Academia.eduAcademia.edu

Strategi Dakwah K.H. Ahmad Dahlan

2022, Perspektif

Abstrak Strategi pada hakikatnya perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak hanya berfungsi peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana teknik (cara) operasionalnya. Dalam banyak literatur, para ahli telah menjelaskan bahwa tema sentral dakwah adalah Islam. Arti dari pernyataan ini adalah dakwah sebagai implementasi dari publikasi ajaran agama Islam, menjadikan Islam sebagai wawasan dan basis ruang geraknya sekaligus. Demikian dekat derajat antara keduanya, sehingga Islam dan dakwah tidak memiliki celah Kecuali hanya terpaut dalam posisi ideologi dan aplikasi, atau antara ajaran dan pengalaman. Sebutlah Islam sebagai format dasar tentang konsep pedoman tingkah laku manusia tentang apa yang semestinya, maka dakwah adalah sebuah proses realisasi konsep ini secara implementatif. Sebagai implementasi dari sebuah konsep, seluruh kebijakan dakwah dan langkahnya tidak terlepa...

ISSN 2807-1190 STRATEGI DAKWAH K.H. AHMAD DAHLAN Penulis : Hermansyah Institusi : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Jakarta Email Korespondensi : [email protected] DOI : 10.53947/perspekt.v1i4.179 Abstrak Kata Kunci: Strategi Dakwah K.H. Ahmad Dahlan Strategi pada hakikatnya perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak hanya berfungsi peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana teknik (cara) operasionalnya. Dalam banyak literatur, para ahli telah menjelaskan bahwa tema sentral dakwah adalah Islam. Arti dari pernyataan ini adalah dakwah sebagai implementasi dari publikasi ajaran agama Islam, menjadikan Islam sebagai wawasan dan basis ruang geraknya sekaligus. Demikian dekat derajat antara keduanya, sehingga Islam dan dakwah tidak memiliki celah Kecuali hanya terpaut dalam posisi ideologi dan aplikasi, atau antara ajaran dan pengalaman. Sebutlah Islam sebagai format dasar tentang konsep pedoman tingkah laku manusia tentang apa yang semestinya, maka dakwah adalah sebuah proses realisasi konsep ini secara implementatif. Sebagai implementasi dari sebuah konsep, seluruh kebijakan dakwah dan langkahnya tidak terlepas dari apa yang telah digariskan dalam konsep dasar tersebut. Dari sini dapat dipahami, bahwa dakwa tidaklah memiliki wujud yang berdiri sendiri, lebih dari itu, secara hakiki, dakwah adalah bentuk fisik-empiris dari ajaran Islam yang dari situ dakwah mengarahkan setiap kebijakan dan langkahnya. Maka tujuan dakwah sebenarnya tidak lain dari tujuan Islam itu sendiri yakni transformasi sikap kemanusiaan (attitude of humanity transformation) atau yang dalam terminologi al-Qur’an disebutkan al-ikhraj min al-zulumat ila al- nur Abstract Keywords: Da'wah Strategy K.H. Ahmad Dahlan Strategy is essentially planning (planning) and management to achieve a goal. But to achieve this goal, the strategy does not only function as a road map that only shows the direction, but must show how the technique (way) is operational. In many literatures, experts have explained that the central theme of da'wah is Islam. The meaning of this statement is da'wah as the implementation of the publication of Islamic religious teachings, making Islam both the insight and the basis for its space of movement at the same time. So close in degree between the two, that Islam and da'wah have no gaps except only in ideological positions and applications, or between teachings and experience. Call Islam as the basic format of the concept of guiding human behavior about what should be, then da'wah is a process of implementing this concept. As the implementation of a concept, all da'wah policies and steps cannot be separated from what has been outlined in the basic concept. From this it can be understood that da'wa does not have a stand-alone form, more than that, essentially, da'wah is a physicalempirical form of Islamic teachings from which da'wah directs every policy and step. itself, namely the attitude of humanity transformation or what in the terminology of the Qur'an is called al-ikhraj min al-zulumat al-nur Jurnal Perspektif – Yayasan Jaringan Kerja Pendidikan Bali | 345 ISSN 2807-1190 hubungan sosial yang lebih luas setiap 1. PENDAHULUAN Islam mengajarkan agar setiap muslim menjalin persaudaraan dan kebaikan dengan sesama, seperti dengan tetangga maupun anggota masyarakat lainnya, dengan memelihara hak dan kehormatan baik dengan sesama muslim maupun non-muslim. Setiap keluarga dan anggota keluarga harus menunjukkan keteladanan dalam bersikap baik kepada tetangga, juga bermurah hati kepada tetangga yang akan menitipkan barang atau hartanya, mengunjungi bila tetangga sakit, mengasihi tetangga sebagaimana keluarga sendiri, menyatakan ikut gembira hati jika tetangga memperoleh kesuksesan, menghibur dan memberikan perhatian yang mengalami simpatik musibah jika atau tetangga kesusahan, kemudian, menjenguk bila ada tetangga yang meninggal dan ikut mengurusi sebagaimana hak-hak tetangga yang diperlukan, bersikap pemaaf dan lemah lembut bila tetangga salah, jangan saling selidik-menyelidiki keburukan tetangga, membiasakan memberi sesuatu seperti makanan dan oleh-oleh kepada tetangga, jangan menyakiti tetangga, bersikap kasih sayang dan lapang dada, lebih dari itu, menjauhkan diri dari segala sengketa dan sikap tercela, berkunjung dan saling tolong-menolong, dan melakukan amal makruf nahi mungkar dengan cara yang tepat dan bijaksana. Dalam bertetangga dengan yang lainya agama juga diajarkan untuk bersikap baik dan adil. Mereka berhak memperoleh hak-hak dan kehormatan sebagai tetangga, memberikan dan menerima dari mereka berupa makanan yang halal, dan memelihara toleransi sesuai dengan prinsipprinsip yang diajarkan agama Islam. Dalam anggota Muhammadiyah baik sebagai individu, keluarga, maupun jama’ah dan jam’iyah harus menunjukkan sikap-sikap sosial yang didasarkan atas prinsip menjunjung tinggi nilai kehormatan manusia, memupuk rasa persaudaraan dan kesatuan kemanusiaan, mewujudkan kerja sama umat manusia menuju masyarakat sejahtera lahir dan batin, memupuk menghormati kebebasan jiwa toleransi, orang lain, menegakkan budi baik, menegakkan amanat dan keadilan, perlakuan yang sama, menepati janji, menanam kasih sayang dan mencegah kerusakan, menjadi masyarakat yang shalih dan utama, bertanggung jawab atas baik dan buruknya masyarakat dengan melakukan amar makruf dan nahi mungkar. berusaha untuk menyatu dan berguna, bermanfaat bagi masyarakat, memakmurkan masjid, menghormati dan mengasihi antara yang tua dan muda, tidak merendahkan sesama, tidak berprasangka buruk kepada sesama, peduli kepada orang miskin dan yatim, tidak mengambil hak orang lain, berlomba dalam kebaikan, dan hubungan-hubungan lainya yang bersifat islah untuk mewujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Melaksanakan gerakan jama’ah dan dakwah Islam di tengah-tengah masyarakat untuk perbaikan hidup baik lahir maupun batin sehingga dapat mencapai cita-cita masyarakat yang sebenar-benarnya. terutama manusia hidup bermasyarakat itu sunnah (hukum qodrat iradat) Allah Swt. atas kehidupan manusia di dunia ini. Masyarakat yang sejahtera, aman damai, makmur dan bahagia hanyalah dapat diwujudkan diatas keadilan, kejujuran, persaudaraan dan gotong-royong bertolong-tolongan dengan Jurnal Perspektif – Yayasan Jaringan Kerja Pendidikan Bali | 346 ISSN 2807-1190 bersindikat hukum Allah Swt. yang sebenar- pekerjaannya, dengan penuh pengharapan benarnya, lepas dari pengaruh syaitan dan perlindungan dan pertolongan Allah Swt. hawa nafsu. Agama Allah Swt. yang dibawa yang Maha Kuasa. Sedangkan didalam Islam dan diajarkan oleh sekian Nabi yang dianjurkan untuk berbuat kebaikan amar bijaksana dan berjiwa suci, adalah satu- makruf nahi mungkar sesuai dengan firman satunya pokok hukum dalam masyarakat Allah SWT pada surah Ali- Imran ayat 104 yang utama dan sebaik-baiknya. Menjunjung sebagai berikut: Artinya : "Dan hendaklah tinggi hukum Allah Swt. lebih dari pada diantara kamu ada segolongan orang yang hukum menyeru yang mana pun juga, adalah kepada kebaikan, menyeru kewajiban mutlak bagi tiap-tiap orang yang (berbuat) kebajikan, menyuruh (berbuat) mengaku ber-Tuhan kepada Allah Swt. Inilah yang makruf, dan mencegah dari yang yang disebut dengan Islam yang kaffah, yaitu mungkar. Dan mereka itulah orang-orang Islam yang syamil dan kamil, yang meliputi yang beruntung. Telah diuraikan dari bab segala sesuatu dan sempurna (Suradika, terdahulu, 2019, hlm. 10). Muhammadiyah dibangun oleh K.H. Ahmad Agama Allah Swt. adalah agama yang dibawa oleh sekalian Nabi sejak Nabi Adam AS sampai Nabi Muhammad SAW , dan diajarkan kepada umatnya masing-masing untuk mendapatkan hidup bahagia dunia dan akhirat. Syahdan. Untuk menciptakan masyarakat yang bahagia dan sejahtera sebagaimana yang tersebut diatas itu, tiaptiap orang, terutama umat Islam, umat yang percaya akan Allah Swt. dan hari kemudian, wajiblah mengikuti jejak sekalian Nabi yang suci. Beribadah kepada Allah Swt. dan berusaha segiat-giatnya mengumpulkan segala kekuatan dan menggunakannya untuk menjelmakan masyarakat itu di dunia ini. Dengan niat yang murni-tulus dan ikhlas karena Allah Swt. semata- mata dan hanya mengharapkan karunia Allah Swt. dan ridhaNya semata, serta mempunyai rasa tanggung jawab di hadirat Allah Swt. atas segala perbuatannya, lagi pula harus sabar dan tawakal bertabah hati menghadapi segala kesukaran atau kesulitan yang menimpa dirinya, atau rintangan yang menghalangi bahwa persyarikatan Dahlan sebagai hasil kongkret dari telaah dan pendalaman ( taddabur ) beliau terhadap AlQur’anul Karim. Faktor inilah yang sebenarnya menjadi faktor yang paling utama yang mendorong berdirinya Muhammadiyah. Sementara faktor-faktor lainya dapat dikatakan sebagai faktor penunjang atau faktor pemicu semata. Dengan ketelitiannya yang sangat memadai setiap mengkaji Ayatayat Al-Qur’an, khususnya ketika menelaah surat Ali Imran (3): 102 sampai 104, maka akhirnya melahirkan amalan kongkret yaitu lahirnya persyarikatan Muhammadiyah. Kajian serupa ini terus dikembangkan terhadap ayat-ayat lainnya. Hasil kajian ayatayat tersebut, yang oleh K.H.R. Hadjid dinamakan “ Ajaran K.H. Ahamad Dahlan dengan kelompok 17 ayat-ayat Al-Qur’an “, di dalamnya tergambar secara jelas sekali ruh, jiwa, nafas, semangat Muhammadiyah pengabdiannya kepada Allah SWT. Dari latar belakang berdirinya Muhammadiyah jelas bahwa sesungguhnya Muhammadiyah itu tidak kelahiran lain karena diilhami, dimotivasi dan disemangati oleh Jurnal Perspektif – Yayasan Jaringan Kerja Pendidikan Bali | 347 ISSN 2807-1190 ajaran-ajaran Al-Qur’an. Dan apa yang suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan digerakkan oleh Muhammadiyah tidak ada tersebut, strategi tidak hanya berfungsi peta motif untuk jalan yang hanya menunjukkan arah saja, merealisasikan prinsip- prinsip ajaran Islam melainkan harus menunjukkan bagaimana dalam kehidupan yang real dan kongkret. teknik (cara) operasionalnya. Kata strategi Segala yang dilakukan oleh Muhammadiyah, berasal dari bahasa Yunani “ strategi “ yang baik diartikan sebagai “ the art of the general” atau lain kecuali dalam semata-mata bidang pengajaran, pendidikan dan kemasyarakatan, ke perekonomian dan rumahtanggaan, seni orang digunakan panglima dalam yang biasanya peperangan. Namun sebagainya, tak dapat dilepas dari ajaran- definisi strategi terbagi menjadi secara umum ajaran dan khusus sebagai berikut: Islam. Tegasnya Gerakan Muhammadiyah hendak berusaha untuk menampilkan wajah Islam dalam wujud yang real, kongkret dan nyata, yang dapat dihayati, dirasakan dan dinikmati oleh umat sebagai “ rahmatannil’alamin DEFINISI SECARA UMUM Strategi adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan langka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana IDENTIFIKASI MASALAH agar tujuan tersebut dapat tercapai. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti mengidentifikasikan masalah-masalah yang relevan, sebagai berikut: DEFINISI SECARA KHUSUS Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan a) Bagaimana Biografi K.H. Ahmad Dahlan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang b) Bagaimana Strategi Dakwah K.H. Ahmad diharapkan oleh para pelanggan dimasa Dahlan depan. Dengan demikian strategi hampir c) Bagaimana Pengaruh Dakwah K.H. Ahmad selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan Dahlan Terhadap Kehidupan Masyarakat bukan dimulai dari apa yang terjadi Jika dilihat dari segi bahasa (etimologi), maka TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk memahami Strategi Dakwah K.H. Ahmad Dahlan. Untuk mengetahui Pengaruh Dakwah K.H. Ahmad Dahlan Terhadap Kehidupan Masyarakat. Untuk mengetahui Faktor-faktor Pendukung Dan Penghambat Dakwah K.H. Ahmad Dahlan. dakwah dapat memanggil, mengundang, mengajak, menyeru, mendorong ataupun memohon. Dalam ilmu tata bahasa Arab, kata dakwah merupakan bentuk masdhar dari kata kerja da’a, yad’u, da’watan, yang berarti memanggil, menyeru, atau mengajak. Dalam Alqur’an. Kata dakwah dapat kita jumpai pada beberapa tempat, dengan berbagai macam bentuk dan redaksinya. Dalam 2. KAJIAN LITERATUR beberapa hadis Rasulullah SAW pun, sering Strategi pada hakikatnya perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai kita jumpai istilah-istilah yang senada dengan pengertian dakwah. Adapun hadis Nabi SAW Jurnal Perspektif – Yayasan Jaringan Kerja Pendidikan Bali | 348 ISSN 2807-1190 yang menjelaskan tentang pengertian dakwah adalah sebagai berikut: • SERUAN Artinya : “Allah SWT menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).QS. Yunus (10):25. • PANGGILAN UNTUK NAMA Artinya : “Hanya milik Allah SWT Asmaul Husna. Maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut asmaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) namanama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (QS.Al-A’raf (7): 180). • UNDANGAN DAKWAH dalam pengertian syara’ (istilah), telah dikemukakan oleh beberapa pakar keilmuan, di antaranya: 1) Syaikh Muhammad Ash-Shawwaf mengatakan. “Dakwah adalah risalah langit yang diturunkan ke bumi, berupa hidayah Sang Khaliq kepada makhluknya, din dan jalanNya yang lurus yang sengaja dipilihNya dan dijadikan sebagai jalan satu-satunya untuk bisa selamat kembali kepada- Nya. 2) Dr. Yusuf Al-Qaradhawi menyimpulkan bahwa, “Dakwah adalah ajakan kepada agama Allah SWT, mengikuti petunjuk-Nya, mencari keputusan hukum (tahkim) kepada metode-Nya di bumi, mengesakan-Nya dalam beribadah, meminta pertolongan dan ketaatan, melepaskan diri dari semua Thagnut yang ditaati selain Allah SWT, membenarkan apa yang dibenarkan Allah SWT, memandang batil apa yang dipandang batil oleh Allah SWT, amar makruf nahi munkar dan jihad di jalan Allah SWT. Secara ringkas, ia adalah ajakan murni paripurna kepada Islam, tidak tercemar dan pula tidak terbagi. 3) Dr. Muhammad Sayyid Al-Wakil mendefinisikan, “Dakwah ialah mengajak dan mengumpulkan manusia untuk kebaikan serta membimbing mereka kepada petunjuk dengan cara ber-amar makruf nahi munkar. 4) Dr. Taufiq Al-Wa’i menjelaskan, “Dakwah ialah mengumpulkan manusia dalam kebaikan, menunjukkan mereka ke jalan yang benar dengan cara merealisasikan manhaj Allah SWT di bumi dalam ucapan dan amalan, menyeru kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, membimbing mereka kepada shirathal mustaqim dan bersabar menghadapi ujian yang menghadang di perjalanan. 5) Dakwah menurut H. M. Arifin, M.Ed. mengandung pengertian sebagai suatu ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku, dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain, baik secara individual maupun kelompok, agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan, serta pengamalan terhadap ajaran agama sebagai pesan yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur paksaan. 6) Menurut Drs. H. Masyur Amin, dakwah suatu aktivitas yang mendorong manusia memeluk agama Islam melalui cara yang bijaksana, dengan materi ajaran Islam, agar mereka mendapatkan kesejahteraan kini (dunia) dan kebahagiaan nanti (akhirat). 7) Jamaluddin Kafie berpendapat, “Dakwah adalah suatu sistem kegiatan dari seseorang, sekelompok, segolongan umat Islam sebagai aktualisasi imaniah yang dimanifestasikan dalam bentuk seruan, ajakan, panggilan, undangan, dan doa, yang disampaikan dengan ikhlas dan menggunakan metode, sistem, dan teknik tertentu, agar mampu menyentuh qalbu dan fitrah seseorang, keluarga, kelompok, Jurnal Perspektif – Yayasan Jaringan Kerja Pendidikan Bali | 349 ISSN 2807-1190 massa, dan masyarakat manusia supaya dapat mempengaruhi tingkah lakunya untuk mencapai suatu tujuan tertentu. mengajar, jadi, belajar dan mengajar hanyalah salah satu sisi dari sisi-sisi dakwah yang lainnya. Muhammad al- Khaydar 8) Sementara itu, Prof. Dr. M. Quraish Shihab mengatakan, “Dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Husayri dalam kitabnya ad-Da’wat ila al- 9) Pendapat Bakhial Khauli, dakwah adalah satu proses menghidupkan peraturan-peraturan Islam dengan maksud memindahkan umat dari satu keadaan kepada keadaan lain. mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat. 10) Pendapat Syehk Ali Mahfudz, dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. Pendapat ini juga selaras dengan pendapat al-Ghazali bahwa amar makruf nahi munkar adalah inti gerakan dakwah penggerakan dalam dinamika masyarakat Islam. Secara terminologi, para ulama berbeda pendapat dalam menentukan Ishlah mengatakan, dakwah adalah mengajak kepada kebaikan dan petunjuk, serta menyuruh kepada kebajikan (ma’ruf) dan melarang kepada kemungkaran agar Ahmad Ghalwasy dalam kitabnya ad-Da’wat al-Islamiyyah mendefinisikan dakwah sebagai pengetahuan yang dapat memberikan segenap usaha yang bermacam-macam. yang mengacu kepada upaya penyampaian ajaran Islam kepada seluruh manusia yang mencakup akidah, syariat, dan akhlak. Abu Bakar Zakaria dalam kitabnya, ad-Da’wat ila-Islam mendefinisikan dakwah sebagai kegiatan para ulama dengan mengajarkan manusia apa yang baik bagi mereka dalam kehidupan dunia dan akhirat menurut kemampuan mereka. Dari sekian banyak dan definisi dakwah yang telah penulis papar kan, mendefinisikan dakwah, hal ini disebabkan penulis melihat para ulama sepakat bahwa oleh perbedaan mereka dalam memaknai dan dakwah memandang kalimat dakwah itu sendiri. menyampaikan Sebagian ulama yang diungkapkan oleh mempraktikkan Muhammad Abu al-Futuh dalam kitabnya al- kehidupan Madkhat ila’Ilm ad-Da’wat mengatakan, dikemukakan oleh Muhammad Abu al-Futuh adalah suatu dan kegiatan untuk mengajarkan ajaran sehari-hari, serta Islam dalam seperti yang bahwa dakwah adalah menyampaikan (at- dalam kitabnya al-Madkhat ila’Ilm ad- tabligh) dan menerangkan (al-bayan) apa Da’wat menurut beliau, hakikat dakwah yang telah dibawah oleh Nabi Muhammad harus mencakup tiga fase pelaksanaan SAW.” Sebagian lagi menganggap dakwah dakwah, yaitu penyampaian, pembentukan, sebagai ilmu dan pembelajaran (ta’lim). dan pembinaan. Namun ada juga ulama, Definisi ini menurut penulis lebih normatif seperti Syehk Muhammad ar-Rawi yang dimana dakwah hanya bersifat dan mencakup mendefinisikan belajar dan mengajar tanpa melihat dakwah landasan moral dan etika, tanpa melihat status adalah suatu proses penyampaian pesan- sosial, budaya dan agama, karena dakwah pesan kepada orang lain dengan berbagai Islam sarana, di antara sarana itu adalah belajar dan universal yang mencakup semua unsur dalam menurut dakwah beliau semata-mata adalah dakwah Jurnal Perspektif – Yayasan Jaringan Kerja Pendidikan Bali | 350 ISSN 2807-1190 masyarakat. Beliau mengatakan bahwa, pikirannya. Sikap sinis, tuduhan dan cap dakwah adalah norma-norma yang sempurna negatif yang bernada antipati itu justru datang bagi etika kemanusiaan dalam pelaksanaan dari umat Islam sendiri. Sungguh lucu hak-hak dan kewajiban. Beberapa definisi disamping dakwah tersebut, ke semuanya bertemu pada disayangkan. Menyadari semua itu, hal satu titik. Yakni, dakwah merupakan sebuah mutlak upaya dan kegiatan baik dalam wujud ucapan menyusun maupun perbuatan, yang mengandung ajakan sistematika atau penahapan Al- Qur’an. atau seruan kepada orang lain untuk Menyimak sejarah turunnya Al-Qur’an dari mengetahui, menghayati, dan mengamalkan ayat pertama hingga ayat terakhir, jelas sekali ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan sehari- tahapan-tahapan itu. Yakni tahapan Mekkah hari, untuk meraih kebahagiaan di dunia dan dan Madinah. Perbedaan itu perlu dikaji di akhirat. Dengan demikian penulisan secara mendalam, terutama jiwa dari istilah menyimpulkan bahwa dakwah bukanlah yang digunakan oleh ayat-ayat yang turun di terbatas pada penjelasan dan penyampaian Mekkah menggunakan istilah “ wahai semata, namun juga menyentuh aspek manusia”, sedang ayat yang turun di Madinah pembinaan (pembentukan) menggunakan istilah “wahai orang yang pribadi, keluarga, dan masyarakat Islam. beriman”. Secara cepat pelajaran yang Sehingga dakwah juga termasuk aktivitas didapat dari kenyataan tersebut, dalam yang kaitannya pelaksanaan dakwah adalah ada dan takwin dilakukan secara sadar untuk berbahaya yang harus materi dan sangat dilakukan dakwah adalah berdasarkan menyampaikan pesan-pesan agama Islam yang dinamakan periode atau dengan menggunakan cara tertentu kepada Mekkah dan tahapan Madinah. Sebelum orang materi dakwah disuguhkan, harus lebih dulu lain agar menjalankannya menerima dengan baik dan dalam ditetapkan apa dan tahapan bagaimana corak kehidupan individual maupun sosial guna masyarakat mencapai kebahagiaan tertentu. termasuk tahapan Mekkah atau sudah sampai memerlukan ilmu, dihadapinya. Apakah memasuki tahapan Madinah. Apakah sudah DEFINISI STRTEGI DAKWAH Berdakwah yang serta persiapan yang matang. Terutama dalam menyiapkan materi dakwah. Problem paling banyak ditemukan dalam melaksanakan dakwah adalah materi. Materi yang disusun mungkin dipanggil dengan isyarat khusus atau masih dengan isyarat umum. Menimbul kekagetan, kepanikan dan beberapa bentuk perasaan tidak senang. Sehingga bukannya mereka bertambah sebagaimana dekat seperti yang diharapkan tetapi justru mestinya, tidak seperti cara dan gaya Al- tambah jauh karenanya. Lahirnya sikap Qur’an itu sendiri. Tak heran bila acapkali antipati terdengar kejengkelan dan kekagetan para problem. Sistem apa pun yang dipakai dan pendengar, saat ketentuan-ketentuan dalam cara Al-Qur’an disuguhkan. Ayat-ayat Al-Qur’an mengindahkan penahapan ini, pelaksanaan itu diukur dan dinilai berdasarkan rasa dan dakwah bakal tidak menentu ujungnya. dan disampaikan tidak dan apa sebagainya, pun yang sebagai digunakan awal tanpa Jurnal Perspektif – Yayasan Jaringan Kerja Pendidikan Bali | 351 ISSN 2807-1190 Sebab, awalnya pun tidak jelas dari mana dimulai. Seperti telah dibicarakan pada uraian sebelumnya, Kata “hikmah” dalam Al-Qur’an dakwah disebutkan sebanyak 20 kali baik dalam merupakan suatu sistem. Sebagai sistem, bentuk nakiroh maupun ma’rifat. Bentuk tentunya memiliki unsur, komponen atau masdarnya adalah “hukuman” yang diartikan elemen yang menjadi satu kesatuan. Setiap secara makna aslinya adalah mencegah. Jika unsur mempunyai peranan penting dan satu dikaitkan hukum berarti mencegah dari sama lain saling berkaitan dalam upaya kezaliman, dan jika dikaitkan dengan dakwah pencapaian tujuan dakwah. Setiap unsur maka berarti menghindari hal-hal yang dakwah harus terpenuhi syarat-syarat tertentu kurang relevan dalam melaksanakan tugas sehingga dapat dakwah. Menurut al- Asma’i asal mula mendukung dan berperan untuk keberhasilan didirikan hukuman (pemerintahan) ialah dakwah. Paling tidak ada enam unsur untuk mencegah manusia dari perbuatan dakwah. Terutama untuk dakwah bil-lisan zalim. Al-Hikmah juga berarti tali kekang yang hampir disepakati oleh para pakar, yaitu pada binatang, seperti istilah hikmatul Lijam, pendakwah (da’i) , mitra (mad’uw) , materi karena Lijam (cambukkan atau kekang kuda) (maddah) , metode, media dan tujuan itu digunakan untuk mencegah tindakan dakwah. Selain itu, sebagian pakar dakwa hewan. Diartikan demikian karena tali memasukkan lembaga kekang itu membuat penunggang kudanya dakwah sebagai salah satu unsur penting dapat mengendalikan kudanya sehingga si dalam berdakwah. penunggang kudanya dapat mengaturnya METODE DAKWAH baik untuk perintah lari atau berhenti. Dari secara bahwa • PENGERTIAN BI AL-HIKMAH bersama-sama organisasi atau Dari segi bahasa metode dakwa berasal keseksian ini maka orang yang memiliki dari dua kata yaitu “meta” (melalui) dan hikmah berarti orang yang mempunyai “hodos” (jalan, cara).” Dengan demikian kendali diri yang dapat mencegah diri dari dapat di artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman hal-hal yang kurang bernilai atau menurut Ahmad bin Munir al-Muqri’ al-Fayumi berarti dapat mencegah dari perbuatan yang hina. M. Abduh berpendapat bahwa, Hikmah adalah mengetahui rahasia dan faedah di Methodica, artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut thariq. Metode berarti cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Namun dari pengertian metode dakwah diatas dapat diambil pemahaman bahwa metode dakwah itu meliputi tiga cakupan di antarnya yaitu: 1. Alhikmah dalam tiap-tiap hal. Hikmah juga digunakan dalam arti ucapan yang sedikit lafaz akan tetapi banyak makna ataupun diartikan meletakan sesuatu pada tempat atau semestinya. Dalam konteks usul fikih istilah hikmah dibahas ketika ulama, ushul membicarakan sifat-sifat yang dijadikan alat hukum. Dan pada kalangan tarekat hikmah diartikan pengetahuan tentang rahasia Allah SWT. Orang yang memiliki hikmah disebut Jurnal Perspektif – Yayasan Jaringan Kerja Pendidikan Bali | 352 ISSN 2807-1190 al-hakim memiliki benar. Ia adalah dalil yang menjelaskan pengetahuan yang paling utama dari segala kebenaran dan menghilangkan keraguan atau sesuatu. Kalau hikmah juga sering dikaitkan kesamaran. Selanjutnya, Syekh Zamakhsyari dengan filsafat, karena filsafat juga mencari mengatakan hikmah juga diartikan sebagai pengetahuan hakikat segala sesuatu. Prof. Al-Qur’an yakni najaklah mereka (manusia) DR. Toha Yahya Umar, M.A., menyatakan mengikuti kitab yang memuat hikmah. Dari bahwa Hikmah berarti meletakan sesuatu beberapa pengertian diatas, dapat dipahami pada tempatnya dengan berpikir, berusaha bahwa menyusun dan mengatur dengan cara yang kemampuan dan ketepatan da’i dalam sesuai tidak memilih, memilah dan menyelaraskan teknik bertentangan dengan larangan Tuhan. Al- dakwah dengan kondisi objektif mad’u. Al- al’adl Hikmah merupakan kemampuan da’i dalam al-him menjelaskan tentang Islam serta realitas yang (ketahanan), al’ilm (pengetahuan), dan an- ada dengan argumentasi logis dan bahasa Nubuwwah (kenabian). yang komunikatif. Oleh karena itu, al- Hikmah yaitu orang keadaan diartikan (keadilan), al-haq zaman pula yang dengan sebagai (kebenaran), Disamping itu, al-hikmah juga diartikan sebagai menempatkan proporsinya. Al-Hikmah sesuatu pada juga berarti pengetahuan yang dikembangkan dengan al-Hikmah hikmah sebagai adalah sebuah merupakan sistem yang menyatakan antara kemampuan teoritis dan praktis dalam berdakwah. • HIKMAH DALAM DAKWAH tepat sehingga mejadi sempurna. Menurut Dari penjelasan diatas dapat diambil pendapat ini, al-hikmah ter manifestasikan ke kesimpulan bahwa hikmah dalam dunia dalam empat hal: kecakapan manajerial, dakwah mempunyai posisi yang sangat kecermatan, dan penting, yaitu dapat menentukan sukses ketajaman pikiran. Sebagai metode dakwah, tidaknya dakwah. Dalam menghadapi mad’u al-Hikmah diartikan bijaksana, akal budi yang beragam tingkat pendidikan, strata yang mulia, lapang dada, hati yang bersih, sosial, dab latar belakang budaya, para da’i dan menarik perhatian orang kepada agama memerlukan hikmah, sehingga jaran Islam atau Allah SWT. Ibnu Qoyim berpendapat mampu memasuki ruang hati para mad’u bahwa pengertian hikmah yang paling tepat dengan tepat. Oleh karena itu, para da’i adalah seperti yang dikatakan oleh Mujahid dituntut dan Malik yang mendefinisikan bahwa memahami sekaligus memanfaatkan latar hikmah tentang belakangnya, sehingga ide-ide yang diterima kebenaran dan pengamalannya, ketepatan dirasa sebagai sesuatu yang menyentuh dan dalam perkataan dan pengamalannya. Hal ini menyejukkan kalbunya. Pada satu saat boleh tidak bisa dicapai kecuali dengan memahami jadi diamnya da’i menjadi efektif dan Al-Qur’an, dan mendalami Syariat-syariat berbicara membawa bencana, tetapi di saat Islam serta hakikat iman. Menurut Syehk lain Zamakhsyari dalam kitabnya “al-Kasyaf”, al- mendatangkan bahaya yang besar dan Hikmah adalah perkataan yang pasti dan berbicara kejernihan adalah pemikiran pengetahuan untuk terjadi mampu sebaliknya, mendatangkan mengerti diam hasil dan malah yang Jurnal Perspektif – Yayasan Jaringan Kerja Pendidikan Bali | 353 ISSN 2807-1190 gemilang. Kemampuan da’i menempatkan • AL-MAUD’IDZA AL-HASANAH dirinya, kapan harus berbicara dan kapan Terminologi mau’izhah hasanah dalam harus memilih diam, juga termasuk bagian perspektif dakwah sangat popular, bahkan dari hikmah dalam berdakwah. Hikmah dalam acara-acara seremonial keagamaan adalah bekal da’i menuju sukses. Karunia (baca dakwah atau tabliqh) seperti Maulid Allah SWT yang diberikan kepada orang Nabi dan Isra’ Miraj, istilah mau’izhah yang mendapatkan insya Allah juga akan hasanah mendapat porsi khusus dengan berimbas kepada para mad’unya, sehingga sebutan “ acara yang ditunggu-tunggu” yang mereka termotivasi untuk mengubah diri dan merupakan inti acara dan biasanya menjadi mengamalkan apa yang disampaikan da’i salah satu target keberhasilan sebuah acara. kepada mereka. Tidak semua orang mampu Namun meraih hikmah, sebab Allah SWT hanya kesalahpahaman, memberikannya untuk orang yang layak pengertian mendapatkannya, bahasa, mau’izhah hasanah terdiri dari dua maka dia telah memperoleh karunia besar dari Allah SWT. menganugerahkan barang siapa yang dianugerahi al-hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran. QS. Al-Baqarah mengisyaratkan menjadikan :269)”. Ayat betapa hikmah sebagai maka mau’izhah tidak akan menjadi dijelaskan hasanah. Secara kata, yaitu mau’izhah dan hasanah. Kata ‘idzau-wa’aidzan- idzatan yang berarti; al-hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan banyak. agar mau’izhah berasal dari kata wa’adza ya Allah SWT berfirman Artinya : “Allah demikian tersebut pentingnya sifat dan menyatu dalam metode dakwah dan betapa pentingnya dakwah mengikuti langkahlangkah yang mengandung hikmah. Ayat tersebut seolah-olah menunjukkan metode dakwah praktis kepada para juru dakwah yang mengandung arti mengajak manusia kepada jalan yang benar dan mengajak manusia untuk menerima dan mengikuti petunjuk agama dan akidah yang benar. Mengajak manusia kepada hakikat yang murni dan apa adanya tidak mungkin dilakukan tanpa melalui pendahuluan dan pancingan atau tanpa mempertimbangkan iklim dan medan kerja yang sedang dihadapi. nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan, sementara hasanah merupakan kebalikan dari sayyi;ah yang artinya kebaikan lawannya kejelekan. Adapun pengertian secara istilah, ada beberapa pendapat antara lain: 1) Menurut Imam Abdullah bin Ahmad an-Nasafi yang dikutip oleh H.Hasanuddin adalah sebagai berikut: Al-Mau’izhah al-Hasanah adalah perkataan-perkataan yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasihat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan al-Qur’an. 2) Menurut Abd. Hamid al-Bilali alMau’izhah Hasanah Mau’izhah Hasanah dapatlah diartikan sebagai ungkapan yang mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, peringatan, pesan-pesan positif (wasiat) yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia akhirat. 3) Al-Mujadah Bi-al-Lati Ahsan Dari segi etimologi (Bahasa) lafaz mujadalah terambil dari kata Jurnal Perspektif – Yayasan Jaringan Kerja Pendidikan Bali | 354 ISSN 2807-1190 “jadala” yang bermakna meminta, melilit. Apabila ditambahkan alif pada huruf jim yang mengikuti wazan faa ala, “jaa dala” dapat bermakna berdebat, dan “mujaadalah” perdebatan. sebuah konsep, seluruh kebijakan dakwah Kata “jadala” yang bermakna menarik tidaklah memiliki wujud yang berdiri sendiri, tali dan mengikatnya guna menguatkan sesuatu. Orang yang berdebat bagaikan menarik dengan ucapan untuk meyakinkan lawanya dengan menguatkan pendapatnya melalui argumentasi yang disampaikan. Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa, al-Mujadalah merupakan pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dam bukti yang kuat. Antara satu dengan lainya saling menghargai dan menghormati pendapat keduanya berpegang kepada kebenaran, mengakui kebenaran pihak lain dan ikhlas menerima hukuman dan langkahnya tidak terlepas dari apa yang telah digariskan dalam konsep dasar tersebut. Dari sini dapat dipahami, bahwa dakwa lebih dari itu, secara hakiki, dakwah adalah bentuk fisik-empiris dari ajaran Islam yang dari situ dakwah mengarahkan setiap kebijakan dan langkahnya. Maka tujuan dakwah sebenarnya tidak lain dari tujuan Islam itu sendiri yakni transformasi sikap kemanusiaan (attitude of humanity transformation) atau yang dalam terminologi al-Qur’an disebutkan al-ikhraj min alzulumat ila al- nur. Menurut pakar tafsir Abu Zahrah, al-nur (cahaya) adalah simbol dari karakteristik asal kemanusiaan (fitrah). Disebut demikian, karena hidup manusia akan bersinar hanya jika ia secara natural mengikuti karakter asal tersebut. Sebaliknya, al-zuml (kegelapan) adalah simbol yang menunjukkan situasi penyimpangan manusia kebenaran tersebut. dari karakter asalnya. Cahaya itu, kata Abu TUJUAN DAKWAH Zahrah amat terang ketika pertama kali Dalam banyak literatur, para ahli telah manusia lahir, lambat laun, ia semakin redup menjelaskan bahwa tema sentral dakwah dengan tingkat menjauhnya manusia dari adalah Islam. Arti dari pernyataan ini adalah dakwah sebagai implementasi dari publikasi ajaran agama Islam, menjadikan Islam sebagai wawasan dan basis ruang geraknya sekaligus. Demikian dekat derajat antara keduanya, sehingga Islam dan dakwah tidak memiliki celah Kecuali hanya terpaut dalam posisi ideologi dan aplikasi, atau antara ajaran dan pengalaman. Sebutlah Islam sebagai format dasar tentang konsep pedoman tingkah laku manusia tentang apa yang semestinya, maka dakwah dalam sebuah proses realisasi konsep ini secara implementatif. Sebagai implementasi dari cahaya itu yang tidak lain adalah komitmen primordial (al-iman al-fity).Dakwah adalah sebagai perpanjangan tangan dari keyakinan Islam, ber-concern untuk mengajak manusia kembali berkomitmen kepada tauhid ini, manusia diajak untuk memilih pandangan hidup yang natural, senatural pengaturan Allah SWT terhadap ala mini dan bersamasama dengan alam tunduk dan pasrah kepada ketentuan-Nya (al-Islam). Pandangan hidup natural yang secara konkret oleh al-Qur’an dijelaskan sebagai sikap tunduk dan pasrah kepada-Nya, merupakan satu-satunya pandangan hidup yang mampu memberikan Jurnal Perspektif – Yayasan Jaringan Kerja Pendidikan Bali | 355 ISSN 2807-1190 keberuntungan manusia. Rasulullah adalah Nabi terakhir, tiada lagi Sebaliknya, pandangan atau sikap hidup yang Nabi sesudahnya. Sementara itu Islam, melawan ketentuan, dinilai sebagai yang risalah yang diturunkan Allah SWT kepada tertolak, karena mengingkari hakikat jati diri beliau diyakini sebagai risalah yang kekal dan manusia itu sendiri sebagai bagian dari berlaku hingga akhir zaman. Kalau demikian, ketentuan Alllah SWT. Pengingkaran jati diri maka harus ada yang menggantikan tugas manusia itu sendiri tidak menghasilkan apa- Rasulullah apa kecuali akan berakhir dengan kerugian- risalahnya tersebut kepada seluruh umat kerugian bagi manusia tersebut. Pendapat manusia. Itulah sebabnya, umat Islam sebagai lain mengatakan bahwa tujuan dakwah pengikut Rasulullah dikatakan sebagai sekutu adalah suatu faktor yang menjadi pedoman Rasulullah dalam hal tugas menyiarkan arah risalah Islam itu (al-muslimun hum- al- proses dalam yang hidup dikendalikan secara SAW syarikuna dakwah selalu terjadi proses interaksi, yaitu Kemudian muncul persoalan, siapakah yang hubungan antara Da’i di satu pihak dan berkewajiban meneruskan dakwah Rasul itu, Mad’u (objek) di pihak lain. Interaksi dalam apa semua umat muslim berkewajiban proses untuk dakwah atau sebagian kelompok saja. Para mempengaruhi Mad’u yang akan membawa pakar berselisih paham dalam menanggapi perubahan yang sesuai dengan tujuan dakwah soal ini. Sejauh pemikiran yang berkembang, yaitu mencapai kebahagiaan dunia dan perselisihan akhirat. Hukum Dakwah Menurut A. Karim dikelompokkan ke dalam tiga pendapat Zaidan, dakwah pada mulanya adalah tugas sebagai berikut ini: ini ditunjukkan para rasul. Masing-masing mereka ditugasi untuk mengajak manusia menyembah Allah SWT semata sesuai dengan syariat yang diturunkan. Ada yang terbatas pada kaum tertentu pula, namun ada juga yang ditugasi untuk mengajak kepada seluruh umat manusia di dunia tanpa mengenal batas waktu seperti Nabi Muhammad SAW. Jadi, para rasul itu semuanya adalah da’i yang mempunyai misi suci mengajak orang ke jalan Allah SWT. Setiap seorang rasul wafat, maka diutuslah Rasul berikutnya untuk meneruskan dakwah mengajak manusia kepada tauhid dan tugas itu berkesinambungan antara para rasul hingga diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para rasul. Sebagaimana ditemukan dalam nas-nas agama yang qath’iy, dalam fi menyiarkan sistematis dan konsisten. Dalam kegiatan dakwah lirasulihi untuk amri masalah da’wah). ini dapat 1) Dakwah dihukum sebagai kewajiban personal (fard’ain). 2) Dakwah dihukum sebagai kewajiban kolektif (fardhu kifayah). Menurut mereka kata “minkum” dalam kalimat tersebut lebih tepat berfungsi litabi’d ( sebagian), dan bukan li-tabyin (penjelas), sehingga pesan kewajiban berdakwah dalam ayat tersebut berarti sebagian dari umat muslim, bukan seluruh umat muslim. Mereka, seperti telah dikemukakan diatas, adalah para ulama dan tokoh agama (rijal al-din) yang memiliki pengetahuan yang mendalam soal agama. Bagi pendukung pendapat kedua ini, dakwah juga menyangkut dan terkait dengan soal penjelasan hukum-hukum agama Islam, dan karenanya tidak semua orang memiliki Jurnal Perspektif – Yayasan Jaringan Kerja Pendidikan Bali | 356 ISSN 2807-1190 kapasitas dan kapabilitas untuk itu. Disisi mendukung hukum ganda dakwah, wajib lain, agama melarang menyerahkan suatu individu, dan kolektif sekaligus. Nasih urusan kepada yang tidak berkompeten dan ‘Ulwan serta ulama keenam Indonesia M. menyebutnya yang Quraish Shihab juga termasuk dalam jajaran hadis nabi ulama yang berpendapat demikian, menurut dijelaskan apabila suatu urusan diserahkan Nasi ‘Ulwan, dakwah karena berkaitan kepada yang tidak berkompeten, maka ia dengan akan berantakan. Dakwah dihukum wajib memandang melanggar individual sebagai amanah. (fard perbuatan Dalam ’ain) ,muslim, tanpa status usia, jenis kelamin wajib maupun kedudukan sosial. Namun demikian, kolektivitas (fard kifayah). Maksudnya, tugas berat dakwah menuntut pengetahuan hukum asal dakwah itu adalah wajib ‘ain, tentang keadaan mad’u, iman, sensitivitasnya sehingga setiap mukmin memiliki tanggung dengan realitas umat, dan perkembangan jawab moral untuk menyampaikan agamanya umat manusia. Karena itu, bidang garapan sesuai dan dakwah yang terakhir ini menjadi tugas para Namun profesional, dan bukan sembarang orang. demikian, pada aspek-aspek tertentu, dakwah Dalam tafsir al-Manar, Rasiy Rida juga tidak dapat diserahkan kepada sembarang berpendapat seperti itu. Katanya dakwah itu orang. Dakwah dalam posisi ini menjadi bertingkat-tingkat, dari dakwah umat muslim tugas berat dan menuntut profesionalitas. kepada non muslim hingga dakwah antar Dakwah memerlukan kompetensi dan itu umat muslim. Menurut Rida, yang terakhir hanya ini menempuh dua metode. dengan kapasitasnya taraf kemampuan masing-masing. mungkin memiliki sekaligus kepentingan dilakukan keahlian dalam oleh bidang yang ini merupakan jalan tengah (sintesis) dari dua • DAKWAH GENERAL DAN KOMPREHENSIF (AL DA’WAH ALAMMAH AL-KULLLIYAH). pendapat sebelumnya yang saling bertolak Metode dakwah ini menurut Rida tidak belakang. Pendapat ini menjadi jalan tengah, boleh diserahkan kepada sembarang orang, lantaran tidak memandang dakwah hanya tetapi sebagai kewajiban ulama semata (elitis), (khwawas al- ummah), yang memahami tetapi juga tidak membenarkan menyerahkan perincian ajaran agama dan pemahamannya. masalah dan tugas dakwah hanya kepada Rida menunjuk QS. At-Taubah (9):122 masing-masing orang (tugas individual) sebagai argumennya. semata-mata. • DAKWAH YANG BERSIFAT PARSIAL (AL-DA’WAH ALJUZIYYAH AL-KHASSAH) (kelompok profesional). Pendapat ketiga ini Sayyid Quthub, termasuk ulama yang berpendapat bahwa hukum dakwah itu adalah wajib ‘ain. Menurutnya, dakwah merupakan konsekuensi logis dari iman. Iman dipandang eksis bila telah diwujudkan dalam bentuk amal saleh dan dakwah. Namun demikian, pada kesempatan lain menurut Sayyid Quthub dapat kepada kelompok profesional yaitu dakwah yang berkenan dengan pesan dan wasiat antar-sesama muslim serta mengajak kepada kebaikan umum dan mengingatkan sesama dari perbuatan mungkar. Pada level ini, dakwah menjadi kewajiban setiap muslim, baik yang awam digolongkan dalam kelompok ulama yang Jurnal Perspektif – Yayasan Jaringan Kerja Pendidikan Bali | 357 ISSN 2807-1190 (jahil) maupun yang alim dilakukan mendalam (Suradika, 2000, hlm. 13). Sumber berdasarkan kesanggupan masing-masing. data dalam penelitian ini ada dua, yakni data M. Quraish Shihab ketika menafsirkan surat Ali Imran 104 mengambil jalaan tengah. Menurutnya, pengetahuan kebaikan seseorang jika tidak ditingkatkan lamakelamaan akan berkurang. Untuk itulah, manusia perlu diingatkan dan diberi keteladanan melalui dakwah. Kalau tugas itu tidak bisa dilakukan oleh seluruh anggota masyarakat, maka sebagian di antaranya pun tidak mengapa. Terpenting sekali, bahwa dakwah, bagi M. Quraish Shihab, memiliki dua status hukum. 1) Dakwah status hukum wajib ‘ain, yaitu ketika dakwah dipandang dalam pengertiannya yang umum sebagai kegiatan mengajak orang kepada kebaikan unik. Dalam ruang lingkup ini, dakwah memang memungkinkan untuk dilakukan oleh siapa saja dari setiap umat muslim. Hal demikian, karena dakwah dalam pengertian ini tidak menuntut suatu keahlian dan spesifikasi khusus, dan siapa saja tanpa terkait kategori tertentu dapat mengajak orang lain kepada kebaikan. 2) Dakwah dihukum wajib kolektif (kifayah), yang menjadi tanggung jawab ulama atau kelompok profesional. Ketika dipahami seperti itu, dakwah secara otomatis naik tugas dan fungsinya menjadi sebuah rekayasa dan spesifikasi tertentu. 1) Data primer adalah data pokok yang bersumber langsung dari Al- Qur’an dan Hadist 2) Sedangkan data sekunder adalah data penunjang yang bersumber dari buku-buku seperti : Pendidikan Kemuhammadiyahan dan Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam, dan lain-lain yang ada relevansinya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan cara dalam pengumpulan data library research artinya literatur-literatur (bukubuku), yaitu penulis langsung membaca buku yang berkaitan tentang masalah Strategi Dakwah K.H. Ahmad Dahlan serta melalui Tokoh Masyarakat, Pejabat Pemerintah yang mengetahui Agama dan Dakwah. Data yang telah dikumpulkan dan diolah dalam penelitian ini dianalisis secara deskripsi kualitatif, yakni memahami untuk menguraikan seluruh permasalahan yang ada dalam pokok permasalahan secara tegas dan sejelas-jelasnya kemudian penguraian itu ditarik kesimpulan secara. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ANALISIS Nama kecil K.H. Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwis, Ia dilahirkan dari keluarga bangsawan keagamaan (keluarga agamis). Beliau merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Dalam silsilah beliau termasuk 3. METODE PENELITIAN keturunan ke dua belas dari Mulana Malik Jenis penelitian ini adalah library research, artinya penelitian literatur-literatur (buku-buku) yang mengemukakan tentang masalah Strategi Dakwah K.H. Ahamad Dahlan. Penelitian ini termasuk kategori penelitian deskriptif menggambarkan realitas yang sosial berusaha Ibrahim, yaitu seorang wali besar dan terkemuka diantara wali songo, yang merupakan pelopor pertama dari penyebaran Islam di tanah Jawa. Silsilahnya tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana ‘Ainul Yaqin, Maulana secara Jurnal Perspektif – Yayasan Jaringan Kerja Pendidikan Bali | 358 ISSN 2807-1190 Muhammad Maulana Fadlullah Sulaiman (Sunan Ki Prapen), Ageng Dahlan juga mempunyai putra dari Gribig pernikhannya dengan Nyai Aisyah (Adik (Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Ajeng Penghulu) dari Cianjur. Anak laki- laki Demang Djurung Djuru Kapindo, Kiyai itu bernama Dandanah. K.H. Ahmad Dahlan Ilyas, Kiyai Murtadla, Muhammad Sulaiman, bahkan pernah menikah dengan Nyai Yasin K.H. Abu Bakar, dan Muhammad Darwis ( dari K.H. Ahmad Dahlan). K.H. Ahmad Dahlan mengawali pendidikan di pangkuan ayahnya lahir di Yogyakarta pada tanggal 1 Agustus di rumah sendiri. Darwis memiliki sifat yang 1868. Beliau adalah putra dari Kiayi Haji. baik, berbudi pekerti yang halus, dan berhati Abu bakar Bin Haji Sulaiman. Seorang ulama lunak. Tetapi juga berwatak cerdas. Sejak dan Khotib terkemuka di Masjid Besar usia balita, kedua orang tua Darwis sudah Kesultanan Yogyakarta. Ibunya adalah putri memberikan pendidikan Agama. Sejak kecil dari Haji Ibrahim yang juga menjabat sebagai Muhammad Penghulu Kesultanan Yogyakarta saat itu. lingkungan pesantren. Yang membekalinya Pada usia 15 tahun. Beliau pergi haji dan pengetahuan Agama dan Bahasa Arab. tinggal di Makkah selama lima tahun. Disamping itu, Dahlan di asuh dan dididik Pada periode ini beliau mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharuan Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afgani, Rasyd Ridha, dan Ibnu Taymiyah. Ketika Muhammad Darwis berumur 18 tahun, orang tuanya bermaksud menikahkannya dengan putri K.H. Muhammad Fadil yang bernama Siti Walidah. Setelah orang tua dari kedua pihak berunding, maka pernikahan dilangsungkan pada bulan Dzulhijjah tahun 1889dalam suasana yang tenang. Siti Walidah inilah yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, Sosok pendiri Aisyiyah dan pahlawan nasional. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, K.H. Ahmad Dahlan mendapatkan enam orang anak yaitu, Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah. Setelah menikahi Siti Walidah. K.H. Ahmad Dahlan pernah menikahi Nyai Abdullah, seorang janda dari Haji Abdullah. Beliau juga pernah menikahi Nyai Rum, seorang adik K.H. Munawwir dari Krapiyak. K.H. Ahmad Pangkualam. Muhammad Darwis di asuh Darwis dalam sebagai putra kiai. Pendidikan dasarnya dimulai dengan belajar membaca, menulis, dan mengaji Al- Qur’an dan kitab-kitab agama. Pendidikan ini diperoleh langsung dari ayahnya. Pada umur 15 tahun (1883). Beliau sudah menunaikan ibadah haji, yang kemudian dilanjutkan dengan menuntut ilmu agama dan bahasa arab di Makkah selama lima tahun. Menjelang dewasa, Beliau mempelajari dan mendalami ilmu agama kepada beberapa ulama besar waktu itu. Diantaranya K.H. Muhammad Saleh (ilmu Fiqh), K.H. Muhsin (ilmu nahwu), K.H. R. Dahlan (ilmu falak), K.H. Mahfudz dan Syehk Khayyat Sattokh (ilmu hadist), Syehk Amin dan Sayyid Bakri (ilmu qira’at AlQur’an), serta beberapa guru lainnya. Dengan semua ini tidak heran jika dalam usia relatif mudah, Beliau telah mampu mengusai berbagai disiplin ilmu keislaman. Ketajaman intelektualitasnya yang tinggi membuat Dahlan selalu merasa tidak puas dengan ilmu yang telah dipelajarinya dan terus berupaya untuk lebih mendalaminya. Setelah beberapa Jurnal Perspektif – Yayasan Jaringan Kerja Pendidikan Bali | 359 ISSN 2807-1190 waktu belajar dengan sejumlah guru, pada serta kesungguhan agama, sosok K.H. tahun 1890 Dahlan berangkat ke Makkah Ahmad Dahlan pada waktu itu dikenal untuk melanjutkan studinya dan bermukim di sebagai seorang ulama oleh Kiyai-kiyai lain. sana selama setahun. Merasa tidak puas Hal ini disebabkan karena seorang Ahmad dengan hasil kunjungannya yang pertama, Dahlan tidak pernah merasa puas dengan maka pada tahun 1903, ia berangkat lagi ke hanya belajar dari satu guru. Berbagai guru Makkah dan menetap selama dua tahun. dari beragam disiplin sudah dia temui, Ketika mukim yang kedua kali ini. Beliau sebagaimana yang telah disebutkan di atas. banyak bertemu dan melakukan muzakkarah Muhammadiyah dengan sejumlah ulama Indonesia yang persyarikatan atau organisasi Islam yang lahir bermukim di Makkah. Diantara ulama di Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijjah tersebut adalah Syehk Muhammad Khotib al- 1330 H dan bertepatan dengan 18 November Minangkabawi, Kiyai Nawawi al-Banteni, 1912 Kelahiran Muhammadiyah didorong Kiyai Mas Abdullah, dan Kiyai Faqih oleh Kembang. Pada saat itu pula, Dahlan mulai pembaruan dan menempatkan Islam sebagai berkenalan dengan ide-ide pembaharuan jalan serta metode pemecahan kehidupan yang dilakukan melalui penganalisan kitab- umat dan bangsa. K.H. Ahmad Dahlan kitab yang dikarang oleh reformis Islam, sebagai seperti Ibnu Tamiyyah, Ibnu Qoyim al- mengajak umat Islam Indonesia untuk jauziyah, Muhammad bin Abd al-Wahab, kembali hidup menurut tuntunan al-Qur’an Jamal-al-din al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha, dan lain sebagainya. Melalui Muhammadiyah tidak dilepaskan dari situasi kitab-kitab yang dikarang oleh reformasi dan kondisi yang berkembang saat itu. Umat Islam, telah membuka wawasan Dahlan Islam di Indonesia saat itu hidup dalam tentang Universitas Islam. Ide-ide tentang belenggu penjajahan, sehingga pengamalan reinterpretasi Islam dengan gagasan kembali Islam tidak bisa kokoh dan bersih, masih kepada Al-Qur;an dan Sunnah Mendapat bercampur perhatian khusus oleh Dahlan pada saat itu. Menyadari hal tersebut, K.H. Ahmad Dahlan Sekembalinya tidak dapat tinggal diam. Ia mengambil dari Makkah, Beliau merupakan keinginan untuk pendiri Hadist. sebuah mengadakan Muhammadiyah Lahirnya dengan ingin persyarikatan kepercayaan lain. menggantikan namanya menjadi Haji Ahmad kebijakan Dahlan, yang diambil dari nama seorang keagamaan melalui jalur sosial budaya. mufti yang terkenal dari Mazhab Syafi’i di Langkah Makkah, yaitu Ahmad bin Zaini Dahlan. melalukan pembaruan dan merintis sebagai Beliau bidang membantu ayahnya mengajar untuk melakukan strategis usaha gerakan dilakukan yang dengan meliputi: bidang pengajian anak-anak. Keadaan ini telah keagamaan, bidang pendidikan, bidang menyebabkan penerbitan dan bidang sosial pengaruh Ahmad Dahlan semakin luas di masyarakat sehingga beliau kemasyarakatan. di beri gelar “Kiayi”. Sebagai seorang Kiayi. Muhammadiyah Beliau senantiasa dikategorikan sebagai ngulomo (ulama) atau intelektual. Dan karena keuletan Pembaruan pada diupayakan bidang untuk tersebut terus berkembang sesuai dengan tahapan periode Jurnal Perspektif – Yayasan Jaringan Kerja Pendidikan Bali | 360 ISSN 2807-1190 demi periode sampai pada kurun waktu memasuki abad ke 2, dengan melakukan • PEMBARUAN PERNERBITAN BIDANG revitalisasi pada beberapa bidang. Berikut ini Salah satu usaha lainya yang dilakukan adalah beberapa pembaruan dan rintisan amal Muhammadiyah adalah penyebaran ajaran usaha Muhammadiyah (Kiai Haji Ahmad agama Islam melalui berbagai cara dan Dahlan) di berbagai bidang. media. Selain menyebarkan ajaran Islam melalui • BIDANG KEAGAMAAN pengajaran langsung (ceramah) dalam berbagai pengajian di berbagai daerah, Pembaruan dalam bidang keagamaan yang telah dilakukan Muhammadiyah dapat dilihat sebagai berikut: Muhammadiyah juga pengajarannya mengembangkan melalui tulisan. Muhammadiyah mencetak adan menerbitkan 1) Penyederhanaan makam (kuburan) yang semula dihiasi secara berlebihan. 2) Menghilangkan kebiasaan berziarah ke makam orang-orang suci (wali) Pada waktu umat Islam sangat membesar-besarkan kepentingannya ziarah kubur ke makam orang-orang yang dianggap suci. sebaran yang berisi doa sehari-hari, jadwal puasa Ramdhan dan masalah agama lainnya. Selain itu Muhammadiyah juga menerbitkan berbagai buku yang berhubungan dengan agama Islam, antara lain masalah fikih, akidah, tajwid, hadis, terjemahan ayat-ayat al-Qur’an mengenai akhlak dan hukum, serta sejarah 3) Meluruskan arah kiblat. 4) Merintis penyelenggaraan Shalat Hari Raya di tanah lapang. 5) Penggunaan perempuan. kerudung 6) Mendirikan perempuan. Mushala untuk para menerbitkan Nabi dan selebaran Rasul. Selain dan buku, Muhammadiyah pada tahun 1915 mendirikan majalah “Soewara Muhammadiyah” atau Suara Muhammadiyah, yang masih tetap khusus 7) Muhammadiyah pelopori berdirinya Badan Penyuluhan Perkawinan. Badan ini didirikan untuk bimbingan dan penyuluhan agama Islam dalam masalah-masalah yang diperlukan dan sifatnya mungkin pribadi. • PEMBARUAN DAN AMAL USAHA PENDIDIKAN RINTISAN BIDANG bertahan hingga saat ini. Sebagai satusatunya majalah yang masih bertahan (yang lainya seperti majalah Soeryo, Bintang Islam dan yang lain sudah mati), Soewara Muhammadiyah saat itu ditulis dengan menggunakan bahasa dan huruf Jawa. Majalah ini dirintis langsung oleh K.H. Ahmad Dahlan sebagai media penyampaian dakwah Islamiyah amar ma’ruf nahi munkar 1) Mendirikan Madrasah Ibtidaiah Diniyah Islamiyah (selolah rakyat). 2) Selain mendirikan sekolah di Kauman, di Residen Yogyakarta. Sekolah Muhammadiyah juga didirikan di Krang Kajen 1993, Lempuyangan 1915 dan Pasar Gede atau sekarang dikenal sebagai Kota Gede 1916. dan sekaligus berfungsi sebagai media resmi milik Muhammadiyah. • PEMBARUAN BIDANG KEMASYARAKATAN Pembaruan di bidang SOSIAL sosial kemasyarakatan diawali oleh K.H. Ahmad Dahlan dengan mengajarkan Q.S. al-Ma’aun dan pengajian rutin sehabis Shalat subuh. Jurnal Perspektif – Yayasan Jaringan Kerja Pendidikan Bali | 361 ISSN 2807-1190 Ayat-ayat tersebut sangat menggugah hati Surabaya disaksikan langsung oleh Ir. K.H. Ahmad Dahlan untuk berbuat amal Soekarno, yang kemudian yang menjadi kebajikan harta presiden pertama Indonesia (11945-1967). Di benda. Berikut adalah Q.S. al-Ma’un (104): Surabaya pengajian K.H Ahmad Dahlan 1-7. Artinya tahukah kamu (orang) yang diikuti oleh Ir. Soekarno. Pengajian ini mendustakan agama, itulah orang yang bertempat di Mushalah Peneleh, Plampitan, menghardik tidak dan di kawasan Ampel. Di Surabaya K.H menganjurkan memberi makan orang miskin, Ahmad Dahlan bertemu K.H Mas Mansyur, maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang seorang pemudah yang baru datang dari salat, yaitu orang- orang yang lalai dai belajar di Mesir dan Makkah. Setelah salatnya, orang-orang yang berbuat riya’, dan berdiskusi dengan K.H Ahmad Dahlan, enggan menolong dengan barang berguna. akhirnya K.H Mas Mansyur bergabung K.H. Ahmad Dahlan wafat pada tanggal 23 dengan Februari 1923 di Usia 55 tahun, sekitar lima mengembangkan tahun Aisyah berdiri, dan dimakamkan di Surabaya Yogyakarta. umumnya. Bahkan, K.H Mas Mansyur dengan mengorbankan anak yatim, dan Pemerintah Indonesia Muhammadiyah dan Muhammadiyah khususnya dan Jawa di Timur mengangkat K.H. Ahmad Dahlan Pahlawan pernah Pergerakan Nasional pada 1961. Muhammadiyah Surabaya, Ketua Konsul menjadi Ketua Cabang H.B. Daerah Surabaya (cikal bakal Pimpinan STARTEGI DAKWAH K.H. AHMAD DAHLAN Wilayah), hingga Ketua Pimpinan Pusat Dalam kondisi umat dan pemerintahan Muhammadiyah tahun 1937-1943. Pada yang sulit, Muhammadiyah pada periode masa awal ini belum bisa bergerak banyak karena Muhammadiyah bergelinya dengan cara door masih dibatasi oleh pemerintah. Pemerintah to door dalam melakukan dakwa Islamiyah Hindia Belanda hanya memperbolehkan demi Muhammadiyah di dilakukan karena saat itu Muhammadiyah Keresidenan Yogyakarta. Namun, secara belum memiliki kekuatan besar. Selain diam-diam K.H Ahmad Dahlan membangun kekangan pemerintah Hindia Belanda yang jaringan dakwah ke daerah-daerah dengan membatasi gerakan Muhammadiyah juga menyamar sebagai pedagang kain batik disebabkan berbagai hambatan dan tantangan hingga di yang silih berganti dalam membendung misi Indonesia. Di antara daerah yang menjadi dakwah. Sejak berdiri Muhammadiyah telah sasaran awal gerakan Muhammadiyah adalah menyatakan Jawa timur. Sambil berdagang, K.H Ahnad (pembaharuan), terutama pembaruan Islam. Dahlan mendatangi Surabaya, Banyuwangi, Di sisi lain, Muhammadiyah juga sebagai Ponorogo, Madiun dan Malang (tepatnya, gerakan Islam, gerakan dakwah dan gerakan Kepanjen dan Sumberpucung). Di luar Jawa nasional. juga Padang mengembangkan dan menguatkan organisasi serta melalui berbagai amal usaha dan program ke berdakwah pelosok-pelosok dilakukan (Sumatera), untuk dakwah Makassar daerah ke (Sulawesi), daerah lain. Kehadiran K.H Ahmad Dahlan di awal perintian tegaknya persyarikatan. ajaran sebagai gerakan, Islam. Hal gerakan Muhammadiyah Sebagai ini Tajdid juga organisasi, Jurnal Perspektif – Yayasan Jaringan Kerja Pendidikan Bali | 362 ISSN 2807-1190 Muhammadiyah juga melakukan aktivitas tentang pentingnya konsistensi pemahaman berdasarkan Islam kesepakatan anggota yang terlibat dalam persyarikatan ini. (ad-din) dengan pengamalan (menyantuni orang miskin, yatim piatu), Sebagaimana disebutkan dalam Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Muhammadiyah. Organisasi ini didirikan K.H Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H Bertepatan tanggal 18 November 1912 M di Yogyakarta dengan berasaskan Islam dan melakukan sekaligus melakukan pelembagaan ajaran Islam dalam masyarakat tanpa pada formalisme, Islam dihadirkan bukan ajaran dokmatik atau statis, tetapi hadir ditengahtengah kenyataan memecahkan dan masyarakat menjawab untuk persoalan gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi aktual. munkar dan tajdid yang bersumber dari al- PENGARUH DAKWAH K.H. AHMAD DAHLAN TERHADAP MASYARAKAT. Qur’an dan Sunnah. Dakwah K.H Ahmad Dahlan lebih menekan kepada pendidikan dan sosial ia melihat kondisi umat Islam di Kauman dan Nusantara, jauh terbelakang dibanding dengan pendidikan di Timur tengah, khususnya Mekkah dan tempattempat yang pernah dikunjungi K.H Ahmad Dahlan setela belajar disana. Keterbelakangan ini dikarenakan pemikiran umat Islam yang ortodoks dan tertutupnya pintu ijtihad di elite para kalangan Kiyai. Kondisi ini jelas menutup jalan lain dalam melaksanakan syariat Islam. Jalan lain yang dimaksud adalah perubahan tradisi umat Islam dalam melaksanakan perintah Agama Islam. Dengan demikian K,H Ahmad Dahlan Setelah peninggalan K.H Ahmad Dahlan, langkah perjuangan Muhammadiyah dilanjutkan para muridnya, dan semakin berkembang dan meluas sampai keluar kota bahkan keluar Jawa. Perkembangan ruang gerak perjuangan Muhammadiyah yang semakin luas dapat kita lihat dari banyaknya cabang-cabang Muhammadiyah yang bermunculan dan dukungan berbagai pihak. Namun demikian, sebelum K.H Ahmad Dahlan Wafat, Beliau juga pernah menyampaikan pesan kepada para muridmuridnya. Berikut kutipan pesan yang disampaikan oleh K.H Ahmad Dahlan tersebut. memilih untuk mengembangkan dakwah “ aku titipkan Muhammadiyah ini kepada Islamnya melalui pendidikan dan sosial, kepadamu, dengan penuh harapan agar dengan bergabung dengan organisasi Budi Muhammadiyah dapat dipelihara dan dijaga Utomo, dan aktif mengajar di kweekschool, dengan sesungguhnya. Hendaklah dapat mengadakan pengajian di langgar kidul, abadi mendirikan Ibtidaiyyah Memelihara dan menjaga Muhammadiyah, Mu’alimin, dan mendirikan perkumpulan bukanlah pekerjaan yang mudah, maka aku Muhammadiyah. Hal ini dilakukan sebagai tetap amalan nyata yang dilakukan oleh yaitu dihadapkan ilahi rabby. Begitu pula mohon dengan mempraktikkan surah AL-MA’UN. berkat restu doa limpahan rahmat karunia Melalui surah ini K.H Ahmad Dahlan tidak Allah SWT. Agar Muhammadiyah tetap saja membongkar kesadaran umat Islam maju, berbuah dan memberi manfaat bagi Madrasah hidup berdoa Muhammadiyah setiap masa dan kita. ketika Jurnal Perspektif – Yayasan Jaringan Kerja Pendidikan Bali | 363 ISSN 2807-1190 seluruh manusia sepanjang masa, dari zaman ke zaman dan aku berdoa agar kamu sekalian yang mewarisi, menjaga dan memajukan Muhammadiyah,” (K.H Ahmad Dahlan, 1993). Pesan yang disampaikan K.H Ahmad Dahlan tersebut diatas benar-benar dipegang dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh para generasi penerus Muhammadiyah. Hal ini telah terbukti adanya. Selain telah mewariskan sistem organisasi yang tidak bergantung pada diri seseorang, K.H Ahmad Dahlan juga mewariskan tradisi baru untuk pembaharuan Islam di Indonesia. Amal usaha yang dirintis juga telaah mampu menjadi solusi alternatif bagi pemecahan kebutuhan persoalan yang dihadapi oleh Masyarakat Indonesia. Uraian dibawah ini adalah beberapa data yang dapat menggambarkan perkembangan usaha Muhammadiyah yang ditandai dengan berdirinya cabang- cabang Muhammadiyah. Perlu diketahui bahwa berdirinya cabang-cabang Muhammadiyah ini dapat dijadikan sebagai tonggak untuk melihat perkembangan Muhammadiyah, karena menurut Karel A. Steenbrinkl, setiap pendiri identik Cabang dengan Muhammadiyah, Muhammadiyah didirikannya khususnya sangat usaha bidang pendidikan, Sosial, Ekonomi, Kesehatan 2) Mengajarkan dan menyiarkan Agama Islam dengan baik dan benar. 3) Memberantas Bid’ah-bid’ah dan khurafat serta adat istiadat yang bertentangan dengan ajaran Agama Islam. 4) Mendirikan perkumpulan/persyarikatan Muhammadiyah tahun 1912 M yang tersebar di seluruh Indonesia sampai sekarang. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGAHAMBAT DAKWAH K.H. AHMAD DAHLAN Pada permulaan Muhammadiyah halangan dan berdirinya banyak mendapatkan rintangan yang sangat hebatnya. Bahkan K.H. Ahmad Dahlan dikatakan telah keluar dari Mazhab, meninggalkan ahli sunnah waljama’ah. Bermacam-macam tuduhan dan fitnah yang dilemparkan kepadanya, tetapi semuanya itu diterimanya dengan sabar dan tawakal, sehingga menimbulkan berbagai faktor pendukung dan penghambatnya bagi dakwah K.H Ahmad Dahlan. faktor utama yang mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah hasil dari pendalaman K.H. Ahmad Dahlan terhadap Al-Qur’an dan menelaah, membahas, meneliti dan mengkaji kandungan isinya. Berikut adalah faktor pendukung dan penghambatnya: sehingga dapatan berguna bagi masyarakat. • FAKTOR PENDUKUNG Berikut adalah pengaruh Dakwah K.H Ahmad Dahlan dalam masyarakat. 1) Mengubah dan membetulkan arah kiblat yang tidak tepat menurut semestinya. Umumnya Masjidmasjid dan Langgar-langgar di Yogyakarta menghadap ke timur dan Orang-orang salat menghadap ke arah utara kurang lebih 24 drajat dari sebelah barat. 1) Merajalelanya bid’ah, syirik,khurafah dan takhayul sehingga kehidupan beragama pun tidak sesuai dengan alquran dan hadis 2) Merajalelanya kemiskinan, kebodohan, kekolotan kemunduran bangsa Indonesia umumnya dan umat Islam khususnya 3) Tidak adanya ukhuwah umat Islam serta tidak adanya organisasi Islam yang kuat dan kompak Jurnal Perspektif – Yayasan Jaringan Kerja Pendidikan Bali | 364 ISSN 2807-1190 4) Lemah dan gagalnya sistem pendidikan pondok pesantren, sehingga kurang mencerminkan perkembangan dan kemajuan zaman, dan adanya kehidupan pendidikan yang mengisolasi diri. • FAKTOR PENGHAMBAT penjajahan belanda yang membawa pengaruh buruk bagi Indonesia, penjajahan kristenisasi REKOMENDASI Untuk dapat melaksanakan program dengan baik sesuai dengan target dan tujuan, 1) Merajalelanya penjajahan kolonis belanda di Indonesia yang harus dihadapi maka ada hal-hal yang perlu dilakukan dan 2) Adanya kegiatan misionaris Kristen di Indonesia 1) Perlunya komunikasi dan jalinan hubungan yang baik dengan semua pihak yang terkait serta masyarakat sekitar sehingga tercipta Silahturahmi dan kerja sama yang baik. 3) Sikap yang merendahkan pada Islam oleh kaum terpelajar, yang menganggap bahwa Islam agama yang out of date, tidak sesuai dengan kemajuan zaman 4) Adanya rencana kristenisasi kolonial belanda untuk kepentingan politik kolonial. Keseluruhan dari pertanyaan yang bersifat umum ke khusus, sehingga penyajian hasil penelitian ini dapat dipahami dengan mudah. 5. KESIMPULAN Adapun kesimpulan dari penelitian tersebut adalah 1) K.H Ahmad Dahlan berdakwah dengan sistem door to door dengan menyamar sebagai pedagang kain batik, dengan cara tersebut beliau lebih dekat dengan masyarakat sehingga lebih mudah menjalankan dakwah Islamnya di Nusantara. 2) K.H. Ahmad Dahlan menggunakan strategi pengembangan dakwah dengan pendekatan kultural. Pendekatan kultural seperti pada bidang sosial dan pendidikan. K.H Ahmad Dahlan ingin mengadakan perubahan paradigma berpikir masyarakat karena dilihat bahwa umat Islam di Kauman dan nusantara sedang mengalami kemunduran di bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi. Penyebab kemunduran itu dikarenakan pendidikan masyarakat yang masih rendah 3) Namun Strategi Yang dilakukan tetap mendapat hambatan-hambatan Dalam pelaksanaannya, antara lain diperhatikan yaitu: 2) Kami menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga kami berharap tulisan ini dapat menjadi referensi kedepannya agar lebih baik lagi. 6. REFERENSI An-Anabiry, B. F. (2008). Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’I. Amzah. Faizah. (2012). Psikologi Dakwah. Kencana Prenada Media Group. Ismail, A. I. (2013). Filsafat Dakwah. Kencana Prenada Media Group. Muchsin, E. L. (2012). Psikologi Dakwah. Kencana Prenada Media Group. Munir. (2009). Metode Dakwah. Kencana Prenada Media Group. Musfiqun, H. M. (2012). Pendidikan Kemuhammadiyahan. PWM JATIM. Nawawihm, N. (2017). Stategi Dalam Berdakwah. PWM SUMSEL. Nurchayati, S. (2011). Pendidikan Kemuhammadiyahan. PWM DIY. Pasha, M. K. (2005). Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam. Citra Karsa Mandiri. Sufyanto. (2007). Pendidikan Kemuhammadiyahan Kelas 12. Majelis Dikdasmen PWM Jatim. Jurnal Perspektif – Yayasan Jaringan Kerja Pendidikan Bali | 365 ISSN 2807-1190 Suradika, A. (2000). Metode Penelitian Sosial. UMJ Press. Suradika, A. (2019). Pendidikan Keluarga dan Keluarga Berpendidikan Perspektif Islam. Direktorat Advokasi dan KIE BKKBN. Jurnal Perspektif – Yayasan Jaringan Kerja Pendidikan Bali | 366