Academia.eduAcademia.edu

Tenun Samarinda : Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya , 2014

2014

Kain tenun sebagai kain budaya menjadi sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Beragam jenis kain tenun telah dikembangkan dan menjadi ciri budaya lokal dibeberapa wilayah di Indonesia. Misalnya tenun Sumba yang dikembangkan di daerah Nusa Tenggara, tenun ikat Kalimantan, tenun ikat Jawa atau tenun polos Jawa yang sering disebut kain lurik, tenun Sumatera dan seterusnya. Tenun, apapun jenisnya, memiliki daya tarik yang kuat. Selain kualitas serat kainnya lebih unggul dari kain buatan pabrik, tenun memiliki nilai sosial dan budaya yang tinggi karena tenun biasanya dikerjakan secara bersama-sama dengan kreasi motif yang mencerminkan budaya yang dikembangkan masyarakat setempat. Secara ekonomi pun selembar kain tenun memiliki nilai jual yang menguntungkan untuk menambah pendapatan dan meningkatkan kesejahteraan. Kain tradisional tenun Samarinda, atau yang dikenal dengan Sarung Samarinda, termasuk salah satu tenun yang menjadi ciri khas daerah dan warisan budaya yang masih dipelihara hingga saat ini. Sarung Samarinda mempunyai keterikatan erat dengan sejarah cikal bakal berdirinya Kota Samarinda sehingga terdapat muatan lokal yang sangat kental pada produk tersebut. Selain itu, tenun ini juga mempunyai potensi ekonomi tinggi yang dapat dikembangkan dan diproyeksikan akan menjadi pendukung lokomotif pertumbuhan ekonomi baru di wilayah Samarinda. Pada tahun 2012 Pemerintah Kota Samarinda telah mencanangkan Kampung Tenun Samarinda yang berlokasi di Samarinda Seberang sebagai daerah tujuan wisata nasional. Konsep daerah tujuan wisata budaya tidak hanya fokus kepada para pengrajin tenun semata sebagai pelaku usaha utama, tetapi juga melibatkan pelaku usaha sektor-sektor pendukung lainnya seperti sektor perdagangan, transportasi, penginapan, kuliner, dan lainnya yang mayoritas merupakan pelaku UMKM. Menyadari penting dan strategisnya peran UMKM untuk pengembangan Kampung Tenun menjadi suatu daerah tujuan wisata, berbagai program peningkatan kapasitas dan kemandirian UMKM khususnya pengrajin tenun di Kampung Tenun terus dilakukan oleh pemerintah dan pihak terkait, termasuk Bank Indonesia. Namun demikian, upaya pemberdayaan ini masih memiliki kendala terkait kualitas sumber daya manusia, akses pasar, manajemen usaha dan pembiayaan. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka menyediakan rujukan bagi stakeholders untuk pengembangan Kampung Tenun sebagai daerah tujuan wisata, maka menjadi kebutuhan untuk penyediaan informasi mengenai Kampung Tenun secara komprehensif meliputi potensi, tantangan serta rekomendasi dalam bentuk kajian atau penelitian. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang bersedia membantu dan bekerja sama serta memberikan informasi dan masukan selama pelaksanaan kajian. Besar harapan kami, bahwa buku ini dapat melengkapi informasi dan menjadi rujukan untuk mewujudkan Kampung Tenun sebagai daerah tujuan wisata di Samarinda.

F- w h a n g e Vi e y bu Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya UNIT AKSES KEUANGAN DAN UMKM KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR JL. GAJAH MADA NO.1, SAMARINDA 75122, INDONESIA Tel : 62-541-741022 Fax : 62-541-732644 http://www.bi.go.id o .d o m C lic k m w w w o C lic k to Perlu adanya inisiasi dari banyak pihak, baik pemerintah maupun swasta .c .d o dalam upaya pelestarian tenun Samarinda sebagai warisan budaya lokal. c u -tr a c k Terjalinnya koordinasi yang baik dari pihak penenun, pemerintah, dan swasta dalam pengembangan produk ini mutlak diperlukan. Maksimalisasi transfer knowledge terkait dengan teknis produksi, pola pemasaran, maupun manajemen keuangan diperlukan untuk memperkaya kualitas sumber daya manusia. Pembentukan lembaga ketiga, diharapkan mampu menjadi pihak independen yang berperan untuk; (1) Menjaga stabilitas supply bahan baku, dalam hal kuantitas bahan baku maupun kuantitas harga, (2) Menjaga stabilitas dan keseragaman harga jual agar tidak merugikan penenun, (3) Menyediakan saluran distribusi, (4) Secara kontinyu menyediakan fasilitas transfer knowledge terkait dengan proses produksi dan non produksi, serta (5) Menjadi penjamin dan penyalur satu pintu bagi pembiayaan yang dilakukan oleh pihak perbankan maupun non perbankan kepada penenun, agar bantuan pembiayaan yang diberikan dapat terdistribusi dengan baik. w w w w to bu y N O W ! XC er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 2014 .c F- N O W ! h a n g e Vi e bu .c .d o m o o c u -tr a c k C lic k w w w .d o to bu to C lic k w w w y PD XC y m w er N O W ! h a n g e Vi e w PD XC er F- c u -tr a c k Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 2014 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya i .c F- N O W ! h a n g e Vi e bu o c u -tr a c k .c Halaman ini sengaja dikosongkan ii Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o w w w .d o C lic k to bu to C lic k w w w y PD XC y m w er N O W ! h a n g e Vi e w PD XC er F- c u -tr a c k .c F- N O W ! h a n g e Vi e bu .c .d o m o o c u -tr a c k C lic k w w w .d o to bu to C lic k w w w y PD XC y m w er N O W ! h a n g e Vi e w PD XC er F- c u -tr a c k Kata Pengantar Kain tenun sebagai kain budaya menjadi sangat pening dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Beragam jenis kain tenun telah dikembangkan dan menjadi ciri budaya lokal di beberapa wilayah di Indonesia. Misalnya tenun Sumba yang dikembangkan di daerah Nusa Tenggara, tenun ikat Kalimantan, tenun ikat Jawa atau tenun polos Jawa yang sering disebut kain lurik, tenun Sumatera dan seterusnya. Tenun, apapun jenisnya, memiliki daya tarik yang kuat. Selain kualitas serat kainnya lebih unggul dari kain buatan pabrik, tenun memiliki nilai sosial dan budaya yang inggi karena tenun biasanya dikerjakan secara bersama-sama dengan kreasi moif yang mencerminkan budaya yang dikembangkan masyarakat setempat. Secara ekonomi pun selembar kain tenun memiliki nilai jual yang menguntungkan untuk menambah pendapatan dan meningkatkan kesejahteraan. Kain tradisional tenun Samarinda, atau yang dikenal dengan Sarung Samarinda, termasuk salah satu tenun yang menjadi ciri khas daerah dan warisan budaya yang masih dipelihara hingga saat ini. Sarung Samarinda mempunyai keterikatan erat dengan sejarah cikal bakal berdirinya Kota Samarinda sehingga terdapat muatan lokal yang sangat kental pada produk tersebut. Selain itu, tenun ini juga mempunyai potensi ekonomi inggi yang dapat dikembangkan dan diproyeksikan akan menjadi pendukung lokomoif pertumbuhan ekonomi baru di wilayah Samarinda. Pada tahun 2012 Pemerintah Kota Samarinda telah mencanangkan Kampung Tenun Samarinda yang berlokasi di Samarinda Seberang sebagai daerah tujuan wisata nasional. Konsep daerah tujuan wisata budaya idak hanya fokus kepada para pengrajin tenun semata sebagai pelaku usaha utama, tetapi juga melibatkan pelaku usaha sektor-sektor pendukung lainnya seperi sektor perdagangan, transportasi, penginapan, kuliner, dan lainnya yang mayoritas merupakan pelaku UMKM. Menyadari pening dan strategisnya peran UMKM untuk pengembangan Kampung Tenun menjadi suatu daerah tujuan wisata, berbagai program peningkatan kapasitas dan kemandirian UMKM khususnya pengrajin tenun di Kampung Tenun terus dilakukan oleh pemerintah dan pihak terkait, termasuk Bank Indonesia. Namun demikian, upaya pemberdayaan ini masih Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya iii .c F- N O W ! h a n g e Vi e bu o c u -tr a c k .c memiliki kendala terkait kualitas sumber daya manusia, akses pasar, manajemen usaha dan pembiayaan. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka menyediakan rujukan bagi stakeholders untuk pengembangan Kampung Tenun sebagai daerah tujuan wisata, maka menjadi kebutuhan untuk penyediaan informasi mengenai Kampung Tenun secara komprehensif melipui potensi, tantangan serta rekomendasi dalam bentuk kajian atau peneliian. Dalam hal ini Bank Indonesia bekerjasama dengan Inkubator Bisnis Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman telah menyusun buku yang berjudul “Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya”. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang bersedia membantu dan bekerja sama serta memberikan informasi dan masukan selama pelaksanaan kajian. Besar harapan kami, bahwa buku ini dapat melengkapi informasi dan menjadi rujukan untuk mewujudkan Kampung Tenun sebagai daerah tujuan wisata di Samarinda. Samarinda, Januari 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur iv Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o w w w .d o C lic k to bu to C lic k w w w y PD XC y m w er N O W ! h a n g e Vi e w PD XC er F- c u -tr a c k .c F- N O W ! h a n g e Vi e bu .c .d o m o o c u -tr a c k C lic k w w w .d o to bu to C lic k w w w y PD XC y m w er N O W ! h a n g e Vi e w PD XC er F- c u -tr a c k Daftar Isi Kata Pengantar ........................................................................................................... Datar Isi..................................................................................................................... Ringkasan Eksekuif .................................................................................................... iii v 1 Bab I Dinamika dan Potensi ...................................................................................... 1.1 Sejarah Kampung Tenun dan Perkembangannya........................................................ 1.2 Sekilas tentang Tenun Samarinda ............................................................................... 1.3 Proil Usaha Tenun sebagai Pelaku Utama di Kampung Tenun ................................... 1.4 Pola Pembiayaan ........................................................................................................ 1.5 Proil Usaha Sektor Pendukung di Kampung Tenun .................................................... 1.6 Pola Kemitraan ........................................................................................................... 1.7 Kendala Pengembangan Kampung Tenun Sebagai Sentra .......................................... 7 7 9 14 22 23 26 27 Bab II Tinjauan Pasar ................................................................................................. 2.1 Permintaan dan Penawaran ....................................................................................... 2.2 Harga dan Faktor Penentu .......................................................................................... 2.3 Peta Saluran Distribusi ................................................................................................ 2.4 Dinamika Persaingan dan Potensi Pasar .................................................................... 2.5 Kendala Pasar dan Pemasaran .................................................................................... 29 29 32 33 35 37 Bab III Produkivitas Tradisional ................................................................................. 3.1 Lokasi Usaha ............................................................................................................... 3.2 Fasilitas Produksi dan Peralatan ................................................................................. 3.3 Bahan Baku ................................................................................................................. 3.4 Proses Produksi .......................................................................................................... 3.5 Jenis dan Mutu Produksi ............................................................................................ 3.6 Produksi Opimum ...................................................................................................... 3.7 Kendala Produksi ........................................................................................................ 41 41 42 45 47 54 56 56 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya v .c F- N O W ! h a n g e Vi e bu o c u -tr a c k .c Bab IV Tinjauan Keuangan .......................................................................................... 4.1 Asumsi dan Parameter................................................................................................ 4.2 Komponen dan Struktur Biaya .................................................................................... 4.3 Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja ............................................................... 4.4 Proyeksi Produksi dan Pendapatan............................................................................. 4.5 Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point ................................................................... 4.6 Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Usaha ..................................................................... 4.7 Analisis Sensiivitas ..................................................................................................... 4.8 Pola Pembiayaan Sarung Samarinda .......................................................................... 59 59 61 63 68 68 71 73 77 Bab V Aspek Sosial dan Dampak Lingkungan ............................................................. 5.1 Aspek Ekonomi dan Sosial .......................................................................................... 5.2 Dampak Lingkungan ................................................................................................... 81 81 83 Bab VI Rekomendasi................................................................................................... 6.1 Gambaran Menyeluruh Kampung Tenun .................................................................... 6.2 Kampung Tenun: Perpaduan Ekonomi Kreaif dan Penyelamatan Budaya ................. 6.3 Industrialisasi Sederhana Kampung Tenun sebagai Desinasi Wisata......................... 85 85 86 96 Datar Pustaka ............................................................................................................ 100 vi Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o w w w .d o C lic k to bu to C lic k w w w y PD XC y m w er N O W ! h a n g e Vi e w PD XC er F- c u -tr a c k .c F- N O W ! h a n g e Vi e bu .c .d o m o o c u -tr a c k C lic k w w w .d o to bu to C lic k w w w y PD XC y m w er N O W ! h a n g e Vi e w PD XC er F- c u -tr a c k Daftar Tabel 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 Sebaran Jumlah Penduduk ....................................................................................... Rekapitulasi Mata Pencaharian Kelurahan Baqa dan Mesjid ................................... Data Pengrajin Tenun Sarung Samarinda Kecamatan Samarinda Seberang ............ Datar Nama KUB Sarung Samarinda ....................................................................... Klasiikasi Kelompok Berdasarkan Akivitas ............................................................. Pembinaan UKM Tenun Sarung Samarinda ............................................................. Sarana Pendukung Wisata Kampung Tenun ............................................................. Data UMKM Kecamatan Samarinda Seberang ......................................................... Produk Kerajinan Manik ........................................................................................... 8 8 18 19 20 22 23 24 25 2.1 2.2 2.3 Rata-rata Jumlah Produksi Sarung Samarinda per-Penenun.................................... 30 Jumlah dan Nilai Penjualan Rata-rata Sarung Samarinda Tiap Pedagang Pengumpul 31 Jumlah Kunjungan Wisata Kalim ............................................................................. 36 3.1 Tingkat Produksi Opimum Sarung Samarinda ........................................................ 56 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 Asumsi Dasar Kelayakan Usaha Sarung Samarinda .................................................. Komposisi Biaya Investasi Usaha Sarung Samarinda ................................................ Komposisi Biaya Operasional Tahun I Usaha Sarung Samarinda .............................. Rincian Kebutuhan Dana Usaha Sarung Samarinda (Asumsi I) ................................ Rincian Kebutuhan Dana Usaha Sarung Samarinda (Asumsi II) ............................... Rincian Kebutuhan Dana Usaha Sarung Samarinda (Asumsi III) .............................. Datar Angsuran Pembiayaan Konvensional ............................................................ Datar Angsuran Pembiayaan Syariah ...................................................................... Proyeksi Produksi dan Pendapatan Sarung Samarinda Tahun I ............................... Proyeksi Perolehan Laba Selama 5 Tahun (Pembiayaan Konvensional) ................... Proyeksi Perolehan Laba Selama 5 Tahun (Pembiayaan Syariah)............................. Tingkat BEP Sarung Samarinda pada Nilai Penjualan dan Unit Penjualan ............... 60 62 63 64 64 65 66 67 68 69 69 70 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya vii .c F- N O W ! h a n g e Vi e bu o c u -tr a c k .c 4.13 4.14 4.15 4.16 4.17 4.18 4.19 4.20 Analisis Kelayakan Usaha Sarung Samarinda ........................................................... Analisis Sensiivitas Sarung Samarinda Asumsi I (Pembiayaan Konvensional) ......... Analisis Sensiivitas Sarung Samarinda Asumsi I (Pembiayaan Syariah) .................. Analisis Sensiivitas Sarung Samarinda Asumsi II (Pembiayaan Konvensional) ........ Analisis Sensiivitas Sarung Samarinda Asumsi II (Pembiayaan Syariah) ................. Analisis Sensiivitas Sarung Samarinda Asumsi III (Pembiayaan Konvensional) ....... Analisis Sensiivitas Sarung Samarinda Asumsi III (Pembiayaan Syariah) ................ Ringkasan Pola Pembiayaan Pada Usaha Sarung Samarinda ................................... 72 73 74 75 75 76 76 78 Daftar Gambar 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 Moif Balo Pucuk Mabunga, Moif Balo Hata, dan Moif Sari Penganin ................ Macam-macam Moif Tenun Samarinda.................................................................. Variasi Produk Tenun Sarung Samarinda ................................................................. Contoh Pakaian Resmi Khas Sarung Samarinda ....................................................... Rantai Nilai Tenun Sarung Samarinda ...................................................................... Rantai Nilai Tambah Tenun Sarung Samarinda (dalam Rupiah) ............................... Contoh Gaun Modiikasi Tenun Sarung Samarinda .................................................. 12 14 15 15 17 18 26 2.1 2.2 Bagan Saluran Distribusi Sarung Samarinda ............................................................ Contoh Produk Turunan yang Dibuat dari Tenun Sarung Samarinda ....................... 34 38 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 Gang Pertenunan Samarinda Seberang ................................................................... Peralatan Pewarnaan Benang, dan Gambar Benang Setelah Dimasak .................... Alat Pintal Benang .................................................................................................... Aparsing (Alat untuk Memasukkan Benang) ............................................................ Alat Tenun Gedokan ................................................................................................. Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).............................................................................. Alat Jemur Tenun Sarung Samarinda yang Dilengkapi dengan Pemberat ................ 41 42 43 43 44 44 45 viii Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o w w w .d o C lic k to bu to C lic k w w w y PD XC y m w er N O W ! h a n g e Vi e w PD XC er F- c u -tr a c k .c F- N O W ! h a n g e Vi e bu .c 3.8 3.9 .d o m o o c u -tr a c k C lic k w w w .d o to bu to C lic k w w w y PD XC y m w er N O W ! h a n g e Vi e w PD XC er F- c u -tr a c k 3.10 3.11 3.12 3.13 3.14 3.15 3.16 3.17 Jenis Benang Mastuli ............................................................................................... Pewarna Benang dari Bahan Pewarna Kimia dan Bahan Untuk Pewarna Benang Alami ............................................................................................ Simulasi Anyaman dalam Penenunan ...................................................................... Bagan Proses Produksi Sarung Samarinda ............................................................... Contoh Benang yang Dipintal................................................................................... Penyusunan Benang dalam Rak ............................................................................... Boom/Genderang Lusi ............................................................................................. Simulasi Proses Penenunan ..................................................................................... Simulasi Proses Penjahitan ...................................................................................... Klasiikasi Standar Mutu Tenun Sarung Samarinda .................................................. 45 46 47 48 51 51 51 52 53 55 4.1 Pola Penyaluran Kredit Usaha Sarung Samarinda .................................................... 77 6.1 Pemetaan Kendala dan Rekomendasi dalam Upaya Penyelamatan Sarung Samarinda sebagai Warisan Budaya ............................................................ 95 Daftar Lampiran 1 2 3 4 5 6 Rincian Harga Pokok Produksi Sarung Samarinda Tahun ke-1 ................................. Komposisi Biaya Usaha Sarung Samarinda (Asumsi I) .............................................. Rincian Angsuran Pinjaman Usaha Sarung Samarinda Asumsi I (Pembiayaan Konvensional) ..................................................................................... Proyeksi Laba Rugi Usaha Sarung Samarinda (Asumsi I, Pembiayaan Konvensional)........................................................................................................... Proyeksi Arus Kas dan Analisis Kelayakan Investasi Usaha Sarung Samarinda (Asumsi I, Pembiayaan Konvensional)...................................................................... Rincian Angsuran Pinjaman Usaha Sarung Samarinda Asumsi I (Pembiayaan Syariah)............................................................................................... 103 103 108 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya ix 104 106 107 .c F- N O W ! h a n g e Vi e bu o c u -tr a c k 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 x .c Proyeksi Laba Rugi Usaha Sarung Samarinda (Asumsi I, Pembiayaan Syariah) ........ Proyeksi Arus Kas dan Analisis Kelayakan Investasi Usaha Sarung Samarinda (Asumsi I, Pembiayaan Syariah) ............................................................................... Komposisi Biaya Usaha Sarung Samarinda (Asumsi II) ............................................. Rincian Angsuran Pinjaman Usaha Sarung Samarinda Asumsi II (Pembiayaan Konvensional)........................................................................................................... Proyeksi Laba Rugi Usaha Sarung Samarinda (Asumsi II, Pembiayaan Konvensional)........................................................................................................... Proyeksi Arus Kas dan Analisis Kelayakan Investasi Usaha Sarung Samarinda (Asumsi II, Pembiayaan Konvensional)..................................................................... Rincian Angsuran Pinjaman Usaha Sarung Samarinda Asumsi II (Pembiayaan Syariah) .................................................................................................................... Proyeksi Laba Rugi Usaha Sarung Samarinda (Asumsi II, Pembiayaan Syariah) ....... Proyeksi Arus Kas dan Analisis Kelayakan Investasi Usaha Sarung Samarinda (Asumsi II, Pembiayaan Syariah) .............................................................................. Komposisi Biaya Usaha Sarung Samarinda (Asumsi III) ............................................ Rincian Angsuran Pinjaman Usaha Sarung Samarinda Asumsi III (Pembiayaan Konvensional)........................................................................................................... Proyeksi Laba Rugi Usaha Sarung Samarinda (Asumsi III, Pembiayaan Konvensional)........................................................................................................... Proyeksi Arus Kas dan Analisis Kelayakan Investasi Usaha Sarung Samarinda (Asumsi III, Pembiayaan Konvensional).................................................................... Rincian Angsuran Pinjaman Usaha Sarung Samarinda Asumsi III (Pembiayaan Syariah) .................................................................................................................... Proyeksi Laba Rugi Usaha Sarung Samarinda (Asumsi III, Pembiayaan Syariah) ...... Proyeksi Arus Kas dan Analisis Kelayakan Investasi Usaha Sarung Samarinda (Asumsi III, Pembiayaan Syariah) ............................................................................. Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 109 110 111 112 114 115 116 117 118 119 120 122 123 124 125 126 .d o m o w w w .d o C lic k to bu to C lic k w w w y PD XC y m w er N O W ! h a n g e Vi e w PD XC er F- c u -tr a c k .c .c N O W ! m C lic k .d o o o m to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Ringkasan Eksekutif w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k Ringkasan Eksekutif Tenun Sarung Samarinda merupakan ciri khas dan warisan budaya yang erat kaitannya dengan sejarah berdirinya kota Samarinda, sehingga produk tersebut memiliki kearifan lokal yang kental. Potensi ekonomi yang inggi mendorong dilakukannya berbagai upaya untuk meningkatkan popularitas tenun Samarinda dan melestarikannya. Upaya tersebut sejalan dengan kebijakan Pemerintah Kota Samarinda yang pada tahun 2012 telah mencanangkan Kampung Tenun Samarinda yang berlokasi di Samarinda Seberang sebagai daerah tujuan wisata nasional. Hal ini membuka peluang untuk pemberdayaan sektor riil dan ekonomi kreaif (UMKM) di sektor pendukung wisata Kampung Tenun diantaranya restoran, hotel, tempat parkir yang representaif, pemandu wisata dari penduduk setempat, galeri, showroom produk dan lokasi usaha yang dapat berfungsi sebagai workshop yang menjadi fokus dalam pengembangan wisata budaya. Secara umum, kendala perkembangan tenun Samarinda terletak pada rendahnya daya serap pasar produk ini. Tidak stabilnya jumlah permintaan idak mampu memoivasi penenun untuk menciptakan kreasi produk, baik melalui kreasi moif, inovasi bahan baku, teknis produksi, dan diferensiasi produk. Kondisi resiprokal terjadi pada kendala ini di mana, sebagai produk fashion yang sangat tergantung pada selera pasar, desain tenun Samarinda dinilai kurang dapat menarik minat konsumen. Keidakstabilan permintaan dipengaruhi pula oleh minimnya moda distribusi melalui ketersediaan pasar dan keterbukaan akses pasar. Perlu adanya inisiasi dari banyak pihak, baik pemerintah maupun swasta dalam upaya pelestarian tenun Samarinda sebagai warisan budaya lokal. Terjalinnya koordinasi yang Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 1 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c baik dari pihak penenun, pemerintah, dan swasta dalam pengembangan produk ini mutlak diperlukan. Maksimalisasi transfer knowledge terkait dengan teknis produksi, pola pemasaran, maupun manajemen keuangan diperlukan untuk memperkaya kualitas sumber daya manusia. Pembentukan lembaga keiga, diharapkan mampu menjadi pihak independen yang berperan untuk; (1) Menjaga stabilitas supply bahan baku, dalam hal kuanitas bahan baku maupun kuanitas harga, (2) Menjaga stabilitas dan keseragaman harga jual agar idak merugikan penenun, (3) Menyediakan saluran distribusi, (4) Secara koninyu menyediakan fasilitas transfer knowledge terkait dengan proses produksi dan non produksi, serta (5) Menjadi penjamin dan penyalur satu pintu bagi pembiayaan yang dilakukan oleh pihak perbankan maupun non perbankan kepada penenun, agar bantuan pembiayaan yang diberikan dapat terdistribusi dengan baik. 2 C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Ringkasan Eksekutif w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c N O W ! .d o o m o .c m C lic k to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Ringkasan Eksekutif w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k Rantai Nilai Tenun Samarinda WZ/DZzd/s/d/^ KƉĞƌĂƚŝŽŶ /ŶďŽƵŶĚ KƵƚďŽŶĚ >ŽŐŝƐƚŝĐ >ŽŐŝƐƚŝĐ ĂŚĂŶ ĂŬƵ hƚĂŵĂ͗ Ǧ ĞŶĂŶŐ ^ƵƚĞƌĂWŽůŽƐ Ǧ ĞŶĂŶŐ ƐƵƚĞƌĂ tĂƌŶĂ Ǧ WĞǁĂƌŶĂĂŶ Ǧ WĞŵďƵĂƚĂŶ ŵŽƚŝĨ Ǧ DĞŵĂƐƵŬŬĂŶ ĞŶĂŶŐ Ǧ WĞŶĐĞůƵƉĂŶ ĂŚĂŶ ƉĞŶŽůŽŶŐ͗ Ǧ WĞǁĂƌŶĂ ƚĞŬƐƚŝů Ǧ WĞǁĂƌŶĂ Ǧ WĞŵďƵĂƚĂŶ ŵŽƚŝĨ WĞŶŐŚĂŶŝĂŶ Ǧ WĞŶĞŶƵŶĂŶ Ǧ WĞŵŽƚŽŶŐĂŶ ŬĂŝŶƚĞŶƵŶ Ǧ WĞŶũĂŚŝƚĂŶ ƐĂƌƵŶŐ DĂƌŬĞƚŝŶŐ ĂŶĚ^ĂůĞƐ Ǧ ŝƐƚƌŝďƵƐŝŬĞ ƉĞƌƚŽŬŽĂŶĚĂŶ'ĞƌĂŝ h<D Ǧ ŝŝŬƵƚƐĞƌƚĂŬĂŶĚĂůĂŵ ƉƌŽŵŽƐŝĚĂŶƉĂŵĞƌĂŶ LJĂŶŐŵĞůĂůƵŝŝŶŝƐŝĂƚŝĨ ƉĞŵĞƌŝŶƚĂŚĚĂŶƚŽŬŽŚ ƐĞŶƚƌĂ͘ Ǧ WĞŶũƵůĂŶƐĞĐĂƌĂ ůĂŶŐƐƵŶŐ Ǧ WĞŶŐĞƉĂŬĂŶ Ǧ >ĂďĞůŝƐĂƐŝ Ǧ WĞŵďƵĂƚŵŽƚŝĨ Ǧ WĞŶŐŚĂŶŝ Ǧ WĞŶĞŶƵŶ /ŵƉŽƌƚŝƌ :ĂŬĂƌƚĂĂƚĂƵ ^ƵƌĂďĂLJĂ WĞŶĞŶƵŶ ‘•—‡  ŝƐƚƌŝďƵƚŽƌĚĂĞƌĂŚ WĞĚĂŐĂŶŐ WĞŶŐƵŵƉƵů  ĂŶŬ/ŶĚŽŶĞƐŝĂ͕ ŝŶĂƐĚĂŶ^<WƚĞƌŬĂŝƚ /ŶĨƌĂƐƚƌƵĐƚƵƌĞ Ǧ ŬƐĞƐũĂůĂŶŬĞŬĂŵƉƵŶŐ^ĂƌƵŶŐ dĞŶƵŶ Ǧ ŬƐĞƐdƌĂŶƐƉŽƌƚĂƐŝ Ǧ WĞŶĐĂŶĂŶŐĂŶ ŬĂŵƉƵŶŐ ƚĞŶƵŶ ƐĞďĂŐĂŝĚĂĞƌĂŚǁŝƐĂƚĂ ,Z Ǧ Ǧ Ǧ Ǧ WĞůĂƚŝŚĂŶƉĞŵďƵĂƚĂŶŵŽƚŝĨ͕ ŬĞǁŝƌĂƵƐĂŚĂĂŶ͕ƉĞǁĂƌŶĂĂŶĂůĂŵŝ͕ ƉĞŶŐĞůŽůĂĂŶƉĞƌŵŽĚĂůĂŶ͘ WĞŶĚĂŵƉŝŶŐĂŶ ĂŶƚƵĂŶůĂƚdĞŶƵŶ͕ďĂŶƚƵĂŶŵŽĚĂů ĞŶĂŶŐ͘ WĞŵďĞŶƚƵŬĂŶŬĞůŽŵƉŽŬhƐĂŚĂ ĞƌƐĂŵĂLJĂŶŐƚĞůĂŚƚĞƌďĞŶƚƵŬ ƐĞďĂŶLJĂŬϲ<hŝŶŝƐŝĂƐŝĚĂƌŝ ĞƐƉĞƌŝŶĚĂŐ<ŽƚĂ^ĂŵĂƌŝŶĚĂ͕ WƌŽǀŝŶƐŝĚĂŶĂŶŬ/ŶĚŽŶĞƐŝĂ dŽŬŽ ^ŽƵǀĞŶŝƌ dĞĐŚŶŽůŽŐLJ Ǧ dĞŬŚŶŽůŽŐŝƐĞĚĞƌŚĂŶĂŚĂŶLJĂ ĚŝůĂŬƵŬĂŶƉĂĚĂƉĞŵŝŶƚĂůĂŶ ďĞŶĂŶŐƐƵƚĞƌĂ͘ Ǧ dĞŚŶŽůŽŐŝƐĞĚĞƌŚĂŶĂŚĂŶLJĂ ƉĂĚĂĚĞƐĂŝŶŵŽƚŝĨ Ǧ dĞŚŶŽůŽŐŝƐĞĚĞƌŚĂŶĂŚĂŶLJĂ ƉĂĚĂƉƌŽƐĞƐƉĞŶŐŝŬĂƚĂŶǁĂƌŶĂ ĚĂŶƉĞǁĂƌŶĂĂůĂŵŝ ^hWWKZd/E'd/s/d/^ Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 3 .c w PD w   ‘™Ž‡†‰‡ ‡‰‡ƒ‹ ’‡‡–ƒ’ƒŠƒ”‰ƒ „Ǥ ‡†—•‹„‹ƒ›ƒ ’”‘†—•‹ǡ –‡”—–ƒƒ„‹ƒ›ƒ „ƒŠƒ„ƒ—  ”ƒ•ˆ‡” ‘™Ž‡†‰‡ ƒǤ ‘„ƒ†‹•ƒ‹ ‘–‹ˆ „Ǥ ‡”Œƒ•ƒƒ †‡‰ƒ†‡•‹‰‡” Ǥ ‡”’ƒ†—ƒ‘–‹ˆ ‡–‡”„—ƒƒ ‹ˆ‘”ƒ•‹†ƒ ’‡›‡†‹ƒƒƒ•‡• ’ƒ•ƒ”   ‡”•‡’•‹ ‘•—‡ –‡”Šƒ†ƒ’ ’”‘†— ‡ ‹’–ƒƒ ’”‘†—Š‹Ž‹”     ƒ”‰ƒ„ƒŠƒ „ƒ—–‹‰‰‹ ƒǤ —„•–‹–—•‹ „ƒŠƒ„ƒ— „Ǥ ‘˜ƒ•‹ „ƒŠƒ„ƒ— ƒ”‰ƒŒ—ƒŽ ’”‘†—–‹‰‰‹  ‹‹›ƒƒ•‡• ‹ˆ‘”ƒ•‹–‡–ƒ‰ •—’’Ž‹‡”„ƒŠƒ„ƒ—  ‡‰ƒ†ƒƒ„ƒŠƒ „ƒ—‡ŽƒŽ—‹ ’‡„‡Ž‹ƒ„‡”•ƒƒ   Ȁ  PD y bu w ! W O N .c m h a n g e Vi e to c u -tr a c k k lic XC C .d o F- w o er ƒǤ ”ƒ•ˆ‡” ‹‹›ƒ Œ—ŽƒŠ’‡‰Šƒ‹ ”‡ƒ–‹˜‹–ƒ• ‘–‹ˆ”‡†ƒŠ w ƒ”‰ƒŒ—ƒŽ–‹†ƒ ƒ’—‡—–—’‹ „‹ƒ›ƒ’‹Œƒƒ  ‡ Šƒ”‡ ‹†—•–”‹–‡— ›ƒ‰Ž‡„‹ŠƒŒ— ‹‹›ƒ •ƒŽ—”ƒ †‹•–”‹„—•‹ w •ƒŠƒ–‹†ƒ „ƒƒ„Ž‡’ƒ†ƒ ƒ•—•‹–‡”–‡–— ‡”•‡’•‹‡‡—ǣ ƒǤ ƒ›ƒ—•ƒŠƒ •ƒ’‹‰ƒ „Ǥ‡†ƒŠ›ƒ’‡”•‡’•‹ –‡”Šƒ†ƒ’”‡ƒ–‹˜‹–ƒ• er        ie w ! m W O Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya N Ringkasan Eksekutif y bu .c o  hange V to c u -tr a c k k lic XC C .d o F- w 4 Pemetaan Kendala dan Rekomendasi .c .d o m o m o c u -tr a c k C lic k to bu y bu C lic k to w w w .d o w er Ringkasan Eksekutif w w w h a n g e Vi e N O W ! XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k Ringkasan Pola Pembiayaan Tenun Samarinda �� ���������������� ������ � ����������� ����������������������������������������������������������������� ����� � ����������������������� �� ���������������������������������������������������������������� ������������������ �� ������������������������������������������������� � ��������������������� �������������������� ���������������� ������������� �� ��������� �� ����������� ������ � ������������ � � ������������������� ��������������� �� �������������� �� ���������������������� � � ��������������������������� ���������������������� ���������������������������������� ������������������������� �������������� � �� �� ������������ ������������������� �� �������� �������������������������� ��������������������� ��� �������������������������� ��������������������� ��������� �������������������������� ��������������������� ������������� �������������������������� ��������������������� ������������������� ��������������������� ������� ���������������� ������ ��������� ��������� ��������� �� ���������������������������� �� ����������������������������� ��������� ���������� ���������� ���������������������������������������������� ���������������� �� ��������������������������������� ������������������� ������������������� ������������������� ������������������� ���������������������������������������������������������� ���� ������������� ��� �������� ������� �������� ��������� ��������� ���������� ���������� ���������� ���������� ������ ������ ������ ������ ���� ���� ���� ���� ������ ������ �������������� ������ ������ ����������������������������������������������������� ����������������������� ������������������������������������������������������� ������������������������� Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 5 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c Halaman ini sengaja dikosongkan 6 C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Ringkasan Eksekutif w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c N O W ! .d o o m o .c m C lic k to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Bab 1 - Dinamika dan Potensi w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k BAB 1 Dinamika dan Potensi 1.1. Sejarah Kampung Tenun dan Perkembangannya Kampung Tenun merupakan representasi keragaman budaya yang keberadaannya idak lepas dari sejarah panjang terbentuknya Kota Samarinda. Filosoi itu diilhami oleh pemberian nama daerah Sama Rendah untuk suku Bugis yang mendapatkan suaka dari Kesultanan Kutai. Sama Rendah di maksudkan agar semua penduduk, baik asli maupun pendatang berderajat sama. Tidak ada perbedaan antara orang Bugis, Kutai, Banjar dan suku lainnya. Ada belasan kampung suku Bugis yang tersebar di daerah Samarinda Seberang. Namanya pun beragam; Kampung Wajo, Senglang, Sidrap atau sesuai nama kampung asal di Sulawesi. Para pendatang ini bermukim secara berkelompok di sepanjang sungai Mahakam yang mencerminkan asimilasi budaya asli suku Bugis pesisiran dengan budaya Islam. Ikatan kampung juga masih kuat diwarnai dengan asas gotong royong dan kebiasaan tolong-menolong yang sering dilakukan dalam penyelenggaraan hajat ataupun adanya kemalangan. Kaum wanita suku Bugis pendatang mewarisi keahlian turun temurun dari leluhur mereka, yaitu menenun benang sutera. Kegiatan ini dilakukan untuk mengisi waktu luang menunggu suami pulang bekerja, sembari mengasuh anak. Awalnya hasil tenun tersebut hanya untuk keperluan sendiri, namun seiring berjalannya waktu tenun menjadi komoditas yang diperjualbelikan dan sudah dianggap sebagai emas bagi mereka. Mayoritas para pengrajin tenun bermukim di gang-gang berdekatan yang terletak di Kampung Pamanah Gang Pertenunan, atau lebih dikenal dengan Kampung Tenun. Secara Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 7 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k Pada tahun 2012 jumlah penduduk Kampung Tenun yang merupakan gabungan dari Kelurahan Baqa dan Kelurahan Masjid mencapai 29 ribu orang, terdiri dari 14.705 orang pria dan 14.374 orang wanita. Rincian data demograi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1.1. Sebaran Jumlah Penduduk �� ��������������� ��������� ������ � � �������� ��������� ��������� � ���� ����� ����� ������ ����� �� � ������ ����� ����� ������ ����� �� ����� ������ ������ ������ ����� �� ���������������������������������������������� Jumlah angkatan kerja yang berusia 18-56 tahun di Kampung Tenun sebanyak 3.578 orang, dimana 2.020 orang diantaranya bekerja penuh dan 103 orang bekerja idak tentu. Pengusaha dan pedagang terkait tenun sarung Samarinda merupakan mata pencaharian utama, selain nelayan dan pegawai swasta mengingat Kampung Tenun terletak di pinggiran sungai Mahakam dan dahulunya termasuk kawasan industri pengolahan kayu. Rincian mata pencaharian penduduk dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1.2. Rekapitulasi Mata Pencaharian Kelurahan Baqa Dan Mesjid �� ���������������� � �������������������� � ���� ��������� ���� ������ ����� ��� ��� �� ����� ��� � ������������������� � ������ ��� �� � ����������� ��� ����� � ���������� �� ��� � ������� �� ���� � �������� �� ��� � ���� ��� ����� ��������������������������������������������� Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c administraif Kampung Tenun terletak di Kelurahan Baqa dan Kelurahan Mesjid, Kecamatan Samarinda Seberang, Kota Samarinda, atau sekitar 15 km dari ibukota Samarinda dengan luas wilayah sebesar 2.20 km2. 8 C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 1 - Dinamika dan Potensi w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c N O W ! .d o o m o .c m C lic k to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Bab 1 - Dinamika dan Potensi w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k Keberadaan masyarakat Kampung Tenun yang berkumpul dalam satu wilayah geograis dengan keahlian menenun memiliki keunikan tersendiri dan mampu menjadi daerah tujuan wisata budaya yang potensial. Sehingga pada tanggal 04 Maret 2012 Pemerintah Kota Samarinda dan Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) telah mencanangkan Kampung Tenun sebagai daerah tujuan wisata budaya di Samarinda. Pemerintah Kota bersama SKPD terkait dan Bank Indonesia terus melakukan berbagai pembenahan dalam mewujudkan hal tersebut, diantaranya adalah perbaikan fasilitas utama seperi semenisasi gang pertenunan, renovasi rumah tua yang berfungsi sebagai cagar budaya, pembenahan rumah-rumah sebagai media workshop dan penghijauan. Kedepannya pemerintah daerah akan membangun sebuah desinasi wisata budaya religi terpadu yang menggunakan transportasi air sebagai sarana dalam mengunjungi daerah-daerah wisata dengan tujuan terakhir di Kampung Tenun. 1.2. Sekilas tentang Tenun Samarinda Sejarah Sarung Tenun Sarung Samarinda atau Tajong Samarinda adalah sebuah karya kerajinan rakyat berupa tenunan tradisional dari Kota Samarinda yang selanjutnya diproses menjadi sarung. Kerajinan ini berasal dari daerah Sulawesi Selatan, dibawa oleh orang-orang Bugis ke Samarinda tepatnya Samarinda Seberang pada sekitar abad ke 18, dan berkaitan erat dengan sejarah kedatangan suku Bugis ke Kalimantan Timur. Sarung Samarinda berasal dari Sulawesi Selatan dan berkaitan erat dengan sejarah kedatangan suku Bugis ke Kalimantan Timur. Menurut lontara atau silsilah kedatangan suku Bugis, semua berawal dari kedatangan suku Bugis ke Tanah Kutai pada tahun 1665 keika terjadi kerusuhan di Kerajaan Bone. Kerusuhan tersebut terjadi karena La Ma Dukellang menikam hingga tewas bangsawan inggi Kerajaan Bone keika diadakan sabung ayam saat upacara pernikahan antara putra Kerajaan Goa dengan putri Sultan Bone. Terjadilah peperangan yang tak seimbang sehingga La Ma Dukellang beserta 3 putranya dan 8 orang bangsawan Wajo ditambah 200 pengiring dengan kelengkapan 14 perahu layar meninggalkan Wajo menuju Tanah Kutai. Tetapi mereka kehabisan perbekalan di tengah perjalanan dan berlabuh di pasir. Banyak orang-orang dari Wajo dan Sopeng berdatangan kemudian karena idak tahan dijajah oleh Kerajaan Bone. Karena semakin banyaknya pendatang, diadakanlah musyawarah besar. Hasil musyawarah itu memerintahkan Lamohang Daeng Mangkona untuk pergi ke Kutai. Mulanya Kerajaan Kutai di bawah pimpinan Pangeran Dipai Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 9 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k Nama Samarinda berasal dari penyebutan warga sekitar pada sistem pemukiman yang dibuat oleh Puo Ado yang menyamaratakan tinggi bangunan tempat tinggal yaitu sama inggi maupun sama rendahnya. Lama kelamaan penyebutan Sama Rendah berubah menjadi Samarinda. Datang dan menetapnya suku Bugis memberi warna baru dalam sistem pemerintahan Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura. Kehidupan antara warga pendatang dan penduduk dapat berjalan harmonis dan membantu pemerintahan Kerajaan Kutai dalam menjaga stabilitas keamanan. Suku Bugis menetap dan terus mengembangkan tradisi mereka termasuk kebiasaan menenun. Kebiasaan ini menghasilkan produk olah tenun yang dibuat secara manual dengan alat tenun bukan mesin (ATBM). Nama Samarinda berasal dari kata Sama Rendah, mencerminkan tinggi bangunan yang sama tinggi dan sama rendahnya, dan bermakna bahwa penduduk asli dan pendatang berderajat sama, saling menghormati dan menghargai. Pada awalnya usaha kerajinan tenun di Kampung Tenun masih berupa kegiatan sampingan, seperi banyak dijumpai di lingkungan masyarakat pedesaan lainnya yang sering mengembangkan berbagai jenis usaha kerajinan. Biasanya kegiatan kerajinan masyarakat desa semula hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Namun kini industri kerajinan rakyat berkembang menjadi sentra industri kecil, dengan skala produksi yang cukup besar dan menjadi mata pencaharian pokok, terutama bagi masyarakat yang idak memiliki pekerjaan tetap. Sarung Samarinda sebagai salah satu hasil asimilasi budaya suku Bugis dan Kutai yang dibawa dari tanah asalnya dan dikembangkan sebagai usaha keluarga atau home industri, sampai kini terkenal sampai mancanegara sebagai hasil budaya khas daerah Kalimantan Timur dengan kualitas yang inggi. Lahir dari tangan penenun Bugis, Sarung Samarinda berkembang karena berhasil memadukan moif Bugis, Dayak dan Kutai. Keragaman moif dan bentuk asimilasi budaya Sejak dulu kain tenun memiliki fungsi sosial dan fungsi ekonomi. Fungsi sosial tenun dapat diamai dari jenis, ragam dan moif sehelai kain tenun. Apakah keturunan bangsawan, Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c Mojo Kusumo akan memberi sebidang tanah di daerah Loa Buah kepada rombongan Lamohang Daeng Mangkona, tetapi akhirnya Pengeran memberikan tanah di wilayah Samarinda Seberang serta hak otonomi untuk mengembangkan daerahnya sendiri. Selain itu, Lamohang Daeng Mangkona juga diberikan gelar Pua Ado oleh Raja Kutai pada tanggal 20 April 1708. 10 C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 1 - Dinamika dan Potensi w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c .c N O W ! m C lic k .d o o o m to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Bab 1 - Dinamika dan Potensi w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k kepala adat, atau rakyat jelata, semuanya bisa diketahui dari kain yang menutupi tubuhnya. Kain tenun juga mempunyai fungsi ekonomi. Di masa lalu, keika uang belum begitu populer, kain tenun sering dijadikan alat tukar barang (barter). Mengingat proses pembuatannya yang rumit, kain tenun memiliki nilai tukar yang cukup inggi. Dalam perkembangannya kain tenun menjadi komoditas berharga yang dapat menggerakan ekonomi sekaligus menjadi tumpuan sumber pencaharian masyarakat. Berdasarkan bahan dan moifnya, kain tenun di Indonesia bisa dibedakan menjadi beberapa jenis. Misalnya ulos, songket, lurik, dan ikat (Alamsyah, dkk., 2013). Ulos merupakan kain tenun khas Batak. Tiga jenis lainnya tersebar di berbagai daerah di Indonesia yang memiliki karakterisik tertentu. Songket, misalnya, memiliki sulaman benang emas dari perak pada jalinan benang yang ditenun. Kain lurik mempunyai moif bergaris, yang disusun berdasarkan jalinan benang berwarna-warni. Sementara tenun ikat punya moif hias, yang disusun dengan cara mengikat dan mewarnai benang bahan tenunan. Jenis yang disebut terakhir inilah yang memiliki wilayah persebaran terluas di Indonesia, termasuk tenun yang diproduksi masyarakat Kampung Tenun. Di samping itu, kain tenun ikat dibedakan menjadi dua jenis yaitu kain tenun ikat pakan serta kain tenun ikat lusi. Umumnya, tenun ikat pakan diproduksi oleh masyarakat di daerah-daerah yang mendapat pengaruh dari agama Hindu, Budha, dan Islam. Misalnya daerah-daerah di Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, serta Sulawesi. Ciri-cirinya antara lain memiliki warna kain yang cerah, meriah, serta ditandai dengan adanya benang emas dan perak. Berbeda dengan tenun ikat lusi yang hanya terdapat di sebagian kawasan imur Indonesia seperi Sumba, Flores dan Timor yang idak terlalu terpengaruh budaya Hindu, Budha, dan Islam (Alamsyah., dkk. 2013). Warna maupun moifnya pun terkesan lebih sederhana. Dengan demikian, tenun Sarung Samarinda termasuk dalam jenis tenun ikat pakan karena pemilihan warna yang lebih cerah seperi warna hitam, puih, merah, hijau, ungu, biru laut dan hijau daun. Moif tenun Sarung Samarinda pada dasarnya memiliki kesamaan dengan moif kain tenun yang berasal dari Sulawesi Selatan karena adanya kesamaan historis keberadaan tenun Samarinda dan tenun Sulawesi Selatan. Sehingga tenun sarung Samarinda merupakan introduksi Lipa’ Sa’be (songket) Sulawesi yang berasimilasi dengan kebudayaan suku Dayak secara bentuk, corak dan produksi sehingga menghasilkan moif yang beragam. Dalam perkembangannya, moif tenun Sarung Samarinda juga mengadopsi moif dan corak dari suku Kutai dan Dayak. Mayoritas moif dan corak tenun Sarung Samarinda berbentuk kotak-kotak dengan ukuran yang variaif; besar maupun kecil. Petak yang dihasilkan dari garis saling memotong tersebut mengandung falsafah nenek moyang mereka: Siri’ na Pacce (malu dan empai) yang Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 11 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k Mayoritas motif dan corak tenun s a ru ng S a m a ri nda berbentuk kotak-kotak, mengandung filsafah “Siri’ na Pacce” (malu dan empati). Secara garis besar Sarung Samarinda terbagi menjadi iga moif yaitu moif Hata, Soeharto, dan sari penganin. Hata ialah sarung dengan corak kotak besar yang diapit persegi panjang hitam dan dilintasi garis merah, biru, dan hitam. Ada yang mengatakan, corak kotak-kotak terinspirasi dari permintaan Sultan Kutai Kartanegara yang ingin agar masyarakat Wajo membuat tenunan yang berbeda dari buatan orang Sulawesi yang disebut songket, sehingga penenun terdahulu membuat corak kotak-kotak sebagai pakem. Pengaruh Kerajaan Kutai Kertanegara terlihat pada moif kotak-kotak yang merupakan bagian dari busana khas Kerajaan Kutai Kartanegara saat berlangsung kegiatan Erau. Seiring perkembangan zaman, bermunculan juga corak baru yang ternyata terinspirasi dari ukiran-ukiran orang Dayak yang ditunjukkan pada tenun dengan corak Balo Pucuk Mabunga. Gambar 1.1. Moif Balo Pucuk Mabunga, Moif Balo Hata, dan Moif Sari Penganin Moif lain yang menjadi ciri khas atau ikon Sarung Samarinda adalah Balo’ Hata. Penamaan tersebut bertujuan untuk menghormai proklamator Indonesia Mohammad Hata, Wakil Presiden RI yang pertama. Menurut kalangan penenun, moif sarung yang diproduksi awalnya idak dinamai. Keika ada usul untuk menamai sebuah corak dengan Hata, usul itu diterima. Sumber lain mengatakan proses penamaan ini pertama kali pada tahun 1949 saat Bung Hata-Wakil Presiden RI mengunjungi daerah Samarinda Seberang. Diantara berbagai pilihan sarung yang ditawarkan, Bung Hata memilih corak besar yang diapit persgi panjang hitam yang dilintasi garis merah, biru dan hitam yang saat itu bernama moif Kemumu. Setelah Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c dalam penerjemahannya kurang lebih bermakna sebagai: hak seseorang dibatasi oleh hak orang lain. Selain itu manusia harus memahami mana haknya dan mana yang bukan haknya. 12 C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 1 - Dinamika dan Potensi w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c N O W ! itu corak Kemumu digani namanya menjadi Moif Belang Hata. Untuk corak Soeharto dapat dilihat kotak-kotak yang lebih kecil dengan warna yang berbeda. Menurut berbagai sumber yang diperoleh, penamaan moif tersebut karena Presiden Soeharto beberapa kali mengunjungi Samarinda dan saat membeli sarung hampir selalu memilih moif tersebut. Moif terakhir disebut Sari Penganin, yaitu sarung yang diberikan mempelai wanita yang bersuku asli Kampong Tenun atau ‘orang Samarinda’ kepada mempelai laki-laki setelah melaksanakan prosesi akad nikah. Sehingga sarung ini kebanyakan hanya digunakan oleh pria yang telah menikah sebagai salah satu idenitas. .d o o m o .c m C lic k to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Bab 1 - Dinamika dan Potensi w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k Motif yang menjadi ikon sarung Samarinda adalah Balo’ Hatta. Motif ini sebagai penghargaan kepada Wakil Presiden RI 1 – Bung Hatta – sewaktu berkunjung ke Samarinda dan memilih sarung dengan motif tersebut. Keiga moif tersebut; Hata, Soeharto, dan Sari Penganin, menurut kalangan perajin amat digemari terutama corak Hata. Itulah corak khas yang diduga termasuk salah satu corak awal yang dibuat para perajin. Selain itu, terdapat banyak ragam moif lain tenun Sarung Samarinda; Balo So’bi, Siparapre, Balo Hata Ungu, Negara Baliyare Mar-Mar, Pucuk Rebung, Billa Takajo, Tabagolog, Coka Mannipi dan Jepa-Jepa Kamummu. Keragaman moif tersebut merupakan asimilasi dari kebudayaan yang berbeda; Bugis, Dayak dan Kutai. Berikut adalah contoh beberapa corak dan moif dari tenun Sarung Samarinda: Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 13 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k 1.3. Profil usaha tenun sebagai pelaku utama di Kampung Tenun Sarung Samarinda atau Tajong Samarinda adalah jenis kain tenunan tradisional yang merupakan khas Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Sarung ini ditenun dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) yang disebut Gedokan. Produk yang dihasilkan untuk satu buah sarung memakan waktu 15 hari untuk sarung berkualitas sangat baik. Bahan baku utama adalah benang sutera alam (warm silk) dan benang sutera impor yang disebut spoon silk yang memiliki kualitas inggi. Benang sutera diimpor dari Cina karena sutera Cina memiliki kualitas yang lebih bagus dibanding sutera lokal. Usaha tenun Sarung Samarinda merupakan salah satu bentuk kegiatan kerajinan yang memiliki ingkat kompleksitas cukup inggi sehingga dibutuhkan keahlian khusus serta Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c Gambar 1.2. Macam-macam Moif Tenun Sarung 14 C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 1 - Dinamika dan Potensi w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c N O W ! .d o o m o .c m C lic k to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Bab 1 - Dinamika dan Potensi w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k membutuhkan waktu yang cukup lama dalam menghasilkan sebuah produk. Kombinasi kompleksitas produksi dan kualitas bahan baku yang inggi menghasilkan sebuah tenunan dengan kerapatan dan kehalusan kain tenun yang sangat baik sehingga tenunan terasa dingin dikulit dan memberikan kenyamanan saat digunakan - citra ekslusif tenun Sarung Samarinda. Ciri khas utama tenun yang asli adalah dapat dilipat sampai seukuran genggaman tangan dan semakin lama digunakan akan semakin memperhalus kualitas kain. Produk tenun Sarung Samarinda secara umum terdiri atas 2 (dua) jenis produk yaitu sarung laki-laki dan sarung perempuan. Perbedaan diantara kedua jenis ini secara spesiik terletak pada moifnya. Sarung laki-laki umumnya bermoif kotak-kotak, sementara sarung perempuan bermoif polos dengan hiasan tenun imbul (Sobbi’). Perbedaan lainnya terdapat pada warna, yaitu sarung perempuan cenderung berwarna lebih terang dan variaif dibanding sarung laki-laki. Gambar 1.3. Variasi Produk Tenun Sarung Samarinda Perkembangan tenun Sarung Samarida idak hanya terdapat pada moif saja, tetapi juga pada variasi produk. Sebelumnya penenun hanya memproduksi dalam bentuk sarung, saat ini diproduksi pula dalam bentuk kain bahan pakaian. Perkembangan ini mengikui selera pasar yang menginginkan tenun Sarung Samarinda idak hanya dalam bentuk sarung, melainkan juga dalam bentuk kain bahan pakaian. Hal ini dikarenakan adanya pergeseran selera pemanfaatan tenun Sarung Samarinda yang saat ini banyak dijadikan pakaian resmi maupun kasual. Pergeseran fungsi tenun yang sebelumnya hanya diolah menjadi sarung, mendapat respon yang cukup baik dari Pemerintah Kota Samarinda. Hal ini ditunjukkan dengan rencana Walikota Gambar 1.4. Contoh Pakaian Resmi Khas Sarung Samarinda Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 15 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k Kerajinan tenun Sarung Samarinda pada tahun 2013 mampu menghasilkan volume produksi sebanyak 216 unit/tahun per pedagang pengumpul dengan nilai produksi Rp285.000.000,- dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 200 orang. Pemasaran tenun Sarung Samarinda dilakukan secara langsung oleh pengrajin ataupun melalui pengumpul. Pemasaran terbesar dilakukan oleh pengumpul yang memiliki akses langsung ke pasar seperi Citra Niaga, Kebun Sayur di Balikpapan, Fitriyah dan pusat penjualan souvenir maupun UKM center lainnya. Pemasaran dengan skala lebih luas biasanya lewat berbagai event pameran dan promosi. Daerah pemasaran tenun Sarung Samarinda melipui Kalimantan Timur, Jakarta, Bali, Manado, dan Padang, serta diekspor juga ke negara-negara muslim lainnya. Permintaan dari luar negeri idak koninyu, tapi tergantung musim-pada musim haji dan lebaran permintaan sarung sangat inggi. Pembayaran produk yang dijual oleh penenun antara lain dilakukan dengan cara tunai, sistem bagi hasil melalui bantuan benang dari pemodal dan sistem konsinyasi. Gambaran rantai nilai (value chain) untuk tenun Sarung Samarinda dapat dilihat pada gambar berikut. Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c Samarinda yang akan menerbitkan Peraturan Walikota tentang kewajiban seluruh pegawai pemerintah ingkat II untuk mengenakan baju kerja Sarung Samarinda seiap hari Kamis dan Jumat serta menjadi baju khas resmi di acara-acara khusus. 16 C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 1 - Dinamika dan Potensi w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c N O W ! .d o o m o .c m C lic k to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Bab 1 - Dinamika dan Potensi w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k WZ/DZzd/s/d/^ KƉĞƌĂƚŝŽŶ /ŶďŽƵŶĚ KƵƚďŽŶĚ >ŽŐŝƐƚŝĐ >ŽŐŝƐƚŝĐ ĂŚĂŶ ĂŬƵ hƚĂŵĂ͗ Ǧ ĞŶĂŶŐ ^ƵƚĞƌĂWŽůŽƐ Ǧ ĞŶĂŶŐ ƐƵƚĞƌĂ tĂƌŶĂ Ǧ WĞǁĂƌŶĂĂŶ Ǧ WĞŵďƵĂƚĂŶ ŵŽƚŝĨ Ǧ DĞŵĂƐƵŬŬĂŶ ĞŶĂŶŐ Ǧ WĞŶĐĞůƵƉĂŶ ĂŚĂŶ ƉĞŶŽůŽŶŐ͗ Ǧ WĞǁĂƌŶĂ ƚĞŬƐƚŝů Ǧ WĞǁĂƌŶĂ Ǧ WĞŵďƵĂƚĂŶ ŵŽƚŝĨ WĞŶŐŚĂŶŝĂŶ Ǧ WĞŶĞŶƵŶĂŶ Ǧ WĞŵŽƚŽŶŐĂŶ ŬĂŝŶƚĞŶƵŶ Ǧ WĞŶũĂŚŝƚĂŶ ƐĂƌƵŶŐ Ǧ Ǧ DĂƌŬĞƚŝŶŐ ĂŶĚ^ĂůĞƐ Ǧ ŝƐƚƌŝďƵƐŝŬĞ ƉĞƌƚŽŬŽĂŶĚĂŶ'ĞƌĂŝ h<D Ǧ ŝŝŬƵƚƐĞƌƚĂŬĂŶĚĂůĂŵ ƉƌŽŵŽƐŝĚĂŶƉĂŵĞƌĂŶ LJĂŶŐŵĞůĂůƵŝŝŶŝƐŝĂƚŝĨ ƉĞŵĞƌŝŶƚĂŚĚĂŶƚŽŬŽŚ ƐĞŶƚƌĂ͘ Ǧ WĞŶũƵůĂŶƐĞĐĂƌĂ ůĂŶŐƐƵŶŐ WĞŶŐĞƉĂŬĂŶ >ĂďĞůŝƐĂƐŝ Ǧ WĞŵďƵĂƚŵŽƚŝĨ Ǧ WĞŶŐŚĂŶŝ Ǧ WĞŶĞŶƵŶ /ŵƉŽƌƚŝƌ :ĂŬĂƌƚĂĂƚĂƵ ^ƵƌĂďĂLJĂ WĞŶĞŶƵŶ ‘•—‡  ŝƐƚƌŝďƵƚŽƌĚĂĞƌĂŚ WĞĚĂŐĂŶŐ WĞŶŐƵŵƉƵů  ĂŶŬ/ŶĚŽŶĞƐŝĂ͕ ŝŶĂƐĚĂŶ^<WƚĞƌŬĂŝƚ /ŶĨƌĂƐƚƌƵĐƚƵƌĞ dŽŬŽ ^ŽƵǀĞŶŝƌ ,Z Ǧ ŬƐĞƐũĂůĂŶŬĞŬĂŵƉƵŶŐ^ĂƌƵŶŐ dĞŶƵŶ Ǧ ŬƐĞƐdƌĂŶƐƉŽƌƚĂƐŝ Ǧ WĞŶĐĂŶĂŶŐĂŶ ŬĂŵƉƵŶŐ ƚĞŶƵŶ ƐĞďĂŐĂŝĚĂĞƌĂŚǁŝƐĂƚĂ Ǧ Ǧ Ǧ Ǧ WĞůĂƚŝŚĂŶƉĞŵďƵĂƚĂŶŵŽƚŝĨ͕ ŬĞǁŝƌĂƵƐĂŚĂĂŶ͕ƉĞǁĂƌŶĂĂŶĂůĂŵŝ͕ ƉĞŶŐĞůŽůĂĂŶƉĞƌŵŽĚĂůĂŶ͘ WĞŶĚĂŵƉŝŶŐĂŶ ĂŶƚƵĂŶůĂƚdĞŶƵŶ͕ďĂŶƚƵĂŶŵŽĚĂů ĞŶĂŶŐ͘ WĞŵďĞŶƚƵŬĂŶŬĞůŽŵƉŽŬhƐĂŚĂ ĞƌƐĂŵĂLJĂŶŐƚĞůĂŚƚĞƌďĞŶƚƵŬ ƐĞďĂŶLJĂŬϲ<hŝŶŝƐŝĂƐŝĚĂƌŝ ĞƐƉĞƌŝŶĚĂŐ<ŽƚĂ^ĂŵĂƌŝŶĚĂ͕ WƌŽǀŝŶƐŝĚĂŶĂŶŬ/ŶĚŽŶĞƐŝĂ dĞĐŚŶŽůŽŐLJ Ǧ Ǧ Ǧ dĞŬŚŶŽůŽŐŝƐĞĚĞƌŚĂŶĂŚĂŶLJĂ ĚŝůĂŬƵŬĂŶƉĂĚĂƉĞŵŝŶƚĂůĂŶ ďĞŶĂŶŐƐƵƚĞƌĂ͘ dĞŚŶŽůŽŐŝƐĞĚĞƌŚĂŶĂŚĂŶLJĂ ƉĂĚĂĚĞƐĂŝŶŵŽƚŝĨ dĞŚŶŽůŽŐŝƐĞĚĞƌŚĂŶĂŚĂŶLJĂ ƉĂĚĂƉƌŽƐĞƐƉĞŶŐŝŬĂƚĂŶǁĂƌŶĂ ĚĂŶƉĞǁĂƌŶĂĂůĂŵŝ ^hWWKZd/E'd/s/d/^ Gambar 1.5. Rantai Nilai Tenun Sarung Samarinda Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 17 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k ������� ������� ���������������� ������ ���� ������� ���������������� ������� ������� ������ ��� ������� ������� ������ ��������� ��������� ������� �������� ��������� ������ �� ������� ������� ������ ���� ������ ���� Gambar 1.6. Rantai Pemetaan Nilai Tambah Tenun Sarung Samarinda (dalam rupiah) Jumlah pelaku usaha untuk komoditas Sarung Samarinda diperkirakan berjumlah lebih dari 200 pelaku usaha, dengan rincian sebagai berikut; 3 supplier benang, 200 orang penenun, dan 8 distributor atau agen yang memiliki gerai. Banyak penenun memilih mengikatkan diri Tabel 1.3. Data Pengrajin Tenun Sarung Samarinda Kec. Samarinda Seberang �� �� �������������� ������������� ���������������� �������� ����� ���������������� ��� �� ������ �� �� ������ �� � ������ �� �� ������ ��� �� ������ ��� ��� ����� �� �� �������������� �������������������������������������������� Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c ������� �������� 18 C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 1 - Dinamika dan Potensi w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c N O W ! .d o o m o .c m C lic k to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Bab 1 - Dinamika dan Potensi w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k dengan toko atau galeri tertentu agar memperoleh penghasilan tetap dengan produksi 2-3 (bahkan lebih) sarung perbulan. Moif sarung penenun tersebut sudah ditentukan sesuai keinginan pemilik galeri. Seiap penenun dapat membuat satu Sarung Samarinda dalam waktu seminggu dengan ukuran panjang 4 m dan lebar 50 cm untuk moif sederhana dan kecil. Semakin banyak dan besar moif yang diinginkan semakin lama waktu pembuatannya. Tentunya sarung tenun dengan moif ini memiliki nuansa yang berbeda dengan sarung biasa pada umumnya. Sebagian besar pelaku usaha di industri ini adalah industri rumah tangga. Mereka menjadikan usaha sentra sebagai sumber nakah utama, meskipun ada sebagian kecil yang menjadikannya sebagai usaha sampingan. Umumnya keahlian kerja diperoleh secara otodidak dan pendidikan informal yang diperoleh dari pelaihan-pelaihan yang diadakan oleh pihak pemerintah maupun swasta. Proses produksi menggunakan teknologi semi otomais, dan didasarkan pada pesanan (make to order). Sumber daya manusia yang tersedia tergolong rendah, karena rata-rata berlatar pendidikan SMP hingga SMA. Para pelaku usaha sebagian besar telah tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB), dengan harapan usaha yang dijalankan akan terus berkembang. Tabel 1.4. Datar Nama KUB Sarung Samarinda �� �������� ���������������� �������������� ������ ������� � �������������� �������������� ������������� �������� � ���������������������������� �������������� ����������� �������� � �������������������� �������������� ����������� �������� � �������������������� �������������� ���������� �������� � ������������� �������������� �������������� �������� � ����������� �������������� ����������� �������� � ���������������������� �������������� ������������ ������������������������ Mayoritas penenun mengikatkan diri pada Kelompok Usaha Bersama yang diinisiasi oleh SKPD dan Bank Indonesia dengan jumlah anggota 15 sampai 25 orang. Keberadaan KUB belum memberikan perubahan berari dalam pengelolaan produksi, pemasaran maupun pendapatan para penenun. Namun beberapa ketua KUB yang memiliki modal dan akses pasar yang lebih baik biasanya menjadi pengumpul sehingga memiliki perputaran produksi yang lebih baik. Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 19 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k Tabel 1.5. Klasiikasi Kelompok Berdasarkan Akiitas ������������� �������������������� �������������� ��������������������� �������������������� ���������������� ����������������� �������������������������� �������������� ����������� ������������ ��������������� ������������������� ������������������� ���������������������� ��������������������� �������������� ���������������������� �������������� ��������������������� ��������������� �������������������� ���������������� ����������� ��������������������� ��������������������� ��������� ������������ ������������������� �������������� ������������������ ����� ���������������� �������� ������������������ ����������������������� ������������������������ ������������������� �������� ����� ����������� ���������������� ������������������������� �������������������������� ����������������������� ��������������������� ���������������������� ������������������ ��������������������� �������������� ������ ��������������������� ������������������ �������������� ������������������������ �������� ��������������� �������� ����������������� �������������������������� ������������������������� ����������������������� ����������������� ����������������� ������������������� �������������������� �������������������� ��������������� �������������� ����������������� ������������������ ����������� ������������������ ������������������ �������������������� Meskipun belum banyak KUB yang melakukan diversiikasi produk, namun ada beberapa KUB yang mencoba melakukan inovasi dengan memproduksi hasil tenun menjadi produk non sarung seperi busana; kemeja, kaos, bahkan baju resmi. Selain itu inovasi lain yang pernah dilakukan adalah pewarnaan alami untuk menghasilkan kain tenun yang memiliki warna dan corak yang lebih variaif. Pewarnaan alami dicirikan oleh moif yang memiliki warna lebih Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c Berdasarkan peneliian dan FGD yang dilakukan, secara garis besar kelompok penenun diklasiikasikan berdasarkan akiitasnya, yaitu kelompok kurang akif dan kelompok idak akif. 20 C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 1 - Dinamika dan Potensi w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c N O W ! .d o o m o .c m C lic k to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Bab 1 - Dinamika dan Potensi w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k lembut, idak mencolok dan sangat berbeda dengan moif asli yang cenderung memiliki variasi warna yang tajam. Berdasarkan kepemilikan, usaha tenun Sarung Samarinda merupakan usaha milik perseorangan dan kelompok mikro, namun belum berbentuk badan usaha seperi UD, CV maupun PT. Seluruh usaha tenun ini masih tradisional dan belum memiliki legalitas izin usaha seperi Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Datar Perusahaan (TDP), Ijin Usaha Industri (IUI), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan ijin gangguan usaha. Upah yang diterima penenun berkisar antara Rp200-300 ribu perbulan, sesuai kualitas sarung yang dihasilkan (bahan, moif serta kehalusan pengerjaan). Apabila dibutuhkan, tenaga penenun tambahan akan didatangkan dari daerah asal misalnya Wajo dan Sengkang, yang sifatnya sementara sesuai dengan jangka waktu bekerja yang diperlukan. Diinjau dari jumlah pelaku usaha yang terlibat dalam rantai hulu hilir, sentra tenun Sarung Samarinda tergolong dalam bentuk dari pasar persaingan sempurna. Produsen sarung tenun idak memiliki kemampuan untuk mempengaruhi harga karena keterbatasan informasi pasar dan juga rendahnya posisi tawar penenun dimata pengumpul. Kualitas sarung tenun yang hampir sama diantara penenun dalam hal corak maupun jenis bahan menjadi indikator lain dari bentuk pasar persaingan sempurna. Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui penambahan pengetahuan untuk meningkatkan mutu produksi sangat diperlukan. Inovasi produk diharapkan dapat menjadi jalan keluar bagi menurunnya perkembangan usaha sarung tenun ini. Potensi sarung tenun sebagai komoditas unggulan daerah sebenarnya masih sangat inggi, terlebih lagi dengan dibentuknya Kampung Tenun oleh pemerintah. Kemungkinan masuknya pelaku usaha baru masih dimungkinkan untuk menciptakan variasi baru dan ketersediaan produk yang lebih banyak. Dekranasda Kalimanan Timur melakukan kerjasama dan koordinasi dengan Dekranasda Pusat dan Kota Samarinda untuk menetapkan dan mengembangkan Kampung Tenun sebagai sentra tenun Sarung Samarinda. Sementara itu SKPD berperan dalam penguatan sentra berupa pembinaan dalam manajemen, pemasaran usaha dan pemberian bantuan alat produksi. Dalam hal ini, Pemkot juga menggandeng pihak swasta, BUMN, perbankan, asosiasi, dan koperasi untuk turut berkontribusi mewujudkan Kampung Tenun sebagai sentra tenun Sarung Samarinda. Kampung Tenun ditetapkan sebagai sentra tenun sarung Samarinda dan daerah tujuan wisata di Samarinda. Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 21 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k �� �������������� � ��������������������������������� � ���������������������������������������������� � �������������������������������������������������������� � �������������������������������������������� � ����������������������������������������������������������� � ������������������������� � �������������������������������� � ������������������������ � ������������������������������������������ ������������������������� 1.4. Pola Pembiayaan Sarung Samarinda merupakan produk khas Kalim yang menjadi komoditas unggulan daerah. Kekhasan moif dan bahan yang berkualitas inggi menjadikan komoditas ini sebagai produk dengan harga jual yang cukup inggi. Struktur permodalan internal bersumber dari modal sendiri, baik berupa uang kas maupun peralatan tenun. Tingginya ingkat penggunaan modal sendiri dalam usaha menunjukkan rendahnya sokongan modal dari pihak keiga. Sebagian besar anggota sentra terutama penenun memiliki modal yang terbatas untuk mengelola usaha yaitu sebesar Rp3.000.000 sampai dengan Rp5.000.000. Modal ini terhitung kecil mengingat bahan baku yang diperlukan harus diimpor dari Cina. Bantuan permodalan yang pernah diterima pengerajin tenun antara lain pinjaman lunak BUMN terkait program Corporate Social Responsibility serta hibah secara berkala berupa bahan baku produksi tenun seperi benang sutera dan pewarna dari instansi dan SKPD terkait. Banyak faktor yang menyebabkan pengrajin tenun idak berhubungan dengan pihak keiga terutama dengan perbankan terkait permodalan. Hal ini dipicu keidakpahaman anggota sentra terhadap prosedur pengajuan pinjaman untuk pengembangan usaha. Sebagian besar anggota sentra masih beranggapan bahwa prosedur pengajuan pinjaman atau kredit untuk modal kerja sangat rumit dan membutuhkan jangka waktu yang lama, sehingga mereka lebih memilih untuk mengembangkan usaha sesuai dengan jumlah modal yang mereka miliki sendiri. Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c Tabel 1.6. Pembinaan UKM Tenun Sarung Samarinda 22 C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 1 - Dinamika dan Potensi w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c .c Di sisi lain, banyak sekali sumber pendanaan yang sebenarnya dapat dimanfaatkan oleh penenun. Namun karena terbatasnya informasi yang diterima dan kurangnya sosialisasi, sumber pendanaan ini jarang dimanfaatkan. Sebut saja Kredit Usaha Rakyat (KUR), Skim Program Kemitraan dan Bina Ligkungan (PKBL), Kupedes dan bentuk-bentuk pembiayaan syariah seperi Murabahah, Musyarakah dan lain sebagainya. Berbagai bentuk kredit tersebut diperuntukkan untuk pembiayaan bagi usaha kecil dan mikro dengan suku bunga kompeiif dan feasible untuk perputaran usaha kecil. Ditambah lagi dengan jaminan yang digunakan untuk pengajuan kredit yang tidak terlalu memberatkan, seperi BPKB kendaraan bermotor dan seriikat tanah. .d o m o m o c u -tr a c k C lic k to bu y bu C lic k to w w w .d o w er Bab 1 - Dinamika dan Potensi w w w h a n g e Vi e N O W ! XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k Salah satu faktor yang menyebabkan pengrajin enggan berhubungan dengan perbankan adalah asimetri informasi tentang produk perbankan dan prosedur pengajuan. 1.5. Profil Usaha Sektor Pendukung Di Kampung Tenun Gaung Kampung Tenun sebagai tujuan wisata rupanya belum menjadi pemicu bagi industri lain untuk menggeliat. Hal ini ditunjukkan dengan belum banyaknya faktor pendukung wisata seperi hotel, penginapan dan restoran yang representaif, agen perjalanan yang menawarkan wisata, ketersediaan lahan parkir serta tokoh kampung yang dapat berindak sebagai pramuwisata. Tabel 1.7. Sarana Pendukung Wisata Kampung Tenun �� ��������� ������ � �������� � � ������������ � � ������������������ � � ���������������� �� � ��������������� ��������������������������������������������� Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 23 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k Masyarakat diharapkan ikut berparisipasi mengembangkan Kampung Tenun dengan melibatkan diri dalam perekonomian yang akan semakin menggeliat seiring kedatangan wisatawan dari berbagai daerah. Berdasarkan hasil survei, industri yang mendukung terwujudnya wisata Kampung Tenun saat ini hanya usaha kerajinan manik-manik khas suku Dayak. Jumlahnya pun idak banyak, hanya sekitar 30 pengrajin dengan skala mikro. Padahal jika kerajinan manik diintegrasikan dengan tenun akan menjadi sebuah cinderamata yang lengkap mewakili khas budaya Kalimantan Timur. Tabel 1.8. Data UMKM Kecamatan Samarinda Seberang �� ��������� ������ � ���������������� � � ����������������� � � ����������������������� � � ����������������������� �� � ������������������ ��� � ������������������������ � ������������������������������������������� Pelaku usaha kerajinan manik yang berada dalam kawasan Kampung Tenun merupakan kerajinan yang turun temurun meski idak diketahui dengan pasi sejak kapan akiitas ini dilakukan. Pengrajin manik biasanya memiliki usaha yang terpisah dengan pengrajin tenun, meskipun ada beberapa diantaranya berprofesi sebagai penenun sekaligus pengrajin manik. Produk yang dihasilkan dari kerajinan manik ini diantaranya adalah cinderamata berbentuk perhiasan, perabotan rumah tangga, tas, baju adat dan berbagai produk lainnya. Harga yang ditawarkan bervariasi mulai kisaran Rp10 ribu sampai dengan Rp500 ribu. Secara rinci hasil kerajinan manik disajikan dalam tabel berikut: Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c Jika diinjau dari aspek transportasi, lokasi industri tenun Sarung Samarinda mudah ditempuh karena hanya berjarak +16 km dengan waktu tempuh 30 menit dari Kota Samarinda menggunakan kendaraan. Atau dapat juga menggunakan transportasi air/sungai. Sarana dan prasarana transportasi pun cukup memadai, seperi jalan raya aspal yang cukup besar dan pelabuhan perahu yang cukup layak. 24 C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 1 - Dinamika dan Potensi w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c N O W ! .d o o m o .c m C lic k to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Bab 1 - Dinamika dan Potensi w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k Tabel 1.9. Produk Kerajinan Manik �� ������������ ���������� � ����������� ������ � ������ ������������� � ������������� �������������� � ������ ��������������� � ������������� ������������� � ���� �������������� � ������������ ������������� � ��� ��������������� � ��������� ������������� �� ������ ������������� �� ���� �������������� �� ������ �������������� �� ������ ����������� �� ������������������ ��������������� ������������������������� Produk kerajinan manik mempunyai rantai pemasaran yang sederhana. Pengrajin manik umumnya memproduksi kerajinan manik berdasarkan pesanan, kemudian menjual produknya pada toko oleh-oleh khas Kalim maupun UKM Center. Selanjutnya toko akan melakukan pengemasan dan pelabelan. Selain itu, pengrajin juga dapat menjual hasil kerajinan kepada pengumpul yang selanjutnya akan didistribusikan ke daerah-daerah lain seperi Balikpapan, Bontang dan Tarakan. Struktur permodalan internal untuk komoditas kerajinan manik Samarinda bersumber dari modal sendiri. Modal yang dimiliki rata-rata sebesar Rp50 ribu sampai dengan Rp200 ribu. Sementara untuk pengumpul atau pihak penjual kerajinan manik, nilai modal mampu mencapai angka Rp400 ribu. Berdasarkan hasil survei kepada sampel pengrajin, hanya 1 pengrajin yang pernah mendapat bantuan pinjaman dari Bank BRI dengan skema KUR. Dengan demikian, struktur modal yang hanya dibiayai dari modal sendiri menunjukkan kekuatan ekonomi yang belum memadai dan memberikan dampak signiikan terhadap usaha yang dijalankan, utamanya untuk meningkatkan kuanitas dan kualitas kerajinan manik itu sendiri. Sebagian besar produsen kerajinan manik adalah industri rumah tangga dengan sistem make to order. Pelaku industri ini umumnya adalah ibu rumah tangga dan bermula dari usaha Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 25 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k Bahan baku berupa manik diperoleh dari daerah setempat dan mudah ditemui di pasaran. Pembelian bahan baku lebih banyak dilakukan secara individual dan idak terkoordinasi dalam suatu kelompok. Jumlah bahan baku manik yang digunakan untuk sekali produksi berkisar 2 hingga 12 pon. Suplier bahan baku tersebut antara lain H. Hadri, Toko manik yang berada di Pasar Pagi, Hj. Tasse dan Sugeng yang semuanya berdomisili di Samarinda. 1.6. Pola Kemitraan Tenun Samarinda memerlukan sebuah inovasi produk guna menambah nilai jual. Tenun idak sekedar diproduksi menjadi sarung, tetapi diperlukan perubahan selera-dari produk sarung menjadi busana. Perubahan ini pening dilakukan mengingat keterbatasan fungsi sarung dalam kehidupan sehari-hari. Berbeda halnya dengan busana yang permintaan pasarnya idak pernah surut dan selalu berkembang sesuai dengan tren fashion dan inovasi desain. Jika tenun Sarung Samarinda telah dicanangkan sebagai tenun khas Samarinda, muliplier efect yang terjadi adalah banyak instansi pemerintah maupun lembaga pendidikan yang akan berlombalomba menggunakan tenun sebagai salah satu idenitas busana instansi tersebut. Misalnya, penggunaan unsur tenun Sarung Samarinda dalam salah satu seragam sekolah. Perubahan selera ini tak lepas dari kemitraan yang dibangun dengan desainer. Beberapa desainer lokal telah melakukan berbagai inovasi memasukkan tenun Sarung Samarinda dalam Gambar 1.7. Contoh Gaun Modiikasi Tenun Sarung Samarinda Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c keluarga. Teknologi yang digunakan pun masih sederhana sehingga idak menggunakan mesin dan peralatan yang canggih. Siklus usaha manik-manik adalah 1 bulan, dimana dalam jangka waktu tersebut seorang pengrajin mampu membuat 3 sampai 40 buah manik-manik dalam bentuk kalung dan taplak. 26 C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 1 - Dinamika dan Potensi w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c .c .d o m o m o c u -tr a c k C lic k to bu y bu C lic k to w w w .d o w er Bab 1 - Dinamika dan Potensi w w w h a n g e Vi e N O W ! XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k berbagai busana. Contohnya desainer IAmToBe, yang merupakan rekanan Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Kominfo Kota Samarinda untuk mendesain baju resmi khas Samarinda dan kemeja kerja yang digunakan seiap hari Kamis dan Jumat. Kemitraan selanjutnya yang diperlukan adalah kerjasama dengan desainer nasional. Tujuannya agar tenun Sarung Samarinda dapat lebih dikenal melalui berbagai even promosi berskala nasional dan internasional yang diselenggarakan oleh desainer terkenal seperi Nelwan Anwar, Itang Yunaz, Carmanita, Rumah Mode Prajudi dan lainnya. Peranan galeri sebagai media showroom idak dapat dilepaskan dari rantai nilai produksi. Bentuk kemitraan yang telah dilakukan oleh pemilik galeri dan penenun biasanya dilakukan dalam proses bantuan modal benang sutera. Pemilik galeri memberikan modal benang untuk diproses oleh penenun. Hasil tenun berupa sarung akan diserahkan kepada pemilik galeri untuk selanjutnya akan dilakukan pengepakan, labelisasi dan pemasaran. Penenun mendapatkan upah sebagai penggani biaya tenaga kerja. Bentuk kerjasama ini cukup membantu penenun dalam melangsungkan usahanya terlebih pada saat sepi permintaan/low season. 1.7. Kendala Pengembangan Kampung Tenun Sebagai Sentra Secara garis besar karakteristik penenun nasional memiliki kesamaan dinamika sosial. Begitu pula dengan kondisi yang dialami oleh penenun yang berada di Kampung Tenun Samarinda Seberang. Hasil peneliian yang dilakukan Babang (2008) serta hasil penelitian ini menunjukkan kesamaan yaitu penenun memiliki kelemahan dalam kerjasama antar kelompok. Hal ini merupakan satu kendala yang penting untuk diatasi karena berdampak pada beberapa hal seperi ketidakseragaman penenun dalam menentukan harga, kurangnya sharing informasi hingga keterbatasan jangkauan pasar. Dampak lainnya adalah terbentuknya sifat individualisik yang akan menyebabkan sulitnya memecahkan masalah bersama secara berkelanjutan. Kendala utama dalam pengembangan Kampung Tenun adalah rendahnya kerjasama antar kelompok, keterbatasan pemasaran, rendahnya tingkat pendidikan, dan keterbatasan keterampilan pengrajin tenun. Keberadaan awal sarung tenun yang hanya merupakan usaha sampingan sedikit banyak memberikan pengaruh pada moivasi berusaha. Kondisi ini sangat menonjol pada kelompok yang kurang akif dan idak akif. Kedekatan tempat inggal serta hubungan kekerabatan belum cukup mempengaruhi moivasi berusaha diantara penenun. Jarangnya pertemuan kelompok Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 27 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k Kendala lain yang dihadapi mayoritas pengrajin adalah keterbatasan pemasaran. Seiap KUB mengandalkan jejaring yang dimilikinya. Bagi kelompok yang kurang akif dan idak akif, jejaring pemasarannya masih sangat terbatas. Penjualan hanya kepada pembeli langsung dan belum mempunyai langganan tetap. Mereka idak mempunyai bargaining posiion yang kuat, sehingga seringkali tenun dijual dibawah harga pasar terutama saat terdesak kebutuhan ekonomi. Tingkat pendidikan penenun yang rendah dan kurangnya kemampuan ekonomi juga menjadi kendala yang dihadapi mayoritas penenun. Modal usaha seringkali digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Orientasi konsumsi lebih diutamakan dibandingkan keberlanjutan usaha. Pengetahuan mengenai hal-hal pening dalam manajemen usaha belum dimiliki oleh penenun, terutama pengelolaan usaha berkelanjutan. Contohnya, bantuan dari dinas terkait seringkali dianggap sebagai hibah atau hadiah, sehingga idak ada kewajiban moral untuk mengembalikan atau mengembangkan bantuan tersebut. Selanjutnya, yang idak kalah peningnya adalah keterbatasan keahlian yang dimiliki oleh penenun. Keterampilan yang diperlukan untuk menghasilkan tenun dengan kualitas terbaik dan moif yang bervariasi adalah keahlian pewarnaan, pemolaan, dan penenunan. Saat ini mayoritas penenun hanya menguasai keahlian mewarnai dan menenun saja. Sementara untuk keahlian pemolaan yang merupakan ini dari pembuatan desain moif tenun Samarinda hanya dikuasai oleh 3 orang penenun. Ini tentu saja berpotensi menjadi masalah besar, terutama terkait waktu dan biaya proses produksi tenun (disarikan dari thesis Babang, 2008). Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c dan diskusi terkait kerajinan tenun mengakibatkan kurangnya kebersamaan dan melupakan apa yang menjadi tujuan dari pembentukan kelompok. Masing-masing anggota memiliki kesibukan masing-masing diluar akiitas menenun. Kelompok umumnya sedikit menggeliat pada saat adanya bantuan atau pembinaan dari pihak lain. 28 C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 1 - Dinamika dan Potensi w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c N O W ! .d o o m o .c m C lic k to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Bab 2 - Tinjauan Pasar w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k BAB 2 Tinjauan Pasar 2.1. Permintaan dan Penawaran Tenun Samarinda atau Sarung Samarinda merupakan warisan produk budaya tradisional yang dibuat oleh ibu rumah tangga Kampung Tenun disela-sela kesibukan mengurus rumah tangga. Akiitas menenun ini telah lama dilakukan oleh mereka secara turun temurun. Sarung Samarinda awalnya hanya memiliki 1 (satu) jenis produk yakni sarung laki-laki, namun dalam perkembangannya produk tenun Sarung Samarinda mulai dimodiikasi ke dalam jenis produk lain yakni sarung perempuan. Perbedaan di antara kedua jenis ini secara spesiik terletak pada moifnya. Sarung laki-laki umumnya bermoif kotak-kotak, sementara sarung perempuan bermoif polos dengan hiasan tenun imbul (Sobbi’). Perbedaan lainnya terdapat pada warna, dimana sarung perempuan cenderung berwarna lebih terang dan variaif daripada sarung laki-laki. Selain sebagai perlengkapan ibadah, sarung laki-laki biasanya digunakan pada acaraacara khusus seperi upacara adat maupun pernikahan. Sementara sarung perempuan seperi umumnya produk tenun lain biasanya digunakan pada acara-acara resmi seperi pernikahan atau wisuda. Sebagai produk buatan tangan, Sarung Samarinda cukup populer di mata konsumen. Begitu populernya Sarung Samarinda kemudian di Pulau Jawa muncul sarung-sarung buatan mesin yang dicap dengan merek Sarung Samarinda. Sebagai produk kebanggaan daerah, Sarung Samarinda sering dijadikan buah tangan bagi tamu atau wisatawan yang datang ke Kalimantan Timur. Perkembangan moif dan variasi produk yang lebih beragam menjadi salah satu faktor yang dapat mendorong minat konsumen untuk membeli produk Sarung Samarinda. Selama Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 29 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k Sekitar 65% dari total produksi Sarung Samarinda Sarung Samarinda diproduksi berdasarkan pesanan konsumen. Pesanan umumnya dijual langsung kepada datang dari instansi pemerintah, pedagang pengumpul atau konsumen berdasarkan konsumen langsung kepada penenun. Sementara itu sisanya pesanan, dan sebagian diproduksi tanpa adanya pesanan khusus dengan moif dan dijual melalui pedagang corak warna mengikui selera pasar. Penjualan Sarung Samarinda pengumpul. sebagian besar dilakukan melalui pedagang pengumpul karena kurang memadainya ketersediaan jalur distribusi langsung dari penenun kepada konsumen akhir. Pedagang pengumpul umumnya memiliki toko souvenir produk khas Kalim, seperi Toko Fitriah, Toko Hj. Fatmawai, Toko Achmadsyah, Ibu Marhumi, dan lain sebagainya. Sebagian pedagang pengumpul adalah Ketua KUB dan sebagian lainnya tergabung dalam KUB yang telah terbentuk. Kesempatan untuk menjual Sarung Samarinda secara langsung kepada konsumen akhir biasanya muncul keika penyelenggaraan event-event khusus seperi pameran. Dalam 1 bulan produksi penenun mampu memproduksi sarung laki-laki sekitar 20-25 unit. Sedangkan jika penenun hanya menenun sarung perempuan saja, jumlah produksi berkisar Tabel 2.1. Rata-rata Jumlah Produksi Sarung Samarinda per-Penenun �������������� �� ������ ������������ ����������� ����������� ������ ��������� ������ ������������ ����������� ������ ��������� ������ � ������������������������� ����� ���� ���� ��� � ������������������������� ������� ������ ������ ����� ������������������������� Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c dekade sebelumnya produk tenun Samarinda Seberang berkutat pada output sarung saja. Agar jangkauan produk lebih luas, inisiaif pengembangan produk selain sarung juga diarahkan ke produk fashion seperi kemeja, hem, blazer, topi, peci, under skirt, atau handbag dan aksesoris fashion lainnya. Untuk memperkuat awareness masyarakat Samarinda terhadap tenun Samarinda, Walikota Samarinda mewajibkan pegawai pemkot untuk mengenakan tenun seiap hari Jumat. Secara reguler Dinas Pariwisata Kota Samarinda juga menyelenggarakan event pentas modeling berbahan tenun Samarinda di Samarinda atau Jakarta dengan menghadirkan perancang kenamaan. 30 C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 2 - Tinjauan Pasar w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c N O W ! .d o o m o .c m C lic k to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Bab 2 - Tinjauan Pasar w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k antara 8-10 unit. Jika penenun memproduksi sarung laki-laki dan sarung perempuan (mix product) maka jumlah sarung yang dapat dihasilkan berkisar antara 8-10 unit sarung laki-laki dan 5-8 unit sarung perempuan. Data diatas menunjukkan esimasi kapasitas produksi Sarung Samarinda dari seiap penenun secara umum. Tidak semua penenun memproduksi sarung dalam jumlah yang sama, tergantung jumlah permintaan atau pesanan konsumen maupun pedagang pengumpul. Sesuai dengan sifat produknya, jumlah penjualan Sarung Samarinda dalam satu tahun cukup fluktuatif. Periode awal sampai menjelang pertengahan tahun jumlah penjualan cenderung lebih rendah. Pada bulan-bulan tersebut sebagian besar penjualan hanya berasal dari kunjungan wisatawan dan pesanan konsumen namun hanya dalam jumlah kecil. Peningkatan penjualan umumnya terjadi di semester kedua. Pada rentang periode tersebut terdapat beberapa momen khusus yang mendorong meningkatnya volume penjualan seperi bulan Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha, dan HUT RI. Jumlah permintaan paling inggi terjadi menjelang bulan Ramadhan sampai Idul Fitri dan menjelang Idul Adha. Peningkatan permintaan juga terjadi jika ada event-event khusus regional maupun nasional seperi Pekan Olahraga Nasional, agenda nasional, fesival-fesival budaya dan pameran. Jumlah penjualan Sarung Samarinda teringgi umumnya pada sarung laki-laki. Untuk sarung perempuan, jumlah penjualan meningkat pada bulan-bulan wisuda lulusan universitas yakni sekitar bulan Januari, Mei dan September serta pada periode sering digelar pernikahan yakni pasca Idul Fitri dan Idul Adha. Tabel berikut memberikan gambaran umum rata-rata nilai penjualan Sarung Samarinda pertahun di ingkat pedagang pengumpul. Tabel 2.2. Jumlah dan Nilai Penjualan Rata-rata Sarung Samarinda Tiap Pedagang Pengumpul �� �������������� ���������������� ���������������� ������ ���������������� ��������� ��������������� ������ �������������������� �������������� ����� ���������� � ���������� �� �� ���������� � ���������� � ������������ �� �� ���������� � ���������� � ����������� �� �� � � �������� ��������������������� � ����������� �� ����������� ������������������������� Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 31 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k 2.2. Harga dan Faktor Penentunya Sarung Samarinda memiliki harga jual yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan produk kerajinan khas Kalim lainnya. Harga jual Sarung Samarinda cenderung tetap dari tahun ke tahun. Sarung Samarinda untuk laki-laki rata-rata dijual seharga Rp300.000Rp375.000 per unit, sementara Sarung Samarinda untuk perempuan rata-rata dijual seharga Rp500.000-Rp700.000 per unit. Variasi harga jual Sarung Samarinda cukup inggi, tergantung jenis, bahan baku (benang dan pewarna) serta desain/moif sarung. Secara lebih terperinci, harga Sarung Samarinda ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut: Harga jual Sarung Samarinda berkisar antara Rp 300 ribu – Rp 700 ribu, tergantung jenis, bahan dan desain/motif. Jenis dan harga bahan baku (benang polos) Jenis bahan baku menjadi faktor penentu harga produk. Semakin inggi kualitas bahan baku benang maka harga yang ditawarkan pun semakin inggi. Bahan baku yang digunakan umumnya diimpor dari China oleh imporir di Surabaya. Bahan baku impor memiliki kualitas lebih baik dibandingkan dengan bahan baku lokal namun dapat diperoleh dengan harga terjangkau. Satu pack benang polos (isi 50 gincir) dibanderol sekitar Rp2.350.000Rp2.375.000, atau Rp47.000-Rp47.500 per gincir. Jika benang telah diwarnai maka harga 1 gincir benang senilai Rp50.000. 32 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c Sarung Samarinda merupakan produk dengan pangsa pasar masyarakat golongan menengah karena harganya yang cukup inggi. Jika dibandingkan dengan produk tenun Indonesia lainnya, minat pasar terhadap Sarung Samarinda memang idak seinggi produk tenun seperi Songket dari Sumatera. Selain karena varian moif yang cenderung monoton, penggunaan bahan dan cara pengemasan menjadikan Sarung Samarinda kalah eksklusif dibandingkan produk tenun Indonesia lain, padahal proses produksinya memiliki kerumitan yang kurang lebih sama. Sekitar 60% penjualan Sarung Samarinda berorientasi lokal, yakni penjualan langsung oleh penenun kepada konsumen atau kepada toko-toko produk khas Kalim. Selain dijual di pasar lokal, 30% penjualan Sarung Samarinda dipasarkan ke luar daerah seperi Balikpapan, Kutai Kartanegara, Bontang, serta beberapa wilayah lain di Kalim. Sementara itu penjualan ke luar Kalim di antaranya mencakup Jakarta, Bali, Manado, dan Padang. Untuk pasar ekspor, sekitar 5% penjualan Sarung Samarinda mampu menembus negara Malaysia, Yordania, dan Australia. 1. C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 2 - Tinjauan Pasar w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c .d o N O W ! m o m o .c 2. C lic k to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Bab 2 - Tinjauan Pasar w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k Jenis bahan pewarna Jenis bahan pewarna juga turut menentukan harga jual. Bahan pewarna alam membuat produk Sarung Samarinda dijual dengan harga yang lebih inggi dibandingkan jika menggunakan bahan pewarna sinteis. Hal ini disebabkab bahan pewarna alam idak tersedia di pasaran sehingga harus diproduksi sendiri oleh penenun, sementara bahan pewarna sinteis mudah diperoleh di pasaran lokal. 3. Desain sarung Semakin rumit moif dan variasi warna maka harga yang ditawarkan juga semakin inggi. Harga Sarung Samarinda untuk laki-laki lebih murah jika dibandingkan dengan Sarung Samarinda untuk perempuan karena perbedaan ingkat kerumitan produksinya. Beragamnya harga jual Sarung Samarinda terkadang justru mengakibatkan distorsi harga. Sarung Samarinda untuk laki-laki terkadang dijual terlalu rendah hingga Rp200.000 per unit, karena penenun idak mengadakan bahan baku sendiri-bantuan benang dari dinas- sehingga menjual sarung sekedar untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi. 2.3. Peta Saluran Distribusi Saluran distribusi adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu barang atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi (Kotler, 1997: 140). Tersedianya saluran distribusi yang memadai merupakan faktor kunci tersalurkannya suatu produk kepada konsumen. Berdasarkan peneliian, Sarung Samarinda didistribusikan kepada konsumen melalui 2 cara, yakni: 1. Distribusi langsung Yaitu Sarung Samarinda disalurkan langsung dari penenun kepada konsumen. Sekitar 30% penenun mampu mendistribusikan produk tenunnya langsung pada konsumen akhir melalui gerai pribadi di bagian depan workshop maupun melalui keikutsertaan dalam pameran regional maupun nasional. Pola distribusi langsung memungkinkan ingkat keuntungan yang lebih inggi bagi penenun, karena Sarung Samarinda dapat dijual sesuai harga pasar. 2. Distribusi idak langsung Yaitu Sarung Samarinda didistribusikan dari penenun kepada konsumen melalui pedagang perantara, seperi pedagang pengumpul dan toko souvenir produk khas Kalim. Sekitar 70% penenun mendistribusikan produknya melalui pola distribusi ini. Sebagian Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 33 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k besar pedagang pengumpul berada di sekitar lokasi penenun, yakni di sepanjang Jl. P. Bendahara, Samarinda Seberang. Sementara untuk toko souvenir produk khas Kalim terletak di pusat kota, yakni di daerah Citra Niaga, Pasar Pagi Samarinda, atau Bandara Sepinggan dan Kebun Sayur di Balikpapan. Pedagang pengumpul ada juga yang memiliki toko souvenir produk khas Kalim, sehingga untuk model distribusi ini hanya melibatkan satu rantai pemasaran. ;ĂͿ ϯϬй ;ďͿ ϱϱй WEEhE W'E' WE'hDWh> dK<K^KhsE/Z  <KE^hDE ;ĐͿ ϭϱй Gambar 2.1. Bagan Saluran Distribusi Sarung Samarinda Saluran distribusi idak langsung pada Sarung Samarinda ini terjadi karena: (1) Sebagian besar penenun yang didominasi oleh wanita berusia lanjut tidak memiliki akses untuk mendistribusikan sendiri produk tenunnya sehingga satu-satunya pilihan hanyalah menjual kepada pengumpul di sekitar tempat produksi, (2) Adanya kerjasama antara penenun dan pengumpul, dimana pengumpul memberdayakan penenun untuk membuat produk tenun yang akan dijual di toko/outlet miliknya. Penenun yang bekerja pada pedagang pengumpul ini idak mendapatkan upah secara bulanan. Beberapa alternaif pengupahan dalam kerjasama ini, yaitu: 1. Pedagang pengumpul membayarkan sejumlah uang untuk mengambil Sarung Samarinda yang telah selesai ditenun, umumnya berkisar antara Rp200.000-Rp225.000 per sarung laki-laki, dan Rp400.000-Rp425.000 per sarung perempuan. Nilai yang lebih inggi memungkinkan untuk dibayar tergantung pada desain sarung. 2. Penenun akan mendapatkan sejumlah benang untuk ditenun menjadi Sarung Samarinda dalam jumlah yang dipesan oleh pengumpul. Seluruh hasil produksi akan diserahkan kepada pengumpul. Penenun tidak menerima sejumlah uang melainkan hanya 34 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o o .c m C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 2 - Tinjauan Pasar w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c N O W ! .d o o m o .c m C lic k to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Bab 2 - Tinjauan Pasar w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k memperoleh sisa benang dari proses produksi pesanan pengumpul untuk kemudian ditenun dan dijual. Sayangnya, sisa benang yang ada seringkali idak cukup untuk dapat ditenun menjadi 1 lembar Sarung Samarinda, sehingga penenun harus melakukan proses kerjasama lanjutan untuk memenuhi kekurangan sisa benang. 3. Serupa dengan alternaif kedua namun yang diperoleh penenun adalah Sarung Samarinda yang sudah ditenun. Sebagai contoh, seorang pedagang pengumpul memesan 20 sarung untuk diproduksi, keika Sarung Samarinda selesai diproduksi 16 sarung dijual oleh pedagang pengumpul, sementara 4 sarung sisanya dijual oleh penenun. 2.4. Dinamika Persaingan dan Potensi Pasar Pasar produk Sarung Samarinda memiliki ingkat persaingan yang inggi. Masing-masing penenun memiliki daya tarik tersendiri bagi konsumen sehingga produknya diminai oleh konsumen. Penenun umumnya bersaing lewat variasi desain Sarung Samarinda. Desain yang sedang diminai umumnya diproduksi juga oleh penenun lain, dengan corak yang sama atau pun berbeda. Sarung Samarinda sebagai produk konsumsi yang sangat dipengaruhi oleh selera konsumen dan kualitas bahan menjadi poin tersendiri dalam persaingan usaha. Secara umum persaingan usaha di antara penenun Sarung Samarinda terjadi pada hal-hal berikut, yaitu: 1. Kepemilikan modal Industri tenun Sarung Samarinda merupakan industri rumah tangga dengan jumlah modal terbatas. Naiknya harga bahan baku benang semakin menyulitkan penenun yang umumnya bermodal kecil. Mempertahankan margin proit dengan menurunkan kualitas benang berpotensi menurunkan selera dan minat pasar terhadap Sarung Samarinda. Minimnya modal juga menyebabkan menurunnya kapabilitas penenun untuk menyediakan stok bahan baku terutama benang polos dalam jumlah yang cukup. Bantuan modal yang diberikan oleh pemerintah daerah melalui Disperindagkop Provinsi Kalim dan Kota Samarinda selama ini berupa bantuan benang polos yang ruin diberikan sekali dalam setahun serta bantuan mesin tenun. Bantuan diberikan hanya kepada penenun yang merupakan anggota dari KUB binaan instansi pemerintah. Sementara itu, pinjaman dana dari pihak keiga untuk memperkuat modal belum pernah diterima oleh penenun. 2. Desain produk Sebagai produk yang sangat tergantung pada selera konsumen maka Sarung Samarinda sangat dipengaruhi oleh variasi moif dan warna. Penenun yang berusia lebih tua memiliki Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 35 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k Jumlah tenaga kerja Untuk menyelesaikan 1 lembar Sarung Samarinda diperlukan 1 orang tenaga kerja. Umumnya 1 lembar Sarung Samarinda untuk laki-laki dapat dikerjakan dalam waktu 2-3 hari, sedangkan untuk sarung perempuan dalam waktu 4-5 hari. Ini belum termasuk waktu untuk pewarnaan, pemintalan benang serta penyelesaian pasca proses tenun. Pesanan dalam jumlah besar hanya dapat dikerjakan oleh penenun yang memiliki tenaga kerja tambahan selain dirinya sendiri. Bahkan ada penenun yang mengirimkan bahan baku kepada penenun di Sulawesi Selatan untuk menganisipasi lonjakan pesanan. Sarung Samarinda sebagai produk khas Samarinda memiliki potensi pasar yang cukup luas. Makin maraknya upaya pelestarian dan sosialisasi Sarung Samarinda melalui penyelenggaraan event-event regional maupun nasional dan didukung oleh kebijakan pemerintah daerah diharapkan mampu menjadi insenif perluasan pasar dari tahun ke tahun. Selain itu, faktor pendorong perluasan pasar Sarung Samarinda dijelaskan sebagai berikut: 1. Peningkatan kunjungan wisata di Kalim Jumlah kunjungan wisata di Kalim menjadi salah satu trigger peningkatan potensi pasar Sarung Samarinda. Pada tabel berikut dapat terlihat jumlah kunjungan wisatawan Kalim yang terus meningkat seiap tahunnya. Tabel 2.3. Jumlah Kunjungan Wisatawan Kalim ����������������������� �� ����� ��������� ���������� ����� ����������� ���������� ����������� � ���� ������������ � ���� ������������ ������������� � ���� ������������ ���� ��������������� ���� � ���� ������������ ���� ��������������� ���� � ���� ������������ ����� ��������������� � ��� ��� ������������������������������������������������������� 36 ��������������� Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya ��������������� ����� .d o m o .c kreaiitas moif yang cenderung lebih rendah. Mereka cenderung memproduksi Sarung Samarinda dengan moif dan warna yang monoton. Sementara penenun yang berusia lebih muda memiliki kreiitas yang lebih baik dalam penentuan moif dan warna. Selain itu, persaingan dalam penggunaan bahan pewarna juga terjadi, yakni antara bahan pewarna alam yang memberikan warna lebih lembut dengan bahan pewarna sintesis yang memberikan warna lebih menyala. 3. C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 2 - Tinjauan Pasar w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c N O W ! .d o o m o .c m C lic k to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Bab 2 - Tinjauan Pasar w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k Sebagai produk khas Kalim, khususnya Samarinda, Sarung Samarinda tentunya menjadi salah satu produk yang dicari oleh wisatawan sebagai souvenir. Meningkatnya jumlah kunjungan wisata diharapkan mampu meningkatkan pula jumlah penjualan Sarung Samarinda. 2. Peningkatan kualitas produk Sarung Samarinda sebenarnya idak kalah dengan produk tenun nasional lainnya. Kualitas bahan yang digunakan sudah cukup baik. Kurangnya minat konsumen terhadap Sarung Samarinda dibandingkan dengan produk tenun nasional lain adalah karena minimnya variasi desain dari produk ini. Selain itu, perlu adanya peningkatan kualitas pada bahan pewarnaan karena beberapa produk Sarung Samarinda terkadang luntur dalam pencucian. 3. Program pemerintah dalam sosialisasi Sarung Samarinda Campur tangan pemerintah daerah menjadi hal yang cukup krusial dalam upaya pelestarian dan sosialisasi Sarung Samarinda. Salah satunya lewat penyelenggaraan event-event bertaraf regional maupun nasional, seperi event Kemilau Sarung Samarinda yang digelar pada awal September 2013 oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata dan Informasi Komunikasi Kota Samarinda bekerjasama dengan Dewan Kesenian Daerah Samarinda. Event ini bertujuan untuk mendapatkan 6 desain Sarung Samarinda yang akan diimplementasikan pada baju baik pegawai Pemkot Samarinda. Kebutuhan terhadap Sarung Samarinda diharapkan meningkat seiring dengan kebijakan ini. 2.5. Kendala Pasar dan Pemasaran Sarung Samarinda, dalam perkembangannya tentu saja mengalami beragam kendala terutama terkait pasar dan pemasaran. Beberapa kendala tersebut antara lain: 1. Rendahnya daya serap pasar terhadap produk tenun Sarung Samarinda, tercermin pada jumlah permintaan yang idak stabil. Stabilitas pasar sebuah produk ditentukan oleh beberapa faktor di antaranya kualitas, baik bahan maupun desain, nilai tambah produk dan ingkat persaingan dengan produk sejenis. Sarung Samarinda dihasilkan dari kualitas bahan yang cukup baik namun dengan desain yang monoton sehingga mengurangi minat konsumen. Sarung Samarinda Kendala pasar yang dihadapi adalah rendahnya daya serap pasar, minimnya nilai tambah produk dan ketersediaan media distribusi pemasaran. Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 37 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k Sarung Samarinda dinilai kurang memiliki nilai tambah karena sebagian besar produk jadinya hanya dalam bentuk sarung. Hanya sebagian kecil yang membuat produk turunan seperi pakaian, tas, dan assesoris. Aplikasi Sarung Samarinda pada berbagai produk jadi lainnya akan memberikan nilai tambah serta variasi pilihan bagi wisatawan. Gambar 2.2. Contoh Produk Turunan yang Dibuat dari Tenun Sarung Samarinda 3. Harga jual Sarung Samarinda cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan produk tenun Indonesia lainnya, padahal ingkat kerumitan produksinya idak jauh berbeda. Dari sudut pandang penenun, harga pasar Sarung Samarinda saat ini kurang menguntungkan terutama untuk sarung laki-laki, sementara menurut konsumen harga Sarung Samarinda cukup inggi. Konsumen memandang Sarung Samarinda sebagai produk yang idak ekslusif karena desain yang monoton dan kemasan yang kurang menarik meskipun proses pembuatan sarung tergolong rumit dan bahan baku yang digunakan adalah benang semi sutera yang berkualitas. Selain itu, munculnya produk-produk sarung prining berharga murah menjadi pesaing tersendiri bagi Sarung Samarinda. 38 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c untuk laki-laki masih mempertahankan moif pakem yakni moif kotak-kotak. Inovasi yang dilakukan selama ini hanya pada ukuran kotak dan warna. Minat konsumen sarung laki-laki umumnya lebih rendah jika dibandingkan dengan sarung perempuan karena desain sarung perempuan lebih menarik, meskipun dengan varian yang terbatas. Perlu adanya terobosan besar dalam modiikasi desain Sarung Samarinda sehingga mampu menjadi produk yang bernilai jual inggi dan menarik lebih banyak konsumen. 2. C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 2 - Tinjauan Pasar w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c .c 4. N O W ! m C lic k .d o o o m to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Bab 2 - Tinjauan Pasar w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k Minimnya ketersediaan media distribusi pemasaran Sarung Samarinda menyebabkan alternaif pemasaran sangat terbatas. Sebagian besar penenun memilih distribusi idak langsung karena kurangnya akses informasi dan pasar untuk mendistribusikan produk langsung kepada konsumen. Selain itu, usia penenun yang umumnya paruh baya sehingga idak memiliki akses penjualan secara mandiri serta adanya keterikatan penenun dengan pedagang pengumpul sesuai perjanjian kerja. Model distribusi ini memberikan keuntungan yang minim bagi para penenun karena harga jual sarung dibawah harga pasar. Jika penenun mampu mendistribusikan langsung kepada konsumen, sarung dapat dijual pada harga pasar. Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 39 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c Halaman ini sengaja dikosongkan 40 C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 2 - Tinjauan Pasar w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c N O W ! .d o o m o .c m C lic k to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Bab 3 - Produktivitas Tradisional w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k BAB 3 Produktivitas Tradisional 3.1. Lokasi Usaha Pengrajin Kampung Tenun berdomisili dalam satu wilayah geograis yang berdekatan yakni di Kelurahan Masjid dan Baqa, Kecamatan Samarinda Seberang. Umumnya mereka memiliki kekerabatan antara satu dan lainnya sehingga membentuk populasi penenun yang cukup besar. Kedekatan antar pengrajin ini mempermudah aktifitas menenun dan kerjasama diberbagai aspek proses produksi. Sebagai tempat usaha, pengrajin tenun biasanya memanfaatkan teras rumah tempat inggal mereka untuk kegiatan menenun. Beberapa penenun ada yang sudah melengkapinya dengan galeri untuk memajang hasil tenun mereka. Gambar 3.1. Gang Pertenunan Samarinda Seberang Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 41 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k Untuk melestarikan usaha tenun Sarung Samarinda, salah satunya dipengaruhi oleh ketersediaan sumber bahan baku. Kemudahan memperoleh bahan baku akan memperlancar proses produksi. Bahan baku benang polos diperoleh dari pemasok lokal berdomisili idak jauh dari Kampung Tenun. Beberapa diantaranya masih akif sebagi penenun dan pedagang pengumpul. 3.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan Proses produksi tenun Sarung Samarinda dikerjakan dengan tenaga manusia, mulai dari proses mewarnai benang, memintal, menenun, hingga proses mencuci. Berikut uraian fasilitas dan peralatan produksi standar untuk menenun Sarung Samarinda. Peralatan pewarnaan benang Standar minimal peralatan pewarnaan yang dibutuhkan adalah panci sebagai alat merebus benang, kompor dan bahan bakar. 1 2 3 Gambar 3.2. Peralatan pewarnaan benang (1 dan 2), Benang tenun sebelum dan sesudah pewarnaan (kanan: benang mentah, kiri: benang setelah dimasak dan diwarnai) (3) 2. Unuseng (alat pintal) Uneseng digunakan untuk memintal benang sebelum benang di atur dan disusun untuk pemolaan. 42 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c Menurut teori, penetapan lokasi usaha memperimbangkan banyak faktor seperi kedekatan dengan bahan baku, akses pada konsumen, kemudahan transportasi, faktor sejarah dan lainnya. Untuk Kampung Tenun, pemilihan lokasi usaha berdasarkan pada historikal keberadaan penduduk setempat. Arinya terkandung nilai sejarah dari suatu produk yang mereleksikan sejarah keberadaan mereka. 1. C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 3 - Produktivitas Tradisional w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c N O W ! .d o o m o .c m C lic k to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Bab 3 - Produktivitas Tradisional w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k Gambar 3.3. Alat pintal benang yang menggunakan dinamo (1) dan yang manual (2) Terdapat 2 jenis alat pintal yaitu alat pintal yang menggunakan mesin dinamo sebagai penggerak dan alat pemintal yang bersifat tradisional. 3. Aparsing (alat untuk memasukan benang) Alat ini digunakan untuk memasukkan benang saat proses pemolaan sehingga mempermudah penenun dalam membentuk dan menentukan pola sarung. Proses pemasukan benang ini dikenal dengan istilah penghanian. Proses penghanian tergolong rumit karena memerlukan kemampuan matemaika untuk menentukan jumlah benang dan struktur pola sarung. Gambar 3.4. Berdasarkan hasil survei, saat ini hanya Aparsing (alat untuk memasukan benang) ada sekitar 2 orang dengan kemampuan melakukan penghanian dan telah berusia lanjut. Kondisi ini sudah seharusnya menjadi perhaian Pemerintah Kota Samarinda demi menjaga kelestarian tenun Sarung Samarinda. 4. Alat tenun tradisional, bangunan dan lahan Alat tenun yang digunakan masih bersifat tradisional. Model alat tenun yang pertama adalah alat tenun yang digunakan sambil duduk behonjor, dikenal dengan nama gedokan. Diantara peralatan tenun lainnya gedokan memiliki sistem kerja yang paling sederhana, sehingga proses penenunan akan memakan waktu hingga 1 bulan lamanya dengan alat ini. Kain tenun yang dihasilkan dari gedokan lebih tebal dan lebih mahal dibandingkan Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 43 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k Model alat tenun yang kedua dikenal dengan nama Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Tidak ada satupun teknologi mesin yang terdapat di alat tenun ini. ATBM terbuat dari kayu dan berukuran jauh lebih besar dibandingkan gedokan. Proses penenunan dengan menggunakan ATBM membutuhkan waktu 1 hingga 3 hari. Gambar 3.5. Alat Tenun Gedokan Gambar 3.6. Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) Alat pengencangan Setelah tahap penenunan selesai, kain tenun harus dikencangkan dengan cara dibentangkan dengan alat khusus yang dilengkapi pemberat seperi pada gambar di bawah ini. Tujuannya adalah agar kain tenun idak mengkerut atau keriing. 44 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c hasil tenunan yang dihasilkan dari alat tenun lainnya. 5. C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 3 - Produktivitas Tradisional w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c N O W ! .d o o m o .c m C lic k to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Bab 3 - Produktivitas Tradisional w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k Gambar 3.7. Alat jemur tenun Sarung Samarinda yang dilengkapi dengan pemberat 3.3. Bahan Baku 1. Benang sutera Bahan baku utama tenun Sarung Samarinda adalah benang sutera yang diproduksi di China dan diimpor oleh pengusaha di Surabaya. Benang ini biasanya diperoleh para penenun di pedagang pengepul yang berlokasi di sekitar Kelurahan Masjid dan Baqa. Benang kualitas No. 1 biasa dikenal dengan sebutan benang mastuli, sedangkan benang dengan kualitas No. 2 disebut dengan nama benang mesres. Hasil tenunan yang menggunakan benang mastuli terasa lebih lembut bila dibandingkan dengan benang mesres. 2. Gambar 3.8 . Jenis benang Mastuli Pewarna benang Pewarna benang yang biasa digunakan oleh para pengrajin terdiri dari 2 jenis yaitu pewarna kimia teksil dan alami. Pewarna kimia dapat diperoleh di pedagang pengepul, sementara pewarna alami diperoleh dari bahan-bahan alam seperi kunyit untuk warna kuning atau orange, kulit bawang merah dan serutan kayu ulin untuk warna merah atau pink, serta daun pandan dan daun suji untuk warna hijau. Pengetahuan mengenai pewarnaan alami ini diperoleh melalui pelaihan-pelaihan yang biasa diadakan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop). Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 45 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k Kain yang diwarnai dengan pewarna kimia dan pewarna alam memiliki perbedaan yang cukup mencolok. Warna tenun yang menggunakan pewarna kimia lebih terang dan kuat, sementara warna tenun dengan pewarna alam terlihat lebih sot/lembut. Air dan minyak tanah Air menjadi salah satu bahan baku penolong dalam proses pewarnaan, yaitu saat perendaman. Sedangkan minyak tanah selain dibutuhkan sebagai bahan bakar pada proses memasak, juga digunakan sebagai pencampur saat benang sedang dimasak atau setelah dimasak pada saat air masih mendidih agar pewarna kimia meresap dengan sempurna kedalam serat benang. 4. Tepung kanji Agar benang idak mudah putus, rusak dan mudah ditenun, benang harus dilumuri tepung kanji sebelum dijemur agar helaian iap benang menjadi lebih tebal dan kuat. Proses pelumuran ini dilakukan pada saat benang masih dalam kondisi basah setelah proses pewarnaan agar tepung kanji dapat melekat pada benang. 46 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c Gambar 3.9. Pewarna benang dari bahan pewarna kimia dan bahan untuk pewarna benang alami 3. C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 3 - Produktivitas Tradisional w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c N O W ! .d o o m o .c m C lic k to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Bab 3 - Produktivitas Tradisional w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k 3.4. Proses Produksi Menenun merupakan proses pembuatan kain yang dibentuk oleh silangan atau anyaman benang lusi dan pakan. Benang lusi adalah benang yang membawa warna dasar kain atau benang yang membujur membentuk panjang kain sarung, sementara benang pakan adalah benang yang menentukan moif desain kain atau benang yang melintang membentuk lebar kain. Kain tenun akan terbentuk dengan cara menganyamkan atau menyilangkan benang lusi dan pakan saling tegak lurus sehingga membentuk konstruksi tertentu. Sumber : Wikipedia Keterangan gambar: (1) Benang lusi (membujur verikal, warna merah) (2) Benang pakan (melintang horizontal, biru) dalam anyaman polos Gambar 3.10. Simulasi anyaman dalam penenunan Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 47 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k Gambar 3.11. Bagan Proses Produksi Sarung Samarinda Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c Proses Pembuatan Tenun Sarung Samarinda 48 C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 3 - Produktivitas Tradisional w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c .c .d o m o m o c u -tr a c k C lic k to bu y bu C lic k to w w w .d o w er Bab 3 - Produktivitas Tradisional w w w h a n g e Vi e N O W ! XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k Langkah 1. Pewarnaan benang Total waktu proses mewarnai adalah 2-3 hari. Pada proses pewarnaan benang terdapat dua tahapan yang harus dilakukan yaitu : 1. Persiapan bahan Proses ini tergantung pada jenis bahan pewarna yang digunakan yaitu pewarna kimia atau pewarna alami. Jika menggunakan bahan pewarna kimia yang mudah diperoleh di pedagang pengumpul, penenun dapat langsung melakukan penakaran jumlah bahan pewarna yang akan digunakan. Untuk memperoleh warna pekat seperi hitam dan merah diperlukan perbandingan 1:1 yaitu 1 gram pewarna untuk satu gincir benang. Sementara untuk memperoleh warna terang membutuhkan perbandingan 1:4 yaitu 1 gram pewarna untuk 4 gincir benang. Jika menggunakan bahan pewarna alami, maka harus dibuat terlebih dahulu karena idak ada yang menjualnya. Proses pembuatannya adalah sebagai berikut (Herdiana, 2013): a. Proses bejana Yaitu proses membuat pewarna alami dengan cara merebus bahan-bahan yang akan dijadikan zat pewarna. Hal yang perlu diperhaikan adalah berat bahan (benang) yang akan diproses sehingga jumlah larutan zat warna alam yang dihasilkan cukup untuk mencelup. Perbandingan yang biasa digunakan adalah 1:30. Misalnya berat benang 100 gram maka kebutuhan warna alam adalah 3 liter. Bahan pewarna alam dapat berasal dari kulit kayu dan daun seperi serat kayu ulin, kayu mahoni, kulit bawang merah, secang, ingi, jambal, daun rambutan, daun alpukat, daun jai, daun mangga dan lainnya. Tahapan proses pewarnaan bejana dijelaskan sebagai berikut: b. 1. Timbang bahan pewarna alam yang dikehendaki sesuai dengan perbandingan yang telah ditetapkan 2. Seiap 1 kg bahan pewarna alam direbus dengan menggunakan 10 liter air 3. Rebus bahan pewarna hingga rebusan tersebut berkurang setengahnya 4. Diamkan larutan warna hingga dingin, kemudian saring dan siap digunakan untuk mewarnai benang. Proses direct (langsung) Yaitu proses membuat pewarna alami dengan cara ditumbuk atau di-blender kemudian diambil air atau tumbukannya untuk kemudian digunakan. Bahan alam yang dapat digunakan seperi kunyit dan wortel untuk warna kuning atau orange, Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 49 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k Proses pencelupan warna Proses pencelupan warna merupakan proses pewarnaan benang polos sebelum ditenun, terdiri atas beberapa tahapan sebagai berikut: a. Perendaman benang Benang mentah direndam di dalam air dingin selama 1 (satu) hari yang bertujuan untuk melemaskan benang. b. Penirisan benang Benang yang telah direndam kemudian diiriskan dengan menggantungkan pada alat penjemuran. c. Perebusan benang dan pencampuran dengan minyak tanah Proses perebusan benang dilakukan dalam larutan pewarna selama 2 jam. Proses ini mensyaratkan penggunaan air bersih untuk merebus. Benang hanya boleh dimasukan pada saat air telah mendidih sambil sesekali diaduk agar warna meresap merata. Untuk meningkatkan daya serap benang, ditambahkan minyak tanah sejumlah 2 (dua) sendok makan untuk 20 liter air. d. Pembilasan benang dan pelumuran tepung kanji Selanjutnya adalah pembilasan benang yang telah direbus dengan air dingin agar gumpalan bahan pewarna yang melekat pada benang dapat mengendap sehingga memberikan tekstur halus pada benang. Untuk meningkatkan ketebalan helai benang agar idak mudah putus saat ditenun, benang dilumuri dengan tepung kanji. Pelumuran ini dilakukan saat benang dalam keadaan basah agar kanji dapat melekat sempurna pada iap helaian benang. 50 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c daun katuk dan daun suji untuk warna hijau. Sebagai contoh, untuk menghasilkan warna kuning dari kunyit diperlukan 1 kg kunyit kemudian ditumbuk atau di-blender dan ditambahkan air secukupnya kemudian disaring. Kemudian tambahkan 5 liter air ke hasil saringan. Ini cukup untuk pewarnaan satu helai kain (2 meter). Sementara untuk menghasilkan warna hijau dari daun suji maupun daun katuk pada prinsipnya sama yaitu bahan-bahan tersebut ditumbuk atau di-blender. Kemudian direbus agar warna yang dihasilkan maksimal. Hal ini dilakukan karena proses direct menghasilkan warna ipis dan idak pekat. 2. C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 3 - Produktivitas Tradisional w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c .c e. .d o m o m o c u -tr a c k C lic k to bu y bu C lic k to w w w .d o w er Bab 3 - Produktivitas Tradisional w w w h a n g e Vi e N O W ! XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k Penjemuran benang Tahap akhir adalah penjemuran benang basah yang telah dilumuri kanji pada batangbatang bambu. Kecepatan penjemuran sangat tergantung pada intensitas cahaya matahari. Langkah 2. Pemintalan dan Penghanian Proses pemintalan dan penghanian terdiri dari tahapan sebagai berikut: 1. Proses pengkelosan/pemintalan Proses penggulungan atau pemintalan benang disebut proses pengelosan/pengkelosan yang bertujuan untuk memudahkan penenun dalam menata benang pada proses pemidangan. Benang warna dipintal menjadi gulungan-gulungan kecil dengan menggunakan alat pintal sederhana atau bobbin yang terbuat dari kayu dan terdiri dari 3 bagian yaitu uneseng, roweng, dan tudungen. Satu pack benang dengan berat 5 kg dapat dijadikan 30 buah kon benang yang sudah tergulung (Adnyani, 2013). 2. Proses pemidangan Benang yang sudah dipintal/dikelos kemudian ditata pada rak benang sesuai dengan pola matemais moif sarung yang akan dibuat. Selanjutnya, ujung benang ditarik ke penamplik (sisir) atau pemidangan untuk menghitung jumlah putaran atau tumpukkan yang akan menentukan besar kecilnya moif yang diinginkan (Adnyani, 2013). 3. Gambar 3.12. Contoh benang yang dipintal Gambar 3.13. Penyusunan benang dalam rak Proses penghanian (proses merapatkan benang) Yaitu proses mengatur dan menggulung benang pada boom/gendering lusi secara sejajar dan sesuai lebar kain yang diinginkan. Seluruh benang (sekitar 3600 helai benang) yang digulung harus sama panjang dan sama tegangnya (Adnyani, 2013). Gambar 3.14. Boom/genderang lusi Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 51 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k Alat tenun pada prinsipnya digunakan untuk mengikat helai-helai benang lusi dan benang pakan yang dimasukkan secara melintang di antara helai-helai benang lusi dengan pola silang-menyilang atau disebut dengan anyaman. Sebagian besar produk tenun dibuat dengan menggunakan iga teknik anyaman; Anyaman polos, Anyaman sain, dan Anyaman keper. Agar proses penenunan dapat dilaksanakan dengan baik, perlu diketahui gerakan-gerakan pokok selama proses tersebut. Sesuai dengan urutan kerjanya, gerakan-gerakan tersebut antara lain (Adnyani, 2013): 1. Pembukaan mulut lusi yaitu membuka benang-benang lusi sehingga membentuk celah yang disebut mulut lusi. 2. Peluncuran pakan yaitu pemasukan atau peluncuran benang pakan menembus mulut lusi sehingga benang lusi dengan pakan saling menyilang membentuk anyaman. 3. Pengetekan yaitu merapatkan benang pakan yang baru diluncurkan dengan benang sebelumnya yang telah menganyam dengan benang lusi. 4. Penggulungan kain yaitu menggulung kain sedikit demi sedikit sesuai dengan anyaman yang telah terjadi. 5. Penguluran lusi yaitu mengulur benang lusi dari gulungannya sedikit demi sedikit sesuai dengan kebutuhan proses pembentukan mulut lusi dan penyilangan benang berikutnya. Kisi gun Benang lusi Kain Tenunan Kisi gun Penggulung ani Suri Anak torak Benang pakan Penggulung kain Sumber : Adnyani 2013 Gambar 3.15. Simulasi Proses Penenunan Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c Langkah 3. Proses Penenunan 52 C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 3 - Produktivitas Tradisional w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c N O W ! .d o o m o .c m C lic k to bu y bu to C lic k c u -tr a c k Dalam 1 set proses penenunan, umumnya penenun menggunakan 1 pack (50 gincir) benang untuk menghasilkan kain tenun dengan ukuran lebar 60 cm (sesuai dengan ukuran lebar ATBM), dan panjang 80 m. Jika dikonversikan, sama dengan 20 unit sarung. Langkah 4. Proses Penjahitan dan Pengencangan Hasil proses penenunan masih berupa kain tenun panjang dan belum menjadi produk berbentuk sarung sehingga memerlukan adanya proses lanjutan. Satu sarung dihasilkan dari kain tenun dengan ukuran 60 cm x 4 m. Kain tersebut kemudian dibagi menjadi 2 bagian, masing-masing memiliki ukuran panjang 2m. Kedua lembar kain tenun tersebut kemudian dijahit pada sisi panjangnya sehingga menghasilkan kain tenun berukuran 120 cm x 2 m. Selanjutnya, kedua sisi kain tenun yang berukuran 120 cm dijahit sehingga membentuk sarung dengan ukuran 120 cm x 1 m. �� ����� �� ���� �� ���� �� ���� ����� �� �� �� c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Bab 3 - Produktivitas Tradisional w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- Gambar 3.16. Simulasi Proses Penjahitan Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 53 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k Langkah 5. Proses Pengemasan Proses pengemasan dan pengepakan tenun Sarung Samarinda tergolong sederhana. Penenun umumnya hanya mengemas produk dengan wadah plasik tanpa diberi label. Hal ini menyebabkan penenun idak memiliki nilai tambah dalam penjualan Sarung Samarinda. Pengemasan yang lebih baik dengan kemasan berlabel dilakukan oleh pedagang pengumpul yang memesan wadah kemasan dari daerah Yogyakarta. 3.5. Jenis dan Mutu Produksi Tenun Sarung Samarinda yang diproduksi oleh para penenun di Kampung Tenun terlihat berbeda dibandingkan dengan produk iruan yang didatangkan dari Pulau Jawa dan ramai dijual di sentra penjualan oleh-oleh yang ada di Kota Samarinda. Tenun iruan tersebut idak dibuat melalui proses tenun tradisional melainkan melalui proses cetak mesin. Harga jual pun jauh lebih murah yaitu berkisar antara Rp20.000,- hingga Rp70.000 per lembarnya. Beberapa perbedaan mendasar antara tenun Sarung Samarinda asli dengan iruan yaitu: a. Tenun Sarung Samarinda asli memiliki sisi ujung kain sarung yang idak rata. b. Permukaan kain sarung terlihat kasar dan jika disentuh terasa halus. c. Sambungan kain dijahit menggunakan tangan (idak menggunakan mesin jahit). d. Dalam 1 lembar tenun terdapat jahitan sambungan yang terletak di tengah-tengah, disebabkan ukuran dasar kain tenun Samarinda umumnya memiliki lebar 1 meter. Meskipun tenun Sarung Samarinda belum memiliki standar mutu baku seperi Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk melindungi kepeningan konsumen, produsen, dan negara dalam aspek keamanan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan hidup, para penenun tetap berusaha menjaga kualitas produksi mereka lewat mekanisme dibawah ini. Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c Proses penjahitan seringkali menimbulkan kerutan pada bagian yang dijahit. Sehingga diperlukan teknik pengencangan untuk menghilangkan kerutan tersebut. Teknik yang digunakan adalah dengan menggantungkan kedua sisinya pada batang kayu, dimana bagian bawah batang kayu dipasang pemberat batu. Selain itu, proses ini juga bertujuan agar serat dan corak tersusun rapi sehingga tampil indah tanpa perlu disetrika. 54 C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 3 - Produktivitas Tradisional w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c y N O W ! w Jenisdanjumlahbenang yangdigunakansebagai bahanbaku.  Bentuk,designdanmotif daritenunsarung samarinda    Kualitasterbaikdari Tenunsarungsamarinda adalahhasiltenunan yangmenggunakan benangmastuliyangakan menghasilkantenunan yanglebihhalus.  Kualitaskeduaadalah tenunsarungsamarinda yangmenggunakan bahanbakucampuran antarabenangmastuli danbenangmesres.  Kualitasketigaadalah tenunanyanghanya menggunakanbahanbaku benangmesresyang menghasilkantenunlebih kasar.  Semakinsedikithelaian benanglusidanpakan yangdigunakandalam prosesmenenun,maka semakinmurahdan rendahkualitastenun sarungsamarindayang dihasilkan.Karenahal tersebutberpengaruh terhadapkerapatanserat kainyangmengakibatkan tebaltipisnyakainsarung    Tenunsarung samarindauntuk wanitadantenun sarungsamarinda untukpriayang bermotifkanpucuk rebungbernilailebih tinggidibandingkan tenunsarunglakiͲlaki yangbermotifkan kotakͲkotak.Hal tersebutdikarenakan padakeduajenistenun sarungsamarinda tersebutproses tenunandan pembuatanmotif sulamanlebihrumit. Selainitukeduajenis sarungtersebut menggunakanvariasi benangemas, dibandingkanmotif sarunglakiͲlakibiasa (motifkotakͲkotak). Bahanbakupewarnakain   c u -tr a c k Prosespertenunan   Penggunaanbahan– bahanpewarnaalami sebagaibahanpewarna tenunsarung samarindaakan menyebabkanharga sarungmenjadilebih mahaldikarenakan tenunansarung berbahanwarnaalami lebihamanbagi konsumendanlebih bernilaikaryaseni. Dibandingkantenun sarungyang menggunakanpewarna kimia .d o o m o .c m C lic k to bu y bu to C lic k c u -tr a c k h a n g e Vi e er w w w .d o XC Bab 3 - Produktivitas Tradisional Produktivitas Tradisional | w w w F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F-  Prosesmenenun denganmenggukanan alattenuntradisional jenisgedokanmemiliki kualitashasitenun yangjauhlebihbaik dibandingkanhasil tenunanyang menggunakanATBM. Haltersebut dikarenakanseratkain tenunanjauhlebih rapatsehinggatenunan menjadilebihtebal. Haltersebut mengakibatkanwaktu pembuatanmenjadi jauhlebihlama.Yaitu1 sarungmembutuhkan waktuhingga1bulan. Sehinggatidakheran hargaperlembartenun sarungsamarindayang menggunakanalat tenuntradisional gedokanbernilailebih mahaldibandingkan tenunanyang menggunakanalat tenunbukanmesin (ATBM).  Gambar3.17 KlasifikasiStandarMutuTenunSarungSamarinda Gambar 3.17. Klasiikasi Standar Mutu Tenun Sarung Samarinda Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 55 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k Produk tenun Sarung Samarinda terbagi menjadi 2 jenis yaitu sarung wanita dan sarung laki-laki. Berikut adalah informasi produksi opimum tenun Sarung Samarinda seiap tahunnya. Tabel 3.1. Tingkat Produksi Opimun Sarung Samarinda �������� ������� �������� ������ ���� ������ ��������� ���� ��������� �������� ��� ��� ��� �� �������� �� �� �� � ����������������� ����������������� ����������������� ���������������� �������������� �������� Berdasarkan tabel diatas, diketahui iap penenun dapat memproduksi tenun Sarung Samarinda hingga 25 unit perbulan jika hanya memproduksi sarung laki-laki saja dan 10 unit perbulan untuk produksi sarung perempuan saja. Namun penenun hanya dapat memproduksi 10 unit sarung laki-laki dan 8 unit sarung perempuan perbulan jika ditenun dalam periode bulan yang sama. 3.7. Kendala Produksi Proses produksi tenun Sarung Samarinda idak terlepas dari beberapa kendala yang menghambat perkembangan produk ini, yaitu : Tingginya ingkat harga bahan baku benang yang digunakan dalam proses produksi. Bahan baku tenun Sarung Samarinda adalah benang sutera jenis warm silk dan spun silk yang telah digunakan sejak lama oleh para penenun, termasuk para pendahulu mereka. Benang sutera jenis spun silk lebih disukai dan sering digunakan karena memiliki karakterisik kain yang super halus, idak susut, jenis kain jatuh dan sangat nyaman dipakai. Penenun lebih memilih menggunakan benang sutera impor dari China dibandingkan benang sutera lokal karena harga jual benang impor yang lebih murah. Benang sutera jenis spun silk diimpor oleh pengusaha di Surabaya. Sebagian besar penenun selama ini memperoleh benang dari pedagang pengumpul seharga Rp2.350.000 hingga Rp2.375.000 56 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c 3.6. Produksi Optimum 1. C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 3 - Produktivitas Tradisional w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c N O W ! .d o o m o .c m C lic k to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Bab 3 - Produktivitas Tradisional w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k per-pack. Harga ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu seharga Rp1.900.000. Penenun sendiri kesulitan untuk melakukan pengadaan benang dalam jumlah besar karena minimnya modal dan idak adanya kepasian permintaan produk tenun Sarung Samarinda sehingga dikhawairkan terjadinya penumpukan stok. 2. Tidak adanya akses langsung dengan supplier bahan baku Bahan baku biasanya diperoleh dari pedagang pengumpul yang memiliki akses dengan supplier di Surabaya. Keadaan ini menjadi idak menguntungkan bagi penenun karena harga benang menjadi lebih inggi karena rantai distribusi yang lebih panjang. 3. Rendahnya ingkat produkiitas Jumlah penenun yang terbatas seringkali menjadi Kendala produksi alasan tidak dapat terpenuhinya sejumlah pesanan yang dihadapi adalah yang datang. Penenun Sarung Samarinda didominasi tingginya harga bahan oleh wanita usia dengan usia diatas 40 tahun. Mayoritas baku, terbatasnya akses keluarga yang mempunyai leluhur sebagai penenun ke suplier dan rendahnya menurunkan keahlian menenun kepada anak cucu tingkat produktifitas, mereka. Berdasarkan informasi yang diperoleh, kreatifitas dan inovasi. komunitas penenun yang berada di Kelurahan Baqa dan Masjid semakin mengalami penurunan dari jumlah 718 penenun pada tahun 1984 dan menjadi 159 pada tahun 2010 (www.desantara.or.id). Penurunan tersebut diakibatkan oleh banyaknya para penenun yang meninggal dunia serta kurangnya minat para remaja putri untuk menenun. Peluang kerja ditempat lain dengan gaji yang menjanjikan semakin mendorong menurunnya minat terhadap akiitas pertenunan. 4. Rendahnya kreaiitas dan inovasi Sebagai produk usaha kreaif, sentuhan kreaiitas para penenun menjadi poin pening dalam penciptaan produk yang berkualitas tinggi dan menarik minat konsumen. Sayangnya, hal tersebut idak berlaku bagi penenun Sarung Samarinda. Warna dan corak yang digunakan oleh para penenun tersebut cenderung monoton untuk mempertahankan pakem moif Sarung Samarinda sehingga kurang menarik minat konsumen. Sampai saat ini corak dan moif tenun Sarung Samarinda idak banyak berubah. Selain itu, keragaman produk tenun Samarinda juga idak terlalu banyak. Masyarakat luas hanya mengenal produk sarung Samarinda. Belum banyak ditemukan produk turunan lain seperi pakaian, tas, aksesoris, dan lainnya. Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 57 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k 5. Terbatasnya penenun dengan keahlian menghani Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c Moif Sarung Samarinda idak hanya tergantung pada kreaiitas penenun, namun juga pada tenaga penghani yang memperhitungkan pola matemais penyusunan benang warna sebelum proses penenunan dilakukan. Umumnya penenun tidak memiliki keahlian dalam melakukan kegiatan penghanian. Selama ini penghanian dilakukan oleh 2 orang penghani yang telah berusia senja. Begitu terbatasnya jumlah penghani semakin mempersulit perkembangan moif Sarung Samarinda. 58 C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 3 - Produktivitas Tradisional w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c N O W ! .d o o m o .c m C lic k to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k BAB 4 Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda 4.1. Asumsi dan Parameter Perencanaan inansial memegang peranan krusial dalam pengelolaan suatu usaha, utamanya terkait dengan kombinasi sumber dana. Kecukupan jumlah modal menjadi salah satu faktor yang menentukan perkembangan usaha. Pemilik modal besar memiliki kapabilitas yang lebih inggi untuk mengembangkan usahanya, dibandingkan dengan pemodal kecil. Penenun Sarung Samarinda dengan modal terbatas umumnya hanya bekerja sebagai buruh tenun pada pedagang pengumpul. Sementara porsi penenun dalam klasiikasi ini terhitung cukup inggi. Perbankan menjadi salah satu pihak yang diharapkan mampu memberikan jalan keluar atas kendala permodalan tersebut. Analisis inansial yang disajikan diharapkan mampu menjadi perimbangan bagi pihak perbankan dalam untuk turut berparisipasi dalam mempertahankan dan mengembangkan potensi Sarung Samarinda sebagai produk kreaif khas Kalim. Secara spesiik, kajian aspek inansial dalam suatu studi kelayakan bertujuan untuk (Suliyanto, 2010; 184): a. Menganalisis sumber dana untuk menjalankan usaha b. Menganalisis besarnya kebutuhan biaya investasi yang diperlukan Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 59 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k Menganalisis besarnya kebutuhan modal kerja yang diperlukan d. Memproyeksikan rugi laba usaha, arus kas, dan neraca dari usaha yang akan dijalankan e. Menganalisis sumber dana f. Menganalisis ingkat pengembalian investasi berdasarkan beberapa analisis kelayakan bisnis, seperi Payback Period (PP/PBP), Net Present Value (NPV), Proitability Index (PI), Internal Rate of Return (IRR), dan Average Rate of Return (ARR). Kepemilikan aset sebagai alternaive jaminan pinjaman bank merupakan hal yang perlu untuk diperhaikan. Sekitar 70% penenun Sarung Samarinda di wilayah Samarinda Seberang memiliki sendiri aset berupa rumah inggal dan kendaraan bermotor. 30% sisanya memiliki aset berupa kendaraan bermotor, sementara rumah inggal diperoleh dengan menyewa. Realitas ini menunjukkan potensi pembiayaan yang cukup inggi bagi pengembangan usaha Sarung Samarinda. Tabel 4.1. Asumsi Dasar Kelayakan Usaha Sarung Samarinda �� ������ � ����������� � ������ ������ � ����� ����������������������������� �� ����� � �������������������� �� ���� � �������������������������� �� ���� � ���� ���������������� ���������������� � ��������������������� ���������������� ������� ������� ���������������� ������� ������� ���� ��������� ������ ��������� ������������ ��������������������������������� ��� � ���������������������������������� �� � ��������������������� �� � �������������������� ������������������� 60 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya ��� ����� .d o m o .c c. � C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c N O W ! .d o o m o .c m C lic k to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k Model kelayakan usaha ini merupakan pengembangan usaha kerajinan Sarung Samarinda yang telah berjalan dan untuk menumbuhkan kemandirian usaha, serta upaya replikasi usaha baru. Asumsi dasar investasi diterapkan untuk seiap 1 orang penenun, di mana nilai proyek adalah sepanjang proses produksi, mulai pengadaan bahan baku, persiapan penenunan, proses menenun, dan berlanjut pada proses penjualan secara mandiri. Untuk kepeningan analisis kelayakan inansial, umur proyek diasumsikan selama 5 (lima) tahun. Proses produksi Sarung Samarinda dilakukan sepanjang tahun selama 12 bulan, di mana produk yang dihasilkan merupakan mix product yakni sarung laki-laki dan sarung perempuan. Jumlah produksi diasumsikan pada jumlah produksi opimum. Analisis kelayakan usaha dilakukan dalam 3 (iga) asumsi; Asumsi kelayakan Pertama, biaya investasi termasuk pengadaan lahan dan usaha yang digunakan, bangunan untuk tempat usaha. Asumsi pertama ini diterapkan yaitu (1) pengadaan pada replikasi usaha baru. Kedua, biaya investasi idak termasuk lahan dan bangunan, pengadaan lahan dan bangunan untuk tempat usaha. Asumsi (2) penyewaan lahan kedua, mengkondisikan bahwa lahan dan bangunan untuk dan bangunan, (3) tempat usaha idak dimiliki sendiri oleh penenun melainkan lahan dan bangunan melalui sewa lahan dan bangunan di mana besaran sewa milik pribadi. ditetapkan sebesar Rp7.000.000 per-tahun, dan meningkat 10% seiap tahunnya. Keiga, biaya investasi idak termasuk pengadaan lahan dan bangunan untuk tempat usaha. Pada skenario ini, diasumsikan bahwa penenun memanfaatkan lahan dan bangunan tempat inggal yang dimiliki secara pribadi sebagai tempat usaha. Nilai pendapatan dan biaya selama umur proyek diasumsikan naik 10% seiap tahunnya, kecuali untuk biaya penyusutan dan biaya bunga. 4.2. Komponen dan Struktur Biaya Komponen biaya dalam analisis kelayakan usaha Sarung Samarinda terbagi atas 2 (dua) jenis biaya, yakni biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan suatu proyek bisnis (Umar, 2003; 178). Umumnya biaya investasi digunakan untuk pengadaan aset tetap seperi lahan, bangunan, dan peralatan produksi, selain itu juga untuk pengadaan aset tetap tak berwujud seperi hak paten dan lisensi. Biaya investasi untuk produksi Sarung Samarinda disajikan dalam 3 (iga) asumsi seperi yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya. Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 61 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k ����������� �� ����������� ���������� ������������ �������������� � ����� ���������� � � � �������� ���������� � � � ������������������� ������� ������� ������� � ����������� ������� ������� ������� � ����������������� ��������� ��������� ��������� � ������������������������ ������ ������ ������ ������� ������� ������� ���������� � �������������������� � ����������� ��������� ��������� ��������� � ��������������� ��������� ��������� ��������� ���������� ���������� ���������� ����� �������������������������������������������� Jenis biaya yang kedua adalah biaya operasional, yakni biaya yang dibutuhkan dalam proses produksi, dan secara langsung berhubungan dengan proses produksi. Umumnya biaya operasional terdiri atas biaya pembelian bahan baku dan bahan penolong, serta akivitas lain yang merupakan bagian dari proses produksi. Biaya operasional untuk memproduksi Sarung Samarinda pada ingkat produksi opimum selama tahun I disajikan dalam tabel berikut: Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c Tabel 4.2. Komposisi Biaya Investasi Usaha Sarung Samarinda 62 C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c .c .d o m o m o c u -tr a c k C lic k to bu y bu C lic k to w w w .d o w er Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda w w w h a n g e Vi e N O W ! XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k Tabel 4.3. Komposisi Biaya Operasional Tahun I Usaha Sarung Samarinda ����������� �� ����������� � ���������������� � �������������� � �������������������������������� � ������������������������������� � ���������� ������������ �������������� ���������� ���������� ���������� ��������� ��������� ��������� ���������� ���������� ���������� ��������� ��������� ��������� ����������������������������� ������� ������� ������� � ��������������������������� ��������� ��������� ��������� � ���������� � ��������� � � ���������������� ��������� � ��������� ���������� ���������� ���������� ����� �������������������������������������������� �� �������� � ����������������������������������������������������������������������������������������� ��� ��������� � ����������������������������������������������������� ���� ���������� � �������������������������������������������������������������������� ����� ������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� 4.3. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja Kebutuhan dana investasi untuk memenuhi Kebutuhan dana investasi biaya investasi usaha Sarung Samarinda sebagian besar dan modal kerja untuk usaha digunakan untuk pengadaan lahan dan bangunan (khusus tenun Samarinda adalah Rp asumsi I), sementara untuk pengadaan peralatan relaif 69 juta (termasuk investasi kecil. Komposisi pembiayaan oleh bank untuk jenis kredit lahan dan bangunan), atau investasi diasumsikan sebesar 65% dan modal sendiri Rp 23 juta (tanpa investasi sebesar 35%. Sementara itu, kebutuhan dana modal lahan dan bangunan) kerja untuk pemenuhan biaya operasional sebagian besar digunakan untuk pengadaan bahan baku. Untuk jenis kredit modal kerja komposisi pembiayaan oleh bank diasumsikan sebesar 90%, dan modal sendiri sebesar 10%. Asumsi usaha Sarung Samarinda terdiri atas 3 (iga) asumsi seperi yang telah diuraikan sebelumnya, di mana nilai kebutuhan dana untuk masing-masing asumsi tersebut berbeda-beda, kecuali untuk asumsi II dan III. Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 63 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k � ������������������ ���������������� ����������� ��������������� ���������� ���������������������� � ���������� ������������������������������� ���������� ������������������� ���������������� ��������������� ���������� ��������������������������������� ��������� ������������������������ � ����������� ����������������� ���������� ������������������������ ���������������� ���������� ��������������� ���������� ������������������ ���������� ������������������� Tabel 4.5. Rincian Kebutuhan Dana Usaha Sarung Samarinda (Asumsi II) �� � ������������������ ���������������� ��������� ��������������� ��������� ��������������� ������������������������ ���������� ���������� ��������� ���������� ������������������������ ���������������� ���������� ��������������� ��������� ������������������ ���������� ������������������� 64 ��������������������������������� ������������������� ���������������� � ���������� ����������������� ���������������������� � ����������� Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya ��������������������������������� .d o m o .c Tabel 4.4. Rincian Kebutuhan Dana Usaha Sarung Samarinda (Asumsi I) �� C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c .c .d o m o m o c u -tr a c k C lic k to bu y bu C lic k to w w w .d o w er Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda w w w h a n g e Vi e N O W ! XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k Tabel 4.6. Rincian Kebutuhan Dana Usaha Sarung Samarinda (Asumsi III) �� � ������������������ ���������������� ��������� ��������������� ��������� ��������������������������������� ���������� ������������������� ���������������� ��������������� ������������������������ � ���������� ����������������� ���������������������� � ����������� ���������� ��������������������������������� ��������� ���������� ������������������������ ���������������� ���������� ��������������� ��������� ������������������ ���������� ������������������� Analisis kelayakan usaha ini dilakukan dengan menerapkan 2 (dua) alternaif pembiayaan yakni pembiayaan konvensional dan syariah. Pembiayaan konvensional terdiri atas pinjaman usaha umum, di mana pinjaman ini digunakan untuk pembiayaan yang bernilai di atas Rp20.000.000. Alternaif pinjaman konvensional lainnya adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR), di mana pinjaman ini digunakan untuk pembiayaan yang bernilai maksimal Rp20.000.000. Untuk pembiayaan syariah digunakan jenis pembiayaan Murabahah. Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 65 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k �� ���������������� ���������������� �������������� �������������� �������������� �������������� �������������� ��������� ������������������� ��������������������� ��������� ������� ��������� ������� ������� ������� ��������� ������ � ���������� ������������������� ������� ������ ������� ��������������������� ������� ������� ������� ������� ������ � ����������� ������������������� ������� ������ ������� ��������������������� ������� ������� ������� ������ ������� ��������������������������������������������� Besarnya angsuran pinjaman untuk kredit investasi dan modal kerja untuk asumsi I sebesar Rp22.742.832 per-tahun. Nilai angsuran ini menyerap 30,90% dari total nilai penjualan untuk tahun ke-1, 28,09% untuk tahun ke-2, dan 25,54% untuk tahun ke-3. Tingkat penyerapan yang cukup inggi ini disebabkan oleh nilai pinjaman investasi yang cukup inggi karena memenuhi keperluan pengadaan lahan dan bangunan. Sementara itu besarnya angsuran pinjaman kredit investasi dan modal kerja untuk asumsi II dan III sebesar Rp8.332.368 per-tahun. Besaran jumlah pinjaman yang sama antara asumsi II dan III menyebabkan jumlah angsuran yang sama pula. Nilai angsuran ini menyerap 9,92% dari total nilai penjualan untuk tahun ke-1, 9,02% untuk tahun ke-2, dan 8,20% untuk tahun ke-3. Tingkat penyerapan yang idak terlalu besar ini disebabkan oleh nilai pinjaman yang juga idak terlalu besar karena idak adanya pengadaan lahan dan bangunan. 66 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c Tabel 4.7. Datar Angsuran Pembiayaan Konvensional � C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c .c .d o m o m o c u -tr a c k C lic k to bu y bu C lic k to w w w .d o w er Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda w w w h a n g e Vi e N O W ! XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k Tabel 4.8. Datar Angsuran Pembiayaan Syariah �������� �� ���������������� ������������ ���������� � ��������������� �������������� �������������� �������������� ��������� ������������������� ��������������������� ��������� ������� ��������� ������� ������ ������� ������ � ��������� ���������� ������������������� ������� ������ ������� ��������������������� ������� ������ ������� ������ � ������� ����������� ������������������� ������� ������ ������� ��������������������� ������� ������ ������� ������ ������� ��������������������������������������������� Besarnya angsuran pinjaman untuk kredit investasi dan modal kerja untuk asumsi I sebesar Rp18.126.204 per-tahun. Nilai angsuran ini menyerap 21,58% dari total nilai penjualan untuk tahun ke-1, 19,62% untuk tahun ke-2, dan 17,83% untuk tahun ke-3. Tingkat penyerapan yang cukup inggi ini disebabkan oleh nilai pinjaman investasi yang cukup inggi karena memenuhi keperluan pengadaan lahan dan bangunan. Sementara itu besarnya angsuran pinjaman kredit investasi dan modal kerja untuk asumsi II dan III sebesar Rp6.779.532 per-tahun. Besaran jumlah pinjaman yang sama antara asumsi II dan III menyebabkan jumlah angsuran yang sama pula. Nilai angsuran ini menyerap 8,07% dari total nilai penjualan untuk tahun ke-1, 7,34% untuk tahun ke-2, dan 6,67% untuk tahun ke-3. Tingkat penyerapan yang idak terlalu besar ini disebabkan oleh nilai pinjaman yang juga idak terlalu besar karena idak adanya pengadaan lahan dan bangunan. Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 67 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k 4.4. Proyeksi Produksi dan Pendapatan Tingkat produksi Sarung Samarinda dalam analisis kelayakan usaha ini diasumsikan pada ingkat produksi opimum, yakni 10 Sarung laki-laki dan 8 Sarung perempuan dalam 1 (satu) bulan untuk 1 (satu) penenun. Selama umur proyek, ingkat produksi dilakukan dalam kapasitas opimum. Jumlah produksi menjadi salah satu faktor penentu pencapaian sejumlah pendapatan. Pendapatan dalam analisis kelayakan ini bersumber dari penjualan Sarung Samarinda, jenis laki-laki maupun perempuan, dengan asumsi seluruh Sarung Samarinda yang diproduksi habis terjual. Tabel 4.9. Proyeksi Produksi dan Pendapatan Sarung Samarinda Tahun I ������������ � ���������������� � ���������������� ����� ��������������� ���������� ��������������� ���������������� ������������� �������������� ��� ������� ���������� �� ������� ���������� ��� ���������� ������������������� Variasi harga jual Sarung Samarinda cukup inggi, karena keragaman moif dan corak sarung mempengaruhi harga itu sendiri. Diasumsikan ingkat penjualan Sarung Laki-laki adalah pada moif Belang Hata dengan harga Rp300.000, dengan perimbangan moif ini adalah moif yang frekuensi penjualannya cukup inggi. Sementara itu ingkat penjualan Sarung Perempuan pada moif bunga (sobbi’) kecil dengan harga Rp500.000 karena ingkat produksi dan frekuensi penjualan moif ini cukup inggi pula. 4.5. Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point Proyeksi Laba Rugi menunjukkan ingkat perolehan laba atau rugi yang dihasilkan oleh usaha Sarung Samarinda selama periode umur proyek, yakni 5 (lima) tahun. Nilai pendapatan dan biaya diasumsikan meningkat 10%, kecuali biaya penyusutan dan biaya bunga. 68 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c �� C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c .c .d o m o m o c u -tr a c k C lic k to bu y bu C lic k to w w w .d o w er Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda w w w h a n g e Vi e N O W ! XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k Tabel 4.10. Proyeksi Perolehan Laba selama 5 tahun (Pembiayaan Konvensional) �� �������������������� ����������� �������� ��������� ���������� � ���������� ���������� ��������� ���������� � ���������� ���������� ���������� ���������� � ���������� ���������� ���������� ���������� � ���������� ���������� ���������� ���������� � ���������� ���������� ���������� ���������� ��������������������������������������������� Tabel 4.11. Proyeksi Perolehan Laba selama 5 tahun (Pembiayaan Syariah) �� �������������������� ����������� �������� ��������� ���������� � ���������� ���������� ���������� ���������� � ���������� ���������� ���������� ���������� � ���������� ���������� ���������� ���������� � ���������� ���������� ���������� ���������� � ���������� ���������� ���������� ���������� ��������������������������������������������� Tingkat profit margin rata-rata dalam pendekatan pembiayaan konvensional, untuk asumsi ke-1 sebesar 13,58%, asumsi ke-2 sebesar 11,49%, dan asumsi ke-3 sebesar 18,87%. Hasil ini menunjukkan bahwa 13,58% (asumsi ke-1), 11,49% (asumsi ke-2), dan 18,87% (asumsi ke-3) dari nilai penjualan bersih merupakan jumlah pencapaian laba. Sementara itu, ingkat proit margin rata-rata dalam pendekatan pembiayaan syariah, untuk asumsi ke-1 sebesar 19,07%, asumsi ke-2 sebesar 13,33%, dan asumsi ke-3 sebesar 20,72%. Hasil ini menunjukkan Tingkat profit margin rata-rata berkisar antara 11,49% 18,87% (pendekatan konvensional), atau 13,33% - 20,72% (pendekatan syariah). Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 69 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k Tujuan utama dijalankannya suatu usaha adalah pencapaian keuntungan yang opimal. Dalam hal pengendalian terhadap suatu usaha, perlu dilakukan analisis Break Even Point (BEP) agar usaha yang dijalankan dapat mencapai keuntungan yang diharapkan. BEP adalah suatu kondisi di mana pada periode tersebut suatu usaha idak mendapatkan keuntungan dan juga idak menderita kerugian (Sutrisno, 2009; 178). Tingkat BEP rata-rata untuk Sarung Samarinda disajikan dalam tabel berikut: Tabel 4.12. Tingkat BEP Sarung Samarinda pada Nilai Penjualan dan Unit Penjualan �� ����� ������ �������� ���������� ������������������������ ���������� ���������� ���������� ��������� ��������� ��������� ������������������� �� �� �� ������������������� �� � �� ������������������� ������������������� � ��������� ���������� ������������������� Pada asumsi ke-1 dan 3, untuk menghindari kerugian Break even point usaha maka penenun harus menjual Sarung laki-laki minimal 35 unit tenun adalah sejumlah pada ingkat penjualan Rp12.661.932, dan 10 Sarung perempuan 29 – 35 unit sarung pada ingkat penjualan Rp5.961.945. Sementara pada asumsi laki-laki dan 9 – 10 ke-2, untuk menghindari kerugian maka penenun harus sarung perempuan. menjual Sarung laki-laki minimal 29 unit pada ingkat penjualan Rp10.514.858, dan 9 Sarung perempuan pada ingkat penjualan Rp5.759.752. Tingkat BEP yang sama antara Asumsi ke-1 dan ke-3 terjadi karena kedua asumsi ini sama-sama menanggung biaya penyusutan bangunan sebagai komponen biaya tetap. Kedua asumsi tersebut memiliki bangunan sebagai aset pribadi namun dengan perolehan yang berbeda. Sementara pada asumsi ke-2, penenun idak menanggung biaya penyusutan bangunan karena tempat usaha Sarung Samarinda diperoleh melalui sewa sehingga idak ada unsure kepemilikan penenun pada bangunan tersebut. 70 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c bahwa 19,07% (asumsi ke-1), 13,33% (asumsi ke-2), dan 20,72% (asumsi ke-3) dari nilai penjualan bersih merupakan jumlah pencapaian laba. � C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c .c .d o m o m o c u -tr a c k C lic k to bu y bu C lic k to w w w .d o w er Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda w w w h a n g e Vi e N O W ! XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k 4.6. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Usaha Proyeksi arus kas terdiri atas arus kas masuk (cash inlow) dan arus kas keluar (cash ouflow). Arus kas masuk bersumber dari nilai penjualan selama 1 (satu) tahun, dengan asumsi seluruh Sarung Samarinda yang diproduksi habis terjual. Sementara arus kas keluar melipui biaya investasi, biaya operasional, termasuk angsuran pinjaman, dan pajak penghasilan. Proyeksi arus kas untuk keiga asumsi tersebut disajikan dalam Lampiran 5,12, dan 19 untuk pembiayaan konvensional dan Lampiran 8, 15, dan 22 untuk pembiayaan syariah. Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk menilai kelayakan investasi dari suatu usaha. Metode analisis kelayakan usaha yang digunakan adalah: 1. Payback Period (PBP) Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk menghitung lama periode yang digunakan untuk mengembalikan uang yang telah diinvestasikan dari aliran kas masuk tahunan yang dihasilkan oleh proyek investasi tersebut (Suliyanto, 2010; 196). 2. Net Present Value (NPV) Metode ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai sekarang dari aliran kas masuk bersih dengan nilai sekarang dari biaya pengeluaran suatu investasi (Suliyanto, 2010; 200). 3. Internal Rate of Return (IRR) Metode ini digunakan untuk menghitung ingkat bunga yang dapat menyamakan antara present value dari semua aliran kas masuk dengan aliran kas keluar dari suatu investasi proyek (Suliyanto, 2010; 208). Berdasarkan analisis kelayakan usaha yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa pembiayaan usaha Sarung Samarinda pada asumsi ke-2 dan ke-3 dinilai layak untuk diberikan bantuan pembiayaan, dengan pendekatan konvensional maupun syariah. Pada kedua asumsi ini, biaya investasi idak termasuk pengadaan lahan dan bangunan karena telah tersedianya aset tersebut melalui sewa (asumsi ke-2) maupun kepemilikan pribadi (asumsi ke-3). Dalam kondisi ini, penenun menanggung beban keuangan yang idak terlalu inggi karena besaran pinjaman yang idak terlalu inggi pula. Sementara, asumsi ke-1 idak layak untuk dilakukan, dengan pembiayaan konvensional maupun pembiayaan syariah. Pada asumsi ini, di mana biaya Usaha tenun layak untuk dibiayai jika biaya investasi awal tidak termasuk pengadaan lahan dan bangunan, atau dengan kata lain menggunakan lahan dan bangunan milik sendiri atau sewa. Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 71 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k ����������������������� ������������������� ��������� �������� ��������� ������������������ ���������� �������� ��������� ���������� �� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� �������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ����������� ���������� ���������� ����������� ���������� ���������� ������ ������ ������ ����� ������ ������ ��������������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ����������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������������������ ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ����������������� �� �� �� �� �� �� ������������������ ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ����������������� �� � �� �� � �� ����������� ����� ����� ����������� ����� ����� �������� ��� ��������� ������������� ���� ���������������� ���������������� ������������������ ������������������� investasi termasuk pengadaan lahan dan bangunan, periode PBP diperoleh terlalu panjang, bahkan jauh melebihi jangka waktu pinjaman. Selain itu NPV dan IRR yang bernilai negaif juga menjadi indikator idak layaknya kondisi ini untuk dibiayai. Faktor pendorong rendahnya nilai kelayakan pada asumsi ke-1 ini karena ingginya nilai biaya investasi, sementara ingkat produksi iap penenun terbatas dan harga jual Sarung Samarinda yang idak terlalu inggi. Hal ini menyebabkan kemampuan penenun untuk mengembalikan pinjamannya rendah, sehingga meningkatkan beban keuangan penenun. Diinjau dari B/C Raio, di antara keiga asumsi tersebut, asumsi ke-1 memiliki nilai B/C Raio yang paling rendah. Rasio ini menggambarkan proporsi biaya terhadap pendapatan, di mana untuk keiga asumsi diperoleh nilai B/C Raio lebih dari 1 yang menunjukkan bahwa jumlah pendapatan lebih besar daripada jumlah biaya. Secara keseluruhan, pada asumsi ke-1 usaha Sarung Samarinda mampu membukukan laba selama umur proyek. Sayangnya, laba yang dihasilkan idak mampu mengembalikan biaya pengeluaran yang telah dilakukan selama umur proyek bahkan jauh melebihi jangka waktu pinjaman, sehingga Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c Tabel 4.13. Analisis Kelayakan Usaha Sarung Samarinda 72 C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c N O W ! .d o o m o .c m C lic k to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k asumsi ini idak layak untuk dibiayai. Sementara pada asumsi ke-2 dan ke-3, usaha Sarung Samarinda mampu membukukan laba dan mampu mengembalikan biaya pengeluaran yang telah dilakukan selama umur proyek, sehingga asumsi ini layak untuk dibiayai. 4.7. Analisis Sensitivitas Analisis sensiivitas bertujuan untuk menguji status kelayakan keputusan investasi apabila faktor-faktor atau parameter-parameter perhitungan berubah. Analisis proyeksi arus kas di masa yang akan datang pasi menghadapi suatu keidakpasian. Keidakpasian tersebut dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan suatu proyek bisnis dalam beroperasi untuk menghasilkan laba bagi suatu enitas usaha (Umar, 2003; 191-192). Fluktuasi harga bahan baku dan biaya operasional lain, maupun luktuasi harga jual merupakan contoh keidakpasian yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Analisis sensiivitas dalam kelayakan usaha Sarung Samarinda ini dilakukan pada 3 (iga) skenario, yakni (1) proyeksi pendapatan diasumsikan naik, dan biaya diasumsikan tetap, (2) proyeksi pendapatan diasumsikan turun, dan besaran pos-pos biaya diasumsikan tetap, serta (3) proyeksi pendapatan diasumsikan tetap, dan biaya naik. Untuk besaran presentase kenaikan maupun penurunan digunakan jumlah yang berbeda untuk seiap asumsi. Hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai nilai prosentase minimum maupun maksimum dari kenaikan dan penurunan biaya serta pendapatan yang dapat ditolerir dalam rangka penilaian kelayakan investasi pada usaha Sarung Samarinda. Tabel 4.14. Analisis Sensiivitas Sarung Samarinda Asumsi I (Pembiayaan Konvensional) ������ �������������������� �������� ��� ����������� ������ �������������������������������� ��������� ������ �������������������������������� ����������� ������� ������������������������������� ����������� ������ ������������������� Berdasarkan analisis kelayakan investasi yang telah dilakukan, asumsi ke-1 merupakan kondisi yang idak layak untuk dibiayai. Pada jenis pembiayaan konvensional, berdasarkan analisis sensiivitas yang dilakukan, jika pendapatan naik 10% dan biaya diasumsikan tetap maka Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 73 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k Tabel 4.15. Analisis Sensiivitas Sarung Samarinda Asumsi I (Pembiayaan Syariah) ������ �������������������� �������� ��� ����������� ����� ��������� ������ �������������������������������� ����������� ������ ������������������������������� ����������� ������ ������������������������������� ������������������� Hal yang sama terjadi pada pendekatan pembiayaan syariah, di mana jika terjadi kenaikan pendapatan maka asumsi ke-1 layak untuk dibiayai. Minimal kenaikan pendapatan yang perlu dicapai sebesar 7%, melalui kenaikan harga Sarung Samarinda paling sedikit 7%. Pada asumsi ke-2, diberlakukan presentase kenaikan yang berbeda dengan asumsi sebelumnya untuk dapat diketahui ingkat maksimal kenaikan biaya karena adanya peningkatan biaya operasional, maupun penurunan pendapatan karena ingkat produksi opimum yang idak tercapai. Untuk skenario pertama idak ada perubahan terhadap kriteria kelayakan usaha Sarung Samarinda, di mana pada keadaan ini usaha dinilai layak untuk dibiayai. Sementara pada skenario berikutnya, maksimal penurunan pendapatan adalah sebesar 4%, karena keika pendapatan turun lebih besar dari 4% maka usaha Sarung Samarinda idak layak untuk dibiayai karena menghasilkan nilai NPV dan IRR yang bernilai negaif. Arinya jika ingkat produksi opimum idak tercapai, maksimal penurunan jumlah produksi adalah sebesar 4%, sehingga nilai pendapatan akan turun pada ingkat prosentase yang sama. Pada skenario ke-3, ingkat kelayakan pembiayaan masih dapat dipertahankan jika kenaikan biaya maksimal mencapai 4%. Kenaikan biaya ini dapat disebabkan oleh peningkatan unsur-unsur biaya operasional dalam produksi Sarung Samarinda. Jika biaya naik lebih dari 4% maka usaha Sarung Samarinda ini idak lagi layak untuk dibiayai karena nilai NPV dan IRR yang negaif. Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c asumsi ini layak untuk dibiayai. Kenaikan pendapatan dapat dicapai melalui peningkatan harga jual Sarung Samarinda minimal 10%, karena peningkatan pendapatan melalui peningkatan jumlah produksi sulit dicapai mengingat produksi yang dilakukan telah mencapai ingkat opimum. Sementara untuk dua skenario berikutnya, asumsi ini tetap berada pada kriteria idak layak untuk dibiayai. 74 C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c N O W ! .d o o m o .c m C lic k to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k Tabel 4.16. Analisis Sensiivitas Sarung Samarinda Asumsi II (Pembiayaan Konvensional) ������ �������� ��� �������������������� ���������� ������ ������������������������������� ���������� ������ �������������������������������� ��������� ������ ������������������������������� ��������� ������ ������������������� Pada pendekatan pembiayaan syariah keadaan yang serupa pun terjadi hanya saja dalam ingkat prosentase yang berbeda. Penurunan pendapatan yang dapat ditolerir maksimal sebsar 4%, dan peningkatan biaya maksimal 5%. Jika melebihi dari ingkat ambang batas tersebut maka usaha Sarung Samarinda idak lagi layak untuk dibiayai. Tabel 4.17. Analisis Sensiivitas Sarung Samarinda Asumsi II (Pembiayaan Syariah) ������ �������� ��� �������������������� ���������� ������ ������������������������������� ���������� ����� �������������������������������� ��������� ������ ������������������������������� ��������� ������ ������������������� Asumsi ke-3 merupakan keadaan yang memiliki nilai kelayakan usaha paling inggi di antara asumsi-asumsi yang lain, namun idak berari bahwa asumsi ini tetap berada pada kriteria layak dalam keadaan apapun. Untuk skenario pertama idak ada perubahan terhadap kriteria kelayakan usaha Sarung Samarinda, di mana pada keadaan ini usaha dinilai layak untuk dibiayai. Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 75 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k ������ �������� ��� �������������������� ���������� ������ ������������������������������� ���������� ������ ��������������������������������� ��������� ������ �������������������������������� ��������� ������ ������������������� Pada skenario berikutnya, untuk dapat mempertahankan kelayakan pembiayaannya maka analisis ini mensyaratkan penurunan pendapatan maksimal 12%, di mana ingkat penurunan produksi dari ingkat opimum yang dapat ditolerir adalah 12%. Pada skenario terakhir ambang batas kenaikan biaya adalah sebesar 15%, di mana kenaikan biaya yang dapat ditolerir maksimal sebesar 15%. Jika pendapatan turun lebih dari 12% (untuk skenario ke-2) dan biaya naik lebih dari 15% (untuk skenario ke-3) maka ingkat kelayakan usaha Sarung Samarinda akan bergeser pada kriteria idak layak karena menghasilkan nilai NPV dan IRR yang negaif. Tabel 4.19. Analisis Sensiivitas Sarung Samarinda Asumsi III (Pembiayaan Syariah) ������ �������� ��� �������������������� ���������� ������ ������������������������������� ���������� ������ ��������������������������������� ��������� ������ �������������������������������� ��������� ������ ������������������� Pendekatan pembiayaan syariah mensyaratkan penurunan pendapatan dan peningkatan biaya pada prosentase yang lebih kecil. Ambang batas penurunan pendapatan adalah sebesar 13%, karena jika pendapatan turun melebihi prosentase tersebut maka usaha Sarung Samarinda idak lagi layak untuk dibiayai. Sementara kenaikan biaya maksimal sebesar 16%, yang arinya jika kenaikan biaya mencapai angka lebih dari 16% maka kriteria kelayakan usaha Sarung Samarinda bergeser pada kriteria idak layak untuk dibiayai. Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c Tabel 4.18. Analisis Sensiivitas Sarung Samarinda Asumsi III (Pembiayaan Konvensional) 76 C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c N O W ! .d o o m o .c m C lic k to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k 4.8. Pola Pembiayaan Sarung Samarinda Diinjau dari analisis kelayakan yang telah dilakukan pada usaha Sarung Samarinda, usaha ini terhitung potensial untuk dibiayai. Berdasarkan 3 (iga) asumsi yang dilakukan, asumsi ke-2 dan ke-3 adalah asumsi yang layak dibiayai, sehingga pembiayaan oleh pihak keiga dapat dilakukan pada penenun yang telah memiliki tempat usaha, baik melalui penyewaan maupun milik pribadi. Sementara, pada penenun yang idak memiliki tempat usaha sehingga perlu adanya pengadaan lahan dan bangunan, pembiayaan pihak keiga idak layak untuk dilakukan kecuali adanya peningkatan harga jual, seperi yang diuraikan dalam hasil analisis sensiivitas. Pembiayaan oleh pihak keiga baik dari perbankan maupun non perbankan perlu dilakukan untuk dapat memperkuat basis permodalan penenun sehingga tenun Sarung Samarinda dapat berkembang. Penyaluran pembiayaan sendiri akan lebih bermanfaat jika pembiayaan dilakukan dalam kelompok, karena tenun Sarung Samarinda melibatkan sejumlah penenun. Pendekatan kelompok dapat dilakukan antara lain dengan pendekatan Pengembangan Hubungan Bank dengan Kelompok Swadaya Masyarakat (PHBK) (Bank Indonesia, 2006). Kelompok Swadaya Masyarakat ini merupakan pihak keiga yang dapat berbentuk lembaga Koperasi, di mana seluruh penenun berada dalam koordinasi lembaga keiga ini. Gambar 4.1. Pola Penyaluran Kredit Usaha Sarung Samarinda Lembaga keiga berperan sebagai pihak keiga yang memiliki hubungan internal dengan penenun dan eksternal dengan lembaga pembiayaan bank maupun non bank. Lembaga ini sekaligus sebagai pihak penjamin pembiayaan, dalam ari keika suatu pinjaman dijamin oleh sebuah lembaga yang turut bertanggung jawab terhadap penyaluran dan pengembalian kredit Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 77 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k maka nilai bankable-nya dapat diingkatkan. Kredit disalurkan kepada penenun oleh bank maupun lembaga non bank melalui lembaga keiga/koperasi, di mana lembaga inilah yang akan meneruskannya kepada penenun. Lembaga ini juga berperan dalam mengawasi penggunaan serta pembayaran angsuran pinjaman dan bunga seiap periode pembayarannya. Melalui pelibatan lembaga ini, penyaluran kredit kepada penenun memberikan manfaat yang lebih maksimal karena adanya pengawasan pihak keiga. Tabel 4.20. Ringkasan Pola Pembiayaan pada Usaha Sarung Samarinda �� ���������������� ������ � ����������� ������������������������������������������������������ ���������������� � ����������������������� �� ���������������������������������������������������������� ������������������������ �� ������������������������������������������������� � ��������������������� �������������������� ���������������� ������������� �� ��������� �� ����������� ������ ������ ��������� ��������� ��������� ���������� ��������� ���������� � ������������ �� ���������������������������� �� ����������������������������� � ������������������� ���������������������������������������������� � ��������������� �� �������������� �� ���������������������� ���������������� ��������������������������� ��������������������������������� �� ���������������������� � ���������������������������������� �������� ������������������� ������� ������������������� �������� ������������������������� �������������� � ������������ �� ������������������� ������������������� ��������� ������������������� ��������� ���������������������������������������������������������� ���� �� ������������� ��� �������� �������������������������� ���������� ���������� ��������������������� ���������� ���������� �������������������������� ������ ������ Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya ��������������������� ������ ������ ��� 78 ��������� .d o m o .c � C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c ��������� �������������� Tabel 4.20. ������������������� Ringkasan Pola Pembiayaan������������������� pada Usaha Sarung Samarinda (Lanjutan) ��������� � �� ������������ ���������������� ���������������������������������������������������������� ������ �� � ������������������� ����������� ���� ������������� ������������������������������������������������������ ���������������� ��� �� ����������������������� �������� �������������������������� ��������������������� � �� ���������������������������������������������������������� ������������������������ ���������� ���������� �� ������������������������������������������������� ���������� ���������� ��������������������� ��� �������������������������� �������������������� ��������������������� � ������������� ������ ���������������� ������ ������ ������ ������ ��������� �� ��������� �� ����������� �������������������������� ��������� ���� ��������� ��������� ���� ���������� ��������������������� ������ ������������� ������������ ���� ��������� ���� ���������� �������������������������� �� ���������������������������� �� ����������������������������� ������ ��������������������� ������������������� ������������������� ��������������� ������ ���������������������������������������������� �������������� ��������������������� �� �������������� �� ���������������������� ������� ���������������� ����������������������������������������������������� �� � ��������������������������� ���������������� ���������������������� ����������������������� ��������������������������������� ������������������������������������������������������� � ���������������������������������� ������������������������� ������������������� � � �� . ������ ������ �������� ������� ������������������� �������� ������������������������� �������������� ������������������� ��������� ������������������� ��������� � ������������ ���������������������������������������������������������� �� ������������������� ���� ������������� �� ��� �������� �������������������������� ���������� ���������� ��������������������� ���������� ���������� �������������������������� ������ ������ ��������������������� ������ ������ �������������������������� ���� ���� ��������������������� ���� ���� �������������������������� ������ ������ ��������������������� ������ ������ ��� ��������� ������������� ������������������� �� ��������������������� ������� �������������� Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya ����������������������������������������������������� ����������������������� 79 N O W ! y m o w do c u -tr a c k �������� ������������������������� � w bu PD m .c h a n g e Vi e ������� ������������������� o c u -tr a c k XC to y bu to C lic k � ���������������������� Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda �������� ���������������������������������� ������������������� F- w w .d o ��������������������������������� w w w �� ��������������������������� C lic k w �� ���������������������� � er N O W ! h a n g e Vi e er PD F C -X .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c Halaman ini sengaja dikosongkan 80 C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 4 - Eksplorasi Keuangan: Mengurai Potensi Finansial Tenun Samarinda w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c N O W ! .d o o m o .c m C lic k to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Bab 5 - Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k BAB 5 Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan 5.1. Aspek Ekonomi dan Sosial Dahulu kerajinan tenun Samarinda mampu menggerakkan sektor riil dan UMKM dalam penyerapan tenaga kerja, yang sebagian besar berprofesi sebagai ibu tumah tangga. Jumlah tenaga kerja yang terserap sebanyak 210 orang di dua kelurahan. Berdasarkan hasil peneliian dilapangan, tenun Sarung Samarinda rata-rata dapat menyerap tenaga kerja penenun sebanyak 15-20 orang dalam satu KUB. Menariknya kegiatan ini mampu menyerap tenaga kerja usia non produkif, karena mayoritas pengrajin tenun sudah berusia lanjut. Selain karena kegiatan utama dalam melakukan usaha tenun, pengrajin yang sudah berusia lanjut menyukai kegiatan usaha ini sebagai pengisi waktu di usia senja. Selain itu akiitas menenun ini dapat memberikan kesempatan bagi pelaku yang putus sekolah dan memiliki ingkat pendidikan yang rendah. Hasil survei menunjukkan bahwa mayoritas pengrajin usaha tenun hanya mengenyam pendidikan sampai pada ingkat menengah pertama dengan prosentase 37%, kemudian lulusan sekolah dasar sebanyak 33%, idak tamat sekolah dasar sebesar 18,5% dan hanya 11,12% yang mengenyam pendidikan sampai ingkat menengah atas. Semenjak daerah wisata Kampung Tenun dicanangkan, ekonomi kreaif yang berskala mikro mulai tumbuh walaupun terkesan lambat. Namun hal ini masih dapat dimaklumi karena membangun daerah menjadi desinasi wisata bukanlah hal mudah. Keberadaan sektor pendukung wisata memicu percepatan pertumbuhan ekonomi lokal. Keberadaan pengrajin manik, warung-warung kecil, showroom atau display sederhana di teras rumah menjadi kegiatan Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 81 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k Selain aspek ekonomi, aspek sosial menjadi perhaian dalam fokus survei. Keterbukaan pada pasar yang lebih luas telah mendorong munculnya bentuk-bentuk pola hidup konsumif untuk mendapatkan gengsi atau status sosial, ataupun persaingan-persaingan di dalam usaha perdagangannya. Karena mobilitas masyarakat cukup inggi dalam rangka pengembangan usaha atau untuk mendapatkan pembeli, maka pengaruh dari pola kehidupan kota juga telah merambah ke Kampung Tenun dengan unsur posiif maupun negaifnya (Alamsyah, dkk., 2013). Dampak sosial yang mungkin paling nyata adalah Salah satu dampak perubahan yang terjadi terhadap kaum wanita. Yang paling terlihat sosial pengembangan jelas adalah bagaimana peran wanita menjadi lebih besar dalam tenun Samarinda perekonomian keluarga. Perubahan ini menyebabkan perempuan adalah meningkatnya mulai mengalami perbaikan status di dalam masyarakat. Secara status dan peran umum wanita lebih dihargai karena bisa mengambil bagian yang perempuan, yaitu penting dalam perekonomian keluarga. Hal ini memberikan sebagai penopang kebanggaan kepada diri mereka sendiri dan lebih menghargai diri perekonomian karena bisa membantu secara langsung dalam pemenuhan nakah keluarga. keluarga. Di samping itu, dengan perkembangan tersebut, mulai ada kesadaran tentang permasalahan gender dan feminisme. Walaupun sebagian besar dari penenun kemungkinan belum pernah mendengar kata ‘feminisme’ namun penenun yang usianya lebih muda mulai mengeri dan menyetujui konsepnya. Suku-suku di Indonesia sebagian besar menganut paham patrialisme dalam keluarga, termasuk diantaranya suku Bugis yang menetap sebagai bagian masyarakat Kampung Tenun. Secara adat, masyarakat merasa bangga bila memiliki anak laki-laki dan merasa paling dihargai. Dahulu, sebuah keluarga merasa malu kalau idak mempunyai anak laki-laki. Namun sekarang, hal itu idak begitu pening lagi. Bahkan ada kecenderungan di mana penghargaan anak perempuan lebih inggi dibandingkan dulu. Misalnya dari perspekif ekonomi, anak perempuan cenderung dilihat sebagai aset keluarga yang berharga dibandingkan dengan saudara lakilakinya, karena anak perempuan pandai menenun dan berhasil mendapatkan uang. Selain itu keberadaan industri kerajinan tenun terhadap eksistensi kebudayaan Bugis semakin memiliki pengaruh besar. Pengetahuan tentang proses penenunan Sarung Samarinda idak akan hilang. Namun ari moif akan hilang sama sekali jika idak ada upaya untuk melestarikannya, generasi penerus tenun Sarung Samarinda idak memahami ilosoi moif dan idak memiliki moivasi untuk mempelajari. Mayoritas penenun hanya tertarik untuk membuat Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c yang mampu memberikan tambahan pendapatan penduduk setempat dalam membiayai kehidupan sehari-hari. 82 C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 5 - Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c .c N O W ! m C lic k .d o o o m to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Bab 5 - Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k tenunan dengan moif yang paling laku dijual dan berpendapat bahwa ilosoi dari moif tenunan idak terlalu pening. Hal ini sangat disayangkan karena sikap seperi ini idak mendukukung pelestarian tenun Sarung Samarinda. Disamping itu pengetahuan dalam pembuatan moif secara tradisional sudah idak ada lagi karena inggal iga penenun berusia lanjut yang memiliki keahlian ini. Menurut para penenun proses pembuatan moif terlalu rumit dan memerlukan waktu lama. Penenun hanya berorientasi pada memperoleh keuntungan secepat mungkin. 5.2. Dampak lingkungan Perkembangan kerajinan tenun di Samarinda Seberang saat ini mengalami kemajuan yang cukup berari sehingga banyak menimbulkan dampak posiif terhadap perekonomian masyarakat. Akan tetapi disamping dampak posiif, kegiatan ini juga memberikan dampak negaif terhadap lingkungan. Saat ini penggunaan pewarna sinteis dalam industri teksil sudah idak dapat dihindari lagi, mengingat harganya yang murah, warnanya lebih tahan lama, dan pilihan warna yang lebih beragam jika dibandingkan dengan pewarna alami. Namun tak dapat disangkal terdapat banyak resiko pewarnaan Limbah pemakaian kimiawi yang berakibat buruk bagi pengrajin maupun lingkungannya. bahan kimia Efek negatif pewarna kimiawi dalam proses pewarnaan oleh dalam proses tenun pengrajin tenun adalah risiko iritasi dan dampak paling berbahaya berpotensi merusak dapat terkena kanker kulit. Ini terjadi karena saat proses pewarnaan, lingkungan jika umumnya para perajin idak menggunakan sarung tangan sebagai tidak diolah dengan pengaman, kalaupun memakai, idak benar-benar terlindung secara layak. maksimal. Akibatnya, kulit tangan terus-menerus bersinggungan dengan pewarna kimia berbahaya seperti Naptol yang lazim digunakan dalam industri baik. Bahan kimia yang termasuk dalam kategori B3 (bahan beracun berbahaya) ini dapat memacu kanker kulit. Disamping itu pewarna sinteis memiliki sifat yang sulit terurai di alam. Apalagi umumnya UKM maupun home industry banyak terdapat di daerah yang dekat dengan aliran sungai. Sehingga apabila limbah tersebut dibuang ke badan air, maka akan mengakibatkan terjadinya perubahan kualitas air. Penurunan kualitas air, diantaranya ditunjukkan dengan meningkatnya kekeruhan air yang disebabkan adanya polusi zat warna, akan menghalangi masuknya cahaya matahari ke dasar perairan dan mengganggu keseimbangan proses fotosintesis, ditambah lagi adanya efek mutagenik dan karsinogen dari zat warna tersebut, membuatnya menjadi masalah yang serius. Selain itu air limbah pewarna teksil di Indonesia rata-rata mengandung 750 mg/l padatan tersuspensi, 500 mg/l BOD, dan 750-1500 mg/l COD (htp://one.indoskripsi.com). Nilai Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 83 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k Oleh karena itu air limbah ini harus diolah dengan baik sebelum dibuang ke badan lingkungan. Masalah yang dihadapi masyarakat yang inggal didaerah sekitar kegiatan kerajinan tenun Samarinda Seberang adalah ingkat pencemaran air tanah dan sungai yang sudah sangat memprihainkan. Pencemaran ini disebabkan oleh air limbah hasil buangan industri yang idak terkelola dengan baik. Masyarakat yang inggal di sekitar pengrajin umumnya menggunakan air sungai dan air tanah sebagai sumber air untuk mencuci, mandi dan memasak. Tentu saja hal ini sangat membahayakan karena kondisi air, tanah, dan sungai yang tercemar sangat membahayakan kesehatan masyarakat karena mengandung unsur-unsur kimia korosif, polutan organik dan ingkat keasaman yang cukup inggi. Pengolahan limbah produksi juga diwajibkan bagi para penenun di Kampung Tenun. Walikota Samarinda telah membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di kawasan Kampung Tenun dengan menggunakan dana yang bersumber dari APBN. Tujuannya adalah untuk menghasilkan aliran dan limbah padat atau lumpur yang cocok untuk pembuangan atau penggunaan kembali terhadap lingkungan. Pembangunan IPAL tersebut adalah bentuk komitmen pemerintah dalam mengembangkan kawasan Kampung Tenun di Kecamatan Samarinda Seberang. Lahan yang dipersiapkan untuk membangun IPAL tersebut merupakan bantuan dari pihak swasta melalui program Corporate Social Responsbility (CSR) sebagai bentuk kepedulian perusahaan pertambangan di Samarinda. Pemerintah Provinsi Kalim juga sangat mendukung pencanangan kawasan Samarinda Seberang sebagai Kampung Tenun. Sehingga Pemerintah Kota Samarinda terus melakukan pembenahan yang dimulai dari perbaikan rumah tua hingga perbaikan jalan termasuk mempercanik Kampung Tenun dengan menyediakan pot bunga dan tempat sampah agar layak dijadikan salah satu sarana objek wisata dan dapat dapat mendukung peningkatan ekonomi masyarakat. Namun berdasarkan hasil penelitian masih banyak para penenun yang tidak memanfaatkan fasilitas IPAL yang telah dibangun oleh pemerintah kota Samarinda dikarenakan jarak IPAL yang cukup jauh. Selain itu benang hasil proses pewarnaan yang dilakukan di fasilitas IPAL idak dapat dijamin keamanannya, mengingat benang tersebut memiliki nilai ekonomis yang cukup inggi, kurang lebih seharga Rp50.000 per gincir. Para penenun lebih memilih untuk melakukan proses pewarnaan di sungai dekat rumah mereka yang tentu saja berpotensi merusak lingkungan. Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c ini jauh melebihi standar baku mutu lingkungan (Agusina.Dkk, 2011). Limbah pewarna yang dibuang sembarangan juga bisa mencemari lingkungan. Ekosistem sungai rusak. Akibatnya, ikan-ikan mai dan air sungai idak dapat dimanfaatkan lagi (Agusina, dkk., 2013). 84 C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 5 - Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c N O W ! .d o o m o .c m C lic k to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Bab 6 - Rekomendasi: Perpaduan Ekonomi Kreatif dan Penyelamatan Budaya w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k BAB 6 Rekomendasi: Perpaduan Ekonomi Kreatif dan Penyelamatan Budaya 6.1. Gambaran menyeluruh Kampung Tenun Secara umum Kampung Tenun memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Hanya saja belum dapat dimaksimalkan. Salah satu potensi yang belum tergali adalah dukungan pemerintah yang cukup besar, termasuk diantaranya pencanangan Kampung Tenun sebagai daerah desinasi wisata budaya. Pencanangan tersebut memberikan peluang yang sangat luas bagi penduduk lokal untuk memberikan andil. Pemberdayaan ekonomi kreaif di sektor pendukung wisata Kampung Tenun masih terbuka lebar untuk dikembangkan, diantaranya adalah restoran, hotel, tempat parkir yang representaif, pemandu wisata dari penduduk setempat, galeri, showroom produk dan lokasi usaha yang dapat berfungsi sebagai workshop yang menjadi fokus dalam pengembangan wisata budaya. Selain itu peran pemerintah dalam pergeseran fungsi kain tenun Samarinda yang sebelumnya hanya berfungsi sebagai sarung menjadi busana, memberikan angin segar dalam pengembangan potensi sarung tenun. Diharapkan pergeseran fungsi tersebut mampu menciptakan pasar yang jauh lebih luas dan akan berpengaruh posiif pada permintaan tenun. Selain itu penyerapan tenaga kerja di sektor kerajinan rumah tangga yang cukup besar mampu menopang perekonomian keluarga. Sektor ini menyerap tenaga kerja dari lapisan Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 85 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k 6.2. Kampung Tenun: Perpaduan Ekonomi Kreatif dan Penyelamatan Budaya Tak dapat dipungkiri bahwa perkembangan tenun Sarung Samarinda idak lepas dari berbagai kendala. Seperi halnya yang umum dihadapi pelaku usaha UMKM di Indonesia, hampir di seiap aspek terdapat kendala yang menyebabkan tenun Sarung Samarinda belum dapat dikembangkan menjadi sebuah industri ataupun klaster. Inovasi Produk, Moif dan Corak Tenun Berdasarkan pengamatan di lapangan dan hasil Inovasi produk, motif dan wawancara mendalam yang dilakukan dengan penenun, corak tenun mencakup penghani dan pedagang pengumpul, dapat diambil pengembangan industri kesimpulan bahwa masalah utama yang dirasakan para hilir, pengkayaan motif penenun adalah permintaan pasar yang idak stabil. dan desain sesuai selera Jika ditelusuri lebih jauh, masalah ini berakar pada daya pasar, peningkatan serap pasar yang rendah. Arinya pasar atau konsumen minat dan kecintaan idak memiliki keinginan untuk membeli tenun Sarung terhadap produk tenun, Samarinda secara kontinyu. Hal ini dapat dipahami dan peningkatan karena produk jadi tenun Samarinda masih dalam bentuk k e t e r a m p i l a n sarung yang pada jaman dahulu menjadi kebutuhan pengrajin. utama. Begitu pula pada pemanfaatan sarung pada suku-suku di tanah air menjadi barang subsitusi celana atau rok. Namun seiring kemajuan jaman dan terjadinya pergeseran nilai yang mengarah pada modernisasi, fungsi sarung idak mampu lagi menjadi barang subsitusi. Seperi yang diketahui bersama fungsi sarung sendiri terbatas hanya pada kegiatan tertentu yaitu untuk kegiatan ibadah ataupun kegiatan adat. 86 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c manapun tanpa mensyaratkan ingkat pendidikan tertentu. Warga Kampung Tenun yang memiliki ingkat pendidikan yang rendah, putus sekolah atau idak pernah mengenyam pendidikan sekalipun dapat memberikan kontribusi bagi perekonomian keluarga. Hasil peneliian menunjukkan sebanyak 210 penenun yang tercatat di Kelurahan Masjid dan Baqa mampu menjadi penggerak perekonomian rumah tangga dengan besaran omset mencapai Rp285.000.000 pertahun (diingkat pedagang pengumpul) melalui produksi opimum 216 unit sarung pertahun. 1. C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 6 - Rekomendasi: Perpaduan Ekonomi Kreatif dan Penyelamatan Budaya w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c .c N O W ! m C lic k .d o o o m to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Bab 6 - Rekomendasi: Perpaduan Ekonomi Kreatif dan Penyelamatan Budaya w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k Mengingat tenun Sarung Samarinda merupakan produk industri hulu, maka diperlukan upaya dalam membangun industri hilir guna memberikan nilai tambah pada produk. Industri hilir berupaya memodiikasi kain tenun idak hanya menjadi sarung namun menjadi pilihan busana atau bentuk lain yang memenuhi selera konsumen sekaligus menjadi ciri khas budaya Samarinda. Pemenuhan selera konsumen idak hanya pada pergeseran produk tenun yang semula berbentuk sarung menjadi busana, namun penenun harus merubah pola pikir bahwa pelanggan merupakan iik awal dalam melakukan perubahan. Penenun harus mampu keluar dari pakem-pakem sebelumnya saat menciptakan moif dan melakukan inovasi usaha agar tetap bertahan sesuai keinginan pasar. Namun demikian bukan berari meninggalkan model lama yang telah menjadi ciri khas dan dikenal masyarakat luas. Hal ini dicontohkan oleh tenun Troso di Jepara yang mampu memadukan beberapa moif dari daerah lain sehingga membuat moif baru tenun Troso. Selain itu pengembangan produk tenun yang dipadukan dengan baik menciptakan perpaduan yang sangat unik sehingga menghasilkan ciri khas tenun baik Troso dengan moif Jepara. Hasilnya, tenun Troso dapat mengikui perkembangan zaman serta dapat menambah pengayaan moif tenun Troso yang telah ada. Untuk keluar dari pakem moif yang telah diwarisi turun-temurun bukanlah hal yang mudah, diperlukan sebuah keberanian dan inovasi untuk keluar dari tradisi yang mengakar. Untuk itu penenun harus belajar banyak dari industri tenun yang lebih berkembang. Selain itu mempelajari moif dan desain yang memenuhi selera konsumen membutuhkan pengamatan, pembelajaran, eksperimen serta pelaihan yang bisa diperoleh dari kemitraan yang dijalin dengan desainer nasional. Untuk itu peran akif Pemerintah, Dekranas, SKPD maupun pemerhai tenun Samarinda sangat dibutuhkan untuk memberikan bantuan baik dalam memfasilitasi pelaihan, pembiayaan, membuka jaringan, promosi dan kegiatan lainnya. Selain mempelajari pola-pola desain yang lebih inovaif melalui bimbingan desainer, pada dasarnya moif kotak-kotak yang menjadi ciri khas tenun Sarung Samarinda sudah mewakili selera moif pada umumnya. Namun dalam aplikasi moif busana baik untuk kemeja, kaos ataupun baju resmi, moif asli tenun Samarinda masih kurang diminai. Hal ini dikarenakan penggunaan warna yang mencolok, perpaduan warna yang idak harmonis serta penggunaan moif kotak yang terlalu besar sehingga idak memberikan aksen yang pas sebagai moif pilihan berbusana. Menurut sebagian besar masyarakat yang menjadi Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 87 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k Berbagai cara ditempuh untuk menumbuhkan minat dan kecintaan akan tenun Sarung Samarinda. Salah satunya mengadakan event ataupun kegiatan lomba kreasi dan fashion corak Sarung Samarinda. Tujuannya agar corak dan moif tersebut dapat berkembang dan diminai. Kreasi tenun Sarung Samarinda dengan moif lebih lembut dan bernilai seni esteika akan memiliki aksen tambahan yang mempermanis tampilan sehingga dapat digunakan sebagai pilihan berbusana konsumen. Sebenarnya Pemerintah Daerah telah menginisiasi pergeseran fungsi tenun yang semula sarung menjadi busana melalui kebijakan yang dituangkan dalam peraturan walikota, pencanangan tenun sebagai heritage Kota Samarinda dan berbagai upaya lain. Namun, jika bukan penenun yang memposisikan diri untuk merubah pola pikir menjadi entrepreneur, maka kebijakan yang telah diinisiasi pemerintah akan sia-sia karena bersifat jangka pendek. Langkah yang paling tepat adalah membuat strategi untuk jangka panjang melalui inovasi produk tenun sarung itu sendiri. Harapannya inovasi tersebut akan menciptakan permintaan sehingga secara alami akan meningkatkan daya serap produk tenun di mata konsumen. Di sisi lain, terbatasnya jumlah penenun yang memiliki kemampuan matemais dalam melakukan proses penghanian menyebabkan moif idak dapat berkembang atau cenderung monoton. Jika masalah utama ini idak teratasi maka bentuk perubahan desain moif idak akan berhasil. Besarnya peran penghani dalam membuat moif kain tenun memiliki posisi yang linier terhadap perubahan moif. Proses ini sangat pening karena merupakan proses awal sebelum memasuki proses ini bertenun. Keberhasilan penentuan moif dan harmonisasi warna dimulai dari proses ini. Oleh karena itu perubahan moif dan desain tenun Samarinda harus diikui oleh pelaihan yang dikhususkan dalam teknik menghani. Perlu dilaksanakan pelatihan dengan mendatangkan penghani dari daerah lain atau benchmark industri tenun lain yang sudah lebih maju dalam manajemen dan menggunakan teknologi produksi yang lebih maju. Subsitusi Bahan Baku Bahan baku benang tenun Samarinda adalah benang sutera jenis warm silk dan spun silk. Para penenun lebih menyukai benang sutera jenis spun silk yang memiliki karakterisik kain yang lebih halus, idak kusut, jenis kain jatuh dan juga nyaman dipakai. Benang 88 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c peserta Focus Group Discussion, jika idak ada inovasi moif yang digunakan, siapapun yang menggunakan busana modiikasi tenun Sarung Samarinda masih dipersepsikan seperi menggunakan sarung. 2. C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 6 - Rekomendasi: Perpaduan Ekonomi Kreatif dan Penyelamatan Budaya w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c .c .d o m o m o c u -tr a c k C lic k to bu y bu C lic k to w w w .d o w er Bab 6 - Rekomendasi: Perpaduan Ekonomi Kreatif dan Penyelamatan Budaya w w w h a n g e Vi e N O W ! XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k sutera jenis ini diimpor langsung dari Cina oleh imporir di Jawa, dan dibeli oleh penenun seharga Rp2.350.000 hingga Rp2.375.000 per pack. Menurut penenun, alasan mereka memilih menggunakan benang sutera impor dari Cina dibandingkan benang sutera lokal adalah harga yang lebih murah. Hal ini dikarenakan proses produksi benang sutera di Cina sudah menggunakan mesin atau mekanisasi di seiap lini produksi sehingga dapat menghemat biaya tenaga kerja dan menghasilkan jumlah benang yang lebih banyak. Struktur biaya produksi secara dominan ditopang oleh biaya bahan baku yang inggi, dan akan sangat mempengaruhi ingkat keuntungan yang bisa diperoleh. Hal ini menjadi kendala tersendiri bagi penenun, mengingat penenun idak memiliki modal yang cukup besar dalam menjalankan usahanya. Solusi awal dalam mengatasi permasalahan mahalnya benang tenun ini adalah membuat dan memperkenalkan produk turunan atau menggani benang jenis sutera spun silk dengan benang subsitusi yaitu berupa benang katun jenis PE yang memiliki keunggulan idak kusut apabila dicuci, tidak luntur untuk bahan berwarna, mudah disablon, menyerap keringat serta idak berbulu, atau benang katun jenis CSM yang sangat halus, idak susut dan sangat nyaman dipakai. Penggunaan bahan baku pengganti tersebut dapat mengatasi permasalahan mahalnya bahan baku yang sudah ada sejak dulu. Benang substitusi dapat menjadi alternatif solusi permasalahan menyangkut mahalnya bahan baku benang spun silk yang biasa digunakan pengrajin. Selain itu pada ingkatan subsitusi yang lebih inggi lagi, penenun dapat melakukan inovasi terhadap bahan baku alami seperi serat alam yang dikombinasikan dengan sutera. Seperi yang dilakukan oleh Huda penenun Troso di Jepara, yang memiliki inovasi merancang kombinasi sutra dengan limbah serat akarwangi, sutra dengan limbah bulu ayam kampung, sutra dengan tembaga, bahkan sutra dengan tali raia (Alamsyah, dkk., 2013). Tentu produk tenun memiliki nilai tambah yang cukup inggi karena keunikan bahan baku yang digunakan sehingga penenun memiliki banyak metode dalam penetapan harga yang didasarkan oleh inovasi produk. Penambahan nilai inilah yang nani akan bermuara pada segmentasi produk. Mengatasi permasalahan ingginya harga perolehan bahan baku, diperlukan indakan bersama untuk dapat menurunkan biaya produksi. Diantaranya adalah membentuk wadah usaha dan pembiayaan seperi koperasi yang berfungsi memfasilitasi penenun untuk menjalin kerjasama dengan supplier. Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 89 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k 3. Pemasaran Produk Bersama Menghadapi kondisi yang dihadapi oleh penenun, diperlukan peran nyata pihak terkait yang kompeten. Misalnya dengan memfasilitasi UMKM atau membentuk koperasi untuk melakukan perjanjian long term (jangka panjang) pembelian dengan buyer atau bentuk joint inancing scheme (pembiayaan bersama) untuk kualitas produk yang disyaratkan. Koperasi selain berfungsi sebagai fasilitator dapat memiliki fungsi lain sebagai wadah dalam distribusi pemasaran. Koperasi dapat membuat labelling atau pengemasan produk, sehingga penenun tidak kekurangan akses dalam menjual produknya. Keberadaan koperasi tenun dapat dijadikan sebagai fasilitator untuk pengadaan bahan baku dengan harga yang lebih murah sekaligus untuk pemasaran dengan jangkauan yang lebih luas. Selain itu cara lain mengatasi kendala pemasaran adalah mengakikan peran kelompok dan memperkuat jejaring yang sudah ada pada kelompok akif, melalui pemasaran yang lebih besar misalnya melalui promosi dan pameran. Keika ada pesanan produk dalam jumlah yang lebih besar, kelompok yang kurang akif dan idak akif dapat diajak bekerjasama menyelesaikan order sehingga mendapatkan kesempatan yang sama dalam menjalankan usaha. Peningkatan Sumber Daya Manusia Berbagai kendala yang dihadapi oleh penenun pada dasarnya dapat diatasi. Hal ini tergantung pada kualitas sumber daya manusia. Aspek sumber daya manusia ini menjadi pening karena salah satu faktor penentu keberhasilan kinerja suatu organisasi bisnis adalah pengelolaan SDM dan perilaku manusianya yang akan menjalankan berbagai aspek manajemen lainnya (Purnomo, 2010). Pembinaan UMKM selama ini masih meniikberatkan pada aspek pemasaran, pengelolaan organisasi, aspek produksi, dan aspek keuangan. Aspek sumber daya manusia khususnya 90 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c Masalah klasik yang kerapkali dirasakan oleh pelaku UMKM adalah kendala pemasaran. Hal serupa juga dirasakan oleh penenun. Informasi pasar sangat terbatas, hanya perorangan atau kelompok tertentu yang mempunyai akses terhadap pembeli langsung. Hal ini merupakan salah satu faktor tujuan pemasaran beriorientasi lokal dengan memperebutkan pasar yang sudah ada, idak termoivasi untuk memperluas pasar, sehingga mendorong terjadinya persaingan pada ingkat harga bukan kualitas dan pemasaran tergantung pada perantara/pedagang antara (Bank Indonesia, 2006). 4. C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 6 - Rekomendasi: Perpaduan Ekonomi Kreatif dan Penyelamatan Budaya w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c .c N O W ! m C lic k .d o o o m to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Bab 6 - Rekomendasi: Perpaduan Ekonomi Kreatif dan Penyelamatan Budaya w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k yang menekankan pada kepribadian individual prakisi UMKM itu sendiri masih belum mendapat perhaian seperi halnya aspek-aspek manajemen yang lain. Hasil peneliian Cassel, et al (2002) terhadap perusahaan UMKM menunjukan bahwa praktek pengelolaan manajemen SDM menentukan kesuksesan perusahaan tersebut dalam mencapai tujuannya. Termasuk diantaranya adalah ideniikasi potensi permasalahan individu yang memiliki dampak terhadap kinerja usaha penenun. Dilihat dari historisnya, mayoritas sentra-sentra tenun yang berada di seluruh Indonesia merupakan industri rumah tangga yang merupakan usaha sampingan. Karakterisik usaha sampingan biasanya ditandai dengan karakter individual pelaku yang belum memiliki jiwa enterprenurship, kurangnya komitmen koninuitas terhadap pekerjaan yang digelui, moivasi dan ingkat keyakinan diri (self eicacy) yang rendah terhadap keberhasilan menjalankan usaha secara mandiri yang ditandai perilaku apais dalam melaksanakan usaha, akiitas masih terpusat pada kesibukan masing-masing diluar akiitas menenun serta belum terbukanya keterikatan internal satu sama lain sehingga upaya membangun kepercayaan (trust building) sulit dilakukan. Tingkat kepercayaan pelaku dan antar pelaku rendah yang direpresentasikan dengan modal sosialnya rendah, mendorong saling menyembunyikan informasi pasar dan teknik produksi. Dari pengamatan terlihat bahwa persaingan diantara penenun cukup inggi, antara lain dalam hal penetapan harga jual, informasi pembeli dan pengembangan moif. Hal ini sangat disayangkan karena kesuksesan sebuah Pelatihan magang dan bisnis ditentukan oleh karakterisik individual pelaku studi banding bertujuan UMKM. Karakteristik individual bersifat melekat untuk transfer dalam diri individu yang bisa berubah-ubah atau stabil knowledge mengenai sepanjang waktu. Karakteristik individu yang dapat manajemen dan jiwa berubah-ubah terbentuk karena adanya situasi tertentu kewirausahaan dari atau pengalaman tertentu (Taormina dan Lao., 2007). pengrajin tenun yang Karakterisik penenun yang digambarkan bersifat apais telah berhasil. terhadap kelangsungan usaha pada dasarnya dapat diubah jika ada pengalaman dan pembelajaran langsung dengan melakukan pelaihan magang dan studi banding dengan industri tenun lain yang lebih berkembang. Arinya terdapat proses transfer knowledge mengenai manajemen dan jiwa kewirausahaan yang dilakukan oleh penenun yang telah berhasil. Harapannya akan terjadi perubahan sikap, nilai-nilai dan kepercayaan pengusaha sendiri sehingga dapat mengidentifikasi dan mengimplementasikan Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 91 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k Kegiatan magang dapat dilaksanakan di pusat-pusat klaster tenun yang telah berhasil seperi Jepara, Banyumas, Sumatera Barat atau Bali yang mayoritas para pengusaha tenun tersebut memiliki kepribadian agreeableness dan self-eicacy yang cukup inggi. Agreeableness adalah kepribadian yang menggambarkan bahwa individu memiliki sifat-sifat antara lain suka bekerja sama, dapat dipercaya, penuh perhaian dan baik pada orang lain, suka menolong, idak memeningkan diri sendiri, pemaaf, dan idak suka berselisih dengan orang lain. Hal ini menunjukan bahwa pengusaha yang mampu mencapai kesuksesan usahanya adalah individu yang terbuka, mudah bergaul, dan penuh toleransi di dalam masyarakat. Kepribadian agreeableness tentu sangat diperlukan dalam menjalankan usaha karena dalam jangka waktu panjang para pengusaha akan banyak berinteraksi dengan orang lain (Purnomo, 2010). Selain itu, kinerja UMKM juga ditentukan oleh self-eicacy atau yang dikenal dengan keyakinan diri seseorang dalam menjalankan suatu pekerjaan. Arinya, para pengusaha yang memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu menjalankan usaha tertentu atau dirinya yakin bahwa kemampuan yang dimilikinya dapat digunakan untuk menjalankan usaha akan cenderung untuk bisa mencapai kesuksesan dalam usaha yang dijalankannya itu. Kesuksesan pelatihan dapat diukur melalui reaksi penenun terhadap pelatihan, pemahaman terhadap materi pembelajaran dan perubahan perilaku pasca program pelatihan. Diharapkan pelatihan kewirausahaan dengan metode magang akan memberikan pencerahan, mengembangkan kreaiitas dan ide, menumbuhkan inovasi, dan mendorong kemajuan usaha yang lebih baik lagi (Purnomo, 2010). Mengukur kemampuan sumber daya manusia idak bisa lepas dari kapasitas opimum produksi yang dihasilkan. Menilik proses produksi yang seluruhnya masih tradisional dengan produksi opimum hanya bisa menghasilkan 1 sarung dalam jangka waktu 2-3 hari dengan jumlah penenun yang terbatas (hanya sekitar 210 orang), diprediksi akan sulit Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c perubahan teknis, budaya atau perubahan lain yang dibutuhkan (Dessler, 2008). Ini mutlak dilakukan dalam upaya pengembangan Kampung Tenun menjadi industri rumah tangga yang mandiri, diperlukan perubahan mendasar karakterisik individu pengusaha tenun didalamnya. Dimulai dari perubahan pola pikir bahwa tenun Sarung Samarinda bukanlah usaha sampingan tetapi merupakan mata pencaharian utama dalam memenuhi kebutuhan pokok sehingga diperlukan jiwa kewirausahaan yang berani mengambil resiko untuk berinovasi agar dapat bertahan dan mengembangkan usaha tenun sarung Samarinda. Dibutuhkan moivasi, komitmen dan kesediaan pelaku untuk keluar dari pakem serta pemikiran tradisional agar mampu mengadaptasi perubahan pasar. 92 C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 6 - Rekomendasi: Perpaduan Ekonomi Kreatif dan Penyelamatan Budaya w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c .c N O W ! m C lic k .d o o o m to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Bab 6 - Rekomendasi: Perpaduan Ekonomi Kreatif dan Penyelamatan Budaya w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k memenuhi permintaan pasar yang sifatnya mass product. Untuk memenuhi Pemenuhan ini dapat diatasi dengan kemungkinan permintaan pasar yang kombinasi mekanisasi dan ATBM. Pemenuhan jumlah sifatnya mass product, produksi melalui proses mekanisasi tentu saja akan kombinasi mekanisasi menimbulkan pro kontra baik dari penenun maupun dan ATBM dapat pemerhai tenun Sarung Samarinda. Nilai dan budaya menjadi salah satu yang terkandung dalam produk hand made tenun solusi. dianggap akan berkurang. Namun kekurangan ini dapat menjadi kesempatan bagi penenun membuat segmentasi produk tenunan yang dihasilkan. Penenun dapat membagi kelompok konsumen yang berbeda sesuai kebutuhan, karakterisik atau perilaku yang berbeda. Oleh karena itu penenun dituntut mampu mengideniikasi dan menganalisis perbedaan kebutuhan konsumen. Seperi halnya baik yang telah membuat segmentasi produknya berdasarkan kriteria baik tulis, baik cap dan baik melalui proses mekanisasi, maka tenun Sarung Samarinda dapat menerapkan strategi produk yang sama. Produk tenun Sarung Samarinda tersegmentasi berdasarkan; 1) kualitas tenunan; 2) orisinalitas proses produksi tradisional 3) inovasi moif dan bahan baku yang menggunakan kombinasi serat dan pewarnaan alami. Faktor sumber daya manusia juga turut menyumbang kendala dalam basis kekuatan finansial penenun. Minimnya informasi dalam penetapan harga jual kemudian menyebabkan dalam keadaan tertentu, usaha Sarung Samarinda kemudian menjadi idak bankable. Secara sederhana, harga sebuah produk ditentukan oleh (1) biaya produksi, (2) ingkat laba yang ingin diperoleh, dan (3) harga pesaing. Kurangnya informasi dalam menetapkan harga jual mereduksi keuntungan yang potensial diperoleh penenun. Penenun menetapkan harga secara tradisional yakni hanya dengan mengkalkulasi biaya yang dikeluarkan yakni biaya pembelian bahan baku benang dan pewarna, biaya penghanian, dan biaya pengemasan, kemudian ditambahkan dengan mark up laba. Sayangnya penenun idak memperhitungkan biaya tenaga kerja, karena dalam anggapan penenun, mereka idak memperkerjakan orang lain untuk menenun melainkan memanfaatkan tenaga sendiri untuk menghasilkan produk tenun. Mark up laba yang ditentukan pun dalam presentase yang cukup rendah, terutama untuk produk tenun sarung laki-laki. Masalah klasik lainnya yang dihadapi oleh pelaku UMKM adalah minimnya kesadaran dokumentasi laporan keuangan meskipun secara sederhana. Sementara, kredit perbankan Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 93 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k Perlu adanya pergeseran persepsi mengenai penetapan Dokumen transaksi harga Sarung Samarinda dan dokumentasi keuangannya. keuangan mutlak Adanya transfer knowledge dari penenun yang lebih diperlukan untuk maju di daerah lain mengenai penetapan harga dapat membantu pengrajin menjadi salah satu solusi dari permasalahan ini. menetapkan harga jual Sharing pengalaman dan pengetahuan ini diharapkan dan margin keuntungan mampu merubah persepsi dan membuka wawasan serta sebagai prasayarat penenun terkait dengan penetapan harga. Demikian untuk pengajuan kredit pula halnya dengan pengadaan dokumentasi keuangan. perbankan. Melalui transfer knowledge terkait dengan hal tersebut diharapkan penenun dapat merubah persepsinya bahwa pening untuk mendokumentasikan mutasi keuangan yang dilakukannya terkait dengan proses produksi dan penjualan Sarung Samarinda. Solusi kelembagaan melalui pembentukan lembaga keiga/koperasi juga dapat dilakukan untuk turut berparisipasi dalam penetapan harga jual dan menjaga stabilitasnya. Selain itu lembaga ini juga dapat melakukan pendampingan sehubungan dengan pendokumentasian keuangan. Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c mensyaratkan adanya laporan keuangan, minimal catatan pribadi sederhana yang dapat menjadi bahan perimbangan persetujuan kredit. Keadaan ini dialami pula oleh penenun Sarung Samarinda, dimana jumlah produksi dan penjualan idak terekam dengan baik. 94 C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 6 - Rekomendasi: Perpaduan Ekonomi Kreatif dan Penyelamatan Budaya w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c w PD w y bu ie w ! W O N er .c o m        ƒǤ ”ƒ•ˆ‡” ‘™Ž‡†‰‡ ‡‰‡ƒ‹ ’‡‡–ƒ’ƒŠƒ”‰ƒ „Ǥ ‡†—•‹„‹ƒ›ƒ ’”‘†—•‹ǡ –‡”—–ƒƒ„‹ƒ›ƒ „ƒŠƒ„ƒ— ‹‹›ƒ Œ—ŽƒŠ’‡‰Šƒ‹  ”ƒ•ˆ‡” ‘™Ž‡†‰‡ ‹‹›ƒ •ƒŽ—”ƒ †‹•–”‹„—•‹ ”‡ƒ–‹˜‹–ƒ• ‘–‹ˆ”‡†ƒŠ ƒǤ ‘„ƒ†‹•ƒ‹ ‘–‹ˆ „Ǥ ‡”Œƒ•ƒƒ †‡‰ƒ†‡•‹‰‡” Ǥ ‡”’ƒ†—ƒ‘–‹ˆ ‡–‡”„—ƒƒ ‹ˆ‘”ƒ•‹†ƒ ’‡›‡†‹ƒƒƒ•‡• ’ƒ•ƒ”   ‡”•‡’•‹ ‘•—‡ –‡”Šƒ†ƒ’ ’”‘†— ‡ ‹’–ƒƒ ’”‘†—Š‹Ž‹”     ƒ”‰ƒ„ƒŠƒ „ƒ—–‹‰‰‹ ƒǤ —„•–‹–—•‹ „ƒŠƒ„ƒ— „Ǥ ‘˜ƒ•‹ „ƒŠƒ„ƒ— ƒ”‰ƒŒ—ƒŽ ’”‘†—–‹‰‰‹  ‹‹›ƒƒ•‡• ‹ˆ‘”ƒ•‹–‡–ƒ‰ •—’’Ž‹‡”„ƒŠƒ„ƒ—  ‡‰ƒ†ƒƒ„ƒŠƒ „ƒ—‡ŽƒŽ—‹ ’‡„‡Ž‹ƒ„‡”•ƒƒ PD XC w b m w ! W O .c o h a n g e Vi e to c u -tr a c k k lic C .d o F- w 95   Ȁ  er Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya ƒ”‰ƒŒ—ƒŽ–‹†ƒ ƒ’—‡—–—’‹ „‹ƒ›ƒ’‹Œƒƒ  ‡ Šƒ”‡ ‹†—•–”‹–‡— ›ƒ‰Ž‡„‹ŠƒŒ— Bab 6 - Rekomendasi: Perpaduan Ekonomi Kreatif dan Penyelamatan Budaya uy N •ƒŠƒ–‹†ƒ „ƒƒ„Ž‡’ƒ†ƒ ƒ•—•‹–‡”–‡–— ‡”•‡’•‹‡‡—ǣ ƒǤ ƒ›ƒ—•ƒŠƒ •ƒ’‹‰ƒ „Ǥ‡†ƒŠ›ƒ’‡”•‡’•‹ –‡”Šƒ†ƒ’”‡ƒ–‹˜‹–ƒ• w    hange V to c u -tr a c k k lic XC C .d o F- w Gambar 6.1. Pemetaan Kendala dan Rekomendasi dalam Upaya Penyelamatan Sarung Samarinda sebagai Warisan Budaya F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k Prinsip pengembangan kampung wisata adalah sebagai salah satu produk wisata alternaif yang dapat memberikan dorongan bagi pembangunan daerah yang berkelanjutan serta memiliki prinsip- prinsip pengelolaan antara lain, ialah: (1) Memanfaatkan sarana dan prasarana masyarakat setempat, (2) Menguntungkan masyarakat setempat, (3) Berskala kecil untuk memudahkan terjalinnya hubungan imbal balik dengan masyarakat setempat, (4) melibatkan masyarakat setempat, (5) Menerapkan pengembangan produk wisata, dan beberapa kriteria yang mendasarinya seperi antara lain: 1. Penyediaan fasilitas dan prasarana yang dimiliki masyarakat lokal yang biasanya mendorong peran serta masyarakat dan menjamin adanya akses ke sumber fisik merupakan batu loncatan untuk berkembangnya desa wisata. 2. Mendorong peningkatan pendapatan dari sektor pertanian dan kegiatan ekonomi tradisional lainnya. Menurut Sastrayuda (2010), idak semua kegiatan pariwisata yang dilaksanakan di desa adalah benar-benar bersifat desa/kampung wisata. Oleh karena itu agar dapat menjadi pusat perhaian pengunjung, kampung tersebut pada hakikatnya harus memiliki hal yang pening, antara lain: 1. Keunikan, keaslian, sifat khas 2. Letaknya berdekatan dengan daerah alam yang luar biasa 3. Berkaitan dengan kelompok atau masyarakat berbudaya yang secara hakiki menarik minat pengunjung. 4. Memiliki peluang untuk berkembang baik dari sisi prasarana dasar, maupun sarana lainnya. Ekonomi kreaif secara historis telah menjadi tradisi dan bagian dari akiitas ekonomi masyarakat Kampung tenun masa lalu. Oleh karena itu, jika ekonomi kreatif di Kampung tenun masih eksis, itu menunjukkan bahwa tradisi ekonomi tersebut masih sangat kuat mengakar. Bila tenun Sarung Samarinda dikembangkan menjadi tujuan wisata maka keberadaannya dapat menumbuhkan perkembangan Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya Pengembangan Kampung Tenun sebagai daerah tujuan wisata harus terintegrasi dan melibatkan stakeholders dari be r ba g a i ka l a n g a n s e p e r t i pemerintah, pengusaha/swasta, asosiasi, dan lainnya. .d o m o .c 6.3. Industrialisasi Sederhana Kampung Tenun Sebagai Destinasi Wisata 96 C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 6 - Rekomendasi: Perpaduan Ekonomi Kreatif dan Penyelamatan Budaya w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c .c .d o m o m o c u -tr a c k C lic k to bu y bu C lic k to w w w .d o w er Bab 6 - Rekomendasi: Perpaduan Ekonomi Kreatif dan Penyelamatan Budaya w w w h a n g e Vi e N O W ! XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k aspek-aspek yang lain seperi munculnya hotel atau wisma, hadirnya penjual makanan dan minuman, perencana perjalanan wisata (tour operator), agen perjalanan (travel agent), industri kerajinan (handycrats), dan pramuwisata (guiding). Integrasi tenun Sarung Samarinda dan pariwisata akan memunculkan perkembangan prasarana ekonomi, seperi jalan raya, jembatan, terminal, serta prasarana yang bersifat public uiliies. Pariwisata sebagai industri jasa yang digolongkan sebagai industri keiga (teriary industry) peranannya cukup pening dalam menetapkan kebijaksanaan tentang kesempatan kerja (Sastrayuda, 2010). Semenjak dicanangkan sebagai wisata budaya Kampung Tenun, Pemerintah Kota Samarinda mulai menggalakkan berbagai kegiatan yang mendukung kebijakan tersebut, karena idak dapat dipungkiri lingkungan yang kondusif memiliki peran yang sangat besar dalam keberhasilan wisata budaya. Namun idak dapat dipungkiri pula bahwa pemerintah harus bekerja lebih keras lagi dalam mewujudkan programnya. Selain itu kondisi lingkungan tempat inggal penenun yang terkesan kotor dan kumuh menjadi sebuah kendala besar dalam implementasi program wisata Kampung Tenun. Sampah plasik yang berserakan dimana-mana, jemuran pakaian warga yang ditempatkan di halaman rumah, jarangnya tanaman hijau menjadikan Kampung Tenun jauh dari kondisi daerah layak wisata. Padahal arsitektur Kampung Tenun memiliki kekhasan tersendiri. Bentuk rumah panggung yang berjejer-jejer dan saling berdekatan antara satu warga dan lainnya yang berdiri diatas rawa maupun aliran anak sungai Mahakam memiliki suasana yang cukup eksois ditambah dominasi kayu ulin sebagai bahan utama bangunan rumah. Desa wisata merupakan representasi dari berbagai keunikan kehidupan masyarakat desa yang mengedepankan kehidupan orisinal, penuh filosofi, budaya dan sikap penduduknya. Tak terlepas dari wisata Kampung Tenun yang merupakan cerminan dari peninggalan budaya. Wisata yang ditawarkan oleh Kampung Tenun ini pada dasarnya harus memiliki sesuatu yang bersifat khas yang mewakili eksistensi budaya masyarakatnya, yaitu tenun Samarinda. Eksistensi ini dapat ditunjukkan dengan keberadaan showroom dan workshop yang menjadi ciri khas daerah tersebut dan merupakan industri sederhana tenun Samarinda. Galeri terpadu yang berfungsi sebagai showroom sekaligus workshop mutlak diperlukan untuk menunjang Kampung Tenun sebagai daerah tujuan wisata. Showroom adalah tempat untuk memajang atau melakukan display hasil produksi. Biasanya showroom ini bentuknya adalah toko yang menjual berbagai jenis produk (Alamsyah.,Dkk. 2013). Namun di sayangkan, Kelurahan Baqa dan Masjid sebagai penghasil Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 97 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k Keberadaan Kampung Tenun memiliki keunikan tersendiri. Hampir di seiap teras rumah warga memiliki alat produksi tenun yang berfungsi sebagai workshop. Workshop adalah bengkel kerja atau display proses produksi dalam sebuah kegiatan. Berkaitan dengan industri tenun Samarinda, selain melalui media showroom, keberadaan workshop cukup pening dalam memperkenalkan proses produksi dan menarik wisatawan. Workshop tenun Samarinda pada dasarnya merupakan proses pembuatan kain tenun yang dimulai dari tahap awal, yaitu dari bahan benang hingga diproses menjadi kain. Hampir sebagian besar pengusaha dan pengrajin yang diwawancarai pada dasarnya sangat mendukung display proses produksi di seiap shoowroom. Menurutnya, display proses produksi di showroom akan memberi manfaat kepada para penenun dan pengusaha. Pengrajin akan mendapatkan manfaat karena bila pembeli banyak maka akan berpengaruh terhadap pesanan pengusaha ke penenun. Tidak ada kendala dalam display proses produksi, karena alat tenun idak membutuhkan lahan khusus melainkan hanya ditempatkan di teras maupun bagian bawah panggung rumah. Namun idak semua display proses produksi dapat dilakukan oleh penenun, karena seluruh proses produksi masih dilakukan penenun sendiri. Hal ini disebabkan display proses produksi membutuhkan tempat yang luas, memperimbangkan masalah kebersihan, dan membutuhkan pekerja dan peralatan yang banyak apalagi saat proses pewarnaan dan pencelupan. Namun demikian display proses produksi dapat direalisasikan dan akan eisien pada tahapan tertentu yaitu proses tenun yang menggunakan alat gedokan. Pada tahapan pembuatan kain ini, tempat yang dibutuhkan lebih sedikit dan kebersihan tetap terjaga. Selain itu, selama ini dalam memproduksi tenun belum ada spesialisasi pekerjaan yang dilakukan oleh pihak lain, sehingga industri tenun Samarinda idak terlalu banyak menyerap tenaga kerja di seiap lini produksi. Padahal jika masing-masing proses dapat dilakukan spesialisasi akan semakin menambah keragaman proses produksi yang dapat dilihat Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c industri tenun jarang ditemui pengusaha tenun Samarinda yang mempunyai showroom. Beberapa showroom yang terletak dipinggir jalan besar idak memiliki koleksi yang memadai. Hanya beberapa showroom milik pengumpul yang memiliki koleksi tenun yang lengkap. Itupun idak memiliki latar belakang pengrajin tenun asli, sehingga jika dibutuhkan penggalian informasi terkait berbagai moif dan ragam tenun idak dapat memberikan informasi yang komprehensif. Padahal dengan adanya showroom sangat membantu bagi para pekerja, pengrajin, dan pengusaha dalam memperoleh pendapatan. Pekerja dan pengrajin cukup tergantung terhadap eksistensi showroom. Oleh karena itu keberadaan showroom cukup strategis dan vital. 98 C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 6 - Rekomendasi: Perpaduan Ekonomi Kreatif dan Penyelamatan Budaya w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c .c N O W ! m C lic k .d o o o m to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Bab 6 - Rekomendasi: Perpaduan Ekonomi Kreatif dan Penyelamatan Budaya w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k oleh wisatawan. Menguip kajian yang dilakukan Bank Indonesia (2006), dari pengalaman pembinaan IKM/UMKM, untuk pengembangan klaster dibutuhkan suatu holding usaha bersama. Holding ini bertugas untuk memenuhi kebutuhan klaster, misalnya kebutuhan ahli desain produk, ahli pemasaran dan seterusnya. Holding ini harus bekerja profesional sesuai dengan keahlian yang diperlukan klaster untuk berkembang. Untuk industri tenun, spesialisasi pekerjaan dapat dilakukan untuk juru gambar, tukang ikat, tukang celup warna, penghanian dan pengemasan. Pada prinsipnya wisata industri kerajinan tenun Samarinda yang dilengkapi dengan adanya showroom dan workshop, wisatawan dapat menemukan tiga hal yaitu melihat, mengerjakan, dan membawa sesuatau dari daerah yang mereka kunjungi. Wisatawan ingin melihat sesuatu yang unik dari yang mereka lihat sehari-hari di tempat inggalnya. Selain itu dalam wisata mereka ingin mengerjakan sesuatu yang menurut mereka menyenangkan. Contohnya terlibat langsung dalam proses produksi, belajar menenun dan menggunakan alat tenun. Selain itu biasanya ingin membawa sesuatu cinderamata untuk kerabat dan teman atau sebagai kenangan bahwa bahwa pernah mengunjungi daerah itu. Kegiatan utama di atas mendorong perkembangan ekonomi suatu daerah wisata yang akan bertumpu pada iga sektor utama yaitu transportasi, penginapan, perdagangan dan industri rumah tangga berupa industri kerajinan atau cinderamata (Smith : 1989 dalam Alamsyah., Dkk. 2013). Dari keiga sektor tersebut, masing-masing akan berkembang membentuk satu jaringan dimana peluang-peluang yang ada diisi oleh pelakunya. Sebenarnya dengan perkembangan suatu daerah menjadi daerah wisata, berkembang pula peluang-peluang bisnis dari yang kecil sampai yang besar. Peluang tersebut akan membuka suatu jaringan yang terlibat bukan hanya pengusaha tapi juga komponen masyatakat yang lain. Dengan demikian akan semkain banyak pula jaringan-jaringan ekonomi yang ada. Bila melihat kerangka diatas, sebenarnya penduduk setempat mempunyai peluang yang sangat besar untuk ikut berparisipasi. Pertama, mereka sangat mengenal daerahnya dan sejarahnya yang diwariskan secara turun-temurun, sehingga dari satu sisi mereka sudah mempunyai modal untuk berparisispai. Kedua, keuntungan dari segi tanah dan lahan. Mereka tentu memiliki lahan, baik tempat inggal maupun tanah yang merupakan modal berharga apabila ingin berparisipasi dalam usaha akomodasi wisatawan. Keiga, mereka adalah pendukung pelaku usaha setempat sehingga sebenarnya mereka sudah menjadi salah satu pihak yang terlibat dalam pariwisata (Radiawan., 1998). Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 99 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k Daftar Pustaka Adnyani, Rancang Bangun Alat Pemidangan Otomais Yang Ergonomis Meningkatkan Kinerja Perajin Kain Endek di Kecamatan Blahbatuh Gianyar. Universitas Udayana, 2013. Agusina. Tuty.E., dkk . 2011. Pengolahan Air Limbah Pewarna Sinteis Dengan Menggunakan Reagen Fenton. Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3. ISBN: 979-587-395-4. Palembang. Alamsyah, dkk. 2013. Kearifan Lokal Pada Industri Tenun Troso: Potret Kewirausahaan Pada Masyarakat Desa. Penerbit: Madina. Semarang Babang, Katarina Rambu. 2008. Penguatan kelompok pengrajin tenun Ikat Tadisional Kasus di Desa Hambapraing, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Thesis. Insitut Pertanian Bogor. Tidakdipublikasikan. Bank Indonesia. 2006. Execuive Summary Peneliian Proil dan Permasalahan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Wilayah Eks Karisidenan Banyumas. Kerjasama BI dengan FE Unsoed. Tidak dipublikasikan. Cassel, et al. 2002. Exploring Human Resource Management Pracices in Small and Medium Sized Entreprises. Personnel Review, 31: 671-692. Dessler, Gary. 2003. Human Resource Management. New York: Prenice Hall. Kotler, Phillip. 1997. Markeing Management “Analysis, Planning, Implementaion, and Control” (9th.ed). New Jersey: Prenice Hall Internaional, Inc. Lestari, Sri. (2010). Pengaruh Kepribadian, Self-Eicacy, Dan Locus Of Control Terhadap Persepsi Kinerja Usaha Skala Kecil Dan Menengah. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), September 2010, Hal. 144 – 160 Vol. 17, No. 2 ISSN: 1412-3126 144 Penggunaan Pewarna Alami dari daun jambu biji untuk teksil. htp://duniapewarnaalami. blogspot.com/2010/01/penggunaan-pewarna-alami-dari-daun.html . diakses 5 desember 2013. Sastrayuda, Gumelar S. 2010. Hand Out Mata Kuliah Concept Resort And Leisure, Strategi Pengembangan Dan Pengelolaan Resort And Leisure. Bandung. Tidak Dipublikasikan. Suliyanto. 2011. Studi Kelayakan Bisnis. Penerbit Andi. 100 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o o .c m C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 6 - Rekomendasi: Perpaduan Ekonomi Kreatif dan Penyelamatan Budaya w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c N O W ! .d o o m o .c m C lic k to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Bab 6 - Rekomendasi: Perpaduan Ekonomi Kreatif dan Penyelamatan Budaya w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k Tanjung, Akbar Galeh. 2012. Catatan Tentang Sarung Samarinda. htp://11-111.tumblr.com/ post/23327156787/sarungsamarinda. diakses 7 Desember 2013 Taormina, R.J. dan Lao, S.K, (2007). Measuring Chinese Entrepreneurial Moivaion: Personality and Environmental Inluences. Internaional Journal of Enterpreneurial Behaviour and Research, 13: 200-221 Umar, Husein. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi 2. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Wikipedia. 2013. Menenun. htp://id.wikipedia.org/wiki/Menenun, diakses tanggal 6 November 2013 Yudihrdn. 2013. Membuat Pewarna Kain Secara Alami. htp://yudihrdn.blogspot.com, diakses tanggal 20 November 2013. Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 101 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k Halaman ini sengaja dikosongkan 102 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o o .c m C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Bab 6 - Rekomendasi: Perpaduan Ekonomi Kreatif dan Penyelamatan Budaya w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c .c .d o m o m o c u -tr a c k C lic k to bu y bu C lic k to w w w .d o w er Lampiran w w w h a n g e Vi e N O W ! XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k Lampiran �������������������������������������������������������������������� ������ ���������������� �� ���������� ���������������� ���������� ���������� �� ��������������������������� ��������� ���������� �� �������������� ��������� ��������� �� ����������������������������� ��������������������������� ��������� ������� ���������� ���������� ������������������������������������������������������������� �������������������������������������������������������������� �� � � � � � � � � � ������ ������ ������ ��� ����� �� �������� � ������������������� � ����������� � ���������� � ����������������������������������� � �������������������� � ����������� � ��������� ����� ������������������������������������������������ ����������� ����������� �� ������������������������������ �� ������������������ �� �������������������� ������������������ �� �� ��� ���� ���� ��� ��� ���� ����� ���������������������������������������������������������� ����������������� ������� ������� ������� ������� ��������� ������ ������� ��������� ��������� ����������� ���������� ���������� ������� ������� ��������� ������ ������� ��������� ��������� ���������� ���� �������� ���������� ��������� ������� � �� � � � � � � � � ������� ������ ������ ��������� ������ ������ ������� � ��������� ����������� ��������� ������� ��������� ��������� �������������� �� ���������������� �� �������������� �� ����������������������������� �� ������������������������������� ��������������������� ���������� ��������� ���������� ��������� ���������� ����������� ���������� Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 103 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k ����������������������������������������������������������������������������������������������� ���������������������������������������������������������� ���������������� ����� � ���� ������������ � ������������������ ������� � �������������� �������� � ����� ��������� ���������� ���������� ������������� ���������� ���������� ���������� ���������������� ������������� ������������ ���������������� ���������� ���������� ��������� ������� ��������� ����� ���������� ���������� ��������� ������� ��������� ����� ���������� ���������� ��������� ������� ��������� ����� ���������� ���������� ��������� ������� ��������� ����� ���������� ���������� ��������� ������� ��������� ����� ���������� ���������� ��������� ������� ��������� ����� ���������� ���������� ��������� ������� ��������� ����� ���������� ���������� ��������� ������� ��������� ����� ���������� ���������� ��������� ������� ��������� ����� ����������� ���������� ��������� ������� ��������� ����� ����������� ���������� ��������� ������� ��������� ����� ����������� ���������� ��������� ������� ��������� ����� ���������� ��������� ���������� ������������� ����������� ���������� ��������� ������� ��������� ����� ����������� ���������� ��������� ������� ��������� ����� ����������� ���������� ��������� ������� ��������� ����� ����������� ���������� ��������� ������� ��������� ����� ����������� ���������� ��������� ������� ��������� ����� ����������� ���������� ��������� ������� ��������� ����� ����������� ���������� ��������� ������� ��������� ����� ����������� ���������� ��������� ������� ��������� ����� ����������� ���������� ��������� ������� ��������� ����� ����������� ���������� ��������� ������� ��������� ����� ����������� ���������� ��������� ������� ��������� ����� ����� ���������� ����������� ������������� ��������� ������� ��������� ���������� ��������� ���������� ����������� ���������� ��������� ������� ��������� ����������� ���������� ��������� ������� ��������� ����� ����������� ���������� ��������� ������� ��������� ������ ����������� ��������� ��������� ������� ��������� ������ ����������� ��������� ��������� ������� ��������� ������ ����������� ��������� ��������� ������� ��������� ������ ����������� ��������� ��������� ������� ��������� ������ ����������� ��������� ��������� ������� ��������� ������ ����������� ��������� ��������� ������� ��������� ������ ����������� ��������� ��������� ������� ��������� ������ ����������� ��������� ��������� ������� ��������� ������ ����������� ��������� ��������� ������� ��������� ������� ��������������� ���������� ��������� ���������� ����������������� ���������� ���������� ���������� 104 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya ����� .d o o .c m C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Lampiran w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c N O W ! .d o o m o .c m C lic k to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Lampiran w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k ������������������ ����� ������������ ������� �������� ������� ������������������� ��������������� ������ ��������� ���������� ���������� ������������� ���������� ��������� ���������� ���������������� ������������� ������������ ���������������� ���������� ���������� ������� ������� ������� ����� ���������� ���������� ������� ������� ������� ����� ���������� ���������� ������� ������� ������� ����� ���������� ���������� ������� ������� ������� ����� ���������� ���������� ������� ������� ������� ����� ���������� ���������� ������� ������� ������� ����� ���������� ��������� ������� ������� ������� ����� ���������� ��������� ������� ������� ������� ����� ���������� ��������� ������� ������� ������� ����� ����������� ��������� ������� ������� ������� ����� ����������� ��������� ������� ������� ������� ����� ����������� ��������� ������� ������� ������� ����� ��������� ��������� ��������� ������������� ����������� ��������� ������� ������� ������� ����� ����������� ��������� ������� ������� ������� ����� ����������� ��������� ������� ������� ������� ����� ����������� ��������� ������� ������� ������� ����� ����������� ��������� ������� ������� ������� ����� ����������� ��������� ������� ������� ������� ����� ����������� ��������� ������� ������� ������� ����� ����������� ��������� ������� ������� ������� ����� ����������� ��������� ������� ������� ������� ����� ����������� ��������� ������� ������� ������� ����� ����������� ��������� ������� ������� ������� ����� ����� ����������� ��������� ������������� ������� ������� ������� ��������� ��������� ��������� ����������� ��������� ������� ������� ������� ����������� ��������� ������� ������� ������� ����� ����������� ��������� ������� ������� ������� ������ ����������� ��������� ������� ������� ������� ������ ����������� ��������� ������� ������� ������� ������ ����������� ��������� ������� ������� ������� ������ ����������� ��������� ������� ������� ������� ������ ����������� ��������� ������� ������� ������� ������ ����������� ��������� ������� ������� ������� ������ ����������� ������� ������� ������� ������� ������ ����������� ������� ������� ������� ������� ������ ����������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������������� ��������� ��������� ��������� ����������������� ���������� ��������� ���������� ����� Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 105 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k ����������������������������������������������������������������������������������������� ���������������������������������������������������������� �������������� ������ � � ����� � � � ��������� ���������������� ���������������� ���������������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ����������� ���������� ���������� ����������� ���������� ���������� ����������� �������������������� ���������������� ���������������� ��������������������������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ����������������� ��������������������������� ���������������������������� ���������������� ������������������������ ������������ ��������� ������� ��������� ��������� ���������� ��������� ������� ��������� ��������� ���������� ��������� ������� ��������� ��������� ���������� ��������� ������� ��������� ��������� ���������� ��������� ������� ��������� ��������� ���������� ��������������������� ����������� ������������������������ �������������������������������� ����������������� ��������� ���������� ������� ���������� ��������� ���������� ������� ���������� ��������� ���������� ��������� ���������� � ���������� ��������� ���������� � ���������� ��������� ���������� ������� ��������������������������������������������������������������������������������������� 106 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o o .c m C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Lampiran w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c N O W ! .d o o m o .c m C lic k to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Lampiran w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k ������������������������������������������������������������������������������������� ����������������������������������� ���������������������������������������������������������� �������������� ���������������������������������������� ������ ����� � � � � � � ����������������������� ��������� ������������� ������������������������������ �������������������������������� ������������ � ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� � � � ���������� ���������� ����������� ����������� � � � � � � � � � ���������� ����������� ����������� ������������������������� ��������� ����������� �������������������� ������������������������� �������������� �������������� ����� ������������� ���������� ���������� � � � � � ���������� � � ���������� ��������� ���������� ��������� ������� ���������� � � ���������� ��������� ���������� ��������� ������� ���������� � � ���������� ��������� ���������� ��������� ��������� ���������� � � ���������� ��������� � � ��������� ���������� � � ���������� ��������� � � ��������� ���������� �������� ������������������ � � ������������ ����������� ����������� �������� ����������� ��������� ��������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ������� ����������� ��������������������� ���������� � ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ������������ ����������� �������� ��������� ���������� ������������ ������������ ������������ ������������ ������������ ������������ ����������� � � � ����������� ����������������������������������������������� ��� ������ ����������� �� �� ��� ���������� ���������� ������� ���������� ��������� ���� ��� ��������������� ������������� ������ ���������������������� ������ �� ���������������� �� ���� ���������� ������������������� ������ ������ �� ���������������� �� ���� ��������� ������������������� ������ Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 107 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k ������������������������������������������������������������������������������������������ ���������������������������������������������������������� �������������������������� ������ � ���� ������������ � ������������������ ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ����������� ����������� ����������� ������������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� �������������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ��������������� ����������������� ��������� ��������� ���� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ���������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ���������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ���������� ���������� ���������������������������� ������ � ���� ������������ � ������������������ ���������� ����������� ���������� ���������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ���������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ���������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ���������� ���������� ��������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ����������� ����������� ����������� ������������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� �������������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ��������������� ����������������� 108 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya �������� ��������� ���� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ���������� ���������� ����������� ���������� ���������� ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������� ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������� ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ���������� .d o m o .c ��������� C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Lampiran w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c N O W ! .d o o m o .c m C lic k to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Lampiran w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k ������������������������������������������������������������������������������������ ���������������������������������������������������������� �������������� ������ � � ����� � � � ���������� ���������� ����������� ���������� ���������� ����������� ���������� ���������� ����������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ����������������� ��������������������������� ���������������������������� ���������������� ������������������������ ������������ ��������� ������� ��������� ��������� ���������� ��������� ������� ��������� ��������� ���������� ��������� ������� ��������� ��������� ���������� ��������� ������� ��������� ��������� ���������� ��������� ������� ��������� ��������� ���������� ��������������������� ����������������� ������������������������ �������������������������������� ����������������� ��������� ���������� ������� ���������� ��������� ���������� ������� ���������� ��������� ���������� ��������� ���������� � ���������� ��������� ���������� � ���������� ��������� ���������� ��������� ���������������� ���������������� ���������������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� �������������������� ���������������� ���������������� ��������������������������� ���������� ���������� ���������� ���������� ������� ��������������������������������������������������������������������������������������� Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 109 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k ������������������������������������������������������������������������������������� ������������������������������ ���������������������������������������������������������� �������������� ������ ����� � � � � � � ����������������������� ��������� ������������� ������������������������������ �������������������������������� ������������ � ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� � � � ���������� ���������� � � � ���������� ����������� � � � ����������� ����������� � � � ����������� ����������� � � � ����������� ������������������������� ��������� ����������� �������������������� ������������������������� �������������� ����������������� ����� ������������� ���������� ���������� � � � � � ���������� � � ���������� ��������� ���������� ��������� ������� ���������� � � ���������� ��������� ���������� ��������� ������� ���������� � � ���������� ��������� ���������� ��������� ��������� ���������� � � ���������� ��������� � � ��������� ���������� � � ���������� ��������� � � ��������� ���������� � � ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� � ���������� ������������ ������������ ���������� ���������� ��������� ������������ ���������� ���������� ��������� ������������ ���������� ���������� ��������� ������������ ���������� ���������� ���������� ������������ ���������� ���������� ���������� ������������ �������� ������������������ ���������� ������� ����������� ��������������������� ����������������������������������������������� ��� ����� ����������� ���� �� ��� ���������� ���������� ������� ���������� ��������� ���� ��� ��������������� ������������� ������� ���������������������� �� ����������������������� �� ���� ���������� ������������������� ������ �� ����������������������� �� ���� ��������� ������������������� ������ 110 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o o .c m C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Lampiran w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c N O W ! .d o o m o .c m C lic k to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Lampiran w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k ������������������������������������������������������������� ���������������������������������� ������������������������������������������������������������� �� � � � � � � � � � ������ ������ ������ ����� �������� ������������������� ����������� ���������� ����������������������������������� �������������������� ����������� ��������� ����� ������������������������������������������������ ����������� ����������� �� ������������������������������ �� ������������������ �� �������������������� �� ���������� ������������������ �������������� �� ���������������� �� �������������� �� ����������������������������� �� ������������������������������� ��������������������� ����������� � � � � � � � � � �� �� ��� ���� ���� ��� ��� ���� ����� ���� ����������������� ����������� �������� ���������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ������ ������� ��������� ��������� � � ������� ������� ��������� ������ ������� ��������� ��������� ���������� � �� � � � � � � � � � ������ ������ ��������� ������ ������ ������� � ��������� ����������� ��������� ������� ��������� ��������� ���������� � � ���������� � ���������� ���������� Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 111 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k ������������������������������������������������������������������������������������������������ ���������������������������������� ���������������� ����� ������������ ������� �������� � � � � ������ ������������������ ������������� ����� ��������� ���������� ���������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ����������� ����������� ����������� ������������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ������������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ��������������� ����������������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������������� ���������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ��������� ���������� ���������� ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������� ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������� ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������� ��������� 112 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya ���������������� ������������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ��������� ������������ ������� �������� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������� .d o o .c m C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Lampiran w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c .c ������������������ ����� � ������������ � ������� � �������� � ��������� .d o m o m o c u -tr a c k C lic k to bu y bu C lic k to w w w .d o w er Lampiran w w w h a n g e Vi e N O W ! XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k ������ ������������������ �������������� ����� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ����������� ����������� ����������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ������������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ������������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ��������������� ����������������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ������� ������� ������� ������������� ���������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ���������� ��������� ���������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ��������� �������� ������� ������������� ������������ ������� �������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ���������� ����� ����� ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������� Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 113 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k ������������������������������������������������������������������������������������������ ���������������������������������� �������������� ������ � � ����� � � � ��������� ���������������� ���������������� ���������������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ����������� ���������� ���������� ����������� ���������� ���������� ����������� �������������������� ���������������� ���������������� ��������������������������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ����������������� ��������������������������� ���������� ���������������������������� ���������������� ������������������������ ������������ ��������� ��������� ������� ��������� ���������� ���������� ��������� ��������� ������� ��������� ���������� ���������� ��������� ��������� ������� ��������� ���������� ���������� ��������� ��������� ������� ��������� ���������� ���������� ��������� ���������� ������� ��������� ���������� ���������� ��������������������� ����������� ������������������������ �������������������������������� ����������������� ��������� ���������� ������� ��������� ��������� ���������� ������� ���������� ��������� ���������� ��������� ���������� � ���������� ��������� ���������� � ���������� ��������� ���������� ������� ��������������������������������������������������������������������������������������� 114 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o o .c m C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Lampiran w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c N O W ! .d o o m o .c m C lic k to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Lampiran w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k �������������������������������������������������������������������������������������� ����������������������������������� ���������������������������������� �������������� ���������������������������������������� ������ ����� � � � � � � ����������������������� ��������� ������������� ������������������������������ �������������������������������� ������������ � ��������� ��������� ���������� ���������� ���������� � � � ���������� ���������� � � � ���������� ����������� � � � ����������� ����������� � � � ����������� ����������� � � � ����������� ������������������������� ��������� ����������� �������������������� ������������������������� �������������� �������������� ����� ������������� ���������� ���������� � � � � � ���������� � � ���������� ��������� ��������� ��������� ������� ���������� � � ���������� ��������� ��������� ��������� ������� ���������� � � ���������� ���������� ��������� ��������� ��������� ���������� � � ���������� ���������� � � ��������� ���������� � � ���������� ���������� � � ��������� ����������� � � ��������� ��������� ��������� ���������� ��������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� � ���������� ������������ ������������ ���������� ���������� ��������� ������������ ���������� ���������� ��������� ������������ ���������� ���������� ��������� ����������� ���������� ���������� ���������� ��������� ���������� ���������� ���������� ���������� �������� ������������������ ���������� ������� ����������� ��������������������� ����������������������������������������������� ������ ��� ���� ����������� ��� �� ���������� ���������� ���������� ������� ���� ��������� ������������� ��� ������ ������������� ���������������������� �� �� ����������������������� ���������� ���� ������ ������������������� � �� ����������������������� ��������� ���� ������ ������������������� Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 115 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k ������������������������������������������������������������������������������������������� ���������������������������������� �������������������������� ������ � ���� ������������ � ������������������ ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ����������� ����������� ����������� ������������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� �������������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ��������������� ����������������� ���������������������������� ����� � ���� ������������ � ������������������ ������������ ���������� ���������� ���������� ����������� ���������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ��������� ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������� ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������� ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ��������� ��������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ����������� ����������� ����������� ������������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� �������������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ��������������� ����������������� 116 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya �������� ��������� ���� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ���������� ���������� ���������� ����������� ���������� ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������� ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������� ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ���������� .d o m o .c ��������� C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Lampiran w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c N O W ! .d o o m o .c m C lic k to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Lampiran w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k ������������������������������������������������������������������������������������� ���������������������������������� �������������� ������ ����� � � � � � ��������� ���������� ���������������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ����������� ����������� ����������� ���������������� �������������������� ���������������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ��������������������������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ��������������������������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ���������� ��������� ��������� ��������� ��������� ���������� ����������������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ������������������������ ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ������������ ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������������������������� ���������������� ��������������������� ����������������� ������������������������ �������������������������������� ����������������� ������� ������� ������� � � ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ������� ������� ��������� ��������� ��������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ������� ��������������������������������������������������������������������������������������� Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 117 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k �������������������������������������������������������������������������������������� ������������������������������ ���������������������������������� �������������� ����� � � � � � ���������� � � � ���������� ����������� � � � ����������� ����������� � � � ����������� ����������� � � � ����������� � � ���������� ��������� ��������� ������� ������� ���������� � � ���������� ��������� ��������� ������� ������� ���������� � � ���������� ���������� ��������� ������� ��������� ���������� � � ���������� ���������� � � ��������� ���������� � � ���������� ���������� � � ��������� ����������� � � ��������� ��������� ��������� ���������� ��������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� � ���������� ������������ ������������ ���������� ���������� ��������� ������������ ���������� ���������� ��������� ������������ ���������� ���������� ��������� ����������� ���������� ���������� ���������� ��������� ���������� ���������� ���������� ���������� ����������������������� ��������� ������������� ������������������������������ �������������������������������� ������������ � ��������� ��������� ���������� ���������� ���������� � � � ���������� ������������������������� ��������� ����������� �������������������� ������������������������� �������������� ����������������� ����� ������������� ���������� ���������� � � � � � ���������� �������� ������������������ ���������� ������� ����������� ��������������������� � ����������������������������������������������� ������ ��� ���� ����������� ��� �� ���������� ���������� ���������� ������� ���� ��������� ������������� ��� ������������� ������ ���������������������� �� ����������������������� �� ���� ���������� ������������������� ������ �� ����������������������� � ���� ��������� ������������������� ������ 118 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c ������ C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Lampiran w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c N O W ! .d o o m o .c m C lic k to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Lampiran w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k �������������������������������������������������������������� ������������������������������������������� ������������������������������������������������������������� �� � � � � � � � � � ������ ������ ������ ����������������� ����������� ����� ��� �������� �� ������������������� � ����������� � ���������� � ����������������������������������� � �������������������� � ����������� � ��������� � ����� ������������������������������������������������ ����������� ����������� �� ������������������������������ �� ������������������ �� �������������������� ������������������ �������������� �� ���������������� �� �������������� �� ����������������������������� �� ������������������������������� ��������������������� ����������� �� �� ��� ���� ���� ��� ��� ���� ����� ������� ������� ������� ������� ��������� ������ ������� ��������� ��������� � � ������� ������� ��������� ������ ������� ��������� ��������� ���������� ���� ������ �������� ���������� ��������� ������� ��������� ���������� � � ���������� �� ������� � ������ � ������ � ��������� � ������ � ������ � ������� � � ��������� ����������� ��������� ������� ��������� ��������� � � ���������� � ���������� ���������� Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 119 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k ������������������������������������������������������������������������������������������������ ������������������������������������������� ���������������� ����� ������������ ������� �������� ��������� � � � � ���� ������������������ ������������� ����� ���������� ���������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ����������� ����������� ����������� ������������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ������������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ��������������� ����������������� ������������� ���������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ��������� ���������� ���������� ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������� ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������� ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������� ��������� 120 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya ���������������� ������������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ��������� ������������ ������� �������� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������� .d o o .c m C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Lampiran w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c .c ������������������ ����� � ������������ � ������� � �������� � .d o m o m o c u -tr a c k C lic k to bu y bu C lic k to w w w .d o w er Lampiran w w w h a n g e Vi e N O W ! XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k ������ ������������������ �������������� ����� ��������� ���������� ���������� ������������� ���������� ���������� ���������� ���������������� ������������� ������������ ������� �������� ���������� ���������� ������� ������� ������� ����� ���������� ���������� ���������� ���������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ����� ����� ���������� ���������� ������� ������� ������� ����� ���������� ���������� ������� ������� ������� ����� ���������� ���������� ���������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ����� ����� ���������� ��������� ������� ������� ������� ����� ���������� ����������� ��������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ����� ����� ����������� ��������� ������� ������� ������� ����� ����������� ��������� ������� ������� ������� ����� ����������� ��������� ��������� ������� ��������� ������� ��������� ������� ����� ����������� ��������� ������� ������� ������� ����� ����������� ��������� ������� ������� ������� ����� ����������� ����������� ��������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ����� ����� ����������� ��������� ������� ������� ������� ����� ����������� ����������� ��������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ����������� ��������� ������� ������� ������� ������� ����� ����� ����������� ��������� ������� ������� ������� ����� ����������� ����������� ��������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ����� ����� ������������� ������������� ����� ��������� ��������� ����������� ��������� ������� ������� ��������� ������� ����� ����������� ����������� ��������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ����� ������ ����������� ��������� ������� ������� ������� ������ ����������� ����������� ��������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������ ������ ����������� ��������� ������� ������� ������� ������� ����������� ��������� ������� ������� ������� ������ ����������� ����������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������ ������ ����������� ������� ������� ������� ������� ������ ����������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ���������� ��������� ��������� ��������� ���������� ��������������� ����������������� ������ Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 121 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k ������������������������������������������������������������������������������������������ ������������������������������������������� �������������� ������ ����� � � � � ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ����������� ���������� ���������� ����������� ���������� ���������� ����������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ����������������� ��������������������������� ��������� ��������� ��������� ��������� ��������� ���������������������������� ���������������� ������������������������ ������������ ������� ��������� ��������� ���������� ������� ��������� ��������� ���������� ������� ��������� ��������� ���������� ������� ��������� ��������� ���������� ������� ��������� ��������� ���������� ��������������������� ����������� ������������������������ �������������������������������� ����������������� ��������� ���������� ������� ���������� ��������� ���������� ������� ���������� ��������� ���������� ��������� ���������� � ���������� ��������� ���������� � ���������� ��������� ���������� ��������� ���������������� ���������������� ���������������� ���������� ���������� ���������� �������������������� ���������������� ���������������� ��������������������������� ���������� � ������� ��������������������������������������������������������������������������������������� 122 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o o .c m C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Lampiran w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c N O W ! .d o o m o .c m C lic k to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Lampiran w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k �������������������������������������������������������������������������������������� ����������������������������������� ������������������������������������������� �������������� ������ ����� � � � � � ���������� � � � ���������� ����������� � � � ����������� ����������� � � � ����������� ����������� � � � ����������� � � ���������� ��������� ��������� ��������� ������� ���������� � � ���������� ��������� ��������� ��������� ������� ���������� � � ���������� ��������� ��������� ��������� ��������� ���������� � � ���������� ��������� � � ��������� ���������� � � ���������� ��������� � � ��������� ���������� � � ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� � ���������� ������������ ������������ ���������� ���������� ���������� ������������ ���������� ���������� ���������� ��������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ����������������������� ��������� ������������� ������������������������������ �������������������������������� ������������ � ��������� ��������� ���������� ���������� ���������� � � � ���������� ������������������������� ��������� ����������� �������������������� ������������������������� �������������� �������������� ����� ������������� ���������� ���������� � � � � � ���������� �������� ������������������ ���������� ������� ����������� ��������������������� � ����������������������������������������������� ��� ������ ����������� ���� �� ��� ���������� ���������� ������� ���������� ��������� ���� ��� ������������� ������������� ������ ���������������������� �� ����������������������� �� ���� ���������� ������������������� ������ �� ����������������������� �� ���� ��������� ������������������� ������ Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 123 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k ������������������������������������������������������������������������������������������� ������������������������������������������� �������������������������� ������ � ���� ������������ � ������������������ ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ����������� ����������� ����������� ������������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� �������������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ��������������� ����������������� ��������� ��������� ���� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ��������� ���������������������������� ������ � ���� ������������ � ������������������ ���������� ����������� ���������� ���������� ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������� ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������� ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ��������� ��������� ��������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ����������� ����������� ����������� ������������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� �������������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ��������� �� ��������������� ����������������� 124 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya ��������� ���������� ����������� ��������� ���������� ���������� ���� ������� ������ ������� ������� ������ ������� ������� ������ ������� ������� ������ ������� ������� ������ ������� ������� ������ ������� ������� ������ ������� ������� ������ ������� ������� ������ ������� ������� ������ ������� ������� ������ ������� ������� ������ ������� ��������� ������� ��������� ������� ������ ������� ������� ������ ������� ������� ������ ������� ������� ������ ������� ������� ������ ������� ������� ������ ������� ������� ������ ������� ������� ������ ������� ������� ������ ������� ������� ������ ������� ������� ������ ������� ������� ������ ������� ��������� ������� ��������� ������� ������ ������� ������� ������ ������� ������� ������ ������� ������� ������ ������� ������� ������ ������� ������� ������ ������� ������� ������ ������� ������� ������ ������� ������� ������ ������� ������� ������ ������� ������� ������ ������� ������� ������ ������� ��������� ������� ��������� ���������� ��������� ���������� .d o m o .c ��������� C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Lampiran w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c N O W ! .d o o m o .c m C lic k to bu y bu to C lic k c u -tr a c k w er w w w .d o h a n g e Vi e Lampiran w w w XC y F- w PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k ������������������������������������������������������������������������������������� ������������������������������������������� �������������� ������ � � ����� � � � ��������� ���������������� ���������������� ���������������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ����������� ���������� ���������� ����������� ���������� ���������� ����������� �������������������� ���������������� ���������������� ��������������������������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ����������������� ��������������������������� ���������������������������� ���������������� ������������������������ ������������ ��������� ������� ��������� ��������� ���������� ��������� ������� ��������� ��������� ���������� ��������� ������� ��������� ��������� ���������� ��������� ������� ��������� ��������� ���������� ��������� ������� ��������� ��������� ���������� ��������������������� ����������������� ������������������������ �������������������������������� ����������������� ������� ���������� ������� ���������� ������� ���������� ������� ���������� ������� ���������� ��������� ���������� � ���������� ��������� ���������� � ���������� ��������� ���������� ������� ��������������������������������������������������������������������������������������� Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya 125 .c F- w h a n g e Vi e N O W ! XC y bu to c u -tr a c k �������������������������������������������������������������������������������������� ������������������������������ ���������������������������������������������������������� �������������� ����� � � � � � � ����������������������� ��������� ������������� ������������������������������ �������������������������������� ������������ � ��������� ��������� ���������� ���������� ���������� � � � ���������� ���������� � � � ���������� ����������� � � � ����������� ����������� � � � ����������� ����������� � � � ����������� ������������������������� ��������� ����������� �������������������� ������������������������� �������������� ����������������� ����� ������������� ���������� ���������� � � � � � ���������� � � ���������� ��������� ��������� ������� ������� ���������� � � ���������� ��������� ��������� ������� ������� ���������� � � ���������� ��������� ��������� ������� ��������� ���������� � � ���������� ��������� � � ��������� ���������� � � ���������� ��������� � � ��������� ���������� � � ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� � ���������� ������������ ������������ ���������� ���������� ���������� ������������ ���������� ���������� ���������� ��������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� ���������� �������� ������������������ ���������� ������� ����������� ��������������������� ����������������������������������������������� ��� ������ ����������� ���� �� ��� ���������� ���������� ������� ���������� ��������� ���� ��� ������������� ������ ������������� ���������������������� �� �� ����������������������� ���������� ���� ������ ������������������� �� �� ����������������������� ��������� ���� ������ ������������������� 126 Tenun Samarinda: Potensi Wisata dan Pelestarian Budaya .d o m o .c ������ C lic k m w o .d o w w w w w C lic k to bu y Lampiran w er PD h a n g e Vi e N O W ! XC er PD F- c u -tr a c k .c