92
Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan, Mei 2013, Hal: 92 - 102
ISSN :1979-4878
Vol. 2, No. 1
DETERMINAN STRUKTUR MODAL
DALAM PERSPEKTIF PECKING ORDER THEORY DAN AGENCY THEORY
Cahyani Nuswandari
Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Stikubank Semarang
Jl. Kendeng V Bendan Ngisor Semarang
(
[email protected])
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal . Faktor-faktor yang diteliti sebagai
variabel independen adalah profitabilitas , ukuran perusahaan , risiko bisnis , peluang pertumbuhan dan kepemilikan manajerial .
Variabel profitabilitas , ukuran perusahaan, risiko bisnis dianalisis dalam perspektif teori pecking order dan peluang
pertumbuhan variabel kepemilikan manajerial dan dianalisis dalam perspektif pengujian lembaga theory.Hypothesis
menggunakan regresi berganda . Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia . Pengambilan sampel menggunakan metode teknik purposive sampling. Sampel yang digunakan 222 pengamatan
mengumpulkan data 2008-2010 . Jenis data yang digunakan adalah data sekunder . Uji statistik menunjukkan hipotesis untuk
variabel profitabilitas dan risiko bisnis diterima . Ini berarti bahwa profitabilitas dan risiko bisnis berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap struktur modal . Hasil pengujian hipotesis untuk ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan
variabel pada struktur modal . Dengan demikian hipotesis ditolak karena ukuran arah perusahaan hipotesis yang berlawanan .
Peluang pertumbuhan Variabel dan kepemilikan manajerial dan berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal .
Kata kunci: struktur modal , profitabilitas , ukuran perusahaan, risiko bisnis , peluang pertumbuhan , kepemilikan manajerial ,
teori pecking order , teori keagenan .
ABSTRACT
This study aims to analyze the factors that affect the capital structure. Factors examined as independent variables are profitability,
company size, business risk, growth opportunities and managerial ownership. Variable profitability, company size, business risk is
analyzed in the perspective of the pecking order theory and variable growth opportunities and managerial ownership is analyzed
in the perspective of agency theory.Hypothesis testing using multiple regression. The population in this study is manufacturing
companies listed in Indonesia Stock Exchange. Sampling technique using purposive sampling method. The samples used 222
observations are pooled data from 2008 to 2010. Types of data used are secondary data. Statistical tests showed hypotheses for the
variables profitability and business risk accepted. This means that the profitability and business risk significantly and negatively
related to capital structure. Hypothesis testing results for firm size variable positive and significant impact on capital structure.
Thus the hypothesis is rejected due to size of company direction opposite hypothesis. Variable growth opportunities and
managerial ownership and significant negative effect on capital structure.
Keywords: capital structure, profitability, company size, business risk, growth opportunity, managerial ownership, the pecking
order theory, agency theory.
PENDAHULUAN
Perusahaan membutuhkan dana untuk
membiayai operasi perusahaan, investasi atau
kepentingan lainnya. Salah satu keputusan penting
yang dihadapi manajer keuangan yang berkaitan
dengan kelangsungan operasi adalah keputusan
pendanaan. Perusahaan dapat didanai dengan hutang
dan ekuitas. Komposisi penggunaan hutang dan
ekuitas tergambar dalam struktur modal. Manajer
harus mampu menghimpun dana baik yang
bersumber dari dalam perusahaan maupun luar
perusahaan secara efisien. Manajer keuangan harus
memperhatikan mengenai biaya modal. Biaya modal
yang timbul dari keputusan pendanaan merupakan
konsekuensi langsung atas keputusan pendanaan
yang dilakukan oleh manajer. Struktur modal yang
meminimalkan biaya modal akan memaksimalkan
harga saham perusahaan. Keputusan pendanaan
yang dilakukan secara tidak cermat akan
menimbulkan biaya tetap dalam bentuk biaya modal
yang tinggi yang selanjutnya dapat berakibat pada
rendahnya profitabilitas perusahaan (Prabansari dan
Kusuma, 2005).
Vol. 2 No.1, Mei 2013
Penggunaan utang dalam struktur modal dapat
mencegah pengeluaran perusahaan yang tidak
penting dan memberi dorongan manajemen untuk
mengoperasikan
perusahaan
lebih
efisien.
Peningkatan hutang akan menurunkan excess cash
flow yang ada dalam perusahaan sehingga
menurunkan kemungkinan pemborosan oleh
manajemen
(Wahidahwati,
2002
dalam
Indahningrum dan Handayani, 2009). Hal ini
mengurangi
keinginan
manajemen
untuk
menggunakan free cash flow untuk membiayai
kegiatan-kegiatan yang tidak optimal karena
perusahaan memiliki konsukensi penyelesaian
hutang yang berupa pokok dan bunga. Di samping
itu penggunaan hutang juga akan meningkatkan
risiko. Apabila perusahaan tidak mampu melunasi
hutang maka akan mengancam likuiditas perusahaan
dan posisi manajemen juga menjadi terancam.
Manajer keuangan dihadapkan adanya suatu
variasi dalam pembelanjaan, dalam arti kadangkadang perusahaan lebih baik menggunakan dana
yang bersumber dari hutang (debt) namun kadangkadang perusahaan lebih baik kalau menggunakan
dana yang bersumber dari modal sendiri (equity).
Oleh karena itu manajer keuangan perlu
mempertimbangkan
berbagai
faktor
yang
memengaruhi struktur modal agar biaya modal
rendah, keuntungan perusahaan meningkat dan pada
akhirnya dapat memaksimalkan harga saham
perusahaan.
Penelitian
ini
menganalisis
variabel
profitabilitas, ukuran perusahaan, risiko bisnis dalam
perspektif pecking order theory dan variabel growth
opportunity dan kepemilikan manajerial dalam
perspektif agency theory atas pengaruhnya terhadap
struktur modal. Peneliti terdahulu atas variabelvariabel tersebut menunjukkan hasil yang berbeda.
Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi
akan mengurangi hutang. Hal ini disebabkan
perusahaan
mengalokasikan
sebagian
besar
keuntungannya pada laba ditahan sehingga
mengandalkan sumber internal dan relatif rendah
menggunakan hutang. Hasil penelitian Harjanti dan
Tandelilin (2007), Hardianti dan Gunawan (2010)
menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh
93
Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan
negatif signifikan terhadap struktur modal. Hal ini
senada dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nurrohim (2008), Sheikh dan Wang (2011). Hasil
penelitian tersebut berbeda dengan yang dilakukan
oleh Prabansari dan Kusuma (2005), Wijaya dan
Hardianto (2008) dalam Hardianti dan Gunawan
(2010) yang menunjukkan bahwa profitabilitas
berpengaruh positif terhadap struktur modal. Hasil
penelitian Nguyen (2006) dalam Nurrohim (2008)
menunjukkan profitabilitas tidak berpengaruh
terhadap struktur modal. Saktiani (2006) dalam
Harjanti dan Tandelilin (2007), Masdupi (2005)
dalam Indahningrum dan Handayani (2009) hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa profitabilitas
tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
Ukuran perusahaan terbukti memiliki peranan
penting dalam menentukan pemilihan struktur modal
yang akan digunakan. Hasil penelitian Margaretha
dan Sari (2005) dan Nasruddin (2004) menemukan
bukti bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif
terhadap struktur perusahaan. Hal ini sejalan dengan
Pecking Order Theory yang menunjukkan arah
hubungan negatif antara ukuran perusahaan dengan
struktur
modal.
Perusahaan
besar
akan
membutuhkan dana yang besar. Perusahaan besar
umumnya memiliki tingkat penjualan yang besar
dan menghasilkan tingkat keuntungan yang besar
pula. Kebutuhan dana yang besar tersebut dipenuhi
dengan menggunakan sumber dari internal.
Sedangkan Harjanti dan Tandelilin (2007), hasil
penelitiannya
menunjukkan
bahwa
ukuran
perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur
modal. Hasil penelitian yang dilakukan Setiawan
(2006) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap struktur modal
Risiko Bisnis adalah ketidakpastian yang
dihadapi perusahaan dalam menjalankan kegiatan
bisnisnya. Menurut Gitman (2009) dalam Seftianne
dan Handayani (2011), risiko bisnis merupakan
risiko dari perusahaan saat tidak mampu menutupi
biaya operasionalnya dan dipengaruhi oleh stabilitas
pendapatan dan biaya. Perusahaan dan risiko bisnis
yang tinggi cenderung menghindari pendanaan
dengan menggunakan hutang dibandingkan dengan
perusahaan yang memiliki risiko bisnis lebih rendah.
Risiko perusahaan yang tinggi pada umumnya lebih
94
Cahyani Nuswandari
mengutamakan penggunaan dana internal daripada
penggunaan utang maupun penerbitan saham. Hasil
penelitian Prabansari dan Kusuma (2005) dan
Nasruddin (2004) menemukan bukti bahwa risiko
bisnis berpengaruh negatif terhadap struktur modal.
Berbeda dengan hasil penelitian Harjanti dan
Tandelilin (2007), Seftianne dan Handayani (2011)
dan Setiawan (2006) menunjukkan bukti bahwa
risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap struktur
modal.
Kesempatan tumbuh (growth opportunity)
adalah kesempatan yang dimiliki perusahaan untuk
dapat berkembang dan mencakup kesempatan untuk
melakukan investasi di masa mendatang. Penelitian
yang dilakukan Setiawan (2006) menunjukkan
adanya pengaruh positif growth opportunity
terhadap struktur modal. Hasil penelitian Seftianne
dan Handayani (2011) menunjukkan bahwa growth
opportunity berpengaruh negatif terhadap struktur
modal. Harjanti dan Tandelilin (2007) dan
Nasruddin (2004) hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa growth opportunity tidak berpengaruh
terhadap struktur modal.
Kepemilikan
manajerial
merupakan
kepemilikan saham oleh manajemen. Alternatif yang
dapat digunakan untuk mengurangi agency cost
adalah memberikan kepada manajemen kepemilikan
saham perusahaan. Dengan demikian manajer akan
memperoleh manfaat langsung dari keputusan yang
diambil serta menanggung kerugian sebagai
konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah.
Hasil penelitian Ismayanti dan Hanafi (2003) serta
Rahayu dan Faisal (2005) dalam Seftianne dan
Handayani (2011) menunjukkan kepemilikan
manajerial berpengaruh positif terhadap struktur
modal. Berbeda dengan hasil penelitian Masdupi
(2005)
menemukan bukti bahwa kepemilikan
manajemen berpengaruh negatif dengan struktur
modal.
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN
HIPOTESIS
Struktur Modal
Struktur modal adalah bauran penggunaan
dana yang berasal dari ekuitas dan utang.
Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan
Konsekuensi yang harus ditanggung perusahaan jika
menggunakan utang adalah perusahaan harus
menaati perjanjian utang. Jika perusahaan
menggunakan sumber dana berupa penerbitan saham
maka perusahaan harus memberikan imbalan kepada
investor berupa dividen.
Struktur modal dalam perusahaan berkaitan
erat dengan investasi sehingga dalam hal ini akan
menyangkut sumber dana yang digunakan untuk
membiayai proyek investasi tersebut. Sumber dana
dapat berasal dari penerbitan saham (equity
financing), penerbitan obligasi (debt financing) dan
laba ditahan (retained earning). Penerbitan saham
dan obligasi sering disebut dengan sumber dana
yang berasal dari luar perusahaan (external
financing) sedangkan dana yang bersumber dari laba
ditahan disebut sebagai dana yang berasal dari dalam
perusahaan (internal financing).
Struktur modal diukur dengan menggunakan
rasio struktur modal yang disebut dengan leverage
rasio. Perhitungan leverage ratio adalah long term
debt to equity ratio. long term debt to equity ratio
menunjukkan persentase modal sendiri yang
dijadikan jaminan utang jangka panjang yang
dihitung dengan membandingkan antara utang
jangka panjang dengan modal sendiri.
Teori Struktur Modal
Teori struktur modal dimulai pada tahun 1958
oleh Modigliani dan Miller (MM). Hasil karya MM
menandai awal penelitian struktur modal modern.
Selanjutnya Donalson (1961) mengemukakan
Pecking Order Theory yang membahas urutan
pembiayaan perusahaan. Haugan dan Papas (1971)
dan Rubeinstein membahas teori struktur modal
Trade Off Theory. Jensen dan Meckling (1976)
mengemukakan mengenai Agency Theory dan
Myers (1984) tentang Asymmetric Information
(Ruslim, 2009). Pecking order theory mendasarkan
pada asimetri informasi. Trade off theory
mendasarkan pada pajak dan free cash theory
mendasarkan pada biaya keagenan.
Vol. 2 No.1, Mei 2013
1. Pecking Order Theory
Pecking order theory mengasumsikan bahwa
perusahaan bertujuan untuk memaksimumkan
kesejahteraan pemegang saham. Teori ini dikenalkan
pertama kali oleh Donaldson pada tahun 1961
sedangkan penamaan pecking order theory
dilakukan oleh Myers (1984) dalam Prabansari dan
Kusuma (2005). Teori menyatakan bahwa
perusahaan lebih menyukai internal financing yaitu
pendanaan dari hasil operasi perusahaan yang
berwujud laba ditahan. Apabila diperlukan
pendanaan eksternal maka perusahaan akan
menerbitkan sekuritas paling aman terlebih dahulu
yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian
diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi,
baru akhirnya apabila masih belum mencukupi akan
menerbitkan saham baru. Jadi urutan penggunaan
sumber pendanaan dengan pengacu pada Pecking
order theory adalah internal fund (dana internal),
debt (hutang) dan equity (ekuitas). Dana internal
lebih disukai dari dana eksternal karena dana
internal memungkinkan perusahaan untuk tidak
perlu “membuka diri lagi” dari sorotan pemodal
luar. Di samping itu pengaruh asimetrik informasi
dan biaya penerbitan saham cenderung mendorong
perilaku pecking order (Myers, 1984; Baskin, 1989
dalam Pangeran, 2010)
Pecking order theory berfokus pada motivasi
manajer korporat bukan pada prinsip-prinsip
penilaian pasar modal (Pangeran, 2010). Pecking
order theory mendasarkan pada asimetri informasi.
Para manajer memiliki informasi superior. Para
manajer diyakini memiliki informasi awal yang
lebih baik. Oleh karena itu pasar mempelajari
perilaku manajer. Asumsi asimetrik informasi
menyiratkan bahwa para manajer mengembangkan
dan menemukan kesempatan baru investasi yang
menarik dengan NPV positif namun mereka tidak
dapat menyampaikan informasi tersebut dengan baik
kepada pemegang saham luar karena pernyataan
manajer tidak dipercayai oleh investor.
Pecking order theory menjelaskan mengapa
perusahaan yang sangat menguntungkan pada
umumnya mempunyai hutang yang lebih sedikit. Hal
ini terjadi bukan karena perusahaan tersebut
95
Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan
mempunyai target debt ratio yang rendah, tetapi
disebabkan karena perusahaan memang tidak
membutuhkan dana dari pihak eksternal (Brealey
dan Myer, 1995 dalam Steven dan Lina, 2011).
2. Trade off Theory
Trade off theory merupakan model struktur
modal yang mempunyai asumsi bahwa struktur
modal perusahaan merupakan keseimbangan antara
keuntungan penggunaan hutang dengan biaya
financial distress (kesulitan keuangan) dan agency
cost (biaya keagenan). Trade off theory merupakan
model yang didasarkan pada trade off (pertukaran)
antara keuntungan dan kerugian penggunaan hutang.
Hutang menimbulkan beban bunga yang dapat
menghemat pajak. Beban bunga dapat dikurangkan
dari pendapatan sehingga laba sebelum pajak
menjadi lebih kecil. Dengan demikian pajak juga
semakin kecil. Penggunaan hutang yang semakin
besar akan mengarah pada kesulitan keuangan atau
kebangkrutan. Masalah-masalah yang berhubungan
dengan kebangkrutan kemungkinan besar akan
timbul ketika sebuah perusahaan memasukkan lebih
banyak hutang dalam struktur modalnya. Perusahaan
yang bangkrut akan memiliki beban akuntansi dan
hukum yang sangat tinggi dan juga mengalami
kesulitan untuk mempertahankan para pelanggan,
pemasok dan karyawannya (Brigham dan Houstan,
2006). Karena itu, biaya kebangkrutan menahan
perusahaan menggunakan hutang pada tingkat yang
berlebihan.
Keputusan struktur modal secara teoritis
berdasarkan pada trade off theory mengasumsikan
bahwa perusahaan berupaya mempertahankan
struktur modal yang ditargetkan dengan tujuan
memaksimumkan nilai pasar (Kamath, 1997 dalam
Pangeran, 2011). Trade off theory memprediksi
masing-masing perusahaan menyesuaikan secara
perlahan-lahan ke arah debt ratio yang optimal.
Struktur modal yang optimal dapat ditemukan
dengan menyeimbangkan antara keuntungan atas
penggunaan hutang dengan biaya kebangkrutan dan
biaya modal, yang disebut static-trade off.
96
Cahyani Nuswandari
3. Agency Theory
Hubungan keagenan merupakan suatu
kontrak antara pemegang saham dan agen. Kontrak
yang dibuat antara pemilik dan manajer diharapkan
dapat meminimumkan konflik antar kedua
kepentingan
tersebut
(Setyapurnama
dan
Norpratiwi, 2004 dalam Indahningrum dan
Handayani, 2009). Manajer diberikan insentif yang
memadai agar dapat melakukan fungsinya dengan
baik. Di samping itu juga perlu dilakukan
pengawasan terhadap manajer dengan cara seperti
pengikatan agen, pemeriksaan laporan keuangan,
dan pembatasan terhadap keputusan yang dapat
diambil manajemen.
Teori agensi adalah suatu teori yang
menjelaskan adanya konflik antara manajemen dan
pemegang saham. Hubungan keagenan dapat
menimbulkan masalah pada saat pihak-pihak yang
bersangkutan mempunyai tujuan yang berbeda. Para
pemegang saham berharap manajemen bertindak
atas kepentingan mereka sehingga perusahaan dapat
meningkat nilai sekaligus memberikan keuntungan
bagi pemegang saham. Sedangkan para manajer juga
menginginkan bertambahnya kesejahteraan bagi
para manajer sendiri. Dengan demikian muncullah
konflik kepentingan antara pemegang saham dengan
manajer. Penyebab konflik antara pemegang saham
dengan pihak manajemen di antaranya adalah
pembuatan keputusan yang berkaitan dengan
aktivitas pendanaan.
Pengembangan Hipotesis
1. Profitabilitas dan Struktur Modal
Rasio profitabilitas bertujuan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba, baik dalam hubungannya
dengan penjualan, aset, maupun terhadap modal
sendiri. Perusahaan yang memiliki profitabilitas
tinggi akan mengurangi hutang. Hal ini
disebabkan perusahaan mengalokasikan sebagian
besar keuntungannya pada laba ditahan sehingga
mengandalkan sumber internal dan relatif rendah
menggunakan
hutang.
Semakin
tinggi
profitabilitas maka semakin rendah struktur
modal. Hasil penelitian Harjanti dan Tandelilin
Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan
(2007), Hardianti dan Gunawan (2010)
menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh
negatif signifikan terhadap struktur modal. Hal ini
senada dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nurrohim (2008), Sheikh dan Wang (2011).
Berdasarkan argumentasi tersebut maka hipotesis
pertama dirumuskan sebagai berikut:
H1: Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap
struktur modal
2. Ukuran Perusahaan dan Struktur Modal
Ukuran perusahaan menggambarkan besar
kecilnya suatu perusahaan. Perusahaan besar akan
membutuhkan dana yang besar. Perusahaan besar
umumnya memiliki tingkat penjualan yang besar
dan menghasilkan tingkat keuntungan yang besar
pula. Kebutuhan dana yang besar tersebut
dipenuhi dengan menggunakan sumber dari
internal. Hal ini sejalan dengan Pecking Order
Theory yang menunjukkan arah hubungan negatif
antara ukuran perusahaan dengan struktur modal.
Apabila perusahaan dihadapkan pada kebutuhan
dana
yang
semakin
meningkat
akibat
pertumbuhan penjualan, dan dana dari sumber
intern sudah digunakan semua, maka tidak ada
pilihan lain bagi perusahaan untuk menggunakan
dana yang berasal dari luar perusahaan, baik
hutang maupun dengan mengeluarkan saham
baru. Semakin besar ukuran perusahaan maka
semakin rendah struktur modal. Hasil penelitian
Margaretha dan Sari (2005) dan Nasruddin
(2004) menemukan bukti bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh negatif terhadap struktur
perusahaan. Berdasarkan argumentasi tersebut
maka hipotesis kedua dirumuskan sebagai
berikut:
H2:
Ukuran perusahaan berpengaruh negatif
terhadap struktur modal
3. Risiko Bisnis dan Struktur Modal
Menurut Gitman (2009) dalam Seftianne dan
Handayani (2011), risiko bisnis merupakan risiko
dari perusahaan saat tidak mampu menutupi biaya
operasionalnya dan dipengaruhi oleh stabilitas
pendapatan dan biaya. Perusahaan dan risiko
bisnis yang tinggi cenderung menghindari
Vol. 2 No.1, Mei 2013
pendanaan
dengan
menggunakan
hutang
dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki
risiko bisnis lebih rendah. Risiko perusahaan
yang tinggi pada umumnya lebih mengutamakan
penggunaan dana internal daripada penggunaan
utang maupun penerbitan saham. Semakin tinggi
risiko bisnis maka semakin rendah struktur
modal. Hasil penelitian Prabansari dan Kusuma
(2005) dan Nasruddin (2004) menemukan bukti
bahwa risiko bisnis berpengaruh negatif terhadap
struktur modal. Berdasarkan argumentasi tersebut
maka hipotesis ketiga dirumuskan sebagai
berikut:
H3 : Risiko bisnis berpengaruh negatif terhadap
struktur modal
4. Growth Opportunity dan Struktur Modal
Teori Agensi memprediksi hubungan
negatif antara growth opportunity terhadap
struktur modal karena perusahaan dengan growth
opportunity yang lebih besar lebih memiliki
fleksiblilitas untuk melakukan investasi secara
optimal. Manajer akan melakukan tindakan
pengalihan kemakmuran dari kreditur kepada
investor. Oleh karena itu berdasar pada konflik
keagenan maka perusahaan dengan growth
opportunity yang tinggi sebaiknya memiliki utang
yang rendah. Semakin tinggi growth opportunity
maka semakin rendah struktur modal. Hasil
penelitian Seftianne dan Handayani (2011)
menunjukkan
bahwa
growth
opportunity
berpengaruh negatif terhadap struktur modal.
Berdasarkan argumentasi tersebut maka hipotesis
keempat dirumuskan sebagai berikut:
H4:
Risiko bisnis berpengaruh negatif terhadap
struktur modal
5. Kepemilikan Manajerial dan Struktur Modal
Alternatif yang dapat digunakan untuk
mengurangi agency cost adalah memberikan
kepada
97
Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan
manajemen kepemilikan saham perusahaan.
Dengan demikian manajer akan memperoleh
manfaat langsung dari keputusan yang diambil
serta menanggung kerugian sebagai konsekuensi
dari pengambilan keputusan yang salah. Pada saat
kepemilikan manajemen meningkat, manajer
akan menurunkan nilai utang untuk menurunkan
risiko dan biaya keagenan. Semakin tinggi
kepemilikan manajemen maka semakin rendah
struktur modal. Masdupi (2005) menemukan
bukti
bahwa
kepemilikan
manajemen
berpengaruh negatif dengan struktur modal.
Berdasarkan argumentasi tersebut maka hipotesis
kelima dirumuskan sebagai berikut:
H5: Kepemilikan manajemen berpengaruh negatif
terhadap struktur modal
Model Penelitian
Model dalam penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
Profitabilitas
Ukuran
Perusahaan
Risiko Bisnis
Struktur
M odal
Grow th
Opportunity
Kepemilikan
M anajemen
Gambar 1. Model Penelitian
98
Cahyani Nuswandari
Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan
DER = Utang Jangka Panjang
METODE PENELITIAN
Total Ekuitas
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dengan periode pengamatan tahun 20082010. Pemilihan sampel menggunakan metode
purposive sampling. Dengan menggunakan ICMD
2011 berikut adalah data mengenai jumlah sampel
yang akan digunakan dalam penelitian ini:
Tabel 1. Seleksi Sampel
Populasi: jumlah perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI
Yang tidak memenuhi kriteria sampel:
148
a. Perusahaan yang memiliki retained
earning negatif dalam tahun pengamatan
b. Perusahaan yang menggunakan mata
uang selain rupiah dalam pelaporan
keuangan
c. Perusahaan yang tidak menghasilkan
laba secara berturut-turut selama periode
pengamatan.
d. Perusahaan yang tidak memiliki data
lengkap dalam periode pengamatan.
Jumlah perusahaan yang akan digunakan
sebagai sampel
(55)
(0)
2. Variabel independen
a. Profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah ukuran untuk
mengetahui
seberapa
jauh
efektivitas
manajemen dalam mengelola perusahaannya.
Rasio profitabilitas yang digunakan adalah
return on equity (ROE) yang merupakan tolak
ukur
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan laba dengan total modal sendiri
yang digunakan. ROE dirumuskan sebagai
berikut (Brigham dan Houstan, 2006):
ROE = Laba bersih
Total Ekuitas
b. Ukuran Perusahaan
(14)
(4)
75
Berdasarkan tabel 3.1 dapat dilihat bahwa
jumlah sampel sebanyak 75 perusahaan dengan
tahun pengamatan selama 3 tahun. Dengan
menggunakan pooled data maka jumlah observasi
sebanyak 225 (75 perusahaan sampel dikalikan
dengan 3 tahun pengamatan).
Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran
Variabel.
1. Variabel Dependen dalam penelitian ini
adalah struktur modal. Struktur modal adalah
perimbangan antara modal sendiri dan modal
asing. Struktur modal diproksikan dengan
debt to equity ratio (DER). DER dirumuskan
sebagai
berikut
(Brigham
dan
Houstan,2006):
Ukuran perusahaan menggambarkan besar
kecilnya suatu perusahaan. Skala besar kecilnya
perusahaan dapat ditentukan berdasarkan total
penjualan, rata-rata tingkat penjualan, total aset,
dan rata-rata total aset. Ukuran perusahaan
diukur dengan menggunakan log natural net
sales. Penggunaan log natural dimaksudkan
untuk mengurangi fluktuasi data yang berlebih
sehingga akan dapat mengurangi skewness of
distribution serta meminimumkan standar error
koefisien regresi (Harjanti dan Tandelilin,
2007).
c. Risiko Bisnis
Risiko Bisnis adalah ketidakpastian yang
dihadapi perusahaan dalam menjalankan
kegiatan bisnisnya. Risiko bisnis diukur dengan
menggunakan log natural standar deviasi laba
bersih.
Penggunaan
deviasi
standar
dimaksudkan untuk memperoleh estimasi yang
lebih
baik.
Penggunaan
log
natural
dimaksudkan untuk mengurangi fluktuasi data
yang berlebih sehingga akan dapat mengurangi
skewness of distribution dan data akan
99
Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan
Vol. 2 No.1, Mei 2013
menyebar normal serta meminimumkan standar
error koefisien regresi (Harjanti dan Tandelilin,
2007).
Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan analisis Regresi
Berganda (multiple regression) dengan metode
Ordinary Least Square (OLS). Adapun persamaan
regresinya adalah sebagai berikut:
d. Growth Opportunity
Kesempatan tumbuh (growth opportunity)
adalah kesempatan yang dimiliki perusahaan
untuk dapat berkembang dan mencakup
kesempatan untuk melakukan investasi di masa
mendatang. Growth opportunity diukur dengan
rasio
pertumbuhan
penjualan
terhadap
pertumbuhan aset. (Sheikh dan Wong, 2011).
DER= α + β1Profit + β2Size + β3Risk + β4Growth +
β5Manajerial + ε
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Peneliti menguji data sebanyak 225
observasi. Hasil pengujian menunjukkan terjadi
heteroskedasititas. Oleh karena itu dilakukan
pendeteksian data outlier. Data outlier dibuang dan
pengujian
selanjutnya
dilakukan
dengan
menggunakan observasi sebanyak 222. Dengan
menggunakan observasi sebanyak 222 telah
memenuhi uji normalitas dan asumsi klasik.
e. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan
manajerial
adalah
jumlah
kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari
seluruh modal saham perusahaan yang beredar.
Kepemilikan manajerial dihitung dengan
menggunakan dummy yaitu 1 untuk perusahaan
yang terdapat kepemilikan manajerial dan 0
untuk perusahaan yang tidak terdapat
kepemilikan manajerial.
Pengujian Regresi Linear Berganda
Berikut adalah tabel yang digunakan untuk
menyusun persamaa0n regresi:
Tabel 2. Pengujian Hipotesis
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
-.050
.543
SQRPROFIT
-.039
.017
.140
LNRISIKO
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
-.092
.927
-.147
-2.272
.024
.022
.429
6.403
.000
-.199
.043
-.305
-4.642
.000
GROWTH
-.001
.002
-.018
-.282
.778
MANAJERIAL
-.005
.066
-.005
-.071
.943
LNSIZE
a. Dependent Variable: LGDER
100
Cahyani Nuswandari
Berdasarkan tabel 3 maka diperoleh
persamaan regresi sebagai berikut:
LGDER=-0,50 – 0,039SQRPROFIT + 0,14LNSIZE
– 0,199LNRISIKO – 0,001GROWTH –
0.005MANAJERIAL + ε
Pengujian Kelayakan Model
a. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Hasil pengujian menunjukkan besarnya
adjusted R2 adalah 0,171. Hal ini berarti 17,10%
variasi struktur modal dapat dijelaskan oleh variasi
dari kelima variabel independen yaitu profitabilitas,
ukuran perusahaan, risiko bisnis, growth opportunity
dan kepemilikan manajerial. Sedangkan sisanya
(100% - 17,10% = 82,9%) dijelaskan oleh variabel
lain di luar model.
b. Uji F
Hasil pengujian menunjukkan nilai F sebesar
10,129 dan nilai signifikansi di bawah 0,000. Hal ini
berarti
kelima
variabel
independen
yaitu
profitabilitas, ukuran perusahaan, risiko bisnis,
growth opportunity dan kepemilikan manajerial
dapat digunakan untuk memprediksi variabel
struktur modal. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa model fit (layak).
Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Struktur Modal
Berdasarkan Tabel 2 variabel profitabilitas
menunjukkan nilai probabilitas signifikansi 0,024 <
0,05 dan berarah negatif. Hal ini berarti hipotesis
yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh
negatif terhadap struktur modal, diterima. Hal ini
sejalan dengan Pecking Order Theory. Perusahaan
yang memiliki profitabilitas tinggi akan mengurangi
hutang.
Hal
ini
disebabkan
perusahaan
mengalokasikan sebagian besar keuntungannya pada
laba ditahan sehingga mengandalkan sumber internal
dan relatif rendah menggunakan hutang. Semakin
tinggi profitabilitas maka semakin rendah struktur
modal. Hasil penelitian ini mendukung penelitian
Harjanti dan Tandelilin (2007), Hardianti dan
Gunawan (2010) menunjukkan bahwa profitabilitas
berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur
modal. Hal ini senada dengan penelitian yang
Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan
dilakukan oleh Nurrohim (2008), Sheikh dan Wang
(2011). Namun hasil penelitian ini tidak mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Prabansari dan
Kusuma (2005), Wijaya dan Hardianto (2008) dalam
Hardianti dan Gunawan (2010) yang menunjukkan
bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap
struktur modal. Hasil penelitian Nguyen (2006)
dalam Nurrohim (2008) menunjukkan profitabilitas
tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
2. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Struktur
Modal
Berdasarkan Tabel 2 variabel ukuran
perusahaan
menunjukkan
nilai
probabilitas
signifikansi 0,00 < 0,05 namun berarah positif. Hal
ini berarti hipotesis yang menyatakan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh negatif terhadap struktur
modal, ditolak. Hal ini tidak sejalan dengan Pecking
Order Theory namun mendukung Trade off Theory.
Pengaruh positif ukuran perusahaan terhadap
struktur modal dapat dijelaskan bahwa perusahaan
besar lebih mudah mendapatkan pinjaman dan juga
mudah akses ke pasar modal. Di samping itu
kreditor juga memberikan batasan dalam memberi
pinjaman. Kreditor akan lebih mudah memberikan
utang kepada perusahaan yang besar dengan asumsi
bahwa perusahaan besar memiliki kemungkinan
yang relatif kecil akan mengalami kebangkrutan.
Oleh karena itu kreditur akan merasa lebih aman
memberi pinjaman kepada perusahaan besar. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian Harjanti dan
Tandelilin (2007) yang hasil penelitiannya
menunjukkan
bahwa
ukuran
perusahaan
berpengaruh positif terhadap struktur modal. Namun
tidak mendukung penelitian Margaretha dan Sari
(2005) dan Nasruddin (2004) menemukan bukti
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif
terhadap struktur perusahaan.
3. Pengaruh Risiko Bisnis terhadap Struktur Modal
Berdasarkan Tabel 2 variabel risiko bisnis
menunjukkan nilai probabilitas signifikansi 0,00<
0,05 dan berarah negatif. Hal ini berarti hipotesis
yang menyatakan bahwa risiko bisnis berpengaruh
negatif terhadap struktur modal, diterima. Hal ini
sejalan dengan Pecking Order Theory. Perusahaan
dan risiko bisnis yang tinggi cenderung menghindari
101
Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan
Vol. 2 No.1, Mei 2013
pendanaan
dengan
menggunakan
hutang
dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki
risiko bisnis lebih rendah. Risiko perusahaan yang
tinggi pada umumnya lebih mengutamakan
penggunaan dana internal daripada penggunaan
utang maupun penerbitan saham. Semakin tinggi
risiko bisnis maka semakin rendah struktur modal.
Penelitian ini mendukung penelitian Prabansari dan
Kusuma (2005) dan Nasruddin (2004) yang
menemukan bukti bahwa risiko bisnis berpengaruh
negatif terhadap struktur modal. Namun tidak
mendukung hasil penelitian Harjanti dan Tandelilin
(2007), Seftianne dan Handayani (2011) dan
Setiawan (2006) yang menunjukkan bukti bahwa
risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap struktur
modal.
4. Pengaruh Growth Opportunity terhadap Struktur
Modal
Berdasarkan Tabel 2 variabel growth
opportunity
menunjukkan
nilai
probabilitas
signifikansi 0,778 > 0,05 dan berarah negatif. Hal ini
berarti hipotesis yang menyatakan bahwa growth
opportunity berpengaruh negatif terhadap struktur
modal, ditolak. Growth Opportunity tidak
berpengaruh terhadap struktur modal, hal ini
kemungkinan pengukuran growth opportunity tidak
sesuai. Peluang pertumbuhan memang tidak mudah
diukur karena terkait dengan ketidakpastian masa
depan. Penelitian ini mendukung Harjanti dan
Tandelilin (2007) dan Nasruddin (2004) yang hasil
penelitiannya
menunjukkan
bahwa
growth
opportunity tidak berpengaruh terhadap struktur
modal. Namun tidak mendukung penelitian yang
dilakukan Setiawan (2006) yang menunjukkan
adanya pengaruh positif growth opportunity
terhadap struktur modal. Juga hasil penelitian
Seftianne dan Handayani (2011) yang menunjukkan
bahwa growth opportunity berpengaruh negatif
terhadap struktur modal.
5.
Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap
Struktur Modal
Berdasarkan Tabel 2 variabel Kepemilikan
Manajerial
menunjukkan
nilai
probabilitas
signifikansi 0,943 >0,05 dan berarah negatif. Hal ini
berarti hipotesis yang menyatakan bahwa
Kepemilikan Manajerial berpengaruh negatif
terhadap struktur modal, ditolak. Kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh terhadap struktur
modal, hal ini mungkin disebabkan rendahnya
kepemilikan saham oleh komisaris dan direksi pada
perusahaan observasi. Di samping itu rata-rata
kepemilikan saham dari perusahaan yang terdapat
kepemilikan manajerial (80 perusahaan dari 225
perusahaan atau 35,6%) sebesar 6%. Hasil penelitian
ini tidak mendukung penelitian Masdupi (2005) dan
Seftianne dan Handayani (2011) yang menemukan
bukti bahwa kepemilikan manajemen berpengaruh
negatif dengan struktur modal. Ismayanti dan Hanafi
(2003) serta Rahayu dan Faisal (2005) dalam
Seftianne dan Handayani (2011) menemukan bukti
kepemilikan manajerial memiliki hubungan positif
dengan struktur modal.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis maka
peneliti menyimpulkan bahwa profitabilitas dan
risiko bisnis berpengaruh negatif terhadap struktur
modal. Sedangkan ukuran perusahaan, growth
opportunity, dan kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh terhadap struktur modal.
Saran
Sumber data penelitian ini hanya berasal dari
ICMD. Penelitian berikut disarankan menggunakan
annual report agar dapat dilihat komposisi utang
jangka panjang perusahaan observasi apakah
cenderung bersumber dari utang bank atau utang
obligasi. Disamping itu perlu mempertimbangkan
jumlah utang jangka pendek dan utang jangka
panjang karena biasanya pada negara yang
berkembang jumlah utang jangka pendek relatif
material (Sheikh dan Wang). Pengukuran variabel
independen dapat dilakukan dengan pengukuran lain
yang relevan dan memperbandingkannya sehingga
dapat menetapkan pengukuran yang paling valid.
Berdasarkan pada nilai adjusted R2 maka masih ada
variabel lain yang dapat menjelaskan variasi struktur
modal misalnya kepemilikan institusional, non debt
tax shields, dan volatilitas pendapatan
102
Cahyani Nuswandari
DAFTAR PUSTAKA
Brigham dan Houstan. 2006. Fundamentals of
Financial
Manajement
(Dasar-dasar
Manajemen Keuangan. Buku 2 Edisi 10.
Jakarta: Salemba Empat.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate
dengan Program SPSS. Edisi 5. Semarang :
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hardianti, Siti an Barbara Gunawan. 2010. Pengaruh
Size, Likuiditas, Profitabilitas, Risiko, dan
Pertumbuhan Penjualan Terhadap Struktur
Modal (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia). Jurnal
Akuntansi dan Investasi, Vol. 11, No. 2, hal
138-154
Harjanti, Theresia Tri dan Eduardus Tandelilin.
2007. Pengaruh Firm Size, Tangible Assets,
Growth Opportunity, Profitability dan
Busniess Risk pada Struktur Modal
Perusahaan Manufaktur di Indonesia: Studi
Kasus di BEJ. Jurnal Ekonomi dan Bisnis,
Vol. 1, No. 1, hal 1-9.
Indanning, Rizka Putri dan Ratih Handayani. 2009.
Pengaruh
Kepemilikan
Manajerial,
Kepemilikan
Institusional,
Dividen,
Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow dan
Profitabilitas terhadap Kebijakan Utang
Perusahaan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.
11, No. 3, hal 189-207.
Nurrohim, H. 2008. Pengaruh Profitabilitas, Fixed
Asset Ratio, Kontrol Kepemilikan dan Struktur
Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan
Aktiva terhadap Struktur Modal pada
Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Sinergi,
Vol. 10, No. 1, hal 11-18.
Pangeran, Perminas. 2010. Pemilihan Sekuritas dan
Arah Kebijakan Struktur Modal: Pecking
Order ataukah Static Trade Off?. Jurnal
Akuntansi dan Manajemen. Vol. 21, No.1, hal
1-16.
Prabansari, Yuke dan Hadri Kusuma. 2005 Faktorfaktor yang memengaruhi Struktur Modal
Perusahaan Manufaktur Go Publik di Bursa
Efek Jakarta. Sinergi, Edisi khusus on Finance,
hal 1-15.
Ruslim, Herman. 2009. Pengujian Struktur Modal
(Teori Pecking Order): Analisis Empiris
Terhadap Saham di LQ-45. Jurnal Bisnis dan
Akuntansi, Vol. 11, No. 3, hal 209-221.
Seftianne dan Ratih Handayani. 2011. Faktor-faktor
yang Memengaruhi Struktur Modal pada
Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13, No. 1, hal 3956.
Sheikh, Nadeen Ahmed dan Zongjun Wong. 2011.
Determinants of Capital Structure An
Empirical Study of Firm in Manufacturing
Industry of Pakistan. Managerial Finance, Vol.
37, No.2, hal 117-133.
Steven dan Lina. 2011. Faktor-faktor yang
Memengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan
Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.
13, No. 3, hlm 163-181.