KONSEP DASAR KREATIVITAS ANAK USIA DINI
Indri Yalita (21022021)
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Negeri Padang
Email :
[email protected]
ABSTRAK
Kreativitas meruapakan kemampuan seseorang dalam berpikir dan menemukan ide-ide
baru terkait dengan hal yang ia inginkan. Seseorang yang reatif akan mampu menciptakan hal
baru atau bahakan memperbaharui hal yang sudah ada sebelumnya. kreativitas ialah
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menghasilkan suatu ide/ produk yang
baru/original yang memiliki nilai kegunaan, dimana hasil dari ide/ produk tersebut diperoleh
melalui proses kegiatan imajinatif atau sintesis pemikiran yang hasilnya bukan hanya
perangkuman, tetapi mencakup pembentukan pola baru dan gabungan informasi yang
diperoleh dari pengalaman sebelumnya.tahapan-tahapan proses kreativitas yang harus dilalui
oleh orang-orang yang berpikir kreatif yang dimulai dari persiapan konsentrasi-inkubasiiluminasi dan berakhir pada tahap verifikasi/produksi. Adapun kreativitas ini memiliki kaitan
dengan intelegensi yang dimiliki oleh anak, dengan kata lain kreativitas juga sebagai wujud
kecerdasan intelegensi anak. selanjutnya ada beberapa ciri anak yang kreatif, diantaranya yaitu
a) imajinatif, b) mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, c) percaya diri, d) berani mengambil
resiko, e) mandiri dalam berpikir. Disamping itu kreativitas memiliki 4P (Pribadi, Pendorong,
Proses, dan Produk) sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini ialah Studi Literatur. Teknik ini dilakukan dengan tujuan untuk mengungkapkan
berbagai teori-teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi/diteliti sebagai
bahan rujukan dalam pembahasan hasil penelitian.
Kata Kunci: Kreativitas Anak Usia Dini, Anak Usia Dini
ABSTRACT
Creativity is a person's ability to think and find new ideas related to the things he wants.
Someone who is creative will be able to create new things or even renew things that already
exist. Creativity is the ability possessed by a person to produce a new/original idea/product that
has useful value, where the results of the idea/product are obtained through a process of
imaginative activity or synthesis of thoughts whose results are not just a summary, but include
the formation of new patterns and combinations. information obtained from previous
experience. stages of the creative process that must be passed by people who think creatively,
starting from concentration preparation-incubation-illumination and ending at the
verification/production stage. This creativity is related to the intelligence possessed by
children, in other words creativity is also a form of children's intelligence. Next, there are
several characteristics of creative children, including a) being imaginative, b) having a high
curiosity, c) being confident, d) daring to take risks, e) being independent in thinking. Besides
that, creativity has 4Ps (Person, Driver, Process, and Product) as previously explained. The
method used in this research is literature study. This technique is carried out with the aim of
revealing various theories that are relevant to the problems being faced/researched as reference
material in discussing research results.
Keywords: Early Childhood Creativity, Early Childhood
1
PENDAHULUAN
Kreativitas merupakan suatu proses mental yang dilakukan Individu berupa gagasan
atau produk baru, atau mengombinasikan antara keduanya yang akhirnya akan melekat pada
dirinya. Sementara itu Supriadi mengungkapkan bahwa Kreativitas adalah kemampuan
seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang
relativ berbeda dengan apa yang telah ada, dan merupakan kemampuan berfikir tingkat tinggi
yang mengimplikasikan terjadinya eskalasi dalam kemampuan berfikir yang ditandai oleh
sukses, diskontinuitas, diferensasi, integrasi antara setiap tahap perkembangan.
Nurjanah, N. E. (2020) menyatakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan dalam
berfikir merumuskan ide-ide baru dan menggabungkannya dengan ide-ide lama kemudian
mengkombinasikannya sehingga terbentuknya sebuah pemahaman. Dalam hal ini kemampuan
berfikir tersebut digunakan dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi
seseorang di lingkungan sekitarnya. Perlu dipahami bahwa kreativitas orang yang satu dengan
yang lainnya tidak dapat disamakan, hal ini bergantung dari sudut pandang masing-masing
individu.
Berdasarkan penjelasnan diatas maka dapat kita simpulkan bahwa kreativitas
meruapakan kemampuan seseorang dalam berpikir dan menemukan ide-ide baru terkait dengan
hal yang ia inginkan. Seseorang yang reatif akan mampu menciptakan hal baru atau bahakan
memperbaharui hal yang sudah ada sebelumnya.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah Studi Literatur. Studi literatur adalah
serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca
dan mencatat, serta mengelolah bahan penelitian. Menurut Danial dan Warsiah (2009:80),
Studi Literatur adalah merupakan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan
mengumpulkan sejumlah buku buku, majalah yang berkaitan dengan masalah dan tujuan
penelitian.
Teknik ini dilakukan dengan tujuan untuk mengungkapkan berbagai teori-teori yang
relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi/diteliti sebagai bahan rujukan dalam
pembahasan hasil penelitian. Pengertian Lain tentang Studi literatur adalah mencari referensi
teori yang relefan dengan kasus atau permasalahan yang ditemukan.
2
Secara Umum Studi Literatur adalah cara untuk menyelesaikan persoalan dengan
menelusuri sumber-sumber tulisan yang pernah dibuat sebelumnya. Dengan kata lain, istilah
Studi Literatur ini juga sangat familier dengan sebutan studi pustaka. Dalam sebuah penelitian
yang hendak dijalankan, tentu saja seorang peneliti harus memiliki wawasan yang luas terkait
objek yang akan diteliti. Jika tidak, maka dapat dipastikan dalam persentasi yang besar bahwa
penelitian tersebut akan gagal.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Definisi Operasional Kreativitas
Freeman dan Munandar (dalam Suyanto, 2005) mengemukakan bahwa kreativitas ialah
ekspresi seluruh kemampuan anak. Oleh karena itu, kreativitas hendaknya sudah
dikembangkan sedini mungkin semenjak anak dilahirkan. Selanjutnya Semiawan dan
Munandar (1999) berpendapat bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk memberikan
gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Secara rinci Drevdahl
(dalam Hurlock, 1978) mengungkapkan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk
menghasilkan komposisi, produk atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru dan
sebelumnya tidak dikenal pembuatnya. Ia dapat berupa kegiatan imajinatif atau sintesis
pemikiran yang hasilnya bukan hanya perangkuman. Ia mungkin mencakup pembentukan pola
baru dan gabungan informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya dan pencakokan
hubungan lama ke situasi baru dan mungkin mencakup pembentukan korelasi baru, ia harus
mempunyai maksud atau tujuan yang ditentukan, bukan fantasi semata, walaupun merupakan
hasil yang sempurna dan lengkap, ia mungkin dapat berbentuk produk seni, kesusasteraan,
produk ilmiah atau mungkin bersifat prosedural atau metodologis.
Pada intinya kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang
baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada
sebelumnya. Selaras dengan yang dikemukakan oleh Moreno dalam Slameto yang penting
dalam kreativitas itu bukanlah penemuan sesuatu yang belum pernah diketahui orang
sebelumnya, melainkan bahwa produk kreativitas itu merupakan sesuatu yang baru bagi diri
sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain atau dunia pada umumnya.
(Hartiti:30).
Dengan demikian, disimpulkan bahwa kreativitas ialah kemampuan yang dimiliki oleh
seseorang untuk menghasilkan suatu ide/ produk yang baru/original yang memiliki nilai
kegunaan, dimana hasil dari ide/ produk tersebut diperoleh melalui proses kegiatan imajinatif
3
atau sintesis pemikiran yang hasilnya bukan hanya perangkuman, tetapi mencakup
pembentukan pola baru dan gabungan informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya.
Hubungan Kreativitas dengan Intelegensi
Dalam mendefenisikan pengertian intelegensi para ahli mempunyai pengertian yang
beragam, antara lain yaitu:
1. Jamaris (2010) mendefenisikan intelegensi sebagai sesuatu yang merupakan interaksi aktif
antara kemampuan yang dibawa sejak lahir dengan pengalaman yang diperoleh dari
lingkungan yang menghasilkan kemampuan individu untuk memperoleh, mengingat dan
menggunakan pengetahuan, mengerti makna dari konsep konkrit dan konsep abstrak,
memahami hubungan-hubungan yang ada diantara objek, peristiwa, ide dan kemampuan
dalam menerapkan semua hal tersebut di atas untuk memecahkan masalah yang di hadapi
dalam kehidupan seharihari.
2. Anita E. Woolfolk (1995) mengemukakan bahwa menurut teori lama, intelegensi itu
meliputi tiga pengertian yaitu: a) kemampuan untuk belajar, b) keseluruhan pengetahuan
yang diperoleh, c) kemampuan untuk beradaptasi secara umumnya.
3. C.P. Chaplin (1975) mengartikan intelegensi itu sebagai kemampuan menghadapi dan
menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif
4. Binet menyatakan bahwa sifat hakikat intelegensi itu ada tiga macam yaitu: a) kecerdasan
untuk menetapkan dan mempertahankan tujuan tertentu. Semangkin cerdas seseorang akan
semangkin cakaplah dia membuat tujuan sendiri, mempunyai inisiatif sendiri tidak
menunggu perintah saja, b) kemampuan untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka
mencapai tujuan tersebut, c) kemampuan untuk melakukan otokritik, kemampuan untuk
belajar dari kesalahan yang telah dibuatnya.
5. Raymon Cattel dkk, mengklasifikasikan intelegensi ke dalam dua kategori yaitu a) fluid
intelligence yaitu tipe kemampuan analisis kognitif yang relatif tidak dipengaruhi oleh
pengalaman belajar sebelumnya, b) Crystallized intelegence yaitu keterampilanketerampilan atau kemampuan nalar (berpikir) yang dipengaruhi oleh pengalaman belajar
sebelumnya. (Yusuf LN, 2012)
Dari defenisi para ahli di atas, mengenai intelegensi dan pengertian mengenai
kreativitas dari pokok bahasan sebelumnya, maka jelas terlihat bahwa terdapat hubungan
diantara keduanya. Sebab kreativitas yang menjurus kepenciptaan sesuatu yang baru
bergantung pada kemampuan untuk mendapatkan pengetahuan yang sudah umum diterima,
4
pengetahuan tersebut kemudian diatur dan diolah ke dalam bentuk baru dan orisinal, ia
menggunakan pengetahuan yang diterima sebelumnya dan ini bergantung pada kemampuan
intelektual seseorang. (Hurlock, 1978).
Anak yang berada pada fase praoperasional berpikir secara simbolik yang dihadirkan
dalam berbagai bentuk fantasi maka kemampuan ini merupakan pintu untuk menumbuh
kembangkan kreativitas anak. Hal ini sejalan dengan hakikat dari kreativitas bahwa kreativitas
merupakan hasil dari belahan otak bagian kanan. Operasi otak pada bagian kanan ini
menyebabkan orang dapat melakukan berbagai imajinasi atau fantasi sehingga dapat diciptakan
berbagai karya yang unik. Fantasi atau imajinasi yang hadir dalam masa praoperasional tampil
dalam berbagai aktivitas anak, baik pada waktu bermain, berbicara ataupun melakukan suatu
kegiatan yang lain. Semua hal tersebut adalah refleksi dari kreativitas anak. (Jamaris, 2010)
Oleh karena itu, pada setiap umur, anak yang pandai menunjukkan kreativitas yang
lebih besar dari anak yang kurang pandai. Mereka lebih banyak mempunyai gagasan baru untuk
menangani suasana konflik sosial dan mampu merumuskan lebih banyak penyelesaian bagi
konflik tersebut. Ini merupakan salah satu alasan mengapa mereka lebih sering terpilih sebagai
pemimpin dibandingkan teman seusia mereka yang kurang pandai (Hurlock, 1978).
Dengan demikian, setiap anak yang kreatif memiliki intelegensi yang tinggi. Namun
anak yang memiliki intelegensi yang tinggi belum tentu kreatif, karena tidak semua orang
dengan intelegensi yang tinggi merupakan pencipta. Jadi, kreativitas tidak sama dengan
intelegensi, dalam arti IQ, sebagaimana ditunjukkan dalam penelitian dari tahun 1970-an dan
tahun 1980-an. Kita sekarang juga mengetahui bahwa jenis tertentu dari keahlian pikiran
divergen dapat ditingkatkan dengan praktek dan latihan. Contoh: banyak anak pandai mencapai
keberhasilan akademis tetapi hanya sedikit yang menunjukkan cara berpikir kreatif yang tidak
sekedar memberikan yang diinginkan guru.
Mekanisme Kreativitas
Orang-orang kreatif berhasil mencapai ide, gagasan, pemecahan, penyelesaian, cara kerja, hal
atau produk baru, biasanya sesudah melewati beberapa tahap, dengan urutan yang
dikemukakan oleh David Cambell melalui lima tahap dalam proses kreatif yaitu:
1. Persiapan (Preparation)
Meletakan dasar, mempelajari latar belakang masalah, seluk beluk dan
problematikanya. Meskipun tidak semua ahli kreatif, namun kebanyakan pencipta adalah
5
ahli. Terobosan gemilang dalam suatu bidang hampir selalu dihasilkan oleh orang-orang
yang sudah lama berkecimpung dan lama berpikir dalam bidang itu. Persiapan untuk
kreativitas itu kebanyakan dilakukan atas dasar “minat”. Kesuksesan orang-orang besar
tercapai dan bertahan, bukan oleh loncatan yang tiba-tiba, tetapi dengan usaha keras.
2. Konsentrasi
(Concentration) Orang-orang kreatif biasanya serius, perhatiannya tercurah dan
pikirannya terpusat pada hal yang mereka kerjakan. Penulis, seniman, ilmuan, penemu,
orang iklan, dan usahawan inovatif kerap menceritakan saat-saat konsentrasi panjang yang
mereka buat sebelum perkara yang mereka coba pecahkan teratasi.
3. Inkubasi (Incubation)
Mengambil waktu untuk meninggalkan perkara, istirahat, waktu santai. Sebuah
busur tak dapat direntang terus-menerus untuk jangka panjang tanpa bahaya patah. Maka
kita perlu melarikan diri dari perkara yang sedang kita selesaikan, masalah yang hendak
kita pecahkan. Inkubasi merupakan saat di mana sedikit demi sedikit kita bebaskan dari
kerutinan berpikir, kebiasaan bekerja, kelaziman pemakai cara.
4. Iluminasi
Tahap iluminasi merupakan tahap yang paling menyenangkan sebab bagian yang paling
nikmat dalam penciptaan. Sebab tahap ketika segalanya jelas dan penerapan untuk
pemecahan masalah, penyelesaian perkara, cara kerja, jawaban baru tiba-tiba tampak
laksana kilat. Pada waktu tahap iluminasi itu datang. Kita ibarat orang mabuk kepayang.
Kita melayang amat gembira tak terlukiskan. Hal ini dapat dipahami, sebab tahap iluminasi
tiba, baru sesaat sesudah konsentrasi yang padat dan kekecewaan yang kerap tidak kecil.
Sesudah kita bersitegang diri dengan masalah atau perkara selama berhari-hari, berbulanbulan, bahkan mungkin bertahuntahun, secara tiba-tiba pemecahan masalah atau
penyelesaian perkara itu muncul, laksana letusan mercon hebat ditengah malam sunyi.
Pelepasan dari ketegangan itu seperti ledakan, baik uap panas yang memecahkan alat
penyimpanannya. Rasa nyaman itu menjadi semangkin besar, mana kala penyelesaian
perkara dan pemecahan masalah itu muncul dengan mendadak tak terduga-duga dan tak
diharap-harapkan. Kita dapat saja berteriak berisi pemberitahuan secara terbata-bata
tentang ide, gagasan hebat yang baru di dapat, masalah yang selesai, perkara yang
terselesaikan, jawaban yang baru diketemukan.
5. Verifikasi/ Produksi
Memastikan apakah solusi itu benar-benar memecahkan masalah. Tahap AHA!,
betapa pun memuaskan, barulah merupakan akhir dari suatu awal. Masih ada pekerjaan
6
berat yang harus dikerjakan. Kalau sudah menemukan ide, gagasan, pemecahan,
penyelesaian, cara kerja baru, kita harus turun tangan mewujudkannya. Kecakapan kerja
merupakan bagian penting dalam karya kreatif. Betapapun banyak ide, gagasan, ilham,
impian bagus-bagus yang ditemukan, jika tidak dapat diwujudkan, semuanya akan lenyap
bagai embun diterjang sinar matahari. Maka orang kreatif harus memiliki kecakapan kerja
baik secara pribadi maupun kelompok.
Demikianlah tahapan-tahapan proses kreativitas yang harus dilalui oleh orang-orang
yang berpikir kreatif yang dimulai dari persiapan konsentrasi-inkubasi-iluminasi dan berakhir
pada tahap verifikasi/produksi.
Ciri-ciri Anak Kreatif
Dunia anak merupakan dunia kreativitas, dimana anak membutuhkan ruang gerak,
berpikir dan emosional yang terbimbing dan cukup memadai. Kemampuan otak atau berpikir
merupakan salah satu aspek yang berpengaruh terhadap munculnya kreativitas seseorang,
kemampuan berpikir yang dapat mengembangkan kreativitas adalah kemampuan berpikir
secara divergen, yaitu kemampuan untuk memikirkan berbagai alternatif pemecahan suatu
masalah. Sedangkan perasaan atau kecerdasan emosi adalah aspek yang berkaitan dengan
keuletan, kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi ketidak pastian dan berbagai masalah
yang berkaitan dengan kreativitas.
Tiga potensi tersebut akan terus menerus mengantarkan anak pada kemandiriannya
yang akan berproses pada kedewasaan diri. Jadi, ketika anak kehilangan dunianya, maka hal
ini akan membunuh kreativitas mereka. Ingat, bahwa kreativitas melibatkan interaksi antara
otak, perasaan dan gerak dalam kegiatan yang menyenangkan yaitu dalam kegiatan bermain.
Anak adalah manusia unik yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa,
begitu juga dengan kreativitas yang mereka miliki. Suyanto (2005) mengemukakan mengenai
perilaku yang mencerminkan kreativitas alamiah pada anak dapat diidentifikasi berdasarkan
ciriciri berikut:
1. Senang menjajaki lingkungannya.
2. Mengamati dan memegang segala sesuatu; eksplorasi secara ekspansif dan eksesif.
3. Rasa ingin tahunya besar, suka mengajukan pertanyaan tak hentihentinya.
4. Bersifat spontanitas menyatakan fikiran dan perasaannya.
5. Suka bertualang; selalu ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman baru.
6. Suka melakukan eksperimen; membongkar dan mencoba-coba berbagai hal.
7
7. Jarang merasa bosan; ada-ada saja hal yang ingin dilakukan.
8. Mempunyai daya imajinasi yang tinggi.
Lebih lanjut Ihat Hatimah (dalam Susanto, 2014) mengemukakan beberapa bentuk
kreativitas pada anak usia dini, yaitu:
1. Gagasan/berpikir kreatif, yang meliputi: a) berpikir luwes yaitu anak yang mampu
mengungkapkan pengertian lain yang mempunyai sifat sama, mampu memberikan jawaban
yang tidak kaku, mampu berinisiatif. b) berpikir orisinil yaitu anak mampu
mengungkapkan jawaban yang baru, anak mampu mengimajinasi bermacam fungsi benda.
c) berpikir terperinci yaitu anak yang mampu mengembangkan ide yang bervariasi, mampu
mengerjakan sesuatu dengan tekun, mampu mengerjakan dan menyesuaikan tugas dengan
teliti dan terperinci. d) berpikir menghubungkan yaitu anak yang memiliki tingkat
kemampuan mengingat masa lalu yang kuat, memiliki kemampuan menghubungkan masa
lampau dan masa kini.
2. Aspek sikap, yang meliputi: a) rasa ingin tahu yaitu anak tersebut senang menanyakan
sesuatu, terbuka terhadap situasi asing, senang mencoba hal-hal yang baru. b) ketersedian
untuk menjawab pertanyaanpertanyaan yang dilontarkan guru, tertarik untuk memecahkan
masalahmasalah baru. c) keterbukaan yaitu anak yang senang beragumentasi, senang
terhadap pengalaman orang lain. d) percaya diri yaitu anak yang berani melontarkan
berbagai gagasan, tidak mudah dipengaruhi orang lain, kuat pendirian, memiliki kebebasan
berkreasi. e) berani mengambil resiko yaitu anak yang tidak ragu mencoba hal baru, selalu
berusaha untuk berhasil, dan berani mempertahankan.
3. Aspek karya, yang meliputi: a) permainan yaitu anak yang berani memodifikasi berbagai
mainan, mampu menyusun berbagai bentuk mainan. b) karangan yaitu anak mampu
menyusun karangan, tulisan atau cerita, mampu menggambar hal yang baru, memodifikasi
dari yang telah ada.
Dari ciri-ciri yang telah dijelaskan di atas, akan dapat membantu kita selaku sebagai
orang tua atau pendidik/guru untuk mengidentifikasi anak/peserta didik kita. Sehingga
kreativitas yang terdapat di dalam dirinya dapat dikembangkan secara optimal. Sebab jika hal
ini terabaikan oleh lingkungan sekitarnya, maka mereka akan mengalami hambatan dalam
mengembangkan diri/potensinya dikemudian hari.
Pendekatan 4P dalam Pengembangan Kreativitas
8
Dalam pengembangan kreativitas anak, sesuai dengan defenisi kreativitas kita
menggunakan pendekatan 4 P yaitu ditinjau dari aspek pribadi, pendorong, proses dan produk.
Di bawah ini akan dijabarkan secara rinci, sebagai berikut:
1. Pribadi
Kreativitas adalah ungkapan dari keunikan individu dalam interaksi dengan
lingkungannya. Dari ungkapan pribadi yang unik inilah dapat diharapkan timbulnya ideide baru dan produk-produk yang inovatif. Oleh karena itu, pendidik hendaknya dapat
menghargai keunikan pribadi dan bakat-bakat peserta didiknya dan jangan mengharapkan
semua peserta melakukan dan menghasilkan hal-hal yang sama, atau mempunyai minat
yang sama. Guru hendaknya membantu anak menemukan bakatbakatnya dan
menghargainya.
2. Pendorong
Untuk perwujudan bakat kreatif anak diperlukan dorongan dan dukungan dari
lingkungan, yang berupa apresiasi, dukungan, pemberian penghargaan, pujian, insentif dan
lain-lainnya. Dan dorongan kuat dalam diri anak itu sendiri untuk menghasilkan sesuatu.
Bakat kreatif dapat berkembang dalam lingkungan yang mendukung tetapi juga dapat
dihambat dalam lingkungan yang tidak menunjang pengembangan bakat itu. Di dalam
keluarga di sekolah, di dalam lingkungan pekerjaan maupun di dalam masyarakat harus ada
penghargaan dan dukungan terhadap sikap dan perilaku kreatif individu atau kelompok
individu. Banyak orang tua yang kurang menghargai kegiatan kreatif anak mereka, yang
lebih memprioritaskan pencapaian prestasi akademis yang tinggi dan memperoleh ranking
di dalam kelas. Mengambil les piano atau melukis tidak begitu penting atau tidak
diprioritaskan meskipun anak menunjukkan bakat dan minat mengenai bidang tersebut,
karena kekhawatiran dapat menurunkan ranking di dalam kelas. Demikian pula beberapa
guru meskipun menyadari pentingnya pengembangan kreativitas, tetapi dengan kurikulum
yang ketat dan kelas-kelas dengan jumlah murid yang banyak, maka tidak ada waktu untuk
kreativitas menjadi lebih dikedepankan. Padahal kesibukan kreatif memperkaya hidup anak
dan tidak sampai merugikan prestasi akademisnya. Justru sebaliknya, karena anak merasa
senang dan puas bahwa bakat dan minatnya dapat dikembangkan, ia menjadi lebih
semangat untuk belajar.
3. Proses
Untuk mengembangkan kreativitas anak, ia perlu diberi kesempatan untuk bersibuk
diri secara kreatif. Pendidik hendaknya dapat merangsang anak untuk melibatkan dirinya
9
dalam berbagai kegiatan kreatif. Dalam hal ini yang penting adalah memberikan kebebasan
kepada anak untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif. Misalnya dalam tulisan,
lukisan, bangunan dan sebagainya. Tentunya dengan tidak merugikan orang lain atau
lingkungan. Pertama-tama yang perlu adalah proses bersibuk diri secara kreatif tanpa perlu
selalu atau terlalu cepat menuntut dihasilkannya produk kreatif yang bermakna. Sebab
produk kreatif akan muncul dengan sendirinya dalam iklim yang menunjang, menerima
dan menghargai anak. Perlu pula diingat bahwa kurikulum sekolah yang terlalu padat
sehingga tidak ada peluang untuk kegiatan kreatif dan jenis penugasan atau pekerjaan yang
monoton, tidak menunjang pengembangan kreativitas anak. Hendaknya orang tua dan guru
menyadari bahwa waktu luang seyogyanya digunakan untuk melakukan kegiatan
konstruktif yang diminati anak dan tidak belajar semata-mata atau melakukan kegiatan
yang pasif apalagi destruktif.
4. Produk
Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif yang
bermakna adalah kondisi pribadi dan lingkungan yaitu sejauh mana keduanya mendorong
seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses (kesibukan, kegiatan) kreatif. Dengan
menemukenali bakat dan ciri-ciri pribadi kreatif dengan menyediakan waktu dan saranaprasarana yang menggugah minat anak meskipun tidak perlu mahal, maka produkproduk
kreativitas anak dipastikan akan timbul. Yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa pendidik
menghargai produk kreativitas anak dan mengkomunikasikannya kepada yang lain, misal
dengan menunjukkan hasil karya anak. Hal ini akan menggugah minat anak untuk
berkreasi. (Munandar, 1999).
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan materi yang telah dijelaskan sebelumnya maak dapat kita simpulkab
bahwa konsep kreativitas bagi anak usia dini merupakan kemampuan untuk menciptakan suatu
yang baru, yang mencerminkan kelancaran, keluwesan dan orisinilitas dalam berfikir serta
kemampuan untuk mengabolarasi suatu gagasan sesuatu yang baru disini bukan berarti harus
samasekali baru, tetapi dapat juga sebagai kombinasi dari unsur-unsur yang telah ada
sebelumnya. Adapun kreativitas ini memiliki kaitan dengan intelegensi yang dimiliki oleh
anak, dengan kata lain kreativitas juga sebagai wujud kecerdasan intelegensi anak. selanjutnya
ada beberapa ciri anak yang kreatif, diantaranya yaitu a) imajinatif, b) mempunyai rasa ingin
tahu yang tinggi, c) percaya diri, d) berani mengambil resiko, e) mandiri dalam berpikir.
10
Disamping itu kreativitas memiliki 4P (Pribadi, Pendorong, Proses, dan Produk) sebagaimana
telah dijelaskan sebelumnya.
Penelitian ini hanya membahas tentang konsep dasar kreativitas anak usia dini
penelitian selanjutnya dapat mengembangkan lebih dalam lagi mengenai kreativitas anak usia
dini . Implikasi penelitian ini diharapkan dapat menjadi evaluasi dalam mengembangkan
kreativitas anak usia dini.
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, B Elizabeth, 1978, Perkembangan Anak Jilid 2, Diterjemahkan Oleh Med, Metasari
Tjandrasa, Jakarta: Erlangga
Hartiti Tri, Pengaruh Tandur Terhadap Kreativitas Pada Pembelajaran Matematika
Berdasarkan Gender Siswa SD Kelas V Di Gugus Diponegoro Kota Salatiga,
Yogyakarta: Universitas Kristen Surya Wacana, Skripsi.
Jamaris Martini, 2010, Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan, Jakarta: Yayasan Penamas
Murni.
Munandar Utama, 1999, Kreativitas dan Keberbakatan:Strategi Mewujudkan Kreatif dan
Bakat, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Nurjanah, N. E. (2020). Pembelajaran stem berbasis loose parts untuk meningkatkan kreativitas
anak usia dini. Jurnal audi: jurnal ilmiah kajian ilmu anak dan media informasi paud,
5(1), 19-31.
Suryana, D. (2013). Pengetahuan tentang strategi pembelajaran, sikap, dan motivasi
guru. Jurnal ilmu pendidikan, 19(2).
Suryana, D. (2014). Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Perkembangan
Anak. Jurnal Pesona: Jurnal Pendidikan Dasar dan Humaniora, 2(1), 65-72.
Suryana, D. (2016). Pendidikan Anak Usia Dini: Stimulasi & Aspek Perkembangan Anak.
Prenada Media.
Suryana, D. (2017). Pembelajaran Tematik Terpadu Berbasis Pendekatan Saintifik di Taman
Kanak-Kanak. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 11(1), 67-82.
Suryana, D. (2021). Pendidikan anak usia dini teori dan praktik pembelajaran. Prenada Media.
11
Suryana, D., Yulia, R., & Safrizal, S. (2021). CONTENT ANALYSIS OF AL-QUR'AN
SCIENCE INTEGRATION IN CHILDREN'S ANIMATED SERIAL OF RIKO THE
SERIES HUJAN’S EPISODE. Ta'dib, 24(1), 93-101
Suryana, D., Mayar, F., & Sari, R. E. (2021). Pengaruh Metode Sumbang Kurenah terhadap
Perkembangan Karakter Anak Taman Kanak-kanak Kecamatan Rao. Jurnal Obsesi: 10
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(1), 341-352.
Suryana, D., & Hijriani, A. (2022). Pengembangan Media Video Pembelajaran Tematik Anak
Usia Dini 5-6 Tahun Berbasis Kearifan Lokal. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak
Usia Dini, 6(2), 1077-1094.
Suryana, D., & Latifa, B. (2023). Inner Child Influence on Early Childhood Emotions.
Educational Administration: Theory and Practice, 29(3).
Suryana, D., Husna, A., & Mahyuddin, N. (2023). CIPP Evaluation Model: Analysis of
Education Implementation in PAUD Based on Government Policy on Implementation
of Learning During the Covid-19 Pandemic. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak
Usia Dini, 7(4), 4386-4396.
Susanto Ahmad, 2014, Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar Dalam Berbagai Aspeknya,
Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Suyanto, Slamet, 2005, Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta: Hikayat
Puplishing.
12