Academia.eduAcademia.edu

Muhammad rafli azis tugas dekan

Puji syukur kita panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas kuasa-Nya semata kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.dan tepat pada waktunya sebagai tugas Mata Kuliah 'Ulumul Hadits' yang diberikan oleh H. Abdul Hamid Lc. M.Kom.I, Ph.D. Tujuan disusunnya makalah ini selain sebagai tugas mandiri adalah agar para mahasiswa atau pembaca dapat mengetahui bagaimana cara-cara berfikir secara ilmiah dan sarana berfikir ilmiah serta metode-metode ilmiah dalam filsafat. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini, apabila ada saran dan kritik dari semua pihak sangat kami perlukan untuk perbaikan ke arah yang lebih baik.

MAKALAH ULUMUL HADITS PENGANTAR ILMU HADIST Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ulumul Hadits Dosen Pengampu : H. Abdul Hamid Lc. M.Kom.I, Ph.D. Disusun Oleh: Muhammad Rafli Azis(3120230008) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH 2024 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas kuasa-Nya semata kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.dan tepat pada waktunya sebagai tugas Mata Kuliah ‘Ulumul Hadits’ yang diberikan oleh H. Abdul Hamid Lc. M.Kom.I, Ph.D. Tujuan disusunnya makalah ini selain sebagai tugas mandiri adalah agar para mahasiswa atau pembaca dapat mengetahui bagaimana cara-cara berfikir secara ilmiah dan sarana berfikir ilmiah serta metode-metode ilmiah dalam filsafat. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini, apabila ada saran dan kritik dari semua pihak sangat kami perlukan untuk perbaikan ke arah yang lebih baik. Bekasi, April 2024 Penulis i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1 A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1 C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 1 PEMBAHASAN ................................................................................................................... 2 A. Definisi Hadits ........................................................................................................... 2 B. Struktur Hadits ........................................................................................................... 2 C. Macam-Macam Hadits ............................................................................................... 4 PENUTUP ............................................................................................................................ 7 A. Kesimpulan ................................................................................................................ 7 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 8 ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai sumber ajaran Islam kedua setelah Al Quran, As-Sunnah (hadits) menempati posisi yang sangat penting dan strategis dalam kajian-kajian keislaman. Keberadaan dan kedudukannya tidak diragukan lagi. Namun, karena pembukuan hadits baru dilakukan ratusan tahun setelah Nabi Muhammad Saw. wafat, ditambah lagi dengan kenyataan sejarah bahwa banyak hadits yang dipalsukan, maka keabsahan hadits-hadits yang beredar dikalangan kaum muslimin diperdebatkan oleh para ahli. Para ulama terutama dizaman klasik Islam (650-1250 M), Berusaha keras melakuakan penelitian dan seleksi ketat terhadap hadits-hadits sehingga dapat dipilahkan mana hadits yang benar-benar dari Nabi, dan mana yang bukan. Untuk itu, mereka membuat kaidahkaidah, ketetuan-ketentuan, pedoman, dan acuan tertentu untuk menilai hadits-hadits tersebut. Kaidah-kaidah dan ketentuan inilah kemudian berkembang menjadi ilmu tersendiri, yang disebut dengan ilmu hadits. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan hadits? 2. Apa yang dimaksud dengan hadits qouliyah dan fi’liyah? C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui dan memahami apa itu hadits. 2. Untuk mengetahui sumber-sumber hadits. 3. Untuk mengetahui dan memahami tentang hadits fi’liyah 4. Untuk mengetahui dan memahami tentang hadits qouliyah. 1 BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Hadits Hadis (‫ الحديث‬: berbicara, perkataan, percakapan), disebut juga sunnah, adalah perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan dan persetujuan dari Muhammad yang dijadikan landasan syariat Islam. Hadis dijadikan sumber hukum Islam selain Al-Quran, dalam hal ini kedudukan hadis merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Quran. Dan keduanya tidak dapat dipisahkan; karena juga termasuk wahyu dari Tuhan (Allah). Hadis secara harfiah berarti "berbicara", "perkataan" atau "percakapan". Dalam terminologi Islam istilah hadis berarti melaporkan, mencatat sebuah pernyataan dan tingkah laku dari Nabi Muhammad.1 Menurut istilah ulama ahli hadis, hadis yaitu apa yang diriwayatkan dari Nabi Saw., baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapannya (‫)تقرير‬, sifat jasmani atau sifat akhlak, perjalanan setelah diangkat sebagai Nabi (‫ )بعثة‬dan terkadang juga sebelumnya, sehingga arti hadis di sini semakna dengan sunnah. Kata hadis yang mengalami perluasan makna sehingga disinonimkan dengan Sunnah, maka pada saat ini bisa berarti segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun persetujuan dari Nabi Muhammad Saw. yang dijadikan ketetapan ataupun hukum. Kata hadis itu sendiri adalah bukan kata infinitif, maka kata tersebut adalah kata benda. B. Struktur Hadits2 1. Sanad Hadits Secara bahasa, sanad berarti sandaran, sesuatu yang dapat dipercayai, atau kaki bukit. Sedangkan secara istilah, sanad adalah jalan yang dapat menghubungkan matan hadits kepada Nabi Muhammad SAW. Contohnya bisa dilihat dalam hadits Imam Bukhari berikut ini: ُ ‫ع ْبد‬ َ ‫سى قَا َل َحدَّثَنَا‬ َ ‫يز ح َوأ َ ْنبَأَنَا ِع ْم َرا ُن ْب ُن ُمو‬ َ ‫ع ْن‬ َ َ‫ي بْنُ حُجْ ٍر قَا َل َحدَّثَنَا إِ ْس َمعِي ُل ا ْب ُن عُلَيَّة‬ َ ‫أ َ ْخبَ َرنَا‬ ِ ‫ع ْب ِد ْالعَ ِز‬ ُّ ‫ع ِل‬ َّ ‫صلَّى‬ ‫سلَّ َم أ َ ََل ََل يَت َ َمنَّى أ َ َحدُكُ ْم ْال َم ْوتَ ِلض ٍُر‬ ِ ‫ْال َو ِار‬ ِ َّ ‫ع ْن أَن ٍَس َقا َل قَالَ َرسُو ُل‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ُ‫ّللا‬ َ ‫يز‬ َ ‫ث قَا َل َحدَّثَنَا‬ َ ‫ّللا‬ ِ ‫ع ْبد ُ ْال َع ِز‬ ْ ‫َت ْال َح َياة ُ َخي ًْرا لِي َوت ََو َّفنِي َما كَان‬ ْ ‫نَزَ َل ِب ِه فَإ ِ ْن َكانَ ََل بُدَّ ُمت َ َمنِيًا ْال َم ْوتَ فَ ْل َيقُ ْل ال َّل ُه َّم أَحْ ِينِي َما كَان‬ ‫َت ْال َوفَاة ُ َخي ًْرا لِي‬ Abdul Hamid, ‘Christianization as a Challenge for Islamic Daʿwah in Indonesia’, JournaMillahl of Religious Studies, 22.1 (2023), 19–60. 2 Abdul Hamid, Muhammad Utsman Shalih, and Badrah Uyuni, ‘Christianization as a Challenge for Islamic Daʿwah in Indonesia’, JournaMillahl of Religious Studies, 22.1 (2023), 19–60. 1 2 “Telah memberitakan kepadaku Muhammad bin Al-Mutsanna, ia berkata, "Abdul Wahhab Ats-Tsaqafy telah mengabarkan kepadaku, ia berkata, "Telah berbicara kepadaku Ayyub atas pemberitaan Abi Qilabah dari Anas dari Nabi Muhammad SAW bersabda ‘Tiga perkara yang barangsiapa mengamalkannya niscaya memperoleh kelezatan iman, yakni: a. Allah dan Rasul-Nya kepada yang dicintai lebih dari yang selainnya b. Kecintaan kepada seseorang, tidak lain karena Allah semata dan, c. Keengganan kembali kekufuran, seperti keengganannya dicampakkan ke neraka." Hadits tersebut diterima oleh Imam Bukhari melalui sanad pertama Muhammad bin al-Musanna, sanad kedua Abdul Wahhab Ats-Tsaqafy, sanad ketiga Ayyub, sanad keempat Abi Qilabah dan seterusnya sampai sanad yang terakhir Anas ra. Beliau merupakan seorang sahabat yang langsung menerima hadits dari Nabi Muhammad SAW. 3 Dalam bidang ilmu hadits, sanad dijadikan sebagai neraca untuk menimbang sahih atau dhaifnya suatu hadits. Jika salah seorang dalam sanad tersebut ada yang tertuduh fasiq atau dusta, maka hadits tersebut menjadi dhaif atau lemah. 2. Matan Hadits Secara bahasa, matan berarti punggung jalan atau tanah yang keras dan tinggi. Sedangkan secara istilah, matan adalah pengujung sanad, yakni sabda Nabi Muhammad SAW yang disebutkan setelah sanad. Dengan kata lain, matan adalah isi dari hadits itu sendiri. Dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam: Alquran Hadits MA Kelas X susunan Prof. Dr. H. Matsna (2014), berikut contohnya yang bisa Anda simak: ‫ قَا َل‬،‫ي‬ ِ َّ ُ ‫ع ْبد‬ َ ‫ َحدَّثَنَا‬: َ‫ َقال‬،َ ‫ارة‬ َ ،ُ‫َحدَّثَنَا شُ ْعبَة‬ ُّ ‫ّللا ْب ُن ُم َح َّم ٍد ال ُم ْسنَ ِد‬ َ ‫ي ْب ُن عُ َم‬ ُّ ‫ح ال َح َر ِم‬ ٍ ‫ َحدَّثَنَا أَبُو َر ْو‬: ‫ع ْن َواقِ ِد ب ِْن‬ ُ ‫س ِمعْتُ أَبِي يُ َحد‬ ‫ قَا َل‬،ٍ‫ ُم َح َّمد‬: ‫سلَّ َم قَا َل‬ ِ َّ ‫ أ َ َّن َرسُو َل‬،‫ع ِن اب ِْن عُ َم َر‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬ َ ،‫ِث‬ َ : ‫اس َحتَّى‬ َ ‫ّللا‬ َ َّ‫أُم ِْرتُ أ َ ْن أُقَاتِ َل الن‬ َّ ‫ َويُؤْ تُوا‬،َ ‫صالَة‬ َّ ‫َي ْش َهد ُوا أ َ ْن َلَ ِإلَهَ ِإ ََّل‬ ‫ص ُموا مِنِي‬ َّ ‫ َويُ ِقي ُموا ال‬،‫ّللا‬ ِ َّ ‫ َوأ َ َّن ُم َح َّمدًا َرسُو ُل‬،ُ‫ّللا‬ َ َ‫ فَإِذَا فَ َعلُوا ذَلِك‬،َ ‫الزكَاة‬ َ ‫ع‬ ِ َّ‫علَى ّللا‬ َ ‫سابُ ُه ْم‬ َ ِ‫ َوح‬،‫اإل ْسالَ ِم‬ ِ ‫ق‬ ِ ‫ِد َما َءهُ ْم َوأ َ ْم َوالَ ُه ْم ِإ ََّل ِب َح‬ "Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad Al Musnadi dia berkata, Telah menceritakan kepada kami Abu Rauh Al Harami bin Umarah berkata, telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Waqid bin Muhammad berkata; aku 3 Zuhri, Ahmad. 2014, Ulumul Hadist. Medan, Sumatera Utara. CV. MANHAJI dengan penerbit FAKULTAS SYARIAH. 3 mendengar bapakku menceritakan dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah SAW telah bersabda: “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi; tidak ada ilah kecuali Allah dan bahwa sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, 4 menegakkan shalat, menunaikan zakat. Jika mereka lakukan yang demikian maka mereka telah memelihara darah dan harta mereka dariku kecuali dengan haq Islam dan perhitungan mereka ada pada Allah.”" (HR. Bukhari) Dalam hadist tersebut, kata “haddatsanaa ‘Abdullah bin Muhammad” sampai “Ibnu Umar” adalah sanad. Sedangkan kalimat mulai dari “umirtu” sampai “wa hisabuhum ‘alallah” adalah matan. 3. Rawi Hadits Rawi adalah sebutan untuk orang yang meriwayatkan, menyampaikan, serta memindahkan suatu hadits kepada orang lain yang menjadi rangkaian berikutnya. Seorang rawi juga mencatatnya dalam suatu kumpulan hadits dan menyebutkan sanadnya. Dijelaskan dalam buku Peranan Wanita dalam Periwayatan Hadits karya Amal Qardasy (2002), perawi hadits diklasifikasikan menjadi beberapa tingkatan, yakni: a. Perawi hadits dari tingkatan sahabat : Abu Hurairah, Aisyah, Anas bin Malik, dan lain-lain. b. Perawi hadits dari tingkatan tabiin : Umayyah bin Abdullah bin Khalid, Sa’id bin Al-Musayyab, dan lain-lain. c. Perawi hadits dari tingkatan mudawwin : Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam AnNasa’iy, Imam Ahmad, dan lain-lain. C. Macam-Macam Hadits 1. Hadist Fi’liyah Sunnah Fi’liyah adalah segala perbuatan yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw, kualitas Sunnah Fi’liyah menduduki tingkat kedua setelah sunnah qauliyah. Sunnah fi’liyah juga dapat dimaknakan sunnah Nabi saw, yang berupa perbuatan Nabi yang diberikan oleh para sahabat mengenai soal-soal ibadah dan lainlain seperti melaksanakan shalat manasik haji dan lain-lain. F I Liyah, D A N Bathiniyah, and Shalat Guna, ‘Pelatihan Perbaikan Qauliyah, Fi’liyah Dan Bathiniyah Shalat Guna Meningkatkan Kualitas Shalat’, 12.2 (2023). 4 4 Contoh sunnah fi’liyah 5: ُْ ‫ض َْة ا َ َرا ْدَ فَإِذَا ت ََو َّج َهتْ َحي‬ ْ‫عن‬ ِْ ‫عب ِْد ب‬ ْ ‫ل‬ َْ ‫ل كَانَْ قَا‬ ُْ ‫للا ُ َْرسُو‬ ْ ‫صلَّى‬ ْ ‫علَي ِْه‬ َ ‫اْلف َِري‬ َ ‫ث َراحِ لَتِ ِْه‬ َ ْ‫ن َجا ِبر‬ َ ِ‫للا‬ َ ‫سلَّ َْم‬ َ ‫صلِى َو‬ َ ُ‫علَى ْي‬ َ ُ ‫للا‬ ْ‫ل نَزَ َل‬ َْ ‫الفِبلَ ْةَ فَاست َق َب‬ “Dari Jabir berkata, bahwasanya Rasulullah pernah shalat di atas tunggangannya, kemana saja tunggangannya itu menghadap. Apabila beliau hendak (melaksanakan shalat) fardhu, ia turun dan menghadap ke kiblat” (HR. Bukhari-Muslim) 2. Hadist Qauliyah Sunnah Qauliyah adalah bentuk perkataan atau ucapan yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw., yang berisi berbagai tuntungan dan petunjuk syarak, peristiwaperistiwa, baik yang berkenaan dengan aspek akidah, syariah maupun akhlak.Dengan kata lain sunnah qauliyah yaitu sunnah Nabi Saw, yang hanya berupa ucapan saja baik dalam bentuk pernyataan, anjuran, perintah cegahan maupun larangan. 6 Yang dimaksud dengan pernyataan Nabi saw, disini adalah sabda nabi saw, dalam merespon keadaan yang berlaku pada masa lalu, masa kini dan masa depan, kadangkadang dalam bentuk dialog dengan para sahabat atau jawaban yang diajukan oleh sahabat atau bentuk-bentuk ‘ain seperti khutbah,periwayatan sunnah secara qouliyaholeh nabi dilakukan dengan beberapa cara, yaitu Pertama, sabda nabi disampaikan dihadapan orang banyak,baik melalui 7 majelis ilmu, ceramah dan sebagainya. Sunnah disampaikan secara lisan dimuka orang banyak yang terdiri dari kaum laki-laki melalui pengajian rutin dikalangan mereka dan juga melalui pengajian dikalangan wanita. Kedua, sabda Nabi dikemukakan didepan seorang atau beberapa orang saja. Sunnah qauliyah disampaikan oleh Nabi di depan salah seorang sahabat baik yang berisi jawaban atas pertanyaan yang dilakukan sahabat itu maupun tidak 8. Portal Jurnal and others, ‘Adalah Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Islam Darul Ulum Lamongan 1’, 1– 11. 6 Muhammad Lathief Ilhamy Nasution, ‘Kedudukan Sumber Hukum Islam Kedua (Hadis) Dalam Al-Qur’an’, AlKauniyah, 2.2 (2022), 35–52 . 7 H M Shubhie, Pendidikan Agama Islam-Akidah Akhlak (books.google.com, 2021) 8 Abdul Hamid, Paradigma Dakwah Syekh Yusuf Al -Qaradhawi Rekontruksi Pemikiran Dakwah, 2023. 5 5 Pada bagian sunnah ini cakupan informasinya lebih cenderung pada persoalan yang berkaitan dengan pembinaan hukum agama atau bisa juga berupa penjelasan tentang makna-makna yang terkandung dalam ayat Al-Qur’an. Dilihat dari tingkatan sunnah qauliyah menempati urutan pertama yang berarti kualitasnya lebih tinggi dari kualitas sunnah fi’liyah maupun taqririyah. Contoh Hadits qauliyah : a. Hadits keutamaan belajar dan mengajarkan al quran ‫عن أبى هريرة رضي هللا عنه قال قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم في البحر هو الطهور ماءه والحل ميتته اخرجه‬ 9 ‫اَلربعة وابن أبي شيبة وصححه ابن خزيمة والترمذي‬ Dari Abu Hurairah ra ia berkata: Rasulullah Saw. bersabda tentang laut bahwa airnya suci dan bangkainya halal. (ditakhrij oleh ulama yang empat dan Ibn Abi Syaibah serta disahkan oleh Ibn Khuzaimah dan at-Tirmizi). 9 Muhammad ibn Ismail al-Kahlani, Subul as-Salam, Juz 1. (Bandung: Dar al-Fikr, tth.) h. 111 6 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Ilmu Hadits adalah ilmu yang membahas atau berkaitan dengan Nabi SAW. Ilmu Hadits merupakan beberapa ilmu yang masing-masing berdiri sendiri, ilmu-ilmu yang terpisah dan bersifat parsial tersebut disebut dengan Ulumul Hadits, karena masing-masing membicarakan tentang hadits dan para perawinya. Akan tetapi pada masa berikutnya ilmu-ilmu itu digabungkan dan dijadikan satu serta tetap menggunakan nama Ulumul Hadits. 7 DAFTAR PUSTAKA Zuhri, Ahmad. (2014), Ulumul Hadist. Medan, Sumatera Utara. CV. MANHAJI dengan penerbit FAKULTAS SYARIAH. Hamid, Abdul,(2023)‘Christianization as a Challenge for Islamic Daʿwah in Indonesia’, JournaMillahl of Religious Studies, 22.1 , 19–60 Hamid Abdul ,(2023) Paradigma Dakwah Syekh Yusuf Al -Qaradhawi Rekontruksi Pemikiran Dakwah, Hamid, Abdul,(2023)Muhammad Utsman Shalih, and Badrah Uyuni, ‘Christianization as a Challenge for Islamic Daʿwah in Indonesia’, JournaMillahl of Religious Studies, 22.1 (20, 19–60 Jurnal, Portal, Online Kopertais, Wilyah Iv, and Cluster Pantura, ‘Adalah Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Islam Darul Ulum Lamongan 1’, 1–11 Liyah, F I, D A N Bathiniyah,(2023) and Shalat Guna, ‘Pelatihan Perbaikan Qauliyah, Fi’liyah DanBathiniyah Shalat Guna Meningkatkan Kualitas Shalat’, 12.2 Muhammad Lathief Ilhamy Nasution,(2022) ‘Kedudukan Sumber Hukum Islam Kedua (Hadis) Dalam Al-Qur’an’, Al-Kauniyah, 2.2 , Shubhie, H M, Pendidikan Agama Islam-Akidah Akhlak (books.google.com, 2021) 8 Muhammad ibn Ismail al-Kahlani, Subul as-Salam, Juz 1. (Bandung: Dar al-Fikr, tth.) h. 111 9