PENGEMBANGAN NILAI UNTUK PENDIDIKAN MANUSIA SEUTUHNYA
Makalah ini Disusun Guna Memenuhi
Tugas Mata Kuliah “Filsafat Pendidikan”
Dosen pengampu,
Afiful Ikhwan, M.Pd.I
Kelompok 6
Oleh:
Imam Kambali
2013471886
Dzafid Humaidy
2013471922
Jurusan Pendidikan Agama Islam IV B
Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah
TULUNGAGUNG
MARET 2015
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama Islam.
Kemudian dari pada itu, saya sadar bahwa dalam menyusun makalah ini banyak yang membantu terhadap usaha saya, mengingat hal itu dengan segala hormat saya sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
Bapak Nurul Amin, M.Ag, selaku Ketua STAI Muhammadiyah Tulugagung.
Bapak Afiful Ikhwan, M.Pd.I, selaku dosen pembimbing Filsafat Pendidikan.
Rekan-rekan Mahasiswa-Mahasiswi yang telah membantu terselesainya tugas makalah ini..
Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut saya hanya dapat berdo' a dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi amal soleh di mata Allah SWT. Amin.
Dan dalam penyusunan makalah ini saya sadar bahwa masih banyak kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu saya mengharapkan kritikan positif, sehingga bisa diperbaiki seperlunya.
Akhirnya saya tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir amalan saya dan bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi seluruh pembaca. Amin Yaa Robbal 'Alamin.
Tulungagung, Maret 2015
(PENYUSUN)
DAFTAR ISI
Halaman judul i
Kata pengantar ii
Daftar isi ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Nilai 3
B. Definisi Manusia 4
C. Hakikat Manusia 4
D. Wujud Sifat Hakikat Manusia 5
E. Dimensi Hakikat Manusia 7
F. Pengembangan Nilai untuk Pendidikan Manusia 11
G. Tujuan Pendidikan Manusia Seutuhnya 15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 17
B. Saran 18
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan sangatlah penting untuk kelangsungan hidup dan kemajuan zaman. Lebih dari itu pendidikan ditujukan untuk menciptakan manuia yang utuh baik segi jasmani dan rohani. Pendidikan tidak hanya ditujukan untuk perindividu tetapi juga untuk kepentingan manusia sebagai makhluk sosial sehingga dalam pengajarannya tidak boleh terlepas dari nilai-nilai yang akan ditanamkan. Nilai-nilai yang diharapkan bisa mengubah manusia menjadi lebih sempurna dan utuh baik jasmani dan rohani ataupun sebagai makhluk sosial.
Pendidikan sangat memerlukan penanganan secara terarah dan terpadu di semua pihak guna membangun manusia seutuhnya serta mencapai tujuan Pendidikan Nasional Indonesia. Pendidikan harus selalu diupayakan untuk meningkatkan kemampuan setiap individu. Peningkatan mutu pendidikan adalah salah satu upaya dalam rangka pembangunan nasional. Hal ini perlu dipandang karena pembangunan dibidang pendidikan merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu bangsa. Untuk itu mutu pendidikan sangat perlu diperhatikan.
Bagaimanakah pendidikan manusia seutuhnya itu?
Pertanyaan ini sangat lazim dilontarkan oleh para mahasiswa, juga para audiens yang berada didalam ruangan, atau didalam suatu seminar, yang ditujukan kepada para dosen ataupun kepada para narasumber, mungkin juga pertanyaan ini sudah dilontarkan kepada kita semua, yang mana para penanya mungkin sudah kita mampu untuk menjawab pertanyaan ini.
Secara rasional-filosofis tentang pendidikan yang sudah berkembang semenjak beberapa abad yang lalu, maka sistem pendidikan untuk membentuk manusia yang seutuhnya perlu ditanamkan nilai-nilai yang baik dari segi vertical maupun horizontal, baik jasmani dan rohani, dan manusia sebagai makhluk sosial.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi nilai?
2. Apa definisi manusia?
3. Bagaimana mengembangkan nilai untuk pendidikan manusia?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Nilai
Nilai memiliki banyak penafsiran oleh para ahli, sebagaimana yang disampaikan oleh para ahli diantara lainya:
Kimball Young
Mengemukakan nilai adalah asumsi yang abstrak dan seiring tidak disadari tentang apa yang dianggap penting dalam masyarakat.
A. W. GReen
Nilai adalah kesadaran yang secara relatif berlangsung disertai emosi terhadap objek.
Woods
Mengemukakan bahwa nilai merupakan petunjuk umum yang telah berlangsung lama serta mengarahkan tingkah laku dan keputusan dalam kehidupaan she ari-har
M. Z. Lawang
Menyatakan nilai adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan, yang pantas, berharga, dan dapat memengaruhi perilaku sosial dari orang yang bernilai tersebut.
Hendropuspito
Menyatakan nilai adalah segala sesuatu yang dihargai masyarakat karena mempunyai daya guna fungsional bagi perkembangan kehidupan manusia.
Karel J. Veeger
Menyatakan sosiologi memandang nilai-nilai sebagai pengertian-pengertian (sesuatu didalam kepala orang) tentang baik tidaknyaperbuatan-perbuatan. Dengan kata lain, nilai adalah hasil penilaian atau pertimbangan moral.
Definisi Manusia
Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia yang tahu"), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapiotak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalammitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologikebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembanganteknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok, dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.
Hakikat Manusia
Manusia adalah ciptaan Allah yang berasal dari sgumpal darah sebagaimana dijelaskan dalam Alqur-an surat Al-‘Alaq ayat 2
خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ ۞
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.(Q.S. Al-‘alaq : 2)
Kementrian agama RI,At-Thayyib, 2012, Alqur-an Transliterasi Per Kata dan Terjemah Per Kata( Jakarat, Cipta Bagus Segara)
Manusia adalah perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan.
Dalam teori pendidikan lama perkembangan manusia dipengaruhi oleh pembawaan (nativisme) dan juga lingkungan (empiris). Selain itu ada teori bahwa manusia pada perkembangannya ditentukan oleh pembawaan dan lingkungannya (konvergensi).
Muzzaki.Akh, Kholilah, Ilmu Pendidikan Islam, (Surabaya: Kopertais IV Press, 2013) hal. 31
Sesuai sabda Rosulullah saw. Yang artinya: “Tiap orang dilahirkan membawa fitrah; ayah dan ibunyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi. (HR. Bukhari dan Muslim).
HR. Bukhari dan Muslim
Sesuai hadits diatas manusia sangat dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan, tidak hanya keluaraga lebih luas dari itu pergaulan juga sangat menentukan perkembangan manusia.
Pengertian manusia seutuhnya
Manusia seutuhnya bisa diartikan dengan manusia yang sempurna. Bila kita mengartikan manusia yang sempurna atau insan kamil tentu tidak lepas dari ciri yang dimiliki. Insan kamil atau manusia yang sempurna adalah manusia yang mimiliki:
-. Jasmani yang sehat, kuat dan berketerampilan
-. Kecerdasan akal berpikir
-. Kekuatan iman atau rohani yang tinggi
Wujud Sifat Hakikat Manusia
file:///F:/nur%20laila%20%20pendidikan%20manusia%20seutuhnya.htm diunggah pada kamis, 26 Maret 2008
Kemampuan menyadari diri.
Menurut kaum rasionalis kunci perbedaan manusia dengan hewan pada adanya kemampuan adanya menyadari diri yang dimiliki oleh manusia. Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia, maka manusia menyadari bahwa dirinya (akunya) memiliki ciri khas atau karakteristik diri.
Drijarkara (Drijarkara,:138) menyebut kemaqmpuan tersebut dengan istilah “meng-Aku”, yaitu kemampun mengeksplorasi potensi-pontensi diri yang ada pada diri, dan memehami potensi-potensi tersebut sebagai kekuatan yang dapat dikembangkan sehingga aku dapat berkembang kearah kesempurnaan diri.
Kemampuan-Bereksistensi
Yaitu kemampuan menempatkan diri, menerobos, dan mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya. Karena inilah manusia mempunyai kebebasan yaitu manusia bukan “ber-ada” melainkan “meng-ada”
Kata-Hati-(Consecience-Of-Man)
Sering disebut hati nurani, pelita hati menunjukan bahwa hati itu adalah kemampuan pada diri manusia yang memberi penerangan tentang baik buruknya perbuatan sebagai manusia.
Moral
Moral juga disebut sebagai etika adalah perbuatan sendiri. Moral yang singkron dengan kata hati yang tajam yaitu benar-benar baik manusia sebagai manusia merupakan moral yang baik atau moral yang tinggi (luhur)
Tanggung-jawab
Yaitu keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Dengan demikian tanggung jawab dapat diartikan sebagai keberanian untuk menentukan bahwa suatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia.
Rasa-Kebebasan
Merdeka adalah rasa bebas (tidak terikat oleh sesuatu) yang sesuai dengan kodrat manusia. Kemerdekaan berkait erat dengan kata hati dan moral. Yaitu kata hati yang sesuai dengan kodrat manusia dan moral yang sesuai dengan kodrat manusia.
Kewajiban-dan-Hak
Kewajiban merupakan sesuatu yang harus dipenuhi oleh manusia. Sedangkan hak adalah merupakan sesuatu yang patut dituntut setelah memenuhi kewajiban.
Kemampuan-Menghayati-Kebahagiaan
Kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan
manusia. Kebahagiaan tidak cukup digambarkan hanya sebagai himpunan saja, tetapi merupakan integrasi dari segenap kesenangan, kepuasan dan sejenisnya dengan pengalaman-pahit-dan-penderitaan.
Manusia adalah mahluk yang serba terhubung, dengan masyarakat, lingkungan, diri sendiri dan Tuhan. Dalam krisis total manusia mengalami krisis hubungan dengan masyarakat dengan lingkungannya, dengan diri sendiri dan dengan Tuhan.
Kebahagiaan hanya dapat dicapai apabila manusia meningkatkan kualitas hubungannya sebagai mahluk yang memiliki kondisi serba terhubung dan dengan memahami kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Kebahagian adalah bahwa kebahagiaan itu rupanya tidak terletak pada keadaan diri secara factual tetapi terletak pada kesanggupan menghayati semua itu dengan keheningan jiwa, dan mendudukan hal-hal tersebut didalam rangkaian tiga hal yaitu : usaha, norma-norma, dan takdir. Manusia yang menghayati kebahagiaan adalah pribadi manusia dengan segenap keadaan dan kemampuannya.
Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia serta Potensi, Keunikan, dan Dinamikanya
Dimensi Keindividualan
Lysen mengartikan individu sebagai “ orang seorang ”, sesuatu yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (indevide). (Lysen, individu dan masyarakat:4)
Manusia sebagai makhluk individu mempunyai jiwa dan raga yang dalam perkembangannya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kedua unsur itu merupakan monodualis, yang selalu berkembang kearah yang lebih baik dan lebih sempurna.
Dalam memberikan pendidikan kepada individu hendaklah
para pendidik memperhatikan perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain, atau menjadi dirinya sendiri. Seorang pakar pendidikan tersohor ditanah belanda, M.J. Langeveld bahwa setiap orang memiliki individualitas. (M.J. Langeveld,1955:54)
Pada abad ke-18 dan 19 aliran Rasionalisme masuk ke sekolah. Aliran ini berpendapat “hendaklah para peserta didik disuruh menghafal sebanyak-banyaknya”. Dengan kata lain, pengetahuan memberikan kepuasan dan kebehagian hidup, dengan semboyan knowledge is power. Pendidikan yang diberikan kepada peserta didik hendaklah seimbang antara aspek Kognitif, aspek afektif, aspek psikomotorik. Pola pendidikan yang bersifat demokratis dipandang cocok untuk mendorong bertumbuh dan berkembangnya potensi individualitas sebagaimana dimaksud. Pola pendidikan yang bersifat otoriter serta patologis yang akan menghambat pendidikan. Tugas pendidik hanya menunjukkan jalan dan mendorong subyek didik bagaimana cara memperoleh sesuatu dalam mengembangkan diri dengan berpedoman pada prinsip “ ing ngarso sungtulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani”. Tujuan utama pendidikan adalah membantu peserta didik membentuk kepribadiannya, atau menemukan kediriannya sendiri.
Dimensi-Kesosialan
Menurut M.J. Langeveld (1955) sifat hakikat manusia adalah makhluk social, individualitas, dan moralitas. Sifat sosialitas menjadi dasar dan tujuan dari kehidupan manusia yang sewajarnya atau menjadi dasar dan tujuan setiap anak dan kelompoknya.
Setiap anak pasti terlibat dalam kehidupan social pada setiap waktu, yang dimaksud dengan interaksi social adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia dimana tingkah
laku individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki-tingkah-laku-yang-lain.
Sebagai makhluk social, mereka saling membutuhkan, saling membantu, dan saling melengkapi. Manusia akan selalu berinteraksi dengan manusia lain untuk mencapai tujuan hidupnya, dan interaksi tersebut merupakan wadah untuk pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya. Dalam hal ini, tugas pendidikan ialah mengembangkan semua potensi social sehingga manusia sebagai makhluk social mampu berperan, dan mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat. Diharapakan melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan secara seimbang aspek-individual-dan-aspek-sosialnya.
Ahli pendidikan membagi kebutuhan manusia sebagai berikiut:
Maslow mengelompokkan kebutuhan bergantung pada pemuasannya dan mempunyai tingkatan makna yang tidak sama, dan memiliki hierarki tertentu. Hirarki-kebutuhan-menurut-Maslow:
a.-Kebutuhan-estetis
b.-Kebutuhan-untuk-mengetahui-dan-mengerti
c.-Kebutuhan-untuk-aktualisasi-diri
d.-Kebutuhan-memperolah-penghargaan-orang-lain
e.-Kebutuhan-mendapatkan-kasih-sayang-dan-memiliki
f.-Kebutuhan-rasa-aman
g. Kebutuhan fisiologis
Dimensi-Kesusilaan
Pengertian susila dapat diartikan sebagai kepantasan yang lebih tinggi. Dalam masyarakat yang menyangkut kemasyarakatan yang menyangkut kesusilaan terkait dengan etika dan etiket. Jika etika dilanggar ada orang lain yang dirugikan. Sedangkan etiket bila dilanggar maka hanya menimbulkan orang lain tidak senang.
Masalah kesusilaan maka akan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Nilai-nilai merupakan sesuatu yang dijungjung tinggi oleh
manusia karena mengandung makna kebaikan, keluhuran, kemulyaan dan sebagainya. Pada hakekatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan nilai-nilai susila dan melaksanakannya. Sehingga dengan demikian dapat dikatakan manusia bila memiliki nilai-nilai, menghayati dan melaksanakan nilai-nilai tersebut.
Dimensi-Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religious. Pandangan Martin Buber “ bahwa manusia adalah makhluk Tuhan dan sekaligus mengandung kemungkinan baik dan jahat” adalah sesuai dengan pandangan manusia sebagai makhluk Tuhan”.
Menurut agama Islam pendidikanlah yang menentukan sesorang akan menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Dalam agama islam dikemukakan “Tiap anak dilahirkan bersih, suci, orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi”. Agama merupakan sandaran vertical bagi manusia. Manusia dapat memahami agama melalui proses pendidikan agama. Ph. Kohnstamm berpendapat bahwa pendidikan agama seyogyanya menjadi tugas orang tua.
Pemerintah dengan berlandaskan pada GBHN memasukan pendidikan agama kedalam kurikulum di sekolah, mulai dari SD s/d PT. disini perlu ditekankan bahwa meskipun pengkajian agama melalui pelajaran agama ditingkatkan, namun tetap harus disadari bahwa tekanannya adalah pendidikan agama dan bukan semata-mata pelajaran agama yang hanya memberikan pengetahuan agama. Jadi segi-segi afektif harus diutamakan.
Pengembangan Nilai untuk pendidikan manusia seutuhnya
Pendidikan Manusia Seutuhnya
file:///F:/nur%20laila%20%20pendidikan%20manusia%20seutuhnya.htm diunggah pada sabtu, 13 April 2009
يَأَ يُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا أَسْتَجِيْبُوْاللَّهُ وَلرَّسُوْلُ إِذَادَعَاكُمُ لِمَايُحْيِيْكُمْ وَاعْلَمُوْاأَنَّ الَّلهَ يَحُوْلُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُخْشَرُوْنَ.
Hai orang- orang yang beriman , penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul, apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepadanyalah kamu-akan-dikumpulkan.-(Q.S-al-Anfal-24)
Kementrian agama RI,At-Thayyib, 2012, Alqur-an Transliterasi Per Kata dan Terjemah Per Kata(Jakarat, Cipta Bagus Segara) hal. 179
Bagaimanakah Pendidikan manusia itu seutuhnya? Pertanyaan ini sangat lazim dilontarkan oleh para mahasiswa, juga para audiens yang ketika berada didalam ruangan, atau didalam suatu seminar, yang ditujukan kepada para dosen ataupun kepada para nara sumber, mungkin juga pertanyaan ini sudah dilontarkan kepada kita semua, yang mana para penanya mungkin sudah-kita-mampu-untuk-menjawab-pertanyaan-ini.
Secara rasional–filosofis tentang pendidikan yang sudah berkembang semenjak beberapa abad yang lalu, maka sistem pendidikan untuk membentuk manusia yang seutuhnya harus diarahkan kepada dua dimensi, yakni:
1. Dimensi dialektikal horisontal , dan
2. Dimensi ketundukan vertikal.
Pada dimensi pertama pendidikan hendaknya dapat mengembangkan pemahaman tentang kehidupan yang konkret, yakni kehidupan manusia dalam hubunganya dengan alam ataupun lingkungan sosialnya. Dalam dimensi inilah manusia dituntut untuk mampu mengatasi berbagai tantangan dan kendala dunia konkretnya , melalui pengembangan teknologi dan sains.
Sedangkan dalam dimensi kedua, yakni ketundukan vertikal, pendidikan sains dan teknologi, selain menjadi alat untuk memanfaatkan, dan melestarikan sumber daya alam juga menjadi jembatan untuk memahami fenomena dan misteri kehidupan dalam mencapai hubungan yang hakiki juga abadi dengan sang khalik . Berarti bagaimanapun pesatnya perkembangan sains dan teknologi ia harus disertai dengan pendidikan hati.
Singkatnya, manusia seutuhnya adalah yang menjadi rahmatan lilàlamin. Yang mempunyai kemampuan cipta, rasa, kan karsa, atau manusia yang kognitif, efektif, dan konatif-psikomotorik pada zamanya. Itulah blue print manusia masa depan yang memiliki zikir, fikir dan amal saleh. Di samping itu ada beberapa causa pertanyaan yang harus mampu kita menjawabnya, yang mana dengan causa inilah nantinya kita akan mentransfer ke dalam proses pendidikan manusia dalam konteks ruang serta waktu. Causa pertanyaan itu adalah ¨ 1. Causa eficiens (bagaimana), 2.Causa formalis (menurut rencana apa), 3. Causa materialis (dengan apa), dan Causa finalis (untuk apa kita di didik).
Manusia sepenuhnya sebagai satu konsepsi modern perlu kita analisis menurut pendangan sosio-budaya Indonesia .Berdasarkan pikiran demikian dapat diuraikan konsepsi manusia seutuhnya ini secara mendasar yakni mencakup pengertian sebagai berikut:
Keutuhan potensi subyek manusia sebagai subyek yang berkembang. Kepribadian manusia lahir batin ialah satu kebutuhan
yang utuh antara potensi-potensi hereditas (kabawaan) dengan factor-faktor lingkungan (pendidikan, tata nilai dan antar hubungan).
Potensi-manusia-secara-universal-mencakup-tujuan-potensi:
1. potensi jasmaniah, pisik badan dan panca indra yang sehat (normal)
2.-potensi-piker-(akal,-rasio,-intelegensi,-intelek)
3.-potensi-rasa (perasaan, emosi) baik perasaan etis moral maupun perasaan estetis.
4.-potensi-karsa-(kehendak,-keinginan,-termasuk-prakarsa).
5.-potensi-cipta-(daya-cipta,-kreaktifitas,-khayal-dan-imajenasi).
6.-potensi-karya-(kemauan menghasilkan, kerja, amal, sebagai tindak lanjut 1-5)
7.-potensi-budi-nurani-(kesadaran budi, hati-nurani, yang bersifat superrasional)
Ketujuh potensi ini merupakan potensi dan watak bawaan yang potensial; artinya dalam proses berkembang dan tidak.Perkembangan atau aktualitas itu akan menetukan kualitas pribadi seseorang.
2. Keutuhan wawasan (orientasi) manusia sebagai subyek yang sadar nilai yang menghayati dan yakin-akan-cita-cita-dan-tujuan-hidupnya.
Manusia sebagai subyek nilai ialah pribadi yang menjunjung nilai; artinya menghayati, meyakini dan mengamalkan system nilai tertentu, baik secara social (kemasyarakatan dan kenegaraan),-maupun-secara-pribadi-(individual).
Manusia bersikap, berfikir, bertindak dan bertingkah laku dipengaruhi oleh wawasan atau orientasinya terhadap kehidupan
dan nilai-nilai yang ada didalamnya wawasan yang dimaksud mencakup:
Wawasan dunia dan akhirat. Menusia berkeyakinan bahwa kehidupan didunia akan berakhir dan akan ada kehidupan diakhirat.
Wawasan individualitas dan social, secara keseimbangan.
Wawasan individualitas jasmaniah dan rohaniah; memiliki kesadaran tentang pentingnya kebutuhan jasmaniah dan rohaniah.
Wawasan masa lampau dan masa depan; dengan mengingat masa lampau bias memberikan kesadaran kesedaran cinta bangsa dan kemerdekaan serta memiliki motivasi berjuang demi cita-cita nasional.
Keempat-wawasan-ini-akan-memberikan-aspirasi-dan-motivasi-bagi-sikap-dan-tindakan-seseorang menurut kadar kesedaran wawasannya masing-masing.
Makna Pendidikan Nilai berkaitan dengan masalah baik pertimbangan moral maupun non-moral tentang suatu objek; termasuk etika dan estetika. Tujuan pendidikan nilai adalah untuk membantu siswa mengeksplorasi nilai-nilai yang ada melalui pengujian yang kritis agar mampu meningkatkan kualitas pikiran dan perasaan siswa. Pendidikan nilai paling sedikit meliputi empat dimensi, yaitu identifikasi inti nilai-nilai personal dan sosial; penemuan filosofis dan rasional tentang inti tersebut; respon afektif dan emotif terhadap inti tersebut; pembuatan keputusan berkaitan dengan inti berdasarkan penemuan dan respon.
http://sps.upi.edu/v2/
Tujuan Pendidikan Manusia Seutuhnya
Terwujudnya manusia yang berakhlak mulia, cakap, percaya diri, mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berguna bagi umat, bangsa dan kemanusiaan
Tujuan untuk pendidikan menusia seutuhnya dengan kodrat dan hakekatnya, yakni seluruh aspek pembawaannya seoptimal mungkin.Adapun aspek pembawaan (potensi manusia) meliputi:
Potensi jasmani (fisiologis dan pancaindra)
Potensi rohaniah (psikologis dan budi nurani)
Secara umum, rumusan tujuan dari proses pendidikan meliputi:
Pendidikan sebagai tranmisi kebudayaan
Pendidikan sebagai pengembangan kepribadian
Pendidikan sebagai pengembangan akhlaq mulia serta religious
Pendidikan sebagai pengembangan warga Negara yang bertanggung jawab
Pendidikan sebagai mempersiapkan pekerja-pekerja yang terampil dan produktif
Pendidikan sebagai pengembangan pribadi seutuhnya
Pendidikan sebagai proses pembentukan manusia baru
Tujuan Khusus
http://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Muhammadiyah_Yogyakarta diunggah pada 17 Juni 2006
Menguasai, mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dijiwai oleh nilai kemanusiaan, akhlakul karimah dan etika yang bersumber pada ajaran Islam serta memupuk keIkhlasan, melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar yang relevan dengan kebutuhan pembangunan bangsa;
Melaksanakan program pendidikan Ahli Madya, Sarjana, Pascasarjana dan Profesi yang menghasilkan lulusan yang memenuhi kebutuhan dunia kerja baik nasional maupun internasional
Menghasilkan penelitian dan karya Ilmiah yang menjadi rujukan pada tingkat nasional dan internasional;
Mengembangkan kehidupan masyarakat akademik yang ditopang oleh nilai-nilai Islam yang menjunjung tinggi kebenaran, keadilan, kejujuran, kesungguhan dan tanggap terhadap perubahan;
Menciptakan iklim akademik/academic atmosphere yang dapat menumbuhkan pemikiran-pemikiran terbuka, kritis-konstruktif dan inovatif;
Menyediakan sistem layanan yang memuaskan bagi pemangku kepentingan/ stakeholders;
Menyediakan sumberdaya dan potensi universitas yang dapat diakses oleh perguruan tinggi, lembaga-lembaga pemerintah swasta, industri, dan masyarakat luas untuk mendukung upaya-upaya pengembangan bidang agama Islam, sosial, ekonomi, politik, hukum, teknologi, kesehatan dan budaya di Indonesia;
Mengembangkan jaringan kerjasama dengan berbagai institusi nasional maupun internasional untuk memajukan pendidikan, penelitian, manajemen dan pelayanan;
Menghasilkan lulusan yang memiliki integritas kepribadian dan moralitas yang islami dalam konteks kehidupan individual maupun sosial.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Nilai adalah definisikan dengan segala sesuatu yang dilakukan dengan atau tanpa kesadaran, yang menjadi tolak ukur dalam menghargai suatu perbuatan manusia.
Manusia atau orang dapatdiartikanberbeda-bedadarisegi biologis, rohani, danistilah kebudayaan, atausecaracampuran. Secarabiologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia yang tahu"), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
Tujuan Khusus
Menguasai, mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dijiwai oleh nilai kemanusiaan, akhlakul karimah dan etika yang bersumber pada ajaran Islam serta memupuk keikhlasan, melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar yang relevan dengan kebutuhan pembangunan bangsa.
Melaksanakan program pendidikan Ahli Madya, Sarjana, Pasca sarjana dan Profesi yang menghasilkan lulusan yang memenuhi kebutuhan dunia kerja baik nasional maupun internasional.
Menghasilkan penelitian dan karya ilmiah yang menjadi rujukan pada tingkat nasional dan internasional.
Mengembangkan kehidupan masyarakat akademik yang ditopang oleh nilai-nilai Islam yang menjunjung tinggi kebenaran, keadilan, kejujuran, kesungguhan dan tanggap terhadap perubahan.
Menciptakan iklim akademik/academic atmosphere yang dapat menumbuhkan pemikiran-pemikiran terbuka, kritis-konstruktif dan inovatif.
Menyediakan system layanan yang memuaskan bagi pemangku kepentingan/ stake holders.
Menyediakan sumber daya dan potensi universitas yang dapat diakses oleh perguruan tinggi, lembaga-lembaga pemerintah swasta, industri, dan masyarakat luas untuk mendukung upaya-upaya pengembangan bidang agama Islam, sosial, ekonomi, politik, hukum, teknologi, kesehatan, dan budaya di Indonesia.
Mengembangkan jaringan kerjasama dengan berbagai institusinasional maupun internasional untuk memajukan pendidikan, penelitian, manajemen dan pelayanan.
Menghasilkan lulusan yang memiliki integritas kepribadian dan moralitas yang islami dalam konteks kehidupan individual maupun sosial.
SARAN
Dalam penyelenggarakan suatu lembaga pendidikan harus menentukan tujuan utama yang akan menjadi dasar dan acuan dalam melakukan semua kegiatan terkait dan berhubungan dengan dunia pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian agama RI,At-Thayyib, 2012, Alqur-an Transliterasi Per Kata dan Terjemah Per Kata( Jakarat, Cipta Bagus Segara)
Muzzaki.Akh, Kholilah, 2013, IlmuPendidikan Islam, (Surabaya: Kopertais IV Press)
http://id.wikipedia.org/wiki/Nilai_sosial#Pengertian_Nilai_Menurut_para_Ahli
http://id.wikipedia.org/wiki/Manusia
Laila-Nur-file:///F:/nur%20laila%20%20pendidikan%20manusia%20seutuhnya.htmdiaksespadakamis, 26 Maret 2015, 19.00 wib