Memori dan Proses Berpikir dalam Psikologi Komunikasi
1. Memori
Schlessinger dan Groves mendefinisikan bahwa “memori adalah sistem yang sangat berstruktur,
yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan
pengetahuannya untuk membimbing perilakunya.”
Memori memiliki 3 proses tahapan, yakni :
1. Perekaman : dalam hal ini bisa disebut encoding yang dimana merupakan proses pencatatan
informasi melalui reseptor indera dan saraf internal
2. Penyimpanan : dalam hal ini disebut storage yang dimana merupakan proses penentuan
informasi tersebut akan bertahan berapa lama, dalam bentuk apa dan disimpan dimana
3. Pemanggilan : atau disebut retrieval yang berproses sebagai pemanggilan kembali suatu
informasi yang telah kita simpan
1.1 Jenis-Jenis Memori Berdasarkan Durasi
a. Short Term Memory
Memori jangka pendek adalah memori untuk penyimpanan sementara sebelum ditransfer ke
memori jangka panjang. Normalnya, terjadi encoding atau penyandian dalam memori jangka
pendek sebelum ditransfer ke memori jangka panjang. Informasi dalam memori jangka pendek
dapat berupa informasi auditori, visual, atau semantik tergantung pada jenis informasi yang
diterima oleh indera seseorang. Memori jangka pendek juga tidak memiliki banyak kapasitas
penyimpanan, hanya terdapat sedikit kapasitas saja pada memori jangka pendek ini. Menurut
Hayes (1952) dalam buku Stephen (2011) mengidentifikasikan bahwa rentang memori berkisar
antara 5 item untuk kata – kata bahasa inggris (lake, jump, pen, road, sing, dll), hingga 9 item
untuk angka biner (001011101).
Pada umumnya, informasi dalam memori jangka pendek akan cepat hilang, tetapi tidak jika
kita menjaga atau melakukan retrieval pada informasi yang disimpan.
Contoh umum short term memory dalam kehidupan sehari-hari adalah ketika kita seseorang baru
saja memperkenalkan nama, tetapi beberapa detik setelahnya kita lupa siapa nama seseorang
tersebut.
b. Long Term Memory
Tidak seperti memori jangka pendek, memori jangka panjang memiliki kapasitas yang lebih
besar dan hanya bertahan beberapa menit atau sepanjang hidup.
Untuk menjaga informasi dalam waktu yang lama, kita harus mengeluarkan data dari memori
jangka pendek dan memasukkannya ke dalam memori yang lebih permanen yang disebut memori
jangka panjang.
Dikarenakan kapasitas nya yang besar, memori jangka panjang mampu mengingat
informasi untuk waktu yang cukup lama.
Memori jangka panjang juga memiliki manfaat yang penting :
1. Informasi yang terdapat pada memori jangka panjang akan susah untuk dilupakan, hal ini
menunjukkan bahwa kita tidak akan mudah lupa akan suatu informasi.
2. Memiliki kapasitas yang tidak terbatas
2.1 Hubungan antara Short Term Memory dengan Long Term Memory
Dalam proses kognitif manusia, hubungan antara memori jangka panjang (LTM) dan memori
singkat (STM) sangat penting. Long Term Memory adalah sistem penyimpanan jangka panjang
yang dapat menyimpan data dalam jangka waktu yang lama, bahkan seumur hidup. Short Term
Memory adalah sistem penyimpanan sementara yang biasanya memiliki kapasitas yang terbatas
dan informasinya cepat hilang jika tidak diperbarui. Proses transisi informasi dari Short Term
Memory ke Long Term Memory adalah bagian dari hubungan antara keduanya. Informasi yang
dianggap penting atau diulang secara konsisten dalam Short Term Memory cenderung ditransfer
ke Long Term Memory untuk disimpan dalam jangka panjang. Ini termasuk proses konsolidasi
memori, yang merupakan proses di mana data diubah menjadi format yang lebih konsisten dan
disimpan dalam jaringan neuron yang lebih permanen.
2. Proses Berpikir
2.1 Definisi Berpikir
Kata dasar dari berpikir adalah “pikir”, yang berarti ingatan, akal budi, angan-angan. Berpikir
artinya menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan sesuatu dalam ingatan. Berpikir
merupakan suatu anugerah yang diberikan Tuhan kepada manusia, sehingga manusia menjadi
manusia yang dimuliakan. Ditinjau dari perspektif psikologi, berpikir merupakan cikal bakal ilmu
yang sangat kompleks.
Sieger menyatakan bahwa berpikir adalah pemrosesan informasi. Ketika anak merasakan
(perceive), melakukan penyandian (encoding), merepresentasikan, dan menyimpan informasi dari
sekelilingnya, maka mereka sedang melakukan proses berpikir. Untuk dapat merangsang dan
melatih kemampuan berpikir siswa dalam pembelajaran matematika, maka perlu digunakan cara
atau teknik yang tepat dalam pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk menggunakan
segenap potensi berpikir yang dimiliki.
2.2 Proses Berpikir
Mengumpulkan, menganalisis, dan mengevaluasi informasi adalah bagian dari aktivitas mental
yang kompleks yang dikenal sebagai proses berpikir. Proses ini melibatkan penggunaan berbagai
keterampilan kognitif, seperti memori, penalaran, pemecahan masalah, dan pengambilan
keputusan, untuk mencapai tujuan tertentu.
a. Tahapan Proses Berpikir
Setiap tahapan dalam proses berpikir, yang dikenal sebagai tahapan proses berpikir,
memainkan peran penting dalam membantu orang memahami, menganalisis, dan menyelesaikan
masalah. Berikut adalah penjelasan mengenai tahapan-tahapan yang berada dalam proses berpikir
:
1. Persepsi
Persepsi: Persepsi adalah tahap pertama dalam proses berpikir. Ini mencakup kemampuan
seseorang untuk menerima, mengenali, dan memproses informasi dari lingkungan atau situasi
tertentu. Proses ini dilakukan melalui panca indera kita, seperti melihat, mendengar, merasakan,
mencium, dan merasakan apa yang kita rasakan. Untuk memulai proses berpikir yang efektif,
persepsi yang akurat sangat penting karena informasi yang diperoleh akan menjadi dasar bagi
langkah-langkah berikutnya.
2. Pemahaman
Pemahaman: Tahap berikutnya adalah memahami informasi. Pemahaman melibatkan
mengartikulasikan dan mengatur informasi yang diterima dalam konteks yang lebih luas atau lebih
signifikan. Orang berusaha mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan atau ide yang sudah
mereka ketahui. Pemahaman yang baik memungkinkan seseorang untuk memproses dan
menyusun data secara logis.
3. Penalaran
Penalaran: Penalaran adalah kemampuan seseorang untuk membuat kesimpulan atau
mengambil kesimpulan berdasarkan informasi yang mereka miliki. Ini melibatkan pemikiran kritis
dan evaluasi berbagai pilihan atau solusi yang mungkin. Tergantung pada situasi dan konteks
masalah, penalaran dapat bersifat induktif (dari umum ke umum) atau deduktif (dari umum ke
khusus).
4. Pemecahan masalah
Pemecahan Masalah: Pemecahan masalah adalah tahap terakhir dalam proses berpikir. Ini
melibatkan mencari, menganalisis, dan menerapkan solusi untuk mengatasi masalah atau
tantangan yang dihadapi seseorang. Proses ini memerlukan penggunaan pengetahuan dan
keterampilan yang telah dipelajari selama tahapan-tahapan sebelumnya. Untuk memecahkan
masalah dengan baik, individu harus memiliki ide baru dan cara yang terstruktur.
b. Karakteristik Proses Berpikir
1. Fleksibilitas
Definisi : Kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi yang berbeda disebut fleksibilitas
dalam berpikir. Ini penting untuk menyesuaikan diri dengan perubahan dan menemukan
cara yang efektif untuk menyelesaikan masalah dalam berbagai konteks komunikasi.
Peran dalam Psikologi Komunikasi: Fleksibilitas membantu orang mengatasi hambatan
komunikasi seperti kesalahpahaman dan konflik, dan memungkinkan pesan yang lebih
baik disesuaikan untuk audiens yang berbeda.
2. Kreativitas
Definisi : Kemampuan untuk menghasilkan konsep baru dan unik dikenal sebagai
kreativitas. Ini memerlukan pemikiran divergen, yang memungkinkan seseorang untuk
melihat
berbagai
pilihan
dan
solusi
yang
tidak
biasa.
Peran dalam Psikologi Komunikasi: Kreativitas sangat penting untuk membuat pesan yang
menarik dan efektif. Ini dapat dilakukan dalam iklan atau kampanye komunikasi untuk
membuat pesan lebih menonjol dan menarik perhatian audiens.
3. Konsistensi
Konsistensi adalah kemampuan untuk berpikir dan bertindak dengan cara yang teratur dan
sistematis. Menjaga ketepatan dalam pendekatan dan metode yang digunakan juga
termasuk
dalam
definisi
konsistensi.
Peran dalam Psikologi Komunikasi: Konsistensi dalam berpikir dan menyampaikan pesan
penting untuk membangun kepercayaan dan kredibilitas. Ini memastikan bahwa informasi
diterima dengan jelas dan audiens tidak bingung.
b. Pengaruh Faktor Eksternal
1. Konteks
Definisi: Konteks adalah keadaan, lingkungan, atau latar belakang di mana komunikasi
terjadi. Ini mencakup elemen fisik, sosial, dan budaya yang memengaruhi cara pesan
disampaikan
dan
diterima.
Pengaruh pada Komunikasi: Situasi memengaruhi cara orang yang menerima pesan
membacanya. Misalnya, makna gerakan atau kata tertentu dapat sangat berbeda dari
budaya ke budaya. Selain itu, keadaan, seperti komunikasi di lingkungan formal versus
informal, mempengaruhi cara seseorang berbicara dan bagaimana pesan diterima.
2. Pengalaman
Definisi : Pengalaman merujuk pada segala peristiwa atau hubungan sebelumnya yang
memengaruhi pemahaman, keahlian, dan pandangan seseorang.
Pengaruh pada Komunikasi : Pengalaman seseorang memberikan pengaruh dalam
komunikasi dengan membentuk persepsi dan interpretasi pesan. Seseorang yang ahli
dalam berkomunikasi akan lebih bisa menyesuaikan pesannya dengan berbagai jenis
pendengar. Pengalaman turut memengaruhi tingkat keyakinan diri dan ketrampilan
beradaptasi dalam beragam situasi komunikasi.
Berfikir memiliki peran vital dalam aktivitas sehari-hari dengan dampak yang
beragam pada cara kita memahami dunia, mengambil keputusan, dan menyelesaikan
masalah. Dibawah ini adalah contoh proses berpikir dalam kehidupan sehari-hari kita :
a. Pengambilan Keputusan : Contohnya menentukan jurusan saat kita ingin masuk
kuliah
b. Pemecahan Masalah : Contohnya memecahkan masalah yang ada di tempat kerja
dengan cara diskusi bersama dengan rekan tim
c. Kreativitas : Contohnya ketika kita ada tugas untuk membuat kerajinan tangan pasti
kita mengumpulkan ide-ide untuk membuat karya tersebut
3. Gangguan Memori
a. Amnesia
Amnesia adalah gangguan memori yang menyebabkan seseorang kehilangan
ingatan secara sebagian atau keseluruhan. Penyebabnya bervariasi, termasuk
trauma fisik, trauma psikologis, penyakit, atau penggunaan zat tertentu.
Jenis-jenis Amnesia:
1. Amnesia Retrograde: Kehilangan ingatan mengenai kejadian sebelum amnesia
terjadi, biasanya akibat cedera otak atau trauma psikologis.
2. Amnesia Anterograde: Ketidakmampuan untuk membentuk ingatan baru setelah
amnesia terjadi, sering disebabkan oleh kerusakan pada hippocampus atau bagian
otak lain yang berperan dalam pembentukan memori.
3. Amnesia Dissosiatif: Kehilangan ingatan terkait peristiwa traumatis atau stres
emosional yang tinggi, umumnya tanpa kerusakan fisik pada otak.
Penyebab Amnesia:
1. Cedera Kepala: Trauma fisik pada otak yang disebabkan oleh kecelakaan, jatuh,
atau benturan keras.
2. Penyakit: Kondisi medis seperti stroke, ensefalitis, atau Alzheimer.
3. Penggunaan Zat: Alkoholisme kronis dapat menyebabkan sindrom Korsakoff
yang memicu amnesia.
4. Trauma Psikologis: Pengalaman traumatis mendalam yang dapat memicu
amnesia dissosiatif.
b. Gangguan Kognitif
Gangguan
kognitif
menyebabkan
penurunan
kemampuan
mental
yang
mempengaruhi proses berpikir, mengingat, dan berkomunikasi. Kondisi ini sering
kali disebabkan oleh berbagai masalah medis atau neurodegeneratif.
Berikut adalah beberapa jenis gangguan kognitif:
1. Demensia: Penurunan bertahap dalam fungsi kognitif yang mempengaruhi
memori, berpikir, dan perilaku. Alzheimer merupakan jenis demensia yang paling
umum.
2. Mild Cognitive Impairment (MCI): Kondisi di mana ada penurunan kognitif
lebih besar dari yang diharapkan pada usia tertentu, tetapi belum mencapai tingkat
demensia.
3. Delirium: Gangguan akut yang ditandai dengan kebingungan dan perubahan
kesadaran yang cepat, sering kali disebabkan oleh penyakit atau penggunaan obatobatan.
Beberapa penyebab gangguan kognitif meliputi:
-Penyakit
Neurodegeneratif:
Misalnya
Alzheimer
dan
Parkinson
yang
mengakibatkan penurunan fungsi otak seiring waktu.
-Cedera Otak: Trauma fisik yang merusak struktur otak yang penting untuk fungsi
kognitif.
-Gangguan Metabolik: Seperti diabetes atau gangguan tiroid yang mempengaruhi
fungsi otak.
-Efek Samping Obat: Penggunaan obat-obatan tertentu yang mempengaruhi sistem
saraf pusat.
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson. 2000. Pengantar Psikologi. Jakarta: Interaksara.
Chaplin, J.P. 2006. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Effendi, Onong Uchjana. 1993. Ilmu, Teori & Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Eti Nurhayati, Bimbingan Konseling & Psikoterapi Inovatif, (Yogyakarta: pustaka belajar, 2011)
Huda, Muhammad Nurul. 2013. Komunikasi Pendidikan (Teori dan Aplikasi Komunikasi dalam
Pembelajaran). Tulungang: STAIN Tulungagung.
Indri, H. Y., & Widiyastuti, E. (2018). Analisis Berpikir Pseudo Dalam Memecahkan Masalah
Matematika.
AlphaMath
:
Journal
of
Mathematics
Education,
4(2),
61.
https://doi.org/10.30595/alphamath.v4i2.7634
Jaeggi, S.M., dkk. 2011. Short and Long-term Benefits of Cognitive Training. Proc Natl Acad Sci
U S A.
Maryam, E.W.,& Paryontri, R.A. (2021). Psikologi komunikasi. Sidoarjo: UMSIDA Press.
Rahmat Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya Bandung, 2016
Riyanto, Agus, M.T.,2009,Psikologi Industri, Daya Ingat (Memory),Bandung
Walgito, Bimo. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Andi.
West, R., & Turner, L. H. (2014). Introducing Communication Theory: Analysis and Application.
New York: McGraw-Hill Education
Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Berpikir, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011)