinginan untuk membeli tenun Sarung
terhadap produk tenun,
Samarinda secara kontinyu. Hal ini dapat dipahami
dan peningkatan
karena produk jadi tenun Samarinda masih dalam bentuk
k e t e r a m p i l a n
sarung yang pada jaman dahulu menjadi kebutuhan
pengrajin.
utama. Begitu pula pada pemanfaatan sarung pada
suku-suku di tanah air menjadi barang subsitusi celana
atau rok. Namun seiring kemajuan jaman dan terjadinya
pergeseran nilai yang mengarah pada modernisasi, fungsi sarung idak mampu lagi
menjadi barang subsitusi. Seperi yang diketahui bersama fungsi sarung sendiri terbatas
hanya pada kegiatan tertentu yaitu untuk kegiatan ibadah ataupun kegiatan adat.
86
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
manapun tanpa mensyaratkan ingkat pendidikan tertentu. Warga Kampung Tenun yang
memiliki ingkat pendidikan yang rendah, putus sekolah atau idak pernah mengenyam
pendidikan sekalipun dapat memberikan kontribusi bagi perekonomian keluarga. Hasil
peneliian menunjukkan sebanyak 210 penenun yang tercatat di Kelurahan Masjid dan Baqa
mampu menjadi penggerak perekonomian rumah tangga dengan besaran omset mencapai
Rp285.000.000 pertahun (diingkat pedagang pengumpul) melalui produksi opimum 216 unit
sarung pertahun.
1.
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 6 - Rekomendasi: Perpaduan Ekonomi Kreatif dan Penyelamatan Budaya
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
.c
N
O
W
!
m
C
lic
k
.d o
o
o
m
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Bab 6 - Rekomendasi: Perpaduan Ekonomi Kreatif dan Penyelamatan Budaya
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
Mengingat tenun Sarung Samarinda merupakan produk industri hulu, maka diperlukan
upaya dalam membangun industri hilir guna memberikan nilai tambah pada produk.
Industri hilir berupaya memodiikasi kain tenun idak hanya menjadi sarung namun
menjadi pilihan busana atau bentuk lain yang memenuhi selera konsumen sekaligus
menjadi ciri khas budaya Samarinda.
Pemenuhan selera konsumen idak hanya pada pergeseran produk tenun yang semula
berbentuk sarung menjadi busana, namun penenun harus merubah pola pikir bahwa
pelanggan merupakan iik awal dalam melakukan perubahan. Penenun harus mampu
keluar dari pakem-pakem sebelumnya saat menciptakan moif dan melakukan inovasi
usaha agar tetap bertahan sesuai keinginan pasar. Namun demikian bukan berari
meninggalkan model lama yang telah menjadi ciri khas dan dikenal masyarakat luas. Hal
ini dicontohkan oleh tenun Troso di Jepara yang mampu memadukan beberapa moif
dari daerah lain sehingga membuat moif baru tenun Troso. Selain itu pengembangan
produk tenun yang dipadukan dengan baik menciptakan perpaduan yang sangat unik
sehingga menghasilkan ciri khas tenun baik Troso dengan moif Jepara. Hasilnya, tenun
Troso dapat mengikui perkembangan zaman serta dapat menambah pengayaan moif
tenun Troso yang telah ada.
Untuk keluar dari pakem moif yang telah diwarisi turun-temurun bukanlah hal yang
mudah, diperlukan sebuah keberanian dan inovasi untuk keluar dari tradisi yang
mengakar. Untuk itu penenun harus belajar banyak dari industri tenun yang lebih
berkembang. Selain itu mempelajari moif dan desain yang memenuhi selera konsumen
membutuhkan pengamatan, pembelajaran, eksperimen serta pelaihan yang bisa
diperoleh dari kemitraan yang dijalin dengan desainer nasional. Untuk itu peran akif
Pemerintah, Dekranas, SKPD maupun pemerhai tenun Samarinda sangat dibutuhkan
untuk memberikan bantuan baik dalam memfasilitasi pelaihan, pembiayaan, membuka
jaringan, promosi dan kegiatan lainnya.
Selain mempelajari pola-pola desain yang lebih inovaif melalui bimbingan desainer,
pada dasarnya moif kotak-kotak yang menjadi ciri khas tenun Sarung Samarinda sudah
mewakili selera moif pada umumnya. Namun dalam aplikasi moif busana baik untuk
kemeja, kaos ataupun baju resmi, moif asli tenun Samarinda masih kurang diminai. Hal
ini dikarenakan penggunaan warna yang mencolok, perpaduan warna yang idak harmonis
serta penggunaan moif kotak yang terlalu besar sehingga idak memberikan aksen yang
pas sebagai moif pilihan berbusana. Menurut sebagian besar masyarakat yang menjadi
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
87
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
Berbagai cara ditempuh untuk menumbuhkan minat dan kecintaan akan tenun Sarung
Samarinda. Salah satunya mengadakan event ataupun kegiatan lomba kreasi dan fashion
corak Sarung Samarinda. Tujuannya agar corak dan moif tersebut dapat berkembang
dan diminai. Kreasi tenun Sarung Samarinda dengan moif lebih lembut dan bernilai seni
esteika akan memiliki aksen tambahan yang mempermanis tampilan sehingga dapat
digunakan sebagai pilihan berbusana konsumen.
Sebenarnya Pemerintah Daerah telah menginisiasi pergeseran fungsi tenun yang
semula sarung menjadi busana melalui kebijakan yang dituangkan dalam peraturan
walikota, pencanangan tenun sebagai heritage Kota Samarinda dan berbagai upaya lain.
Namun, jika bukan penenun yang memposisikan diri untuk merubah pola pikir menjadi
entrepreneur, maka kebijakan yang telah diinisiasi pemerintah akan sia-sia karena
bersifat jangka pendek. Langkah yang paling tepat adalah membuat strategi untuk jangka
panjang melalui inovasi produk tenun sarung itu sendiri. Harapannya inovasi tersebut
akan menciptakan permintaan sehingga secara alami akan meningkatkan daya serap
produk tenun di mata konsumen.
Di sisi lain, terbatasnya jumlah penenun yang memiliki kemampuan matemais dalam
melakukan proses penghanian menyebabkan moif idak dapat berkembang atau
cenderung monoton. Jika masalah utama ini idak teratasi maka bentuk perubahan
desain moif idak akan berhasil. Besarnya peran penghani dalam membuat moif kain
tenun memiliki posisi yang linier terhadap perubahan moif. Proses ini sangat pening
karena merupakan proses awal sebelum memasuki proses ini bertenun. Keberhasilan
penentuan moif dan harmonisasi warna dimulai dari proses ini.
Oleh karena itu perubahan moif dan desain tenun Samarinda harus diikui oleh pelaihan
yang dikhususkan dalam teknik menghani. Perlu dilaksanakan pelatihan dengan
mendatangkan penghani dari daerah lain atau benchmark industri tenun lain yang sudah
lebih maju dalam manajemen dan menggunakan teknologi produksi yang lebih maju.
Subsitusi Bahan Baku
Bahan baku benang tenun Samarinda adalah benang sutera jenis warm silk dan spun silk.
Para penenun lebih menyukai benang sutera jenis spun silk yang memiliki karakterisik
kain yang lebih halus, idak kusut, jenis kain jatuh dan juga nyaman dipakai. Benang
88
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
peserta Focus Group Discussion, jika idak ada inovasi moif yang digunakan, siapapun
yang menggunakan busana modiikasi tenun Sarung Samarinda masih dipersepsikan
seperi menggunakan sarung.
2.
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 6 - Rekomendasi: Perpaduan Ekonomi Kreatif dan Penyelamatan Budaya
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
.c
.d o
m
o
m
o
c u -tr a c k
C
lic
k
to
bu
y
bu
C
lic
k
to
w
w
w
.d o
w
er
Bab 6 - Rekomendasi: Perpaduan Ekonomi Kreatif dan Penyelamatan Budaya
w
w
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
sutera jenis ini diimpor langsung dari Cina oleh imporir di Jawa, dan dibeli oleh penenun
seharga Rp2.350.000 hingga Rp2.375.000 per pack. Menurut penenun, alasan mereka
memilih menggunakan benang sutera impor dari Cina dibandingkan benang sutera lokal
adalah harga yang lebih murah. Hal ini dikarenakan proses produksi benang sutera di
Cina sudah menggunakan mesin atau mekanisasi di seiap lini produksi sehingga dapat
menghemat biaya tenaga kerja dan menghasilkan jumlah benang yang lebih banyak.
Struktur biaya produksi secara dominan ditopang oleh biaya bahan baku yang inggi,
dan akan sangat mempengaruhi ingkat keuntungan yang bisa diperoleh. Hal ini menjadi
kendala tersendiri bagi penenun, mengingat penenun idak memiliki modal yang cukup
besar dalam menjalankan usahanya.
Solusi awal dalam mengatasi permasalahan mahalnya
benang tenun ini adalah membuat dan memperkenalkan
produk turunan atau menggani benang jenis sutera spun
silk dengan benang subsitusi yaitu berupa benang katun
jenis PE yang memiliki keunggulan idak kusut apabila
dicuci, tidak luntur untuk bahan berwarna, mudah
disablon, menyerap keringat serta idak berbulu, atau
benang katun jenis CSM yang sangat halus, idak susut
dan sangat nyaman dipakai. Penggunaan bahan baku
pengganti tersebut dapat mengatasi permasalahan
mahalnya bahan baku yang sudah ada sejak dulu.
Benang substitusi
dapat menjadi alternatif
solusi permasalahan
menyangkut mahalnya
bahan baku benang
spun silk yang biasa
digunakan pengrajin.
Selain itu pada ingkatan subsitusi yang lebih inggi lagi, penenun dapat melakukan
inovasi terhadap bahan baku alami seperi serat alam yang dikombinasikan dengan
sutera. Seperi yang dilakukan oleh Huda penenun Troso di Jepara, yang memiliki inovasi
merancang kombinasi sutra dengan limbah serat akarwangi, sutra dengan limbah bulu
ayam kampung, sutra dengan tembaga, bahkan sutra dengan tali raia (Alamsyah, dkk.,
2013). Tentu produk tenun memiliki nilai tambah yang cukup inggi karena keunikan bahan
baku yang digunakan sehingga penenun memiliki banyak metode dalam penetapan harga
yang didasarkan oleh inovasi produk. Penambahan nilai inilah yang nani akan bermuara
pada segmentasi produk.
Mengatasi permasalahan ingginya harga perolehan bahan baku, diperlukan indakan
bersama untuk dapat menurunkan biaya produksi. Diantaranya adalah membentuk
wadah usaha dan pembiayaan seperi koperasi yang berfungsi memfasilitasi penenun
untuk menjalin kerjasama dengan supplier.
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
89
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
3.
Pemasaran Produk Bersama
Menghadapi kondisi yang dihadapi oleh penenun,
diperlukan peran nyata pihak terkait yang kompeten.
Misalnya dengan memfasilitasi UMKM atau membentuk
koperasi untuk melakukan perjanjian long term (jangka
panjang) pembelian dengan buyer atau bentuk joint
inancing scheme (pembiayaan bersama) untuk kualitas
produk yang disyaratkan. Koperasi selain berfungsi
sebagai fasilitator dapat memiliki fungsi lain sebagai
wadah dalam distribusi pemasaran. Koperasi dapat
membuat labelling atau pengemasan produk, sehingga
penenun tidak kekurangan akses dalam menjual
produknya.
Keberadaan koperasi
tenun dapat dijadikan
sebagai fasilitator untuk
pengadaan bahan baku
dengan harga yang
lebih murah sekaligus
untuk pemasaran
dengan jangkauan
yang lebih luas.
Selain itu cara lain mengatasi kendala pemasaran adalah mengakikan peran kelompok
dan memperkuat jejaring yang sudah ada pada kelompok akif, melalui pemasaran
yang lebih besar misalnya melalui promosi dan pameran. Keika ada pesanan produk
dalam jumlah yang lebih besar, kelompok yang kurang akif dan idak akif dapat diajak
bekerjasama menyelesaikan order sehingga mendapatkan kesempatan yang sama dalam
menjalankan usaha.
Peningkatan Sumber Daya Manusia
Berbagai kendala yang dihadapi oleh penenun pada dasarnya dapat diatasi. Hal ini
tergantung pada kualitas sumber daya manusia. Aspek sumber daya manusia ini menjadi
pening karena salah satu faktor penentu keberhasilan kinerja suatu organisasi bisnis
adalah pengelolaan SDM dan perilaku manusianya yang akan menjalankan berbagai
aspek manajemen lainnya (Purnomo, 2010).
Pembinaan UMKM selama ini masih meniikberatkan pada aspek pemasaran, pengelolaan
organisasi, aspek produksi, dan aspek keuangan. Aspek sumber daya manusia khususnya
90
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
Masalah klasik yang kerapkali dirasakan oleh pelaku UMKM adalah kendala pemasaran.
Hal serupa juga dirasakan oleh penenun. Informasi pasar sangat terbatas, hanya
perorangan atau kelompok tertentu yang mempunyai akses terhadap pembeli langsung.
Hal ini merupakan salah satu faktor tujuan pemasaran beriorientasi lokal dengan
memperebutkan pasar yang sudah ada, idak termoivasi untuk memperluas pasar,
sehingga mendorong terjadinya persaingan pada ingkat harga bukan kualitas dan
pemasaran tergantung pada perantara/pedagang antara (Bank Indonesia, 2006).
4.
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 6 - Rekomendasi: Perpaduan Ekonomi Kreatif dan Penyelamatan Budaya
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
.c
N
O
W
!
m
C
lic
k
.d o
o
o
m
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Bab 6 - Rekomendasi: Perpaduan Ekonomi Kreatif dan Penyelamatan Budaya
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
yang menekankan pada kepribadian individual prakisi UMKM itu sendiri masih belum
mendapat perhaian seperi halnya aspek-aspek manajemen yang lain. Hasil peneliian
Cassel, et al (2002) terhadap perusahaan UMKM menunjukan bahwa praktek pengelolaan
manajemen SDM menentukan kesuksesan perusahaan tersebut dalam mencapai
tujuannya. Termasuk diantaranya adalah ideniikasi potensi permasalahan individu yang
memiliki dampak terhadap kinerja usaha penenun.
Dilihat dari historisnya, mayoritas sentra-sentra tenun yang berada di seluruh Indonesia
merupakan industri rumah tangga yang merupakan usaha sampingan. Karakterisik usaha
sampingan biasanya ditandai dengan karakter individual pelaku yang belum memiliki
jiwa enterprenurship, kurangnya komitmen koninuitas terhadap pekerjaan yang digelui,
moivasi dan ingkat keyakinan diri (self eicacy) yang rendah terhadap keberhasilan
menjalankan usaha secara mandiri yang ditandai perilaku apais dalam melaksanakan
usaha, akiitas masih terpusat pada kesibukan masing-masing diluar akiitas menenun
serta belum terbukanya keterikatan internal satu sama lain sehingga upaya membangun
kepercayaan (trust building) sulit dilakukan. Tingkat kepercayaan pelaku dan antar pelaku
rendah yang direpresentasikan dengan modal sosialnya rendah, mendorong saling
menyembunyikan informasi pasar dan teknik produksi. Dari pengamatan terlihat bahwa
persaingan diantara penenun cukup inggi, antara lain dalam hal penetapan harga jual,
informasi pembeli dan pengembangan moif.
Hal ini sangat disayangkan karena kesuksesan sebuah
Pelatihan magang dan
bisnis ditentukan oleh karakterisik individual pelaku
studi banding bertujuan
UMKM. Karakteristik individual bersifat melekat
untuk transfer
dalam diri individu yang bisa berubah-ubah atau stabil
knowledge mengenai
sepanjang waktu. Karakteristik individu yang dapat
manajemen dan jiwa
berubah-ubah terbentuk karena adanya situasi tertentu
kewirausahaan dari
atau pengalaman tertentu (Taormina dan Lao., 2007).
pengrajin tenun yang
Karakterisik penenun yang digambarkan bersifat apais
telah berhasil.
terhadap kelangsungan usaha pada dasarnya dapat
diubah jika ada pengalaman dan pembelajaran langsung
dengan melakukan pelaihan magang dan studi banding
dengan industri tenun lain yang lebih berkembang. Arinya terdapat proses transfer
knowledge mengenai manajemen dan jiwa kewirausahaan yang dilakukan oleh penenun
yang telah berhasil. Harapannya akan terjadi perubahan sikap, nilai-nilai dan kepercayaan
pengusaha sendiri sehingga dapat mengidentifikasi dan mengimplementasikan
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
91
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
Kegiatan magang dapat dilaksanakan di pusat-pusat klaster tenun yang telah berhasil
seperi Jepara, Banyumas, Sumatera Barat atau Bali yang mayoritas para pengusaha
tenun tersebut memiliki kepribadian agreeableness dan self-eicacy yang cukup inggi.
Agreeableness adalah kepribadian yang menggambarkan bahwa individu memiliki
sifat-sifat antara lain suka bekerja sama, dapat dipercaya, penuh perhaian dan baik
pada orang lain, suka menolong, idak memeningkan diri sendiri, pemaaf, dan idak
suka berselisih dengan orang lain. Hal ini menunjukan bahwa pengusaha yang mampu
mencapai kesuksesan usahanya adalah individu yang terbuka, mudah bergaul, dan penuh
toleransi di dalam masyarakat. Kepribadian agreeableness tentu sangat diperlukan dalam
menjalankan usaha karena dalam jangka waktu panjang para pengusaha akan banyak
berinteraksi dengan orang lain (Purnomo, 2010).
Selain itu, kinerja UMKM juga ditentukan oleh self-eicacy atau yang dikenal dengan
keyakinan diri seseorang dalam menjalankan suatu pekerjaan. Arinya, para pengusaha
yang memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu menjalankan usaha tertentu atau dirinya
yakin bahwa kemampuan yang dimilikinya dapat digunakan untuk menjalankan usaha
akan cenderung untuk bisa mencapai kesuksesan dalam usaha yang dijalankannya itu.
Kesuksesan pelatihan dapat diukur melalui reaksi penenun terhadap pelatihan,
pemahaman terhadap materi pembelajaran dan perubahan perilaku pasca program
pelatihan. Diharapkan pelatihan kewirausahaan dengan metode magang akan
memberikan pencerahan, mengembangkan kreaiitas dan ide, menumbuhkan inovasi,
dan mendorong kemajuan usaha yang lebih baik lagi (Purnomo, 2010).
Mengukur kemampuan sumber daya manusia idak bisa lepas dari kapasitas opimum
produksi yang dihasilkan. Menilik proses produksi yang seluruhnya masih tradisional
dengan produksi opimum hanya bisa menghasilkan 1 sarung dalam jangka waktu 2-3
hari dengan jumlah penenun yang terbatas (hanya sekitar 210 orang), diprediksi akan sulit
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
perubahan teknis, budaya atau perubahan lain yang dibutuhkan (Dessler, 2008). Ini
mutlak dilakukan dalam upaya pengembangan Kampung Tenun menjadi industri rumah
tangga yang mandiri, diperlukan perubahan mendasar karakterisik individu pengusaha
tenun didalamnya. Dimulai dari perubahan pola pikir bahwa tenun Sarung Samarinda
bukanlah usaha sampingan tetapi merupakan mata pencaharian utama dalam memenuhi
kebutuhan pokok sehingga diperlukan jiwa kewirausahaan yang berani mengambil
resiko untuk berinovasi agar dapat bertahan dan mengembangkan usaha tenun sarung
Samarinda. Dibutuhkan moivasi, komitmen dan kesediaan pelaku untuk keluar dari
pakem serta pemikiran tradisional agar mampu mengadaptasi perubahan pasar.
92
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 6 - Rekomendasi: Perpaduan Ekonomi Kreatif dan Penyelamatan Budaya
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
.c
N
O
W
!
m
C
lic
k
.d o
o
o
m
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Bab 6 - Rekomendasi: Perpaduan Ekonomi Kreatif dan Penyelamatan Budaya
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
memenuhi permintaan pasar yang sifatnya mass product.
Untuk memenuhi
Pemenuhan ini dapat diatasi dengan kemungkinan
permintaan pasar yang
kombinasi mekanisasi dan ATBM. Pemenuhan jumlah
sifatnya mass product,
produksi melalui proses mekanisasi tentu saja akan
kombinasi mekanisasi
menimbulkan pro kontra baik dari penenun maupun
dan ATBM dapat
pemerhai tenun Sarung Samarinda. Nilai dan budaya
menjadi salah satu
yang terkandung dalam produk hand made tenun
solusi.
dianggap akan berkurang. Namun kekurangan ini
dapat menjadi kesempatan bagi penenun membuat
segmentasi produk tenunan yang dihasilkan. Penenun
dapat membagi kelompok konsumen yang berbeda sesuai kebutuhan, karakterisik
atau perilaku yang berbeda. Oleh karena itu penenun dituntut mampu mengideniikasi
dan menganalisis perbedaan kebutuhan konsumen. Seperi halnya baik yang telah
membuat segmentasi produknya berdasarkan kriteria baik tulis, baik cap dan baik
melalui proses mekanisasi, maka tenun Sarung Samarinda dapat menerapkan strategi
produk yang sama. Produk tenun Sarung Samarinda tersegmentasi berdasarkan; 1)
kualitas tenunan; 2) orisinalitas proses produksi tradisional 3) inovasi moif dan bahan
baku yang menggunakan kombinasi serat dan pewarnaan alami.
Faktor sumber daya manusia juga turut menyumbang kendala dalam basis kekuatan
finansial penenun. Minimnya informasi dalam penetapan harga jual kemudian
menyebabkan dalam keadaan tertentu, usaha Sarung Samarinda kemudian menjadi idak
bankable. Secara sederhana, harga sebuah produk ditentukan oleh (1) biaya produksi,
(2) ingkat laba yang ingin diperoleh, dan (3) harga pesaing. Kurangnya informasi dalam
menetapkan harga jual mereduksi keuntungan yang potensial diperoleh penenun.
Penenun menetapkan harga secara tradisional yakni hanya dengan mengkalkulasi
biaya yang dikeluarkan yakni biaya pembelian bahan baku benang dan pewarna,
biaya penghanian, dan biaya pengemasan, kemudian ditambahkan dengan mark up
laba. Sayangnya penenun idak memperhitungkan biaya tenaga kerja, karena dalam
anggapan penenun, mereka idak memperkerjakan orang lain untuk menenun melainkan
memanfaatkan tenaga sendiri untuk menghasilkan produk tenun. Mark up laba yang
ditentukan pun dalam presentase yang cukup rendah, terutama untuk produk tenun
sarung laki-laki.
Masalah klasik lainnya yang dihadapi oleh pelaku UMKM adalah minimnya kesadaran
dokumentasi laporan keuangan meskipun secara sederhana. Sementara, kredit perbankan
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
93
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
Perlu adanya pergeseran persepsi mengenai penetapan
Dokumen transaksi
harga Sarung Samarinda dan dokumentasi keuangannya.
keuangan mutlak
Adanya transfer knowledge dari penenun yang lebih
diperlukan untuk
maju di daerah lain mengenai penetapan harga dapat
membantu pengrajin
menjadi salah satu solusi dari permasalahan ini.
menetapkan harga jual
Sharing pengalaman dan pengetahuan ini diharapkan
dan margin keuntungan
mampu merubah persepsi dan membuka wawasan
serta sebagai prasayarat
penenun terkait dengan penetapan harga. Demikian
untuk pengajuan kredit
pula halnya dengan pengadaan dokumentasi keuangan.
perbankan.
Melalui transfer knowledge terkait dengan hal tersebut
diharapkan penenun dapat merubah persepsinya bahwa
pening untuk mendokumentasikan mutasi keuangan
yang dilakukannya terkait dengan proses produksi dan penjualan Sarung Samarinda.
Solusi kelembagaan melalui pembentukan lembaga keiga/koperasi juga dapat dilakukan
untuk turut berparisipasi dalam penetapan harga jual dan menjaga stabilitasnya.
Selain itu lembaga ini juga dapat melakukan pendampingan sehubungan dengan
pendokumentasian keuangan.
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
mensyaratkan adanya laporan keuangan, minimal catatan pribadi sederhana yang dapat
menjadi bahan perimbangan persetujuan kredit. Keadaan ini dialami pula oleh penenun
Sarung Samarinda, dimana jumlah produksi dan penjualan idak terekam dengan baik.
94
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 6 - Rekomendasi: Perpaduan Ekonomi Kreatif dan Penyelamatan Budaya
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
w
PD
w
y
bu
ie w
!
W
O
N
er
.c
o
m
Ǥ
Ǥ
ǡ
Ǥ
Ǥ
Ǥ
Ǥ
Ǥ
PD
XC
w
b
m
w
!
W
O
.c
o
h a n g e Vi
e
to
c u -tr a c k
k
lic
C
.d o
F-
w
95
Ȁ
er
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
Bab 6 - Rekomendasi: Perpaduan Ekonomi Kreatif dan Penyelamatan Budaya uy N
ǣ
Ǥ
Ǥ
w
hange V
to
c u -tr a c k
k
lic
XC
C
.d o
F-
w
Gambar 6.1.
Pemetaan Kendala dan Rekomendasi dalam Upaya Penyelamatan Sarung Samarinda sebagai Warisan Budaya
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
Prinsip pengembangan kampung wisata adalah sebagai salah satu produk wisata
alternaif yang dapat memberikan dorongan bagi pembangunan daerah yang berkelanjutan
serta memiliki prinsip- prinsip pengelolaan antara lain, ialah: (1) Memanfaatkan sarana dan
prasarana masyarakat setempat, (2) Menguntungkan masyarakat setempat, (3) Berskala kecil
untuk memudahkan terjalinnya hubungan imbal balik dengan masyarakat setempat, (4)
melibatkan masyarakat setempat, (5) Menerapkan pengembangan produk wisata, dan beberapa
kriteria yang mendasarinya seperi antara lain:
1.
Penyediaan fasilitas dan prasarana yang dimiliki masyarakat lokal yang biasanya
mendorong peran serta masyarakat dan menjamin adanya akses ke sumber fisik
merupakan batu loncatan untuk berkembangnya desa wisata.
2.
Mendorong peningkatan pendapatan dari sektor pertanian dan kegiatan ekonomi
tradisional lainnya.
Menurut Sastrayuda (2010), idak semua kegiatan pariwisata yang dilaksanakan di desa
adalah benar-benar bersifat desa/kampung wisata. Oleh karena itu agar dapat menjadi pusat
perhaian pengunjung, kampung tersebut pada hakikatnya harus memiliki hal yang pening,
antara lain:
1.
Keunikan, keaslian, sifat khas
2.
Letaknya berdekatan dengan daerah alam yang luar biasa
3.
Berkaitan dengan kelompok atau masyarakat berbudaya yang secara hakiki menarik
minat pengunjung.
4.
Memiliki peluang untuk berkembang baik dari sisi prasarana dasar, maupun sarana
lainnya.
Ekonomi kreaif secara historis telah menjadi
tradisi dan bagian dari akiitas ekonomi masyarakat
Kampung tenun masa lalu. Oleh karena itu, jika
ekonomi kreatif di Kampung tenun masih eksis,
itu menunjukkan bahwa tradisi ekonomi tersebut
masih sangat kuat mengakar. Bila tenun Sarung
Samarinda dikembangkan menjadi tujuan wisata maka
keberadaannya dapat menumbuhkan perkembangan
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
Pengembangan Kampung
Tenun sebagai daerah tujuan
wisata harus terintegrasi dan
melibatkan stakeholders dari
be r ba g a i ka l a n g a n s e p e r t i
pemerintah, pengusaha/swasta,
asosiasi, dan lainnya.
.d o
m
o
.c
6.3. Industrialisasi Sederhana Kampung Tenun Sebagai
Destinasi Wisata
96
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 6 - Rekomendasi: Perpaduan Ekonomi Kreatif dan Penyelamatan Budaya
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
.c
.d o
m
o
m
o
c u -tr a c k
C
lic
k
to
bu
y
bu
C
lic
k
to
w
w
w
.d o
w
er
Bab 6 - Rekomendasi: Perpaduan Ekonomi Kreatif dan Penyelamatan Budaya
w
w
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
aspek-aspek yang lain seperi munculnya hotel atau wisma, hadirnya penjual makanan dan
minuman, perencana perjalanan wisata (tour operator), agen perjalanan (travel agent),
industri kerajinan (handycrats), dan pramuwisata (guiding). Integrasi tenun Sarung Samarinda
dan pariwisata akan memunculkan perkembangan prasarana ekonomi, seperi jalan raya,
jembatan, terminal, serta prasarana yang bersifat public uiliies. Pariwisata sebagai industri
jasa yang digolongkan sebagai industri keiga (teriary industry) peranannya cukup pening
dalam menetapkan kebijaksanaan tentang kesempatan kerja (Sastrayuda, 2010).
Semenjak dicanangkan sebagai wisata budaya Kampung Tenun, Pemerintah Kota
Samarinda mulai menggalakkan berbagai kegiatan yang mendukung kebijakan tersebut, karena
idak dapat dipungkiri lingkungan yang kondusif memiliki peran yang sangat besar dalam
keberhasilan wisata budaya. Namun idak dapat dipungkiri pula bahwa pemerintah harus
bekerja lebih keras lagi dalam mewujudkan programnya.
Selain itu kondisi lingkungan tempat inggal penenun yang terkesan kotor dan kumuh
menjadi sebuah kendala besar dalam implementasi program wisata Kampung Tenun. Sampah
plasik yang berserakan dimana-mana, jemuran pakaian warga yang ditempatkan di halaman
rumah, jarangnya tanaman hijau menjadikan Kampung Tenun jauh dari kondisi daerah layak
wisata. Padahal arsitektur Kampung Tenun memiliki kekhasan tersendiri. Bentuk rumah
panggung yang berjejer-jejer dan saling berdekatan antara satu warga dan lainnya yang berdiri
diatas rawa maupun aliran anak sungai Mahakam memiliki suasana yang cukup eksois ditambah
dominasi kayu ulin sebagai bahan utama bangunan rumah.
Desa wisata merupakan representasi dari berbagai
keunikan kehidupan masyarakat desa yang mengedepankan
kehidupan orisinal, penuh filosofi, budaya dan sikap
penduduknya. Tak terlepas dari wisata Kampung Tenun yang
merupakan cerminan dari peninggalan budaya. Wisata yang
ditawarkan oleh Kampung Tenun ini pada dasarnya harus
memiliki sesuatu yang bersifat khas yang mewakili eksistensi
budaya masyarakatnya, yaitu tenun Samarinda. Eksistensi
ini dapat ditunjukkan dengan keberadaan showroom dan
workshop yang menjadi ciri khas daerah tersebut dan
merupakan industri sederhana tenun Samarinda.
Galeri terpadu yang
berfungsi sebagai
showroom sekaligus
workshop mutlak
diperlukan untuk
menunjang Kampung
Tenun sebagai daerah
tujuan wisata.
Showroom adalah tempat untuk memajang atau melakukan display hasil produksi.
Biasanya showroom ini bentuknya adalah toko yang menjual berbagai jenis produk
(Alamsyah.,Dkk. 2013). Namun di sayangkan, Kelurahan Baqa dan Masjid sebagai penghasil
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
97
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
Keberadaan Kampung Tenun memiliki keunikan tersendiri. Hampir di seiap teras rumah
warga memiliki alat produksi tenun yang berfungsi sebagai workshop. Workshop adalah bengkel
kerja atau display proses produksi dalam sebuah kegiatan. Berkaitan dengan industri tenun
Samarinda, selain melalui media showroom, keberadaan workshop cukup pening dalam
memperkenalkan proses produksi dan menarik wisatawan.
Workshop tenun Samarinda pada dasarnya merupakan proses pembuatan kain tenun
yang dimulai dari tahap awal, yaitu dari bahan benang hingga diproses menjadi kain. Hampir
sebagian besar pengusaha dan pengrajin yang diwawancarai pada dasarnya sangat mendukung
display proses produksi di seiap shoowroom. Menurutnya, display proses produksi di showroom
akan memberi manfaat kepada para penenun dan pengusaha. Pengrajin akan mendapatkan
manfaat karena bila pembeli banyak maka akan berpengaruh terhadap pesanan pengusaha
ke penenun.
Tidak ada kendala dalam display proses produksi, karena alat tenun idak membutuhkan
lahan khusus melainkan hanya ditempatkan di teras maupun bagian bawah panggung rumah.
Namun idak semua display proses produksi dapat dilakukan oleh penenun, karena seluruh
proses produksi masih dilakukan penenun sendiri. Hal ini disebabkan display proses produksi
membutuhkan tempat yang luas, memperimbangkan masalah kebersihan, dan membutuhkan
pekerja dan peralatan yang banyak apalagi saat proses pewarnaan dan pencelupan. Namun
demikian display proses produksi dapat direalisasikan dan akan eisien pada tahapan tertentu
yaitu proses tenun yang menggunakan alat gedokan. Pada tahapan pembuatan kain ini, tempat
yang dibutuhkan lebih sedikit dan kebersihan tetap terjaga.
Selain itu, selama ini dalam memproduksi tenun belum ada spesialisasi pekerjaan
yang dilakukan oleh pihak lain, sehingga industri tenun Samarinda idak terlalu banyak
menyerap tenaga kerja di seiap lini produksi. Padahal jika masing-masing proses dapat
dilakukan spesialisasi akan semakin menambah keragaman proses produksi yang dapat dilihat
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
industri tenun jarang ditemui pengusaha tenun Samarinda yang mempunyai showroom.
Beberapa showroom yang terletak dipinggir jalan besar idak memiliki koleksi yang memadai.
Hanya beberapa showroom milik pengumpul yang memiliki koleksi tenun yang lengkap. Itupun
idak memiliki latar belakang pengrajin tenun asli, sehingga jika dibutuhkan penggalian informasi
terkait berbagai moif dan ragam tenun idak dapat memberikan informasi yang komprehensif.
Padahal dengan adanya showroom sangat membantu bagi para pekerja, pengrajin, dan
pengusaha dalam memperoleh pendapatan. Pekerja dan pengrajin cukup tergantung terhadap
eksistensi showroom. Oleh karena itu keberadaan showroom cukup strategis dan vital.
98
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 6 - Rekomendasi: Perpaduan Ekonomi Kreatif dan Penyelamatan Budaya
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
.c
N
O
W
!
m
C
lic
k
.d o
o
o
m
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Bab 6 - Rekomendasi: Perpaduan Ekonomi Kreatif dan Penyelamatan Budaya
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
oleh wisatawan. Menguip kajian yang dilakukan Bank Indonesia (2006), dari pengalaman
pembinaan IKM/UMKM, untuk pengembangan klaster dibutuhkan suatu holding usaha
bersama. Holding ini bertugas untuk memenuhi kebutuhan klaster, misalnya kebutuhan ahli
desain produk, ahli pemasaran dan seterusnya. Holding ini harus bekerja profesional sesuai
dengan keahlian yang diperlukan klaster untuk berkembang. Untuk industri tenun, spesialisasi
pekerjaan dapat dilakukan untuk juru gambar, tukang ikat, tukang celup warna, penghanian
dan pengemasan.
Pada prinsipnya wisata industri kerajinan tenun Samarinda yang dilengkapi dengan
adanya showroom dan workshop, wisatawan dapat menemukan tiga hal yaitu melihat,
mengerjakan, dan membawa sesuatau dari daerah yang mereka kunjungi. Wisatawan ingin
melihat sesuatu yang unik dari yang mereka lihat sehari-hari di tempat inggalnya. Selain
itu dalam wisata mereka ingin mengerjakan sesuatu yang menurut mereka menyenangkan.
Contohnya terlibat langsung dalam proses produksi, belajar menenun dan menggunakan alat
tenun. Selain itu biasanya ingin membawa sesuatu cinderamata untuk kerabat dan teman
atau sebagai kenangan bahwa bahwa pernah mengunjungi daerah itu. Kegiatan utama di atas
mendorong perkembangan ekonomi suatu daerah wisata yang akan bertumpu pada iga sektor
utama yaitu transportasi, penginapan, perdagangan dan industri rumah tangga berupa industri
kerajinan atau cinderamata (Smith : 1989 dalam Alamsyah., Dkk. 2013).
Dari keiga sektor tersebut, masing-masing akan berkembang membentuk satu jaringan
dimana peluang-peluang yang ada diisi oleh pelakunya. Sebenarnya dengan perkembangan
suatu daerah menjadi daerah wisata, berkembang pula peluang-peluang bisnis dari yang kecil
sampai yang besar. Peluang tersebut akan membuka suatu jaringan yang terlibat bukan hanya
pengusaha tapi juga komponen masyatakat yang lain. Dengan demikian akan semkain banyak
pula jaringan-jaringan ekonomi yang ada. Bila melihat kerangka diatas, sebenarnya penduduk
setempat mempunyai peluang yang sangat besar untuk ikut berparisipasi. Pertama, mereka
sangat mengenal daerahnya dan sejarahnya yang diwariskan secara turun-temurun, sehingga
dari satu sisi mereka sudah mempunyai modal untuk berparisispai. Kedua, keuntungan dari
segi tanah dan lahan. Mereka tentu memiliki lahan, baik tempat inggal maupun tanah yang
merupakan modal berharga apabila ingin berparisipasi dalam usaha akomodasi wisatawan.
Keiga, mereka adalah pendukung pelaku usaha setempat sehingga sebenarnya mereka sudah
menjadi salah satu pihak yang terlibat dalam pariwisata (Radiawan., 1998).
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
99
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
Daftar Pustaka
Adnyani, Rancang Bangun Alat Pemidangan Otomais Yang Ergonomis Meningkatkan Kinerja
Perajin Kain Endek di Kecamatan Blahbatuh Gianyar. Universitas Udayana, 2013.
Agusina. Tuty.E., dkk . 2011. Pengolahan Air Limbah Pewarna Sinteis Dengan Menggunakan
Reagen Fenton. Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3. ISBN: 979-587-395-4.
Palembang.
Alamsyah, dkk. 2013. Kearifan Lokal Pada Industri Tenun Troso: Potret Kewirausahaan Pada
Masyarakat Desa. Penerbit: Madina. Semarang
Babang, Katarina Rambu. 2008. Penguatan kelompok pengrajin tenun Ikat Tadisional Kasus di
Desa Hambapraing, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Thesis. Insitut Pertanian Bogor. Tidakdipublikasikan.
Bank Indonesia. 2006. Execuive Summary Peneliian Proil dan Permasalahan Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM) di Wilayah Eks Karisidenan Banyumas. Kerjasama BI dengan
FE Unsoed. Tidak dipublikasikan.
Cassel, et al. 2002. Exploring Human Resource Management Pracices in Small and Medium
Sized Entreprises. Personnel Review, 31: 671-692.
Dessler, Gary. 2003. Human Resource Management. New York: Prenice Hall.
Kotler, Phillip. 1997. Markeing Management “Analysis, Planning, Implementaion, and Control”
(9th.ed). New Jersey: Prenice Hall Internaional, Inc.
Lestari, Sri. (2010). Pengaruh Kepribadian, Self-Eicacy, Dan Locus Of Control Terhadap Persepsi
Kinerja Usaha Skala Kecil Dan Menengah. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), September
2010, Hal. 144 – 160 Vol. 17, No. 2 ISSN: 1412-3126 144
Penggunaan Pewarna Alami dari daun jambu biji untuk teksil. htp://duniapewarnaalami.
blogspot.com/2010/01/penggunaan-pewarna-alami-dari-daun.html . diakses 5 desember
2013.
Sastrayuda, Gumelar S. 2010. Hand Out Mata Kuliah Concept Resort And Leisure, Strategi
Pengembangan Dan Pengelolaan Resort And Leisure. Bandung. Tidak Dipublikasikan.
Suliyanto. 2011. Studi Kelayakan Bisnis. Penerbit Andi.
100 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
o
.c
m
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 6 - Rekomendasi: Perpaduan Ekonomi Kreatif dan Penyelamatan Budaya
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
N
O
W
!
.d o
o
m
o
.c
m
C
lic
k
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Bab 6 - Rekomendasi: Perpaduan Ekonomi Kreatif dan Penyelamatan Budaya
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
Tanjung, Akbar Galeh. 2012. Catatan Tentang Sarung Samarinda. htp://11-111.tumblr.com/
post/23327156787/sarungsamarinda. diakses 7 Desember 2013
Taormina, R.J. dan Lao, S.K, (2007). Measuring Chinese Entrepreneurial Moivaion: Personality
and Environmental Inluences. Internaional Journal of Enterpreneurial Behaviour and
Research, 13: 200-221
Umar, Husein. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi 2. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Wikipedia. 2013. Menenun. htp://id.wikipedia.org/wiki/Menenun, diakses tanggal 6 November
2013
Yudihrdn. 2013. Membuat Pewarna Kain Secara Alami. htp://yudihrdn.blogspot.com, diakses
tanggal 20 November 2013.
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 101
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
Halaman ini sengaja dikosongkan
102 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
o
.c
m
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Bab 6 - Rekomendasi: Perpaduan Ekonomi Kreatif dan Penyelamatan Budaya
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
.c
.d o
m
o
m
o
c u -tr a c k
C
lic
k
to
bu
y
bu
C
lic
k
to
w
w
w
.d o
w
er
Lampiran
w
w
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
Lampiran
��������������������������������������������������������������������
������
����������������
�� ����������
����������������
����������
����������
�� ���������������������������
���������
����������
�� ��������������
���������
���������
�� �����������������������������
���������������������������
���������
�������
����������
����������
�������������������������������������������������������������
��������������������������������������������������������������
��
�
�
�
�
�
�
�
�
�
������
������ ������
���
�����
��
��������
�
�������������������
�
�����������
�
����������
�
�����������������������������������
�
��������������������
�
�����������
�
���������
�����
������������������������������������������������
�����������
�����������
�� ������������������������������
�� ������������������
�� ��������������������
������������������
��
��
���
����
����
���
���
����
�����
����������������������������������������������������������
�����������������
�������
�������
�������
�������
���������
������
�������
���������
���������
�����������
����������
����������
�������
�������
���������
������
�������
���������
���������
����������
����
�������� ����������
���������
�������
�
��
�
�
�
�
�
�
�
�
�������
������
������
���������
������
������
�������
�
���������
�����������
���������
�������
���������
���������
��������������
�� ����������������
�� ��������������
�� �����������������������������
�� �������������������������������
���������������������
����������
���������
����������
���������
����������
�����������
����������
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 103
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
�����������������������������������������������������������������������������������������������
����������������������������������������������������������
����������������
�����
� ����
������������
� ������������������
�������
� ��������������
��������
� �����
���������
����������
����������
�������������
����������
����������
����������
����������������
�������������
������������
����������������
����������
����������
���������
�������
���������
�����
����������
����������
���������
�������
���������
�����
����������
����������
���������
�������
���������
�����
����������
����������
���������
�������
���������
�����
����������
����������
���������
�������
���������
�����
����������
����������
���������
�������
���������
�����
����������
����������
���������
�������
���������
�����
����������
����������
���������
�������
���������
�����
����������
����������
���������
�������
���������
�����
�����������
����������
���������
�������
���������
�����
�����������
����������
���������
�������
���������
�����
�����������
����������
���������
�������
���������
�����
����������
���������
����������
�������������
�����������
����������
���������
�������
���������
�����
�����������
����������
���������
�������
���������
�����
�����������
����������
���������
�������
���������
�����
�����������
����������
���������
�������
���������
�����
�����������
����������
���������
�������
���������
�����
�����������
����������
���������
�������
���������
�����
�����������
����������
���������
�������
���������
�����
�����������
����������
���������
�������
���������
�����
�����������
����������
���������
�������
���������
�����
�����������
����������
���������
�������
���������
�����
�����������
����������
���������
�������
���������
�����
�����
����������
�����������
�������������
���������
�������
���������
����������
���������
����������
�����������
����������
���������
�������
���������
�����������
����������
���������
�������
���������
�����
�����������
����������
���������
�������
���������
������
�����������
���������
���������
�������
���������
������
�����������
���������
���������
�������
���������
������
�����������
���������
���������
�������
���������
������
�����������
���������
���������
�������
���������
������
�����������
���������
���������
�������
���������
������
�����������
���������
���������
�������
���������
������
�����������
���������
���������
�������
���������
������
�����������
���������
���������
�������
���������
������
�����������
���������
���������
�������
���������
�������
���������������
����������
���������
����������
�����������������
����������
����������
����������
104 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
�����
.d o
o
.c
m
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Lampiran
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
N
O
W
!
.d o
o
m
o
.c
m
C
lic
k
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Lampiran
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
������������������
�����
������������
�������
��������
�������
�������������������
���������������
������
���������
����������
����������
�������������
����������
���������
����������
����������������
�������������
������������
����������������
����������
����������
�������
�������
�������
�����
����������
����������
�������
�������
�������
�����
����������
����������
�������
�������
�������
�����
����������
����������
�������
�������
�������
�����
����������
����������
�������
�������
�������
�����
����������
����������
�������
�������
�������
�����
����������
���������
�������
�������
�������
�����
����������
���������
�������
�������
�������
�����
����������
���������
�������
�������
�������
�����
�����������
���������
�������
�������
�������
�����
�����������
���������
�������
�������
�������
�����
�����������
���������
�������
�������
�������
�����
���������
���������
���������
�������������
�����������
���������
�������
�������
�������
�����
�����������
���������
�������
�������
�������
�����
�����������
���������
�������
�������
�������
�����
�����������
���������
�������
�������
�������
�����
�����������
���������
�������
�������
�������
�����
�����������
���������
�������
�������
�������
�����
�����������
���������
�������
�������
�������
�����
�����������
���������
�������
�������
�������
�����
�����������
���������
�������
�������
�������
�����
�����������
���������
�������
�������
�������
�����
�����������
���������
�������
�������
�������
�����
�����
�����������
���������
�������������
�������
�������
�������
���������
���������
���������
�����������
���������
�������
�������
�������
�����������
���������
�������
�������
�������
�����
�����������
���������
�������
�������
�������
������
�����������
���������
�������
�������
�������
������
�����������
���������
�������
�������
�������
������
�����������
���������
�������
�������
�������
������
�����������
���������
�������
�������
�������
������
�����������
���������
�������
�������
�������
������
�����������
���������
�������
�������
�������
������
�����������
�������
�������
�������
�������
������
�����������
�������
�������
�������
�������
������
�����������
�������
�������
�������
�������
�������
���������������
���������
���������
���������
�����������������
����������
���������
����������
�����
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 105
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
�����������������������������������������������������������������������������������������
����������������������������������������������������������
��������������
������
�
�
�����
�
�
�
���������
����������������
����������������
����������������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
�����������
����������
����������
�����������
����������
����������
�����������
��������������������
����������������
����������������
���������������������������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
�����������������
���������������������������
����������������������������
����������������
������������������������
������������
���������
�������
���������
���������
����������
���������
�������
���������
���������
����������
���������
�������
���������
���������
����������
���������
�������
���������
���������
����������
���������
�������
���������
���������
����������
���������������������
�����������
������������������������
��������������������������������
�����������������
���������
����������
�������
����������
���������
����������
�������
����������
���������
����������
���������
����������
�
����������
���������
����������
�
����������
���������
����������
�������
���������������������������������������������������������������������������������������
106 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
o
.c
m
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Lampiran
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
N
O
W
!
.d o
o
m
o
.c
m
C
lic
k
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Lampiran
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
�������������������������������������������������������������������������������������
�����������������������������������
����������������������������������������������������������
��������������
����������������������������������������
������
�����
�
�
�
�
�
�
�����������������������
���������
�������������
������������������������������
��������������������������������
������������
�
����������
����������
����������
����������
����������
�
�
�
����������
���������� ����������� �����������
�
�
�
�
�
�
�
�
�
���������� ����������� �����������
�������������������������
���������
�����������
��������������������
�������������������������
��������������
��������������
�����
�������������
����������
����������
�
�
�
�
�
����������
�
�
����������
���������
����������
���������
�������
����������
�
�
����������
���������
����������
���������
�������
����������
�
�
����������
���������
����������
���������
���������
����������
�
�
����������
���������
�
�
���������
����������
�
�
����������
���������
�
�
���������
����������
��������
������������������
�
�
������������
�����������
�����������
��������
�����������
���������
���������
����������
����������
����������
����������
����������
�������
�����������
���������������������
����������
�
����������
���������� ���������� ����������
����������
����������
����������
���������� ���������� ����������
����������
������������ �����������
��������
��������� ����������
������������ ������������ ������������ ������������ ������������ ������������
�����������
�
�
�
�����������
�����������������������������������������������
���
������
�����������
��
��
���
����������
����������
�������
����������
���������
����
���
���������������
�������������
������
����������������������
������
�� ����������������
��
����
����������
�������������������
������
������
�� ����������������
��
����
���������
�������������������
������
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 107
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
������������������������������������������������������������������������������������������
����������������������������������������������������������
��������������������������
������
� ����
������������
� ������������������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
�����������
�����������
�����������
�������������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
��������������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
���������������
�����������������
���������
���������
����
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
����������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
����������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
����������
����������
����������������������������
������
� ����
������������
� ������������������
���������� �����������
����������
����������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
����������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
����������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
����������
����������
���������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
�����������
�����������
�����������
�������������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
��������������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
���������������
�����������������
108 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
��������
���������
����
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
����������
���������� �����������
���������� ����������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
�������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
�������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
�������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
����������
.d o
m
o
.c
���������
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Lampiran
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
N
O
W
!
.d o
o
m
o
.c
m
C
lic
k
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Lampiran
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
������������������������������������������������������������������������������������
����������������������������������������������������������
��������������
������
�
�
�����
�
�
�
����������
����������
�����������
����������
����������
�����������
����������
����������
�����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
�����������������
���������������������������
����������������������������
����������������
������������������������
������������
���������
�������
���������
���������
����������
���������
�������
���������
���������
����������
���������
�������
���������
���������
����������
���������
�������
���������
���������
����������
���������
�������
���������
���������
����������
���������������������
�����������������
������������������������
��������������������������������
�����������������
���������
����������
�������
����������
���������
����������
�������
����������
���������
����������
���������
����������
�
����������
���������
����������
�
����������
���������
����������
���������
����������������
����������������
����������������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
��������������������
����������������
����������������
���������������������������
����������
����������
����������
����������
�������
���������������������������������������������������������������������������������������
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 109
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
�������������������������������������������������������������������������������������
������������������������������
����������������������������������������������������������
��������������
������
�����
�
�
�
�
�
�
�����������������������
���������
�������������
������������������������������
��������������������������������
������������
�
����������
����������
����������
����������
����������
�
�
�
����������
����������
�
�
�
����������
�����������
�
�
�
�����������
�����������
�
�
�
�����������
�����������
�
�
�
�����������
�������������������������
���������
�����������
��������������������
�������������������������
��������������
�����������������
�����
�������������
����������
����������
�
�
�
�
�
����������
�
�
����������
���������
����������
���������
�������
����������
�
�
����������
���������
����������
���������
�������
����������
�
�
����������
���������
����������
���������
���������
����������
�
�
����������
���������
�
�
���������
����������
�
�
����������
���������
�
�
���������
����������
�
�
���������
���������
���������
���������
���������
����������
����������
����������
����������
����������
�
����������
������������
������������
����������
����������
���������
������������
����������
����������
���������
������������
����������
����������
���������
������������
����������
����������
����������
������������
����������
����������
����������
������������
��������
������������������
����������
�������
�����������
���������������������
�����������������������������������������������
���
�����
�����������
����
��
���
����������
����������
�������
����������
���������
����
���
���������������
�������������
�������
����������������������
�� �����������������������
��
����
����������
�������������������
������
�� �����������������������
��
����
���������
�������������������
������
110 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
o
.c
m
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Lampiran
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
N
O
W
!
.d o
o
m
o
.c
m
C
lic
k
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Lampiran
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
�������������������������������������������������������������
����������������������������������
�������������������������������������������������������������
��
�
�
�
�
�
�
�
�
�
������
������ ������
�����
��������
�������������������
�����������
����������
�����������������������������������
��������������������
�����������
���������
�����
������������������������������������������������
�����������
�����������
�� ������������������������������
�� ������������������
�� ��������������������
�� ����������
������������������
��������������
�� ����������������
�� ��������������
�� �����������������������������
�� �������������������������������
���������������������
�����������
�
�
�
�
�
�
�
�
�
��
��
���
����
����
���
���
����
�����
����
����������������� ����������� �������� ����������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
������
�������
���������
���������
�
�
�������
�������
���������
������
�������
���������
���������
����������
�
��
�
�
�
�
�
�
�
�
�
������
������
���������
������
������
�������
�
���������
�����������
���������
�������
���������
���������
����������
�
�
����������
�
����������
����������
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 111
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
������������������������������������������������������������������������������������������������
����������������������������������
����������������
�����
������������
�������
��������
�
�
�
�
������
������������������
�������������
�����
���������
����������
����������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
�����������
�����������
�����������
�������������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�������������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
���������������
�����������������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������������
����������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
���������
����������
����������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
�������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
�������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
�������
���������
112 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
����������������
�������������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
���������
������������
�������
��������
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
������
������
������
������
������
������
������
������
������
�������
.d o
o
.c
m
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Lampiran
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
.c
������������������
�����
�
������������
�
�������
�
��������
�
���������
.d o
m
o
m
o
c u -tr a c k
C
lic
k
to
bu
y
bu
C
lic
k
to
w
w
w
.d o
w
er
Lampiran
w
w
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
������
������������������
��������������
�����
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
�����������
�����������
�����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
�������������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�������������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
���������������
�����������������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
�������
�������
�������
�������������
����������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
����������
���������
����������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
���������
��������
�������
�������������
������������
�������
��������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
����������
�����
�����
������
������
������
������
������
������
������
������
������
�������
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 113
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
������������������������������������������������������������������������������������������
����������������������������������
��������������
������
�
�
�����
�
�
�
���������
����������������
����������������
����������������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
�����������
����������
����������
�����������
����������
����������
�����������
��������������������
����������������
����������������
���������������������������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
�����������������
���������������������������
����������
����������������������������
����������������
������������������������
������������
���������
���������
�������
���������
����������
����������
���������
���������
�������
���������
����������
����������
���������
���������
�������
���������
����������
����������
���������
���������
�������
���������
����������
����������
���������
����������
�������
���������
����������
����������
���������������������
�����������
������������������������
��������������������������������
�����������������
���������
����������
�������
���������
���������
����������
�������
����������
���������
����������
���������
����������
�
����������
���������
����������
�
����������
���������
����������
�������
���������������������������������������������������������������������������������������
114 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
o
.c
m
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Lampiran
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
N
O
W
!
.d o
o
m
o
.c
m
C
lic
k
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Lampiran
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
��������������������������������������������������������������������������������������
�����������������������������������
����������������������������������
��������������
����������������������������������������
������
�����
�
�
�
�
�
�
�����������������������
���������
�������������
������������������������������
��������������������������������
������������
�
���������
���������
����������
����������
����������
�
�
�
����������
����������
�
�
�
����������
�����������
�
�
�
�����������
�����������
�
�
�
�����������
�����������
�
�
�
�����������
�������������������������
���������
�����������
��������������������
�������������������������
��������������
��������������
�����
�������������
����������
����������
�
�
�
�
�
����������
�
�
����������
���������
���������
���������
�������
����������
�
�
����������
���������
���������
���������
�������
����������
�
�
����������
����������
���������
���������
���������
����������
�
�
����������
����������
�
�
���������
����������
�
�
����������
����������
�
�
���������
�����������
�
�
���������
���������
���������
����������
���������
����������
����������
����������
����������
����������
�
����������
������������
������������
����������
����������
���������
������������
����������
����������
���������
������������
����������
����������
���������
�����������
����������
����������
����������
���������
����������
����������
����������
����������
��������
������������������
����������
�������
�����������
���������������������
�����������������������������������������������
������
���
����
�����������
���
��
����������
����������
����������
�������
����
���������
�������������
���
������
�������������
����������������������
��
�� �����������������������
����������
����
������
�������������������
�
�� �����������������������
���������
����
������
�������������������
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 115
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
�������������������������������������������������������������������������������������������
����������������������������������
��������������������������
������
� ����
������������ � ������������������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
�����������
�����������
�����������
�������������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
��������������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
���������������
�����������������
����������������������������
�����
� ����
������������ � ������������������
������������
����������
����������
����������
�����������
����������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
���������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
�������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
�������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
���������
���������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
�����������
�����������
�����������
�������������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
��������������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
���������������
�����������������
116 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
��������
���������
����
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
����������
����������
����������
�����������
����������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
�������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
�������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
�������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
����������
.d o
m
o
.c
���������
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Lampiran
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
N
O
W
!
.d o
o
m
o
.c
m
C
lic
k
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Lampiran
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
�������������������������������������������������������������������������������������
����������������������������������
��������������
������
�����
�
�
�
�
�
���������
����������
����������������
����������
����������
����������
����������
����������������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
�����������
�����������
�����������
����������������
��������������������
����������������
����������
����������
����������
����������
����������
����������������
����������
����������
����������
����������
����������
���������������������������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
���������������������������
���������
���������
���������
���������
���������
����������
���������
���������
���������
���������
����������
�����������������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
���������
���������
���������
���������
������������������������
����������
����������
����������
����������
����������
������������
����������
����������
����������
����������
����������
����������������������������
����������������
���������������������
�����������������
������������������������
��������������������������������
�����������������
�������
�������
�������
�
�
����������
����������
����������
����������
����������
�������
�������
���������
���������
���������
����������
����������
����������
����������
����������
�������
���������������������������������������������������������������������������������������
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 117
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
��������������������������������������������������������������������������������������
������������������������������
����������������������������������
��������������
�����
�
�
�
�
�
����������
�
�
�
����������
�����������
�
�
�
�����������
�����������
�
�
�
�����������
�����������
�
�
�
�����������
�
�
����������
���������
���������
�������
�������
����������
�
�
����������
���������
���������
�������
�������
����������
�
�
����������
����������
���������
�������
���������
����������
�
�
����������
����������
�
�
���������
����������
�
�
����������
����������
�
�
���������
�����������
�
�
���������
���������
���������
����������
���������
����������
����������
����������
����������
����������
�
����������
������������
������������
����������
����������
���������
������������
����������
����������
���������
������������
����������
����������
���������
�����������
����������
����������
����������
���������
����������
����������
����������
����������
�����������������������
���������
�������������
������������������������������
��������������������������������
������������
�
���������
���������
����������
����������
����������
�
�
�
����������
�������������������������
���������
�����������
��������������������
�������������������������
��������������
�����������������
�����
�������������
����������
����������
�
�
�
�
�
����������
��������
������������������
����������
�������
�����������
���������������������
�
�����������������������������������������������
������
���
����
�����������
���
��
����������
����������
����������
�������
����
���������
�������������
���
�������������
������
����������������������
�� �����������������������
��
����
����������
�������������������
������
�� �����������������������
�
����
���������
�������������������
������
118 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
������
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Lampiran
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
N
O
W
!
.d o
o
m
o
.c
m
C
lic
k
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Lampiran
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
��������������������������������������������������������������
�������������������������������������������
�������������������������������������������������������������
��
�
�
�
�
�
�
�
�
�
������
������ ������ ����������������� �����������
�����
���
��������
��
�������������������
�
�����������
�
����������
�
�����������������������������������
�
��������������������
�
�����������
�
���������
�
�����
������������������������������������������������
�����������
�����������
�� ������������������������������
�� ������������������
�� ��������������������
������������������
��������������
�� ����������������
�� ��������������
�� �����������������������������
�� �������������������������������
���������������������
�����������
��
��
���
����
����
���
���
����
�����
�������
�������
�������
�������
���������
������
�������
���������
���������
�
�
�������
�������
���������
������
�������
���������
���������
����������
����
������
�������� ����������
��������� �������
���������
����������
�
�
����������
��
�������
�
������
�
������
�
���������
�
������
�
������
�
�������
�
�
���������
�����������
���������
�������
���������
���������
�
�
����������
�
����������
����������
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 119
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
������������������������������������������������������������������������������������������������
�������������������������������������������
����������������
�����
������������
�������
��������
���������
�
�
�
�
����
������������������
�������������
�����
����������
����������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
�����������
�����������
�����������
�������������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�������������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
���������������
�����������������
�������������
����������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
���������
����������
����������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
�������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
�������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
�������
���������
120 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
����������������
�������������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
���������
������������
�������
��������
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
������
������
������
������
������
������
������
������
������
�������
.d o
o
.c
m
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Lampiran
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
.c
������������������
�����
�
������������
�
�������
�
��������
�
.d o
m
o
m
o
c u -tr a c k
C
lic
k
to
bu
y
bu
C
lic
k
to
w
w
w
.d o
w
er
Lampiran
w
w
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
������
������������������
��������������
�����
���������
����������
����������
�������������
����������
����������
����������
����������������
�������������
������������
�������
��������
����������
����������
�������
�������
�������
�����
����������
����������
����������
����������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�����
�����
����������
����������
�������
�������
�������
�����
����������
����������
�������
�������
�������
�����
����������
����������
����������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�����
�����
����������
���������
�������
�������
�������
�����
����������
�����������
���������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�����
�����
�����������
���������
�������
�������
�������
�����
�����������
���������
�������
�������
�������
�����
�����������
���������
���������
�������
���������
�������
���������
�������
�����
�����������
���������
�������
�������
�������
�����
�����������
���������
�������
�������
�������
�����
�����������
�����������
���������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�����
�����
�����������
���������
�������
�������
�������
�����
�����������
�����������
���������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�����������
���������
�������
�������
�������
�������
�����
�����
�����������
���������
�������
�������
�������
�����
�����������
�����������
���������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�����
�����
�������������
�������������
�����
���������
���������
�����������
���������
�������
�������
���������
�������
�����
�����������
�����������
���������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�����
������
�����������
���������
�������
�������
�������
������
�����������
�����������
���������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
������
������
�����������
���������
�������
�������
�������
�������
�����������
���������
�������
�������
�������
������
�����������
�����������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
������
������
�����������
�������
�������
�������
�������
������
�����������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
����������
���������
���������
���������
����������
���������������
�����������������
������
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 121
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
������������������������������������������������������������������������������������������
�������������������������������������������
��������������
������
�����
�
�
�
�
����������
����������
����������
����������
����������
�����������
����������
����������
�����������
����������
����������
�����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
�����������������
���������������������������
���������
���������
���������
���������
���������
����������������������������
����������������
������������������������
������������
�������
���������
���������
����������
�������
���������
���������
����������
�������
���������
���������
����������
�������
���������
���������
����������
�������
���������
���������
����������
���������������������
�����������
������������������������
��������������������������������
�����������������
���������
����������
�������
����������
���������
����������
�������
����������
���������
����������
���������
����������
�
����������
���������
����������
�
����������
���������
����������
���������
����������������
����������������
����������������
����������
����������
����������
��������������������
����������������
����������������
���������������������������
����������
�
�������
���������������������������������������������������������������������������������������
122 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
o
.c
m
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Lampiran
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
N
O
W
!
.d o
o
m
o
.c
m
C
lic
k
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Lampiran
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
��������������������������������������������������������������������������������������
�����������������������������������
�������������������������������������������
��������������
������
�����
�
�
�
�
�
����������
�
�
�
����������
�����������
�
�
�
�����������
�����������
�
�
�
�����������
�����������
�
�
�
�����������
�
�
����������
���������
���������
���������
�������
����������
�
�
����������
���������
���������
���������
�������
����������
�
�
����������
���������
���������
���������
���������
����������
�
�
����������
���������
�
�
���������
����������
�
�
����������
���������
�
�
���������
����������
�
�
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
�
����������
������������
������������
����������
����������
����������
������������
����������
����������
����������
���������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
�����������������������
���������
�������������
������������������������������
��������������������������������
������������
�
���������
���������
����������
����������
����������
�
�
�
����������
�������������������������
���������
�����������
��������������������
�������������������������
��������������
��������������
�����
�������������
����������
����������
�
�
�
�
�
����������
��������
������������������
����������
�������
�����������
���������������������
�
�����������������������������������������������
���
������
�����������
����
��
���
����������
����������
�������
����������
���������
����
���
�������������
�������������
������
����������������������
�� �����������������������
��
����
����������
�������������������
������
�� �����������������������
��
����
���������
�������������������
������
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 123
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
�������������������������������������������������������������������������������������������
�������������������������������������������
��������������������������
������
� ����
������������
� ������������������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
�����������
�����������
�����������
�������������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
��������������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
���������������
�����������������
���������
���������
����
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
���������
����������������������������
������
� ����
������������
� ������������������
���������� �����������
����������
����������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
�������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
�������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
�������
���������
���������
���������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
�����������
�����������
�����������
�������������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
��������������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
�����������
��������� ��
���������������
�����������������
124 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
���������
���������� �����������
���������
���������� ����������
����
�������
������
�������
�������
������
�������
�������
������
�������
�������
������
�������
�������
������
�������
�������
������
�������
�������
������
�������
�������
������
�������
�������
������
�������
�������
������
�������
�������
������
�������
�������
������
�������
���������
�������
���������
�������
������
�������
�������
������
�������
�������
������
�������
�������
������
�������
�������
������
�������
�������
������
�������
�������
������
�������
�������
������
�������
�������
������
�������
�������
������
�������
�������
������
�������
�������
������
�������
���������
�������
���������
�������
������
�������
�������
������
�������
�������
������
�������
�������
������
�������
�������
������
�������
�������
������
�������
�������
������
�������
�������
������
�������
�������
������
�������
�������
������
�������
�������
������
�������
�������
������
�������
���������
�������
���������
����������
���������
����������
.d o
m
o
.c
���������
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Lampiran
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c
N
O
W
!
.d o
o
m
o
.c
m
C
lic
k
to
bu
y
bu
to
C
lic
k
c u -tr a c k
w
er
w
w
w
.d o
h a n g e Vi
e
Lampiran
w
w
w
XC
y
F-
w
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
�������������������������������������������������������������������������������������
�������������������������������������������
��������������
������
�
�
�����
�
�
�
���������
����������������
����������������
����������������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
�����������
����������
����������
�����������
����������
����������
�����������
��������������������
����������������
����������������
���������������������������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
�����������������
���������������������������
����������������������������
����������������
������������������������
������������
���������
�������
���������
���������
����������
���������
�������
���������
���������
����������
���������
�������
���������
���������
����������
���������
�������
���������
���������
����������
���������
�������
���������
���������
����������
���������������������
�����������������
������������������������
��������������������������������
�����������������
�������
����������
�������
����������
�������
����������
�������
����������
�������
����������
���������
����������
�
����������
���������
����������
�
����������
���������
����������
�������
���������������������������������������������������������������������������������������
Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 125
.c
F-
w
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
y
bu
to
c u -tr a c k
��������������������������������������������������������������������������������������
������������������������������
����������������������������������������������������������
��������������
�����
�
�
�
�
�
�
�����������������������
���������
�������������
������������������������������
��������������������������������
������������
�
���������
���������
����������
����������
����������
�
�
�
����������
����������
�
�
�
����������
�����������
�
�
�
�����������
�����������
�
�
�
�����������
�����������
�
�
�
�����������
�������������������������
���������
�����������
��������������������
�������������������������
��������������
�����������������
�����
�������������
����������
����������
�
�
�
�
�
����������
�
�
����������
���������
���������
�������
�������
����������
�
�
����������
���������
���������
�������
�������
����������
�
�
����������
���������
���������
�������
���������
����������
�
�
����������
���������
�
�
���������
����������
�
�
����������
���������
�
�
���������
����������
�
�
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
�
����������
������������
������������
����������
����������
����������
������������
����������
����������
����������
���������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
����������
��������
������������������
����������
�������
�����������
���������������������
�����������������������������������������������
���
������
�����������
����
��
���
����������
����������
�������
����������
���������
����
���
�������������
������
�������������
����������������������
��
�� �����������������������
����������
����
������
�������������������
��
�� �����������������������
���������
����
������
�������������������
126 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya
.d o
m
o
.c
������
C
lic
k
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
Lampiran
w
er
PD
h a n g e Vi
e
N
O
W
!
XC
er
PD
F-
c u -tr a c k
.c