Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
DESCRIPTION Tuntutan hak kedaulatan ke atas negeri Sabah oleh Kesultanan Sulu dan warisnya menjadi isu yang hangat pada tahun 2013. Apakah kebenaran dalam tuntutan tersebut? Persoalan ini mendorong saya untuk menyampaikan pendapat tersendiri berhubung kebenaran dalam isu tuntutan ke atas Sabah, khususnya dari perspektif sejarah, yakni bidang ilmu yang saya ceburi. Memang agak banyak fakta yang telah dikemukakan oleh pelbagai sarjana, tetapi saya hanya memilih empatbelas daripadanya untuk menjadi pengetahuan dan panduan dalam memahami sejarah tuntutan oleh Kesultanan Sulu dan kerajaan Filipina ke atas negeri Sabah.
Melayu: Jurnal Antarabangsa Dunia Melayu, 2016
Makalah ini membincangkan isu tuntutan waris Kesultanan Sulu (Filipina) terhadap Sabah menurut perspektif sejarah dan perundangan. Tuntutan tersebut ditimbulkan semula apabila berlakunya peristiwa Lahad Datu yang dicetuskan oleh pasukan Tentera Diraja Sulu yang ingin menuntut semula Sabah (Borneo Utara) pada pertengahan Februari 2013. Persoalan asas yang menjadi pertikaian, adakah Sabah dipajak oleh Kesultanan Sulu kepada Syarikat Berpiagam Borneo Utara British (SBBUB) ataupun diserahkan secara berkekalan. Pertikaian timbul apabila Overbeck pada tahun 1878 menandatangani perjanjian dengan Sultan Sulu untuk menduduki Sabah dengan bayaran tahunan sebanyak 5000 dolar setahun. Berdasarkan elemen keberkesanan yang diambil kira oleh Mahkamah Keadilan Antarabangsa dalam kes tuntutan bertindih Pulau Sipadan-Ligitan yang memberikan kemenangan kepada Malaysia berbanding dengan Indonesia, Sabah merupakan milik Malaysia. Beberapa penyataan daripada protokol, perjanjian, pengisytiharan dan perlembagaan mengesahkan bahawa Sabah dipajak secara berkekalan.
2015
Dalam Skripsi ini, penulis mengangkat kasus mengenai kasus antara Kesultanan Sulu dan Malaysia tentang perebutan obyek sengketa yaitu Sabah. Terjadi aksi saling tembak pada awal Maret 2013 mengakibatkan lima polisi Malaysia dan dua orang yang diidentifikasi sebagai tentara Kesultanan Sulu menjadi korban. Saling tembak tersebut semakin melebar dari tempat awal terjadi yaitu dari Lahad Datu menyebar ke Semporna dan Kunak. Konflik antara Kesultanan Sulu dengan Malaysia tersebut semakin bereskalasi (semakin tegang) dari hari ke hari. KepalaPolisi Malaysia, Inspektur Jenderal Tan Sri Ismail Omar, menyatakan bahwa pasukan Malaysia akan terus menumpas tentara Sulu yang membawa senjata api. Begitu juga sebaliknya pasukan Kesultanan Sulu menyatakan tidak akan mundur sebelum Sabah menjadi kepemilikan mereka kembali. Rumusan masalah yang diangkat adalah : (1) Bagaimana perspektif hukum humaniter internasional terhadap serangan bersenjata Kesultanan Sulu di wilayah Sabah Malaysia?(2)Bagaimana p...
ASEAN merupakan organisasi regional Asia Tenggara yang terbentuk sebagai satu entitas masyarakat di Asia tenggara. Dalam perkembangannya, telah mencapai beberapa kesepakatan ekonomi, sosial, dan budaya. Tetapi proses penyatuan tersebut mengalami kendala, dimana ASEAN sebagai organisasi yang memegang kuat prinsip non- interventions. Sehingga mengurangi kekuatan untuk mengatur dan menjaga keamanan di Asia Tenggara. Isu-isu keamanan mulai muncul di permukaan ketika, Kesultanan Sulu mengintervensi wilayah malaysia. Dan pada akhirnya memicu perang grilya Kesultanan Sulu face-to-face melawan militer Malaysia. Peran ASEAN sebagai organisasi yang memegang erat perdamaian, sangat diharapkan dapat mengambil tindakan melalui jalur diplomasi. karena konflik ini menyangkut aktor negara dan kelompok dari negara lain.
LITIGASI, 2016
This articles reveals that Sabah is legally recognized as a part of Malaysian integrated territory. This fact is not only found due to historical and legal basis on uti posidetis juris principle, but also because the UNO confirmed it by conducting referendum in Sabah and Sarawak 1963. Eventhough arm conflict in Sabah is not categorized as international conflict, the Geneva Convention 1949, Protocol II 1977, and International Human Rights Convention can be applicable to examine the arm conflict in Sabah. The inclusion of combatants, weapon used, victims and causalities, have been contributed in significant to identify the arm conflict. As a result, this arm conflict in Sabah has open an opportunity for the involved parties, not only the Malaysian Government can be brought in International Court of Justice for the violent of Geneva Convention and Human Rights, but also the Sultan Sulu followers could also be brought into national court, for the imigration infringement, and ISA as well...
2013
The intrusion in Lahad Datu and Semporna, Sabah by the Sulu Sultanate royal army in February-March 2013 led to much discussion about the history of the Sultanate of Sulu and its position today from a legal standpoint. This paper, however, looks at the incident from political sociology perspective. The objectives are to discuss firstly, the most effective method of dialogue to avoid the conflict in Sabah to be prolonged. After taking into account the ‘dyad’ system practiced by the people of Taousug, ‘the tertius Gaudens’ is presented as the reasonable framework. It is a formulation that have been suggested by Georg Simmel and connects here with ‘Balance Hypothesis’ as proposed by Fritz Heider. Secondly, this paper discusses the issue of human rights and humanitarian situation that occurred following the intrusion. This paper stated that the incident in Lahad Datu and Semporna does not justify any stigmatization against ethnic Taosug in the society. Key words: Sulu sultanate, stigmatization, dyad system, balance hypotesis, human rights
Laut Cina Selatan merupakan kawasan yang memiliki potensi sumber daya alam dan potensi geografis yang sangat besar. Sumber daya alam yang dimiliki Laut Cina Selatan berupa minyak bumi dan gas alam yang terkandung di dalamnya dengan jumlah yang cukup besar, serta memiliki potensi geografis, karena kawasan tersebut merupakan jalur pelayaran dan komunikasi internasional (jalur lintas laut perdagangan internasional). Kawasan ini juga banyak dilalui oleh Armada Angkatan Laut, baik berupa kapal tangker maupun Armada Angkatan Laut dari negara-negara maju, seperti dari Amerika Serikat, Australia, Jepang, Korea yang melintasi laut itu. Kawasan Laut Cina Selatan bila dilihat dalam tata Lautan Internasional, merupakan kawasan yang memiliki nilai ekonomis, politis, dan strategis. Sehingga menjadikan kawasan ini mengandung potensi konflik serkaligus potensi kerja sama. Dengan kata lain, kawasan Laut Cina Selatan yang memiliki kandungan minyak bumi dan gas alam yang terdapat didalamnya, serta peranannya yang sangat penting sebagai jalur perdagangan dan distribusi minyak dunia, menjadikan kawasan Laut Cina Selatan sebagai objek perdebatan regional selama bertahun-tahun. Hal ini dapat diketahui sejak tahun 1947 hingga saat ini tahun 2013. Dimana terdapat pertikaian atau saling klaim antara negara yang mengaku memiliki dasar kepemilikan berdasarkan batas wilayah laut atau perairan, seperti Republik Rakyat Cina (RRC), Vietnam, Filiphina, Malaysia, Taiwan, dan Brunei Darussalam. Selain saling klaim di antara negara-
Makalah ini berisi Studi kasus di kawasan Kepulauan Spratly
ASEAN sebagai peredam konflik sangat tergantung pada komitmen bersama anggotanya dengan tidak mengingkari kesepakatan secara regional. Sebagaimana kita ketahui bahwa sejak asosiasi regional ini berdiri, praktis tidak pernah terjadi konflik terbuka di antara negara-negara yang bertetangga dengan ASEAN. Berbeda dengan situasi sebelum ASEAN terbentuk, berbagai ketegangan, konflik maupun konfrontasi mewarnai kawasan ini. Dalam hal ini ASEAN mempunyai pengalaman dalam menata hubungan bertetangga baik di antara sesama anggotanya. Akan tetapi, berakhirnya Perang Dingin dan berkurangnya peranan kekuatan militer asing di wilayah ini mempengaruhi hubungan di antara sesama anggota ASEAN. Berkurangnya jaminan keamanan negara-negara besar di kawasan telah mendorong negara-negara ASEAN untuk meningkatkan pertahanannya masing-masing. Apabila negara-negara besar yang terlibat dalam Perang Dingin kini mengurangi pembelanjaan senjata secara besar-besaran, namun situasi yang terjadi di Asia Pasifik, terutama negara-negara dunia ketiga, seperti negara-negara yang tergabung dalam ASEAN, justru sebaliknya. Peran ASEAN sebagai peredam konflik akan menjadi semakin penting ketika para anggota ASEAN saling mengingatkan bahwa komitmen terhadap Treaty of Amity in Southeast Asia (TAC) yang telah dicanangkan bersama beberapa tahun lalu tetap menjadi langkah bagi penyelesaian konflik secara damai. Tujuannya agar mampu memanfaatkan peluang yang muncul dari isu yang berkaitan dengan masalah keamanan dengan mengartikulasikan kepentingan-kepentingan politik di kawasan. Dalam hal ini ASEAN harus tetap menjalankan diplomasi pencegahan (preventive diplomacy) dalam lingkungannya sendiri untuk mencegah konflik yang akan muncul ke permukaan. Selain itu, fungsi ASEAN dalam membangun saling percaya (confidence building measures) yang mempertemukan kepentingan-kepentingan keamanan di kawasan juga perlu ditingkatkan terus agar tercipta perimbangan kepentingan di antara anggotanya. Di samping itu peran ASEAN sebagai peredam konflik sangat tergantung pada iktikad baik dan komitmen bersama anggotanya dengan tidak mengingkari kesepakatan secara regional. Dalam menghadapi masalah klaim di Laut Cina Selatan misalnya, ASEAN harus tampil sebagai "an honest broker" peredam konflik. Keterlibatan beberapa negara ASEAN dalam sengketa Laut Cina Selatan, menjadi semakin penting dilakukannya perundingan damai secara terus-menerus. Terutama ketika harus berhadapan dengan Cina yang mengklaim seluruh wilayah di Laut Cina Selatan. Secara demikian, usaha kerja sama akan menciptakan hubungan baik dan mengurangi rasa curiga di antara negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Usaha-usaha kerja sama untuk menyelesaikan sengketa akan dapat menurunkan tingkat potensi konflik menuju identifikasi dan usaha pemanfaatan peluang-peluang kerja sama dalam menciptakan keamanan, stabilitas dan perdamaian di kawasan. Selain itu, mekanisme upaya lokakarya tentang Laut Cina Selatan yang selama ini berlangsung dapat menjadi sarana untuk meningkatkan saling percaya dan proses untuk meluaskan common ground beberapa isu politik dan keamanan di Laut Cina Selatan. Sehingga pada akhirnya ikut memperkuat peran ASEAN sebagai peredam konflik pada masa mendatang.
Sabah ialah satu daripada 13 negeri yang terdapat di Malaysia dan merupakan negeri kedua terbesar di Malaysia selepas Sarawakyang terletak di utara pulau Borneo, iaitu pulau ketiga yang terbesar di dunia. Ibu negeri Sabah ialah Kota Kinabalu, yang dahulunya dikenali sebagai Jesselton. Sabah juga sering dirujuk sebagai "Negeri di Bawah Bayu" kerana kedudukan negeri tersebut yang sangat strategik di bawah laluan angin monsun. Etimologi[sunting | sunting sumber] Asal-usul nama "Sabah" dikatakan kurang jelas, dan terdapat banyak teori yang telah timbul. Salah satu contoh teori ialah ketika Sabah masih di bawah pemerintahan Kesultanan Brunei, ia dirujuk sebagai Saba kerana kehadiran pisang saba, nama sejenis pisang yang dinamakan ' pisang Saba' oleh masyarakat Bajau kerana pisang tersebut banyak sekali ditanam di sekitar pantai barat Sabah. Pisang ini juga dikenali sebagai 'pisang menurun' oleh masyarakat tempatan di kawasan berkenaan yang mana terdapat perbezaan antara 'pisang Saba' dan pisang lain yang terdapat di sekitar Kepulauan Borneo. Disebabkan juga lokasi Sabah yang berhubung dengan Brunei, telah dikatakan bahawa Sabahialah perkataan Melayu Brunei yang bermaksud hulu [6] atau sebelah utara sungai. [7] Satu lagi teori mengatakan bahawa ia datang daripada Sabak, perkataan Melayu yang ertinya tempat di mana gula kabung diekstrak. Sabah juga merupakan perkataan Arab yang bermaksud matahari terbit. Kehadiran pelbagai teori ini menjadikan ia sukar untuk menentukan asal sebenar nama negeri ini. [8]
Revista Perfiles Educativos, 2024
tema 4 diplomado en robotica, 2023
Journal of Progressive Research, 2023
Daimon. Revista Internacional de Filosofía, 2024
Las cuatro partes del mundo. Passeurs, mediadores culturales y agentes de la primera globalizacion en el Mundo Ibérico, siglos XVI-XIX., 2005
Przegląd Kulturoznawczy
Graduate Faculty Philosophy Journal, 30:1, 2009
Interfaces Científicas - Direito, 2016
Korean Journal of Construction Engineering and Management, 2010
Psychiatry Research-neuroimaging, 2018
2018
Atlantis highlights in engineering, 2023
The 5th International …, 2005
Vector-Borne and Zoonotic Diseases, 2010
Journal of Physics G: Nuclear and Particle Physics, 2008
Proceeding of the 17th international conference on World Wide Web - WWW '08, 2008