LAPORAN PRAKTIKUM IPA TERAPAN
PEWANGI RUANGAN
Kelompok VI:
Yutika Tessarani (12312241005)
Yohan Lestiana (12312241020)
Alvionita (12312241024)
Atha Yessy Saputri (12312241006)
Anis Setiawati (12312241013)
Vini Rahayu (12312241012)
Fidiah Pamrih Utami (12312241034)
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015
JUDUL
Pewangi Ruangan
TUJUAN
Menjelaskan penggunaan polimer sebagai pewangi ruangan
Mengetahui komposisi polimer yang efektif dalam pembuatan pewangi ruangan
DASAR TEORI
Polimer
Polimer merupakan suatu golongan kimia penting dalam kehidupan kita sehari-hari maupun dalam industry. Polimer meliputi plastik, karet, serat, dan nilon. Beberapa senyawa penting dalam tubuh makhluk hidup, yaitu karbohidrat (polisakarida), protein, dan asam nukleat juga merupakan polimer. Kita akan melihat bahwa polimer adalah suatu makro molekul yang terbentuk dari molekul-molekul sederhana yang kita sebut sebagai monomer.
Polimer telah menggunakan banyak dan telah membuat hidup kita jauh lebih nyaman, seperti untuk membuat rumah atau ruangan berbau segar. Agar-agar atau Nutrijel adalah salah satu contoh polimer. Gel terbentuk karena pada saat dipanaskan di air, molekul agar-agar dan air bergerak bebas. Ketika didinginkan, molekul-molekul agar-agar mulai saling merapat, memadat dan membentuk kisi-kisi yang mengurung molekul-molekul air sehingga terbentuk system koloid padat-cair.
Agar-agar
Agar-agar ialah makanan tinggi serat yang berasal dari dinding sel rumput laut. Ia merupakan polimer yang tersusun dari monomer galaktosa. Agar-agar dikenal luas di wilayah asia beriklim tropis dan subtropis sebagai makanan sehat kaya serat lunak yang dapat melancarkan pencernaan. Agar-agar Berupa gel kenyal yang mengandung banyak air. Agar-agar adalah koloid jenis Gel dengan medium pendispersi padat dan medium terdispersi cairan.
Jenis rumput laut yang sering digunakan untuk agar-agar adalah Eucheuma spinosum. Beberapa jenis rumput laut dari golongan Phaeophycophyta (Gracilaria dan Gelidium) juga dapat dipakai sebagai bahan dasar pembuatan agar-agar. Pada aplikasinya agar-agar tidak hanya digunakan sebagai makanan tetapi juga sering digunakan dilaboraturium sebagai media tumbuh pada kultur jaringa, media biakan mikroba dan sebagai fasa diam dalam elektrooresis gel. Dalam agar-agar terdapat zat yang dapat membentuk polisakarida(serat) dan dapat memerangkap molekul air sehingga terbentuk koloid gel, zat tersebut adalah karagenan(carrageenan). Dalam koloid ini molekul terdispersinya berupa air (fasa cair) dan molekul pendispersinya berupa serat (fassa padat). Berikut adalah komposisi Nutijell dan agar swallow :
Nutrijel
(sumber: http://supermetroemall.com)
http://supermetroemall.com/
Komposisi: karagenan, konnyaku bubuk, serat pangan frukto oligosakarida, gula, kalsium, vitamin D, perisa stroberi, pewarna makanan CI 14720. Netto : 15 gram.
(sumber: http://supermetroemall.com)
http://supermetroemall.com/
Komposisi: karagenan, konnyaku bubuk, serat pangan frukto oligosakarida, gula, kalsium, vitamin D, perisa melon, pewarna makanan. Netto : 15 gram.
Agar- agar biasa ( swallow)
Komposis: Agar, Vanili Bubuk, Pewarna apel, Netto : 7 gram.
Karagenan
Karagenan merupakan komponen penting dari agar-agar berupa getah rumput laut yang diekstraksi dengan air atau larutan alkali yang biasa diperoleh dari spesies tertentu dari kelas Rhodophyceae(alga merah) dan umumnya berbentuk tepung. Karagenan adalah senyawa hidrokoloid yang terdiri atas ester kalium, natrium, magnesium dan kalium sulfat dengan galaktosa 3,6 anhidrogalaktosa kopolimer. Pada rumput laut terdapat tiga tipe karagenan yaitu kappa karagenan, iota karagean dan lambda karagenan. Tipe karagenan yang paling banyak dalam agar-agar adalah kappa karagenan.
Pada pemasakan agar-agar terjadi reaksi hidrolisis dari kappa karagenan. Proses pemanasan dengan suhu yang lebih tinggi dari suhu pembentukan gel akan mengakibatkan polimer karagenan dalam larutan menjadi molekul acak. Bila suhu menurun, maka karagenan akan membentuk struktur double helix (pilinan ganda) dan membentuk polimer dan apabila penurunan suhu terus dilanjutkan polimer-polimer ini akan terikat saling silang secara kuat dan dengan makin bertambahnya bentuk heliks akan terbentuk agregat yang membentuk gel yang kuat.
Saat dipanaskan di air, molekul agar-agar dan air bergerak bebas. Ketika didinginkan, molekul-molekul agar-agar mulai saling merapat, memadat dan membentuk kisi-kisi yang mengurung moleku lair, sehingga terbentuk sistem koloid padat-cair. Kisi-kisi ini dimanfaatkan dalam elektroforesis gel agarosa untuk menghambat pergerakan molekul objek akibat perbedaan tegangan antara dua kutub.
Semua jenis karagenan memiliki kelarutan yang baik di dalam air panas. Namun, hanya jenis lambda dan larutan garam Natrium karagenan kappa dan iota dapat larut dalam air dingin. Karagenan lambda membentuk larutan kental dengan karakteristik pseudoplastik ketika dipompa atau diaduk. Dengan kelarutan seperti itu, larutan-larutan karagenan tersebut memiliki kemampuan untuk mengentalkan dan memberikan tekstur krimi. Temperatur merupakan faktor yang cukup penting dalam penggunaan karagenan dalam sistem pangan. Semua jenis hidrat karagenan pada temperatur tinggi, karagenan jenis iota dan jenis kappa memiliki kekentalan yang cukup rendah. larutan karagenan akan kehilangan karakteristik gel dan kekentalannya dalam sistem dengan nilai pH di bawah 4.3. Penyebabnya adalah pada proses autohidrolisis karagenan yang terjadi pada pH rendah yang membentuk ikatan 3,6-anhydrogalaktosa. Laju autohidrolisis bertambah pada kenaikan temperatur dan konsentrasi kation yang rendah. Untuk mencegah terjadinya autohidrolisis, karagenan didinginkan pada temperatur yang lebih rendah daripada temperatur pembentukan gel. Dalam produk yang bersifat asam, karagenan ditambahkan pada bagian akhir proses untuk mencegah degradasi kelebihan asam, dan jika mungkin, asam ditambahkan segera sebelum dilakukan pengisian oleh karagenan untuk mencegah penguraian polimer.
Sifat Fisik Karagenan
Kelarutan
Semua jenis karagenan memiliki kelarutan yang baik di dalam air panas. Namun, hanya jenis lambda dan larutan garam Natrium karagenan kappa dan iota dapat larut dalam air dingin. Karagenan lambda membentuk larutan kental dengan karakteristik pseudoplastik ketika dipompa atau diaduk. Dengan kelarutan seperti itu, larutan-larutan karagenan tersebut memiliki kemampuan untuk mengentalkan dan memberikan tekstur krimi. Temperatur merupakan factor yang cukup penting dalam penggunaan karagenan dal;am system pangan. Semua jenis hidrat karagenan pada temperatur tinggi, karagenan jenis iota dan jenis kappa memiliki kekentalan yang cukup rendah.
Kestabilan asam
Larutan karagenanakan kehilangan karakteristik gel dan kekentalannya dalam system dengan nilai pH di bawah 4.3. Penyebabnya adalah pada proses autohidrolisis karagenan yang terjadi pada pH rendah yang membentuk ikatan 3,6-anhydrogalaktosa. Laju autohidrolisis bertambah pada kenaikan temperatur dan konsentrasi kation yang rendah. Untuk mencegah terjadinya autohidrolisis, karagenan didinginkan pada temperatur yang lebih rendah daripada temperatur pembentukan gel. Dalam produk yang bersifat asam, karagenan ditambahkan pada bagian akhir proses untuk mencegah degradasi kelebihan asam, dan jika mungkin, asam ditambahkan segera sebelum dilakukan pengisian oleh karagenan untuk mencegah penguraian polimer. waktu pembentukan gel dan pH waktu pembentukan gel akan bergantung pada konsentrasi karagenan dan bahan penyusun pangan lainnya seperti garam dan gula. Dalam proses kontinu, waktu pemrosesan dijaga minimum. Dalam system dengan pH 4.5, kondisi proses menjadi irelevan untuk larutan karagenan menjadi stabil untuk berbagai waktu pemrosesan sebagian besar makanan utama.
Karakterisstik gel
Larutan panas karagenan iota dan kappa akan mulai membentuk gel ketika system tersebut didinginkan pada temperatur 40 and 60ºC bergantung pada kehadiran kation. Gel karagenan bersifat reversible dan memperlihatkan efek histerisis atau perbedaan antara temperatur penentuan gelling dengan melting. Gel tersebut stabil pada temperatur ruangan namun dapat meleleh kmbali dengan pemanasan 5–20ºC di atas temperatur pembentukan gel. Dengan pendinginan gel kembali akan membentuk gel.
Komposisi ionic dari system pangan adalah penting untuk utilisasi karagenan. Misalnya, karagenan kappa lebih memilih ion kalium untuk menstabilkan zona sambungan yang melingkupi karakteristik kekokohan gel sebagai gel yang sedikit rapuh. Karagenan iota memilih ion kalsium untuk menjembatani rantai untuk memberikan pengaruh gel yang lembut elastic.
Garam
Garam dapat bertindak sebagi pengawet karena garam akan menarik air dari bahan sehingga mikroorganisme pembusuk tidak dapat berkembang biak karena menurunnya aktivitas air. Garam memberi sejumlah pengaruh bila ditambahkan pada jaringan tumbuh-tumbuhan yang segar. Garam akan berperan sebagai penghambat selektif pada mikroorganisme pencemar tertentu. Mikroorganisme pembusuk atau proteolitik dan pembentuk spora adalah yang paling mudah terpengaruh walau dengan kadar garam yang rendah sekalipun (yaitu sampai 6%).
ALAT DAN BAHAN
Gelatin tanpa rasa
Air, minyak harum
Pewarna makanan
Garam
Mangkok atau beker gelas
Cup plastik
Panci
Kompor
Pipet
LANGKAH KERJA
DATA HASIL PENGAMATAN
Tabel Pengamatan Pewangi Ruangan Berbahan Dasar Agar-agar
No
Hari ke
Tingkat Kekerasan Gel
Tingkat Keharuman
Keterangan
A1
A2
A3
A4
A1
A2
A3
A4
1
1
+++
++++
+
++
+++
++++
+
++
Agar-agar belum mengeras sempurna, ada bagian yang masih berair, tingkat kekerasan belum maksimal
2
2
+++
++++
+
++
+++
++++
+
++
3
3
+++
++++
+
++
+++
++++
+
++
4
4
+++
++++
+
++
+++
++++
+
++
Kandungan air pada agar-agar mulai berkurang, agar-agar semakin padat, ukuran semakin kecil, bisa dilepas dari gelas plastik
5
5
+++
++++
+
++
+++
++++
+
++
6
6
+++
++++
+
++
+++
++++
+
++
Pada perlakuan A3 sudah mulai ditumbuhi jamur, namun tidak menimbulkan bau, tingkat keharuman pada semua perlakuan mulai berkurang
No
Hari ke
N1
N2
N3
N4
N1
N2
N3
N4
Keterangan
1
1
+
++
+++
++++
+++++
+++++
+++++
+++++
Pada hari 1 semua nutrijel dalam keadaan baik, pada hari ke
2
2
+
+
+++
++++
++++
-
++++
++++
Pada hari ke 2 yang masih dalam keadaan bagus yaitu pada N4 dan N5, pada N1 berair, pada N2 timbul jamur.
3
3
+
+
+++
+++
++
-
+++
+++
Keadaan pewangi ruangan sama seperti hari sebelumnya hanya saja pada N 1 air mulai bertambah begitu pula pada N2 jamur juga bertambah.
4
4
+
+
+++
++
++
-
+++
++
Pada N1 timbul air seperti hari sebelumnya, pada N2 yang tumbuh jamur juga terdapat busa, pada N3 dan N4 permukannya bergelombang.
5
5
+
+
+++
++
+
-
++
+
Pada N1 timbul air seperti hari sebelumnya,pada N2 muncul ulat, pada N3 dan N4 permukaan bergelombang betambah.
Keterangan:
A1: Perlakuan 1 (100 mL air : ½ bungkus agar-agar)
A2: Perlakuan 2 (100 mL air : 1 bungkus agar-agar)
A3: Perlakuan 3 (100 mL air : 1½ bungkus agar-agar)
A4: Perlakuan 4 (100 mL air : 2 bungkus agar-agar)
N1: Perlakuan 1 (100mL air: ½ bungkus nutrijel)
N2: Perlakuan 2 (100mL air: 1 bungkus nutrijel)
N3: Perlakuan 3 (100mL air: 1½bungkus nutrijel)
N4: Perlakuan 4 (100mL air: 2 bungkus nutrijel)
Tingkat Kekerasan Gel
+ : kurang keras
++ : sedang
+++: keras
++++: sangat keras
Tingkat Keharuman Gel
+ : kurang harum
++ : sedang
+++: harum
++++: sangat harum
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini berjudul Pewangi Ruangan, adapun tujuan dari percobaan ini adalah menjelaskan penggunaan polimer sebagai pewangi ruangan. Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah agar-agar dan nutrijel, air, minyak wangi, pewarna makanan, garam, mangkuk atau cangkir plastic, panci, kompor dan pipet. Penggunaan garam dalam pembuatan pewangi ruangan ini adalah sebagai upaya mencegah tumbuhnya jamur. Prosedur dari percobaan ini adalah dengan membuat larutan dari campuran air dan bubuk agar-agar atau nutrijel dengan perbandingan ½ bungkus gel dengan 100 ml air untuk perlakuan pertama, 1 bungkus gel dengan 100 ml air pada perlakuan kedua, 1½ gel dengan 100 ml air pada perlakuan ketiga dan 2 bungkus gel dengan 100 ml air untuk perlakuan keempat. Selanjutnya merebusa sambil diaduk dan membiarkannya dingin. Menambahkan sekitar 5 sapai 20 tetes bibit parfum serta 1 sdm garam. Kemudian menuangkan adonan gel ke dalam mangkok kecil dan mengamati kekerasan serta jetajaman aromanya setiap hari selama enam hari.
Pembahasan Agar-agar
Agar-agar ialah makanan tinggi serat yang berasal dari dinding sel rumput lautyang merupakan polimer yang tersusun dari monomer galaktosa. Agar-agar berupa gel kenyal yang mengandung banyak air. Agar-agar adalah koloid jenis Gel dengan medium pendispersi padat dan medium terdispersi cairan. Jenis rumput laut yang sering digunakan untuk agar-agar adalah Eucheuma spinosum.
Pada percobaan ini praktikan memvariasikan konsentrasi agar-agar untuk dapat mengetahui keefektifan pewangi ruangan dengan bahan dasar agar-agar. Dengan perbandingan ½ bungkus gel, 1 bungkus gel, 1½ bungkus gel, dan 2 bungkus gel dan penambahan air yang sama yakni 100 ml.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah praktikan lakukan, data yang didapatkan adalah dari pewangi ruangan yang menggunakan ½ bungkus gel memiliki tingkat kekerasan yang ditandai dengan +++ yaitu keras dari pengamatan hari pertama sampai hari keenam tetap sama. Untuk pewangi ruangan yang menggunakan 1 bungkus gel memiliki tingkat kekerasan yang ditandai dengan ++++ yaitu sangat keras dari pengamatan hari pertama sampai hari keenam tetap sama. Sedangkan pewangi ruangan yang menggunakan 1½ bungkus gel memiliki tingkat kekerasan yang ditandai + yaitu kurang keras dari pengamatan hari pertama sampai hari keenam tetap sama. Dan untuk pewangi ruangan yang menggunakan 2 bungkus gel memiliki tingkat kekerasan yang ditandai dengan ++ yaitu sedang, hasil ini didapat pada pengamatan hari pertama hingga hari keenam tetap sama. Pada hari pertama hingga hari ketiga Agar-agar belum mengeras sempurna, ada bagian yang masih berair, tingkat kekerasan belum maksimal. Pada hari keempat dan hari kelima Kandungan air pada agar-agar mulai berkurang, agar-agar semakin padat, ukuran semakin kecil, bisa dilepas dari gelas plastic. Dan pada hari keenam perlakuan penambahan 1½ bungkus gel sudah mulai ditumbuhi jamur, namun tidak menimbulkan bau, tingkat keharuman pada semua perlakuan mulai berkurang
Tingkat kekerasan pewangi ruangan yang optimal adalah keras yang ditandai dengan +++ pada penambahan ½ bungkus gel. Hal ini dikarenakan gel terbentuk karena pada saat dipanaskan di air, molekul agar-agar dan air bergerak bebas. Ketika didinginkan, molekul-molekul agar-agar mulai saling merapat, memadat dan membentuk kisi-kisi yang mengurung molekul-molekul air sehingga terbentuk system koloid padat-cair. Selain itu disebabkan oleh adanya karagenan. Pada pemasakan agar-agar terjadi reaksi hidrolisis dari kappa karagenan. Proses pemanasan dengan suhu yang lebih tinggi dari suhu pembentukan gel akan mengakibatkan polimer karagenan dalam larutan menjadi molekul acak. Bila suhu menurun, maka karagenan akan membentuk struktur double helix (pilinan ganda) dan membentuk polimer dan apabila penurunan suhu terus dilanjutkan polimer-polimer ini akan terikat saling silang secara kuat dan dengan makin bertambahnya bentuk heliks akan terbentuk agregat yang membentuk gel yang kuat.
Praktikan juga mengamati tingkat keharuman dari masing-masing konsentrasi pewangi ruangan, pada penambahan ½ bungkus gel tingkat keharuman ditandai +++ yaitu harum dari pengamatan hari pertama sampai hari keenam tetap sama. Pada penambahan 1 bungkus gel tingkat keharuman ditandai ++++ yaitu sangat harum dari pengamatan hari pertama sampai hari keenam tetap sama. Untuk penambahan 1½ bungkus gel tingkat keharuman ditandai dengan + yaitu kurang harum dari pengamatan hari pertama hingga hari keenam tetap sama. Sedangkan pada penambahan 2 bungkus gel tingkat keharuman ditandai dengan ++ yaitu keharuman sedang dari pengamatan hari pertama hingga hari keenam tetap sama.
Dari hasil tersebut dapat diketahui tingkat keharuman yang optimal dalam pembuatan pewangi ruangan adalah pada penambahan ½ bungkus gel yaitu harum. Hal ini tidak dipilih pada tingkat keharuman yang tinggi dikarenakan dengan keharuman yang tinggi Pengharum ruangan memancarkan senyawa organik volatil (volatile organic compound atau VOC), seperti cat kebanyakan. Dalam Material Safety Data Sheet (MSDS), pabrikan mengakui bahwa bernapas pada ruangan dengan konsentrasi tinggi uap VOC yang melebihi tingkat pemaparan dapat menyebabkan masalah berikut ini : sakit kepala, gelisah, pusing, tremor (gemetaran), kelelahan, dan mual.
Pembahasan Nutrijell
Pada percobaan dengan bahan nutrijell, perlakuan sama seperti pada agar-agar yaitu dengan memvariasikan konsentrasi untuk mengetahui keefektifan pewangi ruangan dari segi kekerasan gel dan tingkat keharuman.
Hasil pengamatan yang didapatkan pada penambahan ½ bungkus gel tingkat kekerasan hari pertama yaitu sedang, tetapi berangsur-angsur menurun sampai pada hari kelima pengamatan. Untuk penambahan 1 bungkus gel tingkat kekerasan sedang dan pada hari selanjutnya sampai hari kelima pengamatan menjadi berkurang tingkat kekerasannya, pada penambahan 1½ bungkus gel tingkat kekerasan yaitu keras, dan pada pengamatan sampai hari kelima tetap sama. Dan pada penambahan 2 bungkus gel tingkat kekerasan yang didapatkan adalah keras tetapi kemudian berkurang pada hari pengamatan selanjutnya sampai ke hari kelima.
Selain itu praktikan juga mengamati keadaan dari nutrijell selama lima hari, tetapi nutrijell yang dipakai dalam percobaan ini dengan rasa yang berbeda-beda, pada penambahan ½ bungkus gel warna awal adalah putih pada hari pertama masih dalam keadaan yang bagus selayaknya jelly, tetapi pada pengamatan hari selanjutnya sampai hari kelima menjadi berair. Pada penambahan 1 bungkus gel, warna awal adalah cokelat. Hari pertama masih dalam keadaan bagus, tetapi pada hari berikutnya timbul jamur bahkan pada hari kelima terdapat ulat. Untuk penambahan 1½ bungkus gel, warna awal adalah hijau, pada hari pertama dan kedua masih dalam keadaan bagus tetapi pada hari berikutnya permukaan jelly menjadi bergelombang. Dan untuk penambahan 2 bungkus gel, keadaan jelly pada hari pertama dan kedua bagus sedangkan pada hari berikutnya permukaan jelly menjadi bergelombang.
Dari hasil tersebut, pada penambahan 1½ bungkus gel memiliki tingkat kekerasan yang optimal yaitu dapat dilihat dari pengamatan dari hari ke hari hingga hari kelima tetap dalam kategori keras. Tingkat kekerasan pada nutrijell karena adanya zat karagenan yang terdapat dalam produk tersebut. Saat dipanaskan di air, molekul agar-agar dan air bergerak bebas. Ketika didinginkan, molekul-molekul agar-agar mulai saling merapat, memadat dan membentuk kisi-kisi yang mengurung moleku lair, sehingga terbentuk sistem koloid padat-cair. Kisi-kisi ini dimanfaatkan dalam elektroforesis gel agarosa untuk menghambat pergerakan molekul objek akibat perbedaan tegangan antara dua kutub.
Praktikan juga mengamati tingkat keharuman dari jelly, yakni pada penambahan penambahan ½ bungkus gel, tingkat kaharuman pada hari pertama sangat harum tetapi berangsur-angsur menurun tingkat keharumannya hingga hari kelima pengamatan. Untuk penambahan 1 bungkus gel tingkat keharuman pada hari pertama tinggi dan tidak teramati pada hari berikutnya karena timbul jamur. Untuk penambahan 1½ bungkus gel, keharuman tinggi pada hari pertama, dan hari selanjutnya mengalami penurunan tetapi tidak terlalu signifikan sehingga pada hari kelima masih tetap harum. Sedangkan pada penambahan 2 bungkus gel, tingkat keharuman tinggi kemudian mengamai penurunan pada hari selnjutnya hingga hari kelima.
Dapat dilihat dari pengamatan tersebut, konsentrasi yang optimal untuk pembuatan pewangi ruangan adalah pada penambahan 1½ bungkus gel. Hal ini dikarenakan pada konsentrasi tersebut, tingkat keharuman masih tetap wangi walaupun sudah pada hari kelima, tingkat kekerasan juga yang paling optimal, selain itu dari segi keadaan jelly juga tidak ditumbuhi jamur, hanya saja permukaan jelly menjadi bergelombang yang disebabkan karena ketidakstabilan struktur dari jelly yang mudah berubah bentuk dan pengaruh udara di sekitar.
Menurut Budiawan, bahaya pewangi umumnya tergantung pada jenis/bentuknya maupun pewangi dan komponen-komponen kimia aktif yang terkandung di dalamnya, disamping faktor pengaruh lain, seperti jalur paparannya. Dari segi bentuk, sediaan yang mudah menguap (aerosol) lebih berisiko bagi tubuh, terutama jika terjadi kontak langsung melalui sistem pernapasan. Namun demikian kontak yang terjadi melalui kulit pun bukan tak berisiko mengingat zat pewangi akan begitu mudah memasuki tubuh.
Di pasaran ada 2 jenis zat pewangi, yakni yang berbahan dasar air dan berbahan dasar minyak. Pewangi berbahan dasar air umumnya memiliki kestabilan aroma (wangi) relatif singkat (sekitar 3-5 jam). Itulah mengapa pewangi berbahan dasar air relatif lebih aman bagi kesehatan dibandingkan pewangi berbahan dasar minyak. Pewangi berbahan dasar minyak lebih tahan lama sehingga harga jualnya bisa lebih mahal. Pewangi jenis ini biasanya menggunakan beberapa bahan pelarut/cairan pembawa, di antaranya isoparafin, diethyl phtalate atau campurannya.
Dari kedua bahan yang digunakan yaitu berupa agar-agar dan nutrijel diperoleh hasil yang berbeda. Dari data yang diperoleh diketahui bahwa bahan dari agar-agar memiliki ketahanan yang lebih lama dibandingkan bahan dari nutrijel. Hal ini dapat diakibatkan dari kompisis bahan anata kedua bahan tersebut yang berbeda sehingga hasilnya pun berbeda.
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
Penggunaan polimer sebagai pewangi ruangan:
Pada pemasakan agar-agar dan nutrijel dimana keduanya merupakan contoh dari polimer terjadi reaksi hidrolisis dari kappa karagenan. Proses pemanasan dengan suhu yang lebih tinggi dari suhu pembentukan gel akan mengakibatkan polimer karagenan dalam larutan menjadi molekul acak. Bila suhu menurun, maka karagenan akan membentuk struktur double helix (pilinan ganda) dan membentuk polimer dan apabila penurunan suhu terus dilanjutkan polimer-polimer ini akan terikat saling silang secara kuat dan dengan makin bertambahnya bentuk heliks akan terbentuk agregat yang membentuk gel yang kuat.
Dari kedua polimer tersebut berupa agar-agar dan nutrijel komposisi yang efektif dalam pembuatan pewangi ruangan adalah agar-agar.
DAFTAR PUSTAKA
Hubeis MN. 1995. Paket Industri Pangan Es Krim Ekonomi Skala Industri Kecil. Buletin Teknologi Industri Pangan Vol 7 Hal. 1. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Winarno, F.G. 1990. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Diakses dari http://www.mystupidtheory.com/2012/12/pembentukan-koloid-agar-agar-dan.html pada hari jumat 3 april 2015
Anonim.______. Diakses dari http://supermetroemall.com pada hari jumat 3 april 2015