Academia.eduAcademia.edu

Dampak Penggunaan Kecerdasan Buatan bagi Pengguna YouTube

2024, Dampak Penggunaan Kecerdasan Buatan bagi Pengguna YouTube

Kecerdasan buatan (AI) kini menjadi elemen penting dalam berbagai platform digital, termasuk YouTube, terutama melalui sistem rekomendasi konten yang dirancang untuk mempersonalisasi pengalaman pengguna. Namun, penerapan teknologi ini juga menghadirkan tantangan, seperti adanya bias dalam algoritma, kurangnya transparansi, serta isu privasi data yang dapat memengaruhi tingkat kepercayaan pengguna. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak penggunaan AI pada platform YouTube dengan mengacu pada enam aspek utama dalam Trustworthy AI: keadilan (fairness), keterjelasan (explainability), ketahanan (robustness), transparansi (transparency), privasi data (data privacy), dan kepercayaan terhadap AI (trust in AI). Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar responden menilai sistem AI di YouTube cukup adil dan memiliki tingkat ketahanan yang baik. Namun, terdapat kekurangan dalam aspek transparansi sistem serta perlindungan privasi data yang masih menjadi perhatian utama. Kekhawatiran mengenai privasi data dan kurangnya pemahaman pengguna terhadap mekanisme kerja algoritma menyoroti kebutuhan akan informasi yang lebih jelas serta edukasi yang lebih baik terkait teknologi AI. Penelitian ini memberikan kontribusi dalam menjelaskan implementasi AI di YouTube berdasarkan kerangka Ethics Guidelines for Trustworthy AI (European Commission, 2019). Temuan ini menggarisbawahi pentingnya pengembangan algoritma yang lebih adil, transparan, dan mengutamakan perlindungan privasi pengguna untuk meningkatkan kepercayaan terhadap AI. Penelitian lanjutan diharapkan dapat mencakup jumlah responden yang lebih besar dan mengeksplorasi lebih dalam dampak AI terhadap perilaku pengguna, khususnya pada kreator konten kecil dan audiens dengan preferensi yang lebih spesifik.

Dampak Penggunaan Kecerdasan Buatan bagi Pengguna YouTube Moch. Rizky Ramadhan Program Studi Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Sebelas April [email protected] ABSTRAK-Kecerdasan buatan (AI) kini menjadi elemen penting dalam berbagai platform digital, termasuk YouTube, terutama melalui sistem rekomendasi konten yang dirancang untuk mempersonalisasi pengalaman pengguna. Namun, penerapan teknologi ini juga menghadirkan tantangan, seperti adanya bias dalam algoritma, kurangnya transparansi, serta isu privasi data yang dapat memengaruhi tingkat kepercayaan pengguna. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak penggunaan AI pada platform YouTube dengan mengacu pada enam aspek utama dalam Trustworthy AI: keadilan (fairness), keterjelasan (explainability), ketahanan (robustness), transparansi (transparency), privasi data (data privacy), dan kepercayaan terhadap AI (trust in AI). Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar responden menilai sistem AI di YouTube cukup adil dan memiliki tingkat ketahanan yang baik. Namun, terdapat kekurangan dalam aspek transparansi sistem serta perlindungan privasi data yang masih menjadi perhatian utama. Kekhawatiran mengenai privasi data dan kurangnya pemahaman pengguna terhadap mekanisme kerja algoritma menyoroti kebutuhan akan informasi yang lebih jelas serta edukasi yang lebih baik terkait teknologi AI. Penelitian ini memberikan kontribusi dalam menjelaskan implementasi AI di YouTube berdasarkan kerangka Ethics Guidelines for Trustworthy AI (European Commission, 2019). Temuan ini menggarisbawahi pentingnya pengembangan algoritma yang lebih adil, transparan, dan mengutamakan perlindungan privasi pengguna untuk meningkatkan kepercayaan terhadap AI. Penelitian lanjutan diharapkan dapat mencakup jumlah responden yang lebih besar dan mengeksplorasi lebih dalam dampak AI terhadap perilaku pengguna, khususnya pada kreator konten kecil dan audiens dengan preferensi yang lebih spesifik. KATA KUNCI-Kecerdasan Buatan, YouTube, Transparency, Data Privacy, Trust in AI Trustworthy AI, Fairness, Explainability, Robustness, PENDAHULUAN Artificial Intelligence (AI) adalah bidang multidisiplin yang bertujuan untuk mengotomatisasi aktivitas yang saat ini membutuhkan kecerdasan manusia[1]. Kecerdasan buatan (AI) telah memainkan peran penting dalam meningkatkan pengalaman pengguna di berbagai platform digital, termasuk YouTube. Teknologi ini digunakan untuk memberikan rekomendasi konten, mengelola hak cipta, hingga mendeteksi pelanggaran pedoman komunitas. Dengan miliaran pengguna aktif, AI membantu menyaring dan menyajikan konten yang lebih relevan, sehingga menciptakan pengalaman yang efisien dan terpersonalisasi[2]. Namun, meskipun AI membawa banyak manfaat, penerapannya juga menimbulkan berbagai tantangan, seperti kekhawatiran terkait keadilan algoritma, transparansi, dan perlindungan data pribadi pengguna[3]. Terlepas dari manfaat yang ditawarkan AI, sejumlah permasalahan tetap muncul. Pertama, algoritma yang kurang transparan sering kali memicu rasa ketidakpercayaan di kalangan pengguna. Kedua, distribusi rekomendasi yang dianggap tidak adil menjadi masalah bagi kreator kecil yang merasa kurang diuntungkan oleh sistem. Ketiga, privasi data pengguna menjadi perhatian serius, mengingat banyaknya informasi pribadi yang dikumpulkan untuk memaksimalkan performa sistem. Tantangan-tantangan ini menunjukkan adanya celah antara kecanggihan teknologi AI yang diterapkan dan persepsi pengguna terhadap aspek kepercayaan, keadilan, dan keamanan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan model Trust in AI yang diusulkan oleh European Commission (2019). Model ini menawarkan pendekatan komprehensif dengan menitikberatkan pada enam elemen utama, yaitu keadilan (fairness), keterjelasan (explainability), ketahanan (robustness), transparansi (transparency), privasi data (data privacy), dan kepercayaan terhadap AI (trust in AI)[4]. Dengan mengintegrasikan dimensi-dimensi ini, penelitian ini mengevaluasi dan menganalisis dampak AI terhadap pengalaman pengguna YouTube. Metode kuantitatif berbasis survei digunakan untuk mengukur persepsi pengguna mengenai implementasi AI di platform tersebut, sekaligus mengidentifikasi tantangan dan peluang perbaikan di masa depan.. Tujuan utama penelitian ini adalah mengidentifikasi dan mengatasi kesenjangan yang ada dalam penerapan AI di YouTube, terutama dalam membangun kepercayaan pengguna terhadap sistem yang digunakan. Dengan mengintegrasikan elemen-elemen dalam model Trust in AI, penelitian ini menawarkan pendekatan baru yang tidak hanya mengevaluasi dampak AI dari sudut teknis, tetapi juga mempertimbangkan dimensi sosial dan etika[5]. Hasil penelitian diharapkan menjadi panduan untuk mengembangkan AI yang lebih adil, transparan, dan melindungi privasi data, sekaligus memberikan pengalaman yang lebih baik bagi para pengguna YouTube. KAJIAN PUSTAKA Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence atau AI) adalah cabang ilmu komputer yang bertujuan menciptakan sistem yang mampu melakukan tugas yang biasanya membutuhkan kecerdasan manusia, seperti pemrosesan bahasa alami, pengenalan pola, pengambilan keputusan, dan pembelajaran[6]. AI dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan pendekatannya. Pertama, narrow AI atau AI sempit, yang dirancang untuk menjalankan tugas spesifik seperti algoritma rekomendasi di YouTube. Kedua, general AI atau AI umum, yang memiliki kemampuan berpikir dan belajar seperti manusia (masih dalam tahap penelitian). Ketiga, superintelligent AI, yang mengacu pada AI dengan kecerdasan yang melampaui kemampuan manusia (bersifat hipotetis)[7]. Dalam konteks YouTube, narrow AI digunakan untuk mengelola data pengguna, menganalisis pola perilaku, dan memberikan rekomendasi konten. Teknologi yang semakin berkembang hingga kini, setiap apa yang jauh jika tersambung dengan internet akan dirasa lebih dekat. Internet sangat dikenal sebagai tempat berkumpulnya banyak orang, tidak ada masalah pembatas sekalipun dengan kondisi geografis apapun[8]. YouTube adalah media sosial streaming video online atau situs web untuk mengunduh dan menonton video[9]. Pada smartphone, Youtube menjadi media sosial dengan basis video yang kerap kali dimanfaatkan, bisa itu musik, klik terbaru, berita, animasi atau video komedian dan banyak lagi yang ada dalam Youtube[10]. Youtube memberikan kemudahan bagi orang orang yang perlu akan informasi secara audio visual, bahkan setiap pengguna Youtube bisa membagikan videonya ke setiap penjuru dunia melalui video yang diunggah ke Youtube.[11] AI memberikan berbagai dampak signifikan terhadap pengguna YouTube. Di satu sisi, algoritma berbasis AI meningkatkan personalisasi dan efisiensi dengan memberikan rekomendasi konten yang relevan, sehingga pengguna merasa pengalaman mereka lebih menarik dan intuitif. Namun, di sisi lain, AI juga membawa risiko, seperti bias algoritma yang menyebabkan ketidakadilan dalam distribusi konten, penyebaran informasi palsu akibat preferensi terhadap konten sensasional, serta ancaman terhadap privasi data pengguna[12]. Pengguna sering kali merasa skeptis karena kurangnya transparansi dalam cara kerja AI, sehingga menimbulkan tantangan dalam membangun kepercayaan terhadap sistem tersebut. European Commission mengusulkan model AI yang dapat dipercaya (Trustworthy AI), dengan menekankan enam aspek penting: Trust in AI (Kepercayaan terhadap AI) adalah elemen utama dalam penerapan AI, terutama pada platform seperti YouTube[13]. Pengguna harus merasa yakin bahwa sistem AI bertindak dengan niat baik, berdasarkan data yang akurat, dan memberikan hasil yang bermanfaat. Tingkat kepercayaan pengguna seringkali terganggu oleh kurangnya transparansi atau kegagalan system. Fairness (Keadilan) dalam AI berarti bahwa algoritma tidak mendiskriminasi kelompok tertentu. Pada YouTube, fairness penting untuk memastikan bahwa semua kreator, baik besar maupun kecil, memiliki peluang yang sama untuk kontennya direkomendasikan. Explainability (Keterjelasan) mengacu pada kemampuan AI untuk menjelaskan bagaimana keputusan dibuat. Misalnya, pengguna YouTube sering bertanya-tanya mengapa video tertentu muncul di rekomendasi mereka. Sistem AI yang dapat memberikan penjelasan yang mudah dimengerti oleh manusia dapat meningkatkan transparansi dan kepercayaan. Robustness (Ketahanan) AI harus mampu beroperasi dengan andal dalam berbagai kondisi, bahkan ketika menghadapi data yang tidak lengkap atau serangan siber. Ketahanan ini penting untuk memastikan bahwa sistem rekomendasi dan moderasi di YouTube tetap berjalan tanpa gangguan. Transparency (Transparansi) mencakup bagaimana algoritma bekerja dan data apa yang digunakan. Di YouTube, transparansi diperlukan untuk memastikan bahwa pengguna memahami bagaimana konten direkomendasikan dan bagaimana data mereka dikelola. Data Privacy (Privasi Data) menjadi perhatian utama dalam pengelolaan AI. Platform seperti YouTube harus memastikan bahwa data pribadi pengguna dilindungi dan hanya digunakan sesuai dengan persetujuan mereka. Perlindungan privasi ini penting untuk menjaga kepercayaan pengguna terhadap platform. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk menganalisis dampak penggunaan kecerdasan buatan (AI) pada pengguna YouTube berdasarkan enam aspek utama yang diusulkan oleh Ethics Guidelines for Trustworthy AI (European Commission, 2019), yaitu keadilan (fairness), keterjelasan (explainability), ketahanan (robustness), transparansi (transparency), privasi data (data privacy), dan kepercayaan terhadap AI (trust in AI). Pendekatan kuantitatif dipilih untuk memperoleh data terukur yang mencerminkan persepsi dan pengalaman pengguna terhadap implementasi AI di platform YouTube. Instrumen utama penelitian ini adalah kuesioner yang disusun berdasarkan enam aspek Trustworthy AI. Kuesioner terdiri dari beberapa bagian: 1. Demografi Responden: Usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan frekuensi penggunaan YouTube. 2. Aspek Penelitian: • Fairness: Persepsi responden terhadap keadilan algoritma dalam merekomendasikan konten. • Explainability: Pemahaman responden terhadap alasan di balik rekomendasi atau moderasi konten oleh AI. • Robustness: Persepsi responden tentang keandalan sistem YouTube dalam menghadapi gangguan atau kesalahan. • Transparency: Tingkat keterbukaan YouTube dalam menjelaskan cara kerja algoritma. • Data Privacy: Persepsi responden terhadap keamanan dan penggunaan data pribadi mereka. • Trust in AI: Tingkat kepercayaan responden terhadap sistem AI yang digunakan YouTube. Setiap aspek diukur menggunakan skala Likert 5 poin (1 = sangat tidak setuju, 5 = sangat setuju). Prosedur Pengumpulan Data: Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan secara daring dengan menggunakan kuesioner yang didistribusikan melalui platform survei online. Langkah-langkah pengumpulan data meliputi penyebaran kuesioner melalui media sosial, komunitas pengguna YouTube, dan forum diskusi online untuk menjangkau responden yang relevan. Peneliti juga menyediakan panduan pengisian kuesioner dan memberikan penjelasan singkat mengenai tujuan penelitian. Etika Penelitian: Penelitian ini juga memperhatikan aspek etika dalam setiap tahapannya. Persetujuan partisipan diperoleh sebelum mereka mengisi kuesioner, dan kerahasiaan data responden dijaga dengan ketat. Peneliti menjamin bahwa data pribadi responden hanya digunakan untuk keperluan penelitian akademik dan tidak akan dibagikan kepada pihak ketiga. Dengan pendekatan ini, penelitian dilakukan secara bertanggung jawab, sesuai dengan prinsip etika penelitian yang berlaku. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil survei dianalisis berdasarkan aspek keadilan (fairness), keterjelasan penjelasan (explainability), ketangguhan (robustness), transparansi (transparency), privasi data (data privacy), dan kepercayaan terhadap AI (trust in AI). Berdasarkan survei terhadap 35 responden, mayoritas pengguna YouTube adalah laki-laki, mencakup 77,14% atau 27 orang, sementara perempuan hanya 22,86% atau 8 orang. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan YouTube dalam survei ini lebih banyak didominasi oleh lakilaki. Dari sisi pendidikan, sebanyak 40% responden (14 orang) memiliki pendidikan terakhir S1/D4, sementara 60% (21 orang) berpendidikan SMA/SMK/sederajat. Proporsi ini mengindikasikan bahwa mayoritas pengguna YouTube berasal dari kelompok pendidikan menengah. Terkait status pekerjaan, responden yang berstatus mahasiswa mendominasi dengan 77,14% (27 orang), disusul kelompok belum bekerja sebanyak 11,43% (4 orang). Responden lain terdiri dari pegawai swasta 2,86% (1 orang), wiraswasta 5,71% (2 orang), dan influencer 2,86% (1 orang). Data ini mencerminkan bahwa pengguna YouTube sebagian besar berasal dari generasi muda yang masih dalam tahap pendidikan atau belum sepenuhnya memasuki dunia kerja. Frekuensi penggunaan YouTube oleh responden bervariasi, dengan 37,14% (13 orang) sering menggunakan platform ini, 11,43% (4 orang) selalu menggunakannya, 31,43% (11 orang) mengakses sewaktu-waktu, dan 20,00% (7 orang) hanya kadang-kadang. Hal ini menunjukkan bahwa YouTube memiliki peran penting dalam aktivitas digital sehari-hari pengguna, meskipun intensitasnya berbeda-beda.. Gambar 1. Hasil persentasi dari ke 6 aspek Sebanyak 62,86% responden (22 orang) merasa bahwa sistem rekomendasi YouTube cukup adil. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengguna merasa bahwa konten yang ditampilkan relevan dengan minat mereka. Namun, 17,14% responden (6 orang) mengungkapkan ketidakpuasan terhadap bias algoritma yang cenderung lebih mengutamakan kreator besar dibandingkan kreator kecil. Bias ini mencerminkan adanya ketimpangan dalam eksposur konten, yang dapat menghambat kreator baru untuk menjangkau audiens yang lebih luas. Dengan demikian, diperlukan peningkatan dalam desain algoritma agar dapat lebih adil dalam mendistribusikan kesempatan bagi semua kreator. Sebanyak 51,43% responden (18 orang) merasa bahwa alasan di balik rekomendasi konten cukup jelas. Responden ini menganggap bahwa sistem mampu memberikan rekomendasi yang logis sesuai dengan preferensi mereka. Namun, 28,57% responden (10 orang) menyatakan bahwa keterjelasan ini masih memerlukan peningkatan. Kurangnya pemahaman tentang bagaimana AI memilih konten dapat menciptakan kesalahpahaman di antara pengguna, terutama mengenai kemungkinan adanya manipulasi algoritma. Oleh karena itu, langkah-langkah untuk meningkatkan keterjelasan proses rekomendasi dapat membantu meningkatkan kepercayaan pengguna. Sebanyak 71,43% responden (25 orang) sepakat bahwa sistem YouTube memiliki ketahanan yang baik. Ketahanan ini tercermin dalam kemampuan platform untuk tetap berfungsi meskipun terjadi kesalahan teknis atau pelanggaran kebijakan konten. Hal ini menunjukkan bahwa pengguna merasa nyaman dengan stabilitas platform dalam berbagai kondisi. Namun, untuk mempertahankan tingkat kepercayaan yang tinggi, YouTube tetap perlu memprioritaskan pengujian berkala terhadap sistemnya guna mengantisipasi kemungkinan gangguan. Hanya 42,86% responden (15 orang) yang merasa bahwa YouTube cukup transparan dalam menjelaskan cara kerja algoritmanya. Sebanyak 34,29% responden (12 orang) menjawab tidak tahu, yang mengindikasikan kurangnya informasi yang tersedia untuk membantu pengguna memahami sistem. Sementara itu, 22,86% responden (8 orang) merasa bahwa transparansi masih menjadi kelemahan. Pengguna yang merasa kurang mendapatkan informasi yang cukup tentang cara kerja sistem dapat menjadi kurang percaya terhadap platform. Oleh karena itu, langkah-langkah seperti menyediakan penjelasan sederhana dan infografik tentang cara kerja algoritma dapat membantu meningkatkan transparansi. Sebanyak 57,14% responden (20 orang) mengaku khawatir dengan privasi data mereka saat menggunakan YouTube. Kekhawatiran ini menunjukkan bahwa isu privasi masih menjadi tantangan besar yang harus dihadapi oleh platform. Hanya 14,29% responden (5 orang) yang merasa yakin bahwa YouTube sepenuhnya melindungi data pribadi mereka. Sebanyak 28,57% responden (10 orang) tidak tahu sejauh mana YouTube menjaga privasi data mereka, mencerminkan perlunya edukasi yang lebih baik tentang kebijakan privasi platform. Dengan memberikan kejelasan lebih dalam mengenai penggunaan data dan upaya perlindungan, YouTube dapat meningkatkan rasa aman pengguna. Sebanyak 65,71% responden (23 orang) menunjukkan kepercayaan moderat hingga tinggi terhadap AI di YouTube. Tingginya tingkat kepercayaan ini menunjukkan bahwa mayoritas pengguna merasa bahwa sistem AI bekerja dengan baik dalam merekomendasikan konten yang relevan. Namun, 20,00% responden (7 orang) merasa skeptis terhadap sistem tersebut, dan 14,29% responden (5 orang) tidak tahu sejauh mana AI dapat dipercaya. Ketidakpastian ini dapat diatasi dengan transparansi lebih besar tentang bagaimana AI dirancang dan diimplementasikan di platform, serta memberikan jaminan kepada pengguna bahwa sistem tersebut etis dan dapat diandalkan. Hasil survei menunjukkan bahwa mayoritas pengguna memiliki tingkat kepercayaan yang moderat terhadap sistem kecerdasan buatan (AI) di YouTube, meskipun masih ada beberapa aspek yang memerlukan perbaikan. Dari segi keadilan (fairness), sebagian besar responden menilai bahwa sistem AI cukup adil dalam merekomendasikan konten. Namun, terdapat keluhan signifikan terkait bias algoritma yang lebih memprioritaskan kreator besar, sehingga kreator kecil merasa kurang diuntungkan. Kondisi ini berpotensi mengurangi keberagaman konten yang tersedia dan menimbulkan ketidakpuasan di kalangan kreator dengan audiens yang lebih kecil. Keterjelasan (explainability) juga menjadi perhatian. Sebagian responden menganggap bahwa sistem AI mampu memberikan rekomendasi yang sesuai dengan preferensi mereka. Namun, banyak pengguna masih merasa kesulitan memahami alasan di balik rekomendasi yang diberikan oleh sistem. Ketidakjelasan ini dapat menciptakan persepsi bahwa AI kurang akuntabel dan mempersulit pengguna untuk memahami cara kerja algoritma yang mendukung sistem rekomendasi tersebut. Ketahanan (robustness) sistem AI di YouTube mendapat tanggapan positif dari sebagian besar responden. Mereka menilai bahwa sistem tetap dapat diandalkan dalam menghadapi gangguan teknis maupun pelanggaran kebijakan konten. Namun, aspek transparansi (transparency) menjadi salah satu kelemahan utama yang diungkapkan dalam survei. Banyak pengguna merasa tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai bagaimana algoritma bekerja, sehingga mereka merasa ragu untuk sepenuhnya percaya pada sistem tersebut. Privasi data (data privacy) menjadi salah satu isu utama yang diidentifikasi dalam penelitian ini. Sebagian besar responden mengungkapkan kekhawatiran mereka terhadap pengelolaan dan perlindungan data pribadi oleh YouTube. Selain itu, masih ada kelompok pengguna yang merasa tidak yakin atau tidak memahami bagaimana platform melindungi data mereka, yang menekankan pentingnya edukasi dan transparansi yang lebih baik terkait kebijakan privasi.[14] Kepercayaan terhadap AI (trust in AI) secara keseluruhan berada pada tingkat yang cukup tinggi. Namun, masih ada kebutuhan untuk memperbaiki aspek-aspek tertentu, seperti transparansi, keadilan algoritma, dan perlindungan privasi data, agar pengguna semakin yakin terhadap teknologi AI yang diterapkan oleh YouTube. Untuk menjawab tantangan ini, penerapan prinsip-prinsip Trustworthy AI yang digariskan dalam Ethics Guidelines for Trustworthy AI (European Commission, 2019) menjadi sangat relevan. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan pengalaman pengguna secara keseluruhan, memperkuat kepercayaan terhadap AI, dan mendukung pengembangan sistem yang lebih adil, transparan, serta melindungi privasi pengguna.. KESIMPULAN Penelitian ini menganalisis dampak kecerdasan buatan (AI) bagi pengguna YouTube melalui enam aspek utama: keadilan (fairness), keterjelasan (explainability), ketahanan (robustness), transparansi (transparency), privasi data (data privacy), dan kepercayaan terhadap AI (trust in AI). Hasil survei terhadap 35 responden menunjukkan bahwa meskipun AI di YouTube memberikan manfaat signifikan, beberapa aspek masih memerlukan peningkatan. Sebagian besar responden merasa bahwa sistem AI di YouTube cukup adil dalam merekomendasikan konten, tetapi bias terhadap kreator besar tetap menjadi masalah. Hal ini menunjukkan pentingnya pengembangan algoritma yang lebih inklusif untuk menciptakan peluang yang setara bagi semua kreator. Keterjelasan alasan di balik rekomendasi konten dinilai cukup baik, meskipun masih banyak pengguna yang tidak sepenuhnya memahami cara kerja sistem. Kekurangan ini menekankan perlunya edukasi dan penjelasan yang lebih transparan untuk meningkatkan pemahaman pengguna terhadap teknologi AI. Ketahanan sistem YouTube mendapat tanggapan positif, dengan mayoritas responden mengapresiasi stabilitas platform. Namun, aspek transparansi dan privasi data masih menjadi kelemahan utama. Kekhawatiran terhadap perlindungan data pribadi serta kurangnya informasi mengenai cara kerja algoritma menunjukkan bahwa langkah-langkah tambahan, seperti penyediaan informasi yang mudah dipahami, sangat diperlukan. Secara keseluruhan, kepercayaan terhadap AI di YouTube cukup tinggi, tetapi skeptisisme dan ketidaktahuan sebagian responden menunjukkan adanya ruang untuk perbaikan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip Trustworthy AI sesuai dengan pedoman Ethics Guidelines for Trustworthy AI dari European Commission (2019), YouTube dapat meningkatkan keadilan, keterjelasan, transparansi, dan perlindungan privasi, serta memperkuat kepercayaan pengguna terhadap platform dan teknologi AI yang diterapkan. DAFTAR PUSTAKA [1] T. Wahyudi, “Studi Kasus Pengembangan dan Penggunaan Artificial Intelligence (AI) Sebagai Penunjang Kegiatan Masyarakat Indonesia,” Indones. J. Softw. Eng., vol. 9, no. 1, pp. 28–32, 2023, [Online]. Available: http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ijse28 [2] J. Alga, C. Wulandari, and B. Intan, “Analisis Sentimen Aplikasi Youtube di Google Play Store Menggunakan Machine Learning,” RESOLUSI Rekayasa Tek. Inform. dan Inf., vol. 4, no. 4, pp. 408–416, 2024, [Online]. Available: https://djournals.com/resolusi [3] S. Masrichah, “Ancaman Dan Peluang Artificial Intelligence (AI),” J. Pendidik. dan Sos. Hum., vol. 3, no. 3, pp. 83–101, 2023, doi: 10.55606/khatulistiwa.v3i3. [4] F. Hukum, U. Pasundan, A. Info, K. Nilai, and K. Hukum, “Kompromi Etis dalam AI Generatif Memetakan Konflik Nilai,” vol. 05, no. 02, pp. 220–229, 2024, [Online]. Available: https://journal.cattleyadf.org/index.php/Judge/article/view/700/466 [5] U. Rahardja, “Masalah Etis dalam Penerapan Sistem Kecerdasan Buatan,” Technomedia J., vol. 7, no. 2, pp. 181–188, 2022, doi: 10.33050/tmj.v7i2.1895. [6] Arnolus Juantri E. Oktavianus, Lamhot Naibaho, and Djoys Anneke Rantung, “Pemanfaatan Artificial Intelligence pada Pembelajaran dan Asesmen di Era Digitalisasi,” J. Kridatama Sains Dan Teknol., vol. 05, no. 2, pp. 473–476, 2023. [7] N. Ramadhina, F. Jason, M. F. Pratama, L. A. Raihan, S. Al Mufti, and M. Meranti, “Dinamika Perubahan dalam Komunikasi Manusia di Era Teknologi Artificial Intelligence,” Commun. Sph., vol. 3, no. 2, pp. 114– 123, 2023, doi: 10.55397/cps.v3i2.57. [8] A. E. Tumarjio, “UTILISATION OF ARTIFICIAL INTELLIGENCES (AI) IN DEVELOPING PROFESSIONAL COMPETENCE AND CREATIVITY OF EDUCATORS IN THE 4.0 ERA,” vol. 01, no. 01, pp. 373–380, 2024. [9] R. Asrianto and M. Herwinanda, “Analisis sentimen kenaikan harga kebutuhan pokok dimedia sosial youtube menggunakan algoritma support vector machine,” J. CoSciTech (Computer Sci. Inf. Technol., vol. 3, no. 3, pp. 431–440, 2022, doi: 10.37859/coscitech.v3i3.4368. [10] T. Pipit Muliyah, Dyah Aminatun, Sukma Septian Nasution, Tommy Hastomo, Setiana Sri Wahyuni Sitepu, “ANALISIS PENGGUNAAN YOUTUBE TERHADAP TINGKAT LITERASI DIGITAL SISWA DI SEKOLAH DASAR Ela,” J. GEEJ, vol. 7, no. 2, 2020. [11] D. Maharani, B. Erna, and (Universitas Panca Sakti), “Pengaruh Media Digital & Mutu Perangkat Terhadap Kemampuan,” J. Jendela Pendidik., vol. 2, no. 03, pp. 429–434, 2022, [Online]. Available: https://www.ejournal.jendelaedukasi.id/index.php/JJP [12] N. L. Mauliddiyah, “DAMPAK MEDIA YOUTUBE DALAM PROSES PEMBELAJARAN DAN PENGEMBANGAN KREATIFITAS BAGI KAUM MILENIAL,” vol. 26, no. 1, p. 6, 2021. [13] W. E. Jayanti and E. Meilinda, “Peran dan Kepercayaan terhadap Artificial Intellegence dalam Peningkatan Kinerja Dosen,” Pendidik. Tambusai, vol. 8, no. 1, pp. 5111–5117, 2024, [Online]. Available: https://jptam.org/index.php/jptam/article/view/13170 [14] Andika and M. Soemarno, “Masalah Privasi dan Keamanan Data Pribadi pada Penerapan Kecerdasan Buatan,” Innov. J. Soc. Sci. Res., vol. 3, pp. 4917–4929, 2023.