Academia.eduAcademia.edu

Pengenalan Fungisida

PENGENALAN FUNGISIDA (Laporan Praktikum Bioekologi Penyakit Tumbuhan) Oleh Diah Prabaningrum 1214121056 JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2013 I. PENDAHULUAN Latar Belakang Macam-macam pestisida antara lain insektisida (pembunuh serangga), fungisida (pembunuh cendawan), herbisida (pembunuh gulma), larvasida (pembunuh larva), rodentisida (pembunuh binatang pengerat), dan avisida (pembunuh burung). Empat golongan insektisida yang banyak digunakan menurut rmnus bangunnya adalah hidrokarbon berklor, organofosfal, karbarnat, dan piretroid. Sementara itn, golongan fungisida yang sering digunakan menurut rmnns bangunnya antara lain organosu\fur, benzimidazol, pirimidin, tiofanal, oksatin dan dinitrofenol (Agrios, George W. 1996). Pestisida dapat dikelompokkan berdasarkan jenis sasaran, bentuk fisik, bentuk formulasi, cara kerjanya, cara masuk, golongan senyawa, dan asal (bahan aktif). Fungisida merupakan salah satu pestisida yang berdasarkan jenis sasaran, Fungisida sasaran utamanya ialah jenis cendawan. Umumnya cendawan berbentuk seperti benang halus yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Namun, kumpulan dari benang halus ini yang disebut miselium bisa dilihat dengan jelas. Dalam pengendalian cendawan patogen di gunakan senyawa kimia fungisida tersebut. Fungisida adalah zat kimia yang digunakan untuk mengendalikan cendawan (fungi). Pengendalian yang sering digunakan oleh petani adalah dengan menggunakan fungisida, karena sampai saat ini belum ada tanaman cabai merah yang tahan terhadap antraknosa. Prinsip penggunaan fungisida didasarkan pada prinsip antibiotik terhadap tanaman. Prinsip lainnya yang berpotensi untuk mengendalikan penyakit yaitu penggunaan bahan kimia sintetik yang mampu memicu ketahanan tanaman. Fungisida dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu fungisida selektif (fungisida sulfur, tembaga, quinon, heterosiklik) dan non selektif (fungisida hidrokarbon aromatik, anti-oomycota, oxathiin, organofosfat, fungisida yang menghambat sintesis sterol, serta fungisida sistemik lainnya) Pestisida yang dijajakan di gerai umumnya memiliki kandungan aktif yang sama. Barang dagangan tersebut diperjualbelikan dengan merk dagang bermacam-macam. Akibatnya, banyak pestisida yang sebenarnya memiliki fungsi yang sama dijual dengan merek berbeda. Untuk keperluan aplikasi di lapang, perlu di perhatikan dosis dan konsentrasi yang di perlukan. Dosis adalah banyaknya fungisida atau bahan aktif yang di gunakan per satu satuan luas lahan. Konsentrasi adalah banyaknya fungisida atau bahan aktif yang di gunakan pada satuan volume tertentu. Tujuan Adapun tujuan dari praktikum ini antara lain: Memahami tentang pentingnya label fungisida agar tidak terjadi kesalahan pada penggunaannya Untuk mengetahui cara membaca keterangan pada label yang terdapat pada fungisida II. METODOLOGI PERCOBAAN Alat dan bahan Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain adalah alat tulis dan bahan yang digunakan adalah fungisida berlabel. Prosedur Percobaan Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Amati tiap fungisida dan perhatikan yang tertulis dalam label antara lain merek dagang, bahan aktif, aplikasi, dosis, sasaran, waktu aplikasi, dan petunjuk keamanan. Kemudian catat semua informasi yang didapat dari pengamatan yang dilakukan. III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Pengamatan Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut: NO Merek dagang Keterangan 1. Nativo Bahan aktif: Trifloksistrobin 25% dan tebukanozol 50% Sasaran : 1. Bercak ungu 2. Antraknosa 3. Bercak daun 4. Hawar daun 5. Karat daun Cara aplikasi: disemprot pada tanaman yang sakit Waktu aplikasi: segera saat ditemukan gejala Dosis:1. bercak ungu= 150- 200 g/Ha, 2. Bercak caun= 200 g/ ha 3. Karat daun= 150-225 g/ha, 4. Antraknosa= 100-150 g/ha, 5. Hawar daun= 150- 225 g/ha Petunjuk keamanan: 1. Tanggalkan pakaian yang terkena fungisida, 2. Apabila fungisida terkena mata cucilah segera dengan air mengalir, 3. Apabila fungisida tertelan, beri minum 1-2 gelas air matang dan usahakan untuk muntah, 4. Pengobatan dilanjitkan dengan pemberian norit, 5. Jangan berikan sesuatu apapun melalui mulut. 2. Ridomil 35 SD Bahan aktif : Metataksil 35% Sasaran : jagung (bulai) Cara aplikasi : dosis 5 gram ridomil 35 SD. Kemudian campur merata menutupi semua permukaan benih jagung, kemudian dikeringkan dan siap ditanam. Petunjuk keamanan: 1. Tanggalkan pakaian yang terkena fungisida, 2. Apabila fungisida terkena mata cucilah segera dengan air mengalir, 3. Apabila fungisida tertelan, beri minum 1-2 gelas air matang dan usahakan untuk muntah, 4. Pengobatan dilanjitkan dengan pemberian norit, 5. Jangan berikan sesuatu apapun melalui mulut. 3. Delsene MX- 80 WP Bahan Aktif: Karbendazim 6,2%, dan mankozeb 73,8 % Sasaran : 1. Penyakit bercak daun Cercospora sp, 2. Blast Pyiricularia oryzae, 3. Hawar pelepah Rhizoctonia solani, 4. Bercak Daun, dan antraknosa pada cabai. Dosis: padi sawah= 1-29/ l, 300 l/ha, hawar pelepah= 1-29/ l, 400- 800/ha, bercak daun dan antraknosa pada cabai= 1-29/ l, 450-600 lt/ ha Petunjuk keamanan: 1. Tanggalkan pakaian yang terkena fungisida, 2. Apabila fungisida terkena mata cucilah segera dengan air mengalir, 3. Apabila fungisida tertelan, beri minum 1-2 gelas air matang dan usahakan untuk muntah, 4. Pengobatan dilanjitkan dengan pemberian norit, 5. Jangan berikan sesuatu apapun melalui mulut. 4. Trivia Bahan aktif: flupikolid 6 % dan propineb 66,7% Sasaran: 1. Busuk daun, 2. Busuk batang, 3. Bercak ungu, 4. Embun bulu, 5. Bulai, 6.lanas. Dosis: Kentang =1,0-1,5 kg/ha, Tomat= 1,5- 2,25 kg/ha, cabe 1,5- 2,25 kg/ha, melon= 1,5- 2,0 kg/ha, jagung= 2,0/ha, kedelai= 1,5 kg/ ha Petunjuk keamanan: 1. Tanggalkan pakaian yang terkena fungisida, 2. Apabila fungisida terkena mata cucilah segera dengan air mengalir, 3. Apabila fungisida tertelan, beri minum 1-2 gelas air matang dan usahakan untuk muntah, 4. Pengobatan dilanjitkan dengan pemberian norit, 5. Jangan berikan sesuatu apapun melalui mulut. 5. Dense Bahan aktif : metiltiofanat 520 g/l Sasaran: penyakit blas pada daun dan leher Dosis: 0,5 ml/l Volume semprot: 300-1000 l/ha Petunjuk keamanan: 1. Tanggalkan pakaian yang terkena fungisida, 2. Apabila fungisida terkena mata cucilah segera dengan air mengalir, 3. Apabila fungisida tertelan, beri minum 1-2 gelas air matang dan usahakan untuk muntah, 4. Pengobatan dilanjitkan dengan pemberian norit, 5. Jangan berikan sesuatu apapun melalui mulut. 6. Bayleton Bahan aktif: triamefon 250 g/l Sasaran dan dosis: cendawan akar putih: 5-10 ml/pohon, gugur daun:0,5 l/ha, karat daun: 0,5/ha, cacar daun: 0,25 l/ha, patik daun: 0,25- 0,5 l/ha Petunjuk keamanan: 1. Tanggalkan pakaian yang terkena fungisida, 2. Apabila fungisida terkena mata cucilah segera dengan air mengalir, 3. Apabila fungisida tertelan, beri minum 1-2 gelas air matang dan usahakan untuk muntah, 4. Pengobatan dilanjitkan dengan pemberian norit, 5. Jangan berikan sesuatu apapun melalui mulut. 7. Antracol Bahan aktif: propineb 70% Sasaran: Rhizoctonia sp, cercospora sp, dan untuk peningkatan unsur zink. Dosis: 1 kh/ha Petunjuk keamanan: 1. Tanggalkan pakaian yang terkena fungisida, 2. Apabila fungisida terkena mata cucilah segera dengan air mengalir, 3. Apabila fungisida tertelan, beri minum 1-2 gelas air matang dan usahakan untuk muntah, 4. Pengobatan dilanjitkan dengan pemberian norit, 5. Jangan berikan sesuatu apapun melalui mulut. 8. Folicur Bahan aktif: tebukanzol 430 g/l Sasaran: Cercospora sp, Helminthosporium sp, Rhizoctonia sp, Dirty panicle Dosis: 180 ml/ha Petunjuk keamanan: 1. Tanggalkan pakaian yang terkena fungisida, 2. Apabila fungisida terkena mata cucilah segera dengan air mengalir, 3. Apabila fungisida tertelan, beri minum 1-2 gelas air matang dan usahakan untuk muntah, 4. Pengobatan dilanjitkan dengan pemberian norit, 5. Jangan berikan sesuatu apapun melalui mulut. 3.2 Pembahasan Fungisida adalah zat kimia yang digunakan untuk mengendalikan cendawan (fungi). Fungisida umumnya dibagi menurut cara kerjanya di dalam tubuh tanaman sasaran yang diaplikasi, yakni fungisida nonsistemik, sistemik, dan sistemik lokal. Pada fungisida, terutama fungisida sistemik dan non sistemik, pembagian ini erat hubungannya dengan sifat dan aktifitas fungisida terhadap jasad sasarannya. a. Fungisida NonsistemikFungisida nonsistemik tidak dapat diserap dan ditranslokasikan didalam jaringanTanaman. Fungisida nonsistemik hanya membentuk lapisan penghalang di permukaan tanaman (umumnya daun) tempat fungisida disemprotkan. Fungisida ini hanya berfungsi mencegah infeksi cendawan dengan cara menghambat perkecambahan spora atau miselia jamur yang menempel di permukaan tanaman.Pengelompokan fungisida dapat di lakukan berdasarkan pada berbagai cara dan kepentingan yang berbeda sehingga pada umumnya bersifat tidak tetap. Beberapa fungisida bersifat bersifat sebagai protektan dapat di gunakan pada benih atau tumbuhan yang belum terserang penyakit,dengan tujuan melindungi benih dan menghindarkannya dari cendawan. Hal ini di sebabkan oleh spora pada permukaan atau di bagian dalamnya terdapat misellium yag berada pada keadaan dorman. Formulasi Pestisida Pestisida sebelum digunakan harus diformulasi terlebih dahulu. Pestisida dalam bentuk murni biasanya diproduksi oleh pabrik bahan dasar, kemudian dapat diformulasi sendiri atau dikirim ke formulator lain. Oleh formulator baru diberi nama Berikut ini beberapa formulasi pestisida yang sering dijumpai: 1. Cairan emulsi (emulsifiable concentrates/emulsible concentrates) Pestisida yang berformulasi cairan emulsi meliputi pestisida yang di belakang nama dagang diikuti oleb singkatan ES (emulsifiable solution), WSC (water soluble concentrate). B (emulsifiable) dan S (solution). Biasanya di muka singkatan tersebut tercantum angka yang menunjukkan besarnya persentase bahan aktif. Bila angka tersebut lebih dari 90 persen berarti pestisida tersebut tergolong murni. Komposisi pestisida cair biasanya terdiri dari tiga komponen, yaitu bahan aktif, pelarut serta bahan perata. Pestisida golongan ini disebut bentuk cairan emulsi karena berupa cairan pekat yang dapat dicampur dengan air dan akan membentuk emulsi. 2. Butiran (granulars) Formulasi butiran biasanya hanya digunakan pada bidang pertanian sebagai insektisida sistemik. Dapat digunakan bersamaan waktu tanam untuk melindungi tanaman pada umur awal. Komposisi pestisida butiran biasanya terdiri atas bahan aktif, bahan pembawa yang terdiri atas talek dan kuarsa serta bahan perekat. Komposisi bahan aktif biasanya berkisar 2-25 persen, dengan ukuran butiran 20-80 mesh. Aplikasi pestisida butiran lebih mudah bila dibanding dengan formulasi lain. Pestisida formulasi butiran di belakang nama dagang biasanya tercantum singkatan G atau WDG (water dispersible granule). 3. Debu (dust) Komposisi pestisida formulasi debu ini biasanya terdiri atas bahan aktif dan zat pembawa seperti talek. Dalam bidang pertanian pestisida formulasi debu ini kurang banyak digunakan, karena kurang efisien. Hanya berkisar 10-40 persen saja apabila pestisida formulasi debu ini diaplikasikan dapat mengenai sasaran (tanaman). 4. Tepung (powder) Komposisi pestisida formulasi tepung pada umumnya terdiri atas bahan aktif dan bahan pembawa seperti tanah hat atau talek (biasanya 50-75 persen). Untuk mengenal pestisida formulasi tepung, biasanya di belakang nama dagang tercantum singkatan WP (wettable powder) atau WSP (water soluble powder). 5. Oli (oil) Pestisida formulasi oli biasanya dapat dikenal dengan singkatan SCO (solluble concentrate in oil). Biasanya dicampur dengan larutan minyak seperti xilen, karosen atau aminoester. Dapat digunakan seperti penyemprotan ULV (ultra low volume) dengan menggunakan atomizer. Formulasi ini sering digunakan pada tanaman kapas. 6. Fumigansia (fumigant) Pestisida ini berupa zat kimia yang dapat menghasilkan uap, gas, bau, asap yang berfungsi untuk membunuh hama. Biasanya digunakan di gudang penyimpanan. Sifat-sifat fungisida yaitu: meracuni patogen sasaran tidak bersifat fitotoksit efek residunya minimal, agar tidak polusi tidak mudah terbakar; (e) tidak merusak alat dapat merata dan melekat pada daun aktif dalam waktu yang tidak terlalu lama. Macam-macam fungisida berdasarkan fungsinya yaitu: 1. Protektan (sebagai pelindung), pemakaiannya sebelum infeksi dan fungisidanya bersifat kontak 2. Eradikan (menghilangkan), untuk menghilangkan sumber inokulum 3. Khemoterapetan (menyembuhkan), fungisida sistemik dan dapat menyembuhkan tanaman sakit IV. KESIMPULAN Daeri percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut: Fungisida adalah zat kimia yang digunakan untuk mengendalikan cendawan (fungi). Fungisida dapat berbentuk cair (paling banyak digunakan), gas, butiran, dan Serbuk. Membaca label fungisida sangat penting agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunaannya. Petunjuk pada label dibuat untuk di patuhi petunjuknya demi keamanan konsumen Tiap fungisida memiliki spesifikasi yang berbeda- beda tiap merek dagangnya. DAFTAR PUSTAKA Agrios, George W. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Djojosumarto, Panut. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta. Hal 46. Hriday Chaube, V.S. Pundhir (2006). Crop Diseases and Their Management. Prentice-Hall of India Pvt.Ltd. ISBN 978-81-203-2674-3. Page.292-3 Mujim, Subli. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan ( Buku Ajar ). Universitas Lampung. Bandar Lampung LAMPIRAN