Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2023, Journal of Music Science, Technology, and Industry
…
12 pages
1 file
This paper aims to briefly discuss the existence of the gong as a traditional musical instrument which has taken root in the lives of most people in Indonesia, which began with the development of bronze culture. The vast power of the Majapahit kingdom and inter-island trade, known as the silk route trade, greatly influenced the spread of Gong in the archipelago. Research Method: This phenomenon is discussed through the perspective of art studies as a form of traditional society's need for gong which is considered to have regius value as a means of ceremonies and goods for traditional needs so that gong spreads very quickly to remote areas of the interior. It is very possible that Gong is traded by bartering or exchanging forest and mining products such as: spices, agarwood, rattan, bird's nests, gold, diamonds and so on. Results and discussion: The existence of three types of gong forms in the archipelago, both those with high sides, low sides and non-pencu gongs, as well as forms of large and small ensembles show a very important identity for each community or ethnic group. Melodic gongs arranged horizontally show differences from gongs arranged in a semicircle such as those in Burma, Vietnam, Cambodia and Thailand. The different forms of gongs and ensembles will of course color the diversity of forms of Indonesian culture, especially in the field of traditional music. Implication: This article is an initial investigation of the existence of gongs in the archipelago with the hope that they can become material for appreciation and education for the younger generation in Indonesia. The gap between traditional culture, especially the Gong music ensemble, which was once a part of people's lives in the past, seems to urgently need attention, both by the government, art colleges, artists, cultural observers and the younger generation of music owners.
representamen
Supporting music has the power to represent the culture of a person or group at a particular time. He understood to have a basis for understanding, determining the ways and actions in each note produced. The color of the voice, the pitch and the musical work in each region have many differences. Because in essence, music is a work of art that is here is an aesthetic symbol of every different cultural community.Gamelan is a musical instrument that represents or depicts Javanese culture. Some Javanese gamelan in Surakarta, Yogyakarta and Cirebon, among others are Kyai Guntur Madu, Kyai Guntur Sari, Kyai Naga Wilaga and Gong Sekati. That every gamelan has aesthetic symbols that are attached and contained in the laras, embat, gending, deferment, wasps and repeto technique. These 6 factors reflect Javanese culture such as beliefs, language, philosophy, livelihoods and social relations which are still faced and preserved. Research symbols are concentrated in each gamelan, intrinsic, extri...
2015
Ritual adalah wujud upacara persembahan atau pemujaan sebagai sebuah momentum peringatan terhadap anugrah Tuhan. Ritual Hindu yang dilaksanakan di Desa Kedis selalu menghadirkan gong kebyar sebagai bagian atau pengiring upacara ritual. Musik seperti yang diungkapkan para yogi menggunakan bunyi musik chakra sebagai kendaraan atma-nya untuk menyatu dengan Sang Pencipta. Musik termasuk gong kebyar dikatakan sebagai media spiritual dalam aktivitas ritual menuju Tuhan Yang Maha Esa. Dari fenomena yang telah disebutkan peneliti memilih gong kebyar di Desa Kedis sebagai objek penelitian. Gong kebyar di Desa Kedis memiliki beberapa keunikan sehingga, bentuk gamelan gong kebyar di Desa Kedis sangat perlu di ketahui karena untuk mengetahui aspek apa saja yang menjelaskan bahwa gong kebyar dapat dipandang sebagai media spiritual dalam ritual agama Hindu. Etnomusikologi sebagai teori untuk membedah permasalahan gong kebyar sebagai media pendakian spiritual. Didukung metode etnografi sebagai pan...
2017
Penelitian ini membahas mengenai kritik sosial Gol a Gong yang tertuang dalam kumpulan puisi Dunia Ikan. Kumpulan ini terdiri atas 30 (tiga puluh) puisi karya Gol A Gong setebal 57 halaman dan diterbitkan oleh Gong Publishing. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan menggunakan teori sosiologi sastra. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa kritik sosial yang terungkap dalam Dunia Ikan berkisar pada masalah kemiskinan, pencemaran lingkungan, sikap hidup yang materialistis, konsep membaca, dan harapan bagi masa depan generasi yang akan datang. Kekayaan bahari yang melimpah tidak membuat rakyat Banten sejahtera dan makmur. Itulah yang membuat pengarang resah dan galau terhadap kondisi tersebut. Ikan sebagai sumber daya alam yang melimpah, pariwisata laut dan pantai yang membentang sepanjang Banten tidak dapat dimanfaatkan dengan baik, membuat kemiskinan masih saja membelit kampung nelayan. Belum lagi sikap abai pemerintah terhadap pencemaran limbah yang terjadi, menambah kes...
Zenodo (CERN European Organization for Nuclear Research), 2022
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Apa yang melatarbelakangi penggunaan gong sebagai alat komunikasi di Desa Bangka Kuleng (2)Proses penggunaan gong sebagai alat komunikasi di Desa Bangka Kuleng (3) Eksistensi gong sebagai alat komunikasi di Desa Bangka Kuleng. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Komunikasi karena gong merupakan alat komunikasi tradisional yang masih dipergunakan oleh masyarakat Desa Bangka Kuleng. Teori interaksi simbolik karena gong di Desa Bangka Kuleng merupakan Simbol atau lambang sebagai sarana untuk menyampaikan suatu pesan. Teori Fungsionalisme karena penggunaan gong di Desa Bangka Kuleng memiliki peran dan fungsinya sebagai alat komunikasi. Dalam usaha memperoleh data, maka digunakan metode penentuan informan, metode pengumpulan data, dan metode pengolahan data.Penelitian ini menyimpulkan (1) Latar belakang penggunaan gong sebagai alat komunikasi di Desa Bangka Kuleng yaitu Media warisan para leluhur masyarakat Desa Bangka Kuleng, faktor auran adat, faktor ciri khas masyarakat dan yang terakhir ada faktor Kepercayaan, (2) Dalam proses komunikasi masyarakat Desa Bangka Kuleng menggukan media gong sebagai sarana atau sebagai simbol dalam proses komunikasi. (3) Di Desa Bangka Kuleng sejak dahulu telah lahir dan berkembang suatu sistem penggunaan gong sebagai alat komunikasi hingga sekarang ini. Berkaitan dengan eksistensinya gong sangat membantu dalam kepentingan warga kampung karena memiliki nilai sakralnya. Kata Kunci :Eksistensi, Gong, Alat Komunikasi Abstrac.This study aims to find out (1) what is behind the use of gongs as a communication tool in Bangka Kuleng Village (2) The process of using gongs as a communication tool in Bangka Kuleng Village (3) The existence of gongs as a communication tool in Bangka Kuleng Village. The theory used in this study is Communication Theory because the gong is a traditional communication tool that is still used by the people of Bangka Kuleng Village. The theory of symbolic interaction is because the gong in Bangka Kuleng Village is a symbol or symbol as a means to convey a message. Functionalism theory because the use of gongs in Bangka Kuleng Village has a role and function as a communication tool. In an effort to obtain data, the method of determining informants, data collection methods, and data processing methods is used. This study concludes (1) The background of the use of gongs as a means of communication in Bangka Kuleng Village is the media inherited from the ancestors of the Bangka Kuleng Village community, the traditional aura factor, the community characteristic factor and the last is the Trust factor, (2) In the communication process the Village community Bangka Kuleng uses the media gong as a means or as a symbol in the communication process. (3) In Bangka Kuleng Village, a system of using gongs as a means of communication has been born and developed since a long time
2016
In the midst of the rapid development of foreign culture in Indonesia, there is one area of culture that should be preserved and maintained. The local culture is Gong Gumbeng. This art can only be found in the Wringinanom, Sambit, Ponorogo. Gong Gumbeng become part of the ritual ‘bersih desa’. This paper aims to affirm the values of aesthetics, ethics, and social contained in Gong Gumbeng. The results of the study described three aspect. First, the aesthetic value of Gong Gumbeng reflected gumbeng equipment, ‘tayub’, and ‘macapat’. Second, the value of the arts ethics Gong Gumbeng appears as a form of reflection of society respectful attitude to the ancestors on the struggles that have been made. Accompaniment Gong Gumbeng deliver messages that contain useful advice for the community. Third, the social value that appears in this art is the emergence of the value of mutual cooperation and harmony of society so as to strengthen social solidarity. Keywords: Gong Gumbeng, aesthetic, eth...
Malaysian Journal of Society and Space, 2021
Sebup adalah sebahagian suku kaum Kenyah di Sarawak. Masyarakat Sebup mendiami kawasan Long Loyang, di Miri. Masyarakat ini masih kuat mengamalkan beberapa budaya tradisi dan antaranya adalah berhubung dengan gong. Setiap keluarga aristokrat Sebup pasti memiliki sekurang-kurangnya sebuah gong dan lazimnya gong disimpan bersama bekalan beras di sebuah tempat khusus. Ruang penyimpanan khas bagi gong ini sudah cukup untuk menggambarkan kedudukan dan kepentingan gong dalam masyarakat Sebup. Peranan gong dalam konteks budaya Sebup melangkaui fungsi lazimnya sebagai sebuah alat muzik. Artikel ini bertujuan menerangkan fungsi gong dalam kitaran hidup golongan aristokrat Sebup. Untuk tujuan tersebut, sebuah kajian asas dirangka dengan reka bentuk kaedah kualitatif untuk memperoleh data. Memandangkan jurang ilmu yang agak ketara dalam subjek ini, maka temu bual dipilih sebagai kaedah utama bagi memperoleh data. Penyimpan adat masyarakat Sebup dan beberapa orang ahli masyarakat aristokrat yang berusia lebih 60 tahun ke atas dipilih sebagai informan. Dapatan kajian mendapati gong merupakan antara budaya bahan yang sangat penting dan berharga bagi golongan aristokrat Sebup. Gong adalah antara peralatan yang wajib ditampilkan dalam hampir kesemua upacara dalam kitaran hidup aristokrat Sebup. Gong wajib ditampilkan dan digunakan dalam upacara perkahwinan, pemberian status aristokrat dan kematian. Fungsi gong bagi golongan aristokrat masyarakat Sebup adalah sebagai komoditi, penunjuk kedudukan kewangan dan status sosial, manakala bunyinya adalah petanda situasi kecemasan bagi masyarakat Sebup.
Resital: Jurnal Seni Pertunjukan
Memegang peranan sebagai seorang pengendang Bali di dalam sebuah barungan gamelan gong kebyar, ternyata tidak sesederhana yang terlihat. Menjadi seorang pengendang di dalam sebuah sekeha gamelan gong kebyar Bali, harus memiliki jiwa kepemimpinan, agar sebuah sekeha dapat menampilkan pertunjukan yang bagus. Tidak semua pengendang Bali memiliki jiwa seperti itu, itu dikarenakan tidak semua pengendang tekun dalam melatih dirinya agar memiliki teknik dan kepekaan musikal yang baik. Peneliti ingin mengetahui konsep seorang pengendang yang ada di dalam memimpin sebuah sekeha gamelan gong kebyar Bali. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif,yang dalam implementasinya menggunakan teknik observasi, wawancara, studi pustaka dan dokumentasi. Hasil yang ditemukan di dalam penelitian ini adalah konsep musikalitas seorang pengendang Bali di dalam memimpin sebuah pertunjukan gamelan gong kebyar Bali. Konsep musikalitas ini meliputi teknik bermain kendang, mengatur dinamika lagu, m...
Etnis.id, 2023
Memahami makna dalam budaya, serupa dengan memahami ragam nilai, visi, dan pola kehidupan masyarakat pemiliknya.
Dharma Sastra: Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Daerah
Artikel ini bertujuan membahas keberadaan seni pertunjukan drama gong sebagai media edukasi untuk merevitalisasi bahasa Bali. Sebagai hasil kajian kualitatif, koleksi data dilakukan melalui observasi, kajian dokumen dan wawancara mendalam dengan beberapa informan kunci yang memahami Bahasa dan budaya Bali. Analisis data dilakukan dengan menerapkan teori interaksionime simbolik dan semiotika. Hasil kajian menunjukkan bahwa drama gong merupakan salah satu bentuk teater tradisional Bali yang lahir pada dekade 1950-an. Teater tradisional Bali yang mengangkat kisah mahabarata, cerita panji dan cerita rakyat Bali, diiringi gong gebyar ini memakai bahasa Bali sehigga mudah dimengerti dan dicintai oleh penggemarnya. Disamping sebagai hiburan, drama gong juga menjadi media edukasi untuk merevitalissai bahasa Bali. Edukasi bahasa Bali via drama gong ini sangat efektif karena memberikan contoh dan praktek berbahasa Bali secara langsung mencakup pola bahasa Bali, sorsinggih dan stratifikasi so...
Counter-Terrorism (CT) and Counter-Insurgency (COIN) - A NATO COE-DAT Research Project , 2024
Revista de Geografía Norte Grande, 2024
Philo of Alexandria and Post-Aristotelian Philosophy, 2008
Milano University Press, 2023
Current Journal of Applied Science and Technology
Classical World, 2006
A Jósa András Múzeum Évkönyve XXIX-XL. , 1997
Journal of pharmaceutical and biomedical analysis, 2018
Advances in Materials and Processing Technologies, 2020
hrcak.srce.hr
Pontificia Universidad Católica del Perú, 2023
Наукові записки. Львівський історичний музей. Випуск ХХ, 2022
Gastroenterology, 2000
The Journal of the Acoustical Society of America, 2008