Tulisan ini berangkat dari fenomena panjangnya pandemi Covid-19 yang berdampak pada organisasi da... more Tulisan ini berangkat dari fenomena panjangnya pandemi Covid-19 yang berdampak pada organisasi dakwah. Organisasi dakwah tidak hanya dituntut bisa beradaptasi, tetapi juga bangkit, dan berinovasi. Karakter kewirausahaan menjadi penting dihidupkan pada situasi demikian. Tujuan studi ini adalah menjelaskan bagaimana mengelola organisasi dakwah saat pandemi dengan karakter kewirausahaan. Metode studi bersifat kualitatif pustaka. Hasil studi menunjukkan bahwa persoalan pandemi tidak hanya terkait media dakwah, tetapi juga mentalitas SDM agar bisa bangkit dan berinovasi. Untuk itu nilai-nilai kewirausahaan sangat relevan bagi pengelolaan organisasi dakwah. Nilai kewirausahaan tidak hanya dibutuhkan organisasi pada situasi pandemi, tetapi juga setelahnya dan ketika organisasi sudah besar. Pengelolaan organisasi dakwah dengan karakter kewirausahaan adalah dengan menjadikan mindset dan sikap kewirausahaan sebagai nilai-nilai dan norma yang disepakati dalam organisasi dakwah. Pembangunan bu...
Pandemi Covid-19 yang berdampak pada sektor dakwah menuntut subjek dan lembaga dakwah untuk bisa ... more Pandemi Covid-19 yang berdampak pada sektor dakwah menuntut subjek dan lembaga dakwah untuk bisa beradaptasi dan bangkit pasca pandemi, yang sebelumnya mengalami penurunan bahkan kemandegan. Untuk bisa bangkit dan memulai lagi usaha dakwah dibutuhkan mentalitas yang kuat yang ada pada nilai-nilai karakter entrepreneurship. Oleh karenanya studi ini bertujuan untuk mendeskripsikan peranan karakter entrepreneurship bagi subjek dan lembaga dakwah dalam menghadapi situasi pandemi dan pascanya, serta bagaimana menginternalisasikannya pada subjek dakwah. Metodologi studi adalah kualitatif, data dikumpulkan berdasarkan sumber kepustakaan serta observasi dakwah di masa pandemi. Hasil studi menjelaskan bahwa karakter entrepreneurship memiliki peran siginfikan bagi kebangkitan dakwah pasca pandemi. Dengan mindset yang visioner, berorientasi untuk maju, dan berpikir kreatif dan inovatif menjadi syarat agar subjek dan lembaga dakwah bisa bertahan dan tumbuh. Mindset tersebut akan melahirkan sika...
INTELEKSIA - Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah, 2021
Energi spiritual adalah penggerak di balik semua kegiatan seseorang untuk menjalankan nilai yang ... more Energi spiritual adalah penggerak di balik semua kegiatan seseorang untuk menjalankan nilai yang dipegang teguh dan dengan tujuan di luar kepentingan pribadi, termasuk kegiatan menjalankan kewajiban berdakwah. Penting bagi dai, yaitu subjek atau pelaku dakwah, untuk memiliki metode manajemen energi spiritual yang baik, yaitu: (1)memiliki teknik meningkatkan energi spiritual, sehingga memiliki kapasitas yang tinggi; (2) kemampuan menggunakanya secara efisien, serta; (3) memiliki sistem pemulihannya. Lewat teladan Nabi Ibrahim sebagai dai, kita dapat menggali tiga teknik manajemen energi spiritual di atas. Pijakan teori yang digunakan adalah manajemen energi spiritual Jim Loehr dan Tony Schawartz. Metodologi studinya adalah studi pustaka. Hasil telah pustaka ini adalah: (1) Nabi Ibrahim secara terus menerus dan bertahap meningkatkan kapasitas energi spiritualnya, melalui menjalankan perintah berdakwah yang menantang rasa amannya; (2) Nabi Ibrahim tidak membenci dan sakit hati dengan p...
INTELEKSIA - Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah, 2019
Studi ini dilatarbelakangi fenomena dakwah tidak rasional yang terjadi dimasyarakat Indonesia kon... more Studi ini dilatarbelakangi fenomena dakwah tidak rasional yang terjadi dimasyarakat Indonesia kontemporer, terutama dalam penyajian pesan dakwah danmetode dakwahnya. Padahal Islam mengajarkan rasional, sehingga dakwah perludidekati secara rasional. Terlebih saat ini sebagian besarnya adalah masyarakatmodern era globalisasi. Studi ini memfokuskan pada penyajian pesan dan metodedakwah dengan pendekatan rasional dalam dakwah mayarakat modern konteksIndonesia. Metodologi yang digunakan pustaka kualitatif. Hasil studi menunjukkankarakteristik masyarakat modern Indonesia sejalan dengan ciri manusia modern,namun beragam. Modernisme yang dilaksanakan ternyata membawa dampakpositif dan negatif, sehingga menjadi problematika sosial. Berpijak pada asumsitersebut maka pesan dakwah pada masyarakat modern haruslah disajikan secararasional, dengan pertanggungjawaban, dan berpijak pula pada ilmu pengetahuanterkait. Pesan dakwah perlu disajikan secara sistematis dan terkurikulum. Prioritasisi pesann...
INTELEKSIA - Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah, 2018
Studi ini berangkat dari keprihatinan pengelolaan organisasi dakwah yang masih tradisional, tidak... more Studi ini berangkat dari keprihatinan pengelolaan organisasi dakwah yang masih tradisional, tidak didasari ilmu, salah satunya adalah ilmu manajemen strategi. Manajemen strategi telah terbukti menjadi alat yang efektif bagi keberhasilan organisasi. Termasuk dakwah Nabi Muhammad dalam salah satu periodenya, yaitu pada masa awal di Madinah. Periode tersebut dipilih karena terdapat serangkaian kebijakan dan implementasinya yang itu mengindikasikan penerapan prinsip-prinsip manajemen strategi yang tepat dan terbukti berhasil. Tujuan studi ini adalah untuk memberikan gambaran manajemen strategi dakwah Nabi Muhammad pada masa awal di Madinah. Manfaatnya diharapkan organsasi dakwah dapat mengambil contoh dan pelajaran dari hasil studi ini. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif historis pustaka dan expost facto. Data dikumpulkan dari sumber literatur sejarah terkait. Analisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif historis. Hasil studi menunjukkan bahwa dalam setiap pengambilan ke...
INTELEKSIA - Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah, 2020
Tulisan ini mengeksplorasi gejala komodifikasi dan efek eksternalitas dalam tayangan program dakw... more Tulisan ini mengeksplorasi gejala komodifikasi dan efek eksternalitas dalam tayangan program dakwahtainment Islam Itu Indah Trans TV. Program tersebut memiliki rating tinggi dan mampu bertahan hingga tahun kesepuluh. Tayangan dakwahtainment di televisi komersil tentu tidak terlepas dari proses komodifikasi dan efek eksternalitas. Pijakan teori yang digunakan adalah teori komodifikasi menurut Vincent Mosco yang dilengkapi Idi Subandy Ibrahim dan Bachruddin Ali Akhmad, serta teori efek eksternalitas siaran televisi menurut Edward S. Herman. Metodologi studi adalah kualitatif dengan pendekatan analisis semiotik. Data dikumpulkan melalui dokumentasi dan observasi tayangan di televisi, media sosial YouTube, dan Instagram, dengan sampel 91 episode tayangan (Desember 2019- Februari 2020). Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi signifikasi struktur tanda dalam tayangan dakwahtainment meliputi (a) konten komunikasi seperti judul materi dakwah, klasifikasi pesan dakwah, tagline acara; (b)...
INTELEKSIA - Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah, 2018
Pembaharuan Islam di Minangkabau awal abad ke-20 M melalui Surau Jembatan Besi atau Sumatra Thawa... more Pembaharuan Islam di Minangkabau awal abad ke-20 M melalui Surau Jembatan Besi atau Sumatra Thawalib Padang Panjang menunjukkan hasil yang lebih nyata dari pada Kaum Padri pendahulunya. Oleh karenanya penting untuk dikaji sebagai pelajaran bagi aktivis dakwah untuk melanjutkan upaya pembaharuan, mengingat potret sebagian umat Islam Indonesia yang tertinggal, jumud, menolak ilmu pengetahuan modern, dan lain-lain kerap dijumpai. Fokus masalah studi ini adalah gerakan dakwah pembaharuan dari Surau Jembatan Besi sampai Sumatra Thawalib Padang Panjang, sehingga melihatnya dalam perspektif sebagai institusi dakwah. Tujuan studi ini untuk memahami lebih jauh gerakan dakwah pembaharuan yang dilakukan. Metodologi studi kualitatif pustaka historis, dengan sumber data laporan penelitian dan studi terkait. Analisis data secara kualitatif historiografis, dipandu konsep gerakan dakwah pembaharuan. Hasil studi menunjukkan bahwa fenomena gerakan dakwah pembaharuan dari Surau Jembatan Besi sampai Pe...
INTELEKSIA - Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah, 2020
Studi ini berangkat dari gagasan dakwah multikultural yang relevan dengan konteks Indonesia. Seba... more Studi ini berangkat dari gagasan dakwah multikultural yang relevan dengan konteks Indonesia. Sebagai sebuah pendekatan dakwah berbasis multikultural perlu memiliki landasan yang tepat dalam pelaksanaannya, karena konsep multikultural bersinggungan dengan konsep pluralisme teologis yang ternyata maknanya tidak tunggal. Sisi lain MUI sebagai Lembaga yang mengeluarkan fatwa Nomor 7 Tahun 2005 tentang keharaman pluralisme. Di sinilah perlunya pengkajian fatwa MUI tentang pengharaman pluralisme teologis sebagai landasan dakwah multikultural. Studi ini berfokus pada menelaah fatwa MUI tentang pengharaman pluralisme agama dan keabsahan makna khusus pluralisme agama, serta implikasi fatwa tersebut bagi pelaksanaan dakwah multikultural. Metodologi studi secara kualitatif deskriptif dengan pendekatan kepustakaan. Analisis berpijak pada konsep pluralisme, karakteristik dakwah multikultural, serta kelembagaan MUI dan fatwanya. Hasil studi menunjukkan bahwa pemaknaan pluralisme yang digagas MUI ...
INTELEKSIA - Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah, 2017
Studi ini berangkat dari nilai penting kaderisasi kepemimpinan dan fenomena persoalan sistem kade... more Studi ini berangkat dari nilai penting kaderisasi kepemimpinan dan fenomena persoalan sistem kaderisasi kepemimpinan yang ala kadarnya pada organisasi dakwah. Dalam sejarah, Rasulullah telah terbukti mampu mengader pemimpin berkualitas pada organisasinya, maka penting bagi umat Islam, khususnya para pemimpin organisasi dakwah, untuk mempelajarinya. Studi ini bertujuan mendeskripsikan proses kaderisasi kepemimpinan organisasi dakwah Rasulullah. Dasar teoritis yang digunakan adalah konsep kaderisasi kepemimpinan/pengembangan talenta eksekutif Smiliansky dan Yukl, yang dikontekskan dalam organisasi dakwah, sedangkan metodolognyai kualitatif pustaka sejarah. Hasil studi menunjukkan bahwa proses kaderisasi kepemimpinan organisasi dakwah Rasul dilaksanakan dua tahapan, yaitu (1) identifikasi SDM talenta kepemimpinan dakwah, dan (2) pendidikan/pelatihan dan pengembangan kapabilitas SDM calon pemimpin. Dalam identifikasi talenta kepemimpinan dakwah, Nabi memprioritaskan SDM generasi pertama...
Jurnal Kajian dan Pengembangan Manajemen Dakwah, 2015
Tantangan dakwah modern kian beragam, diperlukan ketepatan strategi untuk menghadapinya. Pelajara... more Tantangan dakwah modern kian beragam, diperlukan ketepatan strategi untuk menghadapinya. Pelajaran mengenai strategi menghadapi tantangan dakwah bisa didapatkan melalui studi terhadap strategi Nabi Muhammad khususnya ketika di Mekkah, salah satunya adalah strategi hijrah ke Habasyah. Beberapa pakar menjelaskan bahwa hijrah ke Habasyah bukan sekedar strategi menghindari gangguan dari kaum kafir Quraisy namun terdapat sasaran-sasaran strategis lainnya, inilah keunikan strategi hijrah ke Habasyah. Studi ini bertujuan untuk menganalisis strategi hijrah ke Habasyah meliputi analisis pertimbangan dan sasaran srategi. Pendekatannya exposfacto, dengan mengidentifikasi fakta-fakta penting berdasarkan data sejarah dan menganalisisnya dalam perspektif ilmu strategi. Pengumpulan data melalui studi literatur sejarah. Hasil studi menunjukkan bahwa terdapat tujuh fakta penting yang menjadi pijakan analisis strategi. Hasil analisis pertimbangan strategi adalah terkait misi dakwah Ilahiah, keadaan internal umat Islam yang mendapatkan tekanan dari musuh Islam, keadaan eksternal menunjukkan bahwa musuh jauh lebih kuat dan serangannya frontal dari berbagai sisi, secara posisi strategis umat Islam terancam namun memiliki kekuatan dan peluang untuk menghindarkan hal tersebut melalui strategi menghijrahkan sebagian besar sahabat ke Habasyah. Analisis sasaran strategi menunjukkan bahwa terdapat tiga sasaran yaitu menghindari atau mengendurkan ancaman dari musuh, mengembangkan pasar baru dan menekan musuh, sehingga strategi ini adalah kombinasi bertahan dan menyerang
Jurnal Kajian dan Pengembangan Manajemen Dakwah, 2016
Artikel ini membahas tentang program deradikalisasi terorisme yang dilaksanakan oleh Yayasan Pras... more Artikel ini membahas tentang program deradikalisasi terorisme yang dilaksanakan oleh Yayasan Prasasti Perdamaian (YPP), yang menyasar mantan napi terorisme berupa pemberdayaan ekonomi melalui kewirausahaan. Program tersebut telah berhasil memutus individu mantan napi teroris dengan aktivitas terorisme. Sekalipun secara formal YPP bukanlah organisasi dakwah, tetapi deradikalisasi terorisme melalui pemberdayaan adalah bagian dari dakwah Islam sebagai upaya mengajak kembali mereka (teroris) kepada ajaran Islam yang rahmatan lil alamin. Tujuan studi ini adalah mendeskripsikan program pemberdayaan YPP dalam kerangka teori deradikalisasi dan disengagement (pemutusan) dan mendeskripsikan kesesuaian program tersebut dengan prinsip-prinsip dakwah pemberdayaan. Landasan teori yang digunakan adalah konsep disengagement Bjorge dan Horgan dan konsep paradigma dakwah pemberdayaan. Pendekatannya adalah kualitatif, data dikumpulkan dari dokumentasi wawancara berbagai media dan kepustakaan relevan, sedangkan analisis data sesuai model Miles dan Huberman. Kesimpulannya menunjukkan bahwa aksi dan pendekatan pemberdayaan program YPP telah cukup berhasil memutus individu dengan aktivitas terorisme. Keberhasilan disengagement tersesebut tidak terlepas dari proses fisik dan psikis, yang dimulai dari pemenjaraan, kekecewaan, perasaan bersalah dan perubahan prioritas. Keinginan memperbaiki diri dan peluang pemberdayaan ekonomi dari YPP menjadi faktor penarik yang kuat bagi individu untuk disengage. Program ini juga sesuai dengan prinsip-prinsip dalam dakwah pemberdayaan.
Jurnal Kajian dan Pengembangan Manajemen Dakwah, 2016
Dewasa ini talent management menjadi perhatian utama berbagai organisasi, karena keunggulan kompe... more Dewasa ini talent management menjadi perhatian utama berbagai organisasi, karena keunggulan kompetitif yang langgeng akan didapatkan dengan memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) organisasi yang berbakat dalam jumlah yang cukup dan dikelola dengan baik. Namun sayangnya sangat sedikit organisasi dakwah Islam yang memberikan perhatian terhadap manajemen talenta, akibatnya mereka tidak cukup kompetitif dalam persaingan dakwah dengan nilai-nilai selainnya. Padahal jika berkaca dari sejarah dakwah Nabi, terdapat indikasi-indikasi bahwa dalam pengelolaan SDM organisasinya, Nabi menerapkan prinsip-prinsip manajemen talenta. Studi ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana proses penerapan prinsip-prinsip manajemen talenta oleh Nabi dalam pengelolaan SDM-SDM sahabat. Pendekatan yang digunakan adalah dengan mengumpulkan kasus-kasus pengelolaan beberapa SDM sahabat yang kemudian dianalisis prinsip-prinsip manajemen talenta di dalamnya. Pengumpulan data dengan studi literatur sejarah Nabi dan analisis data dilakukan secara kualitatif. Hasil studi menunjukkan bahwa periode pengelolaan SDM organisasi dakwah Nabi dapat diklasifikasi menjadi periode Mekkah dan Madinah, masing-masing memiliki konteks dan situasi dakwah berbeda. Prinsip-prinsip penerapan manajemen talenta, dilakukan dalam beberapa hal, yaitu: (1) assesment terhadap kebutuhan kompetensi organisasi, (2) rekrutmen SDM talenta, (3) mendidik dan meningkatkan kualitas SDM talenta, (4) mempertahankan dan mengembangkan kompetensi SDM talenta. Kekhasan penerapan prinsip manajemen talenta organisasi Nabi adalah sistem rekrutmen yang menekankan isi kebenaran Alquran (rasionalitas), lewat dialog dan tidak ada pemaksaan, nilai-nilai Qurani menjadi dasar dalam pendidikan talenta, sedangkan upaya mempertahankan dan mengembangkan dilakukan diantaranya dengan pemberian status sosial berupa gelar dari Nabi.
Jurnal Kajian dan Pengembangan Manajemen Dakwah, 2013
Budaya organisasi merupakan seperangkat keyakinan dan nilai-nilai yang mewujud dalam perilaku pen... more Budaya organisasi merupakan seperangkat keyakinan dan nilai-nilai yang mewujud dalam perilaku pengurus dan anggota organisasi. Berbagai penelitian dan pendapat para ahli telah menjelaskan bahwa budaya memiliki pengaruh yang siginifikan bagi keberlangsungan organisasi. Dakwah memiliki nilai sosial yang tinggi untuk menjaga kebaikan di masyarakat. Organisasi dakwah sebagai pelaku dakwah perlu untuk dikembangkan dan dikuatkan, salah satunya dengan menghidupkan budaya organisasi. Untuk membangun budaya, organisasi dakwah perlu memiliki gambaran ideal nilai-nilai budaya yang hendak dibangun yang sejalan dengan prinsip dakwah universal. Tujuan tulisan ini adalah menggagas kerangka konseptual nilai-nilai universal budaya organisasi dakwah. Pijakan yang digunakan adalah teori budaya organisasi, konsep dakwah universal dan karakteristik organisasi dakwah. Metodologi studi ini adalah kepustakaan, pengumpulan data dengan membaca literatur relevan dan analisis data dengan pendekatan analisis kualitatif. Kesimpulannya adalah nilai-nilai universal budaya organisasi dakwah berakar pada filosofi amar makruf nahi mungkar, yang dapat dikembangkan dalam tujuh nilai perilaku budaya, yaitu idealisme, rasa persatuan, amanah, keteladanan, rasional, empati, dan konsistensi.
Jurnal Kajian dan Pengembangan Manajemen Dakwah, 2015
Abstrak: Tulisan ini berangkat dari fakta bahwa konflik tidak bisa dihilangkan dalam organisasi, ... more Abstrak: Tulisan ini berangkat dari fakta bahwa konflik tidak bisa dihilangkan dalam organisasi, tetapi dapat dikelola agar fungsional. Demikian pula yang terjadi dalam sejarah organisasi Islam masa awal, salah satu episode konflik setelah Nabi Muhammad wafat adalah konflik antara kelompok Anshar dan Muhajirin mengenai hak pengganti Nabi dalam peristiwa Saqifah Banu Saidah. Penting bagi umat Islam untuk mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut. Bagaimana tahap-tahap konflik tersebut, apa yang menjadi sumber konflik dan bagaimana resolusi konfliknya. Studi ini mengkaji dengan pendekatan teori konflik, khususnya konflik antar kelompok di organisasi dan resolusi konflik. Pendekatan literatur sejarah digunakan sebagai sumber data. Hasil studi ini menunjukkan bahwa tahap-tahap konflik dimulai dari adanya fakta perbedaan-perbedaan, yang memunculkan perbedaan persepsi menjadi konflik yang segera dirasakan ketika kedua kelompok bertemu di Saqifah Banu Saidah. Konflik kemudian masuk tahap manifestasi, yang menghasilkan resolusi sebagai tahap sesudah konflik. Sumber konflik mengerucut pada dua hal yakni adanya perbedaan persepsi sekaligus persaingan sumber daya. Resolusi konflik yang dihasilkan adalah kemenangan atau diterimanya hak Muhajirin oleh Anshar, dengan teknik dominasi dan konten yang menekankan pengembalian pada norma, penggunaan tujuan superordinat dan menghidupkan persaingan di lawan konflik. Kata Kunci : proses konflik, sumber konflik, resolusi konflik, Saqifah Banu Saidah Abstract: This writing originates from the fact that conflicts cannot be disappeared in any organizations, yet they can be organized so that they are functional. It happened in the history of early Islamic organizations. An episode of conflict after the Prophet Muhammad had passed away was the one between Anshar and Muhajirin about the right of the Prophet's successor in the event of Saqifah Banu Saidah. It is essential for Moslems to take a great lesson for the occasion. The focuses of writing are about how the stages of the conflict happened, what the source of conflict was, and how the resolution of conflict could be done. The study explores the event by the approach of the theory of conflict, especially inter-group conflict in an organization, and the resolution of conflict. Historical literature approach is used as the source of data. The result of study indicates that the stages of a conflict began from differences, which caused differences of perceptions and then emerged the conflict when the groups met in Saqifah Banu Saidah. The conflict then came to the stage of manifestation, which yielded a resolution as a process after the conflict. The sources of conflict narrowed to two matters, which were the difference of perception and resource competition. The resolution of conflict yielded was the winning of Muhajirin or the acceptance of the
Tulisan ini berangkat dari fenomena panjangnya pandemi Covid-19 yang berdampak pada organisasi da... more Tulisan ini berangkat dari fenomena panjangnya pandemi Covid-19 yang berdampak pada organisasi dakwah. Organisasi dakwah tidak hanya dituntut bisa beradaptasi, tetapi juga bangkit, dan berinovasi. Karakter kewirausahaan menjadi penting dihidupkan pada situasi demikian. Tujuan studi ini adalah menjelaskan bagaimana mengelola organisasi dakwah saat pandemi dengan karakter kewirausahaan. Metode studi bersifat kualitatif pustaka. Hasil studi menunjukkan bahwa persoalan pandemi tidak hanya terkait media dakwah, tetapi juga mentalitas SDM agar bisa bangkit dan berinovasi. Untuk itu nilai-nilai kewirausahaan sangat relevan bagi pengelolaan organisasi dakwah. Nilai kewirausahaan tidak hanya dibutuhkan organisasi pada situasi pandemi, tetapi juga setelahnya dan ketika organisasi sudah besar. Pengelolaan organisasi dakwah dengan karakter kewirausahaan adalah dengan menjadikan mindset dan sikap kewirausahaan sebagai nilai-nilai dan norma yang disepakati dalam organisasi dakwah. Pembangunan bu...
Pandemi Covid-19 yang berdampak pada sektor dakwah menuntut subjek dan lembaga dakwah untuk bisa ... more Pandemi Covid-19 yang berdampak pada sektor dakwah menuntut subjek dan lembaga dakwah untuk bisa beradaptasi dan bangkit pasca pandemi, yang sebelumnya mengalami penurunan bahkan kemandegan. Untuk bisa bangkit dan memulai lagi usaha dakwah dibutuhkan mentalitas yang kuat yang ada pada nilai-nilai karakter entrepreneurship. Oleh karenanya studi ini bertujuan untuk mendeskripsikan peranan karakter entrepreneurship bagi subjek dan lembaga dakwah dalam menghadapi situasi pandemi dan pascanya, serta bagaimana menginternalisasikannya pada subjek dakwah. Metodologi studi adalah kualitatif, data dikumpulkan berdasarkan sumber kepustakaan serta observasi dakwah di masa pandemi. Hasil studi menjelaskan bahwa karakter entrepreneurship memiliki peran siginfikan bagi kebangkitan dakwah pasca pandemi. Dengan mindset yang visioner, berorientasi untuk maju, dan berpikir kreatif dan inovatif menjadi syarat agar subjek dan lembaga dakwah bisa bertahan dan tumbuh. Mindset tersebut akan melahirkan sika...
INTELEKSIA - Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah, 2021
Energi spiritual adalah penggerak di balik semua kegiatan seseorang untuk menjalankan nilai yang ... more Energi spiritual adalah penggerak di balik semua kegiatan seseorang untuk menjalankan nilai yang dipegang teguh dan dengan tujuan di luar kepentingan pribadi, termasuk kegiatan menjalankan kewajiban berdakwah. Penting bagi dai, yaitu subjek atau pelaku dakwah, untuk memiliki metode manajemen energi spiritual yang baik, yaitu: (1)memiliki teknik meningkatkan energi spiritual, sehingga memiliki kapasitas yang tinggi; (2) kemampuan menggunakanya secara efisien, serta; (3) memiliki sistem pemulihannya. Lewat teladan Nabi Ibrahim sebagai dai, kita dapat menggali tiga teknik manajemen energi spiritual di atas. Pijakan teori yang digunakan adalah manajemen energi spiritual Jim Loehr dan Tony Schawartz. Metodologi studinya adalah studi pustaka. Hasil telah pustaka ini adalah: (1) Nabi Ibrahim secara terus menerus dan bertahap meningkatkan kapasitas energi spiritualnya, melalui menjalankan perintah berdakwah yang menantang rasa amannya; (2) Nabi Ibrahim tidak membenci dan sakit hati dengan p...
INTELEKSIA - Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah, 2019
Studi ini dilatarbelakangi fenomena dakwah tidak rasional yang terjadi dimasyarakat Indonesia kon... more Studi ini dilatarbelakangi fenomena dakwah tidak rasional yang terjadi dimasyarakat Indonesia kontemporer, terutama dalam penyajian pesan dakwah danmetode dakwahnya. Padahal Islam mengajarkan rasional, sehingga dakwah perludidekati secara rasional. Terlebih saat ini sebagian besarnya adalah masyarakatmodern era globalisasi. Studi ini memfokuskan pada penyajian pesan dan metodedakwah dengan pendekatan rasional dalam dakwah mayarakat modern konteksIndonesia. Metodologi yang digunakan pustaka kualitatif. Hasil studi menunjukkankarakteristik masyarakat modern Indonesia sejalan dengan ciri manusia modern,namun beragam. Modernisme yang dilaksanakan ternyata membawa dampakpositif dan negatif, sehingga menjadi problematika sosial. Berpijak pada asumsitersebut maka pesan dakwah pada masyarakat modern haruslah disajikan secararasional, dengan pertanggungjawaban, dan berpijak pula pada ilmu pengetahuanterkait. Pesan dakwah perlu disajikan secara sistematis dan terkurikulum. Prioritasisi pesann...
INTELEKSIA - Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah, 2018
Studi ini berangkat dari keprihatinan pengelolaan organisasi dakwah yang masih tradisional, tidak... more Studi ini berangkat dari keprihatinan pengelolaan organisasi dakwah yang masih tradisional, tidak didasari ilmu, salah satunya adalah ilmu manajemen strategi. Manajemen strategi telah terbukti menjadi alat yang efektif bagi keberhasilan organisasi. Termasuk dakwah Nabi Muhammad dalam salah satu periodenya, yaitu pada masa awal di Madinah. Periode tersebut dipilih karena terdapat serangkaian kebijakan dan implementasinya yang itu mengindikasikan penerapan prinsip-prinsip manajemen strategi yang tepat dan terbukti berhasil. Tujuan studi ini adalah untuk memberikan gambaran manajemen strategi dakwah Nabi Muhammad pada masa awal di Madinah. Manfaatnya diharapkan organsasi dakwah dapat mengambil contoh dan pelajaran dari hasil studi ini. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif historis pustaka dan expost facto. Data dikumpulkan dari sumber literatur sejarah terkait. Analisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif historis. Hasil studi menunjukkan bahwa dalam setiap pengambilan ke...
INTELEKSIA - Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah, 2020
Tulisan ini mengeksplorasi gejala komodifikasi dan efek eksternalitas dalam tayangan program dakw... more Tulisan ini mengeksplorasi gejala komodifikasi dan efek eksternalitas dalam tayangan program dakwahtainment Islam Itu Indah Trans TV. Program tersebut memiliki rating tinggi dan mampu bertahan hingga tahun kesepuluh. Tayangan dakwahtainment di televisi komersil tentu tidak terlepas dari proses komodifikasi dan efek eksternalitas. Pijakan teori yang digunakan adalah teori komodifikasi menurut Vincent Mosco yang dilengkapi Idi Subandy Ibrahim dan Bachruddin Ali Akhmad, serta teori efek eksternalitas siaran televisi menurut Edward S. Herman. Metodologi studi adalah kualitatif dengan pendekatan analisis semiotik. Data dikumpulkan melalui dokumentasi dan observasi tayangan di televisi, media sosial YouTube, dan Instagram, dengan sampel 91 episode tayangan (Desember 2019- Februari 2020). Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi signifikasi struktur tanda dalam tayangan dakwahtainment meliputi (a) konten komunikasi seperti judul materi dakwah, klasifikasi pesan dakwah, tagline acara; (b)...
INTELEKSIA - Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah, 2018
Pembaharuan Islam di Minangkabau awal abad ke-20 M melalui Surau Jembatan Besi atau Sumatra Thawa... more Pembaharuan Islam di Minangkabau awal abad ke-20 M melalui Surau Jembatan Besi atau Sumatra Thawalib Padang Panjang menunjukkan hasil yang lebih nyata dari pada Kaum Padri pendahulunya. Oleh karenanya penting untuk dikaji sebagai pelajaran bagi aktivis dakwah untuk melanjutkan upaya pembaharuan, mengingat potret sebagian umat Islam Indonesia yang tertinggal, jumud, menolak ilmu pengetahuan modern, dan lain-lain kerap dijumpai. Fokus masalah studi ini adalah gerakan dakwah pembaharuan dari Surau Jembatan Besi sampai Sumatra Thawalib Padang Panjang, sehingga melihatnya dalam perspektif sebagai institusi dakwah. Tujuan studi ini untuk memahami lebih jauh gerakan dakwah pembaharuan yang dilakukan. Metodologi studi kualitatif pustaka historis, dengan sumber data laporan penelitian dan studi terkait. Analisis data secara kualitatif historiografis, dipandu konsep gerakan dakwah pembaharuan. Hasil studi menunjukkan bahwa fenomena gerakan dakwah pembaharuan dari Surau Jembatan Besi sampai Pe...
INTELEKSIA - Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah, 2020
Studi ini berangkat dari gagasan dakwah multikultural yang relevan dengan konteks Indonesia. Seba... more Studi ini berangkat dari gagasan dakwah multikultural yang relevan dengan konteks Indonesia. Sebagai sebuah pendekatan dakwah berbasis multikultural perlu memiliki landasan yang tepat dalam pelaksanaannya, karena konsep multikultural bersinggungan dengan konsep pluralisme teologis yang ternyata maknanya tidak tunggal. Sisi lain MUI sebagai Lembaga yang mengeluarkan fatwa Nomor 7 Tahun 2005 tentang keharaman pluralisme. Di sinilah perlunya pengkajian fatwa MUI tentang pengharaman pluralisme teologis sebagai landasan dakwah multikultural. Studi ini berfokus pada menelaah fatwa MUI tentang pengharaman pluralisme agama dan keabsahan makna khusus pluralisme agama, serta implikasi fatwa tersebut bagi pelaksanaan dakwah multikultural. Metodologi studi secara kualitatif deskriptif dengan pendekatan kepustakaan. Analisis berpijak pada konsep pluralisme, karakteristik dakwah multikultural, serta kelembagaan MUI dan fatwanya. Hasil studi menunjukkan bahwa pemaknaan pluralisme yang digagas MUI ...
INTELEKSIA - Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah, 2017
Studi ini berangkat dari nilai penting kaderisasi kepemimpinan dan fenomena persoalan sistem kade... more Studi ini berangkat dari nilai penting kaderisasi kepemimpinan dan fenomena persoalan sistem kaderisasi kepemimpinan yang ala kadarnya pada organisasi dakwah. Dalam sejarah, Rasulullah telah terbukti mampu mengader pemimpin berkualitas pada organisasinya, maka penting bagi umat Islam, khususnya para pemimpin organisasi dakwah, untuk mempelajarinya. Studi ini bertujuan mendeskripsikan proses kaderisasi kepemimpinan organisasi dakwah Rasulullah. Dasar teoritis yang digunakan adalah konsep kaderisasi kepemimpinan/pengembangan talenta eksekutif Smiliansky dan Yukl, yang dikontekskan dalam organisasi dakwah, sedangkan metodolognyai kualitatif pustaka sejarah. Hasil studi menunjukkan bahwa proses kaderisasi kepemimpinan organisasi dakwah Rasul dilaksanakan dua tahapan, yaitu (1) identifikasi SDM talenta kepemimpinan dakwah, dan (2) pendidikan/pelatihan dan pengembangan kapabilitas SDM calon pemimpin. Dalam identifikasi talenta kepemimpinan dakwah, Nabi memprioritaskan SDM generasi pertama...
Jurnal Kajian dan Pengembangan Manajemen Dakwah, 2015
Tantangan dakwah modern kian beragam, diperlukan ketepatan strategi untuk menghadapinya. Pelajara... more Tantangan dakwah modern kian beragam, diperlukan ketepatan strategi untuk menghadapinya. Pelajaran mengenai strategi menghadapi tantangan dakwah bisa didapatkan melalui studi terhadap strategi Nabi Muhammad khususnya ketika di Mekkah, salah satunya adalah strategi hijrah ke Habasyah. Beberapa pakar menjelaskan bahwa hijrah ke Habasyah bukan sekedar strategi menghindari gangguan dari kaum kafir Quraisy namun terdapat sasaran-sasaran strategis lainnya, inilah keunikan strategi hijrah ke Habasyah. Studi ini bertujuan untuk menganalisis strategi hijrah ke Habasyah meliputi analisis pertimbangan dan sasaran srategi. Pendekatannya exposfacto, dengan mengidentifikasi fakta-fakta penting berdasarkan data sejarah dan menganalisisnya dalam perspektif ilmu strategi. Pengumpulan data melalui studi literatur sejarah. Hasil studi menunjukkan bahwa terdapat tujuh fakta penting yang menjadi pijakan analisis strategi. Hasil analisis pertimbangan strategi adalah terkait misi dakwah Ilahiah, keadaan internal umat Islam yang mendapatkan tekanan dari musuh Islam, keadaan eksternal menunjukkan bahwa musuh jauh lebih kuat dan serangannya frontal dari berbagai sisi, secara posisi strategis umat Islam terancam namun memiliki kekuatan dan peluang untuk menghindarkan hal tersebut melalui strategi menghijrahkan sebagian besar sahabat ke Habasyah. Analisis sasaran strategi menunjukkan bahwa terdapat tiga sasaran yaitu menghindari atau mengendurkan ancaman dari musuh, mengembangkan pasar baru dan menekan musuh, sehingga strategi ini adalah kombinasi bertahan dan menyerang
Jurnal Kajian dan Pengembangan Manajemen Dakwah, 2016
Artikel ini membahas tentang program deradikalisasi terorisme yang dilaksanakan oleh Yayasan Pras... more Artikel ini membahas tentang program deradikalisasi terorisme yang dilaksanakan oleh Yayasan Prasasti Perdamaian (YPP), yang menyasar mantan napi terorisme berupa pemberdayaan ekonomi melalui kewirausahaan. Program tersebut telah berhasil memutus individu mantan napi teroris dengan aktivitas terorisme. Sekalipun secara formal YPP bukanlah organisasi dakwah, tetapi deradikalisasi terorisme melalui pemberdayaan adalah bagian dari dakwah Islam sebagai upaya mengajak kembali mereka (teroris) kepada ajaran Islam yang rahmatan lil alamin. Tujuan studi ini adalah mendeskripsikan program pemberdayaan YPP dalam kerangka teori deradikalisasi dan disengagement (pemutusan) dan mendeskripsikan kesesuaian program tersebut dengan prinsip-prinsip dakwah pemberdayaan. Landasan teori yang digunakan adalah konsep disengagement Bjorge dan Horgan dan konsep paradigma dakwah pemberdayaan. Pendekatannya adalah kualitatif, data dikumpulkan dari dokumentasi wawancara berbagai media dan kepustakaan relevan, sedangkan analisis data sesuai model Miles dan Huberman. Kesimpulannya menunjukkan bahwa aksi dan pendekatan pemberdayaan program YPP telah cukup berhasil memutus individu dengan aktivitas terorisme. Keberhasilan disengagement tersesebut tidak terlepas dari proses fisik dan psikis, yang dimulai dari pemenjaraan, kekecewaan, perasaan bersalah dan perubahan prioritas. Keinginan memperbaiki diri dan peluang pemberdayaan ekonomi dari YPP menjadi faktor penarik yang kuat bagi individu untuk disengage. Program ini juga sesuai dengan prinsip-prinsip dalam dakwah pemberdayaan.
Jurnal Kajian dan Pengembangan Manajemen Dakwah, 2016
Dewasa ini talent management menjadi perhatian utama berbagai organisasi, karena keunggulan kompe... more Dewasa ini talent management menjadi perhatian utama berbagai organisasi, karena keunggulan kompetitif yang langgeng akan didapatkan dengan memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) organisasi yang berbakat dalam jumlah yang cukup dan dikelola dengan baik. Namun sayangnya sangat sedikit organisasi dakwah Islam yang memberikan perhatian terhadap manajemen talenta, akibatnya mereka tidak cukup kompetitif dalam persaingan dakwah dengan nilai-nilai selainnya. Padahal jika berkaca dari sejarah dakwah Nabi, terdapat indikasi-indikasi bahwa dalam pengelolaan SDM organisasinya, Nabi menerapkan prinsip-prinsip manajemen talenta. Studi ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana proses penerapan prinsip-prinsip manajemen talenta oleh Nabi dalam pengelolaan SDM-SDM sahabat. Pendekatan yang digunakan adalah dengan mengumpulkan kasus-kasus pengelolaan beberapa SDM sahabat yang kemudian dianalisis prinsip-prinsip manajemen talenta di dalamnya. Pengumpulan data dengan studi literatur sejarah Nabi dan analisis data dilakukan secara kualitatif. Hasil studi menunjukkan bahwa periode pengelolaan SDM organisasi dakwah Nabi dapat diklasifikasi menjadi periode Mekkah dan Madinah, masing-masing memiliki konteks dan situasi dakwah berbeda. Prinsip-prinsip penerapan manajemen talenta, dilakukan dalam beberapa hal, yaitu: (1) assesment terhadap kebutuhan kompetensi organisasi, (2) rekrutmen SDM talenta, (3) mendidik dan meningkatkan kualitas SDM talenta, (4) mempertahankan dan mengembangkan kompetensi SDM talenta. Kekhasan penerapan prinsip manajemen talenta organisasi Nabi adalah sistem rekrutmen yang menekankan isi kebenaran Alquran (rasionalitas), lewat dialog dan tidak ada pemaksaan, nilai-nilai Qurani menjadi dasar dalam pendidikan talenta, sedangkan upaya mempertahankan dan mengembangkan dilakukan diantaranya dengan pemberian status sosial berupa gelar dari Nabi.
Jurnal Kajian dan Pengembangan Manajemen Dakwah, 2013
Budaya organisasi merupakan seperangkat keyakinan dan nilai-nilai yang mewujud dalam perilaku pen... more Budaya organisasi merupakan seperangkat keyakinan dan nilai-nilai yang mewujud dalam perilaku pengurus dan anggota organisasi. Berbagai penelitian dan pendapat para ahli telah menjelaskan bahwa budaya memiliki pengaruh yang siginifikan bagi keberlangsungan organisasi. Dakwah memiliki nilai sosial yang tinggi untuk menjaga kebaikan di masyarakat. Organisasi dakwah sebagai pelaku dakwah perlu untuk dikembangkan dan dikuatkan, salah satunya dengan menghidupkan budaya organisasi. Untuk membangun budaya, organisasi dakwah perlu memiliki gambaran ideal nilai-nilai budaya yang hendak dibangun yang sejalan dengan prinsip dakwah universal. Tujuan tulisan ini adalah menggagas kerangka konseptual nilai-nilai universal budaya organisasi dakwah. Pijakan yang digunakan adalah teori budaya organisasi, konsep dakwah universal dan karakteristik organisasi dakwah. Metodologi studi ini adalah kepustakaan, pengumpulan data dengan membaca literatur relevan dan analisis data dengan pendekatan analisis kualitatif. Kesimpulannya adalah nilai-nilai universal budaya organisasi dakwah berakar pada filosofi amar makruf nahi mungkar, yang dapat dikembangkan dalam tujuh nilai perilaku budaya, yaitu idealisme, rasa persatuan, amanah, keteladanan, rasional, empati, dan konsistensi.
Jurnal Kajian dan Pengembangan Manajemen Dakwah, 2015
Abstrak: Tulisan ini berangkat dari fakta bahwa konflik tidak bisa dihilangkan dalam organisasi, ... more Abstrak: Tulisan ini berangkat dari fakta bahwa konflik tidak bisa dihilangkan dalam organisasi, tetapi dapat dikelola agar fungsional. Demikian pula yang terjadi dalam sejarah organisasi Islam masa awal, salah satu episode konflik setelah Nabi Muhammad wafat adalah konflik antara kelompok Anshar dan Muhajirin mengenai hak pengganti Nabi dalam peristiwa Saqifah Banu Saidah. Penting bagi umat Islam untuk mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut. Bagaimana tahap-tahap konflik tersebut, apa yang menjadi sumber konflik dan bagaimana resolusi konfliknya. Studi ini mengkaji dengan pendekatan teori konflik, khususnya konflik antar kelompok di organisasi dan resolusi konflik. Pendekatan literatur sejarah digunakan sebagai sumber data. Hasil studi ini menunjukkan bahwa tahap-tahap konflik dimulai dari adanya fakta perbedaan-perbedaan, yang memunculkan perbedaan persepsi menjadi konflik yang segera dirasakan ketika kedua kelompok bertemu di Saqifah Banu Saidah. Konflik kemudian masuk tahap manifestasi, yang menghasilkan resolusi sebagai tahap sesudah konflik. Sumber konflik mengerucut pada dua hal yakni adanya perbedaan persepsi sekaligus persaingan sumber daya. Resolusi konflik yang dihasilkan adalah kemenangan atau diterimanya hak Muhajirin oleh Anshar, dengan teknik dominasi dan konten yang menekankan pengembalian pada norma, penggunaan tujuan superordinat dan menghidupkan persaingan di lawan konflik. Kata Kunci : proses konflik, sumber konflik, resolusi konflik, Saqifah Banu Saidah Abstract: This writing originates from the fact that conflicts cannot be disappeared in any organizations, yet they can be organized so that they are functional. It happened in the history of early Islamic organizations. An episode of conflict after the Prophet Muhammad had passed away was the one between Anshar and Muhajirin about the right of the Prophet's successor in the event of Saqifah Banu Saidah. It is essential for Moslems to take a great lesson for the occasion. The focuses of writing are about how the stages of the conflict happened, what the source of conflict was, and how the resolution of conflict could be done. The study explores the event by the approach of the theory of conflict, especially inter-group conflict in an organization, and the resolution of conflict. Historical literature approach is used as the source of data. The result of study indicates that the stages of a conflict began from differences, which caused differences of perceptions and then emerged the conflict when the groups met in Saqifah Banu Saidah. The conflict then came to the stage of manifestation, which yielded a resolution as a process after the conflict. The sources of conflict narrowed to two matters, which were the difference of perception and resource competition. The resolution of conflict yielded was the winning of Muhajirin or the acceptance of the
Uploads
Papers by Dedy Pradesa