Academia.eduAcademia.edu

Injeksi Natrium Thiosulfat

I. TANGGAL PRAKTIKUM Jum'at, 15 Mei 2015 II. TUJUAN PRAKTIKUM Untuk mengetahui cara pembuatan injeksi natrium thiosulfat dengan menggunakan dapar phospat. III. DASAR TEORI Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan secara parenteral, suntikan dengan cara menembus atau merobek jaringan ke dalam atau melalui kulit atau selaput lendir. Pembuatan sediaan yang akan digunakan untuk injeksi harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi mikroba dan bahan asing. Cara pembuatan obat yang baik (CPOB) mensyaratkan pula tiap wadah akhir injeksi harus diamati satu per satu secara fisik. Dalam pembuatan obat suntik, syarat utamanya ialah obat harus steril, tidak terkontaminasi bahan asing, dan disimpan dalam wadah steril. Sediaan steril injeksi dapat berupa ampul, ataupun berupa vial. Injeksi vial adalah salah satu bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan pada dosis ganda dan memiliki kapasitas atau volume 0,5 mL -100 mL. Injeksi vial pun dapat berupa takaran tunggal atau ganda dimana digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau suspensi dengan volume sebanyak 5 mL atau pun lebih. (Anonim.Penuntun Praktikum Farmasetika I.2011) Berdasarkan R.VOIGHT (hal 464) menyatakan bahwa, botol injeksi vial ditutup dengan sejenis logam yang dapat dirobek atau ditembus oleh jarum injeksi untuk menghisap cairan injeksi.

TANGGAL PRAKTIKUM Jum’at, 15 Mei 2015 TUJUAN PRAKTIKUM Untuk mengetahui cara pembuatan injeksi natrium thiosulfat dengan menggunakan dapar phospat. DASAR TEORI Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan secara parenteral, suntikan dengan cara menembus atau merobek jaringan ke dalam atau melalui kulit atau selaput lendir. Pembuatan sediaan yang akan digunakan untuk injeksi harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi mikroba dan bahan asing. Cara pembuatan obat yang baik (CPOB) mensyaratkan pula tiap wadah akhir injeksi harus diamati satu per satu secara fisik. Dalam pembuatan obat suntik, syarat utamanya ialah obat harus steril, tidak terkontaminasi bahan asing, dan disimpan dalam wadah steril. Sediaan steril injeksi dapat berupa ampul, ataupun berupa vial. Injeksi vial adalah salah satu bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan pada dosis ganda dan memiliki kapasitas atau volume 0,5 mL – 100 mL. Injeksi vial pun dapat berupa takaran tunggal atau ganda dimana digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau suspensi dengan volume sebanyak 5 mL atau pun lebih. (Anonim.Penuntun Praktikum Farmasetika I.2011) Berdasarkan R.VOIGHT (hal 464) menyatakan bahwa, botol injeksi vial ditutup dengan sejenis logam yang dapat dirobek atau ditembus oleh jarum injeksi untuk menghisap cairan injeksi. Injeksi intravena memberikan beberapa keuntungan : a.       Efek terapi lebih cepat . b.      Dapat memastikan obat sampai pada tempat yang diinginkan. c.       Cocok untuk keadaan darurat. d.      Untuk obat-obat yang rusak oleh cairan lambung. Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sediaan injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disusupensikan terlebih dahulu sebelum digunakan secara perenteral, suntikan dengan cara menembus, atau merobek jaringan kedalam atau melalui kulit atau selaput lendir. Sediaan steril untuk sedian perenteral digolongkan menjadi lima jenis yang berbeda yaitu : Obat larutan, atau emulsi yang digunakan untuk injeksi ditandai dengan nama injeksi, contohnya adalah injeksi insulin.  Sediaan padat kering atau cairan pekat yang tidak mengandung dapar, pengencer atau bahan tambahan lain dan larutan yang diperoleh setelah penambahan pelarut yang memenuhi persyaratan injeksi. Sediaan ini dapat membedakannya dari nama bentuknya yaitu steril, contohnya Ampicilin Sodium steril. Sediaan seperti tertera pada no b, tetapi mengandung satu atau lebih dapar, pengencer atau bahan tambahan lain dan dapat dibedakan dari nama bentuknya.yaitu untuk injeksi, contohnya Methicillin Sodium untuk injeksi. Sediaan berupa susupensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikkansacara intravena atau di dalam saluran spinal, dan dapat dibedakan dari nama bentuknya yaitu susupensi steril. Contoh Cortisao Suspensi steril.  Sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan pembawanya yang sesuai. Dan dapat membedakannya dari nama bentuknya yaitu steril untuk suspensi. Contohnya Ampicilin steril untuk suspensi. SPESIFIKASI Bahan berkhasiat : Natrii Thiosulfat Pemerian : Kristal transparan tak berwarna, mengembang di udara kering. Kelarutan : Mudah larut dalam air, praktis tidak larut dalam alkohol. Dosis Dosis Lazim : 400mg/ug Dosis Maks : - Daftar Obat Obat keras : Sediaan injeksi (semua obat suntik termasuk obat keras) Sediaan Obat Pemerian : Larutan bening Stabilitas : Solution of sodium thiosulfat 50% store in aair developed cloudiness or a deposit after autoclaving. OTT : garam-garam logam berat, oksidator, asam pH : 8 - 9,5 Stabilisator : Dapar phosphat pH 8 dialiri gas N2 FORMULA LENGKAP ALAT DAN BAHAN Gelas kimia 6. Natrii Thiosulfat Batang pengaduk 7. Natrii Dihydrogen Phosphat Corong 8. Dinatrii Hydrogen Phosphat Kertas saring 9. Aqua Pro Injection Vial PENIMBANGAN BAHAN Bahan Satuan Dasar Volume Produksi 10 ml 70 ml Natrii Thiosulfat 100 mg 7000 mg Natrii Dihydrogen Phosphat 0,04 mg 2,8 mg Dinatrii Hydrogen Phosphat 9 mg 630 mg PERHITUNGAN TONISITAS W = - 2,449 % (hipertonis) PROSEDUR Didihkan a.p.i dalam gelas kimia selama 10 menit Buat pengenceran NaH2PO4 Larutkan Na2HPO4 dalam larutan M1 (M2) Larutkan Natrii Thiosulfat dalam sebagian a.p.i (M3) Masukkan larutan M2 kedalam larutan M3, aduk sampai homogen Larutan ditambahkan a.p.i ad 70 ml Larutan disaring dan filtrat pertama dibuang Larutan kemudian diisikan ke dalam 6 vial @10,5 ml Sterilisasi dalam otoklaf 115-116o C selama 30 menit. EVALUASI Jenis Evaluasi Penilaian Penampilan fisik wadah Baik Jumlah sediaan 6 vial Kejernihan sediaan Jernih Keseragaman volume Seragam Brosur Tersedia Kemasan Tersedia Etiket Tersedia PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini yaitu pembuatan sediaan larutan injeksi natrium thiosulfat, natrii dihydrogen phospat, natrii hydrogen phospat. Dalam pembuatan sediaan ini, dibuat dengan metode pembuatan injeksi yang pelarutnya adalah air. natrium thiosulfat merupakan garam yang dapat diberikan secara empiris pada orang yang keracunan sianida, zat ini pun stabil dalam larutan pembawa air. Pada penambahan aqua pro injeksi, contoh thiosulfat yang beredar di pasaran berdasarkan sediaan injeksi menurut formularium nasional sediaan steril tiap thiosulfat mengandung dosis 100 mg dengan penambahan zat tambahan yang cocok secukupnya lalu di add dengan aqua pro injeksi 1 ml. Masa penyimpanan dalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda, terlindung dari cahaya. Sediaan injeksi ini mempunyai stabilitas pH antara 8-9,5 menurut USP dan biasanya tidak pernah menggunakan bahan pengawet dan anti oksidan, penggunaan stabilatornya kita bisa menggunakan dapar phospat yang dialiri dengan gas N2. Dapar phospat mempunyai selisih pH yang tidak boleh melebihi 3, dikarenakan dapar harus mempunyai rentang tipis yang berupa penyangga agar tidak terjadi lingkungannya terlalu asam, sebab dapar mempunyai sifat yang agak sedikit basa yang sedikit basa yang fungsinya untuk menstabilkan pH thiosulfat yakni 8 – 9,5. Metode sterilisasi yang digunakan untuk membuat injeksi ini pun dibuat dengan metode aseptis. Metode ini didasarkan pada kestabilan bahan pada pemanasan, dimana berdasarkan literatur resmi bahwa natrium thiosulfat tidak tahan pemanasan dan akan terurai, sehingga dengan pertimbangan tersebut dilakukan dengan metode aseptis. Metode aseptis ini bertujuan untuk menjaga kemungkinan terkontaminasinya sediaan dengan mikroorganisme pada saat pembuatan. Dalam pembuatan injeksi ini terlebih dahulu alat-alat yang akan digunakan disterilkan terkecuali bahan karena dalam hal ini tidak tahan pemanasan dan zat aktif bisa dianggap steril. Pada pembuatan injeksi metode sterilisasi metode aseptis kemungkinan sediaan terkontaminasi dengan mikroorganisme harus diperkecil untuk menjaga agar sediaan yang dihasilkan nantinya tetap dalam keadaan steril. Injeksi yang dibuat harus isotonis dengan cairan tubuh ataupun hipertonis dalam keadaan tertentu. Perlunya sediaan injeksi ini dibuat isotonis ataupun hipertonis agar pada saat penyuntikan tidak meninmbulkan rasa sakit. Untuk membuat injeksi yang isotonis dapat menggunakan NaCl dalam jumlah tertentu sesuai perhitungan tonisitas sediaan. Evaluasi sediaan setelah sediaan injeksi ini dibuat meliputi evaluasi penampilan sediaan injeksi yang dihasilkan yaitu larutan bening, hal ini dikarenakan natrium thiosulfat ini tidak terjadi reaksi dan stabil pada saat penyimpanan dan pembuatan. Kemudian untuk evaluasi kebocoran pada vial dilakukan dengan membalikannya, jika ada yang menetes maka vial tersebut bocor. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA